Anda di halaman 1dari 16

IDENTIFIKASI DAN TATANAMA TUMBUHAN

Disusun oleh:
Kelompok 3 :
1. Muhammad Ilham (1813024002)
2. Husniyah Sofdita (1813024010)
3. Septiana Media Wati (1813024020)
4. Pentadinata Sipahutar (1813024036)
5. Irma Tia Intenti (1813024044)
6. Auliya Rohali (1813024054)
7. Raudatul Jannah (1853024006)
8. Senja Galuh Salsabil (1813024028)
Mata Kuliah : Botani Tumbuhan Rendah
Dosen :1. Dr. Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si.
2. Wisnu Juli Wiono, S.Pd, M.Pd
3. Nadya Meriza, S.Pd., M.Pd

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
Bandar Lampung
2019
KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan segala
kemudahan sehingga pembuat makalah dapat menyelesaikan makalah filsafat tentang
logika dengan mudah dan lancar.
Dan makalah ini diharapkan dapat menjadi media informasi dan edukasi
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai Identifikasi dan
Tatanama Tumbuhan
Pembuat makalah telah berusaha menyajikan materi pada makalah ini dengan
sebaik-baiknya, tetapi kekurangan dan kesalahan pasti ada. Seperti kata pepatah “ tak
ada gading yang tak retak”. Semua yang ada dibumi ini tidak ada yang sempurna.
Yang sempurna itu adalah kesempurnaan itu sendiri. Atas dasar kenyataan tersebut,
saran dan kritik yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik,
sangat diharapkan dan diterima tim penyusun dengan tangan terbuka. Akhirnya,
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Amin

Bandar Lampung , 8 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR …………………………..............………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………….............………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ……………………………..............................……………….. 1


1.2. Rumusan Masalah ……………………………..............………………………. 2
1.3. Tujuan …………………………………………………………....................… 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Identifikasi Tumbuhan ....................................................................................... 3


2.2. Identifikasi Tumbuhan Yang Belum Dikenal Oleh Dunia Ilmu Pengetahuan .. 3
2.3. Identifikasi Tumbuhan Yang Sudah Dikenal Oleh Dunia Ilmu Pengetahuan ... 4
2.4. Penulisan Tatanama Tumbuhan Sesuai KITT ………………………………… 5

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ……………………………………….............………………….. 12


3.2. Saran ………………………………….............……………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari - hari setiap orang dapat menjumpai dan menemukan
berbagai macam tumbuhan yang tidak di kenal ada di sekitar lingkungannya. Ketika
melihat suatu tumbuhan yang belum dikenal pastilah yang ingin di ketahui adalah
identitas dari tumbuhan tersebut, dengan kata lain adalah berusaha mencari tahu
dengan melakukan identifikasi terhadap tumbuhan tersebut. Sudah menjadi naluri
manusia untuk memberi nama kepada apa saja yang ada di sekitarnya. Nama itu
merupakan sesuatu yang mutlak perlu dalam kehidupan sehari-hari, sebab tanpa nama
untuk mengacu benda-benda konkrit seperti tumbuh-tumbuhan maupun hal-hal yang
abstrak tidak mungkin kita lakukan.

Identifikasi berasal dari bahasa identik yang artinya sama atau serupa, dan
untuk mengidentifikasi tidak terlepas dari nama latin. Identifikasi tumbuhan
menentukan nama yang benar dan tempatnya yang tepat dalam klasifikasi .
Tumbuhan yang akan di identifikasi, mungkin belum di kenal oleh dunia ilmu
pengetahuan . Penentuan nama baru dan tingkat-tingkat takson harus mengikuti
semua aturan yang ada dalam International Code of Botanical Nomenclature (ICBN)
atau Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) yang kemudian menjadi kode
botani. Sedangkan untuk mengidentifikasi tumbuhan yang telah di kenal oleh dunia
ilmu pengetahuan , memerlukan sarana antara lain bantuan dari orang lain berupa
ingatan atau pengetahuan , spesimen acuan , pustakan atau buku-buku flora ,
monografi kunci identifikasi serta lembar identifikasi jenis. Dengan begitu kita akan
lebih mudah mengidentifikasi dan menemukan jati diri dari tumbuhan yang ingin kita
kenali.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud identifikasi tumbuhan?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi tumbuhan yang belum dikenal oleh dunia
ilmu pengetahuan?
3. Bagaimana cara mengidentifikasi tumbuhan yang sudah dikenal oleh dunia
ilmu pengetahuan?
4. Bagaimana penulisan tatanama tumbuhan sesuai KITT?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang identifikasi dan sistem identifikasi

2. Mengidentifikasi tumbuhan yang sudah di kenal dan yang belum di kenal

3. Mempelajari tatanama tumbuhan

4. Memberi nama takson tumbuhan sesuai dengan KITT

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi adalah suatu cara memberikan identitas pada suatu jenis makhluk
hidup sesuai aturan binomial nomenclature dan mengelompokkannya ke dalam
tangga takson. Identifikasi tumbuhan tidak terlepas dari ciri morfologi tumbuhan
yang akan diidentifikasi. Dalam identifikasi suatu jenis tumbuhan dibutuhkan
pengetahuan mengenai morfologi tumbuhan. Kemudian untuk mengidentifikasi suatu
tumbuhan dimulai dari bawah sampai atas yakni akar, batang, daun, bunga, buah dan
biji.
Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya
yang tepat dalam sistem klasifikasi. Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin
belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau
mungkin sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.

2.2. Identifikasi Tumbuhan Yang Belum Dikenal Oleh Dunia Ilmu


Pengetahuan
Jika kita mengadakan koleksi tumbuhan kemungkinan setelah mengadakan
penelusuran pustaka yang ada di dunia iniatau pengecekan terhadap pustaka-pustaka
atau koleksi herbarium yang ada di Lembaga Herbarium Internasional di seluruh
dunia, diketahui bahwa tumbuhan tersebut belum diidentifikasi atau di beri nama,
maka tugas kita adalah memberi nama tumbuhan dan menempatkannya dalam
klasifikasi tumbuhan. Untuk memberi nama baru harus mengikuti aturan yang ada
dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT) dan hendaknya harus
mengikuti rekomendasinya. Nama yang harus diberikan adalah nama ilmiah, syah,
dipublikasi secara valid dan efektif serta berhubungan secara permanent dengan salah
satu elemen dari takson tersebut, yaitu tipe tatanama dari takson baru tersebut. Untuk
klasifikasinyapun diharapkan agar dapat disisuaukan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan atas specimen (bahan) yang real, baik
specimen yang masih hidup maupun yang telah diawetkan. Oleh pelaku identifikasi
specimen yang belum dikenal itu, meleui studi yang seksama kemudian dibuatkan
candra yang memuatkan _irri-ciri diagnostiknya. Berikutnya adalah menetapkan
specimen itu merupakan anggota populasi jenis apa, dan berturut-turut ke atas di
masukkkan kategori mana (marga, suku, bangsa, dan kelas serta devisinya).
Penentuan nama jenis dan tingkat takson ke atas berturut-turut tidak boleh
menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam KITT. Nama takson baru itu
selanjutnya harus dipublikasikan melalui car-cara yang diatur dalam KITT.

2.3. Identifikasi Tumbuhan Yang Sudah Dikenal Oleh Dunia Ilmu


Pengetahuan
Untuk identifikasi tumbuhan yang kita tidak kenal, tetapi telah dikenal oleh
dunia ilmu pengetahuan tersedia beberapa sarana, antara lain :
a. Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seorang yang kita
anggap ahli dan kita perkirakan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan
kita.
b. Mencocokkan dengan specimen herbarium yang telah diidentifikasi. Cara ini
merupakan cara yang umum terjadi di seluruh dunia, yang berupa pengiriman
specimen tumbuhan ke herbarium atau lembaga-lembaga penelitian biologi yang
tenar untuk diidentifikasikan. Selain itu cara ini juga kerap digunakan antar
ilmuwan untuk memperoleh kepastian mengenai identitas tumbuhan, pengecekan
silang atau konfirmasi.
c. Mencocokkan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku flora atau
monografi. Selain penguasaan ilmu hayat, pelaku identifikasi dengan cara ini
harus pula menguasai peristilahan yang lazim digunakan dalam mencandra
tumbuhan. Selain itu, kadang diperlukan juga peralatan tertentu seperti perangkat
alat pengurai (dissecting kit), kaca pembesar, bahkan mikroskop.

4
d. Menggunakan kunci identifikasi. Kunci identifikasi adalah serentetan pertanyaan-
pertanyaan yang jawabanya harus ditemukan pada specimen yang akan
diidentifikasi. Bila semua pertanyaan berturut-turut dalam kunci identifikasi itu
ditemukan jawabanya, berarti tumbuhan yang akan diidentifikasikan sama dengan
salah satu yang telah dibuat kuncinya, dan nama serta tempatnya dalam system
klasifikasi akan diketahui setelah semua pertanyaan dalam kunci dapat dijawab.
e. Menggunakan lembar identifikasi jenis (spesies identification sheet), yaitu sebuah
gambar suatu jenis tumbuhan yang disrtai nama dan klasifikasijenis yang
bersangkutan. Disamping itu, gambar juga dilengkapi dengan candra serta
keterangan-keterangan lain menambah lengkapnya informasi mengenai jenis
tumbuhan tadi. Dengan tersedianya lembar-lembar identifikasi jenis, yang
merupakan flora bergambar untuk suatu lingkungan tertentu, mereka
dimungkinkan untuk mengadakan inventarisasi jenis-jenis gulma gulma yang ada
dalam wilayah kerjanya. Dengan demikian dapat diperoleh informasi yang dapat
menunjang kepentingan-kepentingan lain, seperti dalam menetapkan metode
pengendalian gulma di perkebunan yang bersangkutan.

2.4. Penulisan Tatanama Tumbuhan Sesuai KITT

Tatanama merupakan bagian dari kegiatan taksonomi yang bertujuan untuk


mendeterminasi nama yang benar dari suatu takson atau kesatuan taksonomi.
Menurut Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT), pemberian nama ilmiah
tumbuhan didasarkan pada bahasa latin atau yang diperlakukan sebagai bahasa latin,
sehingga diharapkan dapat dipergunakan secara universal oleh para ahli botani.
Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai begitu banyak nama tumbuhan yang
diberikan dalam bahasa yang sesuai dengan bahasa induk yang digunakan oleh daerah
masing-masing, yang sering disebut nama biasa. Oleh karena itu terbatas
pengertiannya pada orang-orang sebahasa saja, maka pemakaian nama ilmiah
sekarang sudah menjadi kebiasaan umum yang diterapkan di seluruh dunia. Adapun
perbedaan antara bahasa biasa dengan nama ilmiah adalah sebagai berikut

5
No Nama biasa Nama ilmiah
1. Tidak mengikuti ketentuan Diatur dalam KITT
manapun
2. Dalam bahasa setempat atau Dalam bahasa yang diperlakukan
bahasa daerah Latin
3. Berlaku local Berlaku internasional
4. Mudah dieja dan dilafalkan Kadang-kadang sukar dieja dan
dilafalkan
5. Tidak jelas untuk kategori Memberi indikasi untuk kategori
mana nama itu diberikan takson mana nama itu
diberikan
6. Satu takson dapat mempunyai Untuk tiap takson dengan definisi,
lebih dari satu nama yang posisi dan tingkatan tertentu hanya
berbeda-beda menurut bahasa ada satu nama yang benar.
yang digunakan untuk
penyebutan
.
Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti
aturan yang ada dalam Kode Internasional Tatanama Tumbuhan (KITT). Prosedur
identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke dunia ilmiah
memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang isi KITT. Tatanama
Takson Sesuai dengan KITT sebagai berikut:
1. Spesies
1. Spesies (bahasa latin)= Spesies(bahasa Inggris)= Soort (bahasa Belanda)
=L’espece(bahasa perancis)= Art(bahasa Jerman )= jenis (bahasa indonesia)
2. Nama jenis adalah kombinasi biner atau binominal (nama ganda)yang
terdiri atas nama marga di susul dengan sebutan jenis (epitheton
specificum),yang dalam penulisannya hanya huruf pertama saja yang di
tulis dalam huruf besar bagian lainnya termasuk sebutan jenisnya, semua
di tulis dengan huruf kecil.

6
3. Sebutan jenis yang terdiri atas dua kata atau lebih harus di satukan atau di
beri tanda penghubung. Sebutan jenis bukan nama jenis (spesific name).
Hibiscus rosa-sinensis L , 3 kata untuk menjadi dua kata harus ada tanda
penghubung.
4. Di belakang nama spesies harus di tuliskan nama orang yang pertama kali
memberi nama spesies (Author). Hibiscus teleaceus L, L singkatan
Linnaeus tidak di tulis miring atau di garis bawah.
5. Sebutan jenis boleh terdiri atas kata yang merupakan ulangan yang sama
atau hampir sama nama marga , dengan atau tanpa di tambah lambang
yang telah di transkipkan . Contoh : Boldu boldus, Linaria linaria ,
Nasturtium nasturtium-aquanicum.
2. Genus
1. Genus(bahasa Latin)=Genus(bahasa Inggris)=Geslacht(bahasa Belanda)=
Le Genre(bahasa perancis)=Gattung(bahasa Jerman)=Marga(bahasa
Indonesia)
2. Nama marga merupakan kata benda berbentuk mufrad(kata), atau kata
lain yang di perlakukan sebagai kata yang bersifat demikian . Nama
marga dalam bahasa Latin terdiri dari satu kata, misalnya Morus
L,Gossypium L, Mimosa, Jasminum L.
3. Nama marga tidak di benarkan berupa istilah yang lazim di gunakan
dalam morfologi tumbuhan , seperti : Radicula atau Tuber , kecuali bila
pemberian nama itu telah terjadi sebelum 1 Januari 1912.
4. Nama marga tidak boleh terdiri dari dua kata atau ke dua kata itu harus di
satukan dengan tanda penghubung misalnya: Uva-ursi.
5. Kata-kata yang tidak maksud sebagai nama marga tidak dapat di anggap
sebagai nama marga , misalnya : Anonymus (kata ini oleh penulisnya di
gunakamn untuk beberapa marga yang belum ada namanya),
Schoenoides,( mirip Schoenus )dan Scirpoides(mirip Scirpus)
6. Saran untuk membentuk nama marga :
a) agar sedapat mungkin menggunakan bentuk Latin

7
b) menghindarkan penggunaan kata-kata yang tidak mudah di sesuaikan
dengan bahasa Latin
c) tidak menggunkan kata yang panjang dan sukar di lafalkan dalam
bahasa Latin
d) tidak menggunakan gabungan kata bahasa yang berlainan
e) menghindarkan penggunaan kata sifat sebagai benda
f) tidak menggunakan nama orangyang tidak ada kaitannya dengan ilmu
tumbuhan
g) tidak menggunakan kata yang di jabarkan dari sebutan jenis (epitheton
spesificum)
7. Contoh nama genus
 Caesalpinia pulcherrima Swarth. Berasal dari kata Caesalpino
seorang ahli botani bangsa Itali.
 Cinchona ledgerina Moens. Berasal dari kata De Cichon,nama
bangsawan Spayol.
3. Familia
1. Familia(bahasa Latin) =Family(bahasa Inggris) =Lafamille(bahasa
Perancis )=Familie(bahasa Belanda) =Familie(bahasa Jerman)
=suku(bahasa Indonesia).
2. Nama-nama suku merupakan satu kata sifat yang di perlakukan sebagai
kata benda yang berbentuk jamak , biasanya di ambil dari nama marga
yang di pilih sebagai tatanamanya di tambah akhiran –aceae, misalnya :
Malvaceace (dari Malva di tambah aceae), Poaceae dari (poa di tambah
aceae).
3. Kadang-kadang nama yang tidak sesuai dengan peraturan di atas tetap di
pakai karena dengan nama ini dapat menunjukan ciri khas dan takson
tersebut, pada familia di kenal dengan nomina familicrum conservada,
contohnya: Palmae (=Arecaceae, tipe Areca), mempunyai habitus
“Palm”, Gramineae (=Poaceae, tipe Poa), “Gramen” ya itu sebagian
besar tanaman ini anggotanya dpat di gunakan sebagai makanan ternak,

8
Cruciferae (=Brassica), “Crucifer”, mempunyai mahkota bunga 4 tersusun
seperti salib kalau di proyeksikan pada bidang datar,
Leguminosae(=Fabaceae, tipe Faba)” Legumen” semua jenis yang
termasuk familia ini mempunyai buah polong,Compositae (Asteraceae,
tipe Aster) mempunyai bunga majemuk berbentuk kepala atau cawan
,Labiatae (=Lamiacae tipe Lamium), mempunyai daun mahkota terbagi
dua , yang memberi kesan seperti bibir.
4. Ordo
1. Ordo (bahasa Latin)= Ordo (bahasa Inggris)= Orde (bahasa
Belanda )= L’ordre (bahasa Perancis) = Bangsa (bahasa Indonesia).
2. Nama ordo dalam tumbuh-tumbuhan adalah nama dalam bahasa
Latin , terdiri dari satu kata di dasarkan pada kata pokok salah satu
familia yang termasuk ordo itu. Akhiran –ceae di ganti akhiran –
ales.
3. Pada ordo juga di kenal namina ordoriarum conservada, contohnya:
Polycarpaceae = Ranuculales = Ranales ; pada jenis tumbuhan yang
termasuk ordo ini mempunyai banyak daun buah (carpela) pada bakal
buahnya. Columniferae = Malvales , semua jenis tumbuhan yang termasuk
ordo ini tangkai benang sari bagian bawah berlekatan membentuk bangun
seperti tugu.Glumniflorae = Poales. Semua anggota pada ordo ini
mempunyai glumae (daun pelindung seperti sisik dan kaku). Spadithiflorae =
Arales , “spatha” anggota ordo ini keindahan bunga terletak pada seludung
bunga.
5. Classis
1. Classes (bahasa Latin ) = Class (bahasa Inggris) = Klasse (bahasa
Belanda ) = La Classe (bahasa Perancis ) = Klasse (bahasa Jerman) =
Kelas (bahasa Indonesia).
2. Nama kelas adalah nama dalam bahasa Latin , terdiri dari nama marga
dan di beri nama akhiran phycease bagi Algae , mycetes bagi fungi,
opsida bagi Cormophyta, inae untuk tumbuhan paku dan biji.

9
3. Ada juga nomina clasiarum conservada, contoh : Bacteria =
Schizomycetes; Diatomae = Bacilariophycea
6. Divisio
1. Divisio (bahasa Latin) = Divisio ( bahasa Inggris) = Afdeling (bahasa
Belanda) = L’embranchement (bahasa Perancis) = Abteilung ( bahasa
Jerman ) = Divisi (Bahasa Indonesia).
2. Nama divisi biasanya di dasarkan atas ciri-ciri yang menunjukan kodrat
atau sifat divisi itu sebaik-baiknya.
3. Untukm nama divisi di gunakan satu kata majemuk berbentuk jamak yang
di ambil dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga divisi dengan
tambahan akhirnya –phyta kecuali untuk jamur yang di sarankan untuk di
beri akhiran –mycota.
4. Dikenal juga nomina divisarum conservada , contohnya : Phanerogamea
= Embryophta-Siphonogama = Spermathophyta = Anthophyta.
Phanerogamae artinya mempunyai alat kelamin nyata, dapat di bedakan
dengan alat vegetatif. Embryophyta-Siphonogama artinya terjadi embrio ,
dimana pertemuan sel kelamin jantan dan betina harus melalui pembuluh.
5. Istilah Phylum yang masih di jumpai dalam pustaka-pusataka taksonomi
lama , tidak lagi di gunakan dalam taksonomi tumbuhan , yang di gunakan
adalah istilah divisio
7. Regnum
1. Regnum (bahasa Latin ) = Kingdom (bahasa Inggris )= Rijk (bahasa
Belanda) = Regne (bahasa Perancis) = Rich (bahasa Jerman ) = Dunia
(bahasa Indonesia).
2. Konsep dunia di gunakan untuk menunjuk keseluruhan tumbuhan atau
hewan yang lalu masing-masing di sebut dunia tumbuhan (Regnum
Plantarum) dan dunia hewan (Regnum Animal).
8. Tingkat takson di bawah spesies

10
1. Dalam suatu jenis dapat di bedakan beberapa kategori , berturut-turut
adalah : anak jenis (subspecies), varietas, anak varietas(subvarietas),
forma, dan anak forma(sub forma).
2. Nama takson di bawah tingkat jenis terdiri atas nama jenis dan suatu
sebutan yang di hubungkan dengan istilah untuk takson di bawah tingkat
jenis yang di maksud . Sehingga nama itu sekarang kurang terdiri atas 4
kata , 2 kata untuk nama jenis , 1 kata untuk takson di bawah tingkat jenis,
dan 1 kata yang merupakan istilah untuk takson di bawah tingkat jenis
yang di maksud .Contoh : Pedllanthus tithymaloides subspesies retusus ,
Hibiseus sabdarifa varietas alba, Trifolium stellatum forma nanum.

11
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa:
1. Identifikasi adalah penunjukan, penentuan, atau pemastian nama yang
benar dan penempatannya di dalam sistem klasifikasi.
2. Identifikasi tumbuhan yang belum di kenal oleh dunia ilmu pengetahuan
meliputi: pemberian nama tumbuhan yang harus mengikuti aturan yang
ada ada dalam Kode Internasiaonal Tatanama Tumbuhan (KITT)
pembuatan deskripsinya, menetapkan letaknya dalam sistem klasifikasi ,
dan mempublikasikan nama takson baru itu melalui cara-cara yang telah
di atur dan di tentukan dalam KITT.
3. Menurut Kode Internasional Tatanama Tumbuhan , pemberian nama
ilmia tumbuhan di dasarkan pada bahasa latin atau yang di perlukan
sebagai bahasa latin sehingga di harapkan dapat di pergunakan secara
universal oleh para ahlo botani.
4. Identifikasi tumbuhan yang sudah di kenal oleh dunia ilmu pengetahuan
adalah pemastian identitas dengan cara: menanyakan para ahli,
mecocokan dengan pustaka, serta menggunakan kunci identifikasi dan
lembar identifikasi jenis.
5. Penulisan tatanama takson yang sesuai dengan KITT meliputi: spesies,
genus, familia, ordo, classis, divisio, regnum, tingkat takson di bawah
spesies.

4.2. Saran
Hendaknya dengan adanya karya tulis ini penulis sangat mengharapkan agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, sehingga kita mengetahui, mengerti
dan memahami bagaimana mengidentifikasi dan tatanama tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Hasnunidah, Neni, S.pd, M.si. 2018.Botani Tumbuhan Rendah: UNILA (Universitas

Lampung). Lampung. Graha Ilmu

Akmalsyah, dkk. 2016. Identifikasi Jenis Tumbuhan Epifit di Wilayah Lahundape


Pos Watu-Watu Dalam Kawasan Taman Hutan Raya Nipa-Nipa .Jurnal
AMPIBI. 1(3):42-43
Tabin, Amin. 2019. Identifikasi dan Tatanama Tumbuhan.
http://amintabin.blogspot.com/2009/11/identifikasi-dan-tatanama-
tumbuhan.html?m=1. (20 November 2009).
Darwis, Alfi. 2010. Tata nama tumbuhan.
http://mokoagow.blogspot.com/2010/12/tata-nama-tumbuhan.html?m=1. (01
November 2010)

13

Anda mungkin juga menyukai