Anda di halaman 1dari 12

PERILAKU KELINCI

THE BEHAVIOR OF RABBITS (Lepus europaeus)

Indri Rahmawati
e-mail: indrirahmawati259@gmail.com
phone: +6281268025888

Program Biology Education Studies Program, Graduate


Universitas Negeri Padang, Padang

Abstrak: Review ini bertujuan untuk menganalisis perilaku harian kelinci eropa (Lepus
europaeus) tingkah laku harian kelinci (makan, minum, eliminasi, merawat diri, bergerak,
stereotypes, dan istirahat). Adapun metode yang digunakan dalam review ini adalah metode
studi literature yang dikumpulkan berdasarkan dari hasil penelitian (journal) melalui google
scholar. Dari hasil review,menunjukkan bahwa suatu perilaku hewan terjadi karena
pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir atau innate behavior), dan karena akibat proses
belajar atau pengalaman yang dapat disebabkan oleh lingkungan sehingga terjadi suatu
perkembangan sifat dan kelinci memiliki perilaku yang sangat bervariasi.

Kata kunci : Kelinci (Lepus europaeus), Perilaku, Respon

PENDAHULUAN tingkah laku terhadap lingkungan yang


dihadapinya (Gonyou, 1991). Semua
Ilmu yang mempelajari tentang
organisme memiliki perilaku. Perilaku
tingkah laku hewan disebut ethology,
merupakan bentuk respons terhadap
yang berasal dari kata ethos yang berarti
kondisi internal dan eksternalnya. Suatu
karakter atau alam dan logos yang berarti
respons dikatakan perilaku bila respons
ilmu. Mempelajari tingkah laku hewan
tersebut telah berpola, yakni memberikan
berarti menentukan karakteristik hewan
respons tertentu yang sama terhadap
dan bagaimana responnya terhadap
stimulus tertentu. Perilaku juga dapat
lingkungan.. Selama interaksi tersebut
diartikan sebagai aktivitas suatu
ternak akan menimbulkan respon berupa
organisme akibat adanya suatu stimulus. Kelinci memiliki potensi besar
Suatu perilaku hewan terjadi karena untuk dikembangkan di Indonesia sebagai
pengaruh genetis (perilaku bawaan lahir pekerjaan alternatif lain bagi petani serta
atau innate behavior), dan karena akibat untuk menyediakan sumber alternative
proses belajar atau pengalaman yang daging kerena daging kelinci
dapat disebabkan oleh lingkungan. mengandung protein tinggi dan rendah
lemak (Lukefahr 2008). Hal ini
Pada perkembangan ekologi
disebabkan pertumbuhan cepat dan
perilaku terjadi perdebatan antara
produktivitas dari kelinci yang dapat
pendapat yang menyatakan bahwa
menghasilkan 8-10 anak per kelahiran.
perilaku yang terdapat pada suatu
organisme merupakan pengaruh alami Saat ini informasi mengenai
atau karena akibat hasil asuhan atau perilaku kelinci masih sangat kurang.
pemeliharaan, hal ini merupakan Review ini bertujuan menggali informasi
perdebatan yang terus berlangsung. Dari tentang perilaku kelinci (Lepus
berbagai hasil kajian, diketahui bahwa europaeus) yang bersifat bawaan, untuk
terjadinya suatu perilaku disebabkan oleh mengetahui perilaku adaktif kelinci.
keduanya, yaitu genetis/ bawan dan Manfaat teoritis yang didapatkan dari
lingkungan (proses belajar), sehingga hasil penyusunan review ini adalah salah
terjadi suatu perkembangan sifat. Semua satu pelajaran dalam rangka menambah
hewan memiliki perilaku yang berbeda- wawasan dalam bidang Ekologi Hewan
beda, baik perilaku bawaannya, yang dan Lingkungan.
sudah diajari maupun adaktifnya. Pada
kesempatan ini yang menarik adalah
hewan malam (nocturnal) yang salah
satunya kelinci, yang sudah dipelihara
manusia bisa hidup pada siang hari, maka
dari itulah saya tertarik mereview
perilaku kelinci.
METODE cincin mata. Ekornya hitam di bagian atas
dan putih di bagian bawah. Di musim
Adapun metode yang digunakan
dingin, L. europaeus tidak mengubah
dalam review ini adalah studi literature
bulunya menjadi putih, tapi menjadi
yang dikumpulkan berdasarkan dari hasil
sedikit lebih abu-abu (Peterson, 1966;
penelitian (journal) melalui google
Bansfields, 1974; Dragg, 1974).
scholar dengan kata kunci Perilaku
Panjang total tubuh kelinci (Lepus
Kelinci (Lepus europaeus) dan ekologi
europaeus) : 600-750 (rata-rata 680) mm;
kelinci. Jurnal yang terkumpul dari hasil
Panjang telinga dari takik: 94-102(av. 98)
pencarian tersebut didata berdasarkan
mm; Ekor: 72-110 (av. 95) mm; Kaki
judul, tujuan, kajian metodologi
belakang: 142-161 (av. 151) mm; Panjang
penelitian berupa treatment, variable,
tengkorak: 96-104 (av. 100) mm; Lebar
prosedur yang dipakai serta hasil
tengkorak:44-51 (av. 47,3) mm (Peterson,
penelitiannya. Data tersebut dikaitkan
1966; Hall dan Kelson, 1959).
dengan teori pendukung dari beberapa
Tidak ada gejala dimorfisme
literature terkait dalam pembahasan hasil
seksual. Tengkorak ini memiliki tulang
review.
hidung yang pendek, luas, berat, dan

PEMBAHASAN lobus anterior dan posterior menonjol dari


proses supraorbital. Ini juga sering
1. Morfologi Kelinci (Lepus europaeus) memiliki proses subkutan tulang lacrimal
Kelinci (Lepus europaeus yang yang menonjol, yang diproyeksikan dari
ada saat ini berasal dari kelinci liar di dinding anterior orbit (Bansfield, 1974).
Eropa dan Afrika Utara. Mereka memiliki (Bansfield, 1974; Dragg, 1974; Hall dan
telinga panjang dengan tip hitam dan Kelson, 1959; Peterson, 1966)
yang berwarna putih keabu-abuan.
Bulunya berwarna kuningan-kecoklatan
sampai coklat keabu-abuan, dengan
bagian bawah tubuh keabu-abuan sampai
putih. Wajahnya berwarna coklat, dengan
2. Klasifikasi Kelinci (Lepus spesies tersebut, yang tidak berubah oleh
europaeus)
proses belajar. Tingkah laku ini tidak
akan pernah banyak berubah oleh
domestikasi, sedangkan tingka laku
lainnya dapat berubah oleh proses belajar
(Tomaszewska, 1991).
Fungsi utama tingkah laku adalah
untuk menyesuaikan diri terhadap
beberapa perubahan keadaan, baik dari
luar maupun dari dalam. Kelinci pada
Gambar 1. Gambar Kelinci (Lepus dasarnya adalah hewan malam
europaeus)
(nocturnal). Tetapi sejak ketertarikan

Klasifikasi kelinci secara ilmiah : manusia terhadap kelinci mulailah

Kingdom : Animalia dipelihara dan mampu beradaptasi pada

Filum : Chordata siang hari.

Subfilum : Vertebrata Kelinci mempunyai kebiasaan

Kelas : Mammalia yang tidak dilakukan pada ternak

Ordo : Lagomorpha ruminansia yaitu kebiasaannya memakan

Famili : Leporidae feses yang sudah dikeluarkan yang

Genus : Lepus disebut dengan coprophagy. Sifat

Spesies : Lepus europaeus coprophagy biasanya terjadi pada malam


atau pagi hari berikutnya. Sifat tersebut
3. Tingkah Laku Kelinci (Orytologus memungkinkan kelinci memanfaatkan
cuniculus)
secara penuh pencernaan bakteri
Perilaku merupakan bentuk disaluran bagian bawah, yaitu
respons suatu organisme terhadap kondisi mengkonversi protein asal hijauan
internal dan eksternalnya. Tingkah laku menjadi protein bakteri yang berkualitas
khusus hewan merupakan bawaan sejak tinggi, mensintesis vitamin B dan
lahir atau sebagai refleksi karakteristik memecahkan selulose atau serat menjadi
energi yang berguna (Blakely dan Bade, dewasa (care soliciting); (7) tingkah laku
1991). eliminative yaitu tingkah laku membuang
Tingkah laku makan disebabkan kotoran; (8) tingkah laku allelomimetik
oleh adanya rangsangan dari luar yaitu tingkah laku meniru salah satu
(makanan) dan rangsangan dari dalam anggota kelompok atau melakukan
(adanya kebutuhan atau lapar). Tingkah pekerjaan yang sama dengan beberapa
laku ini berkembang sesuai dengan tahap rangsangan dan koordinasi yang
perkembangan dari proses belajar berbalas-balasan; (9) tingkah laku
(Alikodra, 1990). investigative yaitu tingkah laku
Menurut Mukhtar (1986), memeriksa lingkungannya.
aktivitas tingkah laku dapat a. Tingkah laku Makan
dikelompokkan ke dalam sembilan sistem Kelinci sangat selektif dalam
tingkah laku, yaitu (1) tingkah laku memilih pakannya. Kelinci akan lebih
makan dan minum (ingestif); (2) tingkah memilih bagian yang disukainya seperti
laku mencari perlindungan (shelter daun yang lebih hijau dibandingkan yang
seeking) yaitu kecenderungan mencari kering, memilih daun dibandingkan
kondisi lingkungan yang optimum dan batang, tanaman yang muda dibandingkan
menghindari bahaya; (3) tingkah laku yang tua, sehingga pakan yang tinggi
agonistik yaitu persaingan antara dua protein dan energi dicerna dan rendah
hewan yang sejenis, biasanya terjadi serat yang diperoleh dari bahan tanaman.
selama musim kawin; (4) tingkah laku
seksual (courtship), kopulasi dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan hubungan
hewan jantan dan betina satu jenis;
(5)tingkah laku epimelitic atau care
giving yaitu pemeliharaan terhadap anak
(maternal behavior); (6)tingkah laku et-
epimelitic merupakan tingkah laku
Gambar 2.1.Tingkah Laku Makan kelinci
individu muda untuk dipelihara oleh yang
Pengamatan tingkah laku makan tubuh yang berguna untuk membersihkan
dilakukan langsung setelah kelinci diberi diri. Tingkah laku eliminasi ini biasanya
makan dan dilakukan pengamatan selama dilakukan secara terpisah baik defekasi
5 menit. Perilaku makan kelinci meliputi atau urinasi. Ekor kelinci akan sedikit
tingkah laku kelinci dalam mengamati, naik ketika melakukan urinasi. Kelinci
mencium, menggigit, mengunyah dan akan terdiam di sudut yang sama saat
menelan pellet. melakukan defekasi
b. Tingkah laku minum
Minum diperlukan untuk
mengganti air yang hilang seperti urin
dan kadar air yang menguap. Minum juga
dibutuhkan untuk pendingin bagi kelinci
jika berada di suhu tinggi. Anak kelinci
belajar minum saat pertama kali saat Gambar 3. Posisi Kelinci Defekasi
menyusui pada induknya. Kelinci harus Hewan biasanya menghindari
belajar untuk minum di tempat minum mengkonsumsi kotoran mereka dan
otomatis nipple. (Cheeke et al., 2000). menghindari penggembalaan di mana ada
Tingkah laku minum kelinci kontaminasi feses, kecuali kelinci yang
biasanya dilakukan dengan cara mempunyai kebiasaan memakan feses
mendekatkan mulutnya pada air, yang sudah dikeluarkan yang disebut
kemudian air tersebut dijilat dengan dengan coprophagy.
menggunakan lidahnya. Saat kelinci Urinasi berfungsi untuk
minum kedua kaki depannya memegang membersihkan diri dan juga sebagai
sisi tempat minum. bagian dari tingkah laku territorial.
c. Tingkah laku eliminasi Urinasi juga merupakan fungsi dari
Menurut Fraser & Broom (2005) tingkah laku agresif, seekor kelinci jantan
perilaku eliminasi atau perilaku biasanya melakukan urinasi untuk
membuang kotoran (defekasi) dan urinasi menandakan kekuasaannya pada
termasuk ke dalam perilaku perawatan
saingannya. Urinasi juga merupakan salah tertekuk di bawah dada dan tulang
satu bagian dari tingkah laku seksual belakang dengan kepala dapat diputar ke
(Cheeke et al., 2000). sisi tubuh.
d. Tingkah laku merawat diri Fungsi istirahat dan tidur awalnya
Kelinci dikenal sebagai hewan mungkin untuk meminimalkan bahaya
yang bersih karena terlihat dari predator. Individu yang dalam posisi
kebiasaannya yang selalu merawat diri. tidak bergerak mungkin kurang mencolok
Tingkah laku merawat diri seperti untuk terdeteksi. Fungsi kedua untuk
menjilat, menggesekkan badannya ke memulihkan energi, pada beberapa jenis
dinding kandang, menggaruk atau hewan dan dalam beberapa keadaan yang
mengusap sering dikenal dengan istilah memungkinkan untuk proses
grooming. Aktivitas ini biasanya metabolisme (Fraser & Broom, 2005).
dilakukan saat kelinci setelah selesai f. Tingkah laku bergerak
makan atau minum . Kelinci akan Tingkah laku bergerak memiliki
mengalami rontok bulu saat akan berbagai pola berbeda yang masing-
melahirkan, sehingga banyak bulu yang masing disebut gaya berjalan. Gaya
tertelan dan menyebabkan segumpal berjalan asimetris yaitu tungkai dari satu
hairball mengganggu pencernaannya sisi tidak mengulangi yang lain. Gaya
(Gambar 6). berjalan simetris meliputi berjalan cepat
e. Tingkah laku istirahat dan berlari. (Fraser dan Broom, 2005).
Tingkah laku istirahat merupakan Tingkah laku bergerak merupakan
tingkah laku yang tidak aktif seperti tingkah laku yang paling banyak
duduk, diam tidak bergerak, berbaring, dilakukan oleh kelinci. Aktivitas kelinci
mengantuk dan tidur. Pada saat hewan dimulai dengan berdiri dari posisi rebahan
mengantuk biasanya keadaan stabil kemudian melakukan aktivitas lokomosi
terjadi ada tanda-tanda tidur ringan mengelilingi kandang. Kelinci biasanya
dengan gerakan kepala dan penutupan bergerak jika adanya gerakan tiba-tiba
mata. Istirahat yang dilakukan biasanya dari lingkungan.
dalam posisi rebah, kaki depan yang
g. Tingkah laku Stereotypes Raharjo (2005), mengatakan umur
Tingkah laku stereotypes adalah kawin yang baik pada kelinci adalah 6
tingkah laku yang dilakukan tanpa tujuan bulan bagi betina dan 7 bulan bagi jantan.
yang jelas dan biasanya terjadi pada Kelinci induk dapat dikawinkan kembali
hewan yang berada dalam kandang dan 3-4 minggu setelah melahirkan.
melakukan rutinitas yang sama terus Pemeliharaan yang baik pada induk
menerus (Fraser and Broom, 2005). menyebabkan induk dapat dikawinkan 2
Tingkah laku stereotypes yang muncul minggu setelah melahirkan.
saat penelitian berlangsung adalah kelinci Menurut Cheeke et al. (1987)
menggigit dinding kawat dan kayu Lama hamil dihitung sejak betina kawin
kandang. sampai beranak. Lamanya berkisar antara
4. Reproduksi 31-32 hari, tetapi kemungkinan paling
Musim kawin untuk L. europaeus singkat 29 hari atau paling lama 35 hari.
adalah antara pertengahan musim dingin Masa kehamilan kelinci eropa adalah
(Januari / Februari) dan pertengahan antara 30 dan 42 hari (Bansfield:1974).
musim panas. Masa birahi induk akan Ukuran serasah bervariasi antara 1 dan 8,
mulai kelihatan jelas bila sudah mencapai rata-rata adalah 3 sampai 5 (William dan
umur 7 bulan. Untuk jenis kelinci tipe ini Whitaker, 1943; Bansfield, 1974).
dengan ciri-ciri bila diusap-usap bagian Kaum muda, yang disebut leveret,
punggung dia akan mengangkat bagian mencapai kematangan seksual pada usia
pantat lebih tinggi atau menungging delapan bulan sampai satu tahun. Selama
(Widodo, 2005). Proses ovulasi kelinci musim gugur, gonad laki-laki dan saluran
terjadi sesudah dilakukan induksi dengan reproduksi mengalami regresi dan kadar
rangsangan dari luar. Rangsangan ini hormon testosteron dan luteinizing dalam
dapat berupa penggunaan pejantan plasma rendah. Pada wanita, kadar basal
dengan atau tanpa vasektomi, rangsangan hormon luteinizing maksimal pada bulan
listrik dan mekanis dan penggunaan Juli, akhir musim reproduksi (Caillol dan
hormone perangsang ovulasi (Cheeke et Meunier, 1989). (Bansfield, 1974;
al., 1987). Broekhuizen dan Maaskamp, 1980;
Caillol, et al., 1988; Hamilton dan Intensifikasi lahan pertanian yang
Whitaker, 1943) mengakibatkan hilangnya
keanekaragaman hayati, secara signifikan.
5. Habitat Kelinci (Lepus europaeus) keanekaragaman habitat ekosistem dihuni
Kelinci Eropa hidup di kawasan oleh kelinci. (Tapper dan Barnes, 1986;
beriklim sedang, mereka sering Meriggi dan Alieri, 1989; Smith et al,
ditemukan di padang rumput, padang 2004.).
rumput yang berbatasan dengan pagar Peningkatan penggunaan pupuk
tanaman, lahan kayu, dan lahan pertanian. dan herbisida telah menipis keluar
Mereka hidup diantara rumput-rumput, vegetasi gulma yang subur, yang pada
gulma, atau semak (Peterson, 1966; gilirannya terkena dampak negatif
Bansfield, 1974; William dan Whitaker, kuantitas dan kualitas pangan untuk
1943). herbivora seperti kelinci coklat (Lepus
Jumlah kelinci Eropa (Lepus europaeus) (Hacklnder et al., 2002)
europaeus) telah berkurang secara drastis Kelinci sangat peka terhadap suhu
di Italia (Santilli dan Galardi, 2006), serta lingkungan tinggi, terutama kalau
di seluruh Eropa sejak tahun 1960-an kelembaban udara juga tinggi. Menurut
(Marboutin dan Proux, 1995; Hutchings Smith dan Mangkoewidjojo (1988) suhu
dan Harris, 1996; Slameka et al, 1997;.. ideal bagi kelinci adalah 15 sampai 20 C.
Edwards et al, 2000; Marboutin er al, Jika suhu lebih dari 27 sampai 32 C
2003;. Vaughan et al, 2003;.. Schmidt et dapat mengganggu kesehatan dan
al, 2004;. Smith et al, 2005). produktivitas
Perubahan habitat yang
disebabkan oleh intensifikasi pertanian 6. Distribusi dan Penyebaran
merupakan faktor kunci dalam Distribusi alami kelinci Eropa
mendorong penurunan jangka panjang meliputi Inggris dan Eropa Barat, timur
dari spesies (Edwards et al, 2000;. Smith sampai Timur Tengah hingga Asia
et al, 2005;. Santilli dan Galardi 2006 ; Tengah (Lincoln, 1974; Broekhuizen dan
Zellweger-Fischer et al, 2011). Maaskamp, 1980; Caillol dan Meunier,
1989;. Poli et al, 1991). Mereka telah KESIMPULAN
diperkenalkan oleh manusia ke beberapa
Dari review yang telah dilakukan
benua lainnya. Di Kanada, Lepus
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
europaeus ditemukan di Ontario selatan,
Kelinci memiliki perilaku yang sangat
di sekitar Great Lakes, dan di selatan
variatif. Kelinci yang dipelihara
Canadian Shield. Di Amerika Serikat,
memperlihatkan aktifitas tingkah laku
kelinci Eropa sekarang ditemukan di
minum pada siang yang nyata lebih tinggi
negara bagian timur laut dan sekitar Great
dan tingkah laku bergerak pada pagi hari
Lakes (Hall dan Kelson, 1959). Mereka
yang lebih tinggi dibanding siang dan
juga telah diperkenalkan ke wilayah
sore hari
Amerika Selatan dan Tengah (Bonino
dan Montenegro, 1997) dan Australia.
(Bonino dan Montenegro, 1997;
Broekhuizen dan Maaskamp, 1980;)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Blakely, J. & D. H. Bade. 1991. Ilmu


Liar. Jilid 1. Pusat Antar Peternakan. Ed. Ke-4.Gadjah
Universitas Ilmu Hayat. Institut Mada University Press,
Pertanian Bogor, Bogor. Yogyakarta.

Bansfield, A. 1974. Mammals of Canada. Broekhuizen, S., F. Maaskamp. 1980.


Toronto: University of Toronto Behaviour of does and leverets of
Press. the European hare (Lepus
europaeus) whilst nursing. J. Zool.
Bonino, N., A. Montenegro. 1997. Lond., 191: 487-501.
Reproduction of the European
hare in Pantagonia, Argentina. Caillol, M., M. Meunier, M. Mondain-
Acta Theriologica, 42(1): 47-54. Monval, P. Simon. 1988. Seasonal
variations in testis size,
testosterone and LH basal levels,
and pituitary response to
luteinizing hormone releasing Gonyuo, H. W. 1991. Behavioural
hormone in the brown hare, Lepus methods to answer the question
europaeus. Can. J. Zool., 67: about sheep. J.Anim. Sci. 69:
1626-1630. 4155-4159.

Cheeke, P. R., McNitt, J. I., & N. M. Hall, E., K. Kelson. 1959. Mammals of
Patton. 2000. Rabbit Production. North America. New York: The
8th Edition. Interstate Publisher Ronald Press Co..
Inc, Denville, Illionois. Hamilton, W., J. Whitaker. 1943.
Mammals of the Eastern United
Cheeke, P.R., N.M Patton & G.S. States. 2nd ed. Ithica, NY: Cornell
Templeton. 1982. Rabbit University Press.
Production. The Interstate Printer
and Publisher, Inc.Denville, Irlbeck, N. A. 2001. How to feed the
Illinois. rabbit (oryctolagus cuniculuc)
Cheeke, P.R. 1981. The Domestic Rabbit gastrointestinal tract. J. Anim. Sci.
: Its nutrition requirements and its 79: E343-E346.
role in world food production. Lincoln, G. 1974. Reproduction and
Recent advances in animal March madness in the Brown
nutrition in Australia, Australia. hare, Lepus europaeus. J. Zool.
Cheeke P. R., N. M. Patton., S. D. Lond., 174: 1-14.
Lukefahr & J. L. McNitt. 1987.
Rabbit Production. 6th Edition. Marboutin E., Bray Y., Proux R., Mauvy
The Interstate Printers and B., Lartiges A., 2003. Population
Publisher Inc. Danvile, Illinois. dynamics in European hares:
breeding parameters and
Dragg, A. 1974. Mammals of Ontario. sustainable harvest rates. J. App.
Waterloo, Ontario: Otter Press. Ecol. 40: 580591

Fraser, A. F.& D. M. Broom. 2005. Farm Marboutin E., Proux R., 1995. Survival
Animal Behaviour and Welfare pattern of European hares in a
3th Edition. CABI Publishing, decreasing popu-lation. J. App.
Cambridge. Ecol. 32: 809816.

Mukhtar, A. S. 1986. Dasar-dasar Ilmu


Tingkah Laku Satwa (Ethologi).
Direktorat Jenderal Perlindungan
Hutan dan Pelestarian Alam. Schimdt N., Asferg T., Forchhammer M.,
Departemen Kehutanan, Bogor. 2004. Long term pattern in
Nheyla. 2010. Morfologi dan anatomi European brown hare population
kelinci.http://biologynheyla.blogs dynamics in Denmark: eects of
pot.com/2010/11/ kelinci-lepus- agriculture, predation and climate.
nigricollis.html.[07September201 BMC Ecology 4: 15.
7]
Peterson, R. 1966. The Mammals of Smith K.R., Jennings N.V., Harris S.,
Eastern Canada. Oxford 2005. A quantitative analysis of
University Press. the abundance and demography of
European hares Lepus europaeus
Poli, A., M. Nigro, D. Gallazi, G. Sironi, in relation to habitat type,
A. Lavazza. 1991. Acute hepatosis intensity of agriculture and
in the european brown hare climate. Mammal Rev. 35: 114.
(Lepus europaeus) in Italy.
Journal of Wildlife Diseases, Smith, J.B. & S. Mangkoewidjojo. 1988.
27(4): 621-629. Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di
Raharjo, Y.C. 2005. Prospek, peluang dan Daerah Tropis. Penerbit
tantangan agribisnis ternak Universitas Indonesia. Jakarta
kelinci. Lokakarya nasional
potensi dan pengembangan usaha Widodo, R. 2005. Usaha budidaya ternak
kelinci. Balai Penelitian Ternak, kelinci dan potensinya. Lokakarya
Bogor. Nasional Potensi dan
Pengembangan Usaha Kelinci.
Santilli F., Galardi L., 2006. Factors Peternak kelinci, Bandung.
aecting brown hare (Lepus
europaeus) hunting bags in
Tuscany region (central Italy).
Hystrix It. J. Mamm. 17(2): 143
153. doi:10.4404/hystrix-17.2-
4372
Tomaszewska, M.W., I.K. Sutama &
T.D. Chaniago. 1991. Reproduksi,
Tingkah Laku, dan Produksi
Ternak di Indonesia. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai