Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEORI EVOLUSI

KEMIRIPAN DAN KEKERABATAN

Disusun Oleh :

1. Elysa Alvitasari (1853024008)


2. Husniyah Sofdita (1813024010)
3. Rodatul Jannah (1853024006)

Mata Kuliah : Teori Evolusi

Dosen : Rini Rita T.Marpaung S.Pd, M.Pd

Berti Yolida S.Pd, M.Pd

Ismi Rakhmawati S.Pd, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG
A.Kemiripan dan Kekerabatan
1.Divergensi dan Konvergensi

Dalam membandingkan dua organisme,pada awalnya kita mengenal


perbedaan.Sebagian di antaranya lebih signifikan dari pada yang lain.Ini
menunjukkan adanya sifat-sifat yang serupa dan berbeda antara kedua
organisme.Kemiripan Ini dapat diinterpretasikan dalam dua cara.
(Rudolf H.Marx,2017)

Kedua spesies mungkin memiliki asal-usul yang sama,sehingga berkerabat


seperti yang terjadi pada burung pelatuk.Kemiripan-kemiripan itu karenanya
bersifat tua dan didasarkan pada informasi genetik serupa dengan sumber garis
keturunan yang sama.Ciri-ciri yang lebih tua disebut juga cirri-ciri asli dan yang
lebih baru disebut ciri-ciri turunan.(Rudolf H. Marx,2017)

Perkembangan yang mengarah kepada semakin banyak perbedan,alias


lebih sedikit kemiripan disebut divergen.Perbedaan-perbedaan bersifat tua dan
dapat dilacak ke nenek moyang yang berbeda-beda,sementara kemiripan-
kemiripan bersifat lebih baru.Perkembangan mengambil jalur konvergen menuju
bentuk yang ideal, hal ini menyebabkan kemiripan yang semakin tinggi.
(Rudolf H. Marx,2017)

2.Homologi dan Analogi

Berbagai jenis makhluk hidup mempunyai organ tubuh yang bentuk


dasarnya sama,tetapi fungsinya berbeda.Homologi dijumpai pada tungkai depan
makhluk hidup.Homologi organ sangat mendukung teori yang menyatakan bahwa
organisme berasal dari satu nenek moyang yang kemudian mengalami radiasi
adaptif membentuk spesies-spesies baru.(IntanPariwara,2015)

Homologi yaitu kemiripan akibat garis keturunan yang sama.Bagi struktur


yang homolog,kemiripan diperkirakan bersumber dari nenek moyang yang sama,
alias organisme-organisme yang bersangkutan sebenarnya berkerabat.Guna
memutuskan apakah mereka memang berkerabat dan apakah kemiripan itu
homolog diterapkan tiga criteria:jika suatu struktur tertentu selalu ditemukan di
tempat yang sama dalam tatanan kompleks struktur-struktur lain,dapat
diasumsikan garis keturunannya sama. Ini adalah kriteria posisi.Berdasarkan
criteria ini,tungkai atas vertebrata dapat dianggap homolog.Hal ini tetap
berlaku,bahkan jika fungsi tungkai sangat berbeda misalnya kaki depan versus
sayap.(Rudolf H. Marx,2017)

Dalam kasus-kasus lain,kita dapat menemukan di antara struktur-struktur


yang sepintas tidak begitu mirip.Sejumlah struktur yang memiliki cirri-ciri unik
misalnya senyawa kimiawi tertentu.Kriteria kualitas spesifik ini telah
menunjukkan bahwa sisik kulit hiu dan gigi memiliki struktur yang sama,sehingga
dibangun oleh zat spesifik yang serupa.(Rudolf H. Marx,2017)

Analogi yaitu kemiripan akibat fungsi yang sama tanpa kesamaan garis
keturunan.Dalam pembandingan sirip paus dan sirip ikan,bentuk serupanya
tampak jelas.Akan tetapi paus dan ikan bukan merupakan keturunan langsung dari
nenek moyang bersama dengan embelan berbentuk sirip seperti itu.Bentuk
embelan mereka yang sama-sama berbentuk sirip yang berguna untuk mendorong
diri cocok dengan sifat-sifat fisik air.Hewan-hewan dengan organ seperti itu
tampaknya memiliki keunggulan selektif dibandingkan dengan hewan-hewan
lain.Embelan berbentuk sirip paus dan ikan berkembang secara terpisah dari satu
sama lain.Ini adalah contoh perkembangan konvergen.Kemiripan yang tidak dapat
dilacak balik ke hubungan kekerabatan disebut analogi.(Rudolf H. Marx,2017)

Adanya analogi organ menunjukkan terjadinya evolusi


konvergensi.Evolusi konvergensi terjadi karena adanya modifikasi dari kutub
gen.Pada evolusi konvergensi tidak pernah dihasilkan organisme baru,tetapi hanya
menghasilkan variasi sehingga populasi terakhir menunjukkan perbedaan yang
jelas dengan nenek moyangnya.(Intan Pariwara,2015)

3.Organisasi Varietas

Kekerabatan antarspesies dapat ditampilkan sebagai sebuah pohon


filogenetik yang percabangannya mencerminkan perkembangan filogenetik
spesies.Spesies yang masih ada saat ini berada di ujung ranting-ranting dengan
bifurkasi(penggarpuan) yang mengidentifikasikan nenek moyang
bersama.Ranting-ranting yang bisa dilacak ke satu yang berkerabat dan terdiri atas
nenek moyang bersama beserta keturuna-keturunannya.Mereka disebut kelompok
monofilenik.Dengan semua percabangan yang derajat kemiringannya berbeda-
beda,kita dapat memperoleh sebuah sistem organisasi hirarkis lain dengan
penataan kelompok-kelompok spesies yang berkerabat dalam lingkaran-lingkaran
konsentrik.Dalam kasus ini sistem didasarkan pada kekerabatan
antarspesies.Sistem organisme ini bersifat alami.(Rudolf H. Marx,2017)

Sebuah takson yang didasarkan pada cirri topologis tidak bisa ditemukan
dalam sistem alami ini: jenis-jenis ranting yang tidak bisa dilacak ke nenek
moyang bersama dirangkum dalam kelompok-kelompok
polifiletik.”Cacing”,misalnya merupakan kelompok polifiletik sebab cacing
tanah, nematode dan cacing pita bukanlah sekelompok spesies yang
berkerabat.Kelompok parafiletik digunakan untuk merangkum spesies-spesies
yang memang memiliki nenek moyang bersama,tetapi tidak semua cabangnya
diketahui(misalnya reptilian).Takson-takson polifiletik dan parafiletik diabaikan
segera setelah tersedianya pengetahuan yang lebih baik mengenai kekerabatan
antara spesies-spesies yang terlibat.(Rudolf H. Marx,2017)

4.Ciri yang Sesuai

Pilihan ciri tidak selalu berguna dalam klasifikasi.Contohnya adalah paus


yang dalam bahasa Indonesia juga kadang disebut”ikan paus”.Seperti ikan,paus
memiliki bentuk segaris-arus dan menggunakan organ-organ serupa sirip untuk
berpindah tempat.Akan tetapi,sirip kaudal ikan berisikan bagian kerangka
mereka,sementara sirip paus terbentuk dari jaringan ikat.Sirip kaudal ikan dan
sirip paus karenanya hanya memiliki kesamaan fungsi.Keduanya merupakan cirri
analog dan tidak memberikan indikasi kekerabatan antar paus dan ikan.
(Rudolf H. Marx,2017)
Ilmuan juga menggunakan ciri-ciri untuk menyelidiki kekerabatan
antarspesies dan harus membedakan cirri yang sesuai dengan yang tidak
sesuai.Sebagai langkah pertama,mereka memilih ciri-ciri dari daftar panjang ciri
morfologis,etologis,embrionik,biokimiawi atau genetik yang sama-sama dimiliki
organisme alias kemiripan.(Rudolf H. Marx,2017)

Akan tetapi,ciri-ciri analog bersifat menipu,sehingga bukan merupan


indicator kekerabatan.Ciri-ciri tidak tergolong ke dalam daftar ini.Asumsi-asumsi
mengenai homologi yang ada dapat dicek dengan menerapkan kriteria homologi.
(Rudolf H. Marx,2017)

Akan tetapi,tidak semua cirri homolog sesuai untuk mengklasifikasi


hewan ke dalam kelompok-kelompok yang berkerabat.Bulu danchshund sama
dengan kucing.Serupa dengan itu,mencit lading dan kalelawar memiliki bulu:
bulu mamalia(atau rambut) adalah salah satu cirri asli yang diwarisi danchshund,
kucing, mencit dan kalelawar dari satu nenek moyang bersama. (Rudolf H.
Marx,2017)
Ciri-ciri asli yang homolog dan dimiliki bersama seperti itu berguna untuk
mencirikan takson yang lebih tinggi(kelas mamalia),tetapi tidak sesuai untuk
membuat pembedaan kecil di dalam kelompok ini.(Rudolf H. Marx,2017)

Untuk tujuan terakhir,cirri-ciri turunanlah yang berguna yaitu cirri-ciri


yang telah”diciptakan”oleh salah satu kelompok dari keturunan nenek moyang
bersama itu.Hal baru dalam evolusi seperti ini tidak ditemukan di luar takson yang
dimaksud.Satu cirri turunan bersama rodensia(hewan pengerat)adalah gigi depan
mereka yang berguna untuk menggerogot.Bagi kalelawar,cirri semacam itu adalah
sayap mereka.Guna menentukan apakah suatu ciri merupakan turunan,perlu
diperiksa apakah cirri itu juga ditemukan di luar kelompok yang
dimaksud(pembandingan luar-kelompok) .(Rudolf H. Marx,2017)

4.Sistematika Filogenetik-Penentuan Pohon Filogenetik

a. Menyelidiki Pohon Kehidupan

Ular dan kadal merupakan bagian dari keberlangsungan kehidupan yang


membentang dari organisme paling awal hingga ke berbagai macam spesies yang
masih hidup saat ini. Dalam mempersiapkan survei tentang keanekaragaman
makhluk hidup,maka lahirlah sejarah evolusi suatu spesies atau kelompok spesies
yang disebut dengan filogeni.(Campbell,2012)
Untuk membangun suatu filogeni seperti pada kadal dan ular, para ahli biologi
menggunakan sistematika (systematic), cabang ilmu yang berfokus pada
pengklasifikasian organisme-organismendan penentuan hubungan evolusioner
mereka. Para ahli sistematika menggunakan data yang berkisar dari fosil hingga
molekul dan gen untuk menyimpulkan hubungan evolusioner.Informasi ini
memungkinkan para ahli biologi untuk membangun pohon kehidupan yang
komprehensif, yang akan terus diperbarui seiring dengan penambahan data yang
terkumpul.(Campbell,2012)

Peraga 26.2 Pohon keluarga yang tak terduga (Sumber : Biology,Campbell)

 Ilmu Sistematika Filogenetik

Charles Darwin mendefinisikan tujuan sistematika moden dalam buku The


Origin of Species: “Klasifikasi yang kita hasilkan, sejauh mungkin akan menjadi
penjelasan mengenai garis keturunan suatu organisme yang dirunut dari nenek
moyangnya sampai sekarang.”Terilhami oleh pandangan Darwin, para ahli
sistematika segera mengumpulkan informasi yang cukup dari catatan fosil dan
kajian rinci dalam anatomi dan emnbriologi perbandingan untuk membentuk
suatu sistem klasifikasi dan pohon kehidupan yang terkait dan berakar dalam
filogeni. Batang utama pohon filogenetik kehidupan, dan juga hubungan di antara
cabang-cabangnya yang lebih kecil, muncul dari periode klasik (pasca Darwin)
dalam sistematika yang sebagian besar didasarkan pada morfologi. Namun
demikian pada tahun 1950an, upaya dalam sistematika dan filogeni telah banyak
mengalami perlambatan. Bagi beberapa ahli biologi, perkakas analitis yang terjadi
saat itu tampak tidak berkembang secara intelektual, sehingga sistematika menjadi
terlalu subjektif untuk menjadi bagian dari sains yang diteliti. Mengenai bagian
dasar pohon kehidupan, catatan fosil yang tidak memadai hanya menawarkan
sedikit harapan bahwa masih banyak hal yang dapat dipelajari mengenai asal mula
kehidupan.(Campbell,2003)

Ilmu sistematika filogenetik, dengan tujuan membuat klasifikasi lebih


objektif dan konsisten dengan sejarah evolusi, memasuki suatu era baru yang aktif
dan konsisten pada tahun 1960-an. Metode molekuler menjadi mudah tersedia,
teknologi komputasi membantu mendampingi dua pendekatan analisis baru, yaitu
fenetika dan kladistika.(Campbell,2003)

Sistematika Filogenetik bertujuan merekonstruksi sistem-sistem alam


dengan setiap takson mempresentasikan sekelompok organisme yang berkerabat
alias kelompok monofiletik.Titik awalnya adalah table ciri-ciri pembeda.Ciri-ciri
yang ditemukan pada banyak takson diletakkan lebih tinggi dalam
tabel.Sedangkan spesies-spesies yang menunjukkan banyak cirri-ciri turunan
ditempatkan lebih ke kanan.Dalam pohon filogenetik,setiap titik perpotongan
yang diwarnai menandakan munculnya satu ciri baru.Cabang-cabang yang
berwarna menunjukkan bagaimana ciri ini diwariskan.Guna menyusun pohon
filogenetik,kita harus memulai dari ujung-ujung cabang dan kemudian
menggabungkan takson yang memiliki kesamaan ciri.(Rudolf H. Marx,2017)

Seringkali ada lebih dari satu kemungkinan: burung dan mamalia dapat
ditempatkan dalam satu kelompok monofiletik organisme homoiotermik.
Keduanya mungkin memperoleh regulasi suhu tubuh dari nenek moyang
bersama.Akan tetapi,hal ini berarti tembolok dan tetradaktili burung dan buaya
merupakan perkembangan konvergen(perbandingan luar kelompok).Akan ada
lebih sedikit kontradiksi bila buaya dan burung dianggap sebagai satu kelompok
monofiletik,dengan homoiotermia burung dan mamalia sebagai ciri
konvergen.(Rudolf H. Marx,2017)

 Fenetika meningkatkan objektivitas analisis sistematik


Fenetika (Bahasa Yunani phainein,”yang terlihat”, istilah fenotipe berasal
dari akar kata yang sama) tidak membuat asumsi filogenetik dan mendasarka
keseluruhan kedekatan taksonomik atas dasar kemiripan dan perbedaan yang
dapat terukur. Fenetika membandingkan sebanyak mungkin karakteristik anatomi
(yang dikenal sebagai karakter) dan tidak melakukan upaya untuk membedakan
homologi dari analogi. Para ahli fenetika berpendapat bahwa jika cukup banyak
karakter fenotipe yang diperiksa, sumbangan analogi ke keseluruhan kemiripan
akan tertutupi dan tidak berarti karena adanya derajat homologi. Orang-orang
kemiripan fenotipe bukan merupakan indeks yang handal untuk kedekatan
filogenetik. Meskipun pendekatan fenetika murni memiliki sedikit pendukung saat
ini, metode yang digunakan dalam fenetika, khususnya penekanan pada
perbadingan kuantitatif ganda yang dianalisis secara statistik degan bantuan
komputer, memiliki dampak yang sangat penting dalam sistematika.
(Campbell,2003)

“Pengunyahan angka” yang objektif khususnya sangat bermanfaat untuk


analisis data urutan DNA dan perbandingan molekuler lain antar
spesies.(Campbell2003)

b. Filogeni menunjukkan hubungan Evolusioner

Organisme berbagi karakteristik homolog karena memiliki nenek moyang


yang sama. Oleh karena itu, dapat dipelajari banyak hal tentang spesies apabila
mengetahui sejarah evolusinya.Misalnya, suatu organisme mungkin memiliki
banyak kesamaan gen, jalur metabolik, dan protein struktual dengan kerabat-
kerabat dekatnya. Pada bidang ilmu taksonomi (taxonomy) dapat dipelajari
bagaimana organisme diberi nama dan diklasifikasikan.(Campbell,2012)

 Nomenklatur Binomial

Nama umum bagi organisme-misalnya monyet, finch, dan bunga lilac-


mengandung pengertian sehari-hari, namun nama itu juga bisa menyebabkan
keracunan. Masing-masing nama ini misalnya, mengacu pada lebih dari satu
spesies. Terlebih lai, beberapa nama umum tidak merefleksikan secara akurat
jenis organisme yang ditunjukkannya. Tinjau ketiga ‘fish’ ini : jellyfish (sejenis
cnidaria), crayfish (sejenis krustasea kecil mirip-lobster), dan silverfish (sejenis
serangga). Tentu saja, bahasa yang berbeda memiliki nama-nama yang berbeda
untuk berbagai organisme.(Campbell,2012)

Untuk menghindari ambiguitas sewaktu menyampaikan hasil penelitian


mereka, para ahli biologi menyebutkan organisme dengan nama ilmiah Latin.
Format nama ilmiah yan terdiri dari dua bagian, biasanya disebut binomial,
diperkenalkan pada abad ke-18 oleh Carolus Linnaeus.(Campbell,2012)

Bagian pertama dari binomial adalah nama genus (jamak,genera) yang


menaungi spesies tersebut. Bagian kedua, disebut epitet spesifik, bersifat unik
untuk masing-masing spesises di dalam genus tersebut. Contoh binomial adalah
Panthera pardus, nama ilmiah bagi kucing besar yang umumnya disebut macan
tutul. Perhatikan bahwa huruf pertama dari genus ditulis dengan huruf kapital dan
seluruh binomial dicetak miring. (Nama ilmiah yang baru diciptakan juga
‘dilatinisasi’: Anda bisa menamai seekor serangga yang baru ditemukan dengan
nama temanmu, tapi harus diberi akhiran latin). Lebih dari 11.000 binomial yang
dibuat oleh Linnaeus masih digunakan saat ini, termasuk nama optimistik yang ia
berikan pada spesies manusia- Homo sapiens, berarti ‘manusia bijak’.
(Campbell,2012)

 Klasifikasi berjenjang

Selain memberi nama spesies, Linnaeus juga mengelompokkan mereka ke


dalam jejang kategori yang semakin semakin luas. Pengelompokan pertama
terbentuk dalam binomial : Spesies yang tampak berkerabat dekat dikelompokkan
ke dalam genus yang sama. Sebagai contoh, macan tutul (Panthera pardus)
tergolong ke dalam genus yang juga mencakup singa afrika (Panthera leo),
harimau (Panthera tigris), dan jaguar (Panthera onca). Di atas genus, para ahli
taksonomi menerapkan secara progresif kategori-kategori klasifikasi yang makin
komprehensif. Sistem taksonomi yang dinamai berdasarkan Linnaeus, sistem
taksonomi yang dinamai berdasarkan Linnaeus, sistem Linnaean, menempatkan
sejumlah genus yang sekerabat dalam famili yang sama, famili ke dalam ordo,
ordo ke dalam kelas, kelas ke dalam filum (jamak,fila), filum ke dalam kingdom,
dan yang terbaru, kingdom ke dalam domain.(Campbell,2012)

Peraga 26.3 Klasifikasi Berjenjang (Sumber : Biology,Campbell)

Unit taksonomik tertentu pada tingkat jenjang apa pun disebut takson
(jamak,taksa). Pada contoh macan tutul, Panthera adalah takson pada tingkat
genus, dan Mammalia adalah takson tingkat kelas yang mencakup semua ordo
mamalia yang banyak sekali jumlahnya. Perhatikanlah bahwa dalam sistem
Linnaean, nama takson yang lebih luas daripada genus tidak dicetak miring,
meskipun huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital.(Campbell,2012)

 Mengaitkan Klasifikasi dan Filogeni

Sejarah evolusi dari sebuah kelompok organisme dapat dipresentasikan dalam


diagram bercabang yang disebut pohon filogenetik (phylogenetic tree). Pola
percabanagan pada beberapa kasus sesuai dengan klasifikasi berjenjang dari
kelompok yang termuat dalam kelompok-kelompok yang lebih inklusif (Peraga
26.4). Dalam situasi lain, kesamaan tertentu di antara organisme-organisme dapat
menyebabkan para ahli taksonomi menempatkan suatu spesies ke dalamnsuatu
kelompok organisme lain (misalnya, genus atau famili) daripada ke dalam
kelompok yang berkerabat paling dekat dengan spesises itu. Jika para ahli
sistematika menyimpulkan bahwa telah terjadi kesalahan smacam itu, organisme
tersebut mungkin diklasifikasi ulang (dengan kata lain, ditempatkan dalam genus
atau famili yang berbeda) agar lebih akurat dalam merefleksikan sejarah
evolusinya. Selain itu, kategori-kategori dalam sistem klasifikasi Linnaenan
mungkin hanya memberikan sedikit informasi tentang filogeni:Kita dapat
membedakan 17 famili kadal, namun itu tidak akan memberitahu apa pun tentang
hubungan evolusioner di antara famili-famili tersebut.(Campbell,2012)

Peraga 26.4 Hubungan antara klasifikasi dan filogeni (Sumber : Biology,Campbell)

Kesulitan-kesulitan semacam itu dalam menyejarkan kasifikasi Linnaean


dengan filogeni telah menyebabkan beberapa ahli sistematika untuk mengajukan
klasifikasi yang sepenuhnya berdasarkan pada hubungan evolusioner. Contoh
terbaru dari pendekatan ini adalah PhyloCode, yang hanya menamai kelompok-
kelompok yang mencakup nenek moyang bersama dan seluruh keturunannya.
Sebah pohon filogenetik mempresentasikan hipotesis tentang hubungan
evolusioner. Hubungan ini seringkali digambarkan sebagai serangkaian dikotomi,
atau titik percabangan (branch point) dua-arah.(Campbell,2012)

 Menerapkan Filogeni

Pohon filogenetik telah memainkan peranan kunci dalam berbagai macam aplikasi
lain. Salah satunya adalah investigasi tentang apakah makanan yang diijual
sebagai ‘daging paus’ di Jepang telah ditangkap secara ilegal dari berbagai spesies
paus yang dilindungi oleh hukum internasional. Walaupun sah menangkap
beberapa jenis paus sebagai makanan, misalnya paus Minke yang ditangkap di
Belahan Bumi Selatan, filogeni ini mengindikasikan bahwa daging dari paus
bungkuk, paus sirip, dan paus minke yang ditangkap di Belahan Bumi Utara dijual
secara ilegal di pasar ikan.(Campbell,2012)
c. Filogeni disimpulkan dari data morfologis dan molekular

Untuk menarik kesimpulan tentang filogeni, para ahli sistematika harus


mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang morfologi, gen, dan
biokimia dari berbagai organisme yang relevan. Penting untuk berfokus pada cii-
ciri yang merupakan hasil dari nenek moyang bersama, karen hanya ciri-ciri inilah
yang merefleksikan hubungn evolusioner.(Campbell,2012)

 Hubungan Morfologis dan Molekular

Ingatlah kembali bahwa kemiripan akibat garis keturunan yang sama disebut
homologi. Sebagai contoh, kesamaan dalam jumlah dan susunan tulang-tulang
pada tingkat depan mamalia mengacu pada keturunannya dari nenek moyang
bersama dengan struktur tulang yang sama; Inilah contoh homologi
morfologi.(Campbell,2012)

Peraga 22.17 Tulang depan mamalia: struktur homolog (Sumber :


Biology,Campbell)

Dengan cara yang sama, gen-gen atau sekuens-sekuens DNA yang lain
bersifat homolog jika diturunkan dari sekuens-sekuens yang dibawa oleh nenek
moyang bersama.Secara umum organisme-organisem yang berbagi morfologi
yang sangat mirip atau sekuens DNA yang mirip mungkin berkerabat lebih dekat
daripada organisme-organisme dengan struktur atau sekuens yang berbeda jauh.
Akan tetapi, pada beberapa kasus, divergensi morfologi di antara spesies-spesies
yang berkerabat bisa sangat besar dan divergensi genetiknya kecil (atau
sebaliknya). (Campbell,2012)
 Memilah Homologi dari Analogi

Hal yang berpotensi menyesatkan sewaktu kita membangun sebuah filogeni


adalah kemiripan yang mengacu pada evolusi konvergen-disebut analogi
(analogy)- dan bukan karena nenek moyang bersama (homologi). Evolusi
konvergen terjadi ketika tekanan-tekanan lingkungan yang mirip dan seleksi alam
menghasilkan adaptasi yang mirip (analog) pada organisme-organisme dari garis
keturunan evolusioner yang berbeda-beda. Sebagai contoh, hewan yang mirip
tikus mondok pada Peraga 26.7 berikut.(Campbell,2012)

Peraga 26.7 Evolusi konvergen karakteristik meliang yang analog


(Sumber : Biology,Campbell)

Kedua hewan tersebut memiliki penampilan eksternal yang sangat mirip.


Akan tetap, anatomi internal, fisiologi, dan sistem reproduksi keduanya sangat
berbeda. ‘Tikus mondok’ Australia adalah marsupialia; anaknya menyelesaikan
perkembangan embrionik di dalam kantong di sebelah luar tubuh induk betina.
Sebaliknya, tikus mondok Amerika Utara adalah euteria; anaknya menyelesaikan
perkembangan embrionik di dalam uterus induk betina. Pembandingan genetik
dan catatan fosil bahkan memberikan bukti bahwa nenek moyang bersama dari
kedua tikus mondok ini hidup 140 juta tahun lalu, kira-kira saat mamalia
marsupialia dan euteria berdivergensi. Nenek moyang dan sebagian besar
keturunannya tidak mirip dengan tikus mondok, namun karakteristik analognya
berevolusi secara independen pada kedua garis keturunan tikus mondok ini
sewaktu mereka beradaptasi terhadap gaya hidup yang serupa.(Campbell,2012)

Membedakan antara homologi dan analogi sangat penting dalam


merekontstruksi filogeni.Untuk mengetahui alasannya, coba pikirkan kelelawar
dan burung, keduanya memiliki berbagai adaptasi yang membuat mereka dapat
terbang. Kemiripan superfisial ini seolah-olah menunjukkan bahwa kelelawar
berkerabat lebih dekat dengan burung daripada dengan kucing yang tidak bisa
terbang.Namun, pemeriksaan yang lebih teliti mengungkapkan bahwa sayap
kelelawar jauh lebh mirip dengan tungkai depan kucing dan mamalia lain
dibandingkkan dengan sayap burung. Kelelawar dan burung merupakan keturunan
dari nenek moyang bersama tetrapoda yang hidup sekitar 320 juta tahun lalu.
Nenek moyang bersama ini tidak bisa terbang. Walaupun sistem rangka yang
mendasari kelelawar dan burung bersifat homolog, sayap mereka tidak
demikian.(Campbell,2012)

Kemampuan terbang dimungkinkan dalam cara yang berbeda-membran


yang terentang pada sayap kelelawar versus bulu-bulu pada sayap burung. Bukti
fosil juga mendokumentasikan bahwa sayap kelelawar dan sayap burung muncul
secara indeoenden dari tungkai depan nenek moyang tetrapoda yang berbeda.
Dengan demikian, dalam kemampuan terbang, sayap kelelawar bersifat analog,
bukan homolog, dengan sayap burung. Struktur analog yang muncul secara
independen disebut juga homoplasi (homoplasy), dari bahasa yunani
(‘membentuk dengan cara yang sama’).(Campbell,2012)

Selain kemiripan dari bukti fosil yang mendukung, petunjuk lain untuk
membedakan antara homologi dan analogi adalah kompleksitas dari karaktr yang
dibandingkan. Semakin banyak kemiripan yang dimiliki oleh dua struktur yang
kompleks, semakin besar pula kemungkinan bahwa struktur-struktur tersebut
berevolusi dari nenek moyang bersama. Sebagai contoh, tengkorak manusia
dewasa dan simpanse dewasa sama-sama terdiri dari banyak tulang yang menyatu.
Komposisi dari kedua tengkorak itu hampir sempurna, tulang demi tulang. Sangat
tidak mungkin bahwa struktur-struktur kompleks semacam itu, yang cocok pada
sedemikian banyak detail, memiliki asal-usul yang terpisah. Yang lebih mungkin,
gen-gen yang terlibat dalam perkembangan kedua tengkorak diwarisi dari nenek
moyang bersama. Argumen yang sama berlaku pada perbandingan di tingkat gen.
Gen-gen merupakan sekuens dari ribuan nukleotida, masing-masing
merepresentasikan sebuah karakter warisan dalam bentuk satu dari keempat basa
DNA: A (adenin), G(guanin), C(sitosin), atau T(timin). Apabila gen-gen pada dua
organisme memiliki banyak bagian dari sekuens nukleotida yang sama, sangat
mungkim bahwa gen-gen tersebut bersifat homolog.(Campbell,2012)

d. Karakter-karakter yang dimiliki bersama digunakan untuk


menyusun pohon filogenotik

Dalam merekonstruksi filogeni, langkah pertama adalah membedakan ciri-ciri


homolog dari ciri-ciri analog ( karena hanya homologi yang merefleksikan sejarah
evolusi). Begitu tugas tersebut selesai,para ahli biologi harus memilih metode
untuk menyimpulkan filogeni dari karakter-karakter homolog ini. Pada bagian
ini,kita akan mengulas satu sel metode yang banyak digunakan, yaitu
Kladistika.(Campbell,2012)

 Kladistika

Dalam pendekatan sistematika yang disebut klasditika (clasditic), nenek


moyang bersama merupakan kriteria primer untuk mengelompokkan organisme.
Dengan menggunakan metode ini,para ahli biologi menemukan spesies dalam
kelompok- kelompok yang disebut klad (clade), yang masing-masing
mengandung satu spesies nenek moyang dan semua keturunannya. Klad,seperti
peringkat taksonomi, termuat di dalam klad yang lebih besar.Misalnya, kelompok
kucing merepresentasikan sebuah klad didalam klad yang lebih besar yang juga
mencakup kelompok anjing. Akan tetapi, sebuah takson setara dengan sebuah
klad hanya jika takson tersebut monofiletik(monophyletic, dari bahasa yunani
yang berarti ‘satu suku’), yang mendatangkan bahwa takson itu terdiri atas satu
spesies nenek moyang dan semua keturunannya. Bandingkan dengan kelompok
parafiletik (paraphyletic, ‘selain suku’), yang terdiri atas satu spesies nenek
moyang dan sebagainya, namun tidak semua, keturunannya, atau kelompok
polifiletik ( poliphyletic, ‘banyak suku’) yang mencakup berbagai takson dengan
nenek moyang bersama. Berikutnya tidak akan membahas bagaimana klad
diidentifikasi:menggunakan karakter derivat yang dimiliki bersama.
(Campbell,2012)
 Karakter Nenek Moyang dan Karakter Derivat yang Dimiliki
Bersama

Akibat penurunan dengan modifikasi, organisme memiliki kesamaan


dengan nenek moyang, sekaligus juga perbedaan. Sebagai contoh,semua mamalia
memiliki tulang belakang, namun keberadaan tulang belakang bukanlah ciri
pembeda mamalia dari vetebrata lain, karena semua vetebrata memiliki tulang
belakang. Tulang belakang mendahului percabangan klad mamalia dari vetebrata
lain. Dengan demikian, kita berkata bahwa bagi mamalia, tulang belakang
merupakan karakter nenek moyang milik bersama (shared ancestral
character), karakter yang bermula pada nenek moyang suatu takson. Sebaliknya,
rambut adalah karakter yang dimiliki oleh semua mamalia namun tidak ditemukan
pada nenek moyang mereka. Dengan demikian, pada mamalia rambut dianggap
karakter derivat milik bersama (shared derived character), keunikan
evolusioner baru pada klad tertentu.(Campbell,2012)

Perhatikan bahwa tulang belakang juga dapat dianggap sebagai karakter


derivat milik bersama, namun hanya pada titik percabangan yang lebih dahulu
yang membedakan semua vetebrata dari hewan lain. Diantara berbagai vetebrata,
tulang belakang dianggap sebagai karakter nenek moyang milik bersama karena
terdapat pada nenek moyang bersama semua vetebrata.(Campbell,2012)

 Menyimpulkan Filogeni Menggunakan Karakter Derivat

Karakter derivat milik bersama sifat unik bagi klad-klad tertentu. Karena
semua ciri organisme muncul pada titik tertentu dalam sejarah kehidupan, maka
kita seharusnya dapat menentukan pada klad mana setiap karakter derivat milik
bersama muncul untuk pertama kali. Kita juga bisa menggunakan informasi
tersebut untuk menyimpulkan hubungan evolusioner.(Campbell,2012)

Untuk melihat bagaimana analisis ini dilakukan, perhatikan sekumpulan


karakter yang ditunjukkan pada Peraga 26.11 untuk masing-masing lima
vetebrata- macan tutul, penyu, salamander, tuna, dan lampre (vetebrata akuatik tak
berahang). Sebagai dasar perbandingan, kita harus memilih sebuah luar-
kelompok. Luar- kelompok (outgroup) adalah satu spesies atau kelompok
spesies dari garis keturunan yang diketahui telah berdivergensi sebelum garis
keturunan yang mencakup spesies yang tengah kita pelajari (dalam kelompok,
ingroup). Luar- kelompok yang sesuai dapat ditemukan berdasarkan bukti
morfologi, paleontologi,perkembangan embrionik,dan sekuens gen. Luar-
kelompok yang sesuai untuk contoh kita adalah lancelet,seekor hewan kecil yang
hidup didalam daerah pasang surut yang berlumpur dan (seperti vetebrata)
merupakan anggota Chordata.Akan tetapi, tak seperti vetebrata, lancelet tidak
memiliki tulang belakang.(Campbell,2012)

Peraga 26.11 Membangun Pohon Filogenetik (Sumber : Biology,Campbell)

Dengan membandingkan anggota dalam- kelompok dengan sesamanya


dan dengan anggota luar- kelompok, kita dapat menentukan karakter mana yang
merupakan derivat pada berbagai titik percabangan evolusi vetebrata. Misalnya,
semua vetebrata pada dalam- kelompok memiliki tulang belakang : karakter ini
terdapat pada vetebrata nenek moyang, namun tidak pada luar- kelompok.
Sekarang perhatikan bahwa rahang berengsel adalah karakter yang tidak terdapat
pada lampre namun ada pada anggota lain dari dalam- kelompok; karakter ini
membantu kita mengidentifikasi sebuah titik percabangan awal dalam klad
vetebrata. (Campbell,2012)

 Pohon Filogenetik dengan Panjang Cabang yang Proporsional


Pada pohon filogenetik yang telah kita persentasikan sejauh ini, panjang
cabang-cabang pohon tidak mengindikasikan derajat perubahan evolusioner pada
masing-masing garis keturunan. Terlebih lagi, kronologi yang direpresentasikan
oleh pola percabangan pohon bersifat relatif (lebih dulu versus belakangan) dan
bukan mutlak (berapa juta tahun lalu). Namun pada beberapa diagram pohon,
panjang cabang sebanding dengan jumlah perubahan evolusioner atau waktu
terjadinya peristiwa tertentu.(Campbell,2012)

Sebagai contoh, panjang cabang pada pohon filogenetik dapat


merefleksikan jumlah yang terjadi dalam sebuah sekuens DNA tertentu pada garis
keturunan itu. Panjang total garis horizontal dari dasar pohon ke mencit lebih
pendek daripada garis yang menuju ke spesies luar- kelompok, lalat buah
Drosophila. Ini menyiratkan bahwa sejak mencit dan lalat berdivergensi dari
nenek moyang bersama ,lebih banyak perubahan genetik yang terjadi pada garis
keturunan Drosophila daripada garis keturunan mencit.(Campbell,2012)

Walaupun cabang-cabang pohon filogenetik mungkin memiliki panjang


berbeda, diantaranya organisme-organisme yang masih ada saat ini, semua garis
keturunan yang berasal dari satu nenek moyang bersama telah sintas untuk jumlah
tahun yang sama. Contoh ekstremnya, manusia dan bakteri memiliki nenek
moyang bersama yang hidup lebih dari 3 milyar tahun lalu. Fosil dan bukti
genetika mengidentifikasikan bahwa nenek moyang ini merupakan prokariota
bersel- tunggal. Walaupun bakteri tampaknya hanya mengalami sedikit perubahan
struktur sejak nenek moyang bersama tersebut. Evolusi telah terjadi selama 3
milyar tahun dalam garis keturunan bakteri, seperti halnya 3 milyar tahun evolusi
pada garis keturunan eukariota yang mencakup manusia.(Campbell,2012)

Rentang waktu kronologis yang sama ini dapat direpresentasikan dalam


pohon filogenetik dengan panjang cabang yang proporsional terhadap
waktu.Pohon semacam itu memanfaatkan fosil untuk menetapkan titik
percabangan dalam konteks waktu geologis. Sebagai tambahan, kita dapat
mengkombinasikan kedua tipe pohon ini dengan melebihi titik-titik percabangan
dengan informasi tentang laju perubahan genetik atau waktu terjadinya
divergensi.(Campbell,2012)
 Parsimoni Maksimum dan Kemungkinan Maksimum

Berdasarkan prinsip parsimoni maksimum (maximum parsimoni),kita


meyelidiki terlebih dahulu penjelasan paling sederhana yang konsisten dengan
fakta-fakta yang ada.(Prinsip parsimoni juga dikenal sebagai ‘pisau cukur Occam’
yang dinamai berdasarkan William od Occam. Dalam kasus pohon yang
berdasarkan morfologi, pohon yang paling parsimonis memerlukan peristiwa-
peristiwa evolusioner yang paling sedikit, yang diukur berdasarkan asal usul
karakter morfologi derivat yang dimiliki bersama. Bagi filogeni yang berdasarkan
DNA,pohon yang paling parsimonis memerlukan perubahan basa yang paling
sedikit.(Campbell,2012)

Prinsip kemungkinan maksimum (maximum likelihood) menyatakan bahwa


sesuai aturan-aturan tertentu tentang bagaimana DNA berubah seiring waktu,
sebuah pohon dapat ditemukan yang merefleksikan sekuens peristiwa evolusioner
yang paling mungkin. Metode kemungkinan-maksimum bersifat kompleks,
namun sebagai contoh sederhana ada pada hubungan filogenetik antara manusia,
cendawan dan tulip yang menunjukkan dua kemungkinan pohon parsimonis yang
setara bagi ketiga organisme tersebut.(Campbell,2012)
Peraga 26.14 Pohon-pohon dengan kemungkinan berbeda
(Sumber : Biology,Campbell)

 Pohon Filogenetik sebagai Hipotesis

Sekarang saat yang cocok untuk menekankan kembali bahwa semua


pohon filogenetik merepresentasikan sebuah hipotesis tentang bagaimana
berbagai organisme dalam sebuah pohon berkerabat satu sama lain. Hipotesis
terbaik adalah yang paling sesuai dengan semua data yang tersedia. Hipotesis
filogenetik dapat dimodifikasi jika bukti baru memaksa para ahli sistematika
untuk merevisi pohon buatan mereka. Meskipun ada banyak hipotesis filogenetik
lama yang telah didukung, hipotesis yang lain telah diuabah atau ditolak
berdasarkan data morfologis dan molekular yang baru.(Campbell,2012)

Memikirkan filogeni sebagai hipotesis juga memungkinkan kita untuk


memanfaatkannya dengan cara terbaik: Kita dapat membuat dan menguji prediksi-
prediksi berdasarkan asumsi bahwa sebuah filogeni-hipotesis kita-adalah benar.
Misalnya, dalam pendekatan yang dikenal sebagai pengelompokkan filogenetik
(phylogenetic bracketing), kita dapat memprediksi (melalui parsimoni) bahwa
ciri-ciri yang dimiliki oleh dua kelompok organisme yang berkerabat dekat
terdapat pada nenek moyang bersama mereka dan semua keturunannya, kecuali
data independen mengindikasikan sebaliknya.(Campbell,2012)
DAFTAR PUSTAKA

Omegawati, Wigati Hadi dkk. 2015. BIOLOGI kelas XIII. Klaten:Intan Pariwara.

Campbell.2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Campbell.2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga

H.Marx,Rudolf.2017.Referensi Biologi Lengkap Evolusi. Jakarta:Erlangga

Anda mungkin juga menyukai