Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PRINSIP-PRINSIP DASAR TAKSONOMI TUMBUHAN

A. Konsep-konsep yang akan dipelajari


a. Perkembangan taksonomi tumbuhan
b. Deskripsi dalam taksonomi
c. tumbuhan Identifikasi dalam taksonomi tumbuhan
d. Klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan
B. Perkembangan taksonomi tumbuhan
 Mesir Kuno Taksonomi Sistem Manfaat = 3150 SM
 Theoprastus Taksonomi Sistem Habitus = 5 SM
 Carolus Linnaeus Taksonomi Sistem Artifisial = ABAD 18
 Taksonomi Sistem FIlogenetik = ABAD 19
 Taksonomi Molekuler = ABAD
 Sistem habitus Tumbuhan dikelompokkan berdasarkan perawakannya/habitusnya,
misalnya kelompok tumbuhan perdu dan kelompok tumbuhan pohon.
 Sistem manfaat Tumbuhan dikelompokkan berdasarkan kegunaan/manfaatnya dalam
kehidupan, misalnya kelompok tumbuhan pangan dan kelompok tumbuhan obat-
obatan.
 Sistem artifisial Tumbuhan dikelompokkan berdasarkan penalaran tentang hubungan
kekerabatan antar tumbuhan, misalnya kelompok tumbuhan berbunga dan kelompok
tumbuhan tidak berbunga.
 Sistem filogenetik Tumbuhan dikelompokkan berdasarkan bentuk alami dan sejarah
hubungan kekerabatannya, sistem ini dipengaruhi oleh teori evolusi yang dicetuskan
oleh Charles Darwin.
 Sistem molekule Tumbuhan dikelompokkan berdasarkan struktur morfologi dan
molekulernya (termasuk DNA).
C. Tokoh Penting dalam Taksonomi Tumbuhan
 Theophrastus Augustin { Pelopor sistem habitus}
 Pyramus de Candolle{ Pencetus istilah taksonomi}
 Carolus Linnaeus {Pencetus sistem artifisial dan tatanama binomial}
D. Hubungan Taksonomi dengan Ilmu-Ilmu Lain

1
o Taksonomi merupakan dasar dari ilmuilmu lain, karena obyek kajian ilmu
lain perlu diidentifikasi lebih dulu oleh taksonomi.
o Taksonomi merupakan puncak dari ilmuilmu lain, karena kajian taksonomi
akan lengkap jika menggunakan data atau hasil kajian dari ilmu-ilmu lain.

E. Obyek kajian tasonomi

Terminologi dan Definisi Taksonomi :

 Taksonomi berasal dari bahasa Yunani: taxon (kelompok) dan nomos


(hukum).
 Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari klasifikasi, identifikasi, dan
penamaan makhluk hidup.
 Taksonomi tumbuhan merupakan cabang dari taksonomi yang mempelajari
klasifikasi, identifikasi dan penamaan tumbuhan.

F. Identifikasi dalam taksonomi tumbuhan

Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam identifikasi tumbuhan:

 Bertanya kepada ahli tumbuhan, baik dari lingkungan akademis


(botanis, taksonomis) maupun dari lingkungan tradisional (tetua
adat, tabib).
 Membandingkan spesimen yang diidentifikasi dengan herbarium yang telah
teridentifikasi
 Membandingkan spesimen yang diidentifikasi dengan monograf atau flora
 Menggunakan kunci identifikasi
 Menggunakan lembar identifikasi jenis
G. Contoh kunci identifikasi

2
H. Contoh identifikasi jenis

I. Klarifikasi dalam taksonomi tumbuhan

J. Deskripsi dalam taksonomi tumbuhan


Deskripsi tumbuhan merupakan kegiatan menggambarkan atau menjelaskan ciri-
ciri tumbuhan, baik secara morfologi, anatomi, tingkat molekulernya, habitatnya,
maupun peranannya dalam kehidupan.
k. Hubungan Kekerabatan
• Hubungan kekerabatan antar takson tumbuhan dapat ditentukan berdasarkan analisis
fenetik dan analisis filogenetik.
• Analisis fenetik merupakan analisis yang didasari oleh persamaan fenotip atau ciri
yang tampak.
• Analisis filogenetik merupakan analisis yang didasari oleh sejarah evolusi.

3
Contoh pohon filogenetik yang menunjukkan hubungan kekerabatan antar tumbuhan

4
Analisis Kritis

1. Judul : prinsip daar taksonomi tumbuhan


2. Konsep dan tambahan telah dipahami
2.1 konsep yang telah dipahami
1.perkembangan taksonomi tumbuhan
2.tokoh penting dalam taksonomi tumbuhan
3.hubungan taksonomi dengan ilmu-ilmu lain
4.terminologi dan definisi taksonomi
5.identifikasi dalam taksonomi tumbuhan
6. klarifikasi dalam taksonomi tumbuhan
7.deskripsi dalam taksonomitumbuhan
8.hubungan kekerabatan
9.pohon filognenetik yang menujukan hubungan kekerabatan antar tumbuhan
2.2 Tambahan Informasi

