3. Sinopsis
Sinopsis merupakan kesimpulan suatu sistem penggolongan yang disajikan secara tertulis.
Golongan-golongan yang diduga mempunyai kekerabatan yang erat dikelompokkan dan ciri
umum utama yang dipakai sebgai dasar pengelompokkan dicantumkan. Jadi walapun penyajikan
sinopsis itu kebanyakan menyerupai bentuk kunci bertakik, tetapi tujuan utama penyusunnya,
bukanlah dimaksudkan untuk medeterminasikan takson tumbuhan. Jadi sinopsis merupakan
bentuk kunci yang memperlihatkan gambaran sifat-sifat teknik yang umum atau secara
keseluruhan dalam membedakan golongan tumbuhan.
Saran-saran dalam penggunaan kunci determinasi:
1. Kumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang ciri tumbuhan yang akan dideterminasi
(kalau ada lengkap vegetatif dan generatif)
2. Pilih kunci yang sesuai dengan materi tumbuhan dan daerah geografi di mana tumbuhan
tersebut diperoleh
3. Baca pengantar kunci tersebut dan semua singkatan atau hal-hal lain yang lebih rinci
4. Perhatikan pilihan yang ada secara hati-hati
5. Hendaknya semua istilah yang ada dipahami artinya. Gunakan glossary atau kamus
6. Bila spesimen tersebut tidak cocok dengan semua kunci dan semua pilihan layaknya tidak
kena, mungkin terjadi kesalahan, ulangi ke belakang.
7. Apabila kedua pilihannya mugkin, coba ikuti keduanya.
8. Konfirmasikan pilihan tersebut dengan membaca deskripsinya.
9. Spesimen yang berhasil dideterminasi sebaiknya diverifikasi dengan ilustrasi atau specimen
herbarium yang ada.
Beberapa syarat kunci determinasi yang baik menurut Vogel (1989) antara lain:
1. Ciri yang dimasukkan mudah diobservasi, karakter internal dimasukkan bila sangat
penting.
2. Menggunakan karakter positif dan mencakup seluruh variasi dalam grupnya.
Contoh : leaves opposites dan leaves either in whorls, bukan leaves opposites dan leaves
not opposites.
3. Deskripsi karakter dengan istilah umum yang dimengerti orang
4. Menggunakan kalimat sesingkat mungkin, hindari deskripsi dalam kunci
5. Mencantumkan nomor kuplet
6. Mulai dari ciri umum ke khusus, bawah ke atas
Manfaat kunci determinasi adalah digunakan untuk menentukan makhluk hidup kedalam
kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan ciri. Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk
menentukan kelompoknya adalah dengan menyusun ciri yang berlawanan. Pada setiap langkah
terdapat dua pilihan, dua ciri yang saling berlawanan, yang harus dipilih untuk menentukan
urutan identifikasi berikutnya.
Contoh identifikasi tanaman: Psidium guajava L.
Psidium guajava L. atau yang lebih dikenal dengan nama jambu biji atau jambu klutuk
merupakan tanaman tropis yang berasal dari Brazil, dan disebarkan ke Indonesia melalui
Thailand. Jambu biji memiliki buah yang berwarna hijau dengan daging buah berwarna putih
atau merah dan berasa asam-manis. Buah jambu biji dikenal mengandung banyak vitamin C.
Klasifikasi dari tanaman ini adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Jambu biji biasa ditanam di halaman dan ladang-ladang sampai pada ketinggian 1200 m
di atas permukaan laut sebagai tanaman buah-buahan. Tanaman perdu ini memiliki banyak
cabang dan ranting. Tingginya sekitar 12 m. Daunnya berbentuk bulat telur, kasar dan kusam.
Batangnya keras. Bunganya kecil-kecil, berwarna putih. Buahnya yang sudah masak berwarna
hijau kekuningan, sedangkan daging buahnya mengandung banyak biji. Ada juga yang tidak
berbiji (sukun).
