DISUSUN OLEH
NAMA : MEGA YUSNIA
NIM : 18180000072
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
(STIKIM)
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN SPONDILITIS TUBERCULOSA
1. Definisi
Spondilitis Tuberculosa yaitu infeksi kronis yang berupa infeksi granulomatosis yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosa yang menyerang vertebra. Spondylitis TB
disebut juga Penyakit Pott bila disertai paraplegi atau deficit neurologis. Spondylitis ini pasling
sering ditemukan pada vertebra T8 sampi L3 dan paling jarang pada C2. Spondylitis Tb
biasanya mengenai korpus vertebra, sehingga jarang mengenai arkus vertebra.
pada vertebra abses berekspansi di sepanjang ligamen
2. Etiologi
Spondilitis TB merupakan infeksi sekunder dari tuberculosis ditempat lain ditubuh.
Penyebabnya yaitu bakteri berbentuk batang atau basil yang mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan Asam
(BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam ditempatyang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat dorma
atau tertidur lama selama beberapa tahun.
4. Manifestasi Klinis
a) Badan lemah / lesu
b) Nafsu makan menurun
c) BB menurun
d) Suhu tubuh sedikit meningkat (sub febris) terutama pada malam hari
e) Nyeri punggung
f) Nyeri radikuler yang mengelilingi dada atau perut
g) Deformitas tulang belakang
h) Adanya spasme otot paravertebralis
i) Gangguan motoric
j) Adanya gibus/kifosis
5. Stadium Penyakit
a) Stadium implantasi
Setelah bakteri berada pada tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita turun maka
bakteri akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu.
Keadaan ini umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak -anak umumya pada
daerah sentral vertebra.
b) Stadium destruksi awal
Setelah stadium implantasi selanjutnya terjadi desktruksi kopus vertebra serta
penyempitan yang ringan pada diskus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.
c) Stadium destruksi lanjut
Pada stadium ini terjadi destruksi yang massif. Kolaps vertebra dan terbentuk massa
kaseosa serta pus yang berbentuk cold abses (abses dingin) yang terjadi 2-3 bulan setelah
stadium destruksi awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuenstrum serta kerusakan diskus
invertebralis. Pada saat ini trebentuk tulang baji terutama disebelah depan akibat
kerusakan korpus vertebra yang menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.
d) Stadium gangguan neurologis
Ganggaun neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, terutama
ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari
seluruh komplikasi spondylitis TB. Vertebra torakalis mempunyai mampunyai kanalis
spinalis yang lebih kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah
ini. Bila terjadi gangguan neorologis maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia,
yaitu :
1) Derajat 1
Kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktifitas atauu
setelah berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.
2) Derajat 2
Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih dapat
melakukan pekerjaannya.
3) Derajat 3
Terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membetasi gerak / aktifitas
penderita.
4) Derajat 4
Terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris serta gangguan defekasi dan miksi.
e) Stadium deformitas residual
Stadium ini terjadi kurnag lebih 3-5 tahun setelah timbulnnya stadium miplantasi. Kifosis
atau gibbus akan bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yag massif disebelah
depan.
6. Patofisiologi
Basil TB masuk kedalam tubuh kebanyakan melalui traktus respiratorius. Pada saat etrjadi
infeksi primer, karena keadaan umum yang buruk maka dapat terjadi basilemia.
Penyebaran etrjadi secara hematogen. Basil TB dapat tersangkut di paru, hati, limpa, ginjal,
dan tulang. Enam hingga delapan minggu kemudian respon tubuh imunologis timbul dan
fokus tasi dapat mengalami reaksi selular yang kemudian menjadi tidak aktif atau mungkin
sembuh sempurna. Vertebra merupakan tempat yang sering terjangkit tuberkulosis tulang.
Penyakit ini paling sering menyerang korpus vertebra. Penyakit ini pada umumnya
menyerang lebih dari satu vertebra. Infeksi berawal dari bagian sentral, bagian depan, atau
daerah apifisial korpus vertebra. Kemudian terjadi hiperemi dan eksudasi yang
menyebabkan osteoporosis dan perlunakan korpus. Selanjutnya terjadi kerusakan pada
korteks epifise, discus intervertebralis dan vertebra sekitarnya. Kerusakan pada bagian
depan korpus ini akan menyebabkan terjadinya kifosis yang dikenal sebagai gibbus.
Berbeda dengan infeksi lain yang cenderung menetap pada vertebra yang bersangkutan,
tuberkulosis akan terus mengahncurkan vertebra didekatnya.