3. Konsep yang belum dipahami


1. Contoh kunci identifikasi
2. Contoh lembar identifikasi jenis
Kesimpulan
 Sistem habitus Tumbuhan dikelompokkan berdasarkan perawakannya/habitusnya,
misalnya kelompok tumbuhan perdu dan kelompok tumbuhan pohon. Sistem manfaat
Tumbuhan dikelompokkan berdasarkan kegunaan/manfaatnya dalam kehidupan,
misalnya kelompok tumbuhan pangan dan kelompok tumbuhan obat-obatan. Sistem
artifisial Tumbuhan dikelompokkan berdasarkan penalaran tentang hubungan
kekerabatan antar tumbuhan, misalnya kelompok tumbuhan berbunga dan kelompok
tumbuhan tidak berbunga. Sistem filogenetik Tumbuhan dikelompokkan berdasarkan
bentuk alami dan sejarah hubungan kekerabatannya, sistem ini dipengaruhi oleh teori
evolusi yang dicetuskan oleh Charles Darwin. Sistem molekule Tumbuhan
dikelompokkan berdasarkan struktur morfologi dan molekulernya (termasuk DNA).

5
Refleksi Diri

No Refleksi
Pernyataan
. ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √

BAB II
SISTEM TATANAMA TUMBUHAN
A. KONSEP-KONSEP YANG AKAN DIPELAJARI
1. Macam-macam nama
2. KITT/ICBN
3. Contoh penerapan tatanama tumbuhan

B.TAXONOMIST SEBAGAI NOMENCLATURIST


 Taxonomist : ahli taksonomi
 Nomenclaturist : ahli tatanama
 Tujuan sistem tatanama tumbuhan: Menentukan nama yang tepat bagi taksa baru atau
taksa lama yang digabung, dipilah, ditransfer, atau diubah tingkatannya sesuai dengan
Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (International Code of Botanical
 Nomenclature/ICBN)Menentukan nama tepat untuk spesimen sesuai dengan sistem
klasifikasiatau identifikasi

6
C.MACAM-MACAM NAMA

 Nama sah/legitimate name: nama yang sesuai dengan peraturan dalam KITT,
sedangkan nama tidak sah/illegitimate name adalah nama yang tidak sesuai dengan
peraturan dalam KITT.
 Nama kombinasi/combination name: nama-nama takson di bawah tingkat Genus
yang terdiri dari nama Genus yang dikombinasikan dengan sebutan (ephitet) sehingga
membentuk kombinasi ganda (binomial) atau kombinasi ganda tiga (trinomial).
 Nama otomatis/autonima: nama yang harus berbentuk tertentu sesuai dengan
ketentuan, dan berlaku untuk tingkat takson di bawah spesies.
 Nama yang meragukan/nomen ambiguum: nama yang tidak secara eksplisit
dinyatakan sebagai nama suatu takson tertentu oleh penciptanya.

D.MACAM-MACAM NAMA

 Sinonim: dua nama atau lebih untuk satu takson yang sama.
 Basionim: nama dasar yang digunakan sebagai acuan pemberian nama suatu takson.
 Homonim: satu nama yang digunakan untuk dua takson yang berbeda.
 Nama yang dilestarikan/nomina conservanda: nama yang terus dipakai walaupuntidak
sesuai dengan ketentuan.

7
E.ASAS DALAM KITT/ICBN

1. Tatanama tumbuhan dan tatanama hewan berdiri sendiri-sendiri

Istilah Tatanama Tumbuhan Tatanama Hewan


Tingkat takson Divisio Filum
Akhiran nama famili aceae Idea

2. Penerapan nama kelompok takson ditentukan oleh tipe takson.


Contoh: sebutan (ephitet) “palustris” pada Quercus palustris berarti rawa, menunjukkan tipe
takson tersebut berhabitat di daerah rawa.

3. Penamaan kelompok takson ditentukan berdasarkan prioritas publikasi Nama yang telah
dipublikasikan lebih dulu, maka nama itu adalah nama tepat.Contoh: Cassia surattensis
Burmann (dipublikasikan tahun 1768) ,Cassia glauca (dipublikasikan tahun 1785)

8
F.PENYEBUTAN AUTHOR (PENCIPTA NAMA)

 Fungsi: menjadikan nama takson akurat dan lengkap, serta memudahkan verifikasi
data (deskripsi/diagnosis asli, tipe dan tanggal publikasi).
 Aturan penyebutan:
1. Nama author dicantumkan setelah nama ilmiah dan tidak dicetak miring ataupun
digarisbawahi. Contoh: Rosa gallica L.
2. Nama author bisa disingkat pendek atau agak panjang. disingkat pendek = L. atau
agak panjang = Linn.Contoh: Linnaeus
3. Jika terdapat dua author, nama keduanya harus disebutkan dan dihubungkan
dengan kata “et” atau tanda ampersand (&).
Contoh: Didymopanax glesonii Britton et Wilson

G.PENAMAAN TUMBUHAN HIBRID

 Nama hibrid biasanya disusun dengan formula yang menunjukkan sifat hibrid mereka dan
induknya.
 Nama hibrid dapat ditulis dengan dua cara:
1. Nama kedua induk dihubungkan dengan tanda silang, contoh: Verbascum lychnites X
Verbascum nigrum.
2. Memberi nama epithet baru untuk hibrid, contoh: Dendrobium ‘Michel’.

Analisis Kritis

4. Judul : sistem tatanama tumbuhan


5. Konsep dan tambahan telah dipahami
5.1 konsep yang telah dipahami

9
1.Taxonomist sebagai nomenclaturist
2.Macam-macam nam
3.Penamaan tumbuhan hibrid
5.2 Tambahan Informasi

6. Konsep yang belum dipahami


1.Asas-asas KITT/ICBN
2.penyebutan author (penciptaan nama)

Kesimpulan
 Tujuan sistem tatanama tumbuhan: Menentukan nama yang tepat bagi taksa baru atau
taksa lama yang digabung, dipilah, ditransfer, atau diubah tingkatannya sesuai dengan
Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (International Code of Botanical
 Nomenclature/ICBN)Menentukan nama tepat untuk spesimen sesuai dengan sistem
klasifikasiatau identifikasi dan berbagai variasi macam-macam nama

Refleksi Diri

No Refleksi
Pernyataan
. ya tidak

1. Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √

10
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √

BAB III

TUMBUHAN PAKU

11
A. KONSEP-KONSEP YANG AKAN DIPELAJARI
a) Ciri khusus tumbuhan paku
b) Klasifikasi tumbuhan paku
c) Contoh tumbuhan paku
B. CIRI KHUSUS TUMBUHAN PAKU

 Memiliki daun muda yang menggulung Memiliki dua tipe daun berdasarkan
fungsinya: sporofil dan tropofil
 Memiliki dua tipe daun berdasarkan ukuran dan kompleksitas jaringannya:
mikrofil dan megafil
 Mengalami metagenesis dengan fase sporofit lebih dominan dibandingkan fase
gametofitnya

C.CIRI KHUSUS TUMBUHAN PAKU

• Generasi gametofit tumbuhan paku berukuran mikroskopis dengan struktur tubuh sangat
sederhana, sedangkan generasi sporofitnya berukuran makroskopis dengan struktur tubuh

12
yang lebih kompleks. Hal ini menyebabkan fase sporofit tumbuhan paku lebih dominan
daripada fase gametofitnya.

D.TIPE DAUN PADA TUMBUHAN PAKU

a. Berdasarkan fungsinya:
 Sporofil: daun yang berfungsi menghasilkan spora, namun dapat pula
melakukan fotosintesis. Ciri khusus daun sporofil: memiliki sorus (kotak
spora) di permukaan bawah daun.
 Tropofil: daun yang berfungsi melakukan fotosintesis dan tidak dapat
menghasilkan spora. Ciri khusus daun tropofil: tidak terdapat sorus di
permukaan bawah daun.
b. Berdasarkan ukuran dan kompleksitas jaringannya:
 Mikrofil: berukuran kecil dengan jaringan pengangkut yang tidak
bercabang (pertulangan daun tunggal).
 Megafil: berukuran besar dengan jaringan pengangkut yang bercabang
(pertulangan daun menyirip/menjari).

E.KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU

I. Mehltreter, Walker, & Sharpe (2010):


1. Kelas Lycopodiopsida
2. Kelas Psilotopsida
3. Kelas Equisetopsida
4. Kelas Marattiopsida
5. Kelas Polypodiopsida
II. Tjitrosoepomo (1989):

13
1. Kelas Psilophytinae
2. Kelas Lycopodiinae
3. Kelas Equisetinae
4. Kelas Filicinae

F.KLASIFIKASI DAN CONTOH TUMBUHAN PAKU

 Kelas Lycopodiopsida
 Ciri khusus: daun berukuran kecil dengan pertulangan daun
tunggal (mikrofil), sporangium tunggal di permukaan bawah daun
sporofil yang membentuk kelompok yang disebut strobilus.
 Terdiri dari tiga ordo:
 Ordo Isoetales
 Ordo Lycopodiales
 Ordo Selaginales
 Ciri khusus ordo Isoetales: heterospora, daun menyerupai rumput,
mengalami pertumbuhan sekunder, bersifat aquatik dan terestrial.
Contoh: Isoetes.

 Ordo Lycopodiaceae memiliki ciri khusus: homospora, daun-daun


berukuran sama, bersifat terestrial atau epifit. Contoh:
Lycopodium.

14
 Ordo Selaginellales memiliki ciri khusus: heterospora, daun-daun
memiliki ukuran berbeda dan tersusun dalam empat barisan,
bersifat terestrial atau epifit. Contoh: Selaginella.

 Kelas Psilotopsida
• Ciri khusus: spora > 1000 per sporangium, dinding sporangium disusun
oleh 2/lebih lapisan sel, tidak memiliki anulus pada sporangiumnya.
o Terdiri dari dua ordo:
1. Ordo Ophioglossales
2. Ordo Psilotales
• Ordo Ophioglossales
Ciri khusus: daun muda menggulung ke arah tulang daun
(not circinate), tidak ada rambut akar, spora trilete
(menyerupai segi tiga).
Contoh: Ophioglossum
• Ordo Psilotales
Ciri khusus: tidak memiliki akar, daun tereduksi,
sporangium tersusun 2-3 dalam satu synangia, spora
monolete (bulat atau oval).

15
Contoh: Psilotum
 Kelas Equisetopsida
• Ciri khusus: >1000 spora per sporangium, batang bercabang, daun
menyerupai sisik, sporangium tidak beranulus.
• Terdiri dari satu ordo: Equisetales.
Contoh: Equisetum

16
Analisis Kritis

1. Judul : Tumbuhan paku


2. Konsep dan tambahan telah dipahami
2.1 konsep yang telah dipahami
1.Ciri-ciri khusus tumbuhan paku
2.Klarifikasi tumbuhan paku
3.Tipe daun pada tumbuhan paku

2.2Tambahan Informasi

3.Konsep yang belum dipahami

1.tipe tumbuhanpaku berdasarkan spora yang dihasilkan

Kesimpulan
Kerumitan struktur tubuh tumbuhan lumut tergantung pada pandangan dan
pengetahuan pengamatannya.dan tumbuhan lumut hidup didaerah lembab karena
memiliki akar yang dapat tumbuh memanjang dan menembus tanah untuk mencari
air seperti padatumbuhan perpembuluh tumbuhan lumut hanya memiliki rhizoid
yang berupa kumpulan sel parenkim dengan ukuran 1-5 mm

17
Refleksi Diri

No Refleksi
Pernyataan
. Ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √

18
BAB IV

TUMBUHAN LUMUT
A. KONSEP-KONSEP YANG AKAN DIPELAJARI
a. Ciri khusus Tumbuhan Lumut
b. Klasifikasi Tumbuhan Lumut
c. Contoh Tumbuhan Lumut
 Ciri Khusus Tumbuhan Lumut
 Atracheophyta (tidak memiliki jaringan pengangkut)
 Thallophyta (tidak memiliki organ sejati)
 Metagenesis (mengalami pergiliran keturunan dengan fase
gametofit lebih dominan)
• Atracheophyta Tumbuhan lumut tidak memiliki jaringan xilem
dan floem. Proses pengangkutan air, hara, dan hasil fotosintesis
dilakukan secara difusi atau transpor aktif secara langsung melalui
sel-sel parenkim yang menyusun tubuhnya. Jaringan yang
memiliki fungsi sama dengan xilem disebut hydrome, sedangkan
jaringan yang memiliki fungsi sama dengan floem disebut leptome.
• Thallophyta Tumbuhan lumut tidak memiliki organ akar, batang,
daun sejati karena tidak memiliki jaringan pengangkut. Struktur
yang menyerupai bentuk akar, batang, dan daun sebenarnya hanya
disusun oleh sel-sel parenkim.
• Metagenesis Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan
dengan fase gametofit lebih dominan daripada fase sporofit. Hal
ini menyebabkan struktur sporofit tumbuh menumpang di dalam
struktur gametofitnya.
B. KLASIFIKASI TUMBUHAN LUMUT
a. Klasifikasi tumbuhan lumut berbeda-beda menurut ahli yang
mengelompokkannya.
Contoh klasifikasi tumbuhan lumut menurut Tjitrosoepomo
(1989):
1. Kelas Hepaticae
o Bangsa Anthocerotales
o Bangsa Marchantiales

19
o Bangsa Jungermaniales
2. Kelas Musci
o Bangsa Andreaeales
o Bangsa Sphagnales
o Bangsa Bryales

Klasifikasi Bryophyta secara umum (Goffinet & Shaw, 2009):

1. Divisi Marchantiophyta (tumbuhan lumut hati)

2. Divisi Bryophyta(tumbuhan lumut daun)

3. Divisi Anthocerotophyta( tumbuhan lumut tanduk)

 Divisi Bryophyta (Tumbuhan Lumut Daun)


 Tumbuhan lumut daun merupakan divisi yang memiliki struktur
gametofit paling menyerupai tumbuhan Tracheophyta (tumbuhan
yang memiliki jaringan pengangkut).
 Morfologi tumbuhan lumut daun dapat dibedakan menjadi rhizoid,
batang, dan daun

B.DIVISI MARCHANTIOPHYTA (TUMBUHAN LUMUT HATI)


 Tumbuhan lumut hati adalah tumbuhan darat, herbaseus, terdiri dari (sekitar) 5000
spesies dan 391 genus
 Habitatnya di tanah lembab di dekat aliran air, batuan, kayu lapuk atau pepohonan
didalam liar.
 Agihan (daerah persebaran) meliputi seluruh benua termasuk Antartika (di bagian
hemisfer selatan).
 Struktur morfologi cenderung pipih dengan rhizoid uniseluler.
 Antheridiofor dan arkegoniofor memiliki bentuk khas yang membedakannya dengan
divisi lainnya.

C. DIVISI MARCHANTIOPHYTA, KELAS HAPLOMITRIOPSIDA

 Memiliki struktur leafy dengan helai daun pada tiap nodus, bagian aksis (batang)
mensekresi
musilage dari sel-sel epidermis yang memungkinkannya bersimbiosis dengan fungi, sel-sel
apikal berbentuk tetrahedral, organ reproduksi jantan dan betina tersusun longgar, sporofit
berukuran besar dan dibungkus oleh coelocaule (struktur menyerupai kaliptra yang tebal).
 Kelas Haplomitriopsida dibagi menjadi dua subkelas, yaitu subkelas Treubiidae dan
subkelas
Haplomitriidae.

20
 Subkelas Treubiidae memiliki ciri-ciri: thallus pipih dorsiventral, rebah; daun tersusun
dalam
dua baris, terbagi menjadi satu bagian dorsal kecil dan satu bagian ventral besar, helaian
tebal;
rhizoid di bagian ventral, tersebar; gemma multiseluler; gametangia dilindungi helai daun
dorsal; kapsul membulat.
 Subkelas Haplomitriidae memiliki ciri-ciri: thallus berupa stolon yang memiliki tangkai
berdaun; daun tersusun dalam tiga barisan, baris ketiga dorsal; tidak terdapat rhizoid; tidak
terdapat gemma; gametangia tersebar di bagian batang (di ketiak daun atau ujung tangkai);
kapsul silindris.

D. DIVISI MARCHANTIOPHYTA, KELAS MARCHANTIOPSIDA


 Thallus berbentuk lembaran, bagian ventral terdapat rhizoid, gametangia di tangkai
berbentuk khusus yang tumbuh pada bagian dorsal, sporofit memiliki seta pendek
atau tidak memiliki seta.
• Kelas Marchantiopsida dibagi menjadi dua subkelas, yaitu subkelas Blasiidae dan
subkelas Marchantiidae.
• Subkelas Blasiidae memiliki ciri-ciri: thallus tidak dapat dibedakan
dorsiventralnya, rhizoid sangat halus, gemma multiseluler, diosius, gametangia di
bagian dorsal.
• Subkelas Marchantiidae memiliki ciri-ciri: thallus dibedakan menurut lapisannya
atau tanpa lapisan, rhizoid halus, gemma multiseluler, gametangia di bagian dorsal.

E. DIVISI MARCHANTIOPHYTA, KELAS JUNGERMANNIOPSIDA


• Thallus berupa lembaran atau leafy, rhizoid halus, sporofit berseta.
• Kelas Jungermaniopsida dibedakan menjadi tiga subkelas, yaitu: subkelas
Pelliidae, subkelas Metzgeriidae, dan subkelas Jungermanniidae.
• Subkelas Pelliidae memiliki ciri-ciri: thallus berbentuk lembaran, gametangia pada
permukaan dorsal tulang daun atau batang.

21
• Subkelas Metzgeriidae memiliki ciri-ciri: thallus berbentuk lembaran, gametangia
pada bagian lateral atau ventral cabang.
• Subkelas Jungermanniidae memiliki ciri-ciri: thallus berbentuk leafy, anteridia di
bagian ketiak daun, arkegonia di bagian bawah daun.

F. DIVISI MARCHANTIOPHYTA, KELAS JUNGERMANNIOPSIDA, SUBKELAS


JUNGERMANNIIDAE

A. Thallus Bazzania novae-zelandiae


B. Thallus Proskaurea pleurata dengan gametangia betina ditunjukkan oleh anak panah
C. Penampang lateral Balantiopsis rosea
D. Thallus Megalembidium insulanum dengan sistem rhizoma yang bercabang
E. Thallus Tylimanthus saccatus dengan androecium di bagian ujung batang
F. Gametangia betina Isotachis lyellii ditunjukkan oleh anak panah

G. STRUKTUR MARCHANTIA POLYMORPHA

H. DIVISI BRYOPHYTA (TUMBUHAN LUMUT DAUN)


• Tumbuhan lumut daun merupakan divisi yang memiliki struktur gametofit paling
menyerupai tumbuhan Tracheophyta(tumbuhan yang memiliki jaringan pengangkut).
• Morfologi tumbuhan lumut daun dapat dibedakan menjadi rhizoid, batang, dan daun

I.DIVISI BRYOPHYTA (TUMBUHAN LUMUT DAUN)

22
A. Struktur morfologi Brymela websteri
B. Detail sistem batang yang menunjukkan sporofit pada bagian lateral cabang; sporofit
memiliki seta, kapsul, dan operkulum
C. Kapsul muda dengan kaliptra
D. Kaliptra
E. Operkulum
F. Gigi exostome
G. Daun
H. Ujung daun
I. Sel-sel laminal pada bagian tengah daun
J. Sel-sel di pangkal daun
K. Irisan melintang batang
L. Rambut aksilar

J.CONTOH ANTHOCEROTOPHYTA

 Sporofit Phymatoceros bulbiculosus


 Irisan melintang thallus dewasa Phymatoceros bulbiculosus dengan koloni
cyanobacterium yang bersimbiosis (Cy)
 Metagenesis Tumbuhan Lumut
o Spora berkembang menjadi protonema
o Protonema (haploid) mengalami mitosis dan menghasilkan
gametofit (jantan dan betina)
o Gametofit jantan menghasilkan sperma yang akan
membuahi ovum dengan bantuan air
o Zigot terbentuk dari peleburan sperma dan ovum di dalam
arkegonium pada gametofit betina
o Sporofit tumbuh dari embrio
o Sporofit muda menyerap nutrisi dari gametofit betina

23
K.METAGENESIS TUMBUHAN LUMUT

L.METAGENESIS TUMBUHAN LUMUT


1. Spora berkembang menjadi protonema
2. Protonema (haploid) mengalami mitosis dan menghasilkan gametofit (jantan dan betina)
3. Gametofit jantan menghasilkan sperma yang akan membuahi ovum dengan bantuan air
4. Zigot terbentuk dari peleburan sperma dan ovum di dalam arkegonium pada gametofit
betina
5. Sporofit tumbuh dari embrio
6. Sporofit muda menyerap nutrisi dari gametofit betina
7. Terjadi meiosis pada sporangium, menghasilkan spora haploid yang akan menjadi
protonema ketika jatuh ke tempat yang sesuai

24
Analisis Kritis

1. Judul : Tumbuhan lumut


2. Konsep dan tambahan telah dipahami
2.1 konsep yang telah dipahami
1. ciri khusus tumbuhan lumut
2. klarifikasi tumbuhan lumut
3. struktur anthoceros sp
4. metagenesis tumbuhan lumut
5. struktur polytrichum commune
6. struktur anthoceros sp
2.2 Tambahan Informasi

3. Konsep yang belum dipahami


1.divisi tumbuhan lumut hati
2.divisi marchantiophyta,kelas haplomitriopsida
3.divisi marchantiophyta,kelas marchantiopsida
4.divisi marchntiophyta,kels jungermanniospida
5.struktur marchantia polymorpha
6.divisi bryophyta (tumbuhan lumut daun)
7.divisi anthocerotophyta (tumuhan lumut tanduk)

Kesimpulan

 Atracheophyta (tidak memiliki jaringan pengangkut)


 Thallophyta (tidak memiliki organ sejati)
 Metagenesis (mengalami pergiliran keturunan dengan fase gametofit lebih dominan)

25
Refleksi Diri

No Refleksi
Pernyataan
. Ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √

26
BAB V
TUMBUHAN BERBIJI TERBUKA

A. CIRI TUMBUHAN BERBIJI TERBUKA


 Chormophyta : Tumbuhan kormus Dan Memiliki akar, batang, dan daun sejati
 Tracheophyta : Tumbuhan berpembuluh Dan Memiliki xilem dan floem
 Gymnospermae:Tumbuhan berbiji telanjang Dan Memiliki biji yang tidak
terlindung/tertutupi oleh daun buah
B. PEMBENTUKAN BIJI PADA TUMBUHAN BERBIJI TERBUKA

Biji pada tumbuhan berbiji terbuka terbentuk dari ovul yang telah terfertilisasi oleh
serbuk sari. Ovul terdapat pada strobilus betina yang tidak memiliki daun buah. Struktur
ovul pada tumbuhan berbiji terbuka tersusun oleh (dari luar ke dalam): integumen,
megasporangium, dan megaspora. Megaspora yang terfertilisasi oleh inti sperma akan
berkembang menjadi embrio, megasporangium akan berkembang menjadi cadangan
makanan bagi embrio, dan integumen akan berkembang menjadi kulit biji.

C. KLASIFIKASI TUMBUHAN BERBIJI TERBUKA


 Menurut Gembong Tjitrosoepomo (1988), tumbuhan berbiji terbuka
diklasifikasikan menjadi 7 kelas:
1. Pteridospermae : Telah punah
2. Cycadinae
3. Bennettinae : Telah punah
4. Cordaitinae : Telah punah
5. Ginkyoinae
6. Coniferae
7. Gnetinae

27
D. KELAS CYCADINAE
Ciri Kelas Cycadinae:
a. Habitus menyerupai Palmae
b. Batang bercabang atau tidak bercabang, berkayu
c. Daun tersusun pada roset batang
d. Strobilus berumah dua

Klarifikasi cycadinae

 Contoh Kelas Cycadinae

E. Kelas Ginkyoinae
1. Ciri kelas ginkyoinae:
1. Habitus pohon
2. Batang bercabang, berkayu
3. Bentuk daun menyerupai kipas dengan pertulangan menggarpu
4. Strobilus berumah dua

28
2. Klasifikasi kelas ginkyoinae :

Kelas Ginkyoinae hanya memiliki satu spesies, yang bertahan hidup hingga
saat ini, yaitu Ginkgo biloba.

3.Evolusi Kelas Ginkyoinae

Struktur morfologi kelas Ginkyoinae yang menunjukkan perubahan selama


evolusi adalah daun dan strobilusnya.
F. Kelas Coniferae

Ciri kelas coniferae:

1. Habitus pohon dengan tajuk kerucut

2. Daun berbentuk jarum dan evergreen


3. Strobilus berumah satu atau berumah dua

Klasifikasi kelas coniferae:

Kelas Coniferae diklasifikasikan dalam 5 ordo:


1. Ordo Taxales
2. Ordo Araucariales
3. Ordo Podocarpales
4. Ordo Pinales
5. Ordo Cupressales

 Contoh Kelas Coniferae

29
G. Siklus Hidup Gymnospermae secara Umum

30
Analisis Kritis

1. Judul : taksonomi tumbuhan berbiji terbuka


2. Konsep dan tambahan telah dipahami
2.1 konsep yang telah dipahami
1.pembentuka biji pada tumbuhan berbiji terbuka
2.klarifikasi tumbuhan berbiji terbuka
3.ciri kelas cycadinae
4.contoh kleas cycadinae
5.ciri kelas ginkyoinae
6.ciri kelas coniferae
7.contoh kelas coniferae
8.klarifikasi coniferae
9.contoh kelas gnetinae
10.contoh kelas gnetinae
2.2 Tambahan Informasi

3. Konsep yang belum dipahami


1.eolusi kelas ginkyoinae
Kesimpulan

Biji pada tumbuhan berbiji terbuka terbentuk dari ovul yang telah terfertilisasi oleh
serbuk sari. Ovul terdapat pada strobilus betina yang tidak memiliki daun buah. Struktur
ovul pada tumbuhan berbiji terbuka tersusun oleh (dari luar ke dalam): integumen,
megasporangium, dan megaspora. Megaspora yang terfertilisasi oleh inti sperma akan
berkembang menjadi embrio, megasporangium akan berkembang menjadi cadangan
makanan bagi embrio, dan integumen akan berkembang menjadi kulit biji.

31
Refleksi Diri

No Refleksi
Pernyataan
. ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √

32
BAB VI

TAKSONOMI TUMBUHAN BERBIJI TERTUTUP

A. Ciri khusus tumbuhan berbiji tertutup


 Chormophyta: Memiliki akar, batang, dan daun sejati
 Tracheophyta : Memiliki jaringan pengangkut (xilem dan floem)
 Anthophyta: Memiliki bunga
B. Bunga sebagai Organ Reproduktif pada Tumbuhan Berbiji Tertutup Bunga
sempurna memiliki bagian bagian:

• Dasar bunga (receptacle)


• Kelopak bunga (sepal)
• Mahkota bunga (petal)
• Benang sari (stamen), yang terdiri dari tangkai sari (filament) dan kepala sari
(anther)
• Putik (carpel/pistil), yang terdiri dari kepala putik (stigma), tangkai putik (style),
bakal buah (ovary) yang di dalamnya terdapat bakal biji (ovule).

C. Siklus Hidup Tumbuhan Berbiji Tertutup

33
1. Di dalam megasporangium pada setiap bakal biji, megasporosit membelah
secara meiosis untuk menghasilkan 4 megaspora, tetapi hanya 1 megaspora yang
berhasil berkembang menjadi gametofit betina.
2. Di dalam kepala sari pada benang sari, setiap mikrosporangium mengandung
mikrosporosit yang membelah secara meiosis untuk menghasilkan mikrospora.
3. Satu mikrospora berkembang menjadi serbuk sari. Sel generatif akan membelah
dan membentuk 2 sperma. Sel tabung akan menghasilkan buluh serbuk.
4. Setelah terjadi polinasi, kedua sel sperma akan menuju bakal biji.
5. Terjadi fertilisasi ganda di dalam bakal biji. Fertilisasi pertama terjadi antara
sperma dan ovum yang akan menghasilkan zigot. Fertilisasi kedua terjadi antara
sperma dan inti polar yang akan menghasilkan endosperma sebagai cadangan
makanan bagi embrio.
6. Zigot berkembang menjadi embrio yang bersama dengan endosperma dikemas
dalam kulit biji, inilah yang disebut biji.
7. Ketika biji berkecambah, embrio berkembang menjadi sporofit dewasa.

D.keanekaragaman tumbuhan berbiji tertutup

34
 Berdasarkan pohon filogeni disamping, diketahui bahwa tumbuhan
berbiji tertutup (Angiospermae) mulai muncul sekitar 140 juta
tahun yang lalu.
 Penyusunan pohon filogeni ini berdasarkan struktur morfologi dan
bukti molekuler. Fokus pembahasan klasifikasi tumbuhan berbiji
tertutup di sini adalah monokotil dan dikotil.
l. Perbandingan Monokotil dan Dikotil secara Umum:

F. Angiosperm Phylogeny Group (APG)

35
36
Analisis Kritis

1. Judul : Tumbuhan berbiji tertutup


2. Konsep dan tambahan telah dipahami
2.1 konsep yang telah dipahami
1.ciri khusus tumbuhan biji tertutup
2.bunga sebagai organ reproduktif pada tumbuhan berbiji tertutup
3.perbaningan dikotil dan monokotil secara umum
2.2 Tambahan Informasi

3. Konsep yang belum dipahami


1.siklus hidup ubuhan berbiji tertutup
2.keanekaragaman tumbuhan berbiji tertutup
3.agiosprem phylogeny group (APG)
Kesimpulan
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut Chormophyta: Memiliki akar, batang, dan daun
sejati ,tracheophyta : Memiliki jaringan pengangkut (xilem dan floem) dan
anthophyta: Memiliki bunga.

37
Refleksi Diri

No Refleksi
Pernyataan
. ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √

38
BAB VII

KEKERABATAN FILOGENETIK

A. Konsep-konsep yang dipelajari


 Definisi kekerabatan filogenetik
 Rekonstruksi pohon filogenetik
 Contoh pohon filogenetik

B. Definisi kekerabatan filogenetik


 Kekerabatan filogenetik: hubungan kekerabatan antar spesies atau kelompok spesies
berdasarkan sejarah evolusinya.
 Kekerabatan filogenetik dapat digunakan untuk menelusuri nenek moyang suatu
spesies atau kelompok spesies.

C. Rekonstruksi pohon filogenetik


 Pohon filogenetik adalah diagram yang mempresentasikan hubungan evolusi beberapa
kelompok organisme.
 Pohon filogenetik dapat disusun melalui penelusuran fosil-fosil organisme, namun hal
ini kurang efektif karena fosil lengkap sulit didapatkan, terlebih untuk fosil tumbuhan.
 Pohon filogenetik kini disusun berdasarkan analisis molekuler materi genetik
organisme, berupa DNA atau RNA.

D. Metode yang dilakukan untuk melakukan rekonstruksi pohon filogenetik antara


lain:
 Ekstraksi DNA dari sampel tumbuhan yang akan dicari filogenetiknya
 Perbanyakan gen yang digunakan sebagai pembanding melalui PCR
 Melakukan sekuensing gen pembanding
 Melakukan analisis sekuen gen dengan software atau manual (tidak disarankan)
 Menyusun pohon filogenetik

39
E. Contoh sekuen gen pembanding beberapa spesies Syzygium

F. Contoh pohon filogenetik beberapa spesies Syzygium

40
Analisis Kritis

1. Judul : kekerabatan filogenetik


2. Konsep dan tambahan telah dipahami
2.1 konsep yang telah dipahami
1.definisi kekerabatan filogeetik
2.rekontruksi pohon filogenetik
3. Contoh pohon filogenetik beberapa spesies Syzygium

2.2 Tambahan Informasi

3. Konsep yang belum dipahami


1. Contoh sekuen gen pembanding beberapa spesies Syzygium

Kesimpulan
 Kekerabatan filogenetik: hubungan kekerabatan antar spesies atau kelompok spesies
berdasarkan sejarah evolusinya. Kekerabatan filogenetik dapat digunakan untuk
menelusuri nenek moyang suatu spesies atau kelompok spesies

41
Refleksi Diri

No Refleksi
Pernyataan
. ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √

42
BAB VIII
KEKERABATAN FENETIK

A. Definisi fenetik
1. Kekerabatan fenetik adalah kekerabatan yang ditentukan oleh persamaan ciri yang
dimiliki antar taksa yang dibandingkan, tanpa memperhatikan sejarah evolusinya.
2. Semakin besar persamaan, maka semakin dekat hubungan kekerabatannya.
3. Hubungan kekerabatan fenetik direpresentasikan dengan grafik fenogram atau
dendogram.

B. Prosedur analisis kekerabatan fenetik


 Sampling
a. Tahap pertama dalam menentukan hubungan kekerabatan antar tumbuhan
adalah menentukan sampel taksa yang akan dianalisis
b. Sampel taksa bisa tingkat spesies, genus, famili atau lainnya sesuai kebutuhan
c. Jumlah sampel yang digunakan sesuai kebutuhan
Contoh: Sebuah penelitian tentang hubungan kekerabatan fenetik 17 genus dari
famili Acanthaceae yang ada di Mesir menggunakan 30 spesies sebagai sampel:
Acanthus mollis, Acanthus montanus, Anisacanthus virgularis, Aphelandra squarrosa,
Barleria cristata, Barleria prionitis, Blepharis edulis, Eranthemum nervosum, Fittonia
argyroneura, Fittonia verschaffeltii, Hypoestes sanguinolenia, Jacobinia carnea,
Justicia adhatoda, Justicia betonica, Justicia brandegeeana, Justicia gendarussa,
Justicia spicigera, Odontonema cuspidatum, Pachystachys lutea, Pseuderanthemum
atropurpureum, Pseuderanthemum bicolor, Ruellia alba, Ruellia brittoniana, Ruellia
glabra, Ruellia humilis, Sanchezia nobilis, Thunbergia alata, Thunbergia erecta,
Thunbergia grandiflora, dan Avicennia marina.

 Identifikasi ciri fenotip (morfologi, anatomi, polinologi) dan/atau identifikasi ciri


genotip (struktur DNA, RNA protein)
 Ciri fenotip dan/atau genotip yang digunakan sebagai data yang akan dianalisis
disebut dengan STO (Satuan Taksonomi Operasional). Contoh: pada penelitian
penelitian tentang hubungan kekerabatan fenetik 17 genus dari famili Acanthaceae
yang ada di Mesir dengan 30 spesies sebagai sampel, ciri yang digunakan sebagai
pembanding adalah ciri morfologi dan molekuler DNA. Ciri morfologi yang

43
digunakan sebanyak 50 ciri dan ciri molekuler DNA yang digunakan sebanyak 5
ciri
 Analisis fenetik
 Penyusunan fenogram atau dendogram

C. Contoh hasil identifikasi ciri morfologi sebagai sto

D. Contoh Hasil Identifikasi Ciri Morfologi sebagai STO

E. Contoh Hasil Identifikasi Molekuler DNA sebagai STO

44
G. Analisis fenetik
 Apabila data STO telah diperoleh, selanjutnya adalah analisis menggunakan
metode numerik.
 Contoh metode yang dapat digunakan adalah indeks similaritas (IS).
 Hasil perhitungan IS kemudian ditabulasikan untuk mempermudah menyusun
fenogram.

45
H. Contoh Fenogram Berdasarkan Indeks Similaritas

E. Contoh Dendogram Berdasarkan UPGMA

46
Analisis Kritis

1. Judul : kekerabatan fenetik


2. Konsep dan tambahan telah dipahami
2.1 konsep yang telah dipahami
1.definisi
2.prosedur analisis kekerabatan fenetik
3.sampling
4.identifikasi ciri fenotip dan genotif
5.contoh hasilidentifikasi ciri mrfologi sebagai ATO
6.contoh hasil identifikasi molekuler DNA sebagai ATO
7.analisis fenetik

2.2 Tambahan Informasi

3. Konsep yang belum dipahami


1.contoh dendogram berdasarkan UPGMA

Kesimpulan
1. Kekerabatan fenetik adalah kekerabatan yang ditentukan oleh persamaan ciri yang
dimiliki antar taksa yang dibandingkan, tanpa memperhatikan sejarah evolusinya.
2. Semakin besar persamaan, maka semakin dekat hubungan kekerabatannya.
3. Hubungan kekerabatan fenetik direpresentasikan dengan grafik fenogram atau
dendogram.

47
Refleksi Diri

No Refleksi
Pernyataan
. Ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √

48

Anda mungkin juga menyukai