Anda di halaman 1dari 14

Pertemuan 5

1. Sistem identifikasi tumbuhan


A. Identifikasi
Identifikasi berasal dari kata identik yang artinya sama atau serupa dengan, dan untuk ini
dapat terlepas dari nama latin. Identifikasi tumbuhan adalah menentukan nama yang benar
dan tempatnya yang tepat dalam klasifikasi. Tumbuhan yang akan diidentifikasi, mungkin
belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan. Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-
tingkat takson harus mengikuti semua aturan yang ada dalam KITT (Kode Internasional
Tatanama Tumbuhan). Untuk mengidentifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu
pengehtahuaan, memerlukan sarana antara lain bantuan dari orang lain, spesimen, herbarium,
buku-buku flora, dan monografi kunci identifikasi serta lembar identifikasi jenis.
Tentang persyaratan pemberian nama ilmiah, publikasi, dan segala implikasinya di atur
dalam KITT. Penentuan nama takson baru perlu memenuhi persyaratan antara lain :
1) Nama dalam bahasa latin atau bahasa lain yang diperlakukan sebagai bahasa latin
2) Nama dipublikasikan secara sah (legitimate)
3) Berlaku (valid)
4) Dipublikasikan secara efektif, yaitu disebarluaskan ke khalayak ramai, paling tidak
kepada para ahli yang berkecimpung dalam bidang botani.
5) Harus ditunjuk tipe tatanamanya (spesimen tipe).
Tipe tatanama adalah spesimen atau unsur lain yang dikaitkan secara abadi
dengan nama takson yang bersangkutan.Dalam mempublikasikan nama takson baru
tersebut deskripsi atau paling tidak diagnosis dari takson baru itu harus dalam bahasa
latin. Pada publikasi asli harus ditambahkan keterangan takson baru itu pada tingkat
takson yang mana dan ditunjukkan dengan singkatan dalam bahasa latin setelah nama
takson yang diusulkan, contohnya :
a. Nov.spec. untuk suatu nama spesies baru
b. Nov.gen. untuk suatu nama genus baru
c. Nov.var. untuk suatu nama varietas baru
d. Nov.form untuk suatu nama form baru
Melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas
suatu tumbuhan, yang dalam hal ini tidak lain daripada menentukan namanya yang benar dan
tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi. Tumbuhan yang ada di bumi ini beraneka
ragam dan besar jumlahnya itu, tentu ada yang telah dikenal dan ada pula yang tidak dikenal.
Orang yang akan mengidentifikasikan suatu tumbuhan selalu menghadapi dua kemungkinan:
1) Tumbuhan yang akan diidentifikasikan itu belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan,
jadi belum ada nama ilmiahnya, juga belum ditentukan tumbuhan itu berturut-turut
dimasukkan kedalam kategori yang sama.
Identifikasi tumbuhan yang sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan yaitu
identifikasi tumbuhan yang mana kita belum mengetahui untuk taksonomi tumbuhan
tersebut, akan tetapi sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan. Untuk mengatasi hal
tersebut tersedia beberapa cara, antara lain :
a. Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seorang yang kita anggap
ahli dan kita perkirakan mampu untuk memberikan jawaban atas pertanyaan kita.
b. Mencocokkan dengan specimen herbarium yang telah diidentifikasi. Yaitu dengan cara
mengirimkan specimen tumbuhan ke herbarium atau lembaga-lembaga penelitian
biologi yang tenar untuk diidentifikasikan.
c.  Mencocokkan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku flora atau monografi.
d.  Menggunakan lembar identifikasi jenis (spesies identification sheet), yaitu sebuah
gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai nama dan klasifikasi jenis yang
bersangkutan.
e.  Menggunakan kunci identifikasi. Untuk mengidentifikasi makhluk hidup yang baru saja
dikenal, kita memerlukan karakter pembanding berupa gambar  maupun spesimen
(awetan hewan dan tumbuhan), hewan atau tumbuhan yang sudah diketahui namanya
yang disusun dalam kunci identifikasi.
2) Tumbuhan yang akan diidentifikasikan itu sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan,
sudah ditentukan nama dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi.
Langkah berikut adalah membandingkan atau mempersamakan ciri-ciri tumbuhan
tadi dengan tumbuhan lainnya yang sudah dikenal identitasnya, dengan menggunakan
salah satu cara di bawah ini:
a. Ingatan
Pendeterminasian ini dilakukan berdasarkan pengalaman atau ingatan kita. Kita
mengenal suatu tumbuhan secara langsung karena identitas jenis tumbuhan yang sama
sudah kita ketahui sebelumnya, misalnya didapatkan di kelas, atau pernah
mempelajarinya, pernah diberitahukan orang lain dan lain-lain.
b.  Bantuan orang
      Pendeterminasian dilakukan dengan meminta bantuan ahli-ahli botani sistematika
yang bekerja di pusat-pusat penelitian botani sistematika, atau siapa saja yang bisa
memberikan pertolongan. Seorang ahli umumnya dapat cepat melakukan
pendeterminasian karena pengalamannya, dan kalau menemui kesulitan maka dia akan
menggunakan kedua cara berikutnya.
c.  Spesimen Acuan
      Pendeterminasian tumbuhan dapat juga dilakukan dengan membandingkan secara
langsung dengan specimen acuan yang biasanya diberi label nama. Spesimen tersebut
bisa berupa tumbuhan hidup, misalnya koleksi hidup di kebun raya. Akan tetapi
specimen acuan yang umum dipakai adalah koleksi kering atau herbarium.
d.  Pustaka
Cara lain untuk mendeterminasi tumbuhan adalah dengan membandingkan atau
mencocokkan ciri-ciri tumbuhan yang akan dideterminasi dengan pertelaan-pertelaan
serta gambar-gambar yang ada dalam pustaka.Pertelaan-pertelaan tersebut dapat
dijumpai dalam hasil penelitian botani sistematika yang disajikan dalam bentuk
monografi, revisi, flora, buku-buku pegangan ataupun bentuk lainnya.
e.  Komputer
      Berkat pesatnya kemajuan teknologi dan biometrika akan ada mesin elektronika
modern yang diprogramkan untuk menyimpan, mengolah dan memberikan kembali
keterangan-keterangan tentang tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian
pendeterminasian tumbuh-tumbuhan nantinya akan dapat dilakukan dengan bantuan
komputer.

B.   Determinasi dan Kunci Determinasi


Determinasi yaitu membandingkan suatu tumbuhan dengan satu tumbuhan lain yang sudah
dikenal sebelumnya (dicocokkan atau dipersamakan). Karena di dunia ini tidak ada dua benda
yang identik atau persis sama, maka istilah determinasi (Inggris to determine=menentukan,
memastikan) dianggap lebih tepat daripada istilah identifikasi (Inggris to
identify=mempersamakan).Kunci Determinasi merupakan cara analitis buatan yang
memungkinkan pengenalan tumbuh-tumbuhan berdasarkan sifat-sifat yang penting dengan jalan
memilih di antara sifat-sifat yang dipertentangkan, mana yang sesuai (digunakan) dan mana yang
tidak sesuai (tidak digunakan).Penggunaan kunci determinasi merupakan jalan yang paling
sering dipakai orang dalam mendeterminasi tumbuhan terutama oleh mereka yang tidak
mempunyai spesimen acuan yang cukup. Pendeterminasian dengan bantuan kunci harus
dilakukan secara bertahap, sebabsetiap kunci determinasi itu mempunyai batas kemampuan
sendiri-sendiri. Ada kunci yang hanya sampai ordo saja, sampai suku, sampai famili,atau sampai
jenis dan seterusnya.
Tentang persyaratan pemberian nama ilmiah, publikasi, dan segala implikasinya di atur
dalam KITT. Penentuan nama takson baru perlu memenuhi persyaratan antara lain :
1) Nama dalam bahasa latin atau bahasa lain yang diperlakukan sebagai bahasa latin
2) Nama dipublikasikan secara sah (legitimate)
3) Berlaku (valid)
4) Dipublikasikan secara efektif, yaitu disebarluaskan ke khalayak ramai, paling tidak kepada
para ahli yang berkecimpung dalam bidang botani.
5) Harus ditunjuk tipe tatanamanya (spesimen tipe).
Berdasarkan cara penyusunan sifat-sifat yang harus dipilih tadi maka dikenal 3 (tiga) macam
kunci determinasi yaitu :
1. Kunci Perbandingan
Dalam  kunci perbandingan maka semua takson tumbuhan yang dicakup dan segala ciri
utamanya dicantumkan.dan yang termasuk kunci perbandingan antara lain:
a. Table
Kunci perbandingan berbentuk tabel memuat lajur dan kolom yang berisi sifat dan ciri
yang dipunyai dalam lajur atu kolom lain, serta ada tidaknya sifat dan ciri yang dimiliki oleh
takson-takson tersebut.
b. Kartu Berlubang
c. Kunci Leenhouts
Memuat sifat dan ciri nomor takson, dan digunakan untuk mengatasi permasalahan pada
kunci tabel atau kunci berlubang
2.  Kunci Analisis
Bentuk ini merupakan yang paling umum dipakai dalam pustaka. Kunci analisis sering
disebut kunci dikotomi.
Berdasarkan cara penempatan bait-bait kunci analisi dibedakan dalam dua bentuk:
a.  Bentuk Kunci Bertakik
Pada kunci determinasi bertakik penuntun-penuntun yang sebait ditakikkan pada tempat
tertentu dari pinggir (menjarak pada jarak tertentu dari pinggir), tapi letaknya berjauhan. Kunci
bertakik ini efisien untuk bahan yang sedikit, tetapi apabila bahan (takson) yang digunakan
sangat banyak dapat dibayangakan bahwa terlalu banyak memakan tempat, oleh karena itu ada
alternatif kunci lain, yaitu kunci paralel. Contoh kunci bertakik :
1. a.Komposisi daun majemuk ………………………………….. 2
    2. a. Menyirip ganda 1 …………………………S. macrophylla
        b. Menyirip ganda 2 …………………………C. pulcherrima
1. b. Komposisi daun tunggal …………………………………… 3
    3. a. Tata daun opposite …………………………… G. arborea
b.Tata daun alternate atau alternate distichous……… 4
        4. a. Bag. bwh berwarna hijau ………….A.heterophyllus
b. Bag.bwh berwarna cokelat ………………..C. cainito
b. Bentuk Kunci Paralel
Berbeda dengan kunci bertakik, penuntun-penuntun kunci paralel yang sebait ditempatkan
secara berurutan dan semua baitnya disusun seperti gurindam atau sajak. Pada akhir setiap
penuntun diberikan nomor bait yang harus diikuti dan demikian seterusnya sehingga akhirnya
diperoleh nama takson tumbuhan yang dicari. Kunci paralel lebih menghemat tempat
dibandingkan dengan kunci bertakik. Kunci ini lebih efisien untuk bahan takson yang banyak,
sehingga banyak digunakan dalam buku-buku yang berjudul Flora.Contohnya :
1. a. Komposisi daun majemuk ………………………………. 2
    b. Komposisi daun tunggal ………………………………… 3
2. a. Menyirip ganda 1 ……………………….. S. macrophylla
    b. Menyirip ganda 2 ……………………….  C. pulcherrima
3. a. Tata daun opposite …………………….   G. arborea
    b. Tata daun alternate atau alternate distichous…….. 4
4. a. Bag. bawah berwarna hijau………….    A.heterophyllus
    b. Bag. Bawah berwarna cokelat ………   C. Cainito

3. Sinopsis
Sinopsis merupakan kesimpulan suatu sistem penggolongan yang disajikan secara tertulis.
Golongan-golongan yang diduga mempunyai kekerabatan yang erat dikelompokkan dan ciri
umum utama yang dipakai sebgai dasar pengelompokkan dicantumkan. Jadi walapun penyajikan
sinopsis itu kebanyakan menyerupai bentuk kunci bertakik, tetapi tujuan utama penyusunnya,
bukanlah dimaksudkan untuk medeterminasikan takson tumbuhan. Jadi sinopsis merupakan
bentuk kunci yang memperlihatkan gambaran sifat-sifat teknik yang umum atau secara
keseluruhan dalam membedakan golongan tumbuhan.
Saran-saran dalam penggunaan kunci determinasi:
1.  Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang ciri tumbuhan yang akan dideterminasi
(kalau ada lengkap vegetatif dan generatif)
2.  Pilih kunci yang sesuai dengan materi tumbuhan dan daerah geografi di mana tumbuhan
tersebut diperoleh
3.  Baca pengantar kunci tersebut dan semua singkatan atau hal-hal lain yang lebih rinci
4.  Perhatikan pilihan yang ada secara hati-hati
5.  Hendaknya semua istilah yang ada dipahami artinya. Gunakan glossary atau kamus
6.  Bila spesimen tersebut tidak cocok dengan semua kunci dan semua pilihan layaknya tidak
kena, mungkin terjadi kesalahan, ulangi ke belakang.
7.  Apabila kedua pilihannya mugkin, coba ikuti keduanya.
8.  Konfirmasikan pilihan tersebut dengan membaca deskripsinya.
9.  Spesimen yang berhasil dideterminasi sebaiknya diverifikasi dengan ilustrasi atau specimen
herbarium yang ada.
Beberapa syarat kunci determinasi yang baik menurut Vogel (1989) antara lain:
1. Ciri yang dimasukkan mudah diobservasi, karakter internal dimasukkan bila sangat
penting.
2. Menggunakan karakter positif dan mencakup seluruh variasi dalam grupnya.
Contoh : leaves opposites dan leaves either in whorls, bukan leaves opposites dan leaves
not opposites.
3. Deskripsi karakter dengan istilah umum yang dimengerti orang
4. Menggunakan kalimat sesingkat mungkin, hindari deskripsi dalam kunci
5. Mencantumkan nomor kuplet
6. Mulai dari ciri umum ke khusus, bawah ke atas
Manfaat kunci determinasi adalah digunakan untuk menentukan makhluk hidup kedalam
kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan ciri. Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk
menentukan kelompoknya adalah dengan menyusun ciri yang berlawanan. Pada setiap langkah
terdapat dua pilihan, dua ciri yang saling berlawanan, yang harus dipilih untuk menentukan
urutan identifikasi berikutnya.
Contoh identifikasi tanaman: Psidium guajava L.
Psidium guajava L. atau yang lebih dikenal dengan nama jambu biji atau jambu klutuk
merupakan tanaman tropis yang berasal dari Brazil, dan disebarkan ke Indonesia melalui
Thailand. Jambu biji memiliki buah yang berwarna hijau dengan daging buah berwarna putih
atau merah dan berasa asam-manis. Buah jambu biji dikenal mengandung banyak vitamin C.
Klasifikasi dari tanaman ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Jambu biji biasa ditanam di halaman dan ladang-ladang sampai pada ketinggian 1200 m
di atas permukaan laut sebagai tanaman buah-buahan. Tanaman perdu ini memiliki banyak
cabang dan ranting. Tingginya sekitar 12 m. Daunnya berbentuk bulat telur, kasar dan kusam.
Batangnya keras. Bunganya kecil-kecil, berwarna putih. Buahnya yang sudah masak berwarna
hijau kekuningan, sedangkan daging buahnya mengandung banyak biji. Ada juga yang tidak
berbiji (sukun).
Berikut ini adalah identifikasi tanaman tersebut:
1) Daun (Folium)
Daun dari Psidium guajava termasuk daun yang pada pangkal daunnya tidak bertoreh. Jenis
bangun daunnya adalah ovatus (bangun bulat telur) karena bentuk dari daun ini bulat menyerupai
telur. Selain itu ujung dan pangkal dari daun ini berbentuk membulat (rotundatus) karena pada
ujung daun tumpul, tetapi tidak terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan
semacam suatu busur. Tulang-tulang daunnya melengkung (cervinervis). Dan bentuk tepi
daunnya rata. Kemudian daging daunnya (intervenium) adalah herbaceous karena daun ini tipis
dan lunak. Sedangkan permukaan daunnya berkerut atau rugosus. Termasuk juga dalam daun
majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan, yaitu karena duduknya anak
daun pada ibu tangkai saling berhadapan.
2) Batang (Caulis)
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang sangat penting, dan mengingat tempat serta
kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh
tumbuhan. Karena berfungsi untuk menopang seluruh tubuh tumbuhan tersebut. Batang dari
tanaman Psidium guajava jenisnya adalah batang berkayu atau lignosus yaitu karena batangnya
keras dan kuat. Permukaan dari batang ini memiliki bagian kulit yang mati. Batang jambu biji ini
juga memiliki arah tumbuh yang tegak lurus (erectus). Kemudian arah percabangannya disebut
monopodial karena batang pokoknya terlihat jelas, lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat
pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya. Cabang-cabang ini juga memiliki sifat sirung
pendek yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas pendek yang selain daun biasanya
merupakan pendukung bunga dan daun. Cabang yang dapat menghasilkan alat
perkembangbiakan bagi tumbuhan ini disebut pula cabang yang subur (fertil). Cabang-cabang
pada tanaman ini juga mempunyai arah tumbuh condong ke atas (patens) karena cabang dengan
batang pokok membentuk sudut kurang lebih 45°.
3) Akar (Radix)
Akar adalah bagian pokok ke-3 setelah batang dan daun bagi tumbuhan yang tubuhnya telah
merupakan kormus. Akar memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Memperkuat berdirinya tumbuhan.
b. Untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air dari dalam tanah.
c. Mengangkut air dan zat-zat makanan tadi ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang
memerlukan.
d. Kadang-kadang sebagai tempat untuk menyimpan cadangan makanan.
Psidium guajava memiliki sistem perakaran tunggang, dan jika akar lembaga tumbuh terus
akan menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Akar yang
berasal dari akar lembaga disebut dengan akar tunggang (radix primaria).
4) Bunga (Flos)
Bunga adalah bagian dari tumbuhan yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Pada
umumnya bunga memiliki sifat-sifat yang menarik sebagai berikut:
- Bentuk bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya
- Warnanya - Baunya
- Ada dan tidaknya madu ataupun zat lain
Menurut tempatnya pada tumbuhan, bunga dari Psidium guajava ini termasuk dalam
golongan flos lateralis atau flos axillaris yaitu bunga yang terletak pada bagian ketiak daun.
Bunga tersebut memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
1. Pedicellus (tangkai bunga) yaitu cabang ibu tangkai yang mendukung bunganya.
2. Receptaculum (dasar bunga) yaitu ujung tangkai bunga yang mendukung bagian-bagian
bunga lainnya.
3. Corolla (mahkota bunga) yaitu bagian hiasan bunga yang terdapat pada lingkaran dalam,
biasanya bagian ini merupakan warna bunga.
4. Stamen (benang sari)
5. Pistillum (putik), yang terdiri atas : stigma, stillus, dan ovarium
6. Kalyx (kelopak bunga) yaitu bagian hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar,
biasanya berwarna hijau, dan sewaktu masih kuncup merupakan selubungnya yang
menyelubungi kuncup terhadap pengaruh-pengaruh dari luar.
Bunga ini termasuk bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completus). Jumlah sepalae
pada bunga ini adalah 5. Corolla dan calyxnya bebas. Memiliki stamen yang banyak yang duduk
pada dasar bunga. Bunga ini termasuk bunga yang polisimetris. Tipe ovariumnya yaitu inferus.
5) Buah (Fruktus)
Jika penyerbukan pada bunga telah terjadi dan kemudian diikuti pula oleh pembuahan, maka
bakal buah akan tumbuh menjadi buah , dan bakal biji yang terdapat di dalam bakal buah akan
tumbuh menjadi biji. Pada pembentukan buah, ada kalanya bagian bunga selain bakal buah ikut
tumbuh dan merupakan suatu bagian buah. Dan bagian-bagian bunga yang tidak gugur,
melainkan ikut tumbuh dan tinggal pada buah, biasanya tidak mengubah bentuk dan sifat buah
itu sendiri, jika bukan merupakan suatu bagian buah yang penting. Misalnya saja pada buah
jambu biji ini, di bagian ujung buah masih dapat kita lihat kepala putiknya.
Buah jambu biji ini merupakan buah sejati tunggal karena buah sejati yang terjadi dari satu
bunga dengan satu bakal buah saja. Dan buah ini juga berisi biji yang banyak. Buah ini termasuk
dalam golongan buah buni (bacca) yaitu buah yang dindingnya mempunyai dua lapisan, yaitu
lapisan luar yang tipis agak kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang berdaging tebal, lunak, dan
sedikit berair. Biji-bijinya terdapat bebas dalam dalam bagian yang lunak itu.
 
2. Kunci determinasi bunga mawar (Rosa sp.)
1b  : Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari dan (atau) putik.
Tumbuh-tumbuhan berbunga………………………..……2.
2b  : Tiada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau membelit (dengan batang, poros
daun atau tangkai)………………………………..…3.
3b  : Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas tersebut di
atas…………………………………………………………………………..4.
4b  : Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan (atau) bunga berlainan dengan yang
diterangkan di atas…………………………………6.
6b   : Dengan daun yang jelas………………………………………………….…7.
7b   : Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang menyerupainya………..9.
9b   : Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit………………….10.
10b : Daun tidak tersusun demikian rapat menjadi rozet………………………..11.
11b : Tidak demikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jaring urat daun dan dari anak cabang
tulang daun yang ke samping dan yang serong ke
atas………………………………………………………………………….12.
12b :Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama
sekali………………………………………………………………………..13.
13b  : Tumbuh-tumbuhan bentuk lain………………………….………………..14.
14a  :  Daun tersebar, kadang-kadang berhadapan………………………………15.
15b : Daun majemuk menjari atau majemuk menyirip atau juga tunggal, kalau demikian tentu berbagi
menyirip rangkap sampai bercangap menyirip rangkap (golongan 10)
………………………………………….………239
197b:  Daun menyirip dan terdiri atas paling sedikit 2 pasang anak daun………208
208b:  Daun majemuk menyirip tunggal………………………………..………219
219b:  Tumbuh-tumbuhan lain………………………………………………….220
220b:  Ibu tangkai tidak bersayap………………………………………………224
224a:  Tumbuh-tumbuhan berduri tempel, anak daunnya bergerigi…57. Rosaceae
Klasifikasi berdasarkan Cronquist:
Kingdom: Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub classis : Rosidae
Ordo : Rosales
Familia : Rosaceae
Genus : Rosa
Species : Rosa sp
Kunci determinasi: 1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15b-197b-208b-219b-20b-
224a………………………………………………………..57. Rosaceae.

Pertemuan 6
1. Sejarah tatanama tumbuhan
Sebelum abad ke 16 belum terdapat peraturan dalam memberikan nama kepada tumbuhan.
Karena tidak ada peraturan yang mengikat, masing-masing ahli bebas dalam memberikan nama.
Nama tumbuhan disusun atas tiga atau lebih kata yang disebut dengan polinomial. Sistem
tersebut tidak bekerja dengan baik susah dalam pelaksanaan, sulit dikembangkan, tidak jelas
apakah mengacu pada takson tingkat jenis atau marga, atau takson yang lebih tinggi.
Contoh polinomial :
Hibiscus inermis foliis serratis inferioribus obovatis integris superioribus trilobis
Yang artinya:
“Hibiscus yang tidak berduri dengan daun bergerigi , bagian bawahnya rata membundar telur
sungsang, bagian atasnya bercuping tiga”
Kemudian Charles L. Escluse (1526-1609) dan Gaspar Bauhin (1560-1624), mulai
menggunakan binomial untuk nama tumbuhan – belum teratur dan konsisten. Tahun 1753,
Linnaeus dalam bukunya Species Plantarum mengenalkan sistem binomial.
Contoh binomial :
Hibiscus tiliaceus – waru
Hibiscus sabdarifa – rosella
Linnaeus membaptis rosella berkerabat dengan waru.
Kemudian diandakanlah kongres internasional botani.
Kode Paris,1867
Kongres Botani Internasional yang pertama diadakan di Paris oleh Alphonse de candolle.
Ahli tumbuhan dari banyak negara berkumpul kemudian mengesahkan seperangkat peraturan
tentang tata nama tumbuhan dan disebut buku peraturan internasional tata nama tumbuhan atau
Laus of Botanical nomenclature.
Kode Rochester,1892
Kongres ini dilaksanakan karena kode Paris banyak mengandung kelemahan. Kode
Rochester dipimpin oleh N. L. Briton dari New York Botanical garden. Dari kongres ini peroleh
peraturan-peraturan kode tata nama tumbuhan yang menurut mereka mempunyai dasar dasar
yang lebih objektif dibandingkan dengan  kode  Paris.
Kode Wina, 1905
Kongres botani Internasional yang ketiga diadakan di Wina merupakan kongres Botani
yang betul betul bersifat internasional dan memberikan perhatian yang besar kepada persoalan
tata nama tumbuhan. Kongres ini didahului oleh konvensi Paris tahun 1900. dalam konvensi
ini,telah diputuskan untuk menggunakan waktu lima tahun sebelum diadakan kongres di Wina
guna menangani semua persoalan yang muncul dalam kode tata nama tumbuhan.
Kode Amerika, 1907
Kode ini lahir berdasarkan atas kode Rochester yang telah diperbaiki. Kongres Botani
Internasional ke 4 di Brussel tahun 1910 tidak membawa perubahan yang berarti dalam kode tata
nama tumbuhan. Keadaan ini berlangsung sampai tahun 1930 sebab selama berkecamuknya
perang dunia 1 sampai sekitar 10 tahun kemudian tidak ada kegiatan yang bersifat internasional
dalam bidang ilmu tumbuhan.
Kemudian terbentuk KITT (Kode Internasional Tatanama Tumbuhan) sebagai hasil
Muktamar Sidney 1981. Kode internasional KITT diterbitkan dalam 3 bahasa yaitu Inggris,
Prancis, dan Jerman pada tahun 1983 yang memuat bagian-bagian penting yaitu:
1) Mukaddimah
2) Bagian I Asas-asas
3) Bagian II Peraturan dan saran-saran
4) Bagian III Ketentuan-ketentuan untuk mengubah kode
5) Lampiran I Nama-nama hibrida
6) Lampiran II Nama-nama yang dilestarikan
7) Lampiran III Nama-nama marga yang dilestarikan dan ditolak
8) Lampiran IV Nama-nama yang bagaimanapun ditolak
Peraturan tatanama tumbuhan lahir pada tahun 1867 yang diawali oleh Muktamar Botani
Internasional I di Paris. Namun demikian ketentuan-ketentuan yang termuat di dalamnya
dinyatakan berlaku sejak lebih seabad sebelumnya, yaitu dinyatakan berlaku per 1 Mei 1753, jadi
peraturan tatanama tumbuhan itu berlaku surut.

2. Isi, asas-asas dan peraturan tatanama tumbuhan


 Isi
Kode internasional KITT diterbitkan dalam 3 bahasa yaitu Inggris, Prancis, dan Jerman pada
tahun 1983 yang memuat bagian-bagian penting yaitu:
1) Mukaddimah
2) Bagian I Asas-asas
3) Bagian II Peraturan dan saran-saran
4) Bagian III Ketentuan-ketentuan untuk mengubah kode
5) Lampiran I Nama-nama hibrida
6) Lampiran II Nama-nama yang dilestarikan
7) Lampiran III Nama-nama marga yang dilestarikan dan ditolak
8) Lampiran IV Nama-nama yang bagaimanapun ditolak
 Asas-asas
Asas I
Tatanama tumbuhan dan tatanama hewan berdiri sendiri-sendiri. Kode Internasional
Tatanama Tumbuhan berlaku sama bagi nama-nama takson yang sejak semua diperlakukan
sebagai tumbuhan atau tidak.
Kalimat pertama menunjukkan bahwa peraturan nama ilmiah hewan dan tumbuhan itu
berbeda. Misalnya istilah “phylum” untuk suatu kategori dalam klasifikasi hewan yang
dalam klasifikasi tumbuhan disebut “division”. Kalimat kedua menunjukkan bahwa bila
organism itu dianggap hewan, maka nama organism itu harus mengikuti ketentuan-
ketentuan yang ada dalam Kode Internasional Tatanama Hewan, sebaliknya, bila organism
diperlakukan sebagai tumbuhan, maka namanya harus tunduk pada KITT.
Asas II
Penerapan nama-nama takson ditentukan dengan perantaraan tipe tatanamanya .
Yang dimaksud dengan tipe tatanama adalah unsure suatu takson yang dikaitkan secara
permanen dengan nama yang diberikan kepada takson itu.
Asas III
Tatanama takson didasarkan atas perioritas publikasinya.
Bila suatu takson mempunyai lebih dari satu nama, maka nama yang dipublikasikan lebih
dululah yang berlaku. Tentu saja dalam hal ini pemberian nama telah dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Asas IV
Setiap takson dengan sirkum skripsi, dan tingkat tertentu hanya dapat mempunyai satu
nama yang benar, yaitu nama tertua yang sesuai dengan peraturan, kecuali dalam hal-hal
yang dinyatakan secara khusus.
Bila ditekankan pada hanya dapat mempunyai satu nama yang benar, maka adanya
sinonima merupakan suatu hal yang tidak dimungkinkan, namun dinyatakan pula bahwa hal
itu ada pengecualiannya. Seperti beberapa nama suku yang secara eksplisit dinyatakan,
bahwa suku-suku tadi mempunyai nama alternative. Nama-nama suku Gramineae, Palmae,
Umbelliferae, Compositae misalnya, berturut-turut boleh diganti dengan Poaceae,
Arecaceae, Apiaceae, dan Asteraceae.
Asas V
Nama-nama ilmiah diperlakukan sebagai bahasa latin tanpa memperhatikan asal nya.
Nama ilmiah adalah nama yang terdiri atas kata-kata yang diperlakukan sebagai bahasa
Latin, dan tidak tepat bila nama ilmiah disamakan dengan nama latin.
Asas VI
Peraturan tatanama berlaku surut kecuali bila dibatasi dengan sengaja.
 Peraturan
Bab I Tingkat-tingkat takson dan istilah-istilah untuk menyebutnya
Bab ini terdiri atas lima pasal. Pasal satu sampai lima yang memuat butir-butir utama
sebagai berikut.
1. Bahwa dalam taksonomi tumbuhan, setiap kelompok taksonomi dari kategori yang
manapun disebut suatu takson.
2. Bahwa dari sederetan takson yang bertingkat-tingkat itu yang dijadikan unit dasar
adalah kategori jenis.
3. Bahwa tingkat-tingkat takson (kategori) yang pokok berturut-turut dari bawah ke atas
disebut dengan istilah jenis (spesies), marga (genus), suku (familia), bangsa (ordo), kelas
(classis), dan divisi (division).
4. Bahwa bila dikehendaki jumlah tingkat takson yang lebih banyak dapat ditambahkan
atau diantara takson-takson lama disisipkan takson-takson baru, asal hal itu tidak akan
berakibat terjadinya kekeliruan atau kekacauan. Untuk sederetan tingkat takson yang
telah mendapat kesepakatan internasional dari yang besar ke yang kecil disebut dengan
istilah-istilah dunia (regnum), anak dunia (sub regnum), divisi (division), kelas (classis),
anak kelas (sub classis), bangsa (ordo), anak bangsa (sub ordo), suku (familia), anak suku
(sub familia), rumpun (tribus), anak rumpun (sub tribus), marga (genus), anak marga (sub
genus), seksi (sectio), anak seksi (sub section), seri (series), anak seri (sub series), jenis
(spesies), anak jenis (sub spesies), varitas (varietas), anak varitas (sub varietas), forma
(forma), anak forma (sub forma).
5. Bahwa urutan-urutan tingkat-tingkat takson (kategori) itu tidak boleh di ubah.

Bab II Ketentuan umum untuk nama-nama takson


Bab ini terbagi dalam empat seksi yang seluruhnya memuat 10 pasal (pasal 6 sampai
dengan 15).
1) Seksi pertama yang berjudul “definisi-definisi” hanya terdiri atas satu pasal, yaitu
pasal 6 dan isi yang penting pasal ini antara lain adalah definisi-definisi untuk:
1. Publikasi yang mangkus (efektif), yaitu publikasi yang sesuai dengan persyaratan
seperti tersebut dalam Pasal 29-31.
2. Publikasi yang sahih (berlaku), bila memenuhi persyaratan seperti tersebut dalam
Pasal-pasal 32-45.
2) Seksi II memuat masalah “tipifikasi”, terdiri atas 4 pasal (pasal 7-10), memuat antara
lain:
1. Penerapan nama-nama takson tingkat suku ke bawah harus didasarkan atas tipe
tatanamanya.
2. Tipe tatanama adalah unsure suatu takson yang padanya melekat secara permanen
nama dan candra takson yang bersangkutan, dan bahwa tiep tatanama tidak harus
merupakan wakil takson tadi yang dianggap paling tipikal.
3. Specimen atau unsure lain yang dipilih sebagai tipe tatanama disebut holotipe.
4. Bila seorang ahli member nama dan mencandra suatu takson tidak menentukan
holotipenya, atau karena sesuatu sebab holotipe itu hilang atau binasa, dapat ditentukan
penggantinya yang disebut lektotipe atau neotipe.
3) Seksi III dalam bab ini yang terdiri atas 1 pasal, yaitu pasal 11 memuat masalah
“prioritas” dan “nama yang benar” yang pada dasrnya tidak berbeda dengan bunyi Asas
IV, dengan ditambah bahwa: nama yang benar untuk marga atau genus adalah nama
tertua yang sah yang diberikan untuk tingkat takson itu kecuali bila ada pembatasan
prioritas karena adanya nama-nama yang dilestarikan. Nama yang benar untuk setiap
jenis atau takson di bawahnya adalah kombinasi sebutan (epitheton) dalam nama sah
yang tertua yang diberikan kepada takson tadi, dengan nama marga atau nama jenis
yang membawahinya, kecuali bila kombinasi itu menjadi tidak berlaku karena adanya
pembatasan asas prioritas, atau sebab lain yang menyebabkan harus digunakannya
kombinasi yang berbeda.
4) Seksi IV yang terdiri atas 3 pasal (pasal 13-15) berjudul “pembatasan asas prioritas”
berisi antara lain ketentuan-ketentuan, bahwa:
Nama-nama tumbuhan dari berbagai kategori diperlakukan seakan-akan dipublikasikan
mulai dari tanggal-tanggal seperti di bawah ini.
Bagi tumbuhan yang sekarang masih hidup:
a. 1 Mei 1753 untuk Spermatophyta dan Pteridophyta
b. 1 Januari 1801 untuk Musci dan Sphagnaceae
c. 1 Mei 1753 untuk Sphagnaceae dan Hepaticae
d. 1 Mei 1753 untuk Fungi dan Fungi pembentuk Lichenes
e. 31 Desember 1801 untuk jamur bangsa Uredinales, Ustilaginales dan Gasteromycetes
yang dipakai oleh Persoon
f. 1 Januari 1821 untuk Fungi Caeteri, selain Myxomycetes dan jamur pembentuk
Lichenes
g. 1 Mei 1753 untuk Algae
h. 1 Januari 1892 untuk Nostocaceae Homocysteae
i. 1 Januari 1886 untuk Nostocaceae Heterocysteae
j. 1 Januari 1848 untuk Desmidiaceae
k. 1 Januari 1900 untuk Oedogoniaceae
Bagi tumbuhan yang telah bersifat fosil, 31 Desember 1820 untuk semua golongan.

Bab III Tatanama takson sesuai dengan tingkatnya


Nama-nama ilmiah untuk takson tingkat mana pun lazin ditulis dengan menggunakan huruf
besar (capital) untuk huruf pertama setiap nama. Bab III ini terdiri atas 13 pasal yang
dikelompokkan ke dalam 6 seksi.
1) Seksi I dalam bab ini terdiri atas Pasal 16 dan 17 diberi judul “nama-nama takson di atas
tingkat suku”
2) Seksi kedua Bab III yang memuat dua pasal (pasal 18 dan 19) membahas masalah
“nama-nama suku, anak suku, rumpun, dan anak rumpun”. Nama-nama suku merupakan
satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata benda yang berbentuk jamak, biasanya
diambil dari nama marga yang dipilih sebagai tipe tatanamanya ditambah dengan
akhiran –aceae, seperti misalnya: Malvaceae (dari Malva+aceae).
3) Seksi III yang terdiri atas Pasal-pasal 20-22 membahas “nama-nama marga dan takson-
takson di bawahnya” terdiri atas 3 pasal.
4) Seksi IV Bab III “nama-nama jenis” hanya terdiri atas satu pasal, yaitu Pasal 23, yang
berisi ketentuan-ketentuan dan saran-saran tentang nama jenis.
5) Seksi V Bab III yang terdiri atas pasal 24, 25, dan 26 memuat ketentuan-ketentuan untuk
“nama-nama takson di bawah tingkat jenis” (takson infraspesifik). Ketentuan-ketentuan
yang penting yang berkaitan dengan pemberian nama-nama takson di bawah tingkat
jenis (anak jenis, varitas, anak varitas, forma dan anak forma).
6) Seksi VI yang merupakan seksi terakhir dalam Bab III ini, berjudul “nama tumbuhan
budidaya”, yang hanya memuat satu pasal (Pasal 28).

Bab IV Publikasi mangkus (efektif) dan publikasi sahih (berlaku)


Bab ini dibagi dalam 4 seksi yang seluruhnya mencakup 22 pasal (Pasal 29 sampai dengan
50). Adapun ketentuan-ketentuan yang perlu mendapat perhatian kita antara lain:
1) Seksi I tentang “kondisi dan tanggal publikasi yang mangkus”, yang terdiri atas tiga
pasal (Pasal 29 sampai dengan 31).
2) Seksi II Bab IV ini meliputi sampai 15 pasal (Pasal 32-46) yang berisi ketentuan-
ketentuan mengenai persyaratan dan aspek publikasi yang dapat dinyatakan sebagai
publikasi yang sahih (valid).
3) Seksi III Sitasi nama pencipta (author’s name) dan pustaka demi ketepatan.
4) Seksi IV Bab IV Saran-saran umum mengenai sitasi.

Bab V Retensi (pelestarian), pemilihan, dan penolakan nama serta sebutan


1) Seksi I. pelestarian nama atau sebutan pada takson yang diubah atau dipecah.
2) Seksi II Retensi sebutan jenis atau takson lain di bawah tingkat marga pada pemindahan
ke marga lain (pasal-pasal 54-56).
3) Seksi III bab IV “pemilihan nama pada penggabungan takson yang setingkat”, Seksi yang
hanya memuat atas dua pasal ini (Pasal 57 dan 58).
4) Seksi V Pemilihan nama pada perubahan tingkat takson, Seksi ini terdiri atas dua pasal
(60-61).
5) Seksi VI Penolakan nama dan sebutan, Seksi ini terdiri atas sejumlah pasal (Pasal 62-72).

Bab VI Penulisan (ejaan) nama-nama dan sebutan yang benar dan kelamin (gender)
nama-nama marga
1) Seksi I Penulisan (ejaan) nama dan sebutan yang benar, terdiri atas tiga pasal (73-75).
2) Seksi II Bab VI Jenis kelamin (gender) nama-nama marga.

Anda mungkin juga menyukai