1
o Taksonomi merupakan dasar dari ilmuilmu lain, karena obyek kajian ilmu
lain perlu diidentifikasi lebih dulu oleh taksonomi.
o Taksonomi merupakan puncak dari ilmuilmu lain, karena kajian taksonomi
akan lengkap jika menggunakan data atau hasil kajian dari ilmu-ilmu lain.
2
H. Contoh identifikasi jenis
3
Contoh pohon filogenetik yang menunjukkan hubungan kekerabatan antar tumbuhan
4
Analisis Kritis
5
Refleksi Diri
No Refleksi
Pernyataan
. ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √
BAB II
SISTEM TATANAMA TUMBUHAN
A. KONSEP-KONSEP YANG AKAN DIPELAJARI
1. Macam-macam nama
2. KITT/ICBN
3. Contoh penerapan tatanama tumbuhan
6
C.MACAM-MACAM NAMA
Nama sah/legitimate name: nama yang sesuai dengan peraturan dalam KITT,
sedangkan nama tidak sah/illegitimate name adalah nama yang tidak sesuai dengan
peraturan dalam KITT.
Nama kombinasi/combination name: nama-nama takson di bawah tingkat Genus
yang terdiri dari nama Genus yang dikombinasikan dengan sebutan (ephitet) sehingga
membentuk kombinasi ganda (binomial) atau kombinasi ganda tiga (trinomial).
Nama otomatis/autonima: nama yang harus berbentuk tertentu sesuai dengan
ketentuan, dan berlaku untuk tingkat takson di bawah spesies.
Nama yang meragukan/nomen ambiguum: nama yang tidak secara eksplisit
dinyatakan sebagai nama suatu takson tertentu oleh penciptanya.
D.MACAM-MACAM NAMA
Sinonim: dua nama atau lebih untuk satu takson yang sama.
Basionim: nama dasar yang digunakan sebagai acuan pemberian nama suatu takson.
Homonim: satu nama yang digunakan untuk dua takson yang berbeda.
Nama yang dilestarikan/nomina conservanda: nama yang terus dipakai walaupuntidak
sesuai dengan ketentuan.
7
E.ASAS DALAM KITT/ICBN
3. Penamaan kelompok takson ditentukan berdasarkan prioritas publikasi Nama yang telah
dipublikasikan lebih dulu, maka nama itu adalah nama tepat.Contoh: Cassia surattensis
Burmann (dipublikasikan tahun 1768) ,Cassia glauca (dipublikasikan tahun 1785)
8
F.PENYEBUTAN AUTHOR (PENCIPTA NAMA)
Fungsi: menjadikan nama takson akurat dan lengkap, serta memudahkan verifikasi
data (deskripsi/diagnosis asli, tipe dan tanggal publikasi).
Aturan penyebutan:
1. Nama author dicantumkan setelah nama ilmiah dan tidak dicetak miring ataupun
digarisbawahi. Contoh: Rosa gallica L.
2. Nama author bisa disingkat pendek atau agak panjang. disingkat pendek = L. atau
agak panjang = Linn.Contoh: Linnaeus
3. Jika terdapat dua author, nama keduanya harus disebutkan dan dihubungkan
dengan kata “et” atau tanda ampersand (&).
Contoh: Didymopanax glesonii Britton et Wilson
Nama hibrid biasanya disusun dengan formula yang menunjukkan sifat hibrid mereka dan
induknya.
Nama hibrid dapat ditulis dengan dua cara:
1. Nama kedua induk dihubungkan dengan tanda silang, contoh: Verbascum lychnites X
Verbascum nigrum.
