1) Pengertian Determinasi
Determinasi merupakan kegiatan dasar serta merupakan salah satu tujuan utama dari
taksonomi tumbuhan. Walaupun identifikasi merupakan proses yang terpisah namun
dalam prakteknya mencakup dua kegiatan yaitu klasifikasi dan tatanama. Secara
ringkas identifikasi adalah menentukan persamaan dan perbedaan antara dua unsur
dari tubuh tumbuhan yaitu, apakah dua unsur itu sama atau tidak. Membandingkan
suatu tumbuhan yang tidak diketahui dengan tumbuhan yang telah diketahui namanya
dan menyatakan bahwa dua unsur tersebut sama, juga menyangkut klasifikasi. Kedua
proses itu yaitu identifikasi dan klasifikasi menyangkut masalah membandingkan dan
menarik kesimpulan serta menentukan kriteria yang dipilih sebagai dasar untuk
menyatakan dua unsur itu sama atau berbeda jadi identifikasi adalah proses dasar
dalam klasifikasi dengan tatanama memegang peranan penting dalam
”memanggil” informasi yang ada dalam sistem tersebut.
Kebanyakan ahli taksonomi menggunakan setidak-tidaknya sebagian waktunya untuk
mengadakan identifikasi baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Orang-orang yang
telah mengenal flora yang terdapat pada satu daerah biasanya segera dapat mengingat
ratusan jenis tumbuhan dan dapat menggunakan nama tumbuhan itu guna meletakkan
specimen dalam hirarki taksonomi. Adakalanya untuk lebih meyakinkan hasilnya
specimen itu dapat dibandingkan dengan tumbuhan yang telah dikenal biasanya
dengan herbarium.
Agar mampu mengadakan identifikasi maka perlu memiliki hal-hal berikut :
(a). Pengetahuan tentang metode, ciri-ciri serta istilah-istilah taksonomi
(b). Pengetahuan tentang penggunaan buku pegangan serta sumber-sumber lain
seperti herbarium dan
(c). Pengalaman yang memadai tentang identifikasi
Sebelum melakukan kegiatan identifikasi, maka perlu dilakukan Pengamatan
Pendahuluan terhadap cirri/ sifat pada tumbuhan yang akan diidentifikasi. Mengamati
dengan teliti suatu specimen yang akan diidentifikasi merupakan suatu kebiasaan yang
baik yang perlu dikembangkan. Para pemula sebaiknya memilih tumbuhan yang masih
segar, lengkap dengan akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Specimen dengan
semua bagian di atas akan membantu dalam identifikasi. Usahakan memilih tumbuhan
yang bunganya relatif besar sehingga mudah diamati bagian-bagiannya. Selain itu perlu
persiapan alat-alat seperti lensa tangan, jarum, silet dan sebagainya. Langkah-langkah
dalam pengamatan tumbuhan yang akan identifikasi adalah sebagai berikut :
1. Tentukan apakah tumbuhan tersebut tergolong herba atau berkayu, semusim atau
tahunan
5. Hitung jumlah benang sari, amati bila ada perlekatan atau tidak dan dimana letak
perlekatan
7. Buanglah hiasan bunga dan benang sari. Gunakan silet unutk membuat penampang
melintang dari bakal buah, hitung jumlah ruangan, amati jumlah bakal biji dan tipe dari
plasenta
8. Ambil bunga yang lain dan buatlah penampang membujur. Amati posisi bakal buah
dan periksa apakah hiasan bunga bersatu atau tidak.
Ilmu pengetahuan kita tentang tumbuhan biasanya terbatas pada flora local
disekitar kita, dan hanya sebagian saja yang mungkin kita ketahui.
