Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH MUSIK TERHADAP

DENYUT NADI

Disusun oleh:

Athirah Nabila (1907101010068) Ikhsanul Fikri (1907101010033)


Aqshal Mubarak (1907101010154) Nalliza Ancani (1907101010135)
Cut Intan Agustia (1907101010072) Raveska Vetty Elvania (1907101010008)
Destika Ramadhani (1907101010003) Shabrina Masturah (1907101010020)
Dwi Ajeng Vira Larasati (1907101010151) Siti Pertiwi (1907101010153)
Ferian Dwi Putra (1907101010117) Thyfa Annisa (1907101010089)
Fifi Ariani (1907101010112) Zhafirah Inayah Surya (1907101010101)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang sudah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun makalah yang berjudul “Pengaruh
Musik Terhadap Denyut Nadi ” dengan baik serta tepat waktu. Kami juga berharap, agar
makalah ini bisa menjadi bahan bacaan bagi masyarakat dan pihak terkait dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan di Indonesia.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah
berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini. Kami juga menyadari bahwa masih memiliki
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kami memohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penyusunan kata, sehingga kami membuka dan menerima kritik dan saran
bagi seluruh pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan memberi inspirasi
bagi seluruh orang yang membaca.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Musik adalah salah satu stimulus kuat untuk membangkitkan dan memodulasi emosi
dan suasana hati. Musik dapat menenangkan, mengangkat spirit, membuat sedih, atau
memompa tekat dalam menjawab tantangan dan permasalahan dalam kehidupan. (1) Hal ini
tentu berkaitan dengan perubahan aktivitas di struktur otak yang diketahui memodulasi
aktivitas jantung, seperti hipotalamus, amigdala, korteks insular, dan korteks orbitofrontal.(2)
Efek emosi dan sifat afektif pada aktivitas jantung disebabkan oleh beberapa jalur transmisi
informasi ke pleksus saraf jantung, seperti jalur otonom, tekanan darah, dan gas darah.(3)
Selain itu juga mempengaruhi hipofisis di otak untuk melepaskan endorfin. Endorfin diketahui
dapat mengurangi rasa nyeri, sehingga dapat mengurangi penggunaan obat analgetik, juga
menurunkan kadar katekolamin dalam darah, sehingga denyut jantung menurun.
Sistem dalam tubuh manusia sesungguhnya dijalankan oleh suatu irama tubuh yang
teratur dan mengikuti pola tertentu. Sebagai contoh irama denyut jantung dan nadi, aliran nafas,
langkah kaki, kedipan mata, cara bicara dan bahasa.Semua ini merupakan irama musik alamiah
sehingga setiap bunyi-bunyian atau irama musik yang didengar oleh telinga jasmani manusia
dapat mempengaruhi fungsi anatomi dari tubuh itu sendiri. Denyut nadi misalnya, akan
menanggapi variabel-variabel musik seperti frekuensi, tempo dan volume dan cenderung
menjadi lebih cepat atau lebih lambat guna menyamai ritme suatu bunyi. Semakin cepat
musiknya, semakin cepat denyut nadi semakin lambat musiknya semakin lambat denyut nadi.
Salah satu fungsi neuron aferen kardiovaskular adalah memberi informasi kepada
sistem saraf otonom mengenai kondisi tekanan darah dan lingkungan mekanik dari jantung.
Informasi sensorik tersebut memodulasi aliran keluar otonom, dan berkontribusi pada
pengalaman emosional sebagai informasi interoseptif.(4) Oleh karena itu, mekanisme ini
mengakibatkan adanya emosi yang dibangkitkan oleh musik yang memiliki efek pada regulasi
aktivitas jantung regional, detak jantung (HR), variabilitas denyut jantung (HRV), tekanan
darah, dan laju pernapasan (RR). Namun, penelitian tentang efek musik pada jantung sering
kali menghasilkan hasil yang tidak konsisten. Perbedaan ini kemungkinan besar disebabkan
oleh penggunaan metode yang tidak homogen dan perbedaan tipe musik yang digunakan.
Istilah 'musik' itu sendiri mengacu pada berbagai macam genre dan gaya. Semua
dimasukkan di bawah payung konsep musik. Ketika mendengarkan musik, gelombang listrik
yang ada di otak pendengar dapat diperlambat dan dipercepat. Penelitian terdahulu menyatakan
berbagai tempo musik mempunyai efek fisiologis pada tubuh. Salah satu efeknya adalah
mempengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai frekuensi, tempo, dan volumenya.
Jantung cenderung mengikuti dan mencoba menyamai tempo suatu bunyi. Misalnya, musik
yang digunakan untuk pemberian energi cenderung memiliki ketukan yang lebih cepat
dibandingkan musik penenang. Musik yang dipilih sendiri biasanya akan lebih terkait dengan
kenangan dan kesenangan yang lebih kuat dan berbeda dengan musik pilihan eksperimen,
musik berbasis yang ketukan, musik yang berbasis pada pulsa isokron seperti musik klasik, dan
jenis musik lainnya. Oleh karena itu penulis mengangkat tema makalah, Pengaruh musik
terhadap denyut nadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh musik terhadap denyut nadi ?
2. Bagaimana pengaruh tempo musik cepat dan lambat terhadap denyut nadi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengaruh musik terhadap denyut nadi
2. Mengetahui penguh tempo musik cepat dan lambat terhadap denyut nadi