Kemudiann eksudat menyebar ke depan, dibawah ligamentum longitudinal anterior dan
mendesak aliran darah vertebra didekatnya. Eksudat ini dapat menembus ligamentum dan
dapat berekspansi ke berbagai arah disepanjang garis ligamnet yang lemah. Pada daerah
servical, eksudat terkumpul dibelakang fascia paravertebralis dan menyebar lateral
dibelakang mukulus sklernokleidomastioideus. Eksudat dapat mengalami protrusi kedepan
dan menonjol kedalam faring yang dikenal sebagai abses faringeal. Abses dapat berjalan
ke mediastinum mengisi tempat trakea, esophagus, atau kavum pleura. Abses pada vertebra
torakalis akan tetap tinggal pada daerah toraks setempat menempati daerah paravertebral,
berbentuk massa yang menonjol fusiform. Abses pada serah ini dapat menekan medulla
spinalis sehingga timbul paraplegia. Abses pada daerah lumbal dapat menyebar masuk
mengikuti muskulus psoas dan muncul dibawah ligamentum inguinal pada bagian medial
paha. Eksudat juga dapat menyebar kedaerah krista iliaka dan mungkin dapat mengikuti
pembuluh darah femoralis pada trigonum skarpei atau regio glutea.
7. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Peningkatan LED dan mungkin disertai leukositosis
Uji Mantoux : hasil positif TB
Pada pemeriksaan biakan kuma mungkin ditemukan Mycobacterium
Biopsy jringan granulasi atau kelenjar limbfe regional
Pemeriksaan hispatologi ditemukan tuberkel. Pemeriksaan foto toraks untuk melihat
adanya tberkulosis paru
Phungsi lumbal akan didapati tekanan cairan serebrospinalis rendah
b) Pemeriksaan Radiologi
Foto polos vertebra ditemukan osteoporosis, osteolitil, dan destruksi korpus
vertebra disertai penyempitan diskus intervertebralis yang berada diantara korpus
tersebutdan mungkin dapat ditemukan adanya abses paravertebral.
Pemeriksan mielografi dilakukan bila terdapat tanda-tanda penekanan pada
sumsum tulang
CT Scan
Dapat memberikan gambaran tulang secara lebih detail dari lesi irregular,
sclerosis, kolaps diskus.
8. Penatalaksanaan
a) Head education :
- Memberikan masker untuk mencegah terjadinya penularan
- Memberikan kebutuhan yang sesuai kebutuhan
- Menganjurkan untuk meminum rutin obat anti TB
b) Terapi konservatif, berupa :
Tirah baring (bedrest)
Memberi korset yang mencegah pergerakan vertebra/ membatasi pergerakan
vertebra
Memperbaiki keadaan umum penderita
Pengobatan antituboerculosa ( rifampicin, pyrazinamid, isoniazid)
c) Terapi operatif
Indikasi opersi yaitu bila ada :
Bila dengan terapi konservatif tidak ada perbaikan paraplegia atau malah semakin
berat. Biasanya 3 minggu sebelum tindakan operasi dilakukan, setiap spondiliris
TB diberikan obat tuberculotic.
Adanya abses yang besar sehingga diperlukan darinase abses secara terbuka dan
sekaligus debridemen serta bone graft
Pada pemeriksaan foto polos, mielografi, ataupun CT Scan ditemukan adanya
penekanan pada medulla spinalis .
9. Fokus Pengkajian
a) Identitas
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku
bangsa, Pendidikan terakhir, alamat, tanggal pengkajian, tanggal MRS, diagnosa medis
b) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama pasien dengan spondilitis TB yaitu nyeri punggung bagian bawah
sehingga mendorong pasien berobat ke rumah sakit. Pada awal dapat dijumpai nyeri
radikuler yang mengelilingi dada atau perut. Nyeri dirasakan meningkat pada malam hari
dan bertambah berat terutama saat pergerakan pada tulang belakang. Selain keluhan
utama tersebut klien juga bis amengeluh nafsu makan menurun, badan terasa lemah, suhu
tubuh sedikit panas, keringat dingin, dan terjadi penurunan BB.
c) Riwayat kesehatan dahulu
Terajadinya spondylitis TB biasanya didahului dengan adanya riwayat pernah menderita
penyakit Tb paru.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Pada klein dengan spondylitis TB penyebab timbulnya yaitu klien pernah atau masih
kontak dengan penderita lain yang menderita penyakit TB pada keluarga maupun
disekitarnya.