2. Memberi nama epithet baru untuk hibrid, contoh: Dendrobium ‘Michel’.
Analisis Kritis
9
1.Taxonomist sebagai nomenclaturist
2.Macam-macam nam
3.Penamaan tumbuhan hibrid
5.2 Tambahan Informasi
Kesimpulan
Tujuan sistem tatanama tumbuhan: Menentukan nama yang tepat bagi taksa baru atau
taksa lama yang digabung, dipilah, ditransfer, atau diubah tingkatannya sesuai dengan
Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (International Code of Botanical
Nomenclature/ICBN)Menentukan nama tepat untuk spesimen sesuai dengan sistem
klasifikasiatau identifikasi dan berbagai variasi macam-macam nama
Refleksi Diri
No Refleksi
Pernyataan
. ya tidak
10
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √
BAB III
TUMBUHAN PAKU
11
A. KONSEP-KONSEP YANG AKAN DIPELAJARI
a) Ciri khusus tumbuhan paku
b) Klasifikasi tumbuhan paku
c) Contoh tumbuhan paku
B. CIRI KHUSUS TUMBUHAN PAKU
Memiliki daun muda yang menggulung Memiliki dua tipe daun berdasarkan
fungsinya: sporofil dan tropofil
Memiliki dua tipe daun berdasarkan ukuran dan kompleksitas jaringannya:
mikrofil dan megafil
Mengalami metagenesis dengan fase sporofit lebih dominan dibandingkan fase
gametofitnya
• Generasi gametofit tumbuhan paku berukuran mikroskopis dengan struktur tubuh sangat
sederhana, sedangkan generasi sporofitnya berukuran makroskopis dengan struktur tubuh
12
yang lebih kompleks. Hal ini menyebabkan fase sporofit tumbuhan paku lebih dominan
daripada fase gametofitnya.
a. Berdasarkan fungsinya:
Sporofil: daun yang berfungsi menghasilkan spora, namun dapat pula
melakukan fotosintesis. Ciri khusus daun sporofil: memiliki sorus (kotak
spora) di permukaan bawah daun.
Tropofil: daun yang berfungsi melakukan fotosintesis dan tidak dapat
menghasilkan spora. Ciri khusus daun tropofil: tidak terdapat sorus di
permukaan bawah daun.
b. Berdasarkan ukuran dan kompleksitas jaringannya:
Mikrofil: berukuran kecil dengan jaringan pengangkut yang tidak
bercabang (pertulangan daun tunggal).
Megafil: berukuran besar dengan jaringan pengangkut yang bercabang
(pertulangan daun menyirip/menjari).
13
1. Kelas Psilophytinae
2. Kelas Lycopodiinae
3. Kelas Equisetinae
4. Kelas Filicinae
Kelas Lycopodiopsida
Ciri khusus: daun berukuran kecil dengan pertulangan daun
tunggal (mikrofil), sporangium tunggal di permukaan bawah daun
sporofil yang membentuk kelompok yang disebut strobilus.
Terdiri dari tiga ordo:
Ordo Isoetales
Ordo Lycopodiales
Ordo Selaginales
Ciri khusus ordo Isoetales: heterospora, daun menyerupai rumput,
mengalami pertumbuhan sekunder, bersifat aquatik dan terestrial.
Contoh: Isoetes.
14
Ordo Selaginellales memiliki ciri khusus: heterospora, daun-daun
memiliki ukuran berbeda dan tersusun dalam empat barisan,
bersifat terestrial atau epifit. Contoh: Selaginella.
Kelas Psilotopsida
• Ciri khusus: spora > 1000 per sporangium, dinding sporangium disusun
oleh 2/lebih lapisan sel, tidak memiliki anulus pada sporangiumnya.
o Terdiri dari dua ordo:
1. Ordo Ophioglossales
2. Ordo Psilotales
• Ordo Ophioglossales
Ciri khusus: daun muda menggulung ke arah tulang daun
(not circinate), tidak ada rambut akar, spora trilete
(menyerupai segi tiga).
Contoh: Ophioglossum
• Ordo Psilotales
Ciri khusus: tidak memiliki akar, daun tereduksi,
sporangium tersusun 2-3 dalam satu synangia, spora
monolete (bulat atau oval).
15
Contoh: Psilotum
Kelas Equisetopsida
• Ciri khusus: >1000 spora per sporangium, batang bercabang, daun
menyerupai sisik, sporangium tidak beranulus.
• Terdiri dari satu ordo: Equisetales.
Contoh: Equisetum
16
Analisis Kritis
2.2Tambahan Informasi
Kesimpulan
Kerumitan struktur tubuh tumbuhan lumut tergantung pada pandangan dan
pengetahuan pengamatannya.dan tumbuhan lumut hidup didaerah lembab karena
memiliki akar yang dapat tumbuh memanjang dan menembus tanah untuk mencari
air seperti padatumbuhan perpembuluh tumbuhan lumut hanya memiliki rhizoid
yang berupa kumpulan sel parenkim dengan ukuran 1-5 mm
17
Refleksi Diri
No Refleksi
Pernyataan
. Ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √
18
BAB IV
TUMBUHAN LUMUT
A. KONSEP-KONSEP YANG AKAN DIPELAJARI
a. Ciri khusus Tumbuhan Lumut
b. Klasifikasi Tumbuhan Lumut
c. Contoh Tumbuhan Lumut
Ciri Khusus Tumbuhan Lumut
Atracheophyta (tidak memiliki jaringan pengangkut)
Thallophyta (tidak memiliki organ sejati)
Metagenesis (mengalami pergiliran keturunan dengan fase
gametofit lebih dominan)
• Atracheophyta Tumbuhan lumut tidak memiliki jaringan xilem
dan floem. Proses pengangkutan air, hara, dan hasil fotosintesis
dilakukan secara difusi atau transpor aktif secara langsung melalui
sel-sel parenkim yang menyusun tubuhnya. Jaringan yang
memiliki fungsi sama dengan xilem disebut hydrome, sedangkan
jaringan yang memiliki fungsi sama dengan floem disebut leptome.
• Thallophyta Tumbuhan lumut tidak memiliki organ akar, batang,
daun sejati karena tidak memiliki jaringan pengangkut. Struktur
yang menyerupai bentuk akar, batang, dan daun sebenarnya hanya
disusun oleh sel-sel parenkim.
• Metagenesis Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan
dengan fase gametofit lebih dominan daripada fase sporofit. Hal
ini menyebabkan struktur sporofit tumbuh menumpang di dalam
struktur gametofitnya.
B. KLASIFIKASI TUMBUHAN LUMUT
a. Klasifikasi tumbuhan lumut berbeda-beda menurut ahli yang
mengelompokkannya.
Contoh klasifikasi tumbuhan lumut menurut Tjitrosoepomo
(1989):
1. Kelas Hepaticae
o Bangsa Anthocerotales
o Bangsa Marchantiales
19
o Bangsa Jungermaniales
2. Kelas Musci
o Bangsa Andreaeales
o Bangsa Sphagnales
o Bangsa Bryales
Memiliki struktur leafy dengan helai daun pada tiap nodus, bagian aksis (batang)
mensekresi
musilage dari sel-sel epidermis yang memungkinkannya bersimbiosis dengan fungi, sel-sel
apikal berbentuk tetrahedral, organ reproduksi jantan dan betina tersusun longgar, sporofit
berukuran besar dan dibungkus oleh coelocaule (struktur menyerupai kaliptra yang tebal).
Kelas Haplomitriopsida dibagi menjadi dua subkelas, yaitu subkelas Treubiidae dan
subkelas
Haplomitriidae.
20
Subkelas Treubiidae memiliki ciri-ciri: thallus pipih dorsiventral, rebah; daun tersusun
dalam
dua baris, terbagi menjadi satu bagian dorsal kecil dan satu bagian ventral besar, helaian
tebal;
rhizoid di bagian ventral, tersebar; gemma multiseluler; gametangia dilindungi helai daun
dorsal; kapsul membulat.
Subkelas Haplomitriidae memiliki ciri-ciri: thallus berupa stolon yang memiliki tangkai
berdaun; daun tersusun dalam tiga barisan, baris ketiga dorsal; tidak terdapat rhizoid; tidak
terdapat gemma; gametangia tersebar di bagian batang (di ketiak daun atau ujung tangkai);
kapsul silindris.
21
• Subkelas Metzgeriidae memiliki ciri-ciri: thallus berbentuk lembaran, gametangia
pada bagian lateral atau ventral cabang.
• Subkelas Jungermanniidae memiliki ciri-ciri: thallus berbentuk leafy, anteridia di
bagian ketiak daun, arkegonia di bagian bawah daun.
22
A. Struktur morfologi Brymela websteri
B. Detail sistem batang yang menunjukkan sporofit pada bagian lateral cabang; sporofit
memiliki seta, kapsul, dan operkulum
C. Kapsul muda dengan kaliptra
D. Kaliptra
E. Operkulum
F. Gigi exostome
G. Daun
H. Ujung daun
I. Sel-sel laminal pada bagian tengah daun
J. Sel-sel di pangkal daun
K. Irisan melintang batang
L. Rambut aksilar
J.CONTOH ANTHOCEROTOPHYTA
23
K.METAGENESIS TUMBUHAN LUMUT
24
Analisis Kritis
Kesimpulan
25
Refleksi Diri
No Refleksi
Pernyataan
. Ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √
26
BAB V
TUMBUHAN BERBIJI TERBUKA
Biji pada tumbuhan berbiji terbuka terbentuk dari ovul yang telah terfertilisasi oleh
serbuk sari. Ovul terdapat pada strobilus betina yang tidak memiliki daun buah. Struktur
ovul pada tumbuhan berbiji terbuka tersusun oleh (dari luar ke dalam): integumen,
megasporangium, dan megaspora. Megaspora yang terfertilisasi oleh inti sperma akan
berkembang menjadi embrio, megasporangium akan berkembang menjadi cadangan
makanan bagi embrio, dan integumen akan berkembang menjadi kulit biji.
27
D. KELAS CYCADINAE
Ciri Kelas Cycadinae:
a. Habitus menyerupai Palmae
b. Batang bercabang atau tidak bercabang, berkayu
c. Daun tersusun pada roset batang
d. Strobilus berumah dua
Klarifikasi cycadinae
E. Kelas Ginkyoinae
1. Ciri kelas ginkyoinae:
1. Habitus pohon
2. Batang bercabang, berkayu
3. Bentuk daun menyerupai kipas dengan pertulangan menggarpu
4. Strobilus berumah dua
28
2. Klasifikasi kelas ginkyoinae :
Kelas Ginkyoinae hanya memiliki satu spesies, yang bertahan hidup hingga
saat ini, yaitu Ginkgo biloba.
29
G. Siklus Hidup Gymnospermae secara Umum
30
Analisis Kritis
Biji pada tumbuhan berbiji terbuka terbentuk dari ovul yang telah terfertilisasi oleh
serbuk sari. Ovul terdapat pada strobilus betina yang tidak memiliki daun buah. Struktur
ovul pada tumbuhan berbiji terbuka tersusun oleh (dari luar ke dalam): integumen,
megasporangium, dan megaspora. Megaspora yang terfertilisasi oleh inti sperma akan
berkembang menjadi embrio, megasporangium akan berkembang menjadi cadangan
makanan bagi embrio, dan integumen akan berkembang menjadi kulit biji.
31
Refleksi Diri
No Refleksi
Pernyataan
. ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √
32
BAB VI
33
1. Di dalam megasporangium pada setiap bakal biji, megasporosit membelah
secara meiosis untuk menghasilkan 4 megaspora, tetapi hanya 1 megaspora yang
berhasil berkembang menjadi gametofit betina.
2. Di dalam kepala sari pada benang sari, setiap mikrosporangium mengandung
mikrosporosit yang membelah secara meiosis untuk menghasilkan mikrospora.
3. Satu mikrospora berkembang menjadi serbuk sari. Sel generatif akan membelah
dan membentuk 2 sperma. Sel tabung akan menghasilkan buluh serbuk.
4. Setelah terjadi polinasi, kedua sel sperma akan menuju bakal biji.
5. Terjadi fertilisasi ganda di dalam bakal biji. Fertilisasi pertama terjadi antara
sperma dan ovum yang akan menghasilkan zigot. Fertilisasi kedua terjadi antara
sperma dan inti polar yang akan menghasilkan endosperma sebagai cadangan
makanan bagi embrio.
6. Zigot berkembang menjadi embrio yang bersama dengan endosperma dikemas
dalam kulit biji, inilah yang disebut biji.
7. Ketika biji berkecambah, embrio berkembang menjadi sporofit dewasa.
34
Berdasarkan pohon filogeni disamping, diketahui bahwa tumbuhan
berbiji tertutup (Angiospermae) mulai muncul sekitar 140 juta
tahun yang lalu.
Penyusunan pohon filogeni ini berdasarkan struktur morfologi dan
bukti molekuler. Fokus pembahasan klasifikasi tumbuhan berbiji
tertutup di sini adalah monokotil dan dikotil.
l. Perbandingan Monokotil dan Dikotil secara Umum:
35
36
Analisis Kritis
37
Refleksi Diri
No Refleksi
Pernyataan
. ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √
38
BAB VII
KEKERABATAN FILOGENETIK
39
E. Contoh sekuen gen pembanding beberapa spesies Syzygium
40
Analisis Kritis
Kesimpulan
Kekerabatan filogenetik: hubungan kekerabatan antar spesies atau kelompok spesies
berdasarkan sejarah evolusinya. Kekerabatan filogenetik dapat digunakan untuk
menelusuri nenek moyang suatu spesies atau kelompok spesies
41
Refleksi Diri
No Refleksi
Pernyataan
. ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √
42
BAB VIII
KEKERABATAN FENETIK
A. Definisi fenetik
1. Kekerabatan fenetik adalah kekerabatan yang ditentukan oleh persamaan ciri yang
dimiliki antar taksa yang dibandingkan, tanpa memperhatikan sejarah evolusinya.
2. Semakin besar persamaan, maka semakin dekat hubungan kekerabatannya.
3. Hubungan kekerabatan fenetik direpresentasikan dengan grafik fenogram atau
dendogram.
43
digunakan sebanyak 50 ciri dan ciri molekuler DNA yang digunakan sebanyak 5
ciri
Analisis fenetik
Penyusunan fenogram atau dendogram
44
G. Analisis fenetik
Apabila data STO telah diperoleh, selanjutnya adalah analisis menggunakan
metode numerik.
Contoh metode yang dapat digunakan adalah indeks similaritas (IS).
Hasil perhitungan IS kemudian ditabulasikan untuk mempermudah menyusun
fenogram.
45
H. Contoh Fenogram Berdasarkan Indeks Similaritas
46
Analisis Kritis
Kesimpulan
1. Kekerabatan fenetik adalah kekerabatan yang ditentukan oleh persamaan ciri yang
dimiliki antar taksa yang dibandingkan, tanpa memperhatikan sejarah evolusinya.
2. Semakin besar persamaan, maka semakin dekat hubungan kekerabatannya.
3. Hubungan kekerabatan fenetik direpresentasikan dengan grafik fenogram atau
dendogram.
47
Refleksi Diri
No Refleksi
Pernyataan
. Ya tidak
Saya telah mempelajari materi pembelajaran ini dengan sungguh – √
1.
sungguh
Saya telah menyusun ringkasan materi pembelajaran ini secara mandiri √
2.
dan tidak menyalin milik orang lain
Saya telah memahami seluruh konsep dalam materi pembelajaran ini √
3.
dengan baik
Saya telah memahami hampir seluruh konsep dalam materi √
4.
pembelajaran ini dengan baik
Saya telah memahami separuh konsep dalam materi pembelajaraan ini √
5.
dengan baik
Saya telah memahami kurang dari separuh konsep dalam materi √
6.
pembelajaran ini dengan baik
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
7.
ini melalui diskusi dengan teman
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
8.
ini melalui studi literatur
Saya akan meningkatkan pemahaman saya tentang materi pembelajaran √
9.
ini melalui diskusi dengan dosen
10. Saya mengisi lembar refleksi diri dengan jujur √
48