Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

Limbah Buah Pepaya Sebagai Bioethanol

Kelompok 5 :
1. Antartika Fajarwati (14-250-0013)
2. Mitha Novia Sari (14-250-0040)
3. Rien Kusuma Hatmoko (14-250-0042)
4. Ferdia Windarti (14-250-0054)

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Limbah Buah Pepaya Sebagai
Bioethanol ini dengan penuh hati, tanpa pertolongan-Mu mungkin makalah ini tidak
dapat kami selesaikan.

Tujuan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta agar


pembaca lebih memahami tentang Limbah buah pepaya yang ternyata manfaatnya
banyak yakni juga dapat digunakan sebagai bioethanol..

Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan laporan praktikum kami. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing Bioteknologi, yaitu Drs. Sukarjati, M.Kes yang
telah membimbing kami dalam belajar dan juga pembuatan laporan praktikum ini.
Akhir kata, semoga Laporan Praktikum Limbah Buah Pepaya Sebagai Bioethanol ini
bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu meridhoi segala
usaha kami.

Surabaya, 12 Desember 2016

penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ i


Daftar Isi .......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................... 1
D. Manfaat ....................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 2
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ..................................................................... 9
A. Alat dan Bahan ........................................................................................................... 9
B. Langkah Percobaan ................................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 11
A. Hasil Percobaan........................................................................................................ 11
B. Pembahasan .............................................................................................................. 11
BAB V PENUTUP......................................................................................................... 13
A. Simpulan ................................................................................................................... 13
B. Saran.......................................................................................................................... 13
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 14
Lampiran ....................................................................................................................... 15

1BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan, dimana banyak ditumbuhi pohon papaya
yang buahnya tidak dimanfaatkan secara maksimal. Biasanya buah papaya hanya
digunakan sebagai buah meja, namun jika sudah terlalu matang biasanya langsung
dibuang dan tidak berguna lagi. Hal tersebut melatarbelakangi dilakukannya
penelitian tentang Pemanfaatan Buah Pepeaya (carica papaya l.) Sebagai Bahan Baku
Bioetanol dengan Proses Fermentasi oleh Saccaromyces Cereviceae dan destilasi.
Bioetanol adalah sebuah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan
(biomassa) dengan cara fermentasi, dimana memiliki keunggulan mampu menurunkan
emisi CO2 hingga 18 %. Di Indonesia, bioetanol sangat potensial untuk diolah dan
dikembangkan karena bahan bakunya merupakan jenis tanaman yang banyak tumbuh
di negara ini dan sangat dikenal masyarakat. Tumbuhan yang potensial untuk
menghasilkan bioetanol adalah tanaman yang memiliki kadar karbohidrat tinggi,
seperti: tebu, nira, sorgum, ubi kayu, garut, ubi jalar, sagu, jagung, jerami, bonggol
jagung, dan kayu. Namun permasalahan yang sering timbul pada pembuatan Bioetanol
adalah sedikitnya bioetanol yang dihasilkan mengakibatkan biaya produksi
membengkak. Hal ini disebabkan oleh proses fermentasi yang kurang optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa kandungan dari buah pepaya busuk ?
2. Apa saja alat dan bahan yang digunakan pada proses pembuatan bioetanol dari
limbah buah pepaya yang busuk ?
3. Bagaimana proses pembuatan bioetanol dengan menggunakan buah pepaya busuk ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa saja kandungan buah pepaya busuk
2. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan pada proses pembatan bioetanol dari
limbah buah pepaya busuk
3. Mengetahui proses pembuatan bioetanol dengan menggunakan buah pepaya busuk
D. Manfaat
1. Mengurangi limbah buah pepaya busuk
2. Memanfaatkan limbah buah pepaya busuk
3. Menjadikan nilai ekonomis limbah buah pepaya busuk

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Data-data Botani Pepaya
Tabel 1. Taksonomi Pepaya
Nama binomial Carica papaya
Kerajaan Plantae
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta ( Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil)
Sub Kelas Dilleniidae
Ordo Violales
Famili Caricaccae
Genus Carica
Spesies Carica papaya L
Nama Lokal Papaw (inggris), pepaya (indonesia), Gedang
(sunda), Betik, Kates, Telo gantung Jjawa)

(Wahyu, 1997).
Papaya atau bahasa latinnya Carica Papaya L, termasuk famili Caricacaea yang
tidak begitu besar ruang lingkupnya. Pepaya (Carica papaya L), atau betik adalah
tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika
Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk
diambil buahnya. Pepaya adalah satu-satunya jenis dalam genus Carica. Nama pepaya
dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda, papaja, yang pada gilirannya
juga mengambil dari nama bahasa Arawak,papaya. Dalam bahasa Jawa pepaya
disebut kates dan dalam bahasa sunda gedang (http://id.wikipedia.org/wiki/Pepaya).
Memang sebelum perang telah didatangkan jenis pepaya , yaitu Carica
Candamarcensis.
Gambar 1. Pohon Pepaya Carica Candamarcensis.
Jenis pepaya ini tumbuhnya akan baik kalau ditanam di daerah yang berhawa
dingin. Kemudian buahnya akan keluar dengan kecil-kecil dan berbentuk bulat telur.
Batang :
Tumbuhnya cepat
Umur, untuk jenis tertentu akan dapat mencapai umur sekitar 15-25 tahun.
Sedangkan untuk jenis-jenis khusus dipelihara dikebun-kebun dengan produktifitas
cukup tinggi biasanya hanya dapat dipertahankan sampai umur antara 3-5 tahun saja.
Pohon pepaya yang dapat hidup sampai 15 tahun atau lebih pada umumnya
bercabang-cabang. Sedangkan pohon pepaya penghasil buah pada umumnya
berbatang pokok tunggal, pohon itu baru mau bercabang kalau sudah mau dipotong.
Batang pohon pepaya ini tidak berkayu, akan tetapi dalamnya berlubang dan banyak
mengandung air dan getah.
Daunnya berkelompok berdekatan dengan pucuknya, bertangkai panjang dan
berlubang. Tangkai inipun bergetah walaupun getahnya tidak terlalu banyak.
Gambar 2. Batang Pohon Pepaya

Bunga
Tanaman pepaya ini membentuk bunga majemuk, karena adanya kelainan dalam
jenisnya, maka mempunyai bunga yang berjenis- jenis bentuk dan susunan
kelaminnya. Pada musim hujan ataupun kamarau dapat mengubah jenis dan susunan
jenis kelamin bunga dalam satu pohon.
Komposisi Daging Buah Pepaya
Gambar 3. Buah Pepaya
Buah pepaya adalah buah yang sangat mempunyai nilai gizi, dan juga salah satu
buah yang populer di masyarakat. Daging buah pepaya yang masak akan mengandung
1. 88-90%air 4. 0,1% lemak
2. 10% gula buah 5. 0,6% Abu
3. 0,1 % zat asam 6. 0,7 % serat
Buah pepaya ini akan banyak mengandung vitamin A terutama sekali pada buah
pepaya yang berdaging warna kuning. Selain banyak mengandung vitamin A juga
sedikit mengandung vitamin C.
Getah pepaya ini mengandung enzyme papaine dan chymopapain. Getah daunnya
dapat mengencerkan protein dan dapat mengentalkan air susu.
Kandungan Buah Pepaya Masak (100 gram)
Tabel 2. Kandungan Buah Pepaya Masak
Kalori 46 kal
Vitamin A 365 SI
Vitamin B1 0.04 mg
Kalsium 23 mg
Hidrat arang 12,2 gram
Fosfor 12 mg
Besi 1,7 mg
Protein 0,5 mg
Air 86,7 mg

Kandungan Buah Pepaya Muda


Kandungan buah pepaya muda (100 gr) yaitu, Kalori: 26 kalori, Lemak: 0,1
gram, Protein: 2,1gram, Hidrat Arang: 4,9 gram, Kalsium: 50, Fosfor: 16 mg, Besi: 0,4
mg, Vitamin A: 50 SI, Vitamin B1: 0,02 mg, Vitamin C: 19 mg, Air: 92,4 gram.
Disamping itu buah pepaya juga mengandung unsur antibiotik, yang dapat digunakan
untuk pengobatan tanpa ada efek sampingannya. Buah pepaya juga mengandung unsur
yang dapat membuat pencernaan makanan lebih sempurna, disamping memiliki daya
yang dapat membuat air seni bereaksi asam, yang secara ilmiah disebut zat
caricaksantin dan violaksantin (Wahyu, 1997).

B. Fermentasi
Etanol untuk digunakan dalam minuman beralkohol, dan sebagian besar etanol
untuk digunakan sebagai bahan bakar, diproduksi oleh fermentasi. Ketika spesies
tertentu ragi (misalnya, Saccharomyces cerevisiae) memetabolisme gula yang mereka
produksi dan karbon dioksida etanol. Persamaan kimia di bawah ini meringkas
konversi:
C 6 H 12 0 6 2 CH 3 CH 2 OH + 2 CO 2
C 12 H 22 O 11 4 CH 3 CH 2 OH + 4 CO 2
Proses kultur ragi dalam kondisi untuk menghasilkan alkohol disebut fermentasi.
Proses ini dilakukan pada sekitar 35C - 40C. Toksisitas etanol untuk batas ragi
konsentrasi etanol diperoleh oleh menyeduh. Etanol-strain yang paling toleran ragi bisa
bertahan sampai kira-kira 15% volume etanol.
Untuk menghasilkan etanol dari bahan tepung seperti biji-bijian sereal, yang pati
pertama harus dikonversi menjadi gula. Dalam pembuatan bir, ini secara tradisional
telah dicapai dengan membiarkan gandum berkecambah, atau malt, yang
menghasilkan enzim amilase. Ketika butiran malt dihaluskan, amilase yang mengubah
pati menjadi gula yang tersisa. Untuk bahan bakar etanol, hidrolisis pati menjadi
glukosa dapat dicapai lebih cepat dengan pengobatan dengan asam sulfat encer,
fungally amilase dihasilkan, atau beberapa kombinasi dari keduanya.

C. Pupuk Urea
Urea termasuk pupuk nitrogen yang dulu banyak diimpor. Namun kini urea
sudah diekspor karena banyak dibuat didalam negeri. Urea dibuat dari gas amoniak
dan gas asam arang. Persenyawaan kedua zat ini melahirkan pupuk urea dengan
kandungan N sebanyak 46%.
Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada
kelembaban 73%, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dari udara. Oleh karema
itu, urea mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Kalau diberikan ke
tanah, pupuk ini akan mudah berubah menjadi ammoniak dan karbon dioksida.
Padahal kedua zat ini berupa gas yang mudah menguap. Sifat lainnya ialah mudah
tercuci oleh air dan mudah terbakar oleh sinar matahari. Itu sebabnya banyak yang
menganjurkan pemberian urea ini lewat daun, tetapi harus hati-hati. Urea dapat
membuat tanaman hangus, terutama yang memiliki daun yang amat peka. Untuk itu,
semprotkan urea dengan bentuk tetesan yang besar.
Berdasarkan bentuk fisiknya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu urea prill
dan urea nonprill. Urea prill, terbentuk dengan menjatuhkan urea cair dari sebuah
menara prilling menjadi tetesan yang kering menjadi bentuk bulat kira-kira 1 mm
sampai 4 mm. Urea granular secara kimiawi sama dengan urea prill. Urea granular,
sedikit lebih besar dan lebih keras dari urea prill.
Pada proses fermentasi pembuatan etanol pupuk urea berfungsi sebagai nutrisi
untuk bakteri Saccharomyces cerevisiae yang bekerja pada proses fermentasi karena
pupuk urea mengandung unsur N yang dibutuhkan untuk makanan bakteri tersebut
(Pinus dan Marsono, 2009).

D. Pupuk NPK
Pupuk majemuk yang satu ini tidak hanya mengandung dua unsur, tetapi tiga
unsur sekaligus yang tidak lain dari gabungan pupuk tunggan N, P, dan K. Itulah
sebabnya belakangan ini NPK sangat digemari petani.
Sebelum perang dunia II, kadar pupuk campuran ini masih terbatas, tidak lebih
dari 20% dengan merek hampir 50 jenis. Namun, kini jumlahnya hanya dibatasi
sampai sekitar 12 jenis saja dengan kadar NPK sangat beragam.
Ada kebiasaan jelek dari petani saat membeli pupuk NPK ini, yaitu hanya
menyebutkan NPK saja. Padahal merek dan kadar NPKnya sangat beragam. Cara
terbaik saat membeli pupuk NPK adalah menyebutkan merek yang dikehendaki
ataupun kadar unsur yang dikandung.
Merumuskan NPK yang akan dipilih sesuai tanah dan tanaman memang sulit.
Untuk keperluan ini belum ada aturannya. Namun, ada sumber yang menyebutkan
patokan pemakaian atau pemilihan NPK tergantung pada kadar N-nya, yaitu pilihlah
NPK dengan kadar N tinggi.
Fungsi pupuk NPK dalam proses fermentasi pembuatan etanol adalah sebagai
nutrisi atau makanan bakteri yang bekerja dalam proses fermentasi, hal ini
dikarenakan pupuk NPK banyak mengandung unsur N, dan P yang dibutuhkan oleh
bakteri Saccharomyces cerevisiae (Pinus dan Marsono, 2009).

E. Ragi Roti
Ragi adalah fungi ekasel (uniseluler) yang beberapa jenis spesiesnya umum
digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol,dan bahkan
digunakan percobaan sel bahan bakar. Kebanyakan ragi merupakan anggota divisi
Ascomycota, walaupun ada juga yang digolongkan dalam Basidiomycota. Beberapa
ragi seperti, Candida albicans, dapat menyebabkan infeksi pada manusia (kandidiasis).
Selain itu ragi adalah mikroorganisme yang dapat ditemukan dimana-mana.
Ragi berasal dari keuarga fungus bersel satu dari genus Saccharomyces, spesies
cerivisiae, dan memiliki ukuran 6-8 mikron. Dalam 1 gram ragi padat, terdapat kurang
lebih 10 milyar sel hidup. Ragi ini berbentuk bulat telur, dan dilindungi oleh dinding
membran yang semi berpori (semi permeabel). Melakukan reproduksi dengan cara
membelah diri, dan dapat hidup dilingkungan tanpa oksigen (anaerob), maupun
dengan oksigen (aerob), intuk bertahan hidup ragi membutuhkan air, makanan, dan
lingkungan yang sesuai.
Mikroba utama dalam ragi roti adalah jenis khamir Saccharomyces cerevisiae.
Sel khamir ini memiliki sifat-sifat fisiologi yang stabil, sangat aktif dalam memecah
gula yaitu mengubah pati dan gula menjadi karbon dioksida dan alkohol, terdispersi
dalam air, mempunyai daya tahan simpan yang lama, dan tumbuh dengan sangat
cepat.

F. Destilasi
Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan perbedaan
titik didik atau titik cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen.
Dalam proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan
dilanjutkan dengan tahap pengembangan kembali uap menjadi cair atau padatan. Atas
dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas dan alat
pendingin
Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin,
proses pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar
condenser), sehingga uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus
menerus dan akhirnya kita dapat memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada
dalam campuran homogen tersebut.
Gambar 4. Alat Destilasi Sederhana
Contoh dibawah ini merupakan teknik pemisahan dengan cara destilasi yang
dipergunakan oleh industri. Pada skala industri, alkohol dihasilkan melalui proses
fermentasi dari sisa nira (tebu) myang tidak dapat diproses menjadi gula pasir. Hasil
fermentasi adalah alkohol dan tentunya masih bercampur secara homogen dengan air.
Atas dasar perbedaan titik didih air (100 oC) dan titik didih alkohol (70oC), sehingga
yang akan menguap terlebih dahulu adalah alkohol. Dengan menjaga destilasi maka
hanya komponen alkohol saja yang akan menguap. Uap tersebut akan melalui
pendingin dan akan kembali cair, proses destilasi alcohol merupakan destilasi yang
sederhana.

G. Bioetanol
Sebuah alkohol beroktan tinggi air bebas yang dihasilkam dari fermentasi gula
atau pati dikonversi. Dalam bentuk yang paling murni itu adalah cairan bening tidak
berwarna dengan bau yang khas ringan yang mendidih pada 78 oC dan membeku pada
-112 oC. Ia tidak memiliki mesin pembakaran dasar atau asam baik sendiri atau
dicampur dengan minyak bumi. Bioetanol Hydrous (95% kemurnian)digunakan untuk
dicampur dengan bensin.
BAB III
METODELOGI PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang diperlukan untuk pembuatan bioetanol dari buah pepaya busuk, yaitu:
1. Blender atau mesin parut untuk menghancurkan buah
2. Bak atau baskom untuk menampung bahan baku
3. Botol fermentasi
4. Timbangan atau neraca
5. Etanol meter
6. Distilator
7. Pengaduk kayu
8. Pisau
9. Penyaring
b. Bahan
Bahan yang diperlukan untuk pembuatan bioetanol dari buah pepaya busuk, yaitu:
1. Limbah buah papaya (papaya busuk) 1 liter
2. Ragi roti ( Saccharomyces cerevisiae) 25 gr
3. Pupuk Urea 25 gr
4. Pupuk NPK 0,2 gr

B. Langkah Percobaan
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Memotong buah pepaya menjadi bagian-bagian yang lebi kecil.
3) Merebus potongan buah pepaya yang sudah busuk selama kurang lebih 3 menit.
4) Menghancurkan buah pepaya busuk dengan menggunakan blender atau alat
sejenisnya, kemudian meletakkan hasil blender ke dalam bak.
5) Memasukkan urea 25 gr dan NPK 0,2 gr ke dalam bak dan dicampur hingga merata.
6) Mengencerkan yeast (ragi) dengan air hangat, dan mengaduknya sampai muncul buih.
7) Memasukkan ragi ke dalam hasil blenderan buah pepaya dan mengaduknya sampai
tercampur rata.
8) Hasil blenderan difermentasikan selama 7 hari, hingga tidak muncul buihnya lagi.
9) Hasil fermentasi diperas dan diambil sarinya.
10) Mendestilasi sari buah papaya untuk mendapatkan etanol selama 3 hari dengan suhu
700 C.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Percobaan
Hasil Fermentasi : 600 ml
Yang didestilasi : 200 ml
Hasil destilasi : 60 ml
Dilakukan Uji kuantitatif untuk mengetahui kadar bioetanol yang didapatkan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut
= m/v dimana : m = (gelas ukur + etanol) - (gela sukur kosong) v = volume etanol yang
dimasukan
Diketahui :
m = 92.05 - 33.74 gram
v = 60 ml
Ditanya :
kadar etanol ?
Jawab :
= 58.31 / 60
= 0.97

Dari hasil perhitungan yang didapat densitinya adalah 0.97 jika dilihat pada
tabel farmakope, kadar etanol untuk densiti 0,97 adalah sebesar 25%.

2. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, membahas mengenai pembuatan etanol dari limbah
buah pepaya yang difermentasikan . Cara yang digunakan untuk memfermentasikan
buah pepaya ini tidak sulit, karena prosedurnya pun sama dengan cara
memfermentasikan tape ketan, hanya saja dengan bahan yang berbeda. Dengan
menggunakan 1 buah pepaya yang hampir busuk dan dengan campuran ragi roti
(fermifan), urea dan NPK dihasilkan air hasil fermentasi kurang lebih sekitar 600 ml.
Pepaya yang difermentasi selama10 hari. Hasil fermentasi berbau tidak sedap
dikarenakan adanya bakteri mikroorganisme yang masih ada pada pepaya yang
bersifat asam. Kemudian setelah itu, air perasan tersebut diambil sebanyak 200 ml
untuk proses destilasi. Destilasi dilakukan pada suhu 70oC hingga didapat volume
destilat.Dari 200 ml air fermentasi, diperoleh hasil destilat sebesar 60 ml. Destilat yang
dihasilkan memiliki volume yang sedikit, hal ini terjadi karena pada saat fermentasi
alkohol yang ada didalam pepaya menguap atau teroksidasi. Destilat yang didapat,
diukur dalam satuan volume (mL) dan ditimbang dalam satuan (gram), sehingga dapat
dihitung bobot jenis etanol tersebut dan dapat diketahui kadar etanol. Perbandingan
volume sebelum dan sesudah didestilasi adalah 4 : 1.
Kemudian diuji dengan uji kuantitatif kadar etanolnya sebesar 25% dengan
densiti 0.97 dengan metode m/v yang menggunakan gelas ukur. Sedangkan diuji dengan
alkoholmeter kadar etanolnya lebih dari 60% karena tabung reaksi yang dibuat untuk
mengukur kadar etanol kurang besar sehingga hanya bisa di prediksikan bahwa kadar
etanolnya lebih dari 60%.

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan yang didapat dalam percobaan ini adalah :

1. Fermentasi dilakukan selama 10 hari


2. Hasil fermentasi 600 ml, hasil destilat 60 ml dari 200 ml
3. Uji dengan alkoholmeter menunjukkan bahwa kadar etanol lebih dari 60%
karena tabung reaksi yang digunakan untuk mengukur kadar kurang besar
sehingga hanya bisa di prediksikan bahwa kadar etanolnya lebih dari 60%.
4. Limbah Buah pepaya busuk menghasilkan bioetanol pada destilasi kadar etanol
25 %, densitas 0,97, dan suhu 70oC,

B. Saran
Saran setelah dilakukan percobaan ini agar dapat ditindak lanjuti pada
penelitian berikutnya adalah dengan penggunaan bahan yang lain, penggunaan alat
destilasi yang dapat menghasilkan bioetanol dalam jumlah yang lebih besar dan kadar
etanol yang tinggi, dan juga alat untuk menunjang mengukur dengan alkoholmeter.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, BIOFUEL (Jakarta : Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral)
Kuswanto, K.R. 1994. Food Fermentation of Cassava In Indonesia, Application and
Conhol
Muljana, Wahyu, Bercocok Tanam Pepaya (Semarang : Cv. Aneka Ilmu, 1997)
Pinus dan Marsono, Petunjuk Penggunaan Pupuk (Jakarta : Penebar Swadaya, 2009)
Sujito. 2008. Pembuatan Etanol Menggunakan Zymomonas Mobilis Dengan
Memanfaatkan Sari Buah Pepaya Sebagai Substrat. Surabaya: ITS

Anda mungkin juga menyukai