Berikut ini adalah identifikasi tanaman tersebut:
1) Daun (Folium)
Daun dari Psidium guajava termasuk daun yang pada pangkal daunnya tidak bertoreh. Jenis
bangun daunnya adalah ovatus (bangun bulat telur) karena bentuk dari daun ini bulat menyerupai
telur. Selain itu ujung dan pangkal dari daun ini berbentuk membulat (rotundatus) karena pada
ujung daun tumpul, tetapi tidak terbentuk sudut sama sekali, hingga ujung daun merupakan
semacam suatu busur. Tulang-tulang daunnya melengkung (cervinervis). Dan bentuk tepi
daunnya rata. Kemudian daging daunnya (intervenium) adalah herbaceous karena daun ini tipis
dan lunak. Sedangkan permukaan daunnya berkerut atau rugosus. Termasuk juga dalam daun
majemuk menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan, yaitu karena duduknya anak
daun pada ibu tangkai saling berhadapan.
2) Batang (Caulis)
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang sangat penting, dan mengingat tempat serta
kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh
tumbuhan. Karena berfungsi untuk menopang seluruh tubuh tumbuhan tersebut. Batang dari
tanaman Psidium guajava jenisnya adalah batang berkayu atau lignosus yaitu karena batangnya
keras dan kuat. Permukaan dari batang ini memiliki bagian kulit yang mati. Batang jambu biji ini
juga memiliki arah tumbuh yang tegak lurus (erectus). Kemudian arah percabangannya disebut
monopodial karena batang pokoknya terlihat jelas, lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat
pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya. Cabang-cabang ini juga memiliki sifat sirung
pendek yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas pendek yang selain daun biasanya
merupakan pendukung bunga dan daun. Cabang yang dapat menghasilkan alat
perkembangbiakan bagi tumbuhan ini disebut pula cabang yang subur (fertil). Cabang-cabang
pada tanaman ini juga mempunyai arah tumbuh condong ke atas (patens) karena cabang dengan
batang pokok membentuk sudut kurang lebih 45°.
3) Akar (Radix)
Akar adalah bagian pokok ke-3 setelah batang dan daun bagi tumbuhan yang tubuhnya telah
merupakan kormus. Akar memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Memperkuat berdirinya tumbuhan.
b. Untuk menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air dari dalam tanah.
c. Mengangkut air dan zat-zat makanan tadi ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang
memerlukan.
d. Kadang-kadang sebagai tempat untuk menyimpan cadangan makanan.
Psidium guajava memiliki sistem perakaran tunggang, dan jika akar lembaga tumbuh terus
akan menjadi akar pokok yang bercabang-cabang menjadi akar-akar yang lebih kecil. Akar yang
berasal dari akar lembaga disebut dengan akar tunggang (radix primaria).
4) Bunga (Flos)
Bunga adalah bagian dari tumbuhan yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Pada
umumnya bunga memiliki sifat-sifat yang menarik sebagai berikut:
- Bentuk bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya
- Warnanya - Baunya
- Ada dan tidaknya madu ataupun zat lain
Menurut tempatnya pada tumbuhan, bunga dari Psidium guajava ini termasuk dalam
golongan flos lateralis atau flos axillaris yaitu bunga yang terletak pada bagian ketiak daun.
Bunga tersebut memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
1. Pedicellus (tangkai bunga) yaitu cabang ibu tangkai yang mendukung bunganya.
2. Receptaculum (dasar bunga) yaitu ujung tangkai bunga yang mendukung bagian-bagian
bunga lainnya.
3. Corolla (mahkota bunga) yaitu bagian hiasan bunga yang terdapat pada lingkaran dalam,
biasanya bagian ini merupakan warna bunga.
4. Stamen (benang sari)
5. Pistillum (putik), yang terdiri atas : stigma, stillus, dan ovarium
6. Kalyx (kelopak bunga) yaitu bagian hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar,
biasanya berwarna hijau, dan sewaktu masih kuncup merupakan selubungnya yang
menyelubungi kuncup terhadap pengaruh-pengaruh dari luar.
Bunga ini termasuk bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completus). Jumlah sepalae
pada bunga ini adalah 5. Corolla dan calyxnya bebas. Memiliki stamen yang banyak yang duduk
pada dasar bunga. Bunga ini termasuk bunga yang polisimetris. Tipe ovariumnya yaitu inferus.
5) Buah (Fruktus)
Jika penyerbukan pada bunga telah terjadi dan kemudian diikuti pula oleh pembuahan, maka
bakal buah akan tumbuh menjadi buah , dan bakal biji yang terdapat di dalam bakal buah akan
tumbuh menjadi biji. Pada pembentukan buah, ada kalanya bagian bunga selain bakal buah ikut
tumbuh dan merupakan suatu bagian buah. Dan bagian-bagian bunga yang tidak gugur,
melainkan ikut tumbuh dan tinggal pada buah, biasanya tidak mengubah bentuk dan sifat buah
itu sendiri, jika bukan merupakan suatu bagian buah yang penting. Misalnya saja pada buah
jambu biji ini, di bagian ujung buah masih dapat kita lihat kepala putiknya.
Buah jambu biji ini merupakan buah sejati tunggal karena buah sejati yang terjadi dari satu
bunga dengan satu bakal buah saja. Dan buah ini juga berisi biji yang banyak. Buah ini termasuk
dalam golongan buah buni (bacca) yaitu buah yang dindingnya mempunyai dua lapisan, yaitu
lapisan luar yang tipis agak kaku seperti kulit dan lapisan dalam yang berdaging tebal, lunak, dan
sedikit berair. Biji-bijinya terdapat bebas dalam dalam bagian yang lunak itu.
2. Kunci determinasi bunga mawar (Rosa sp.)
1b : Tumbuh-tumbuhan dengan bunga sejati, sedikit-dikitnya dengan benang sari dan (atau) putik.
Tumbuh-tumbuhan berbunga………………………..……2.
2b : Tiada alat pembelit. Tumbuh-tumbuhan dapat juga memanjat atau membelit (dengan batang, poros
daun atau tangkai)………………………………..…3.
3b : Daun tidak berbentuk jarum ataupun tidak terdapat dalam berkas tersebut di
atas…………………………………………………………………………..4.
4b : Tumbuh-tumbuhan tidak menyerupai bangsa rumput. Daun dan (atau) bunga berlainan dengan yang
diterangkan di atas…………………………………6.
6b : Dengan daun yang jelas………………………………………………….…7.
7b : Bukan tumbuh-tumbuhan bangsa palem atau yang menyerupainya………..9.
9b : Tumbuh-tumbuhan tidak memanjat dan tidak membelit………………….10.
10b : Daun tidak tersusun demikian rapat menjadi rozet………………………..11.
11b : Tidak demikian. Ibu tulang daun dapat dibedakan jelas dari jaring urat daun dan dari anak cabang
tulang daun yang ke samping dan yang serong ke
atas………………………………………………………………………….12.
12b :Tidak semua daun duduk dalam karangan atau tidak ada daun sama
sekali………………………………………………………………………..13.
13b : Tumbuh-tumbuhan bentuk lain………………………….………………..14.
14a : Daun tersebar, kadang-kadang berhadapan………………………………15.
15b : Daun majemuk menjari atau majemuk menyirip atau juga tunggal, kalau demikian tentu berbagi
menyirip rangkap sampai bercangap menyirip rangkap (golongan 10)
………………………………………….………239
197b: Daun menyirip dan terdiri atas paling sedikit 2 pasang anak daun………208
208b: Daun majemuk menyirip tunggal………………………………..………219
219b: Tumbuh-tumbuhan lain………………………………………………….220
220b: Ibu tangkai tidak bersayap………………………………………………224
224a: Tumbuh-tumbuhan berduri tempel, anak daunnya bergerigi…57. Rosaceae
Klasifikasi berdasarkan Cronquist:
Kingdom: Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Sub classis : Rosidae
Ordo : Rosales
Familia : Rosaceae
Genus : Rosa
Species : Rosa sp
Kunci determinasi: 1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15b-197b-208b-219b-20b-
224a………………………………………………………..57. Rosaceae.
Pertemuan 6
1. Sejarah tatanama tumbuhan
Sebelum abad ke 16 belum terdapat peraturan dalam memberikan nama kepada tumbuhan.
Karena tidak ada peraturan yang mengikat, masing-masing ahli bebas dalam memberikan nama.
Nama tumbuhan disusun atas tiga atau lebih kata yang disebut dengan polinomial. Sistem
tersebut tidak bekerja dengan baik susah dalam pelaksanaan, sulit dikembangkan, tidak jelas
apakah mengacu pada takson tingkat jenis atau marga, atau takson yang lebih tinggi.
Contoh polinomial :
Hibiscus inermis foliis serratis inferioribus obovatis integris superioribus trilobis
Yang artinya:
“Hibiscus yang tidak berduri dengan daun bergerigi , bagian bawahnya rata membundar telur
sungsang, bagian atasnya bercuping tiga”
Kemudian Charles L. Escluse (1526-1609) dan Gaspar Bauhin (1560-1624), mulai
menggunakan binomial untuk nama tumbuhan – belum teratur dan konsisten. Tahun 1753,
Linnaeus dalam bukunya Species Plantarum mengenalkan sistem binomial.
Contoh binomial :
Hibiscus tiliaceus – waru
Hibiscus sabdarifa – rosella
Linnaeus membaptis rosella berkerabat dengan waru.
Kemudian diandakanlah kongres internasional botani.
Kode Paris,1867
Kongres Botani Internasional yang pertama diadakan di Paris oleh Alphonse de candolle.
Ahli tumbuhan dari banyak negara berkumpul kemudian mengesahkan seperangkat peraturan
tentang tata nama tumbuhan dan disebut buku peraturan internasional tata nama tumbuhan atau
Laus of Botanical nomenclature.
Kode Rochester,1892
Kongres ini dilaksanakan karena kode Paris banyak mengandung kelemahan. Kode
Rochester dipimpin oleh N. L. Briton dari New York Botanical garden. Dari kongres ini peroleh
peraturan-peraturan kode tata nama tumbuhan yang menurut mereka mempunyai dasar dasar
yang lebih objektif dibandingkan dengan kode Paris.
Kode Wina, 1905
Kongres botani Internasional yang ketiga diadakan di Wina merupakan kongres Botani
yang betul betul bersifat internasional dan memberikan perhatian yang besar kepada persoalan
tata nama tumbuhan. Kongres ini didahului oleh konvensi Paris tahun 1900. dalam konvensi
ini,telah diputuskan untuk menggunakan waktu lima tahun sebelum diadakan kongres di Wina
guna menangani semua persoalan yang muncul dalam kode tata nama tumbuhan.
Kode Amerika, 1907
Kode ini lahir berdasarkan atas kode Rochester yang telah diperbaiki. Kongres Botani
Internasional ke 4 di Brussel tahun 1910 tidak membawa perubahan yang berarti dalam kode tata
nama tumbuhan. Keadaan ini berlangsung sampai tahun 1930 sebab selama berkecamuknya
perang dunia 1 sampai sekitar 10 tahun kemudian tidak ada kegiatan yang bersifat internasional
dalam bidang ilmu tumbuhan.
Kemudian terbentuk KITT (Kode Internasional Tatanama Tumbuhan) sebagai hasil
Muktamar Sidney 1981. Kode internasional KITT diterbitkan dalam 3 bahasa yaitu Inggris,
Prancis, dan Jerman pada tahun 1983 yang memuat bagian-bagian penting yaitu:
1) Mukaddimah
2) Bagian I Asas-asas
3) Bagian II Peraturan dan saran-saran
4) Bagian III Ketentuan-ketentuan untuk mengubah kode
5) Lampiran I Nama-nama hibrida
6) Lampiran II Nama-nama yang dilestarikan
7) Lampiran III Nama-nama marga yang dilestarikan dan ditolak
8) Lampiran IV Nama-nama yang bagaimanapun ditolak
Peraturan tatanama tumbuhan lahir pada tahun 1867 yang diawali oleh Muktamar Botani
Internasional I di Paris. Namun demikian ketentuan-ketentuan yang termuat di dalamnya
dinyatakan berlaku sejak lebih seabad sebelumnya, yaitu dinyatakan berlaku per 1 Mei 1753, jadi
peraturan tatanama tumbuhan itu berlaku surut.
Bab VI Penulisan (ejaan) nama-nama dan sebutan yang benar dan kelamin (gender)
nama-nama marga
1) Seksi I Penulisan (ejaan) nama dan sebutan yang benar, terdiri atas tiga pasal (73-75).
2) Seksi II Bab VI Jenis kelamin (gender) nama-nama marga.