Anda di halaman 1dari 43

Makalah Perkembangan Peserta Didik

Tugas Tugas Perkembangan Remaja Usia Sekolah Menegnah

Disusun oleh : Kelompok 2


Sulastri
Sintya Asiah
Rika Mawarni
Fisika Dik D 2015

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat dan
rahmatnya sehingga Tim penulis dapat menyelesaikan tugas makalah untuk mata kuliah
Perkembangan peserta didik. Tim Penulis berterima kasih kepada Ibu dosen yang
bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.

Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan. Dan penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, september 2017

Penulis,

Kelompok II
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................2

Daftar Isi .............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................4

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Remaja ..................................................................................................5

2..2 Tugas-Tugas Perkembangan Remaja............................................................................5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................14


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai
penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori
perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku
sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan.
Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa
remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-
tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagian
dan penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas- tugas itu juga
akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase
berikutnya.
1.2 Rumusan Masalah
• Apa yang dimaksud Perkembangan fisik ?
• Bagaimana rentang usia dan ciri-ciri pada masa remaja ?
• Bagaimana karakteristik pada masa remaja?
• Bagaimana tugas perkembangan masa remaja?
• Bagaimana perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja ?
• Apa masalah remaja dan kiat – kiat penyelesaiannya ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


• Untuk mengetahui perkembangan remaja
• Untuk memahami perkembangan emosi pada remaja
• Untuk memahami tugas perkembangan masa remaja
• Untuk memahami perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN REMAJA

A. Perkembangan Fisik
Pada usia sekolah menengah yaitu usia SLTP dan SLTA, anak berada pada masa
remaja atau pubertas atau adolesen. Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi
antara masa kanak-kanak dengan dewasa. Meskipun aspek-aspek kepribadian telah
diwakili pada masa-masa sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa
ini, sebab setelah melewati masa ini, remaja telah berubah menjadi seorang dewasa yang
boleh dikatakan telah terbentuk suatu pribadi yang relative tetap. Pada masa transisi ini
terjadi perubahan-perubahan yang sangat cepat.
Salah satu segi perkembangan yang cukup pesat dan nampak dari luar adalah
perkembangan fisik pada masa remaja. Pada masa remaja awal ( usia SLTP ) anak-anak ini
nampak fostur tubuh tinggi-tinggi tetapi kurus. Lengan kaki dan leher mereka panjang-
panjang, baru kemudian berat badan mereka mengikuti dan pada akhir masa remaja,
proporsi tinggi dan berat mereka seimbang.
Selain terjadi pertambahan tinggi badan yang sangat cepat, pada masa remaja
berlangsung perkembangan seksual yang cepat pula. Perkembangan ini ditandai dengan
munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Ciri-ciri kelamin primer berkenaan
dengan perkembangan alat-alat peoduksi, baik pada ria maupn wanita. Selanjutnya, ciri-ciri
kelamin sekunder berkenaan dengan tumbuhnya bulu-bulu pada seluruh badan, perubahan
suara semakin rendah-besar, membesarnya payudara pada wanita, tumbuhnya jakun pada
pria.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik
Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu yaitu sebagai
berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Termasuk kedalam faktor internal ini adalah sebagai berikut:
a. Sifat jasmanilah yang diwariskan dari orang tuanya
Anak yang ayah dan ibunya bertubuh tinggi cenderung lebih lekas menjadi
tinggi dari pada anak yang berasal dari orang tua yang bertubuh pendek.
b. Kematangan
Secara sepintas, pertumbuhan fisik seolah olah seperti sudah direncanakan oleh
faktor kematangan. Meskipun anak itu diberi makanan yang bergizi tinggi,
tetapi kalau saat kematangan belum sampai, pertumbuhan akan tertunda.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar diri anak. Termasuk kedalam
faktor eksternal adalah sebagai berikut:
a. Kesehatan
Anak yang sering sakit-sakitan pertumbuhan fisiknya akan terlambat.
b. Makanan
Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terhambat, sebaliknya yang
cukup gizi pertumbuhannya pesat.
c. Stimulasi lingkungan
Individu yang tubuhnya sering dilatih percepatan pertumbuhannya sksn berbeda
dengan yang tidak pernah mendapat latihan.
B. Perkembangan Intelektual
Menurut English dan English dalam bukunya “ A Comprehensive dictionary of
pisychological and Psychoanalitical Terms “. Istlah Intelect berarti antara lain :
1. Kekuatan mental dimana manusia dapat berfikir
2. Suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktifitas yang
berkenaan dengan berfikir (misalnya menghubungkan, menimbang, dan
memahami).
3. Kecakapan, terutama kecakapan yang tinggi untuk berfikir ( bandingkan
dengan Intelligence, Intelligence = intellect).

Tahapan Perkembangan Intelek/ Kognitif


Jean Piaget (Bybee dan Sund, 1982) membagi perkembangan intelek/ kognitif
menjadi empat tahapan sebagai berikut.
1. Tahap Sensoris – Motoris
Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada anak berada dalam suatu masa
pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris
yang sangat jelas. Segala perbuatan merupakan perwujudan dari proses
pematangan aspek sensori-motoris tersebut.
Menurut Piaget (Bybee dan Snd, 1982:2), pada tahap ini interaksi anak
dengan lingkungannya, termasuk orang tuanya terutama dilakukan melalui
perasaan dan otot-ototnya. Interksi ini terutama diarahkan oleh sensasi-sensasi
dari lingkungannya. Dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya,
temasuk juga dengan orang tuanya, anak mengembangkan kemampuannya
untuk mempersepsi, melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai
gerakan dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan tindakan-
tindakannya.
2. Tahap Praoperasional
Tahap ini berlangsung pada usia2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap
intuisi sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang
ditandai oleh suasana intuitif. Artinya, semua perbuatan rasionalnya tidak di
dukung oleh perasaan, kecenderungan alamiah, sika-sikap yang diperoleh dari
orang-orang bemakna dan lingkungan sekitarnya.
Pada tahap ini menurut Piaget (Bybee dan Sund, 1982). Anak sangat
bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi
dengan lingkungannya, termasuk dengan orang tuanya. Dalam berinteraksi
dengan orang lain, anak cenderung sulit untuk dapat memahami pandangan
orang lain dan lebih banyak mengutamakan pandangannya sendiri. Dalam
berinteraksia dengan lingkungannya, ia masih sulit untuk membaca kesempatan
atau kemungkinan karena masih punya anggapan bahwa hanya ada satu
kebenaran atau peristiwa dalam setiap situasi.
Pada tahap ini, anak tidak selalu ditentukan oleh pengamatan indrawi saja,
tetapi juga pada intuisi. Anak mampu menyimpan kata-kata serta serta
menggunakanya, terutama yang berhubungan erat dengan kebutuhan mereka.
Pada masa ini anak siap untuk belajar bahasa, membaca dan menyanyi. Ketika
kita menggunakan bahasa yang benar untuk berbicara kepada anak, akan
mempunyaim akibat sangat baik pada perkembangan bahasa mereka. Cara
belajar yang memegang peran padatahap ini adalah intuisi. Intuisi
membebaskan mereka dari berbicara semaunya tanpa menghiraukan
pengalaman konkret dan paksaan dari luar. Sering kali kita lihat anak berbicara
sendiri pada benda-benda yang ada di sekitarnya., misalnya pohon, anjing,
kucing dan sebagainya, yang menurut mereka benda-benda tersebut mendengar
dan berbicara. Peristiwa semacam ini baik untuk melatih diri anak
menggunakan kekayaan bahasanya. Piaget menyebut tahap ini sebagai
collective monologue, pembicaraan yang egosentris dan sedikit hubungan
dengan orang lain.

3. Tahap Operarasional Kongkret


Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak mulai
menyesuaikan diri dengan realitas konkret dan sudah mulai berkembang rasa
ingin tahunya. Pada tahap ini, menurut Piaget (Bybee an Sund, 1982),
interaksinya dengan lingkungan, termasuk dengan orang tuanya, sudah makin
berkembang dengan baik karena egosentrisnya sudah semakin berkurang. Anak
sudah dapat mengamati, menimbang, mengevaluasi dan menjelaskan pikiran-
pkiran orang lain dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif.
Pada tahap ini anak juga memiliki hubungan fungsional karena mereka
sudah menguji coba suatu permasalahan. Cara berfikir anak yang masih bersifat
konkret menyebabkan mereka belum mampu menangkap yang abstrak atau
melakukan abstraksi tentang sesuatu yang konkret. Di sini sering terjadi
kesulitan antara orang tua dan guru. Misalnya, orang tua ingin menolong anak
mengerjakan pekerjaan rumah, tapi cara yang berbeda dengan cara yang dipakai
oleh guru sehingga anak tidak setuju. Sementara sering sekali anak lebih
percaya terhadap apa yang dikatakan oleh gurunya ketimbang orang tuanya.
Akibatnya, kedua cara tersebut baik yang diberikan oleh guru maupun orang
tuanya sama-sama tidak dimengerti oleh anak.
4. Tahap Operasional Formal
Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada masa ini, anak
telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan pada pekerjaannya yang
merupakan hasil dari berfikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah
berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugasnya.
Pada tahap ini, menurut Piaget (Bybeeand Sund, 1982), interaksi dengan
lingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak teman sebayanya dan bahkan
berusaha untuk dapat berinteraksia dengan orang dewasa. Kondisi seperti ini
tidak jarang menimbulkan masalah dalam interaksinya dengan orang tua.
Namun, sebenarnya secara diam-diam mereka juga masih mengarapkan
perlindungan dari orang tua karena belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri. Jadi, pada tahap ini ada semacam tarik-menarik antara ingin
bebas dengan ingin dilindungi.

