Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi Sel dan Biologi
Molekuler
Oleh:
ASEVANO CHRISTOBED 22010120410008
INTAN PRATAMA NAELANAVIRI PUTRI 22010120410010
ADHITYADEVA NURENDRA T 22010120410011
i
DAFTAR ISI
Halaman Cover.........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
Daftar Gambar.........................................................................................................iv
2.1 Rekombinasi...................................................................................................8
ii
3.3 Rekombinasi Homolog Sering Menghasilkan Konversi Gen.......................20
Daftar Pustaka........................................................................................................23
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
1
nanti akan dibahas pada sub bab selanjutnya.
1.2.1 Dasar Pemasangan Basa DNA pada Rekombinasi Homolog
Ciri dari rekombinasi homolog adalah bahwa rekombinasi ini
terjadi hanya antara dupleks DNA yang memiliki daerah kemiripan
urutan yang luas (homologi). Kemiripan tidak harus sempurna, tetapi
harus sangat dekat agar rekombinasi homolog berhasil. Dalam
bentuknya yang paling sederhana, jenis interaksi pasangan basa ini
dapat ditiru dalam tabung reaksi dengan membiarkan heliks ganda
DNA terbentuk kembali dari untaian tunggal yang terpisah. Proses ini,
yang disebut renaturasiDNA atau hibridisasi, terjadi ketika tabrakan
acak yang langka menyandingkan sekuens nukleotida komplementer
pada dua untai tunggal DNA yang cocok, memungkinkan
pembentukan bentangan pendek heliks ganda di antara keduanya.
Langkah nukleasi heliks yang relatif lambat ini diikuti oleh langkah
“zipper” yang sangat cepat, karena wilayah heliks ganda diperluas
untuk memaksimalkan jumlah interaksi pasangan basa.
Gambar 1. Hibridisasi DNA. Untaian DNA yang terpisah dalam reaksi akan
terbentuk kembali sebagai DNA double helix bergantung pada pasangan acak dua
rantai DNA pelengkap. Sebagian pasangan tidak produktif seperti pada gambar
sebelah kiri. Namun juga ada beberapa yang akhirnya membentuk pasangan basa (
helix nukleasi). Zipper yang cepat kemudian mengarah pada pembentukan
komplet double helix.
2
rekombinasi homolog dilakukan melalui serangkaian reaksi yang
dikontrol dengan cermat yang memungkinkan dua dupleks DNA
untuk mengambil sampel sekuens satu sama lain tanpa sepenuhnya
terdisosiasi menjadi untaian tunggal.
1.2.2 Rekombinasi Homolog Dapat Memperbaiki Kerusakaan Untai Ganda
dalam DNA
Rekombinasi homolog dapat memperbaiki untai ganda yang
rusak secara akurat, tanpa kehilangan atau perubahan pada nukleotida
di lokasi perbaikan. Agar rekombinasi homolog dapat berjalan dengan
baik, DNA yang mengalami kerusakan harus didekatkan dengan DNA
homolog tetapi tidak terputus, sehingga dapat berfungsi sebagai
template perbaikan DNA. Maka dari itu rekombinasi homolog
biasanya terjadi tepat setelah replikasi DNA yaitu dimana ketika dua
molekul “daughter DNA” saling berdekatan dan salah satu dapat
berfungsi sebagai template. Penjelasan paling sederhana di mana
rekombinasi homolog dapat memperbaiki double-strand DNA yang
rusak ditunjukkan pada gambar 2.
3
Intinya adalah dupleks DNA yang rusak dan dupleks template
melakukan “strand dance” sehingga salah satu untai yang rusak dapat
menggunakan untai komplementer dari dupleks DNA utuh sebagai
template perbaikan. Pertama ujung DNA yang rusak direseksi oleh
nuklease khusus. Langkah selanjutnya adalah pertukaran strand yang
disebut invasi dimana salah satu dari ujung single strand 3’ DNA yang
rusak mengikat atau masuk pada dupleks template dan mencari urutan
homolog melalui pasangan basa. Setelah basa berpasangan, DNA
polymerase memperluas invasi strand dengan menggunakan info yang
didapatkan dari template yang molekul yang tidak rusak, sehingga
dapat memulihkan DNA yang rusak. Langkah terakhir adalah
perpindahan strand, pemulihan DNA lebih lanjut dan ligase
mengembalikan dua double heliks DNA asli dan lanjut proses
perbaikan. Rekombinasi homolog meyerupai reaksi perbaikan DNA
lainnya dimana DNA polymerase menggunakan template murni untuk
memulihkan DNA yang rusak.
1.2.3 Pertukaran Untai DNA dilakukan oleh RecA / Rad51 Protein
4
Cara untai DNA tunggal yang menginvasi dengan cepat
mengambil sampel DNA dupleks untuk homologi, kemudian seteleh
homologi ditemukan akan terjadi pertukaran, hal tersebut dilakukan
oleh karena protein hal ini yang disebut RecA pada E. coli dan Rad51
pada hampir semua organisme eukariotik. Untuk mengkatalisis
pertukaran untai, RecA pertama-tama berikatan secara kooperatif ke
untai tunggal penginvasi untuk membentuk filamen protein-DNA
yang memaksa terbentuknya konfigurasi DNA yang tidak biasa: satu
kelompok yang terdiri tiga nukleotida berurutan yang dibentuk seolah-
olah mereka berada dalam heliks ganda DNA konvensional tetapi di
antara kembar tiga yang berdekatan, tulang punggung DNA tidak
dipelintir dan direntangkan. Filamen protein-DNA yang tidak biasa ini
kemudian berikatan ke DNA dupleks dengan cara meregangkan
dupleks, membuatnya tidak stabil dan membuatnya mudah untuk
memisahkan untaian. Untai tunggal yang menginvasi kemudian dapat
mengambil sampel urutan dupleks melalui pemasangan basa
konvensional. Pengambilan sampel ini terjadi di blok triplet
nukleotida: jika ditemukan triplet yang cocok, triplet yang berdekatan
diambil sampelnya, dan seterusnya. Dengan cara ini, ketidaksesuaian
akan menyebabkan disosiasi dengan cepat dan hanya bentangan yang
diperpanjang dari pasangan basa (setidaknya 15 nukleotida)
menstabilkan untai yang menginvasi dan menyebabkan pertukaran
untai.
RecA menghidrolisis ATP, dan langkah-langkah yang dijelaskan
di atas mengharuskan setiap monomer RecA sepanjang filamen berada
dalam keadaan terikat dengan ATP. Namun, pencarian itu sendiri
tidak membutuhkan hidrolisis ATP; sebaliknya, proses tersebut terjadi
dengan tabrakan antar molekul yang sederhana, sehingga
memungkinkan pengambilan sampel berbagai sekuens potensial
dengan cepat. Setelah reaksi pertukaran untai selesai, bagaimanapun,
hidrolisis ATP tetap diperlukan untuk melepaskan RecA dari
5
kompleks molekul DNA. Pada titik ini, perbaikan DNA polimerase
dan DNA ligase dapat membantu proses perbaikan, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.
1.2.4 Rekombinasi Homolog dapat menyelamatkan Fork Replikasi DNA
yang Rusak
Fungsi penting dari rekombinasi homolog, adalah
menyelamatkan fork replikasi DNA yang mengalami kerusakan.
Berbagai sebab dapat merusak fork replikasi, contoh: satu untai atau
celah pada heliks DNA induk tepat di depan fork replikasi. Ketika
fork mencapai lesi ini, ia akan hancur — menghasilkan satu
kromosom anak yang rusak dan satu kromosom anak yang utuh. Fork
yang mengalami kerusakan dapat diperbaiki hingga sempurna
(menggunakan reaksi rekombinasi homolog dasar).
1.2.5 Sel Secara hati-hati mengatur Penggunaan Rekombinasi Homolog
Dalam Perbaikan DNA
Rekombinasi homolog tetap dapat menimbulkan bahaya bagi sel
karena kadang-kadang "memperbaiki" kerusakan menggunakan bit
yang salah dari genom sebagai template-nya. Hasil dari kesalahan
rekombinasi jenis ini dikenal sebagai hilangnya heterozigositas. Hal
ini menyebabkan konsekuensi besar jika homolog yang digunakan
untuk perbaikan memiliki mutasi yang dapat menimbulkan kerusakan,
karena peristiwa rekombinasi menghancurkan salinan "baik".
Kehilangan heterozigositas, meskipun jarang, merupakan satu hal
penting dalam proses pembentukan kanker. Mutasi pada komponen
yang menjalankan dan mengatur rekombinasi homolog bertanggung
jawab atas beberapa bentuk kanker yang diturunkan. Dua di
antaranya, protein Brca1 dan Brca2. Brca1 mengatur langkah awal
dalam pemrosesan broken-end; tanpa Brca1, ujung seperti itu tidak
diproses dengan benar untuk rekombinasi homolog dan malah akan
diperbaiki secara tidak akurat melalui jalur penggabungan akhir
nonhomolog. Brca2 mengikat protein Rad51, mencegah
6
polimerisasinya pada DNA, dan dengan demikian
mempertahankannya dalam bentuk tidak aktif sampai dibutuhkan.
Biasanya, setelah kerusakan DNA, Brca2 membantu membawa
protein Rad51 dengan cepat ke lokasi kerusakan dan, setelah
mencapai tempatnya, akan melepaskannya dalam bentuk aktif ke
DNA untai tunggal.
Pemuatan RecA atau Rad52 ke ujung DNA yang diproses dan
reaksi pertukaran untai selanjutnya juga dikontrol dengan ketat.
Meskipun protein-protein ini sendiri dapat melakukan langkah-
langkah ini secara
7
BAB II
REGULASI REKOMBINASI OLEH KROMATIN
2.1 Rekombinasi
Rekombinasi menciptakan urutan DNA baru di dalam genom dengan
memecah dan kemudian menyambungkan kembali molekul DNA asli. Ada
beberapa jenis rekombinasi, dan beberapa diantaranya telah diselidiki secara
ekstensif. Mungkin salah satu yang paling banyak dipelajari adalah
rekombinasi homolog yang seperti dijelaskan di bab sebelumnya, terjadi
antara dua dupleks DNA yang berbagi urutan sekuens homolog.
Rekombinasi spesifik-lokasi, bergantung pada urutan pasangan tertentu,
bukan urutan homolog. Jenis rekombinasi lain yang disebut transposisi
adalah proses di mana elemen genetik berpindah ke lokasi yang berbeda dari
genom.
Berbagai peristiwa rekombinasi memainkan peran penting dalam
berbagai peristiwa biologis, misalnya rekombinasi homolog memperbaiki
kerusakan pada untai ganda DNA, atau DNA double-strand break (DSBs),
dan menghasilkan variasi genetik, terutama selama meiosis. Rekombinasi
V(D)J dalam sel imun hewan bertulang belakang, sebuah rekombinasi
spesifik-lokasi, memperkaya variasi reseptor antigen. Dalam banyak kasus
seperti ini, perubahan genom yang dimediasi oleh rekombinasi dapat
bermanfaat dalam mengatasi perubahan lingkungan. Oleh karena itu,
mengungkap mekanisme rekombinasi sangat penting untuk memahami tidak
hanya bagaimana sel memanipulasi informasi genetiknya sendiri, tetapi juga
bagaimana mereka beradaptasi dengan lingkungan.
Rekombinasi terjadi dalam struktur kromatin, yang memiliki pengaruh
besar pada proses terkait DNA. Kemajuan terbaru dalam teknik analisis
kromosom telah mendorong penelitian tentang struktur dan fungsi kromatin,
menyoroti mekanisme in vivo (di dalam sel asli) dari berbagai rekombinasi.
Bab ini mengulas pengetahuan saat ini tentang bagaimana rekombinasi
8
dipengaruhi oleh kromatin, dengan fokus utama ditempatkan pada
rekombinasi homolog dan rekombinasi spesifik lokasi.
9
2.3 Struktur Kromatin Lokal, Modifikasi, dan Proses Bertemplate-DNA
Lapisan paling dasar dari peristiwa pengaturan genomik yang
dimediasi oleh kromatin melibatkan nukleosom. Sifat kimia dan fisika
nukleosom sangat dinamis. Fleksibilitas seperti itu memungkinkan dua
tugas yang saling bertentangan, pengemasan dan pengaturan DNA
kromosom. Sampai saat ini, beberapa sistem telah ditunjukkan untuk
mengatur dinamika nukleosom, dan dua di antaranya adalah pemodelan
ulang (remodeling) kromatin dan modifikasi protein histon yang dijelaskan
di bagian ini.
2.3.1 Pemodelan Ulang (Remodeling) Kromatin
Salah satu sistem utama adalah pemodelan ulang kromatin yang
bergantung pada ATP (Clapier dan Cairns. 2009). Sistem ini
menggeser nukleosom dan/atau menukar histon, dengan
memanfaatkan energi dari hidrolisis ATP, untuk memodulasi interaksi
antara hormon dan DNA. Pemodelan ulang kromatin dapat
memfasilitasi aktivitas transaksi DNA dengan mengurangi pemadatan
kromatin atau dapat juga menekannya dengan merakit susunan
nukleosom yang berjarak teratur. Proses ini dikatalisis oleh faktor
pemodelan ulang kromatin (chromatin remodelers), yang dalam
banyak kasus merupakan kompleks ATPase dan subunit terkait, dan
dikonservasi/pertahankan pada banyak spesies. Saat ini, faktor
pemodelan ulang kromatin dapat diklasifikasikan menjadi empat
jenis/keluarga: SWI/SNF (switching defective/sucrose non
fermenting), ISWI (imitation switch), CHD (chromodomain, helicase,
DNA binding), dan INO80.
Kompleks SWI/SNF menggeser dan mengeluarkan nukleosom.
Banyak spesies memiliki dua kompleks multisubunit terkait dari
jenis/keluarga ini (misalnya, SWI/SNF dan RSC pada organisme
Saccharomyces cerevisiae), selain komponen tunggal remodeler
Fun30. Remodeler jenis ISWI, terdiri dari subunit yang relatif lebih
sedikit (2-4) subunit, menggeser nukleosom di sepanjang DNA untuk
10
membentuk rantai nukleosom yang berjarak sama. Pemodel ulang
CHD menggeser atau mengeluarkan nukleosom baik sebagai
monomer atau kompleks multisubunit. Remodeler jenis INO80,
banyak di antaranya terdiri dari 10 subunit atau lebih, juga telah
terbukti menggeser dan mengeluarkan nukleosom. Menariknya,
kompleks tertentu yang termasuk dalam kelas ini memiliki aktivitas
pertukaran histon: kompleks SWR1 menggantikan dimer H2A-H2B
kanonik dengan varian H2A yang mengandung dimer H2A.Z-H2B,
dan kompleks INO80 mengkatalisis reaksi yang berlawanan.
Peran fisiologis faktor-faktor pemodelan ulang kromatin telah
dipelajari terutama dari segi regulasi dan transkripsi. Kompleks
SWI/SNF mengganggu posisi nukleosom terutama untuk membantu
faktor transkripsi mengikat promotor dan mengaktifkan ekspresi gen.
Sebaliknya, faktor ISWI sering mengumpulkan nukleosom bertahap di
atas promotor transkripsi, yang mengarah ke represi transkripsi. Perlu
dicatat, bagaimanapun, bahwa bagaimana remodeler kromatin
mempengaruhi transkripsi sepenuhnya bergantung pada konteks.
Misalnya, transkripsi canhinder SWI/SNF dengan membuat daerah
kromatin terbuka yang terikat oleh represor, dan kompleks keluarga
ISWI NURF mengaktifkan transkripsi. Temuan ini menunjukkan
bahwa pemodel kromatin mengatur transkripsi dan rekombinasi secara
beragam.
2.3.2 Modifikasi Protein Histon
Mekanisme kedua untuk memodulasi dinamika nukleosom
adalah modifikasi histon paska translasi, yang meliputi asetilasi lisin,
metilasi lisin dan arginin, dan fosforilasi serin dan treonin (Zentner
dan Henikoff. 2013). Banyak dari mereka diketahui terkait dengan
satu atau beberapa fungsi biologis.
Asetilasi histon dan kemungkinan keterlibatannya dalam
regulasi transkripsi pertama kali dilaporkan pada 1960-an (Phillips.
1963). Sejak itu, hubungan antara asetilasi histon dan aktivitas
11
kromosom telah diketahui: hiperasetilasi dan hipoasetilasi masing-
masing terjadi di daerah kromatin aktif dan tidak aktif. Tetapi baru-
baru ini signifikansi hubungan itu diungkapkan oleh analisis
molekuler pada transkripsi. Kita sekarang tahu bahwa histon yang
diperkaya oleh asetat-lisin banyak berada di sekitar promotor
transkripsi dan memiliki beberapa model untuk menjelaskan
bagaimana histon-asetat memfasilitasi transkripsi. Model yang masuk
akal adalah asetilasi dapat melemahkan interaksi DNA-histon dengan
menetralkan muatan positif gugus amino dalam lisin. Alasan lain yang
baru-baru ini dipercaya adalah bahwa asetat lisin berfungsi sebagai
situs pengikatan untuk protein yang membawa bromodomain, yang
sering ditemukan dalam komponen kompleks pemodelan ulang
kromatin (Musselman et al. 2012). Dalam skenario terakhir, histon
yang mengandung asetat menempel pada remodeler yang
mengandung bromodomain untuk mendekondensasi kromatin di
sekitarnya.
Metilasi lisin ditemukan dalam tiga keadaan berbeda (yaitu:
mono, di, dan tri) dan pada sejumlah residu. Situasinya jauh lebih
rumit daripada kasus asetilasi; derajat dan residu yang berbeda terkait
dengan konsekuensi biologis yang berbeda, bahkan sangat
berlawanan. Diringkas di sini adalah dua contoh di antaranya.
Trimetilasi histon H3 lisin 4 (H3K4me3) adalah ciri khas domain
kromatin aktif, mirip dengan histon asetat. Modifikasi ini mengatur
dinamika kromosom melalui mitra pengikatnya yang mengandung
domain seperti domain kromosom ganda, PHD (plant homeodomain),
dan domain tudor ganda (Musselman et al. 2012). Protein ini mengikat
H3K4me3 untuk memicu peristiwa runtut selanjutnya, mengingatkan
interaksi antara asetat histon dan bromodomain. Berbeda dengan
H3K4me3, trimetilasi histon H3 lisin9 (H3K9me3) merupakan tanda
utama kromatin tidak aktif. Misalnya, daerah heterokromatin
konstitutif seperti sentromer secara ekstensif dimodifikasi oleh
12
H3K9me3, yang pada gilirannya terikat oleh protein keluarga HP1
yang dipertahankan (konservatif). Regio ini biasanya dikaitkan dengan
transkripsi dan rekombinasi yang ditekan tetapi terikat oleh banyak
protein untuk memainkan peran yang penting.
13
selubung inti di banyak organisme. Pengamatan ini menunjukkan adanya
sistem penempatan/kompartemenisasi dari nukleus yang ikut serta dalam
metabolisme kromosom. Sebuah pertanyaan penting adalah bagaimana
domain subnuklir terkait dengan fungsi genom, dalam proses tertentu yang
bergantung pada DNA. Lebih sederhananya, apakah yang pertama
memerintah yang terakhir, atau yang terakhir memerintah yang pertama?
Pertanyaan ini sekarang sedang diselidiki, tetapi keduanya tampaknya
benar: dalam kasus transkripsi, sementara peningkatan aktivitas transkripsi
dapat memfasilitasi pembentukan domain aktif seperti yang dicontohkan
oleh nukleolus, peristiwa genomik terpengaruh untuk diam di dekat
heterokromatin konstitutif. Meskipun masih banyak yang belum diketahui
tentang struktur dan fungsi domain kromatin, tampaknya mereka
menyediakan lapisan penting untuk metabolisme DNA.
14
BAB III
REKOMBINASI HOMOLOG SELAMA MEIOSIS
15
Gambar 4. Crossover kromosom pada meiosis
16
Gambar 5. Rekombinasi homolog saat meiosis dapat menghasilkan crossover
kromosom
17
3.2 Pembentukan Holliday Junction saat Meiosis
Yang sangat penting dalam meiosis adalah perantara yang dikenal
sebagai Holliday junction atau pertukaran lintas untai. Setiap persimpangan
Holliday junction bisa mengadopsi banyak konformasi dan satu set khusus
protein rekombinasi mengikat, dan dengan demikian menstabilkan isomer
terbuka dan simetris. Protein khusus yang mengikat Holliday junction dapat
mengkatalisasi reaksi dikenal sebagai migrasi cabang, di mana DNA
terkumpul Holliday junction dengan terus memutus dan membentuk
kembali pasangan basa.
18
Gambar 7. Migrasi cabang
19
lengan. Persilangan ini memainkan peran mekanis penting dalam segregasi
kromosom yang tepat selama meiosis.
20
lengkap gen inti diwarisi dari ayah dan satu set lengkap diwarisi dari ibu.
Yang mendasari hukum ini adalah pembagian kromosom yang akurat sel
germinal (telur dan sperma) yang terjadi selama meiosis. Jadi, saat diploid
sel dalam induk mengalami meiosis untuk menghasilkan empat sel germinal
haploid, tepatnya setengah dari gen yang didistribusikan di antara empat sel
ini harus menjadi ibu (gen diwarisi dari ibu dari orang tua ini) dan separuh
lainnya dari ayah (gen yang diwarisi dari ayah orang tua ini). Pada beberapa
organisme (jamur, misalnya), memang demikian mungkin untuk
memulihkan dan menganalisis keempat gamet haploid yang dihasilkan dari
sebuah sel tunggal oleh meiosis. Studi pada organisme semacam itu telah
mengungkapkan kasus yang jarang terjadi pembagian gen melanggar aturan
genetika standar. Terkadang, untuk misalnya, meiosis menghasilkan tiga
salinan dari gen versi ibu dan hanya satu salinan alel paternal. Versi
alternatif dari gen yang sama disebut alel, dan itu adalah perbedaan dari
distribusi yang diharapkan selama meiosis yang dikenal sebagai konversi
gen. Studi genetik menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil DNA biasanya
mengalami konversi gen, dan dalam banyak kasus hanya sebagian dari
sebuah gen berubah.
Beberapa jalur dalam sel dapat menyebabkan konversi gen, tetapi
salah satunya yang penting adalah paling banyak muncul dari konsekuensi
rekombinasi tertentu selama meiosis. Kita telah melihat bahwa baik
crossover maupun non-crossover menghasilkan heteroduplex wilayah DNA.
Jika dua untai yang membentuk daerah heteroduplex tidak memiliki urutan
nukleotida identik, pasangan basa yang tidak cocok terbentuk, dan ini
adalah sering diperbaiki oleh sistem perbaikan ketidakcocokan sel. Namun,
sistem perbaikan mismatch tidak dapat membedakan antara ayah dan ibu
untai dan secara acak akan memilih untai yang akan digunakan sebagai
templat. Sebagai konsekuensi, satu alel akan hilang dan yang lainnya
terduplikasi, hasilnya dalam "konversi" bersih dari satu alel ke alel lainnya.
Jadi, konversi gen, awalnya dianggap sebagai penyimpangan misterius dari
21
aturan genetika, dapat dilihat sebagai sebuah konsekuensi langsung dari
mekanisme rekombinasi homolog.
22
DAFTAR PUSTAKA
Nussbaum RL, McInnes RR, Willard HF. Introduction to the Human Genome. In:
THOMPSON & THOMPSON GENETICS IN MEDICINE. 8th ed. Philadelphia:
Elsevier; 2016. p. 3–20.
23