Jika kita mempunyai suatu jenis tumbuhan yang ingin dideterminasi, maka hal pertama
yang harus dilakukan ialah (1) mempelajari tumbuhan itu sebaik-baiknya. Semua sifat
morfologi (seperti posisi, bentuk, ukuran, dan jumlah bagian-bagian daun, bunga, buah
dan lainnya) perlu dianalisis sehingga cirri-ciri tumbuhan yang akan dideterminasi
dikuasai sepenuhnya. (2) adalah memperbandingkan atau mempersamakan cirri-ciri
tumbuhan tadi dengan cirri-ciri tumbuhan yang lain yang sudah dikenal identitasnya,
dengan memakai salah satu cara yang diuraikan dibawah ini. Adapun Metode
identifikasi dibagi dalam 2 kelompok yaitu :
1. Mengidentifikasi tumbuhan yang belum kita ketahui, tetapi telah dikenal oleh ilmu
pengetahuan. Dapat digunakan salah satu cara sebagai berikut :
a. Ingatan. Pendeterminasian ini dilakukan berdasarkan pengalaman atau ingatan
kita tentang tumbuhan yang pernah kita kenal sebelumnya.
b. Bantuan orang. Pendeterminasian tumbuhan dapat dilaksanakan dengan
meminta bantuan ahli-ahli botani sistematika, atau siapa saja yang bisa
memberikan informasi yang dapat dipercaya.
c. Specimen acuan
Pendeterminansian suatu jenis tumbuhan dilakukan dengan membandingkan secara
langsung dengan spesiemen acuan yang biasanya diberi etiket bertuliskan namanya.
Specimen tadi dapat berupa tumbuhan hidup misalnya koleksi tumbuhan yang ditanam
di kebun Botani, Kebun Raya. Akan tetapi specimen acuan yang biasa dipakai dalam
mendeterminasi ialah koleksi kering atau herbarium.
d. Pustaka
Cara lain untuk mengadakan pendeterminasian ialah dengan membandingkan atau
mencocokkan cirri-ciri tumbuhan yang akan dideterminasi itu dengan pertelaan-
pertelaan serta gambar-gambar yang ada dalam pustaka. Pertelaan-pertelaan yang
bersifat teknis itu disajikan dalam bentuk monografi, revisi, flora, buku-buku pegangan,
system lembaran identifikasi atau bentuk lainnya. Kunci identifikasi/determinasi
merupakan jalan memintas untuk mengetahui nama tumbuhan yang diidentifikasi.
e. Komputer
Berkat pesatnya teknologi dan boimetrik kemudian hari akan ada mesin elektronik
modern yang diprogramkan untuk menyimpan, mengolah, dan memberikan kembali
keterangan-keterangan tentang tumbuhan. Dengan demikian pendeterminasian
tumbuhan nantinya dapat dilaksanakan dengan bantuan computer.
f. Kunci Determinasi.
Penggunaan kunci determinasi merupakan jalan yang paling sering dipakai orang
dalam mendeterminasi terutama bagi mereka yang tidak mempunyai specimen acuan
yang cukup. Kunci adalah alat untuk mengidentifikasi tumbuhan yang belum dikenal
dengan memilih secara berurutan dua atau lebih pernyataan yang ada.
Pendeterminasian dengan bantuan kunci harus dilakukan secara bertahap, sebab
setiap kunci mempunyai jangkauan yang terbatas. Misalnya ada kunci yang hanya
sampai ordo saja, sampai familia, sampai genus saja atau sampai species saja dan
seterusnya. Kunci determinasi merupakan daya penganalisis yang berisi cirri-ciri khas
takson tumbuhan yang dicakupnya. Cirri-ciri tersebut disusun sedemikian rupa,
sehingga selangkah demi selangkah pemakai kunci dipaksa memilih satu diantara dua
atau beberapa sifat yang bertentangan, dan begitu seterusnya sehingga akhirnya
diperoleh suatu jawaban berupa identitas tumbuhan yang diinginkan.
Saran - saran dalam penggunaan kunci :
1. Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang cirri tumbuhan yang akan
diidentifikasi sebelum menggunakan kunci tersebut
2. Pilihlah kunci yang cocok dengan materi tumbuhan serta daerah geografi
dimana tumbuhan tersebut tumbuh
3. Bacalah pengantar dari kunci tersebut dan semua singkatan maupun hal-hal lain
secara lebih terinci
4. Perhatikan selalu dengan saksama semua pilihan yang ada
5. Hendak semua istilah dalam tulisan dipahami artinya, gunakan glosery.
6. Bila specimen tersebut tidak cocok dengan kunci dan semua pilihan layaknya
tidak mengena, mungkin kesalahan telah dibuat dan perlu diadakan pengkajian
ulang.
