Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Replikasi DNA”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Narmada,17 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
2.1 Pengertian Sintesis Protein...................................................................... 3
2.2 Tahapan Sistesis Ptotein.......................................................................... 6
a. Tahap Transkripsi.............................................................................. 8
b. Tahap Translasi................................................................................. 9
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 11
3.1 Saran....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Pada sel,replikasi DNA terjadi sebelum pembelahan sel.Prokariota terus menerus
melakukan replikasi DNA.Pada eukariota,waktu terjadinya replikasi DNA sangatlah
diatur,yaitu pada fase S siklus sel,sebelum mitosis atau meiosis I.Oleh karena itulah
pada siklus sel,fase S merupakan fase paling lama karena terjadi penggandaan atau
replikasi DNA.Penggandaan tersebut memanfaatkan enzim DNA polymerase yang
membantu pembentukan ikatan antara nukleotida-nukleotida penyusun polimer
DNA.Proses replikasi DNA dapat pula dilakukan in vitro dalam proses yang disebut
reaksi berantai polymerase (PCR).Mekanisme replikasi bahan genetik sangat
kompleks dan melibatkan banyak protein yang masing-masing mempunyai peranan
spesifik.. protein-protein yang terlibat di dalam proses replikasi bahan genetik di kode
oleh gen-gen yang terdapat di dalam bahan genetik itu sendiri. Secara umum,
replikasi bahan genetik merupakan proses pengkopian/penggandaaan rangkaian
molekul bahan genetik (DNA/RNA) sehingga dihasilkan molekul anakan yang sangat
identik. (Triwibowo Yuwono, 2002).Watson dan Crick menyatakan bahwa setiap
untai DNA dapat berperan sebagai cetakan bagi untai komplementernya. Jika heliks
ganda dapat mengurai dan memisah, maka untai-untai yang terbentuk dapat menarik
basa-basa komplementernya (seperti dalam sintesis mRNA), dengan demikian,
masing-masing untai awal itu akan berasosiasi lagi dengan komplemennya, dan dua
heliks ganda yang identikpun tercipta. Peristiwa itu disebut sebagai
replikasi semikonservatif, sebab masing-masing heliks ganda yang terbentuk
mengandung satu untai ‘induk’ dan satu untai yang baru tersintesis. (George H. Fried,
2005)
Pada tahun 1958, Matthew Meselson dan Franklin Stahl berhasil menunjukkan
secara empiris bahwa replikasi DNA berlangsung dengan mekanisme
secara semikonservatif. Meselson dan Stahl melakukan eksperimen untuk mengetahui
mekanisme replikasi DNA dengan menggunakan bekteri Escherchia coli. Hasil
eksperimen Meselson dan Stahl tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa molekul
DNA anakan terdiri atas satu untai DNA induk dan satu untai DNA hasil sintesis baru
sehingga sesuai dengan model replikasi secara semikonservatif. (Triwibowo Yuwono,
2002).Komponen-Komponen Penting dalam Replikasi
· DNA polimerase, yaitu enzim utama yang mengkatalis proses polimerisasi
nukleotida menjadi untaian DNA.
· DNA cetakan, yaitu molekul DNA atau RNA yang akan di replikasi.
· Primase, yaitu enzim yang mengkatalisis sintesis primer untuk memulai replikasi
DNA.
· Helikase, enzim pembuka ikatan untaian DNA induk.
· DNA ligase, yaitu suatu enzim yang berfungsi untuk menyambung fragmen-
fragmen DNA.
MEKANISME REPLIKASI (SINTESIS DNA)

Mekanisme DNA berlangsung dalam beberapa tahap yaitu: (1) denaturasi


(pemisahan) untaian DNA induk, (2) peng-”awal”-an/permulaan (inisiasi) sintesis
DNA, (3) pemanjangan untaian DNA, (4) memprimerkan sintesis DNA (Ligasi
fragmen-fragmen DNA), dan (5) terminasi sintesis DNA.