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat akademis dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada
mahasiswa kedokteran mengenai pengaruh musik terhadap frekuensi denyut nadi. Manfaat
praktis dari penelitian ini adalah agar mahasiswa kedokteran lebih memahami lagi pengaruh
musik dalam dunia kesehatan sehingga kelak dapat bermanfaat dalam terapi kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Denyut Nadi

a. Definisi Denyut Nadi


Denyut nadi adalah suatu gelombang yang teraba pada arteri bila darah di pompa keluar
jantung. Denyut ini mudah diraba di suatu tempat dimana ada arteri melintas (Sandi, 2016).
Darah yang didorong ke arah aorta sistol tidak hanya bergerak maju dalam pembuluh darah,
tapi juga menimbulkan gelombang bertekanan yang berjalan sepanjang arteri (Kasenda,
Marunduh & Wungouw, 2014). Gelombang yang bertekanan meregang di dinding arteri
sepanjang perjalanannya dan regangan itu dapat diraba sebagai denyut nadi. Pada jantung
manusia normal, tiap-tiap denyut berasal dari nodus SA (irama sinus normal). Semakin besar
metabolisme dalam suatu organ, maka makin besar aliran darahnya. Hal ini menyebabkan
kompensasi jantung dengan mempercepat denyutnya dan memperbesar banyaknya aliran darah
yang dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh (Herru & Priatna, 2015). Sedangkan menurut
Hermawan, Subiyono & Rahayu (2012) kerja jantung dapat dilihat dari denyut nadi yang
merupakan rambatan dari denyut jantung, denyut tersebut dihitung tiap menitnya dengan
hitungan repetisi (kali/menit) atau dengan denyut nadi maksimal dikurangi umur.
Menurut Nurse (2012) letak perabaan denyut nadi yang sering dilakukan yaitu :
1) Arteri Radialis Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan
tangan pada sisi ibu jari. Relative mudah dan sering dipakai secara rutin.
2) Arteri Brankialis Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipat siku (fossa
antekubital) biasanya digunakan untuk mengukur tekanan darah.
3) Arteri Karotid Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri carotid berjalan
diantara trakea dan otot strenokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi dan untuk
memantau sirkulasi darah ke otak.

b. Macam Macam Denyut Nadi


Menurut (Aaronson & Ward, 2007) denyut nadi ada 3 macam yaitu:
1) Denyut Nadi Basal
Denyut nadi basal adalah denyut nadi pada saat bangun tidur sebelum melakukan aktifitas.
2) Denyut Nadi Istirahat
Denyut nadi istirahat adalah denyut nadi pada istirahat atau sedang santai tanpa melakukan
pekerjaan dan dalam kondisi rileks tanpa emosi.
3) Denyut Nadi Latihan
Denyut nadi latihan adalah denyut nadi ketika sedang melakukan aktifitas kerja atau latihan.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Denyut Nadi


Ada beberapa factor yang mempengaruhi frekuensi denyut nadi seseorang seperti halnya
:
1) Usia Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen selama
pertumbuhan. Usia seseorang sangat berpengaruh terhadap denyut nadi, denyut nadi
maksimum pada orang lanjut usia sangat menurun (penurunan 50% dari usia remaja pada usia
80 tahun). Hal ini disebabkan berkurangnya massa otot, dan daya maksimum otot yang dicapai
sangat berkurang. Pada anak umur 5 tahun denyut nadi istirahat antara 96-100 denyut permenit,
pada usia 10 tahun mencapai 80-90 denyut permenit, dan pada orang dewasa mencapai 60-100
denyut permenit (Sandi, 2013).

2) Jenis Kelamin Denyut nadi pada wanita lebih tinggi apabila dibandingkan dengan laki-laki.
Pada laki-laki dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja mencapai 128 denyut per menit,
pada wanita 138 denyut per menit (Potter & Perry, 2010).

3) Indeks Massa Tubuh (IMT) Denyut nadi juga dipengaruhi oleh berat badan dengan
perbandingan berbanding lurus, sedangakan berat badan berkaitan dengan IMT. Makin tinggi
berat badan semakin tinggi IMT, begitu sebaliknya makin rendah berat badan IMT semakin
rendah. Sehingga makin tinggi IMT denyut nadi istirahat semakin tinggi (Sandi, 2013).

4) Aktifitas Fisik Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang
yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan
sering otot jantung memompa, dan makin tinggi tekanan yang dibebankan pada arteri (Naesilla,
Argarini & Mukono, 2016).

5) Rokok dan Kafein Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi
yang merokok sebelum bekerja denyut nadinya meningkat 10 sampai 20 denyut per menit
dibanding dengan seorang yang dalam bekerja tidak didahului merokok. Hal tersebut
dikarenakan, rokok dapat mengakibatkan vasokonstriksi pada pembuluh darah (Suwitno,
2015).

2.2 Musik dan Terapi Musik


Musik merupakan kebutuhan manusia secara universal yang tidak pernah berdiri sendiri
lepas dari masyarakat. Konfusius mengatakan, “Jika musik terdengar muram dan menekan
berarti rakyat sedang tertekan dan sedih. Jika musiknya tidak berenergi, sedang, dan panjang
berarti rakyat sedang damai dan bahagia. Jika musik terdengar kuat dan bertenaga berarti rakyat
sedang bersemangat dan kuat. Jika musik yang muncul terdengar murni, religius, dan megah
berarti rakyat sedang saleh. Jika musiknya lembut dan gembira berarti rakyat sedang baik hati
dan penyayang.” Dalam dunia kesehatan, musik dapat dijadikan salah satu terapi alternatif
dalam penyembuhan, dikenal sebagai terapi musik. Terapi musik ini memiliki spektrum yang
luas, meliputi: fisiologikal, developmental, suportif, psikodinamik, humanistik, dan
transpersonal.
Musik dapat difungsikan sebagai sarana terapi kesehatan. Ketika mendengarkan musik,
gelombang listrik yang ada di otak pendengar dapat diperlambat dan dipercepat.Penelitian
terdahulu menyatakan berbagai tempo musik mempunyai efek fisiologis pada tubuh. Salah satu
efeknya adalah memengaruhi denyut jantung dan tekanan darah sesuai frekuensi, tempo, dan
volumenya. Jantung cenderung mengikuti dan mencoba menyamai tempo suatu bunyi.
Terapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan,
meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat mempengaruhi
fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut nadi, dan tekanan darah (Djohan, 2006).
Musik dan suara alam dapat meminimalkan persepsi pasien terhadap suara-suara dilingkunan
sekitarnya Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Juli 2017 184 atau pikiran-pikiran yang
membuat cemas dan meningkatkan nyeri pada pasien tersebut, ada konvergensi yang terjadi
antara input sensorik seperti halnya terapi musik relaksasi suara alam serta kombinasi keduanya
dan output saraf yang mengatur rasa sakit dan respon stress. Badan penelitian dan kualitas
perawatan kesehatan di Ronchester, Minnesota merekomendasikan bahwa manajemen nyeri
dan kecemasan bisa dilakukan dengan teknik relaksasi seperti musik dan suara alam (nature
sound) serta distraksi (Sussane et al, 2011).
Tindakan pembedahan dapat menimbulkan kelainan psikologis pada pasien seperti
timbulnya kecemasan dan dapat memicu perubahan emosional. Cara mengatasi kecemasan
pada pasien tersebut dapat dilakukan berbagai alternatif seperti pemberian obat anti cemas dan
pemberian musik relaksasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chafin (2004)
mendengarkan musik dapat mengurangi kecemasan dan stres sehingga tubuh mengalami
relaksasi yang mengakibatkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung. Mempengaruhi
imajinasi, intelegensi dan memori, di samping itu juga mempengaruhi hipofisis di otak untuk
melepaskan endorfin. Endorfin diketahui dapat mengurangi rasa nyeri, sehingga dapat
mengurangi penggunaan obat analgetik, juga menurunkan kadar katekolamin dalam darah,
sehingga denyut jantung menurun. Tempo terbaik untuk menghasilkan relaksasi yaitu sekitar
60 ± 80 ketukan per menit.Pemilihan aliran musik dibedakan berdasarkan kebangsaan dan
kebudayaan. Volume yang dianjurkan adalah 60 dB untuk level maksimal dengan durasi 20 ±
60 menit.

2.3 Hubungan musik dan denyut nadi


Denyut jantung dan emosi sangat erat kaitannya (Appelhans and Luecken, 2006).
Contohnya ketika manusia sedang pada fase temperamen yang tinggi maka jantung cenderung
berdenyut lebih kencang. Demikian juga sebaliknya, ketika manusia pada fase istirahat jantung
cenderung akan berdenyut pelan. Selain berhubungan dengan denyut jantung emosi juga dapat
dihubungkan dengan musik. Musik dengan tempo yang lambat cenderung menentramkan dan
memperlambat denyut jantung. Musik dengan tempo yang cepat cenderung membawa perasaan
yang meledak-ledak dan meningkatkan denyut jantung.
Musik merupakan instrumen alam (Guerreiro, 2012) yang dapat mempengaruhi denyut
jantung seseorang. Penelitian yang membahas kaitan musik dengan denyut jantung telah
banyak dilakukan. Gianfranco Cervellin meneliti bahwa musik dapat mempengaruhi fungsi
neurologi tubuh dan memodulasi denyut jantung. Carvellin juga menyimpulkan bahwa musik
mempunyai efek untuk mereduksi tingkat stress seseorang. Minimnya penelitian tentang efek
musik pada kesehatan manusia mengakibatkan adopsi musik untuk aplikasi kesehatan sangat
jarang (Cervellin and Lippi, 2011)
Pengaruh musik terhadap denyut jantung telah diteliti oleh Santoso (2002).
Disimpulkan bahwa musik dengan tempo yang lambat akan mereduksi denyut jantung.
Penelitian dilakukan pada saat obyek yang sedang beraktivitas. Penelitian ini berfokus pada
relaksasi, sehingga musik dapat digunakan pada terapi pengobatan dengan keluhan kecemasan.
Zeydi menyimpulkan bahwa musik mempunyai efek yang positif terhadap denyut
jantung, konsumsi oksigen setelah operasi. Penelitian ini di titik beratkan untuk menjaga
kestabilan denyut jantung dan relaksasi setelah operasi. Penelitian ini belum menjelaskan
apakah tempo musik berpengaruh pada denyut jantung atau tidak karena lebih berkonsentrasi
untuk relaksasi jantung (Zeydi et al., 2011).
Dousty dan Daneshvar meneliti tentang beberapa jenis musik dan pengaruhnya
terhadap daya listrik yang dihasilkan oleh jantung. Dimana diketahui ketika jantung berdenyut
akan menghasilkan energi listrik yang berbeda-beda, baik pada fase normal, relaksasi ataupun
fase maksimal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa musik berpengaruh terhadap listrik yang
dihasilkan ketika jantung sedang bekerja (Dousty dan Daneshvar, 2010).
BAB III

3.1 Kesimpulan

Musik adalah salah satu stimulus kuat untuk membangkitkan dan memodulasi emosi
dan suasana hati. Musik dapat menenangkan, mengangkat spirit, membuat sedih, atau
memompa tekat dalam menjawab tantangan dan permasalahan dalam kehidupan. Sistem dalam
tubuh manusia sesungguhnya dijalankan oleh suatu irama tubuh yang teratur dan mengiuti pola
tertentu. Salah satu fungsi neuron aferen kardiovaskular adalah memberi informasi kepada
sistem saraf otonom mengenai kondisi tekanan darah dan lingkungan mekanik dari jantung.
Tempo musik dapat mempengaruhi efek fisiologis tubuh seperti denyut jantung dan tekanan
darah sesuai frekuensi, tempo dan volumenya.

3.2 Saran
Terdapat beberapa kaitan antara musik dengan denyut nadi yang dapat memberikan
manfaat tertentu untuk tubuh. Oleh karena itu, musik dapat digunakan untuk manajemen nyeri
dan kecemasan bisa dilakukan dengan teknik relaksasi seperti musik dan suara alam (nature
sound) serta distraksi.
REFERENSI

(1) Baumgartner T, Lutz K, Schmidt CF, Ja¨ncke L. The emotional power of music: how
music enhances the feeling of affective pictures. Brain Res 2006;1075:151–164.
(2) Koelsch S, Skouras S. Functional centrality of amygdala, striatum and hypothalamus in
a ‘small-world’ network underlying joy: an fMRI study with music. Hum Brain Mapp
2014;35:3485–3498
(3) Armour JA, Ardell JL. Basic and Clinical Neurocardiology. USA: Oxford University
Press; 2004.
(4) Gray MA, Harrison NA, Wiens S, Critchley HD. Modulation of emotional appraisal by
false physiological feedback during fMRI. PLoS ONE 2007;2:e546.
(5) Wiwatwongwana, D. 2016. Continuing Medical Education: The effect of music with
and without binaural beat audio on operative anxiety in patients undergoing cataract
surgery: a randomized controlled trial The effect of music with and without binaural beat
audio on operative anxiet. . Nat. Publ. Gr., 30, 1407-1414.
(6) Winata Cahya JT. Pengaruh Berbagai Tempo Musik Terhadap Denyut Jantung.
2008;49:69–73.
(7) Sartika D, Wibisono G, Wardani ND. Pengaruh Pemberian Musik Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Dan Denyut Nadi Sebelum Dan Sesudah Odontektomi Pada Pasien Gigi
Impaksi. Diponegoro Med J (Jurnal Kedokt Diponegoro) [Internet]. 2017;6(2):451–9.
(8) Sondakh J. Gambaran Denyut Nadi Pada Pemain Musik Di Toms Yamaha Music School
Manado. J e-Biomedik. 2014;1(2):836–42.
(9) Afandi IK, Ferdiana R, Nugroho HA. Review: Musik dan Denyut Jantung Pada Era
Digital. J Sist Inf Bisnis. 2016;4(3):149–55.

Anda mungkin juga menyukai