7. Bila ada dua kemungkinan perlu ditempuh kedua alternative tersebut.
8. Konfirmasikan pilihan tersebut dengan membaca deskripsinya
9. Specimen yang telah berhasil diidentifikasi sebaiknya diverifikasikan dengan
ilustrasi atau specimen herbarium yang ada.
1. .Kunci Pebandingan.
Dalam kunci perbandingan semua takson tumbuhan yang dicakup dan segala ciri
utamanya dicantumkan sekaligus. Yang termasuk kunci perbandingan antara lain:
1) Tabel
2) Kartu Berlubang
3) Kunci Leenhouts
2. Kunci analisis
Bentuk ini merupakan yang paling umum dipakai dalam pustaka, kunci
analisis sering disebut kunci dikotomi sebab pada dasarnya terdiri atas sederetan bait
atau kuplet dan setiap bait terdiri atas dua atau adakalanya beberapa baris yang
disebut penuntun dan berisi cirri-ciri yang bertentangan satu sama lain. Untuk
memudahkan pemakaian dan pengacuan maka setiap bait diberi nomor sedangkan
penuntunnya ditandai dengan huruf. Seperti telah disinggung di atas memakai kunci
analisis harus mengikuti bait-bait secara bertahap sesuai dengan yang ditentukan oleh
penuntun. Tapi dengan mempertentangkan ciri-ciri yang tercantum dalam penuntun-
penuntun secukupnya, akhirnya hanya akan tinggal satu kemungkinan dan kita akan
dituntun langsung pada nama takson tumbuhan yang dicari.
Pada kunci bertakik ada penuntun-penuntun yang sebait ditakikkan pada tempat
tertentu dari pinggir tetapi letaknya berjauhan. Diantara kedua penuntun itu ditempatkan
bait-bait takson tumbuhan dengan ditakikkan lebih ke tengah lagi dari pinggir yang
mempunyai cirri penuntun pertama, juga dengan penuntun yang dipisahkan berjauhan.
Dengan demikian maka unsur-unsur takson yang mempunyai cirri yang sama jadi
bersatu sehingga dapat terlihat sekaligus.
3. Sinopsis
Untuk memberi nama bagi tumbuhan yang belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan,
maka harus mengikuti aturan yang ada dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan
dan hendaknya mengikuti rekomendasinya.
1. Nama yang diberikan harus nama ilmiah
2. Nama harus syah
3. Nama harus dipubikasikan secara valid dan efektif
4. Nama seharusnya berhubungan secara permanen dengan salah satu elemen
dari takson tersebut, yaitu tipe tatanama dari takson baru tersebut.
Dalam mempublikasikan nama tersebut, deskripsi (pertelaan) atau paling kurang cirri
diagnosis dari takson baru tersebut harus dalam bahasa latin. Pada publikasi asli harus
ditambahkan nama baru takson tersebut dari tingkat klasifikasi yang mana dan
ditunjukkan dengan singkatan dalam bahasa latin setelah nama takson tersebut,
contoh :
- nov. spec untuk suatu jenis baru
- nov. gen untuk suatu marga baru
- nov. fam untuk suatu suku baru
Inilah sebagai contoh mengapa identifikasi tumbuhan biasanya dikerjakan oleh seorang
professional dalam sistematik tumbuhan, namun terkadang dapat juga dikerjakan oleh
yang kurang professional. Untuk itu pemberian nama baru tersebut diperlukan
pengetahuan yang mendalam tentang isi Kode Internasional Tatanama Tumbuhan
( KITT)
c. Deskripsi
d. dimulai dari organ itu secara umum sampai kepada bagian-bagian secara terperinci
sendiri-sendiri, biasanya urutan yang dipakai mulai dari perawakan (habitus), dan daur
hidup, kemudian mengenai akar, batang, daun, bunga, buah, biji dan kecambah.
2.3. Istilah yang dipakai hendaknya istilah teknis yang makna katanya tegas dan jelas
dan jangan menggunakan istilah yang berbeda untuk maksud yang sama.
2.4.Pertelaan itu dapat disertai gambar atau foto-foto yang dipandang perlu, Karena
mungkin pada foto itu terdapat cirri utama yang spesifik mengenai tumbuhan itu untuk
mendapat perhatian Karena pada foto tadi mungkin terletak cirri-ciri utama untuk
mengenal tumbuhan tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari kita temukan begitu banyak nama tumbuhan yang
diberikan dalam bahasa yang sesuai dengan bahasa induk yang digunakan oleh
masing-masing daerah yang sering disebut nama biasa ( nama local = local name).
oleh karena nama biasa itu terbatas pengertiannya pada orang-orang sebahasa saja,
maka pemakaian nama ilmiah sekarang sudah menjadi kebiasaan umum diterapkan
orang di seluruh dunia. Salah satu keuntungan penggunaan nama ilmiah bahwa
penentuan, pemberian atau pemakaian untuk setiap golongan tumbuhan dapat
didasarkan pada suatu aturan atau system tatanama. Suatu nama tumbuhan diberikan
kepada sekelompok tumbuhan bukan pada individu tumbuhan.
2. Lahirnya Nama ilmiah disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
a. Beranekaragamnya nama biasa, berarti tidak adanya kemungkinan nama biasa
itu diperlakukan secara umum untuk dunia Internasional, mengingat adanya
perbedaan dalam setiap bahasa yang digunakan, sehingga tidak mungkin
dimengerti oleh semua bangsa.
b. Beragam nama dalam arti ada yang pendek dan ada yang panjang,misalnya
nama Sambucus nigra, mulanya diberi nama Sambucus fructi in umbello nigro
( Sambucus dengan buah berwarna hitam yang tersusun dalam rangkaian
seperti payung). Atau Sambucus caulo ramose floribus umbelatus ( sambucus
dengan batang berkayu yang bercabang-cabang dengan bunga yang tersusun
seperti payung).
c. Banyak sinonim ( dua nama atau lebih) untuk satu macam tumbuhan. Juga
banyaknya anonim
d. Sukar diterima oleh dunia Internasional, bila salah satu bahasa bangsa-bangsa
yang sekarang masih dipakai sehari-hari dipilih sebagai bahasa untuk nama-
nama ilmiah.
Nama Biasa :
Setelah kita mengetahui perbedaan dari nama ilmiah dan nama biasa maka perlu
diketahui pula bahwa nama biasa perlu dipertahankan,karena kadang-kadang memang
nama itulah yang diketahui, sedang nama ilmiah belum diketahui sehingga dapat
digunakan sementara dalam mengacu sesuatu takson.
Mulai abad 16-17 orang mulai merasakan perlu mengatur nama tumbuhan. Orang
yang merintis jalan ini adalah Linnaeus dan ia sendiri mempraktekkannya. Ahli lain
sesudah Linnaeus adalah Agustine de Candolle yang karyanya dikemukakan di
Konggres Botani Internasional I yang diselenggarakan di Paris tahun 1867. Hasil
konggres ini dikenal sebagai kode Paris yang di tentukan sebagai kode tatanama. Hasil
konggres ini belum diterima sepenuhnya oleh para ahli botani di seluruh dunia. Pada
tahun 1892 para ahli botani Amerika di bawa pimpinan N. L. Britton dari Newyork
Botanical Garden, mengembangkan satu set peraturan tatanama tumbuhan. Peraturan
ini mereka anggap lebih obyektif dari pada kode Paris. Pertemuan para ahli botani ini
dipelopori oleh Botanical Club di Amerika pada pertemuan amerika Asociation for the
Advancement of science di Rochester New York tahun 1892.
Akhir tahun 1930 dirintis kongres Botani Internasional di Inggris yang dapat mencapai
kesepakatan tokoh-tokoh ahli Botani yang dberi nama The International rules of
Botanical Nomenclature. Hingga sekarang dikenal sebagai “International Code of
Botanical Nomenclature “ yang setiap lima tahun sekali dibahas dalam konggres para
ahli Botani Internasional ( ICBN/ KITT )
Dalam bentuk hasil mukhtamar Sidney tahun 1981, yang diterbitkan dalam 3 bahasa
yaitu bahasa Inggris, Perancis dan Jerman pada tahun 1983 memuat bagian-bagian
yang penting yaitu :
A. Mukadimah
B. Bagian I azas-azas
C. Bagian II peraturan dan saran-saran
D. Bagian III ketentuan untuk mengubah kode – kode tatanama
E. Lampiran I nama –nama hibrida
F. Lampiran II nama-nama suku yang dilestarikan
G. Lampiran IV nama-nama yang ditolak.
Setiap tumbuhan termasuk dalam suatu marga dan setiap marga termasuk dalam satu
suku, dan seterusnya kecuali untuk beberapa fosil tumbuhan.
Jika diperlukan tingkatan-tingkatan taxa yang lebih banyak maka istilah-istilah untuk
tingkat-tingkatan dapat dibuat dengan menambah kata/awalan/anak (sub) kepada
istilah-istilah tingkat-tingkat yang ditunjuk atau dengan mengadakan tambahan sisipan
istilah-istilah.
Suatu tumbuhan akan dapat dimasukkan ke dalam taksa secara menurun sebagai
berikut : Alam tumbuhan (Regnum), anak alam tumbuhan (Sub-regnum), Divisi (divisio),
anak divisi (Sub-divisio), Kelas (Classis), Anak kelas (Sub-classis), Bangsa (Ordo),
Anak bangsa (Sub-ordo), Suku (familia), Anak suku (Sub familia), Puak (Tribus), Anak
Puak (Sub tribus), Marga (Genus), Anak Marga (Sub genus), Seksi (Sectio), Anak seksi
(Sub sectio), Deret (Series), Anak deret (Sub Series), Jenis (Species), Anak Jenis (Sub
Species), Varitas (Varietas), Anak varitas (Sub Varietas), Forma (Form), Anak forma
(Sub forma).
Selanjutnya penyisipan/ penambahan tingkat-tingkat dapat juga ditambahkan, tetapi jika
penambahan dilakukan jangan sampai menyebabkan kekacauan atau kesalahan.
Urutan-urutan tingkatan tersebut diatas tidak boleh dibolak-balik.
Rekomendasi:
a. Nama suatu divisi diambil atau dibentuk dari cirri khas divisi (nama descriptive)
atau dari nama yang termasuk genus disitu disarankan dengan akhiran –phyta-,
dan suatu divisi fungi disarankan dengan akhiran –mycota-.
b. Nama anak divisi dibentuk dengan cara yang sama;dibedakan dengan nama
divisi dengan akhiran -phytina-, kecuali jika suatu anak divisi fungi, dalam hal ini
dengan akhiran –mycotina-
c. Nama suatu kelas atau anak kelas dibentuk dengan cara yang sama, diberi
akhiran sebagai berikut:
1. Untuk Algae : Phycea (kelas) dan phycidae (anak kelas)
2. Untuk fungi : mycetes (kelas) dan mycetidae (anak kelas)
3. Untuk Cormophyta: opsida (kelas) dan idea (anak kelas)
d. Jika suatu nama telah dipublikasikan dengan suatu batasan yang tidak sesuai
dengan rekomendasi ini, agar disesuaikan tanpa mengganti nama pengarang
atau tanggal publikasinya. Bila nama ordo didasarkan pada nama pangkal suatu
suku, ordo itu harus diberi akhiran ales. Bila nama sub ordo didasarkan pada
pangkal nama family, nama sub ordo itu harus diberi akhiran ineae.
Contoh :nama-nama ordo:Fucales, Polygonales, Parietales, Ustilaginales.
Sub ordo: Bromeliiniae, malfiniae.
2. Nama-nama familia dan sub familia. Tribus dan sub tribus.
a. Nama suku (familia) adalah kata sifat berbentuk berbentuk jamak yang dipakai
sebagai kata benda. Nama suku tadi dibentuk dari pokok nama salah satu genus
yang termasuk dalam suku tadi ditambah akhiran aceae.
Contoh : Rosaceae (dari Rosa)
b. Nama sub Familia seperti suku dengan akhiran oideae contoh:rosoidiae (dari
Rosa)
c. Nama tribus, dengan cara yang sama dengan akhiran eae.
Contoh: Roseae (dari rosa).
d. Nama sub tribus, dengan cara sama dengan akhiran inae.
Contoh:Rosinae (dari Rosa)
3. Nama-nama Genus dan Anak Genus
a. Nama genus adalah kata benda berbentuk tunggal atau suatu kata yang
diperlakukan demikian. Kata ini dapat diambil dari sumber manapun, dan dapat
juga digunakan sekehendak pengarang.
Contoh :Rosa
Impatiens
Manihot
Nama genus tidak boleh diambil dari istilah teknik yang digunakan dalam morfologi.
Contoh :radicul ------------tidak boleh
Tuber ------------tidak boleh
Caulis ----------- tidak boleh
Folium ------------tidak boleh
Spina ------------tidak boleh
Nama genus tidak boleh terdiri dari dua kata
b. Nama tingkat di bawah genus adalah kombinasi nama genus ditambah petunjuk
takson yang bersangkutan dihubungkan dengan suatu istilah tentang suatu
tingkat takson tadi.
Misalnya: Subgenus ------------ Subg
Section ------------ Sect
Series ------------ Ser
4. Nama Jenis
Nama jenis adalah kombinasi ganda yang terdiri dari nama marga diikuti oleh suatu
petunjuk jenis, jika petunjuk jenis terdiri dari dua kata atau lebih, maka kedua kata
tersebut disatukan dengan diberi tanda sempang/penghubung. Petunjuk jenis dapat
diambil dari sumber manapun :
Contoh : Hibiscus rosa-sinensis
Adiantum capillus-Fineris
Atropa Bella- Donna
Impatiens Noli-Tangere
5. Nama takson tingkat dibawah jenis (infraspecifik taxon)
Nama “infraspecifik taxon” adalah suatu kombinasi nama jenis dan suatu petunjuk
infraspecifik dihubungkan dengan suatu istilah yang menunjuk takson yang
bersangkutan.
Contoh : Saxifraga aizon subforma serculosa engler & Irnetohei
Saxifrage var.aizen subvar. Brevifolia forma multicaulis subforma surculosa Engler &
Irnetohei.
6. Nama Pengarang.
Nama pengarang adalah nama orang yang menemukan atau memberi nama
jenis atau nama takson diatas atau dibawahnya jenis tersebut. Tujuan pencantuman
nama pengarang adalah agar penunjukkan dari nama suatu takson dapat tepat dan
lengkap, disamping itu agar tanggal penerbitan dari nama tersebut mudah diselidiki.
Cara penulisan nama pengarang dapat disingkat atau ditulis lengkap. Misalnya: Michx
untuk untuk Andre Michaux., DC untuk de Candolle. Kalau nama tersebut sudah
pendek maka penulisanya tidal perlu disingkat., misalnya Jack atau Rifai untuk Mien A.
Rifai.
7. TIPIFIKASI
Suatu holotipe adalah suatu specimen atau unsur lain yang digunakan oleh pengarang
atau ditunjuknya sebagai tipe tatanama. Selama suatu holotipe masih ada, penerapan
nama yang bersangkutan dengannya secara otomatis dapat dipastikan. Jika tidak ada
yang dinyatakan oleh pengarang/pencipta nama yang mendeskripsikan suatu taxon,
atau bila holotipe itu hilang atau rusak, maka suatu nama pengganti (lectotipe) atau
neotipe dapat ditunjuk untuk mengantikannya. Tipe pengganti selalu diambil lebih
utama dari tipe baru (neotipe).
Suatu isotope jika yang demikian ada, harus dipilih sebagai lektotipe. Jika tidak ada
isotope, lektotipe harus dipilih diantara sintipe-sintipe, jika yang demikian itu ada. Jika
baik isotope, sintipe maupun bahan aslinya tidak ada, suatu neotipe dapat dipilih