Karena pada tahap ini anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran
formalnya, mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat
menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka mengerti.
Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih memberi akibat yang
positif bagi perkembangan kognitifnya. Misalnya, menulis puisi, lomba karya
ilmiah, lomba menulis cerpen dan sejenisnya.

Karakteristik Perkembangan Intelek/ Kognitif

Sebagaimana telah didiskusikan di atas, Piaget membangi empat tahapan


perkembangan intelektual/ kognitif, yaitu:

1) tahap sensori motoris,


2) tahap praoperasional,
3) tahap operasional konkret dan
4) tahap operasional formal.

Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai perwujudan kemampuan


intelek individu sesuai dengan tahap perkembangannya. Adapun karakteristik setiap
tahapan perkembangan intelek tersebut adalah sebagai berikut :

1. Karakteristik Tahap Sensori-Motori


Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut :
a. Segala tindakannya masih bersifat naluriah
b. Aktivitas pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra
c. Individu baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum
mampu untuk mengategorikan pengalaman
d. Individu mulai belajar menangani objek-objek konkret melalui skema-
skema sensori-motorisnya.
Sebagai upaya lebih memperjelas karakteristik tahap sensori-motoris ini, Piaget
(Bybee dan Sund, 1982) merinci lagi tahap sensori-motoris ke dalam enam fase dan setiap
fase memiliki karakteristik tersendiri.
1) Fase pertama (0-1 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Individu mampu bereaksi secara refleks
b. Individu mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun belum
terkoordinir
c. Individu mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan berbagai pesan
yang diterima dari lingkungannya.
2) Fase kedua (1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mampu
memperluas skema yang dimilikinya berdasarkan hereditas
3) Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mulai dapat
memahami hubungan antara perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang
terjadi pada benda itu.
4) Fase keempat (8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Individu mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun untuk
sementara waktu hilang dan akan muncul lagi di waktu lain.
b. Individu mulai mampu mencoba sesuatu
c. ndividu mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung kepada
orangtua
5) Fase kelima (12-18 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Individu mulai mampu untuk meniru
b. Individu mampu untuk melakukan berbagai percobaan terhadap
lingkungannya secara lebih lancer
6) Fase keenam (18-24 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Individu mulai mampu untuk mengingat dan berpikir
b. Individu mampu untuk berpikir dengan menggunakan simbol-simbol
bahasa sederhana
c. Individu mampu berpikir untuk memecahkan masalah sederhana sesuai
dengan tingkat perkembangannya
d. Individu mampu memahami diri sendiri sebagai individu yang sedang
berkembang
2. Karakteristik Tahap Praoperasional
Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut :
a. Individu telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai
informasi
b. Individu telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-
ide
c. Individu telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu
peristiwa konkret, meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat.

d. Cara berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku


1) berpikir imajinatif
2) berbahasa egosentris
3) memiliki aku yang tinggi
4) menampakkan dorongan ingin tahu yang tinggi dan
5) perkembangan bahasa mulai pesat.
3. Karakteristik Tahap Operasional Konkret
Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa
segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana
kenyataan yang mereka alami. Jadi, cara berpikir individu belum menangkap
yang abstrak meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis.
Dalam memahami konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami
sendiri. Artinya, mudah memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat
diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut.
4. Karakteristik Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai
berikut :
a. Individu dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan
abstraksi
b. Individu mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak
c. Individu mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat
hipotesis
d. Individu bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa
depan
e. Individu mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga
kesadaran diri sendiri tercapai
f. Individu mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan
diperankan sebagai orang dewasa
g. Individu mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan
masyarakat di lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut

Teori Piaget adalah teori yang sangat terkenal dan merupakan teori perkembangan
kognitif mengenai remaja yang paling banyak dibahas secara luas. Menurut teori Piaget,
remaja termotivasi untuk memahami dunianya karena hal ini merupakan suatu bentuk
adaptasi biologis. Remaja secara mengonstruksikan dunia kognitifnya sendiri, dengan
demikian informasi-informasi dari lingkungan tidak hanya sekedar dituangkan ke dalam
pikiran mereka. Agar dunia itu dapat dipahami, remaja mengorganisasikan pengalaman-
pengalamannya, memisahkan gagasan-gagasan yang kurang penting, dan menggabungkan
gagasan-gagasan itu sama lain. Mereka juga mengadaptasikan pemikiran mereka yang
melibatkan gagasan-gagasan baru karena informasi tambahan ini dapat meningkatkan
pemahaman mereka.

Ketika mengonstruksikan dunianya, remaja menggunakan skema. Skema (schema)


adalah sebuah konsep atau kerangka kerja mental yang diperlukan untuk
mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi. Secara khusus Piaget berminta
bagaimana anak-anak dan remaja menggunakan skema-skema untuk mengorganisasikan
dan memahami pengalamannya sekarang.

Piaget menemukan bahwa anak-anak dan remaja menggunakan dan


mengadaptasikan skema-skema mereka melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi
(Piaget, 1952). Asimilasi (assimilation) adalah memasukkan informasi- informasi baru ke
dalam pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi (accomodation) adalah menyesuaikan
sebuah skema yang sudah ada terhadap masuknya informasi baru. Dalam akomodasi
terjadi perubahan dalam skema yang sudah ada.

Sebagai contoh, andaikan saja seorang remaja perempuan berusia 16 tahun ingin
belajar mengenai bagaimana caranya menggunakan komputer. Orang tuanya diakses pada
tanggal 1 Oktober 2014 pukul 11:06 WIB membelikan ia sebuah komputer di hari ulang
tahunnya. Meskipun ia belum pernah memilki pengalaman untuk menggunakannya, dari
pengalaman dan pengamatan, ia mengetahui bahwa ia harus menekan tombol untuk
menghidupkan komputer itu dan memasukkan sebuah CD-ROM ke dalam suatu celah.
Perilaku ini cocok dengan kerangka kerja konseptual yang telah ada (asimilasi). Namun
ketika ia menekan beberapa tombol, ia membuat beberapa kesalahan. Ia segera menyadari
bahwa ia membutuhkan bantuan untuk mempelajari bagaimana menggunakan komputer,
entah dari kawan atau guru. Penyesuaian dalam pendekatan ini memperlihatkan kesadaran
akan perlunya mengubah kerangka kerja konseptualnya (akomodasi).

Ekuilibrium (equilibrium), suatu proses lain yang diidentifikasi oleh Piaget, adalah
mengubah pemikiran dari satu kondisi ke kondisi lain. Suatu waktu remaja mengalami
konflik kognitif atau mengalami ketidakseimbangan (disequilibrium) ketika remaja itu
berusaha untuk memahami dunianya. Pada akhirnya mereka dapat menyelesakan konflik
dan meraih keseimbangan. Menurut Piaget, secara bergantian individu berada dalam
kondisi kognitif yang equilibrium atau disequilibrium. Sebagai contoh, apabila seorang
anak berpendapat bahwa jumlah suatu cairan meningkat ketika dituangkan ke dalam wadah
yang ukuranyya berbeda, ia mungkin menjadi bertanya-tanya dari manakah cairan “ekstra”
itu berasal atau benarkah lebih banyak cairan di wadah kedua itu. Anak akan memecahkan
teka-teki itu ketika pemikirannya telah berubah maju. Dalam dunia sehari- hari, anak-anak
selalu mengahdapi inkonsistensi kognitif semacam itu.

Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Remaja Piaget Menurut Piaget, individu


berkembang melalui empat tahap kognitif, yaitu: sensorimotor (0-2 tahun), praoperasional
(2-7 tahun), operasi konkret (7-11 tahun), dan operasi formal (11 tahun-dewasa). Tahapan
operasi formal adalah tahap keempat dan terakhir dari perkembangan kognitif menurut
Piaget. Menurut Piaget, tahap ini muncul di usia antara 11 sampai 15 tahun. Perkembangan
kekuatan berpikir remaja membuka cakrawala kognitif dan sosial yang baru. Karakteristik
yang paling menonjol dari pemikiran operasi formal adalah sifatnya yang lebih abstrak
dibandingkan pemikiran operasi konkret. Remaja tidak terbatas pada pengalaman-
pengalaman yang aktual atau konkret sebagai titik tolak pemikiranya.

. Teori vygotsky

Teorilev vygotsky (1962) teori ini telah merangsang sejumlah minat dalam suatu
pandangan yang menyatakan pengetahuan itu terkait dengan situasi dan bersifat kolaboratif
(situated and collaborative ). Dengan demikian pengetahuan, didistribusikan diantara
orang-orang dan lingkungan, yang meliputi benda-benda, artefak, perkakas, buku dan
komunitas dimana orang-orang hidup. Distribusi ini memperlihatkan bahwa pengetahuan
paling baik di tingkatkan melalui interaksi dengan oranglain melalui aktivitas koperatif.
Konsep-konsep yang di keluarkan oleh Vygotsky yaitu :

1. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)

Zona Perkembangan Proksimal adalah istilah Vygotsky untuk rangkaian tugas yang
terlalu sulit dikuasai anak seorang diri tetapi dapat diipelajari dengan bantuan dan
bimbingan orang dewasa atau anak-anak yang terlatih. Menurut teori Vygotsky, Zona
Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial
development, dimana antara apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan
orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang
dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Batas bawah dari ZPD adalah tingkat
keahlian yang dimiliki anak yang bekerja secara mandiri. Batas atas adalah tingkat
tanggung jawab tambahan yang dapat diterima oleh anak dengan bantuan seorang
instruktur. Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat
memudahkan perkembangan anak.
2. Konsep Scaffolding
Scaffolding ialah perubahan tingkat dukungan. Scaffolding adalah istilah terkait
perkembangan kognitif yang digunakan Vygotsky untuk mendeskripsikan perubahan
dukungan selama sesi pembelajaran, dimana orang yang lebih terampil mengubah
bimbingan sesuai tingkat kemampuan anak.Dialog adalah alat yang penting dalam ZPD.
Vygotsky memandang anak-anak kaya konsep tetapi tidak sistematis, acak, dan spontan.
Dalam dialog, konsep-konsep tersebut dapat dipertemukan dengan bimbingan yang
sistematis, logis dan rasional.
3. Bahasa dan Pemikiran
Menurut Vygotsky, anak menggunakan pembicaraan bukan saja untuk komunikasi
sosial, tetapi juga untuk membantu mereka menyelesaikan tugas. Lebih jauh Vygotsky
yakin bahwa anak pada usia dini menggunakan bahasa unuk merencanakan, membimbing,
dan memonitor perilaku mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pikiran pada
awalnya berkembang terpisah dan kemudian menyatu. Anak harus menggunakan bahasa
untuk berkomunikasi dengan orang lain sebelum mereka dapat memfokuskan ke dalam
pikiran-pikiran mereka sendiri. Anak juga harus berkomunikasi secara eksternal dan
menggunakan bahasa untuk jangka waktu yang lama sebelum mereka membuat transisi
dari kemampuan bicara ekternal menjadi internal.
Pada dasarnya teori-teori Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa
intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan
ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui; (2) bahwa interaksi dengan orang
lain memperkaya perkembangan intelektual; (3) peran utama guru adalah bertindak sebagai
seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
Efaluasi terhadap teori vygotsky, meskipun teori mereka diajukan didalam waktu yang
kurasng lebih bersamaan, sebagian besar orang-orang didunia mempelajari teori piaget
dulu, baru kemudian disusul teory vygotsky. Akibatnya teori vygotsky belum dievaluasi
sebanyak piaget. Pandangan vygotsky mengenai pentingnya sosio-budaya terhadap
perkembangan anak-anak, sesuai dengan pendapat mjtakhir mengenai pentingnya
mengevaluasi faktor-faktor konstektual didalam belajar. Ketika beralih dari piaget ke
vygotsky, konsepnya beralih dari individu ke kolaborasi, interaksi sosial dan aktivitas
sosio-budaya. Teori vygotsky juga memperoleh kritik. Beberapa kritikus menyatakan
bahwa penekanan vygotsky dalam halkolaborasi dan bimbingan juga memiliki perangkap
tersembunyi. Mungkinkah pada beberapa kasus fasilisator menjadi terlalu banyak
menolong, ketika orang tua terlalu mendominasi dan mengontrol ? disamping itu beberapa
anak mungkin akan menjadi malas danmengharapkan bantuan pada saat mereka
diharapkan bekerja sendiri.

Pandangan pemerosesan informasi

Pemerosesan informasi meliputi bagaimana informasi diperoleh oleh pikiran remaja,


bagaimana disimpan dan bagaimana remaja menemukan kembali informasi untuk
difikirkan dan digunakan untuk memecahkan masalah. Sebagai salah satu segi dari
perkembangan, pemerosesan informasi mengalami perubahanbersamaan ketika anak-anak
mengalami transisi dari masa remaja menuju masa dewasa. Perubahan dalam atensi dan
memori contohnya, merupakan perubahan-perubahan yang esensial dan pemerosesan
informasi.

Sumber daya kognitif


Perubahan perkembangan dalam pemerosesan informasi dipengaruhi oleh meningkatnya
kapsitas dan kecepatan pemerosesan . kedua karakter ini sering kali dirujuk sebagai
sumber daya kognitif (cognitive resource).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek kognitif

perkembangan intelektual sebenarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas
dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya tidak terpisah secara
sendiri-sendiri melainkan seringkali merupakan resultan dari interaksi keduanya. Pengaruh
faktor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan intelektual itu dapat dijelaskan
berikut ini.

1. Faktor Hereditas
Semenjak dalam kandungan, remaja telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja
intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan apakah akan menjadi
kemampuan berfikir setara normal, di atas normal atau di bawah normal. Namun, potensi
ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi
kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan
perkembangan intelektual anak.
2. Faktor Lingkungan
Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam memengaruhi
perkembangan intelek remaja, yaitu keluarga dan sekolah.
a) Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan
pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki
informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara-cara yang
digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ide-idenya,
menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan
seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat
mengembangkan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut
akan menuntut perhatian orang tua.
b) Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggungjawab untuk meningkatkan
perkembangan anak tersebut perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya
menyadari bahwa perkembangan intelektual remaja terletak di tangannya. Beberapa cara
diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan remaja/peserta didik.


Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa
aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan
dengan guru mereka.

2. Memberi kesempatan kepada para remaja/peserta didik untuk berdialog dengan


orang-orang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,
sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa para peserta didik ke
objek-objek tertentu, seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat
menunjang perkembangan intelektual peserta didik.

3. Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik remaja, baik melalui kegiatan


olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan
berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggu secara fisik,
perkembangan intelektualnya juga akan terganggu

4. Meningkatkan kemampuan berbahasa remaja, baik melalui media cetak maupun


dengan menyediakan situasi yang memungkinkan untuk berpendapat atau
mengemukakan ide.

C. Perkembangan emosi

jika dilihat dari tiga ranah yang bisa digunakan dalam dunia pendidikan yaitu ranah
kognitif, efektif dan psikomotorik, emosi termasuk dalam ranah efektif. Emosi banyak
berpengaruh pada fungsi-fungsi psikis yang lainnya seperti pengamatan, tanggapan,
pemikiran dan kehendak .

1. Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh.
Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri
individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,
sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat
merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu
perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995).
Hattersal ( 1985 ) dalam Mudjiran.dkk ( 2007 ) menyatakan bahwa emosi adalah
psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan
tubuh. Menurut James &Lange , bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan
jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena
gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang
terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami
frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar
tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.
Pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang
keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Jadi emosi adalah
pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan
mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
2. Bentuk-Bentuk Emosi
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak
berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
1. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
2. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
3. Rasa takut: cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada,
tidak tenang, ngeri
4. Kenikmatan: bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
5. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, dan kemesraan
6. Terkejut : terkesiap, terkejut
7. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
8. Malu : malu hati, kesal
Menurut Goleman emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi
berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah
laku terhadap stimulus yang ada.

3. Hubungan Antara Emosi dan Tingkah Laku Remaja


Emosi mempengaruhi terhadap tingkah laku dan pola pikir remaja, seperti rasa takut
dan marah dapat menyebabkan remaja gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering,
cepatnya jantung berdetak, derasnya aliran darah, sistem pencernaan mungkin berubah
selama permunculan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi
sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak enak menghambat
pencernaan.
Gangguan emosi dapat menjadi penyebab kesulitan berbicara. Hambatan-hambatan
dalam berbicara tertentu telah ditemukan bahwa tidak disebabkan oleh kelainan dalam
organ berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan
seseorang menjadi gagap. Sikap takut, malu-malu merupakan akibat dari ketegangan emosi
dan dapat muncul dengan hadirnya individu tertentu. Karena reaksi kita yang berbeda-beda
terhadap setiap orang yang kita jumpai, maka jika kita merespon dengan cara yang sangat
khusus terhadap hadirnya individu tertentu akan merangsang timbulnya emosi tertentu.
Suasana emosional yang penuh tekanan di dalam keluarga berdampak negatif
terhadap perkembangan remaja. Sebaliknya suasana penuh kasih sayang, ramah dan
bersahabat amat mendukung pertumbuhan remaja menjadi manusia yang bertanggung
jawab terhadap keluarga. Dengan demikian dialog antara orang tua dengan remaja sering
terjadi. Dalam dialog tersebut mereka akan mengungkapkan keresahan, tekanan batin, cita-
cita, keinginan dan sebagainya. Akhirnya jiwa remaja akan makin tenang. Jika demikian
maka remaja akan mudah diajak untuk bekerja sama dalam rangka mengajukan dirinya
dibidang pendidikan dan karir
Daniel Goleman (1995:64) mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional
sebagai bukti bahwa emosi memainkan peranan penting dalam pola pikir dan tingkah laku
remaja. Adapun ciri utama pikiran emosional tersebut adalah sebagai berikut:
a. Respons yang cepat tetapi ceroboh
Hal ini terjadi karena pikiran emosional lebih cepat daripada pikiran rasional karena
pikiran emosional sesungguhnya langsung bertindak tanpa mempertimbangkan apa pun
yang akan dilakukannya. Sehingga sikap hati-hati dan proses analitis dalam berpikir
dikesampingkan sehingga tidak jarang menjadi ceroboh. Padahal kehati-hatian dan analitis
itu sesungguhnya merupakan ciri khas dari proses kerja akal dalam berpikir. Namun
demikian di sisi lain, pikiran emosional ini juga memiliki suatu kelebihan, yaitu memberi
rasa kepastian yang sangat kuat dan di luar jangkauan normal sebagaimana yang dilakukan
oleh oleh pikiran rasional. Misalnya, seorang wanita yang karena rasa takut dan terkejutnya
melihat binatang yang selama ini sangat ditakutinya sehingga dia mampu melompati parit
yang menurut ukuran pikiran rasional tidak akan mungkin dapat dilakukannya.
b. Mendahulukan perasaan kemudian pemikiran
Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lebih
lama dibandingkan dengan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu
muncul adalah dorongan hati atau emosi, kemudian dorongan pikiran. Dalam urutan
respons yang cepat, perasaan mendahului atau minimal berjalan serempak dengan pikiran.
Reaksi emosional gerak cepat ini lebih tampak menonjol dalam situasi-situasi yang
mendesak dan membutuhkan penyelamatan diri. Keputusan model ini menyiapkan
individu dalam sekejap untuk siap siaga menghadapi keadaan darurat. Di sinilah
keuntungan keputusan-keputusan cepat yang didahului oleh perasaan atau emosi.
c. Memperlakukan realitas sabagai realitas simbolik
Logika pikiran emosional yang disebut juga logika hati bersifat asosiatif. Artinya,
memandang unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas itu sendiri. Oleh sebab itu,
seringkali berbagai perumpamaan, kiasan, puisi, gambaran, karya novel, teater, nyanyian,
film, opera dan pantun secara langsung ditujukan kepada pikiran emosional.
d. Masa lampau diposisikan sebagai masa yang sekarang
Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah ciri suatu peristiwa tampak serupa dengan
kenangan masa lampau yang mengandung muatan emosi maka pikiran emosional akan
menanggapinya dengan memicu perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang diingat.
Pikiran emosional bereaksi terhadap keadaan sekarang seolah-olah keadaan itu adalah
masa lampau.
e. Realitas yang ditentukan oleh keadaan
Pikiran emosional individu banyak ditentukan oleh keadaan dan didiktekan oleh
perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat itu. Cara seseorang berpikir dan
bertindak pada saat merasa senang dan romantis akan sangat berbeda dengan perilakunya
ketika sedang dalam keadaan sedih, marah atau cemas.
Teori yang membahas mengenai hubungan antara emosi dan gejala- gejalanya kejasmanian
termasuk di dalam tingkah lakunya :
1. Teori Sentral
Bedasarkan teori yang dikemukakan oleh W.B. Cannon gejala kejasmanian timbul akibat
dari emosi yang dialami oleh individu. Sehingga, individu mengalami emosi lebih dahulu
baru kemudian mengalami perubahan- perubahan dalam jasmaninya.
2. Teori Perifir
Teori ini dikenal dengan teori James-Lange karena W. James dan C. Lange dalam waktu
yang hampir bersamaan menemukan teori tentang emosi yang mirip. Mereka berpendapat
bahwa perubahan psikologis yang terjadi dalam emosi disebabkan oleh karena adanya
perubahan fisiologis. perubahan fisiologi ini menyebabkan perubahan psikologis yang
disebut emosi. Menurut teori ini orang susah karena menangis, orang senang karena
tertawa bukan tertawa karena senang.
3. Teori Kedaruratan Emosi
Teori ini dikenal dengan teori Cannon-Bard karena teori W.B.Cannon diperkuat oleh
P.Bard. teori ini menyatakan bahwa emosi merupakan reaksi yang diberikan oleh
organisme dalam situasi emergensi atau darurat (Bimo,1910:137, Singgih, 1992:131-135).
4. Teori Kepribadian

Menurut teori ini,bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi yang tidak dapat
dipisah-pisahkan.Maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan jamani.Jasi antara emosi
dan tingkah laku hanya dapat dibedakan ,tetpi tidak dapat dipisah-pisahkan
4. Ciri-Ciri Perkembangan Emosi Remaja
Perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan
tingkahlakunya.Demikian juga pada perkembangan emosi remaja. Kualitas atau fluktuasi
gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi
yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa
tingkah laku emosional, misalnya: agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan
tingkah laku menyakiti-diri seperti : melukai diri sendiri, memukul-mukul kepala sendiri,
dan sejenisnya.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja yaitu
sebagai berikut :
a. Perubahan jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat
dari anggota tubuh memiliki pengaruh besah terhadap perkembangan emosi remaja. Pada
tarap permulaan, pertumbuhan ini hanya terbatas pada begian-bagian tertentu saja yang
mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering
mempunyai akibat yang tidak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap
remaja dapat menerima perubvahan kondisi tubuh seperti itu, labih-lebih jika perubahan
tersebut menyangkut p;erubahan kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mul;ai
berfungsi sejalan dengan perkambangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan
rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan masalah dalam
perkembangan emosinya.

b. Perubahan Pola Interaksi dengan Oramg Tua


Pola interaksi orangtua dengan anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang
pola interaksinya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada
yang bersifat mamaksakan kehendak, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga
yang dangan penuh cinta kasih. Perbedaan pola intereksi orang tua seperti ini sangat
berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan
hukuman, misalnya, ketika dulu masih anak-anak, orang tua bisa memukul anak jika anak
berbuat nakal, tetapi pada saat remaja cara- cara semacam itu justru dapat menimbulkan
ketegangan yang lebih berat antararemaja dengan orang tuanya. Dalam konteks ini Gardner
(1992) mengibaratkan dengan kalimat: “ Too Big To Spank ’’ yang maknanya bahwa
remaja itu sudah terlalu besar untuk terpukul.
Pemberontakan terhadap orang tua menunjukan bahwa mereka berada dalam
keadaan konflik dan ingin melepaskan diri dari pengawasan orang tua. Mereka tidak
merasa puas kalau tidak pernah samasekali menunjukan perlawanan terhadap orang tua
karena ingin menunjukan bahwa dirinya telah berhasil menjadi orang yang lebih dewasa.
Jika mereka berhasil dalam perlawanan terhadap orang tua sehingga orang tuanya marah,
maka merekapun belum merasa puas karena orang tua tidak menunjukan pengertian yang
mereka inginkan. Keadaan semacam ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosi
remaja.
c. Perubahan Interaksi Dengan Teman-teman
Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas
dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dan membentuk semacam
“gang’’. Interaksi antar anggota dalam suatu kelompok “gang’’ biasanya sangat intens
serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi.
Pembantukan kelompok dalam bentuk gang seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada
masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat
mereka bersama. Usahakan dapat menghindarkan pembentukan kelompok gang itu ketika
sudah memasuki masa remaja tengah atau remaja akhir karena masa ini para anggotanya
biasanya membutuhkan teman-teman untuk melawan otoritas, melakukan perbuatan yang
tidak baik, atau bahkan kejahatan bersama.
Faktor yang sering mendatangkan masalah emosi pada masa remaja adalah hubungan
cinta dangan teman lawan jenis. Pada masa remaja tengah biasanya remaja benar-benar
mulai jatuh cinta dangan lawan jenisnya. Gejala ini sebenarnya sehat bagi remaja, tetapi
juga tidak jarang menimbulkan konflik atau gangguan emosi pada remaja jika tidak diikuti
dengan bimbingan dari orang tua atau orang yang lebih dewasa. Oleh sebab itu, tidak
jarang orang tua justru merasa tidak gembira atau bahkan cemas ketika anak remajanya
jatuh cinta. Ganguan emosional yang mendalam dapat terjadi ketika cinta remaja tidak
terjawab, ditolak, atau karena pemutusan hubungan cinta sepihak sehingga banyak
mendatangkan kecemasan bagi orang tua dan bagi remaja itu sendiri.
d. Perubahan Pandangan Luar
Faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja selain
perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah pandangan dunia
luar dirinya. Ada sejumlah perubahan pendangan dunia luar yang dapat menyebabkan
konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:
a) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang-kadang mereka
dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang
wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil
sehingga berakibat timbulnya kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang
mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku emosional.
b) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja
laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki-laki memiliki teman banyak perempuan,
mereka mendapat predikat “ popular ’’ dan mendatangkan kebanggaan. Sebaliknya,
apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-kaki sering dianggap tidak baik atau
bahkan mendapat predikat yang kurang baik juga. Penerapan nilai yang berbeda
semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat
menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.
c) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung
jawab yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut kedalam kegiatan-kegiatan yang
merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral ; seperti : penyalahgunaan obat
terlarang, minum-minuman keras, atau tindak kriminal dan kekerasan. Perlakuan dunia
luar semacam ini akan sangat merugikan bagi perkembangan emosional remaja.
e. Perubahan dalam hubungannya dengan sekolah
Menginjak remaja mungkin mereka mulai menyadari betapa pentingnya pendidikan
untuk kehidupan dimasa mendatang. Hal ini sedikit banyak dapat menyebabkan kecemasan
sendiri bagi remaja. Lebih lanjut berkaitan dengan apa yang akan mereka lakukan setelah
lulus. Perubahan atau penyesuaian dengan lingkungan baru.
 Perubahan yang radikal menyebabkan perubahan terhadap pola kehidupannya.
 Adanya harapan sosial untuk perilaku yang lebih matang.
 Aspirasi yang tidak realistis.
f. Kematangan emosi
Haplin mengungkapakan bahwa kematangan emosi adalah satu keadaan atau kondisi
mencapai tingkat kedawasaan dari perkembangan emosional dan karena itu pribadi yang
bersangkutan tidak lagi menampilan pola emosional yang pantas bagi anak-anak.
Yustinus Semiun mendefinisikan kematangan emosi mengacu pada kapasitas seseorang
untuk bereaksi dalam berbagai situasi kehidupan dengan cara-cara yang lebih bermanfaat
dan bukan dengna cara- cara bereaksi anak-anak. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa kematangan emosi sebagai keadaan dimana suatu individu dapat
menerima suatu keadaan atau kondisi dengan memunculkan emosi yang sesuai dengan apa
yang terjadi padanya tanpa berlebihan atau meledak-ledak.
Selain itu individu tersebut mampu berfikir secara kritis terlebih dahulu sebelum
mengutarakan apa yang dirasakannya sehingga mampu mengutarakan hal tersebut pada
waktu yang tepat dan dengan cara yang dapat diterima oleh orang lain.
D. Perkembangan Bahasa
1. Pengertian Perkembangan Bahasa
Perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan. Perubahan
itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh dan
kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak.
Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan
oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa
merupakan alat bergaul. Oleh karena itu penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang
individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai
berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan
perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa seorang dimulai dengan
meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan diikuti dengan bahasa atau suku kata, dua suku
kata, menyusun kalimat sederhana dan seterusnya melakukan sosialisasi dengan
menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan tingkat perilaku sosial.
Bahasa juga merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, di mana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk lambang atau symbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian,
seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan, dan mimik muka.
Bahasa merupakan faktor hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Bahasa sangat
erat kaitannya dengan perkembangan pikir individu. Perkembangan pikiran individu
tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian,
menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.
2. Tahap-tahap Perkembangan Bahasa Anak
1. Tahap Pralinguistik (masa Meraba)
Pada tahap ini bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan anak belum bermakna. Bunyi-bunyi itu
memang telah menyerupai vocal atau konsonan tertentu.
Pada perkembangan bahasa anak terdapat beberapa fase yang berlangsung sejak anak lahir
sampai berumur 12 bulan.
a. Pada umur 0-2 bulan anak hanya mengeluarkan bunyi-bunyi reflektif untuk menyatakan
lapar, sakit atau ketidaknyamanan.
b. Pada umur 2 – 5 bulan anak mulai mendekut dan mengeluarkan bunyi-bunyi vocal yang
bercapur dengan bunyi-bunyi mirip konsonan.
c. Pada umur 4 – 7 bulan anak mulai mengeluarkan bunyi agak utuh dengan durasi
(rentang waktu) yang lebih lama.
d. Pada umur 6 – 12 bulan anak mulai berceloteh. Celotehannya berupa reduplikasi atau
pengulangan konsonan dan vocal yang sama seperti ba ba ba, ma ma ma
2. Tahap satu kata
Fase ini berlangsung ketika anak berusia 12 – 18 bulan. Pada masa ini anak menggunakan
satu kata yang memiliki arti yang mewakili keseluruhan idenya. Tegasnya, satu kata
meakili satu atau bahkan lebih frase atau kalimat. Oleh karena itu frase ini disebut juga
tahap holofrasis
Contoh satu kata: mimi !( sambil menunjuk cangkirnya), akut (sambil menunjukan laba-
laba)
3. Tahap dua kata
Fase ini berlangsung seaktu nak berusia sekitar 18 – 24 bulan, pada masa ini, kosakata dan
gramatika berkembang dengan cepat. Anak-anak mulai menggunakan dua kata dalam
berbicara. Tuturnya mulai bersifat telegrafik. Artinya apa yang dituturkan anak hanyalah
kata-kata yang penting saja, seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja. Kata kata yang
tidak pebting seperti halnya kalu kita menulis telegram dihilangkan. Contoh dua kata
: bapa ana! Mamah, makan!
4. Tahap banyak kata
Fase ini berlangsung ketika anak berusia 3-5 tahun atau bahkan sampai mulai
bersekolah. Pada usia 3-4 tahun, tuturan anak mulai lebih panjang dan tatabahasanya lebih
teratur. Dia tidak lagi menggunakan hanya dua kata, tetapi tiga kata atau lebih. Pada
umur 5-6 tahun bahasa anak telah menyerupai bahasa orang dewasa, sebagian bear aturan
gramatika telah dikuasainya dan pola bahasa serta tuturannya semakin bervariasi.
Pada tahap perkembangan bahasa yang dipelajarinya berkembang pula penguasaan mereka
atas system bahasa yang dipelajarinya, system bahasa itu sendiri atas subsistem berikut;
1. Fonologi, yaitu pengetahuan tentang pelafalan dan penggabungan bunyi-bunyi
tersebut sebagai sesuatu yang bermakna
2. Gramatika (tata bahasa) yaitu pengetahuan tentang aturan pembentukan unsure
tuturan
3. Semantic leksikal(kosakata) yaitu pengetahuan tentang kata untuk mengacu kepada
sesuatu hal
4. Pragmatic, yaitu pengetahuan tentang penggunaan bahasa dalam berbagai cara
untuk berbagai keperluan.
Sub-subsistem tersebut diperoleh anak secara bersamaan dengan keterampilan
berbahasanya itu sendiri.
3. Hubungan Kemampuan Berbahasa Dengan Kemampuan Berpikir
Berfikir pada dasarnya merupakan rangkaian proses kognisi yang bersifat
pribadi atau pemrosesan informasi yang berlangsung selama munculnya stimulus sampai
dengan munculnya respons (morgan, 1989). Dalam proses berfikir digunakan simbol –
simbol yang memiliki makna dan arti tertentu bagi masing – masing individu. Kemampuan
berbahasa dan kemampuan berfikir saling mempengaruhi satu sama lain.
Seseorang yang rendah kemampuan berfikirnya akan mengalami kesulitan dalam
menyusun kalimat yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini berakibat sulitnya
berkomunikasi. Bersosialisasi berarti melakukan konteks dengan orang lain. Seseorang
menyampaikan ide dengan berbahasa dan menangkap ide orang lain juga dengan melalui
bahasa. Menyampaikan dan mengambil ide itu merupakan proses berfikir yang abstrak.
Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekeburan
presepsi yang diperolehnya. Akibat lebih lanjut adalah hasil proses berfikir jadi tidak
benar, dan hal itu disebabkan karena kemampuan berbahasa seseorang yang rendah. Sering
kali dikatakan oleh banyak orang bahwa kemampuan berfikir seseorang menentukan dan
sekaligus dapat dipahami dari kemampuan bahasanya. Sebaliknya kemampuan berbahasa
seseorang merupakan pencerminan dari kemampuan berfikir seseorang.
Meskipun demikian, dalam kasus tertentu ada sejumlah orang yang kemampuan
berfikirnya bagus tetapi kemampuan bahasanya kurang. Sebaliknya ada sejumlah orang
yang kemampuan bahasanya bagus tetapi kemampuan berfikirnya tidak sebagus
kemampuan bahasanya. Seringkali dijumpai sejumlah orang yang mampu menulis dengan
bagus untuk memngekspresikan pemikirannya, tetapi ketika diminta untuk
mempersentasikan pikiran – pikirannya justru jadi tidak menarik. Sebaliknya, ada sejumlah
orang yang ketika diminta mempresentasikan pikiran-pikirannya sangat menarik dan
sangat memukau banyak orang, tetpi ketika diminta menuangkan hasil pikiran-pikirannya
dalam tulisan menjadi tidak menarik.
4. Karakteristik Perkembangan Bahasa Remaja
Karakteristik perkembangan bahasa remaja sesungguhnya didukung oleh perkembangan
kognitif yang menurut jean piaget telah mencapai tahap oprasional formal. Sejalan dengan
perkembangan kognitifnya, remaja mulai mampu mengaplikasikan prinsif-prinsif berfikir
formal atau berfikir ilmiah secara baik pada setiap situasi dan telah mengalami peningkatan
kemampuan dalam menyusun pola hubungan secara komprehensif, membandingkan secara
kritis antara fakta dan asumsi dengan mengurangi penggunaan simbol – simbol dan
terminologi kongkret dalam mengkomunikasikannya.

Sejalan dengan perkembangan psikis remaja yang berada pada fase pencarian jati diri, ada
tahapan kemampuan berbahasa yang kadang-kadang menyimpang dari norma umum
seperti munculnya istilah - istilah khusus di kalangan remaja. Dalam perkembangan
masyarakat moderen sekarang ini, dikota – kota besar bahkan berkembang pesat bahasa
khas remaja sering dikenal dengan bahsa gaul.

5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang mempengaruhi


perkembangan bahasa, yaitu sebagai berikut :
1.Kognisi
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat
lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan sebelumnya
bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa seseorang.

2.Pola komunikasi dalam keluarga

Dalam suatu keluarga yang pola komunikasinya banyak arah atau interaksinya
relatif demokratis akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya dibanding yang
menerapkan komunikasi dan interaksi sebaliknya.

3.Jumlah anak atau jumlah keluarga

Suatu keluarga yang memiliki banyak anak atau banyak anggota keluarga,
perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi
dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain
keluarga inti.

4.Posisi urutan kelahiran

Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di tengah akan lebih cepat
ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini disebabkan anak tengah memiliki arah
komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.

5.Kedwibahasaan (Bilingualisme)

Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih dari satu
atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya
menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa secara
bervariasi.

Misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia
menggunakan bahasa Indonesia. Dalam bukunya “Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5
faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosial ekonomi, jenis kelamin, dan
hubungan keluarga.

6. Status sosial ekonomi keluarga


Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi
yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dengan anggota keluarganya.
Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus sosial
tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan tampak
perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan
tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh terhadap perkembangan
bahasa.

7. Kondisi Lingkungan

Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang cukup

besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda

dengan lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,

pegunungan dan daerah-daerah terpencil dan di kelompok sosial yang lain. Karena

biasanya orang kota jarang memperhatikan anaknya, padahal anak butuh kasih sayang

dan perhatian dari orang tua. Agar anak dalam perkembangan bahasa akan lebih pesat

perkembangannya.

E. Perkembangan bakat khusus

Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi


( potential ability ) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Karena
sifatnya yang masih potensial atau masih laten, bakat memerlukan ikhtiar pengembangan
dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud. Bakat berbeda dengan
kemampuan (ability) yang mengandung makna sebagai daya untuk melakukan sesuatu,
sebagai hasil pembawaan dan latihan. Bakat juga berbada dengan kapasitas (capacity)
dengan sinonimnya, yaitu kemampuan yang dapat dikembangkan di masa yang akan
datang apabila latihan dilakukan secara optimal.

Jadi, yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh


pengetahuan dan keterampilan, baikyang bersifat umum maupun yang bersifat. Bakat
umum apabila kemampuan yang berupa potensi tersebut bersifat umum. Misalnya bakat
intelektual secara umum, sedangkan bakat khusus apabila kemampuan bersifat khusus.
Misalnya bakat akademik, social, dan seni kinestetik. Bakat khusus biasanya disebut talent
sedangkan bakat umum (intelektual) biasanya disebut gifted.
a. Jenis – Jenis Bakat Khusus

Bakat khusus (talent) adalah kemampuan bawaan berupa potensi khusus dan jika
memperoleh kesempatan berkembang dengan baik, akan muncul sebagai kemampuan
khusus dalam bidang tertentu sesuai potensinya .

Conny Semiawan dan Utami Munandar (1987) mengklasifikasikan jenis-jenis bakat


khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud menjadi lima
bidang,yaitu :

1. Bakat akademik khusus


2. Bakat kreatif – produktif
3. Bakat seni
4. Bakat kinestetik / psikomotorik,
5. Bakat sosial

 Bakat akademik khusus misalnya bakat untuk bekerja dalam angka-angka (numeric),
Logika bahasa, dan sejenisnya.
 Bakat khusus dalam bidang kreatif – produktif artinya bakat dalam menciptakan
sesuatu yang baru misalnya menghasilkan rancangan arsitektur baru, menciptakan
teknologi terbaru dan lainnya.
 Bakat khusus dalam bidang seni, misalnya mampu mengaransemen musik dan sangat
dikagumi, menciptakan lagu hanya dalam waktu 30 menit, mampu melukis dengan
sangat indah dala m waktu singkat dan sejenisnya.
 Bakat khusus kinestetik / psikomotorik, misalnya bakat dalam bidang sepak bola, bulu
tangkis, tennis, dan keterampilan tekink.
 Bakat khusus dalam bidang social misalnya sangat mahir melakukan negoisasi, mahir
berkomunikasi, dan sangat mahir dalam kepemimpinan.
b. Hubungan Antara Bakat dan Prestasi

Perwujudan nyata dari bakat dan kemampuan adalah, karena bakat dan kemampuan
sangat menentukan prestasi seseorang. Orang yang memiliki bakat matematika diprediksi
mampu mencapai prestsi yang menonjol dalam bidang matematika. Prestasi yang menonjol
merupakan cerminan dari bakat khusus.

Bakat khusus yang memperoleh kesempatan maksimal dan dikembangkan sejak


dini serta didukung oleh fasilitas dan motivasi yang tinggi, akan dapat terealisai dalam
bentuk prestasi unggul. Contoh konkret bakat yang tidak memperoleh kesempatan
maksimal untuk berkembang adalah hasi penelitian yaumil agoes akhir (1999) yang
menemukan bahwa sekitar 22% siswa SD dan SLTP menjadi anak yang Underachiever.

Artinya, prestsi belajar yang mereka peroleh berada dibawah potensi atau bakat
intelektual yang sesungguhnya mereka miliki. Bakat memang sangat menentukan prestasi
seseorang, tetapi sejauh mana itu akan terwujud menghasilkan suatu prestasi, masih
banyak variabel yang menentukan.

c. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat Khusus

Conny semiawan (1987) dan Utami munandar (1992) menegaskan bahwa berbeda
denagn kemampuan yang menunjukkan pada suatu kinerja (perfonmance) yang dilakukan
sekarang. Bakat sebagai potensi masih memerlukan pendidikan dan latihan agar suatu
kinerja dapat dilakuakan pada masa yang akan datang.

Ada sejumlah factor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus yang secra
garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor
internal adalah factor yang berasal dari dalam diri individu .

 Faktor – faktor tersebut adalah :


1. Minat
2. Motif Berprestasi
3. Keberanian mengambil resiko
4. Keuletan dalam menghadapi tantangan
5. kegigihan atau daya juang dalam mengatasi kesulitan
Adapun faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari lingkungan individu
tumbuh dan berkembang.

 Faktor – faktor tersebut adalah :


1. Kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri
2. Sarana dan Prasarana
3. Dukungan dan dorongan dari orang tua / keluarga
4. Lingkungan tempat tinggal
5. Pola asuh orang tua

Individu yang memiliki bakat khusus dan memperoleh dukungan internal maupun
eksternal, yaitu memiliki minat yang tinggi terhadap bidang yang menjadi bakat
khususnya, memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, memiliki daya juang tinggi, dan ada
kesempatan maksimal untuk mengembangkan bakat khusus, maka akan muncul
kemampuan berprestasi.

d. Perbedaan Individual Dalam Bakat Khusus

Dilihat dari aspek apapun, setiap individu memiliki perbedaan satu dengan yang
lainnya. Demikian juga dalam aspek bakat khusus, setiap individu memiliki bakat
khususnya masing-masing secara berbeda.

Perbedaan bakat khusus ini bisa terletak pada jenisnya dan juga pada kualitasnya.
Perbedaan dalam jenisnya terlihat dari kemampuan yang ditunjukkan. Misalnya, seseorang
memiliki bakat khusus bekerja dengan angaka (numerical aptitude), yang lain lebih
menonjol dalam berbahasa (verbal aptitude), sementara yang lainnya memiliki bakat yang
menonjol dalam bidang musik.

Sedangkan perbedaan dalam kualitasnya mengandung makna bahwa di antara


individu satu dengan yang lain memiliki bakat khusus yang sama, tetapi kualitasnya
berbeda. Misalnya antara orang yang sama-sama memiliki bakat khusus bekerja dibidang
angka. Orang pertama mimiliki kemampuan yang lebih unggul dibanding kemampuan
orang kedua.
Hal ini disebabkan tingkat kecerdasan antara anak yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh gen dari orang tua mereka masing-masing.

Berikut daftar tabel tingkat kecerdasan / intelegensi Wechsler :

IQ Deskripsi Presentase

130 ke-atas Very superior 2.2

120 – 129 Superior 6.7

110 – 119 Bright normal 16.1

85 – 109 Average 50.0

70 – 84 Borderline 16.1

55 – 69 Midly mentally retarderd 2.1

40 – 54 Moderate mentally retarderd 0.1

25 - 39 Severely mentally retarderd 0.003

Di bawah 25 Profoundly mentally retarderd 0.0000005


2.2 TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA
A. Pengertian Tugas-Tugas Perkembangan

Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya melalui


beberapa periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan mempunyai
serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik oleh setiap individu.
Sebab, kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada fase tertentuakan
memperlancar pelaksanaan tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya.

Seorang ahli psikologi yang dikenal luas dengan teori-teori tugas-tugas


perkembangan adalah Robert J. Havighust (Hurlock, 1990). Dia mengatakan bahwa tugas
perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari
kehidupan individu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa
keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi, kalau gagal akan
menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan tersebut beberapa diantaranya muncul sebagai akibat
kematangan fisik, sedangkan yang lain berkembang karena adanya aspirasi budaya ,
sementara yang lain lagi tumbuh dan berkembang karena nilai-nilali dan aspirasi individu.

Munculnya tugas-tugas perkembangan, bersumber pada faktor-faktor berikut :

1. Kematangan fisik, misalnya (a) belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki;
(b) belajar bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang berbeda pada masa
remaja karena kematangan organ-organ seksual.
2. Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya (a) belajar membaca; (b) belajar
menulis; (c) belajar berhitung; (d) belajar berorganisasi.
3. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya (a) memilih
pekerjaan; (b) memilih teman hidup.
4. Tuntutan norma agama, misalnya (a) taat beribadah kepada Alloh; (b) berbuat baik
kepada sesame manusia.

Tugas-tugas perkembangan mempunyai tiga macam tujuan yang sangat bermanfaat


bagi individu dalam menyelesaikan tugas perkembangan, yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat
dari mereka pada usia-usia tertentu.
2. Memberikan motivasi kepada setiap individu untuk melakukan apa yang
diharapkan oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.
3. Menunjukkan kepada setiap individu tentang apa yang akan mereka hadapi dan
tindakan apa yang diharapkan dari mereka jika nantinya akan memasuki tingkat
perkembangan berikutnya.
Tugas-tugas perkembangan ada yang dapat diselesaikan dengan baik, ada juga yang
mengalami hambatan. tidak dapat diselesaikannya dengan baik suatu tugas perkembangan
dapat menjadi suatu bahaya potensial yang menjadi penghambat penyelesaian tugas
perkembangan, yaitu sebagai berikut :

1. Harapan-harapan yang kurang tepat, baik individu maupun lingkungan sosial


mengharapkan perilaku di luar kemampuan fisik maupun psikologis.
2. Melangkahi tahap-tahap tertentu dalam perkembangan sebagai akibat kegagalan
menguasai tugas-tugas tertentu.
3. Adanya krisis yang dialami individu karena melewati satu tingkatan ke tingkatan
yang lain.

B. Jenis Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havighrust (Hurlock,1990), ada sejumlah perkembangan yang harus


diselesaikan dengan baik oleh remaja, yaitu sebagai berikut:

1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita.
a. Hakikat Tugas
Mempelajari peran anak perempuan sebagai wanita dan anak laki-laki sebagai pria,
menjadi dewasa diantara orang dewasa, dan belajar memimpin tanpa menekan orang lain.

b. Dasar Biologis
Secara biologis, manusia terbagi menjadi dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan.
Kematangan seksual dicapai selama masa remaja. daya tarik seksual menjadi suatu
kebutuhan yang dominan dalam kehidupan remaja. Hubungan sosial dipengaruhi oleh
kematangan yang telah dicapai.

c. Dasar Psikologis

Dalam kelompok sejenis, remaja belajar untuk bertingkah laku sebagaimana orang
dewasa. adapun dalam kelompok lain jenis, remaja belajar menguasai keterampilan sosial.
Remaja putri umumnya lebih cepat matang daripada remaja putra dan cenderung lebih
tertarik kepada remaja putra yang usianya beberapa tahun lebih tua. Kecenderungan seperti
ini akan berlangsung sampai mereka kuliah di perguruan tinggi. Keberhasilan dalam
melaksanakan tugas perkembangan akan membawa penyesuaian-penyesuaian yang lebih
baik di sepanjang kehidupannya.

2. Mencapai peran sosial pria dan wanita

Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak
kesulitan bagi anak laki-laki, mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-
kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka
diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk
mempelajari peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut,
seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-
tahun.

a. Hakikat Tugas

Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya sebagai pria atau wanita.
Remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat.

b. Dasar Biologis

Ditinjau dari kekuatan fisik remaja putri menjadi orang yang lebih lemah
dibandingkan dengan remaja putra. Namun, remaja putri memiliki kekuatan lain meskipun
memiliki kelemahan fisik.

c. Dasar Psikologis

Peranan sosial pria dan wanita memang berbeda, remaja putra perlu menerima
peranan sebagai seorang pria dan remaja putri perlu menerima peranan sebagai seorang
wanita. Meskipun demikian, sering terjadi kesulitan pada remaja putri, kadang-kadang
cenderung lebih mengutamakan ketertarikannya kepada karir, cenderung mengagumi
ayahnya dan kakaknya, serta ingin bebas dari peranan sosialnya sebagai istri atau ibu yang
memerlukan dukungan suami.

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif

Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak
kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep meraka tentang penampilan diri pada
waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk
mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa
yang dicita-citakan.

a. Hakikat Tugas

Menjadi bangga atau sekurang-kurangnya toleran dengan kondisi fisiknya sendiri,


menjaga dan melindungi, serta menggunakannya secara efektif.

b. Dasar Biologis

Perkembangan remaja disertai dengan pertumbuhan fisik dan seksual. Laju


pertumbuhan tubuh gadis lebih cepat apabila dibandingkan pemuda. Waktunya kini tiba
bagi si remaja untuk mempelajari bagaimana jadinya fisiknya kelak, menjadi tinggi,
pendek, besar atau kurus. Umumnya gadis yang berusia 15 sampai 16 tahun, tubuhnya
mencapai bentuk akhir. Adapun pada pemuda keadaan ini akan dicapai sekitar usia 18
tahun.
c. Dasar Psikologis

Terjadinya perubahan bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan sikap dan
minat remaja. Remaja suka memperhatikan perubahan tubuh yang sedang dialaminya
sendiri. Remaja putri lebih suka berdandan dan berhias untuk menarik lawan jenisnya
manakala dia sudah mulai menstruasi.

4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya

Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara
emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan
yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku.
Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh
dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol
pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang
memiliki hubungan yang akrab dengan anggota kelompok.

a. Hakikat Tugas

Membebaskan sifat kekanak-kanakan yang selalu menggantungkan diri pada orang


tua, mengembangkan sikap perasaan tertentu kepada orang tua tanpa menggantungkan diri
padanya, dan mengembangkan sikap hormat kepada orang dewasa tanpa menggantungkan
diri padanya.

b. Dasar Biologis

Secara biologis, remaja sudah dapat mencapai tugas perkembangan ini, karena
mereka sudah memperoleh kematangan fisiknya. Kematangan seksual individu. Individu
yang tidak memperoleh kepuasan di dalam keluarganya akan keluar untuk membangun
ikatan emosional dengan teman sebaya. Ini bisa berlangsung tanpa mengubah ikatan
emosional yang meningkat terhadap orang tua.

c. Dasar Psikologis

Pada masa ini, remaja mengalami sikap ambivalen (dua perasaan yang
bertentangan) terhadap orang tuanya. Remaja ingin bebas, namun dirasa bahwa dunia
dewasa itu cukup rumit dan asing baginya. Dalam keadaan semacam ini, remaja masih
mengharapkan perlindungan orang tua, sebaliknya orang tua menginginkan anaknya
berkembang menjadi lebih dewasa. Keadaan inilah yang menjadikan remaja sering
memberontak pada otoritas orang tua. Guru adalah salah satu tempat bertumpu. Disinilah
peranan guru cukup besar dalam rangka proses penyapihan psikologis remaja. Kegagalan
dalam melaksanakan tugas cenderung dapat diasosiasikan dengan kegagalan dalam
membina hubungan yang bersifat dewasa dengan teman sebayanya.
5. Mencapai jaminan kebebasan ekonomis

Kemandirian ekonomis tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan
mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang memerlukan
periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian secara
ekonomis bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomis
mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan
untuk bekerja selesai dijalani.

a. Hakikat Tugas

Merasakan kemampuan membangun kehidupan sendiri. Tujuan tugas perkembangan


ini adalah agar remaja mampu menciptakan suatu kehidupan (mata pencaharian). Tugas ini
sangat penting (mendasar) bagi remaja pria, namun tidak begitu penting bagi remaja pria.

b. Dasar Biologis

Tidak ada dasar biologis yang berarti untuk pelaksanaan tugas ini, meskipun kekuatan
dan keterampilan fisik sangat bermanfaat untuk mencapai tugas ini.

c. Dasar Psikologis

Berkaitan erat dengan hasrat untuk diri sendiri.

6. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan

a. Hakikat Tugas

Memilih pekerjaan yang memerlukan kemampuan serta mempersiapkan pekerjaan.

b. Dasar Biologis

Ukuran dan kekuatan badan pada sekitar usia 18 tahun sudah cukup kuat dan
tangkas untuk memiliki dan menyiapkan diri memperoleh lapangan pekerjaan.

c . Dasar Psikologis

Dari hasil penelitian mengenai minat di kalangan remaja, ternyata pada kaum
remaja berusia 16-19 tahun, minat utamanya tertuju kepada pemilihan dan mempersiapkan
lapangan pekerjaan. Sebenarnya prestasi siswa di sekolah, tentang apa yang dicita-
citakannya, kemana akan melanjutkan pendidikannya, secara samar-samar dapat menjadi
gambaran tentang lapangan pekerjaan yang diminatinya.

Alizabeth B. Hurlock (1981) mengemukakan bahwa anak SMA mulai memikirkan


masa depan mereka secara sungguh-sungguh. Anak laki-laki biasanya lebih bersungguh-
sungguh dalam hal pekerjaan dibandingkan dengan anak perempuan yang memandang
pekerjaan sebagai pengisi waktu sebelum menikah.

7. Persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga

Kecenderungan kawin muda menyebabkan persiapan perkawinan merupakan tugas


perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaja. Meskipun tabu sosial
mengenai perilaku seksual yang berangsur-angsur mengendur dapat mempermudah
persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya
sedikit dipersiapkan di rumah, di sekolah dan di perguruan tinggi. Dan lebih-lebih lagi
persiapan tentang tugas-tugas dan tanggung jawab kehidupan keluarga. Kurangnya
persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari “masalah yang tidak terselesaikan” yang
oleh remaja dibawa ke dalam masa dewasa.

a. Hakikat Tugas

Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan berkeluarga. Khusus untuk


remaja putri termasuk di dalamnya kesiapan untuk mempunyai anak.

b. Dasar Biologis

Kematangan seksual yang normal yang menumbuhkan ketertarikan antar jenis


kelamin.

c. Dasar Psikologis

Sikap remaja terhadap perkawinan sangat bervariasi. Ada yang menunjukkan rasa
takut, tetapi ada juga yang menunjukkan sikap bahwa perkawinan justru merupakan suatu
kebahagiaan hidup.

8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk


kompetensi kewarganegaraan

Sekolah dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan keterampilan intelektual


dan konsep yang penting bagi kecakapan sosial. Namun, hanya sedikit remaja yang mampu
menggunakan keterampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang aktif dalam
berbagai aktivitas ekstrakurikuler menguasai praktek demikian namun mereka yang tidak
aktif –karena harus bekerja setelah sekolah atau karena tidak diterima oleh teman-teman-
tidak memperoleh kesempatan ini.

a. Hakikat Tugas

Mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi, dan kemayarakatan.

b. Dasar Biologis

Pada usia 14 tahun, sistem syaraf dan otak telah mencapai tahap ukuran
kedewasaan.
c. Dasar Psikologis

Berkembangnya kemampuan kejiwaan yang cukup besar dan perbedaan individu


dalam perkembangan kejiwaan yang sangat erat hubungannya dengan perbedaan dalam
penguasaan bahasa, pemaknaan, perolehan konsep-konsep, minat, dan motivasi.

9. Mencapai dan mengharapkan tingkah laku sosial yang bertanggungjawab

Erat masalahnya dengan masalah pengembangan nilai-nilai yang selaras dengan


dunia nilai orang dewasa yang akan dimasuki, adalah tugas untuk mengembangkan
perilaku sosial yang bertanggung jawab. Sebagian besar remaja ingin diterima oleh teman-
teman sebaya, tetapi hal ini seringkali dianggap tidak bertanggung jawab. Misalnya, kalau
menghadapi ujian, maka remaja harus memilih antara standar dewasa dan standar teman-
teman.

a. Hakikat Tugas

Berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan


masyarakat dan mampu menjunjung nilai-nilai masyarakat dalam bertingkah laku.

b. Dasar Biologis

Tugas ini tidak terlalu menuntut dasar biologis. Tugas ini berkaitan erat dengan
pengaruh masyarakat terhadap individu, kecuali jika menerima adanya insting sosial pada
manusia atau memandang bagus tingkah laku remaja merupakan sublimasi dari dorongan
seksual.

c. Dasar Psikologis

Proses untuk mengikatkan diri individu kepada kelompok sosialnya telah


berlangsung sejak individu dilahirkan.Sejak kecil anak diminta untuk belajar menjaga
hubungan baik dengan kelompok, berpartisipasi sebagai anggota kelompok sebaya, dan
belajar bagaimana caranya berbuat sesuatu untuk kelompoknya. Ini berlangsung sampai
dengan individu itu mencapai fase remaja.

10. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman
tingkah laku

Sekolah dan pendidikan tinggi juga mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang
sesuai dengan nilai-nilai dewasa; orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini.
Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan nilai-nilai teman sebaya, maka remaja
harus memilih yang terakhir bila mengharapkan dukungan teman-teman yang menentukan
kehidupan sosial mereka.
a. Hakikat Tugas

Membentuk suatu himpunan nilai-nilai sehingga memungkinkan remaja


mengembangkan dan merealisasikan nilai-nilai, mendefinisikan posisi individu dalam
hubungannya dengan individu lain, dan memegang suatu gambaran dunia dan suatu nilai
untuk kepentingan hubungan dengan individu lain.

b. Dasar Psikologis

Banyak remaja yang menaruh perhatian pada problem filosofis dan agama. Ini
diperoleh remaja melalui identifikasi dan imitasi pribadi ataupun penalaran dan analisis
tentang nilai.

C. Tugas Perkembangan Remaja Berkenaan Dengan Kehidupan Berkeluarga

Secara teoritis, masa remaja dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase pertama
pubertas dan fase kedua adalah adolesens. Fase pertama menitikberatkan pada
perkembangan fisik dan sosial, serta pengaruhnya pada gejala-gejala psikososial.
Sedangkan fase kedua menitikberatkan pada aspek-aspek nilai –nilai, moral, pandangan
hidup, dan hubungan kemasyarakatan.

Pembahasan tugas perkembangan remaja berkenaan dengan kehidupan berkeluarga


menitikberatkan pada masa remaja fase kedua, fase adolesens.

Tugas perkembangan yang berkaitan dengan kehidupan keluarga harus dapat


diselesaikan dengan baik meskipun dirasakan sangat berat, karena selama tahun pertama
dan kedua perkawinan, pasangan muda harus melakukan penyesuaian diri satu sama lain
terhadap anggota keluarga masing-masing. Sementara ketegangan sosial masih sering
timbulnpada mereka.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Pada

masa ini banyak perubahan-perubahan yang terjadi baik dari fisik maupun psikis dari

seorang yang sudah memasuki masa remaja ini. Perubahan fisik yang terjadi di diri seorang

yang remaja yaitu pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan

tinggi).Selanjutnya, mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada

wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh.

Selain dari pada itu dari segi psikisnya juga mulai berkembang baik dari perkembangan

kognitif, emosi, sosial, moral, kepribadian, dan kesadaran agamanya. Dari perkembangan

tersebut, remaja menjadi diri yang akan membawanya ke masa remaja.

Oleh Havighurst perkembangan tersebut dinyatakan sebagai tugas yang harus

diperlajari, dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya. Oleh karena itu,

setiap remaja harus menuntaskan setiap tugas yang ada di fase remaja. Karena pada

hakikatnya tugas perkembangang ini berkaitan dengan sikap, perilaku, atau ketrampilan

yang seyogyianya dimiliki oleh individu, sesuai dengan usia atau fase perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA

Kemal Syarif . 2017 . Perkembangan peserta didik . Medan : UNIMED PRESS

Sunarto, Agung Hartono, 2013. Perkembangan peserta didik. Jakarta:Rineka Cipta

Yusuf, Syamsu, 2012. Psikologi Perkembangan AnaK & Remaja. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai