Anda di halaman 1dari 2

Nama : Meutia Ratna Widyarani

NIM : 215090101111002

Kelas : C

Pandangan Tokoh Bangsa Mengenai Filsafat Pancasila

Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya meliputi kesatuan dalam hal dasar
ontologis, dasar epistomologis, serta dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Pada dasar
aksiologis sila-sila pancasila merupakan suatu sistem filsafat yang memiliki satu kesatuan
dasar aksiologisnya yakni nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila ada hakikatnya yang
merupakan suatu kesatuan. Dari berbagai macam pandangan tentang nilai terutama dalam
menggolongkan nilai dan penggolongan tesebut beranekaragam dan dikelompokkan sesuai
sudut pandang masing-masing. Max Scheler mengemukakan bahwa nilai yang ada tidak sama
dengan luhurnya dan sama tingginya maksudnya nilai tersebut secara nyata ada yang lebih
tinggi dan ada yang lebih rendah dan dikelompokkan menjadi empat tingkatan yakni nilai-
nilai kenikmatan (nilai mengenakkan dan tidak mengenakkan), nilai-nilai kehidupan
(kesejahteraan, keadilan, kesegaran), nilai-nilai kejiwaan (keindahan, kebenaran, dan
pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat), dan nilai-nilai kerokhanian (nilai suci dan
tidak suci yang terdiri dari nilai pribadi). Sedangkan menurut pandangan dari Walter G Everet
menggolongkan nilai-nilai manusiawi kedalam delapan kelompok antara lain nilai-nilai
ekonomis (harga pasar), nilai–nilai kejasmanian (kesehatan), nilai-nilai hiburan (nilai
permainan dan waktu senggang), nilai-nilai sosial (sosialisasi), nilai-nilai watak (kepribadian),
nilai-nilai esteasis (keindahan alam dan karya seni), nilai-nilai intelektual (pengetahuan), dan
nilai keagamaan. Pandangan tokoh Notonagoro bahwa Pancasila termasuk kedalam nilai
kerokhanian , dan nilai-nilai kerokhanian yang mengakui nilai material dan nilai vital. Nilai
kerokhanian dibedakan menjadi empat macam antaralain nilai kebenaran (bersumber pada
akal), nilai keindahan (bersumber pada unsur perasaan manusia), nilai kebaikan (moral), nilai
religius (nilai kerokhanian tertinggi dan bersumber pada kepercayaan dan keyakinan
manusia).

Dari berbagai macam teori atau pandangan tokoh mengenai filsafat pancasila dapat
disimpulkan bahwa semuanya akan saling berpengaruh atau berkaitan bukan hanya material
saja namun dapat berwujud nonmaterial .Bahkan, nonmaterial dapat mengandung nilai yang
sangat tinggi dan mutlak bagi manusia. Pada pandangan tokoh Max Scheler menurut saya
prinsip aksiologis diperlukan bagi bangsa dan negara. Namun, menurut Max Scheler nilai-
nilai tersebut tidak dapat dipahami dengan akal melainkan dengan hati. Sedangkan,
kelemahannya tidak menunjukkan cara yang konkrit untuk memahami hierarki aksiologis
tersebut. Hierarki Max Scheler sangat penting untuk dijadikan pertimbangan bagi
meningkatkan kualitas harkat dan martabat manusia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara pada Indonesia.
Dapat diambil kesimpulan dari pandangan menurut tiga ahli tersebut:

1. Berdasarkan pendapat Max Scheler, nilai tidak dapat dipahami dengan akal melainkan
degan hati. Scheler menolak semua bentuk rasionalisme dan contohnya pada penerapan
sila kedua “Kemanusiaan yang adil dan beradab” dimana masih banyak dijumpai kasus-
kasus yang melanggar Hak Asasi Manusia. Etika dari nilai Max scheler ini dapat dijadikan
dasar pertimbangan supaya kesadaran moral mahasiswa tidak hanya sekedar didasari oleh
kewajiban menaati aturan, melainkan didasarkan oleh kewajiban untuk mewujudkan nilai
positif dan nilai luhur Pancasila. Nilai-nilai positif dan nilai-nilai yang lebih luhur memang
merupakan kualitas yang sesuai dengan kecenderungan perkembangan kodrat manusia,
karena manusia memang memiliki kecenderungan untuk berkembang menjadi
manusia yang bernilai atau berkualitas, serta ingin mewujudkan kehidupan yang
bermartabat luhur

2. Berdasarkan pendapat Walter G Everet , nilai Pancasila dapat diterapkan dengan baik oleh
masyarakat sehingga dapat menopang berbagai kehidupan manusia.

3. Berdasarkan pendapat Notonagoro, nilai Pancasila tidak diterapkan kembali. Contohnya,


pada penggunaan sosial media seperti “Instagram, Tiktok” yang banyak sekali komentar
tidak baik yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini, menjadi sebuah tantangan
bagi Indonesia sehingga negara luar akan mengenal Indonesia sebagai netizen yang tidak
baik .

Anda mungkin juga menyukai