Anda di halaman 1dari 10

BIODIVERSITAS

A. Pengertian Biodiversitas
Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme
yang menunjukkan keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah.
Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk,
penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik
tingkatan gen, tingkatan spesies, maupun tingkatan ekosistem.
Keanekaragaman disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor keturunan atau
genetik dan faktor lingkungan. Faktor keturunan disebabkan oleh adanya gen yang
akan membawa sifat dasar atau sifat bawaan. Sifat bawaan ini diwariskan turun
temurun dari induk kepada keturunannya. Namun, sifat bawaan terkadang tidak
muncul (tidak tampak) karena faktor lingkungan. Jika faltor bawaan sama tetapi
lingkungannya berbeda, mengakibatkan sifat yang tampak menjadi berbeda. Jadi,
terdapat interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan. Karena adanya dua
faktor tersebut, maka muncullah keanekaragaman hayati.
Sebagai contoh, kita tanam tanaman Hortensia secara stek ke dalam dua pot
yang diberi media tanam berbeda. Karena dari tanaman stek, maka secara genetik
tanaman itu sama. Gen yang terkandung di dalamnya sama. Tanaman yang ditanam pot
yang diberi media tanam bersifat asam (misal diberi humus) akan menghasilkan bunga
berwarna merah sedangkan yang ditanam di pot yang diberi media tanam bersifat basa
(misal diberi bubuk kapur) akan menghasilkan bunga berwarna biru. Jadi perbedaan
keasaman tanah dapat mengakibatkan keanekaragaman bunga Hortensia.
Berdasarkan hal tersebut, para pakar membedakan keanekaragaman
hayatimenjadi tiga tingkatan, yaitukeanekaragaman gen, keanekaragaman
jenis, dankeanekaragaman ekosistem.

B. .Prinsip Dasar Taksonomi


2.1 Determinasi
Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan lain
yang sudah dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Karena di dunia ini
tidak ada dua benda yang identik atau persis sama, maka istilah determinasi (Inggris to
determine = menentukan, memastikan) dianggap lebih tepat daripada istilah
identifikasi (Inggeris to identify = mempersamakan (Rifai,1976).
 Cara mendeterminasi tumbuhan
Untuk mendeterminasi tumbuhan pertama sekali adalah mempelajari sifat
morfologi tumbuhan tersebut (seperti posisi, bentuk, ukuran dan jumlah bagian-bagian
daun, bunga, buah dan lain- lainnya). Langkah berikut adalah membandingkan atau
mempersamakan ciri-ciri tumbuhan tadi dengan tumbuhan lainnya yang sudah dikenal
identitasnya, dengan menggunakan salah satu cara di bawah ini:

1. Ingatan
Pendeterminasian ini dilakukan berdasarkan pengalaman atau ingatan kita. Kita
mengenal suatu tumbuhan secara langsung karena identitas jenis tumbuhan yang sama
sudah kita ketahui sebelumnya, misalnya didapatkan di kelas, atau pernah
mempelajarinya, pernah diberitahukan orang lain dan lain-lain.

2. Bantuan orang
Pendeterminasian dilakukan dengan meminta bantuan ahli-ahli botani sistematika yang
bekerja di pusat-pusat penelitian botani sistematika, atau siapa saja yang bisa
memberikan pertolongan. Seorang ahli umumnya dapat cepat melakukan
pendeterminasian karena pengalamannya, dan kalau menemui kesulitan maka dia akan
menggunakan kedua cara berikutnya.

3. Spesimen acuan
Pendeterminasian tumbuhan dapat juga dilakukan dengan membandingkan secara
langsung dengan specimen acuan yang biasanya diberi label nama. Spesimen tersebut
bisa berupa tumbuhan hidup, misalnya koleksi hidup di kebun raya. Akan tetapi
specimen acuan yang umum dipakai adalah koleksi kering atau herbarium.

4. Pustaka
Cara lain untuk mendeterminasi tumbuhan adalah dengan membandingkan atau
mencocokkan ciri- ciri tumbuhan yang akan dideterminasi dengan pertelaan-pertelaan
serta gambar-gambar yang ada dalam pustaka. Pertelaan-pertelaan tersebut dapat
dijumpai dalam hasil penelitian botani sistematika yang disajikan dalam bentuk
monografi, revisi, flora, buku-buku pegangan ataupun bentuk lainnya.

5. Komputer
Berkat pesatnya kemajuan teknologi dan biometrika akan ada mesin elektronika
modern yang diprogramkan untuk menyimpan, mengolah dan memberikan kembali
keterangan-keterangan tentang tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian
pendeterminasian tumbuh-tumbuhan nantinya akan dapat dilakukan dengan bantuan
komputer.

 Aturan Pembuatan Kunci Determinasi

Kunci determinasi merupakan suatu alat yang diciptakan khusus untuk


memperlancar pelaksanaan pendeterminasian tumbuh-tumbuhan. Kunci determinasi
dibuat secara bertahap, sampai bangsa saja, suku, marga atau jenis dan seterusnya. Ciri-
ciri tumbuhan disusun sedemikian rupa sehingga selangkah demi selangkah si pemakai
kunci dipaksa memilih satu di antara dua atau beberapa sifat yang bertentangan,begitu
seterusnya hingga akhirnya diperoleh suatu jawaban berupa identitas tumbuhan yang
diinginkan.

Beberapa syarat kunci determinasi yang baik menurut Vogel (1989) antara lain:
Ciri yang dimasukkan mudah diobservasi, karakter internal dimasukkan bila sangat
penting.
 Menggunakan karakter positif dan mencakup seluruh variasi dalam grupnya.
Contoh :
1. Leaves opposites
2. Leaves either in whorls, or spirally arranged, or distichous
Bukan
1. Leaves opposites
2. Leaves not opposites
 Deskripsi karakter dengan istilah umum yang dimengerti orang
 Menggunakan kalimat sesingkat mungkin, hindari deskripsi dalam kunci
 Mencantumkan nomor couplet
 Mulai dari ciri umum ke khusus, bawah ke atas

 Menggunakan Kunci Determinasi


Saran-saran dalam penggunaan kunci determinasi:
1. Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang ciri tumbuhan yang akan
dideterminasi (kalau ada lengkap vegetatif dan generatif)
2. Pilih kunci yang sesuai dengan materi tumbuhan dan daerah geografi di mana
tumbuhan tersebut diperoleh
3. Baca pengantar kunci tersebut dan semua singkatan atau hal-hal lain yang lebih
rinci
4. Perhatikan pilihan yang ada secara hati-hati
5. Hendaknya semua istilah yang ada dipahami artinya. Gunakan glossary atau
kamus
6. Bila spesimen tersebut tidak cocok dengan semua kunci dan semua pilihan
layaknya tidak kena, mungkin terjadi kesalahan, ulangi ke belakang.
7. Apabila kedua pilihannya mugkin, coba ikuti keduanya
8. Konfirmasikan pilihan tersebut dengan membaca deskripsinya
9. Spesimen yang berhasil dideterminasi sebaiknya diverifikasi dengan ilustrasi
atau specimen herbarium yang ada.

 Jenis-jenis Kunci Determinasi Tumbuhan


Menurut Rifai (1976), berdasarkan cara penyusunan sifat-sifat yang harus
dipilih maka dikenal tiga macam kunci determinasi, yaitu kunci perbandingan, kunci
analisis dan sinopsis. Yang akan dibahas di sini adalah kunci analisis. Kunci analisis
merupakan kunci yang paling umum digunakan dalam pustaka. Kunci ini sering juga
disebut kunci dikotomi sebab terdiri atas sederetan bait atau kuplet. Setiap bait terdiri
atas dua (atau adakalanya beberapa) baris yang disebut penuntun dan berisi ciri-ciri
yang bertentangan satu sama lain.
Untuk memudahkan pemakaian dan pengacuan, maka setiap bait diberi
bernomor, sedangkan penuntunnya ditandai dengan huruf. Pemakai kunci analisis
harus mengikuti bait-bait secara bertahap sesuai dengan yang ditentukan oleh
penuntun. Dengan mempertentangkan ciri-ciri yang tercantum dalam penuntun-
penuntun itu akhirnya hanya akan tinggal satu kemungkinan dan kita dituntun langsung
pada nama takson yang dicari. Kunci analisis dibedakan menjadi dua macam
berdasarkan cara penempatan bait-baitnya yaitu kunci bertakik (kunci indent) dan
kunci paralel.
Pada kunci bertakik maka penuntun-penuntun yang sebait ditakikkan pada
tempat tertentu dari pinggir (menjarak pada jarak tertentu dari pinggir), tapi letaknya
berjauhan. Di antara kedua penuntun itu ditempatkan bait-bait takson tumbuhan,
dengan ditakikkan lebih ke tengah lagi dari pinggir yang memenuhi ciri penuntun
pertama, juga dengan penuntun-penuntun yang dipisah berjauhan. Dengan demikian
maka unsure-unsur takson yang mempunyai ciri yang sama jadi bersatu sehingga bisa
terlihat sekaligus.
2.2 Klasifikasi

-Sejarah Klasifikasi

i. Aristoteles (384 – 322 SM), mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua


kelompok, yaitu tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikelompokkan menjadi
herba, semak dan pohon. Sedangkan hewan digolongkan menjadi vertebrata
dan avertebrata.
ii. John Ray (1627 – 1708), merintis pengelompokkan makhluk hidup kearah
grup-grup kecil. Ia telah melahirkan konsep tentang jenis dan spesies.
iii. Carolus Linnaeus (1707 – 1778), mengelompokkan makhluk hidup
berdasarkan pada kesamaan struktur. Ia juga mengenalkan pada system tata
nama makhluk hidup yang dikenal dengan binomial nomenklatur.
iv. Pada tahun 1969 R.H Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi 5
(lima) kingdom/kerajaan, yaitu :

o Monera (bakteri dan ganggang biru)


Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Monera memiliki sel
prokariotik.Kelompok ini terdiri dari bakteri dan ganggang hijau biru
(Cyanobacteria)
o Protista (ganggang dan protozoa)
Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Protista rnemiliki sel
eukariotik. Protista memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel
tetapi tidak berdiferensiasi. Protista umumnya memiliki sifat antara hewan dan
tumbuhan. Kelompok ini terdiri dari Protista menyerupai hewan (Protozoa) dan
Protista menyerupai tumbuhan (ganggang), dan Protista menyerupai jamur.
o Fungi (jamur)
Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri.
Cara makannya bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari
lingkungannya sehingga hidupnya bersifat parasit dan saprofit. Kelompok ini
terdiri dari semua jamur, kecuali jamur lendir (Myxomycota) dan jamur air
(Oomycpta).
o Plantae (tumbuhan)
Tumbuhan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya terdiri dari banyak sel yang telah
berdiferensiasi membentuk jaringan. Tumbuhan memiliki kloroplas sehingga
dapat membuat makanannya sendiri (bersifat autotrof). Kelompok ini terdiri
dari tumbuhan lumut, tumbuhan paku, tumbuhan berbiji terbuka, dan tumbuhan
berbiji tertutup

o Animalia (hewan)
Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel .yang telah
berdiferensiasi membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya
sendiri sehingga bersifat heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan,
yaitu hewan tidak bertulang belakang (invertebrata) dan hewan bertulang
belakang (vertebrata).

-Manfaat Klasifikasi yaitu :


1. Dengan mengklasifikasikan makhluk hidup maka kita dapat
menyederhanakan objek studi dari makhluk hidup yang beraneka ragam.
2. Dapat mengetahui hubungan kekerabatan antar anggota kelompok makhluk
hidup dalam klasifikasi tersebut. Semakin banyak persamaannya (satu golongan
dengan golongan lain), artinya kedua golongan tersebut memiliki hubungan
kekerabatan semakin dekat.
3. Adanya klasifikasi dapat mempermudah untuk mengetahui urutan proses
evolusi/ perkembangan suatu makhluk hidup.
2.3 Nomenklatur

Tata nama binomial atau binomial nomenklatur merupakan aturan penamaan


baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata
(binomial berarti 'dua nama') dari system taksonomi (biologi), dengan mengambil
nama genus dan namaspesies. Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan
dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan. Aturan ini pada awalnya
diterapkan untuk fungi, tumbuhandan hewan oleh penyusunnya (Carolus Linnaeus),
namun kemudian segera diterapkan untuk bakteri pula. Sebutan yang disepakati untuk
nama ini adalah 'nama ilmiah' (scientific name). Awam seringkali menyebutnya
sebagai "nama latin" meskipun istilah ini tidak tepat sepenuhnya, karena sebagian besar
nama yang diberikan bukan istilah asli dalam bahasa latin melainkan nama yang
diberikan oleh orang yang pertama kali mendeskripsikan (disebut deskriptor) lalu
dilatinkan ataupun dari bahasa Latin sendiri. Carolus Linnaeus memilih penggunaan
bahasa Latin untuk penamaan karena dari masa ke masa hingga saat ini, bahasa Latin
tidak mengalami perubahan maupun perkembangan, melainkan tetap. Penamaan
organisme pada saat ini diatur dalam Peraturan Internasional bagi Tata Nama
Botani (ICBN) bagi tumbuhan, beberapa alga, fungi, dan lumut kerak, serta fosil
tumbuhan; Peraturan Internasional bagi Tata Nama Zoologi (ICZN) bagi hewan dan
fosil hewan; dan Peraturan Internasional bagi Tata Nama Prokariota (ICNP). Aturan
penamaan dalam biologi, khususnya tumbuhan, tidak perlu dikacaukan dengan aturan
lain yang berlaku bagi tanaman budidaya (Peraturan Internasional bagi Tata Nama
Budidaya, ICNCP).
Dengan adanya kesatuan nama ini, orang tidak akan keliru dengan makhluk
hidup yang dimaksud meskipun di tiap negara atau daerah memiliki nama sendiri.
Sistem binomial nomenklatur ini merupakan sistem pemberian nama hewan atau
tumbuhan secara sah dan benar berdasar kode internasional. Pemberian nama ini diatur
dengan Kode Internasional Tata Nama Hewan dan Tumbuhan dengan menggunakan
sistem tata nama dua kata (binomial nomenklatur) dengan aturan-aturan sebagai
berikut.
1. Nama terdiri dari dua kata, kata pertama menunjukkan tingkatan marga
(genus) yang diawali dengan huruf besar dan kata kedua menunjukkan
tingkatan jenis (spesies) yang diawali dengan huruf kecil.
Contohnya: Gnetum gnemon
2. Jika ditulis dengan huruf tegak, dua kata tersebut harus digarisbawahi, tetapi
jika tidak digarisbawahi, dua kata tersebut harus dicetak miring.
Contohnya, Gnetumgnemon atau Gnetum gnemon.
3. Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan
selanjutnya cukup dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi titik
lalu nama spesies secara lengkap. Contoh: Tumbuhan dengan bunga
terbesar dapat ditemukan di hutan-hutan Bengkulu, yang dikenal sebagai
padma raksasa (Rafflesia arnoldii). Di Pulau Jawa ditemukan pula
kerabatnya, yang dikenal sebagai R. patma, dengan ukuran bunga yang
lebih kecil. Sebutan E. coli atau T. rex berasal dari konvensi ini.
Beberapa contoh penulisan nama ilmiah tumbuhan dan hewan dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Contoh Nama Ilmiah Tumbuhan dan Hewan
No Nama Indonesia Nama Ilmiah
1. Jagung Zea mays
2. Padi Oryza sativa
3. Mangga Mangifera indica
4. Ketela pohon Manihot utilissima
. 5. Cacing tanah Lumbricus terestris

4. Jika memiliki subspesies, nama tersebut ditambahkan pada kata ketiga. Jadi,
pada subspesies terdiri atas tiga kata. Sistem penamaan yang terdiri atas tiga
suku kata disebut Trinomial, contohnya, Passer domesticus
domesticus (burung gereja) danFelis maniculata domesticus (kucing jinak).

Untuk kelompok yang tingkatan klasifikasinya lebih tinggi lagi, aturan


penamaannya adalah sebagai berikut.
a. Pada hewan
Nama famili berasal dari nama genus ditambah -idae
Contoh: Ranidae berasal dari Rana (katak)
Nama subfamili berasal dari nama genus, ditambah -inae
Contoh: Fasciolinae berasal dari Fasciola (cacing pita)
b. Pada tumbuhan
Nama famili diberi akhiran -aceae atau -ae.
Contoh: Ranunculaceae berasal dari Ranunculus
Leguminoceae berasal dari Leguminose
Nama ordo diberi akhiran -ales.
Contoh: Filiales (paku-pakuan)
Nama divisio diberi akhiran -phyta.
Contoh: Spermatophyta

C. Permasalahan Yang Terjadi Pada Biodiversitas Di Indonesia


Masalah utama dalam keanekaragaman hayati adalah turunnya
keanekaragaman hayati yang diakibatkan oleh pencemaran lingkungan hidup hayati.
Lingkungan untuk keanekaragaman hayati meliputi hutan, air, tanah, udara, dan
laut. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hayati (ekosistem) merupakan
penyebab turunnya keanekaragaman hayati (lihat gambar 3 dan gambar 4 pada
lampiran). Secara umum, rusaknya suatu ekosistem disebabkan oleh perusakan
habitat, pembudidayaan spesies tertentu, polusi zat-zat kimia, pemburuan liar, erosi
tanah, dan usaha pencagaran yang tidak berjalan lancar. Yang menjadi dasar dari
masalah perusakan ekosistem. ini adalah perubahan fungsi suatu ekosistem menjadi
fungsi yang lain. Hal-hal yang menyebabkannya antara lain penggundulan hutan,
pembangunan, dan pembuatan bendungan. Menurut data statistik kehutanan, hutan
Indonesia seluas 141,8 juta pada tahun 1991. Pada tahun 2001, menjadi 108,6 juta
turun 32,2 juta ha. Hal ini mengakibatkan banyak spesies punah. Jumlah spesies
yang ada di bumi ini sangat beraneka ragam. Hingga saat ini, diperkirakan ada
13.620.000 spesies dan 1.750.000 diantaranya telah teridentifikasi (lihat lampiran
tabel 1 pada lampiran). Dari sekitar 12,8 % spesies yang telah teridentifikasi
tersebut hanya sedikit yang berguna bagi kehidupan manusia, misalnya seperti
kelapa sawit, padi, tembakau, bawang merah, sapi, ayam, Sacharomyces sp, dan lain
sebagainya (Hunter, Fundamentals Conservation of Biology). Manusia hanya
menginginkan untuk memperbanyak spesies-spesies tertentu yang berguna baginya.
Akibatnya, spesies-spesies lain yang dianggap belum berguna karena belum
diketahui fungsinya bagi kehidupan manusia terancam punah. Dikhawatirkan
apabila hal ini terus berlangsung maka jumlah spesies di muka bumi ini semakin
berkurang.

Zat-zat seperti CO2, SO2, CFC, NOX, N2O5, dan CH4 merupakan zat yang paling
berdampak pada keanekaragaman hayati. Zat-zat tersebut dapat menyebabkan
pemanasan global, penipisan lapisan ozon, dan hujan asam yang sangat
mempengaruhi keadaan suatu ekosistem menjadi layak untuk dijadikan habitat
kehidupan atau tidak. Selain itu juga ada limbah yang dihasilkan oleh industri,
rumah tangga, pertanian, peternakan, dan perikanan. Hal ini menyebabkan hanya
spesies tertentu saja yang dapat hidup. Terutama spesies yang dapat beradaptasi
dengan lingkungan yang baru.
Ekosistem yang berada di air mencakup sungai, danau, air tawar, dan laut. Dalam
ekosistem air terdapat berbagai jenis organisme seperti ikan, alga, dan terumbu
karang. Akibat adanya erosi tanah kedalaman air baik di sungai, danau, air tawar,
dan laut semakin berkurang. Pendangkalan tersebut menyebabkan wilayah untuk
hidup semakin berkurang sehingga organisme yang hidup terancam punah.

Usaha untuk mengatasi penurunan jumlah keanekaragaman hayati sudah ada. Yaitu
dengan metode in situdan ex situ. In situ adalah pencagaran di tempat hidupnya
sendiri. Ex situ adalah pencagaran di tempat hidup yang lain. Namun, pada
prakteknya usaha tersebut masih memiliki masalah. Masalah pada pencagaran in
situ adalah masalah semakin sempitnya luas habitat. Untuk ex situ sendiri, tersendat
karena masalah biaya yang sangat besar hingga miliaran rupiah. Di indonesia
sendiri, baik in situ dan ex situ tidak berjalan dengan baik. Diperkirakan 126 jenis
burung, 63 mamalia, dan 21 jenis reptilia di Indonesia terancam punah.

Anda mungkin juga menyukai