TINJAUAN PUSTAKA
Protein adalah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan peptida.
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena zat ini berfungsi
sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dan pengatur. Molekul protein
dan tembaga (Winarno, 1992). Struktur primer protein biasanya diwakili oleh urutan huruf di atas
20 huruf alfabet yang terkait dengan 20 alami asam amino. Protein adalah blok pembangun utama
dan molekul fungsional sel, mengambil hampir 20% dari berat sel eukariotik, kontribusi terbesar
setelah air (70%). Protein prediksi struktur adalah salah satu masalah yang paling penting dalam
biologi komputasi modern. Oleh karena itu menjadi semakin penting untuk memprediksi struktur
protein dari urutan asam amino, dengan menggunakan wawasan yang diperoleh dari yang sudah
diketahui struktur sekunder. Protein ditentukan oleh urutan pengklasifikasikan setiap asam amino
yang sesuai struktur elemen sekunder yaitu (misalnya, alpha, beta, gamma) (Mandle dkk, 2012).
Kualitas nutrisi suatu protein bahan pangan ditentukan oleh kesesuaian antara jenis dan
jumLah asam amino yang terkandung dengan jenis dan jumLah asam amino yang dibutuhkan dan
mendorong untuk dilakukannya pengembangan metoda analisis asam amino. Pengembangan
berbagai teknik kromatografi memungkinkan penyususunan cara estimasi kadar protein dalam
suatu bahan secara instrumental melalui penetapan kadar asam amino, sebagai hasil hidrolisis
Analisis protein dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode
kuantitatif dan kualitatif. Analisis protein secara kualitatif adalah analisis yang bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya protein dalam suatu bahan pangan. Analisis kualitatif dapat
dilakukan dengan reaksi Xantoprotein, reaksi Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida
dan reaksi Sakaguchi. Sedangkan analisis protein secara kuantitatif adalah analisis yang bertujuan
untuk mengetahui kadar protein dalam suatu bahan pangan. Analisis kuantitatif protein dapat
dilakukan dengan metode Kjeldahl, metode titrasi formol, metode Lowry, metode
spektrofotometri visible (Biuret) dan metode spektrofotometri UV. Metode Kjeldahl merupakan
metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa
yang mengandung nitrogen. Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar
dalam bahan makanan secara tidak langsung karena senyawa yang dianalisisnya adalah kadar
nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan faktor konversi 6,25 diperoleh
nilai protein dalam bahan makanan tersebut. Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein
dan komponen organik dalam sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis.
Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat
ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan
a. Tahap Destruksi
Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi
menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon (C) dan hidrogen (H) teroksidasi menjadi karbon
monoksida (CO), karbondioksida (CO2), dan air (H2O). Elemen Nitrogen akan berubah menjadi
amonium sulfat. Banyaknya asam sulfat yang digunakan untuk destruksi diperhitungkan terhadap
b. Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi, amonium sulfat dapat dipecah menjadi amonia, yaitu dengan
penambahan larutan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Amonia yg dibebaskan ditangkap oleh
larutan asam. Asam yg dapat dipakai adalah H2SO4. Agar kontak antara larutan asam dengan
amonia berjalan sempurna, maka ujung selang pengalir destilat harus tercelup kedalam larutan
asam. Destilasi diakhiri jika semua amonia sudah terdestilasi sempurna menggunakan indikator
c. Tahap Titrasi
Apabila penampung destilat yang digunakan adalah larutan asam sulfat, maka sisa asam
sulfat yang tidak bereaksi dengan amonia dititrasi dengan NaOH 0,025 N menggunakan indikator
mengsel (indikator campuran metil red dan metil blue). Selisih jumlah titrrasi sampel dan blanko
4.1. Alat
1) Labu Kjeldahl 300 mL, berfungsi tempat berlangsungnya analisis secara kimia
2) Satu set alat destilasi, berfungsi untuk mendestilasi sampel setelah proses destruksi
4.2. Bahan
2) Asam sulfat pekat, sebagai zat protein kasar dalam proses destruksi
3) Asam klorida (yang sudah diketahui normalitasnya), berfungsi penetapan nilai titrasi
5) Katalis campuran (yang dibuat dari CuSO4, 5H2Odan K2SO4 dengan perbandingan 1:5),
dalam alkohol 100 mL, berfungsi mengetahui asam dalam keadaan berlebih
1) Destruksi
a. Ditimbang contoh sampel kering sebanyak kurang lebih 1 gr (dicatat sebagai A gr)
e. Destruksi sudah dianggap selesai bila laturan sudah berwarna hijau jernih, kemudian
didinginkan
2) Destilasi
a. Disiapkan alat destilasi selengkapnya dengan hati-hati jangan lupa batu didih, vaseline dan
tali pengaman
b. Dipindahkan larutan hasil destruksi kedalam labu didih, kemudian dibilas dengan aquades
kurang lebih 50 mL
c. Dipasang erlenmeyer yang telah diisi asam boraks 5% sebanyak 15 mL untuk menangkap
d. Dibasahkan larutan bahan dan destruksi dengan ditambah 40-60mL NaOH 40% melalui
corong samping. Ditutup kran corong segera setelah larutan masuk kedalam labu didih
e. Dinyalakan pemasan bunsen dan dialirkan air kedalam kran pendingin tegak
f. Dilakukan destilasi sampai semua N dalam larutan dianggap telah tertangkap oleh asam
boraks yang ditandai dengan menyusutnya larutan dalam labu didih sebanyak 2/3 bagian
3) Titrasi
Titrasi dianggap selesai setelah berubah menjadi warna hijau keabu-abuan, dicatat larutan
Berdasarkan hasil kadar protein kasar yang didapat setelah proses destruksi, destilasi dan
titrasi adalah 19,05%. Hal ini menunjukan perbedaan dengan literatur yang dijelaskan oleh Hartadi
dkk (1993) bahwa kadar protein kasar pada wheat pollard adalah 16,1%. Perbedaan nilai ini
tentunya dapat disebabkan oleh beberapa alasan. Alasan-alasan yang utama adalah karena adanya
Beberapa penyebab hasil nilai dari perhitungan melebihi literatur yang sudah dijelaskan
Hartadi dkk (1993) antara lain perbedaan karakteristik sampel,jenis sampel,ukuran sampel,banyak
sedikitnya kadar protein dalam sampel,jenis atau metode analisis yang dilakukan. Hal ini juga
Faktor konversi biasanya 6,25 dengan kadar nitrogen dalam protein sebesar 16%. Semakin
besar kandungan atau kadar nitrogen dalam bahan maka faktor konversi semakin kecil faktor
Analisis protein kasar terdiri dari tiga tahapan ( destruksi, destilasi, titrasi ). Fungsi dari
tahap destruksi untuk melepaskan nitrogen dari protein sehingga pada akhir destruksi akan
diperoleh ( NH4 )2 SO4 dengan cara sampel dipanaskan dalam larutan sulfat pekat, unsur C dan
H teroksidasi menjadi H2O, CO2, CO dan unsur N berubah menjadi ammonium sulfat atau ( NH4
)2SO4 ( Legowo,2005 ).
Fungsi dari tahap destilasi untuk memecah ammonium sulfat atau ( NH$ )2SO4 menjadi
ammonia. Prinsipnya memisahkan cairan berdasarkan perbedaan titik didih. Pada akhir destilasi
indikatornya adalah apabila cairan yang ditampung dalam larutan asam bersifat asam (
Legowo,2005 ). Fungsi dari tahap titrasi yaitu penepatan kadar kadar nitrogen dengan titrasi HCL.
( Legowo,2005 )
DAFTAR PUSTAKA