1.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara pengujian susu dari
sapi yang terkena mastitis. Selain itu praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mampu
mengidentifikasi jenis-jenis bakteri yang dapat menjadi sumber kontaminasi pada
susu.
BAB II
HASIL PENGAMATAN
Tabel 2. Jumlah mikroba dan jumlah area pandang yang harus diamati
Susu mengandung bermacam-macam unsur dan sebagian besar terdiri dari zat
makanan yang juga diperlukan bagi pertumbuhan bakteri. Oleh karenanya
pertumbuhan bakteri dalam susu sangat cepat, pada suhu yang sesuai. Jenis-jenis
Micrococcus dan Corybacterium sering terdapat dalam susu yang baru diambil.
Pencemaran berikutnya timbul dari sapi, alat-alat pemerahan yang kurang bersih dan
tempat - tempat penyimpanan yang kurang bersih, debu, udara, lalat dan penanganan
oleh manusia (Buckle, et. al., 1987).
Emulsi lemak yaitu globulan pada susu dikelilingi globula yang mengandung
glikoprotein, lipid polar, sterol dan beberapa enzim termasuk xanthine oksida.
Sayangnya, akibat dengan adanya membran tersebut maka struktur dapat dengan
mudah rusak pada saat ada tekanan dan pendinginan (Robinson, 1987).
Kualitas mikrobial dalam susu segar sangat penting bagi penilaian dan produksi
produk susu yang berkualitas. Susu dapat disebut telah rusak apabila terdapat
gangguan dalam tekstur, warna, bau dan rasa pada kondisi dimana susu tersebut
sudah tidak patut lagi dikonsumsi oleh manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh
mikroorganisme dalam makanan sering melibatkan degradasi dari zat zat nutrisi
seperti protein, karbohidrat dan lemak, baik oleh mikroorganisme itu sendiri maupun
enzim yang diproduksinya (Anonimous, 2006). Susu yang masih terdapat di dalam
kelenjar susu, dinyatakan sebagai susu steril tetapi susu yang telah dikeluarkan dari kelenjar
susu dan kotak dengan udara sekitar, belum tentu masih steril seperti pada saat di dalam
kelenjar susu. Untuk menguji kesterilan dari susu tersebut maka perlu diadakan uji
mikrobiologi. Uji ini dapat dilakukan dengan metode DMC atau direct microscopic count
(perhitungan mikroskop langsung), uji reduktase biru metilen atau BM dan uji resazurin.
Warna Mutu
Biru Excellent
Biru-biru kemerahan Good
Biru kemerahan-merah muda Fair (sedang)
Merah muda-ke putih-putihan Poor/ jelek
Putih Bad / sangat jelek
Pengujian dilakukan dengan memasukkan 10 ml sampel susu segar ke dalam
tabung reaksi kemudian ditambah dengan 1 ml larutan resazurin dan dipanaskan
dalam water bath pada suhu 36oc selama 30 menit. Kemudian di panaskan lagi ke
dalam water bath sampai 1 jam. Lalu diamati perubahan warna yang terjadi pada
masing-masing sampel.
Berdasarkan hasil percobaan yang di dapat bahwa pada sampel A berisikan
susu segar, mengalami sedikit perubahan warna dari warna biru menjadi biru
kemerahan dan terbukti tidak terdapat mikroba yang tumbuh dari sampel A tersebut.
Berdasarkan kriteria penilaian mutu dan warnanya adalah susu tersebut tergolong
susu yang memiliki mutu dan kualitas yang bagus (good) karena hanya sedikit bakteri
yang mereduksi resazurin. Kemungkinan susu yang digunakan sebagai sampel A
merupaka susu UHT yang telah mengalami proses pasteurisasi sehingga ketika di
teliti menggunakan uji resazurin tidak di temukan adanya mikroba yang tumbuh.
Sedangkan untuk sampel B yaitu susu segar yang ditambahkan dengan sedikit
mikroba mengalami perubahan warna yaitu dari warna biru menjadi warna putih.
Berdasarkan kriteria penilaian mutu dan warna adalah susu tersebut tergolong susu
yang yang memiliki kualitas yang jelek (poor) karena pada sampel B terdapat jumlah
mikroba yang banyak dengan adanya perubahan warna yang terjadi.
Hal ini terjadi karena mikroba mampu mereduksi resazurin menjadi
hidroresofurin (tidak berwarna). Sehingga dapat dikatakan bahwa sampel susu segar
yang ditambahkan dengan mikroba sebelum di panaskan ke dalam water bath
memiliki kualitaas mutu yang sedang dan setelah dilakukan pemanasan dalam water
bath di peroleh warna putih, maka dapat dikatakan bahwa sampel tersebut mutunya
tidak bagus. Hal ini terjadi karena kemampuan mikroba yang mampu mereduksi
warna sehingga mengalami perubahan menjadi warna putih dan hal ini jelas terbukti
karena sampel awal yang di gunakan adalah sampel susu segar yang telah di
dicampur dengan mikroba. Sedangkan pada sampel C yaitu susu segar yang
ditambahkan dengan banyak mikroba mengalami perubahan warna dari merah muda
menjadi warna putih. Berdasarkan kriteria penilaian mutu dan warna adalah susu
tersebut tergolong susu yang memiliki kualitas yang buruk (bad) karena pada sampel
C terdapat jumlah mikroba yang banyak. Hal ini terjadi karena dalam sampel C
mengandung banyak bakteri yang mampu mereduksi resazurin menjadi
resofurin(merah muda) kemudian direduksi kembali menjadi hidroresofurin (tak
berwarna). Sehingga larutan menjadi tidak berwarna. Jika dilihat dari hasil
tersebut,dapat disimpulkan bahwa analisis praktikum telah dilakukan secara benar ,
sampel C mengalami perubahan warna lebih cepat dibandingkan dengan kedua
sampel, baik sampel A maupun sampel B karena sampel C memiliki jumlah bakteri
yang banyak yang mereduksi resazurin tersebut. Hal ini terjadi karena susu yang
mengalami kerusak diakibatkan oleh mikrorganisme yang dapat merombak senyawa
yang ada di dalam susu.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa uji mikrobiologi pada susu
dapat menggunakan metode breed, uji MBRT, dan uji resazurin.
Metode breed digunakan untuk menganalisis susu yang mengandung bakteri
dalam jumlah yang tinggi. Sampel A mempunyai kandungan bakteri yang lebih
sedikit dibandingkan dengan sampel B dan C.
Dari hasil pengamatan uji MBRT, sampel yang memiliki kualiatas sampel
yang paling baik karena dapat mempertahankan warna yang paling lama.
Berdasarkan uji resazurin, sampel A memiliki kualitas susu yang baik
dibandingkan dengan baik sampel B maupun sampel C karena pada sampel A
memiliki sedikit bakteri bahkan tidak adanya bakteri yang mereduksi resazurin.
4.2 Saran
Dalam pengolahan susu harus dilakukan dengan higienis karena dapat
mempengaruhi kualitas dari susu itu sendiri. Susu yang terkontaminasi bakteri dapat
menyebabkan penyakit bagi manusia yang mengonsumsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Sri, B. 1998. Sanitasi dalam Industri Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas,
Institut Pertanian Bogor.
Wibowo, Marlia Singgih. 2011. Uji Sterilitas. Bandung: Sekolah Farmasi ITB
LAMPIRAN
B. Uji MBRT