e) Riwayat psikososial
Klien akan cemas terhadap penyakit yang diderita sehingga klien akan sedih, dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya, pengobatan dan perawatan terhadapnya
maka pendertia akan merasa takut dan bertambah cemas sehingga emosinya akan tidak
stabil dan mempengaruhi sosialisasi penderita dengan linkungannya.
f) Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adanay tindakan medis dan perawatan di RS mempengaruhi persepsi klien tentang
kebiasaan merawat diri, yang dikarenakan tidak semua klien mengerti benar
perjalanan penyakitnya. Sehingga menimbulkan salah persepsi dalam pemeliharaan
kesehatan. Dan juga kemungkinan terdapatnya riwayat tentang keadaan perumahan,
gizi dan tingkat ekonomi klien akan mempengaruhi kesehatan klien
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Akibat dari proses penyakit klien merasakan tubuhnya menjasi lemah. Sedangkan
kebutuhan metabolisme tubuh semakin meningkat sehingga klien akan mengalami
gangguan pada status nutrisinya.
3) Pola eliminasi
Kelien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula bisa ke kamar
mandi, karena lemah, nyeri punggung dan karena ada penatalaksanaan perawatan
imobilisasi, sehingga jika klien ingin BAB atau BAK harus diatas tempat tidur
dengan alat dan bantuan keluarga atau tenaga kesehatan. Dengan perubahan tersbut
klien tidak terbiasa dan akan terjadi gangguan eliminasi.
4) Pola aktifitas
Karena adanya kelemahan fisik , nyeri punggung dan karena ada penatalaksanaan
perawatan imobilisasi akan menyebabkan klien membatasi aktifitas fisik dan
berkurangnya kemampuan dalam melaksanakan aktifitas fisik tersebut.
5) Pola tidur dan istirahat
Adanya nyeri pada punggung, dan perubahan lingkuangan atau dampak hospitalisasi
akan menyebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuahn tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Sejak sakit dan masuk RS klien mengalami perubahan peran atau tidak mampu
menjalankan perannya sebagaimana msetinya, baik dalam keluarga maupun
masyarakat. Hal tersebut berdampak terganggunya hubungan interpersonal.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Klien dengan spondylitis TB seringkali emrasa malu terhadap bentuk tubuhnya dan
terkadang sampai mengisolasi dirinya
8) Pola sensori dan kognitif
Fungsi indra klien tidak mengalamii ganguuan kecuali bila terjadi komplikasi
paraplegi.
9) Pola reproduksi seksual
Kebutuhan klien dalam hal melakukan hubungan seksual akan terganggu bila klien
dirawat di RS, namun dalam hal curahan kasih saying dan perhatian dari pasangan
hidupnya dalam hal merawat sehari – hari tidak akan terganggu.
10) Pola penanggulangan stress
Klien yang kurang memahami kondisinya kan mengalami stress. Dan klien akan
lebih bnayak bertanya tentang penyakitnya untuk mengurangi stressnya.
4. Ketidak seimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan
nutrisi tidak adekuat sekunder akibat nyeri tenggorokan dan gangguan menelan
Tujuan : dalam waktu 7 x 24 jam keseimbangan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :
1. klien terlihat mampu melakukan pemenuhan nutrisi per oral secara bertahap
2. proporsi berat badan dan tinggi badan ideal
Intervensi :
1) Pantau persentase asupan makanan yang dikonsumsi setiap makan, timbang berat
badan tiap hari
Rasional : mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan
2) Berikan perawatan mulutu tiap 6 jam. pertahankan kesegaran ruangan
Rasional : perasaan tidak nyaman pada mulut dan bau yang tidak nyaman dari
lingkungan dapat mempengaruhi selera makan
3) Beri makanan lunak dalam kondisi hangat, sedikit tapi sering
Rasional : peran perawat dalam memberi dukungan sangat diperlukan pada klien yang
membutuhkan energy dan protein untuk proses pengembalian fungsi yang optimal
4) Dorong klien untuk ikut serta dalam pemenuhan nutrisi tinggi kalori dan tinggi
protein
Rasional : peran perawat dalam member dukungan sangat diperlukan pada klien yang
pada fase inflamasi sangat banyak membutuhkan energy dan protein untuk proses
pengembalian fungsi yang optimal
5) Kolaborasi dengan ahli diet untuk pemenuhan nutrisi yang ideal
Rasional : dalam kondisi akut, ahli diet dapat mencari jenis makanan yang dapat
membantu klien dalam memenuhi kebutuhan akan energy dan perbaikan