1. Denaturasi (Pemisahan) Untaian DNA Induk


Sintesis untaian DNA baru akan dimulai segera setelah kedua untaian DNA
induk terpisah membentuk garpu replikasi. Pemisahan kedua untaian DNA induk
yang akan di replikasi dilakukan oleh enzim DNA Heliksase. Kedua untaian DNA
induk digunakan sebagai cetakan untuk menyintesis DNA baru. Sintesis DNA
berlangsung dengan orientasi 5 à 3. Oleh karena ada dua untaian DNA cetakan yang
orientasinya berlawanan, maka sintesis kedua untaian DNA baru juga berlangsung
dengan arah geometris yang berlawanan, namun semuanya tetap dengan orientasi
5 à 3. Keadaan semacam ini menimbulkan perbedaan dalam hal mekanisme sintesis
antara kedua untaian DNA baru. (Triwibowo Yuwono, 2002)
2. Inisiasi Sintesis DNA
Inisiasi replikasi DNA adalah proses permulaan sintesis untaian DNA yang
sebelumnya didahului oleh sintesis molekul primer. Dalam proses replikasi, garrpu
replikasi akan membuka secara bertahap dimulai dari titik awal replikasi
(ori)/pangkal replikasi (origin of replication) dan akan bergerak sepanjang DNA
cetakan sampai semua molekul DNA induk di replikasi. Seperti telah disinggung
sebelumnya, kedua untaian DNA yang baru disintesis dengan arah geometris yang
berlawanan. Salah satu untaian DNA disintesis dengan arah geometris yang searah
dengan pembukaan garpu replikasi, sedangkan untaian DNA lain di sintesis dengan
arah yang berlawanan. Oleh karena itu, sintesis untaian DNA baru yang searah
dengan pembukaan garpu replikasi akan dapat dilakukan tanpa terputus (sintesis
secara kontinu). Untaian DNA yang di sintesis secara kontinu semacam ini disebut
sebagai untaian DNA awal (leading strand). Sebaliknya, sintesis untaian DNA yang
berlawanan arah geometrinya dengan arah pembukaan garpu replikasi dilakukan
secara tahap demi tahap (sintesis secara diskontinu). Hal ini terjadi karena proses
polimerisasi pada untaian DNA ini hanya dapat dilakukan setelah DNA cetakannya
membuka seiring dengan membukanya garpu replikasi. Untaian DNA yang disintesis
secara lambat semacam ini disebut untaian DNA lambat (lagging strand).
(Triwibowo Yuwono, 2002)

3. Pemanjangan Untaian DNA


Pemanjangan DNA baru pada cabang replikasi di katalis oleh enzim-enzim yang
disebut DNA polimerase. Saat nukleotida-nukleotida berjejer dengan basa-basa
komplementer sepanjang untaian pola cetakan DNA nukleotida-nukleotida ini di
tambahkan oleh polimerase satu demi satu, ke ujung yang baru tumbuh dari untai
DNA yang baru. Laju pemanjangannya kurang lebih 500 nukleotida per detik pada
bakteri dan 50 per detik pada sel-sel manusia. (Neil A. Campbell, 2002)
DNA polimerase menambahkan nukleotida hanya pada ujung 3’ yang bebas dari
untai DNA yang sedang terbentuk, tidak pernah pada ujung 5’. Jadi, untai DNA baru
dapat memanjang hanya pada arah 5’ à 3’. Disepanjang salah satu untai
cetakan, DNA polimerase dapat mensintesis untai komplementer yang kontinu
dengan memanjangkan DNA yang baru ini dengan arah 5’ à 3’ yang bersifat
wajib. Polimerase tersebut semata-mata bersarang pada cabang replikasi dan
bergerak di sepanjang untai cetakan seiring bergeraknya cabang. Untai DNA yang
dibuat dengan metode ini disebut leading strand (untai pemimpin).
Untuk memanjangkan untai baru DNA yang lain, polimerase harus bekerja di
sepanjang cetakan jauh dari cabang replikasi. Untai DNA yang disintesis dalam arah
ini disebut lagging strand. Prosesnya analog dengan metode menjahit yang disebut
stik balik. Saat gelembung replikasi terbuka, molekul polimerase dapat bekerja jauh
dari cabang replikasi dan mensintesis segmen pendek DNA. Saat gelembung
berkembang, satu segmen pendek lagging strand lainnya dapat dibuat dengan cara
yang sama. Berbeda dengan leading strand, yang memanjang terus menerus, lagging
strand pertama kali disintesis sebagai serangkaian segmen. Potongan ini disebut
fragmen Okazaki, sesuai dengan nama saintis Jepang yang menemukannya. Panjang
fragmen-fragmen ini sekitar 100-200 nukleotida. (Neil A. Campbell, 2002)

