Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER

REPLIKASI DNA

Nama : Maria Yolanda Bupu

NIM : 2106050030

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Limpahan
Rahmatnya saya dapat menyelesaikan laporan pratikum yang berjudul:” Replikasi DNA” ini
tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Ibu Dr. Amor Tresna Karyawati selaku
dosen pengampuh mata kuliah yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan laporan ini. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan saya. Maka dari itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan laporan ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Kupang,17 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................

1.3 Tujuan .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................

2.1 Defenisi Replikasi DNA ..........................................................................................

2.2 Fungsi Replikasi DNA.............................................................................................

2.3 Tahapan Replikasi DNA ..........................................................................................

2.4 Mekanisme Replikasi DNA .....................................................................................

2.5 Mekanisme Perbaikan DNA ....................................................................................

BAB III PENUTUP .......................................................................................................

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................

3.2 Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Replikasi bahan genetik dapat dikatakan sebagai proses yang mengawali


pertumbuhan sel, meskipun sebenarnya pertumbuhan merupakan suatu hasil banyak
proses yang saling berkaitan satu sama lain. Sel mempunyai mekanisme replikasi bahan
genetik yang dilengkapi dengan sistem penyuntikan (editing) yang sangat akurat sehingga
bahan genetik yang diturunkan kepada sel anakan (keturunan) mempunyai komposisi
yang sangat identik dengan komposisi bahan genetik sel induk. Replikasi bahan genetik
diikuti oleh pembentukan sel-sel anakan yang dibawa duplikat bahan genetik hasil
replikasi. Oleh karena itu, kesalahan dalam proses Replikasi bahan genetik dapat
mengakibatkan perubahan pada sifat anakan. Mekanisme replikasi bahan genetik sangat
kompleks dan melibatkan banyak protein. yang masing-masing mempunyai peranan
spesifik. protein-protein yang terlibat di dalam proses reprikasi bahan genetik dikode oleh
gen-gen yang terdapat di dalamnya. bahan genetik itu sendiri, oleh karena itu, ada kaitan
fungsional yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan antara proses replikasi bahan
genetik dengan proses ekspresi genetik dan metabolisme sel secara keseluruhan.
Hambatan yang didapat pada proses metabolisme, misalnya penghambatan produksi
energi dapat pula mempengaruhi proses reprikasi karena reprikasi juga memerlukan
pasokan energi.

Secara umum, replikasi DNA adalah proses penggandaan rantai ganda DNA pada
sel, replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel, prokariot terus menerus melakukan
replikasi DNA. Pada eukariot saat terjadinya replikasi DNA sangatlah penting diatur,
yaitu pada fase siklus sel, sebelum mitosis atau miosis 1, penggandaan tersebut
memanfaatkan enzim DNA Polimerase yang membantu pembentukan ikatan antara
nukleotida penyusun polimer DNA.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan replikasi DNA?


2. Apa fungsi replikasi DNA ?
3. Bagaimana tahapan replikasi DNA?
4. Bagaimana mekanisme tahapan replikasi DNA?
5. Bagaiman mekanisme perbaikan DNA?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi replikasi DNA


2. Untuk mengetahui fungsi replikasi DNA
3. Untuk mengetahui tahapan replikasi DNA
4. Untuk mengetahui mekanisme tahapan replikasi DNA
5. Untuk mengetahui mekanisme perbaikan DNA
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Replikasi DNA

Replikasi DNA adalah proses perbanyakan atau penggandaan DNA untai ganda
(Yuwono, 2010). Pada sel eukariotik, proses replikasi terjadi selama fase S (sintesis)
selama siklus sel. DNA merupakan molekul hidup karena mampu melakukan
penggandaan diri (replikasi). Fungsi ini disebut fungsi autokatalisis karena DNA mampu
mensistesis dirinya sendiri. Replikasi merupakan peristiwa sintesis DNA. Replikasi DNA
dapat terjadi dengan adanya sintesis rantai nukleotida baru dari rantai nukleotida lama.
Prosesnya dengan menggunakan komplementasi pasangan basa untuk menghasilkan
suatu molekul DNA baru yang sama dengan molekul DNA lama. Proses yang terjadi
tersebut dipengaruhi oleh enzim helikase, enzim polimerase, dan ligase serta komponen
lainnya. Replikasi DNA merupakan awal mula dari ekspresi suatu gen hingga
membentuk protein. Gen spesifik yang akan diekspresikan, biasanya akan direplikasi
terlebih dahulu (dikopi) hingga membentuk salinan gen yang identik dengan induk.
Akibatnya, salinan gen tersebut nantinya dapat diekspresikan dalam tahapan transkripsi
dan translasi (Damayanti, n.d.).

2.2 Fungsi Replikasi DNA

Replikasi DNA adalah proses di mana molekul DNA membuat salinan identik dari
dirinya sendiri. Fungsi replikasi DNA sangat penting dalam pemeliharaan dan
pertumbuhan sel. Beberapa fungsi utamanya melibatkan:

a) Pertumbuhan dan Perbaikan: Replikasi DNA diperlukan untuk memastikan bahwa


ketika sel berkembang dan membelah, setiap sel anak menerima salinan lengkap
dari informasi genetik yang diperlukan untuk fungsi sel yang normal.
b) Reproduksi: Proses replikasi DNA esensial untuk reproduksi karena
memungkinkan transfer informasi genetik dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Ini memastikan keturunan memiliki warisan genetik yang sama
dengan induknya.
c) Pemeliharaan Integritas Genetik: Replikasi DNA harus dilakukan secara akurat
untuk memastikan bahwa salinan genetik yang dihasilkan identik dengan yang
asli. Mekanisme perbaikan dan pemeriksaan kualitas terlibat dalam proses ini
untuk mencegah kesalahan dan mutasi genetik.
d) Regulasi Seluler: Beberapa elemen DNA memiliki peran dalam mengatur proses
seluler. Replikasi memastikan bahwa informasi genetik yang terlibat dalam
regulasi ini dapat diteruskan ke generasi selanjutnya (Sansivera, 2017).
2.3 Tahapan Replikasi DNA

1. Mula-mula, heliks ganda DNA (merah) dibuka menjadi dua untai tunggal oleh enzim
helikase yang ditunjukkan oleh nomor 9.
2. Dengan bantuan topoisomerase yang ditunjukkan oleh nomor 11, yang berfungsi
mengurangi tegangan untai DNA.
3. Untaian DNA tunggal dilekati oleh protein-protein pengikat untaian tunggal pada
nomor 10 untuk mencegahnya membentuk heliks ganda kembali.
4. Primase (nomor 6) membentuk oligonukleotida RNA yang disebut primer (nomor 5).
5. Molekul DNA polimerase (nomor 3 & 8) melekat pada seuntai tunggal DNA dan
bergerak sepanjang untai tersebut untuk memperpanjang primer, membentuk untaian
tunggal DNA baru yang disebut leading strand (nomor 2) dan lagging strand (nomor
1). DNA polimerase yang membentuk lagging strand harus mensintesis segmen-
segmen polinukleotida diskontinu yang disebut fragmen Okazaki (nomor 7).
6. Enzim DNA ligase (nomor 4) kemudian menyambungkan potongan-potongan
lagging strand tersebut.

Proses replikasi dimulai ketika enzim DNA polimerase memisahkan dua untai
DNA heliks ganda, seperti ritsleting terbuka. Kemudian, setiap untai DNA yang “lama”
akan berfungsi sebagai cetakan yang menentukan urutan nukleotida di sepanjang untai
DNA komplementer baru yang bersesuaian dengan cara mendeteksi basa komplemennya.
Setelah mendapatkan pasangan yang sesuai, nukleotida yang baru tersebut disambung
satu sama lain untuk membentuk tulang punggung gula-fosfat untai DNA yang baru. Jadi,
setiap molekul DNA terdiri atas satu untai DNA “lama” dan satu untai DNA “baru”.
Sekarang, terdapat dua molekul DNA yang sama persis dengan satu molekul DNA induk.
Enzim DNA polimerase memiliki fungsi lain, yaitu mengoreksi DNA yang baru
terbentuk, membetulkan setiap kesalahan replikasi, dan memperbaiki DNA yang rusak.
Adanya fungsi tersebut menjadikan rangkaian nukleotida DNA sangat stabil dan mutasi
jarang terjadi.
Secara umum proses replikasi DNA meliputi tahap-tahap replikasi berikut:
1. Denaturasi (pemisahan) untaian DNA induk
2. Inisiasi sintesis DNA
3. Pemanjangan untaian DNA
4. Ligasi fragmen-fragmen DNA
5. Terminasi sintesis DNA

a. Inisiasi (pelepasan untai DNA)


Replikasi DNA dimulai pada lokasi spesifik disebut sebagai asal replikasi
(Gambar 6), yang memiliki urutan tertentu yang bisa dikenali oleh protein yang
disebut inisiator DnaA (titik ORI dari DnaA yang menyandi gen A). Mereka mengikat
molekul DNA di tempat asal, sehingga mengendur untuk docking protein lain dan
enzim penting untuk replikasi DNA. Sebuah enzim yang disebut helikase direkrut ke
lokasi untuk unwinding (proses penguraian) heliks dalam alur tunggal.

Gambar 1.Titik ORI sebagai awal replikasi DNA

Helikase melepaskan ikatan hidrogen antara pasangan basa, dengan cara yang
tergantung energi. Titik ini atau wilayah DNA yang sekarang dikenal sebagai garpu
replikasi (Garpu replikasi atau cabang replikasi adalah struktur yang terbentuk ketika
DNA bereplikasi). Setelah heliks yang unwound, protein yang disebut untai tunggal
mengikat protein (SSB) mengikat daerah unwound, dan mencegah mereka untuk
annealing (penempelan). Proses replikasi sehingga dimulai, dan garpu replikasi
dilanjutkan dalam dua arah yang berlawanan sepanjang molekul DNA.
Proses inisiasi ini ditandai oleh saling memisahnya kedua untai DNA, yang
masing-masing akan berperan sebagai cetakan bagi pembentukan untai DNA baru
sehingga akan diperoleh suatu gambaran yang disebut sebagai garpu replikasi.
Biasanya, inisiasi replikasi DNA, baik pada prokariot maupun eukariot, terjadi dua
arah (bidireksional). Dalam hal ini dua garpu replikasi akan bergerak melebar dari ori
menuju dua arah yang berlawanan hingga tercapai suatu ujung (terminus).

b. Sintesis Primer
Sintesis baru, untai komplementer DNA menggunakan untai yang ada sebagai
template yang dibawa oleh enzim yang dikenal sebagai DNA polimerase (Gambar 7).
Selain replikasi mereka juga memainkan peran penting dalam perbaikan DNA dan
rekombinasi.

Gambar 2 . Sintesis Primer

Namun, DNA polimerase tidak dapat memulai sintesis DNA secara independen,
dan membutuhkan 3′ gugus hidroksil untuk memulai penambahan nukleotida
komplementer. Ini disediakan oleh enzim yang disebut DNA primase yang merupakan
jenis DNA dependent-RNA polimerase. Ini mensintesis bentangan pendek RNA ke
untai DNA yang ada. Ini segmen pendek disebut primer, dan terdiri dari 9-12
nukleotida. Hal ini memberikan DNA polimerase platform yang diperlukan untuk
mulai menyalin sebuah untai DNA. Setelah primer terbentuk pada kedua untai, DNA
polimerase dapat memperpanjang primer ini menjadi untai DNA baru.
Unwinding (pembukaan resleting) DNA dapat menyebabkan
supercoiling (bentukan seperti spiral yang mengganggu) di wilayah garpu berikutnya.
Ini superkoil DNA Unwinding oleh enzim khusus yang disebut topoisomerase yang
mengikat ke bentangan DNA depan garpu replikasi. Ini menciptakan nick di untai
DNA dalam rangka untuk meringankan supercoil tersebut.

c. Sintesis Leading Strand (untai pengawal)


DNA polimerase dapat menambahkan nukleotida baru hanya untuk ujung 3
‘dari untai yang ada, dan karenanya dapat mensintesis DNA dalam arah 5′ → 3 ‘saja.
Tapi untai DNA berjalan di arah yang berlawanan, dan karenanya sintesis DNA pada
satu untai dapat terjadi terus menerus. Hal ini dikenal sebagai untaian pengawal
(leading strand). Hal ini dapat dilihat pada Gamabr 8 berikut :
Gambar 3. Pembentukan leading strand

Pada tahap ini, DNA polimerase III (DNA pol III) mengenali 3 ‘OH akhir
primer RNA, dan menambahkan nukleotida komplementer baru. Seperti garpu
replikasi berlangsung, nukleotida baru ditambahkan secara terus menerus, sehingga
menghasilkan untai baru.

d. Sintesis Lagging Strand (untai tertinggal)


Pada untai berlawanan, DNA disintesis secara terputus dengan menghasilkan
serangkaian fragmen kecil dari DNA baru dalam arah 5 ‘→ 3′. Fragmen ini disebut
fragmen Okazaki, yang kemudian bergabung untuk membentuk sebuah rantai terus
menerus nukleotida. Untai ini dikenal sebagai lagging strand (untai tertinggal). Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 9 berikut:

Gambar 4. Pembentukan lagging strand yang ditandai dengan adanya fragmen Okazaki

Pada tahap ini, primase menambahkan primer di beberapa tempat sepanjang


untai unwound. DNA pol III memperpanjang primer dengan menambahkan nukleotida
baru, dan jatuh ketika bertemu fragmen yang terbentuk sebelumnya. Dengan demikian,
perlu untuk melepaskan untai DNA, lalu geser lebih lanjut up-stream untuk memulai
perluasan primer RNA lain. Sebuah penjepit geser memegang DNA di tempatnya
ketika bergerak melalui proses replikasi.

e. Penghapusan Primer
Meskipun untai DNA baru telah disintesis primer RNA hadir pada untai baru
terbentuk harus digantikan oleh DNA (Gambar 10). Kegiatan ini dilakukan oleh enzim
DNA polimerase I (DNA pol I). Ini khusus menghilangkan primer RNA melalui ’5→
3′ aktivitas eksonuklease nya, dan menggantikan mereka dengan deoksiribonukleotida
baru oleh 5 ‘→ 3′ aktivitas polimerase DNA.

Gambar 5. Menghilangkan primer RNA menjadi sekuen DNA

f. Ligasi
Setelah penghapusan primer selesai untai tertinggal masih mengandung celah
atau nick antara fragmen Okazaki berdekatan. Enzim ligase (Gambar 11)
mengidentifikasi dan segel nick tersebut dengan menciptakan ikatan fosfodiester
antara 5 ‘fosfat dan 3′ gugus hidroksil fragmen yang berdekatan.

Gambar 6. Peran enzim ligase dalam menghilangkan celah/ menghubungkan fragmen


pada lagging strand
g.Terminasi (pemutusan)
Replikasi berhenti di lokasi terminasi khusus yang terdiri dari urutan
nukleotida yang unik. Urutan ini diidentifikasi oleh protein khusus yang disebut tus
yang mengikat ke situs tersebut, sehingga secara fisik menghalangi jalur helikase.
Ketika helikase bertemu protein tus, maka helikase akan terlepas, begitu juga dengan
SSBP dan proses replikasi berhenti. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 12 berikut:
Gambar 7. Terminasi dari replikasi DNA

Ringkasan proses replikasi DNA adalah sebagai berikut:


- Struktur DNA yang double helix diputuskan ikatannya oleh enzim DNA helicase
membentuk DNA dengan untaian tunggal. Proses awal pemutusan atau titik awal
replikasi ini disebut dengan ORI (The Origin of Replication) dan akan membentuk
percabangan untaian struktur DNA (replication fork ).
- Struktur DNA tunggal yang terbentuk distabilkan oleh protein-protein pengikat
DNA yag disebut Single Srand Biding protein (SSBP).
- Enzim primerase akan membentuk RNA primer pada titik awal replikasi.
- Enzim DNA polimerase akan melanjutkan replikasi DNA dan akan memperpanjang
untaian DNA yang terbentuk, yaitu leadding strand (DNA yang disintesis secara
kontinu dan lagging strand (DNA yang disintesis dalam framen yang pendek ( 1-
5kb) yang disebut fragmen Okazaki.
- leading strand dan lagging strand terbentuk selama replikasi DNA. DNA
polimerase memanjangkan untaian hanya dalam arah 5’-3’. Akibatnya, lagging
strand harus tumbuh kontinu dengan arah 3’-5’.
- Enzim ligase kemudian berperan dalam menyambungkan fragmen-fragmen pada
lagging strand tersebut (Uny, 2014).

2.4 Mekanisme Replikasi DNA


Setiap molekul DNA yang melakukan replikasi sebagai suatu satuan tunggal
dinamakan replikon. Dimulainya (inisiasi) replikasi DNA terjadi di suatu tempat tertentu
di dalam molekul DNA yang dinamakan titik awal replikasi atau origin of replication
(ori). Contoh pada plasmid (prokariot), terdapat proses replikasi yang dimulai pada
replication origin dan mengembang sampai dihasilkan 2 plasmid yang sama persis. Tetapi
pada eukariot (mamalia) lebih kompleks tetapi tetap membutuhkan replication origin.
Proses inisiasi ini ditandai oleh saling memisahnya kedua untai DNA, yang masing-
masing akan berperan sebagai cetakan bagi pembentukan untai DNA baru sehingga akan
diperoleh suatu gambaran yang disebut sebagai garpu replikasi. Biasanya, inisiasi
replikasi DNA baik pada prokariot maupun eukariot, terjadi dua arah (bidireksional).
Dalam hal ini dua garpu replikasi akan bergerak melebar dari ori menuju dua arah yang
berlawanan hingga tercapai suatu ujung (terminus). Pada eukariot, selain terjadi replikasi
dua arah, ori dapat ditemukan di beberapa tempat .
Pada mamalia ada beberapa replication origin (replication bubble) yang akan
bergabung satu sama lain. DNA harus terbuka dahulu baru bisa digandakan. Origin
replication disebut sebagai unique sequence yang merupakan pertanda sebagai tempat
proses/titik mulai terjadinya replikasi, dimana ada protein tertentu yang akan mengenali
sequence. Pada bakteri (prokariot) hanya butuh satu titik ORI (origin of replication)
sedangkan pada mamalia (eukariot) butuh beberapa ORI karena kalau hanya 1 ORI akan
butuh waktu 3 minggu untuk mereplikasi 3 milyard DNA. Sehingga pada mamalia ada
30.000 titik ORI yang bekerja secara bersamaan sehingga fase S untuk replikasi hanya
butuh beberapa jam saja.
Saat awal akan di mulainya repliaksi, pada G1 akhir ORC mengenali sequence
ACS, kemudian ada molekul lain, juga helikase yang membentuk pre-replicative complex
(pre-RC). selanjutnya pada fase S degradasi fosporilasi ORC, degradasi fosforilasi Cdc6
maka terbentuk bubble replication. Helikase membuka pilinan, topoisomerase yang
memotong pada titik tertentu. secara singkat dalam siklus sel : Pada fase G2/M sudah ada
2 copy. Pada fase G1 persiapan, S proses replikasi, G2/M sudah selesai (Damayanti,
n.d.).

2.5 Mekanisme Perbaikan DNA

DNA bukanlah substansi yang lemah, telah dilengkapi dengan mekanisme tertentu yang
mampu menetralisasi gangguan-gangguan yang terjadi sehingga tidak membawa efek negatif.
Mekanisme yang dimiliki DNA tersebut adalah mekanisme DNA repair (perbaikan DNA) yang
terjadi pada fase tertentu dalam siklus sel.Pada fase G1 (Gap 1) terdapat check point yaitu suatu
tempat dimana susunan DNA akan dikoreksi dengan seteliti-telitinya. Apabila ada kesalahan, sel
mempunyai dua pilihan:Pertama, kesalahan tersebut diperbaiki dengan cara mengaktifkan DNA
repair.
Namun, apabila kesalahan yang ada sudah tidak mampu lagi ditanggulangi, sel
memutuskan untuk mengambil pilihan kedua yaitu dimatikan daripada hidup membawa
pengaruh buruk bagi lingkungan sekelilingnya. Saat itulah keputusan untuk berapoptosis
diambil. Sel dengan DNA normal akan meneruskan perjalanan untuk melengkapi siklus yang
tersisa yaitu S (Sintesis), G2 (Gap 2) dan M (Mitosis).

Jalur kedua yaitu multi step, meliputi:

1. Nucleotide Excision Repair

Mekanisme repair berupa pemotongan bagian strand DNA yang mengandung "bulky
lesion" pada nukleotida pirimidin dimer

a) Proses dimulai oleh enzim endonuklease, dengan membuat incisi pada backbone strand di
2 sisi lesi
b) Oligonukleotida yang rusak ditahan dalam dupleks dengan ikatan hidrogen pada basa
dari strand lainnya. Selama replikasi DNA dipisahkan oleh DNA helikase
c) Setelah dipotong dan dibuang, maka celah diisi oleh DNA polimerase
d) dan strand yang direpair dilekatkandengan DNA ligase
e) Radl diketahui sebagai protein yang terlibat dalam proses repair ini".

2. Bare Excision Repair

Terjadi pemisahan total dalam eksisi sel prokariot dan eukariot untuk membuang
sejumlah nakletida yang disebabkan distorsi double heliks (1). Enzim glikosilase mengawali
repair dengan mengenal adanya perubahan, dan membuang basa dengan memisahkan ikatan
glikosidik antara basa dan gula (2). Perubahan basa purin pirimidin dibuang oleh
endonuklease, dan celah diperbesar oleh fosfodiesterase, kemudian diisi dengan DNA
polimerase (3-5) Strand ditutup dilekatkan dengan DNA ligase.
3. Mismatch Repair

Pasangan basa mismatch menyebabkan distorsi dalam bentuk double helix yang timbul
karena adanya kesalahan replikasi. Pada E. coli, basa mismatch direpair oleh enzim :

 Mut S mengenali lesi dan mengawali kompleks repair penyusunan


 Mut L memotong pada sekuen GATC pada rantai urumethylated site/
 Mut H memindahkan bagian DNA yang mengandung GATC mismatch.
Kemudian celah pada rantai tunggal diisi DNA polimerase

Pada yeast Saccharomyces cerevisiae, ditemukan gen Msh2 yang homolog dengan MutS
yang berfungsi untuk substitusi basa-basa dan loop DNA dalam mismatch repair (Uny, 2014).
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan

Replikasi DNA adalah proses penggandaan molekul DNA untai ganda. Pada sel,
replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus-menerus melakukan
replikasi DNA. Pada eukariota, waktu terjadinya replikasi DNA sangatlah diatur, yaitu
pada fase S daur sel, sebelum mitosis atau meiosis I. Penggandaan tersebut
memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu pembentukan ikatan antara
nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA.

3.2 Saran

Laporan ini masih dalam pengembangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu
dalam pengembangannya di butuhkan saran dan kritik untuk perkembangan makalah ini
agar dapat lebih baik lagi, dan bisa bermanfaat bagi kami dan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, E. (n.d.). makalah_Replikasi_DNA.


Sansivera, E. Y. (2017). Replikasi DNA Makalah.
Uny, F. (2014). Replikasi DNA. 1957.

Anda mungkin juga menyukai