4. Memprimerkan Sintesis DNA


DNA polimerase sebenarnya tidak dapat memulai sintesis sebuah
polinukleotida, tetapi hanya dapat menambahkan nukleotida pada ujung rantai yang
sebelumnya sudah ada. Di dalam sel, rantai asli yang sebelumnya sudah ada, primer,
bukanlah DNA, tetapi potongan pendek RNA, kelas lain asam nukleat. Suatu enzim
yang disebut primase menggabungkan nukleotida-nukleotida RNA untuk
membentuk primer, yang panjangnya kurang lebih 10 nukleotida pada
eukariota. DNA polimerase yang lain kemudian menggantikan nukleotida-nukleotida
RNA dari primer-primer ini dengan versi DNA. Hanya satu primer yang dibutuhkan
agar DNA polimerase dapat mulai mensintesis leading strand dari untai DNA baru.
Untuk lagging strand, setiap fragmen harus diprimerkan, primer-primer ini diubah ke
DNA sebelum DNA ligase menggabungkan fragmen-fragmen tersebut menjadi satu.
(Neil A. Campbell, 2002)

5. Terminasi Sintesis DNA


Setelah dilakukan inisiasi dan polimerisasi, akhirnya proses replikasi DNA akan
di akhiri dengan proses terminasi atau pengakhiran replikasi. Pada prokaryot,
replikasi genom berbentuk lingkar akan berakhir pada waktu kedua garpu replikasi
bertemu pada satu titik. Titik tempat pengakhiran replikasi disebut sisi terminasi.
Pada eukariyot, keadaannya menjadi lain karena struktur genomnya linear sehingga
ada komplikasi terminasi replikasi pada ujung-ujung kromosom. (Triwibowo
Yuwono, 2002)
BAB II
PEMBAHASAN

Replikasi DNA adalah proses penggandaan rantai ganda DNA. Pada sel, replikasi
DNA terjadi sebelum pembelahan sel. Prokariota terus-menerus melakukan replikasi
DNA. Pada eukariota, waktu terjadinya replikasi DNA sangatlah diatur, yaitu pada
fase S siklus sel, sebelum mitosis atau meiosis I. Penggandaan tersebut
memanfaatkan enzim DNA polimerase yang membantu pembentukan ikatan
antara nukleotida-nukleotida penyusun polimer DNA. Proses replikasi DNA dapat
pula dilakukan in vitro dalam proses yang disebut reaksi berantai polimerase
(PCR).Garpu replikasi atau cabang replikasi (replication fork) ialah struktur yang
terbentuk ketika DNA bereplikasi. Garpu replikasi ini dibentuk akibat
enzim helikase yang memutus ikatan-ikatan hidrogen yang menyatukan kedua
untaian DNA, membuat terbukanya untaian ganda tersebut menjadi dua cabang yang
masing-masing terdiri dari sebuah untaian tunggal DNA. Masing-masing cabang
tersebut menjadi "cetakan" untuk pembentukan dua untaian DNA baru berdasarkan
urutan nukleotida komplementernya. DNA polimerase membentuk untaian DNA baru
dengan memperpanjang oligonukleotida yang dibentuk oleh enzim primase dan
disebut primer.
DNA polimerase membentuk untaian DNA baru dengan menambahkan nukleotida—
dalam hal ini, deoksiribonukleotida—ke ujung 3'-hidroksil bebas nukleotida rantai
DNA yang sedang tumbuh. Dengan kata lain, rantai DNA baru disintesis dari arah
5'→3', sedangkan DNA polimerase bergerak pada DNA "induk" dengan arah 3'→5'.
Namun demikian, salah satu untaian DNA induk pada garpu replikasi berorientasi
3'→5', sementara untaian lainnya berorientasi 5'→3', dan helikase bergerak membuka
untaian rangkap DNA dengan arah 5'→3'. Oleh karena itu, replikasi harus
berlangsung pada kedua arah berlawanan tersebut.

Replikasi DNA. Mula-mula, heliks ganda DNA (merah) dibuka menjadi dua untai
tunggal oleh enzim helikase (9) dengan bantuan topoisomerase (11) yang mengurangi
tegangan untai DNA. Untaian DNA tunggal dilekati oleh protein-protein pengikat
untaian tunggal (10) untuk mencegahnya membentuk heliks ganda kembali. Primase
(6) membentuk oligonukleotida RNA yang disebut primer (5) dan molekul DNA
polimerase (3 & 8) melekat pada seuntai tunggal DNA dan bergerak sepanjang untai
tersebut memperpanjang primer, membentuk untaian tunggal DNA baru yang
disebut leading strand (2) dan lagging strand (1). DNA polimerase yang
membentuk lagging strand harus mensintesis segmen-segmen polinukleotida
diskontinu (disebut fragmen Okazaki (7)). Enzim DNA ligase (4) kemudian
menyambungkan potongan-potongan lagging strand tersebut.
Pembentukan untaian awal
Pada replikasi DNA, untaian awal (leading strand) ialah untaian DNA yang disintesis
dengan arah 5'→3' secara berkesinambungan. Pada untaian ini, DNA polimerase
mampu membentuk DNA menggunakan ujung 3'-OH bebas dari sebuah primer RNA
dan sintesis DNA berlangsung secara berkesinambungan, searah dengan arah
pergerakan garpu replikasi.
Pembentukan untaian lambat
Untaian lambat (Lagging strand) ialah untaian DNA yang terletak pada sisi yang
berseberangan dengan leading strand pada garpu replikasi. Untaian ini disintesis
dalam segmen-segmen yang disebut fragmen Okazaki. Pada untaian ini, primase
membentuk primer RNA. DNA polimerase dengan demikian dapat menggunakan
gugus OH 3' bebas pada primer RNA tersebut untuk mensintesis DNA dengan arah
5'→3'. Fragmen primer RNA tersebut lalu disingkirkan (misalnya dengan RNase H
dan DNA Polimerase I) dan deoksiribonukleotida baru ditambahkan untuk mengisi
celah yang tadinya ditempati oleh RNA. DNA ligase lalu menyambungkan fragmen-
fragmen Okazaki tersebut sehingga sintesis lagging strand menjadi lengkap.
Dinamika pada garpu replikasi
Bukti-bukti yang ditemukan belakangan ini menunjukkan bahwa enzim dan protein
yang terlibat dalam replikasi DNA tetap berada pada garpu replikasi sementara DNA
membentuk gelung untuk mempertahankan pembentukan DNA ke dua arah. Hal ini
merupakan akibat dari interaksi antara DNA polimerase, sliding clamp, dan clamp
loader.
Sliding clamp pada semua jenis makhluk hidup memiliki struktur serupa dan mampu
berinteraksi dengan berbagai DNA polimerase prosesif maupun non-prosesif yang
ditemukan di sel. Selain itu, sliding clamp berfungsi sebagai suatu faktor prosesivitas.
Ujung-C sliding clamp membentuk gelungan yang mampu berinteraksi dengan
protein-protein lain yang terlibat dalam replikasi DNA (seperti DNA polimerase
dan clamp loader). Bagian dalam sliding clamp memungkinkan DNA bergerak
melaluinya. Sliding clamp tidak membentuk interaksi spesifik dengan DNA. Terdapat
lubang 35A besar di tengah clamp ini. Lubang tersebut berukuran sesuai untuk dilalui
DNA dan air menempati tempat sisanya sehingga clamp dapat bergeser pada
sepanjang DNA. Begitu polimerase mencapai ujung templat atau mendeteksi DNA
berutas ganda (lihat di bawah), sliding clamp mengalami perubahan konformasi yang
melepaskan DNA polimerase.
Clamp loader merupakan protein bersubunit banyak yang mampu menempel
pada sliding clamp dan DNA polimerase. Dengan hidrolisis ATP, clamp
loader terlepas dari sliding clamp sehingga DNA polimerase menempel pada sliding
clamp. Sliding clamp hanya dapat berikatan pada polimerase selama terjadinya
sintesis utas tunggal DNA. Jika DNA rantai tunggal sudah habis, polimerase mampu
berikatan dengan subunit pada clamp loader dan bergerak ke posisi baru pada lagging
strand. Pada leading strand, DNA polimerase III bergabung dengan clamp
loader dan berikatan dengan sliding clamp.

Replikasi di prokariota dan eukariota


Replikasi DNA prokariota
Replikasi DNA kromosom prokariota, khususnya bakteri, sangat berkaitan dengan
siklus pertumbuhannya. Daerah ori pada E. coli, misalnya, berisi empat buah tempat
pengikatan protein inisiator DnaA, yang masing-masing panjangnya 9 pb. Sintesis
protein DnaA ini sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri sehing ga inisiasi replikasi
juga sejalan dengan laju pertumbuhan bakteri. Pada laju pertumbuhan sel yang sangat
tinggi; DNA kromosom prokariota dapat mengalami reinisiasi replikasi pada dua ori
yang baru terbentuk sebelum putaran replikasi yang pertama berakhir. Akibatnya, sel-
sel hasil pembelahan akan menerima kromosom yang sebagian telah bereplikasi.
Protein DnaA membentuk struktur kompleks yang terdiri atas 30 hingga 40 buah
molekul, yang masing-masing akan terikat pada molekul ATP. Daerah ori akan
mengelilingi kompleks DnaA-ATP tersebut. Proses ini memerlukan kondisi
superkoiling negatif DNA (pilinan kedua untai DNA berbalik arah sehingga terbuka).
Superkoiling negatif akan menyebabkan pembukaan tiga sekuens repetitif sepanjang
13 pb yang kaya dengan AT sehingga memungkinkan terjadinya pengikatan protein
DnaB, yang merupakan enzim helikase, yaitu enzim yang akan menggunakan energi
ATP hasil hidrolisis untuk bergerak di sepanjang kedua untai DNA dan
memisahkannya.
Untai DNA tunggal hasil pemisahan oleh helikase selanjutnya diselubungi
oleh protein pengikat untai tunggal atau single-stranded binding protein (Ssb) untuk
melindungi DNA untai tunggal dari kerusakan fisik dan mencegah renaturasi. Enzim
DNA primase kemudian akan menempel pada DNA dan menyintesis RNA primer
yang pendek untuk memulai atau menginisiasi sintesis pada untai pengarah. Agar
replikasi dapat terus berjalan menjauhi ori, diperlukan enzim helikase selain DnaB.
Hal ini karena pembukaan heliks akan diikuti oleh pembentukan putaran baru berupa
superkoiling positif. Superkoiling negatif yang terjadi secara alami ternyata tidak
cukup untuk mengimbanginya sehingga diperlukan enzim lain,
yaitu topoisomerase tipe II yang disebut dengan DNA girase. Enzim DNA girase ini
merupakan target serangan antibiotik sehingga pemberian antibiotik dapat mencegah
berlanjutnya replikasi DNA bakteri.
Seperti telah dijelaskan di atas, replikasi DNA terjadi baik pada untai pengarah
maupun pada untai tertinggal. Pada untai tertinggal suatu kompleks yang disebut
primosom akan menyintesis sejumlah RNA primer dengan interval 1.000 hingga
2.000 basa. Primosom terdiri atas helikase DnaB dan DNA primase.
Primer baik pada untai pengarah maupun pada untai tertinggal akan
mengalami elongasi dengan bantuan holoenzim DNA polimerase III. Kompleks
multisubunit ini merupakan dimer, separuh akan bekerja pada untai pengarah dan
separuh lainnya bekerja pada untai tertinggal. Dengan demikian, sintesis pada kedua
untai akan berjalan dengan kecepatan yang sama.
Masing-masing bagian dimer pada kedua untai tersebut terdiri atas subunit a, yang
mempunyai fungsi polimerase sesungguhnya, dan subunit e, yang mempunyai fungsi
penyuntingan berupa eksonuklease 3’– 5’. Selain itu, terdapat subunit b yang
menempelkan polimerase pada DNA.
Begitu primer pada untai tertinggal dielongasi oleh DNA polimerase III, mereka akan
segera dibuang dan celah yang ditimbulkan oleh hilangnya primer tersebut diisi oleh
DNA polimerase I, yang mempunyai aktivitas polimerase 5’ – 3’, eksonuklease 5’ –
3’, dan eksonuklease penyuntingan 3’ – 5’. Eksonuklease 5’ - 3’ membuang primer,
sedangkan polimerase akan mengisi celah yang ditimbulkan. Akhirnya, fragmen-
fragmen Okazaki akan dipersatukan oleh enzim DNA ligase. Secara in vivo, dimer
holoenzim DNA polimerase III dan primosom diyakini membentuk kompleks
berukuran besar yang disebut dengan replisom. Dengan adanya replisom sintesis
DNA akan berlangsung dengan kecepatan 900 pb tiap detik.
Kedua garpu replikasi akan bertemu kira-kira pada posisi 180 °C dari ori. Di sekitar
daerah ini terdapat sejumlah terminator yang akan menghentikan gerakan garpu
replikasi. Terminator tersebut antara lain berupa produk gen tus, suatu inhibitor bagi
helikase DnaB. Ketika replikasi selesai, kedua lingkaran hasil replikasi masih
menyatu. Pemisahan dilakukan oleh enzim topoisomerase IV. Masing-masing
lingkaran hasil replikasi kemudian disegregasikan ke dalam kedua sel hasil
pembelahan.
Replikasi DNA eukariota
Pada eukariota, replikasi DNA hanya terjadi pada fase S di dalam interfase. Untuk
memasuki fase S diperlukan regulasi oleh sistem protein kompleks yang disebut
siklin dan kinase tergantung siklin atau cyclin-dependent protein kinases (CDKs),
yang berturut-turut akan diaktivasi oleh sinyal pertumbuhan yang mencapai
permukaan sel. Beberapa CDKs akan melakukan fosforilasi dan mengaktifkan
protein-protein yang diperlukan untuk inisiasi pada masing-masing ori.
Berhubung dengan kompleksitas struktur kromatin, garpu replikasi pada eukariota
bergerak hanya dengan kecepatan 50 pb tiap detik. Sebelum melakukan penyalinan,
DNA harus dilepaskan dari nukleosom pada garpu replikasi sehingga gerakan garpu
replikasi akan diperlambat menjadi sekitar 50 pb tiap detik. Dengan kecepatan seperti
ini diperlukan waktu sekitar 30 hari untuk menyalin molekul DNA kromosom pada
kebanyakan mamalia.
Sederetan sekuens tandem yang terdiri atas 20 hingga 50 replikon mengalami inisiasi
secara serempak pada waktu tertentu selama fase S. Deretan yang mengalami inisasi
paling awal adalah eukromatin, sedangkan deretan yang agak lambat
adalah heterokromatin. Daerah sentromer dan telomer dari DNA bereplikasi paling
lambat. Pola semacam ini mencerminkan aksesibilitas struktur kromatin yang
berbeda-beda terhadap faktor inisiasi.
Seperti halnya pada prokariota, satu atau beberapa DNA helikase dan Ssb yang
disebut dengan protein replikasi A atau replication protein A (RP-A) diperlukan
untuk memisahkan kedua untai DNA. Selanjutnya, tiga DNA polimerase yang
berbeda terlibat dalam elongasi. Untai pengarah dan masing-masing fragmen untai
tertinggal diinisiasi oleh RNA primer dengan bantuan aktivitas primase yang
merupakan bagian integral enzim DNA polimerase a. Enzim ini akan
meneruskan elongasi replikasi tetapi kemudian segera digantikan oleh DNA
polimerase d pada untai pengarah dan DNA polimerase e pada untai tertinggal. Baik
DNA polimerase d maupun e mempunyai fungsi penyuntingan. Kemampuan DNA
polimerase d untuk menyintesis DNA yang panjang disebabkan oleh
adanya antigen perbanyakan nuklear sel atau proliferating cell nuclear antigen
(PCNA), yang fungsinya setara dengan subunit b holoenzim DNA polimerase III
pada E. coli. Selain terjadi penggandaan DNA, kandungan histon di dalam sel juga
mengalami penggandaan selama fase S.
Mesin replikasi yang terdiri atas semua enzim dan DNA yang berkaitan dengan garpu
replikasi akan diimobilisasi di dalam matriks nuklear. Mesin-mesin tersebut dapat
divisualisasikan menggunakan mikroskop dengan melabeli DNA yang sedang
bereplikasi. Pelabelan dilakukan menggunakan analog timidin, yaitu
bromodeoksiuridin (BUdR), dan visualisasi DNA yang dilabeli tersebut dilakukan
dengan imunofloresensi menggunakan antibodi yang mengenali BUdR.
Ujung kromosom linier tidak dapat direplikasi sepenuhnya karena tidak ada DNA
yang dapat menggantikan RNA primer yang dibuang dari ujung 5’ untai tertinggal.
Dengan demikian, informasi genetik dapat hilang dari DNA. Untuk mengatasi hal ini,
ujung kromosom eukariota (telomer) mengandung beratus-ratus sekuens repetitif
sederhana yang tidak berisi informasi genetik dengan ujung 3’ melampaui ujung 5’.
Enzim telomerase mengandung molekul RNA pendek, yang sebagian sekuensnya
komplementer dengan sekuens repetitif tersebut. RNA ini akan bertindak sebagai
cetakan (templat) bagi penambahan sekuens repetitif pada ujung 3’.
Hal yang menarik adalah bahwa aktivitas telomerase mengalami penekanan di dalam
sel-sel somatis pada organisme multiseluler, yang lambat laun akan menyebabkan
pemendekan kromosom pada tiap generasi sel. Ketika pemendekan mencapai DNA
yang membawa informasi genetik, sel-sel akan menjadi layu dan mati. Fenomena ini
diduga sangat penting di dalam proses penuaan sel. Selain itu, kemampuan
penggandaan yang tidak terkendali pada kebanyakan sel kanker juga berkaitan
dengan reaktivasi enzim telomerase.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

· Replikasi bahan genetik merupakan suatu mekanisme yang harus dilalui oleh
suatu jasad untuk dapat memperbanyak diri.
· Mekanisme replikasi bahan genetik memerlukan banyak protein dan enzim.
Protein dan enzim merupakan produk ekspresi gen-gen yang ada pada genom
jasad dengan melalui mekanisme transkripsi dan translasi. Replikasi bahan
genetik hanya akan berlangsung jika ada proses transkripsi dan translasi.
· Proses replikasi bahan genetik bersama-sama dengan proses transkripsi dan
translasi merupakan rangkaian proses yang pada akhirnya akan bermuara pada
pertumbuhan dan perbanyakan jasad hidup.
· Transkripsi adalah proses yang mengawali ekspresi sifat-sifat genetik yang
nantinya akan muncul sebagai fenotipe.
· Molekul RNA yang di sintesis dalam proses transkripsi pada garis besarnya
dapat dibedakan menjadi tiga kelompok molekul RNA, yaitu: mRNA, tRNA, dan
rRNA.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2002. Biologi Edisi Kelima. Jakarta. Penerbit: Erlangga


Fried, George H. 2005. Biologi Edisi Kedua. Jakarta. Penerbit: Erlangga
Kimball, John W. 1983. Biologi. Jakarta. Penerbit: Erlangga

Yuwono, Triwibowo. 2002. Biologi Molekular. Jakarta. Penerbit: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai