Filtrasi adalah operasi pemisahan padatan dan cairan dari suatu campuran padatan-
cairan (slurry) dengan pemberian tahanan aliran (filter media) yang bisa dilewati cairan,
tetapi bisa menahan partikel padatan.
Dengan filtrasi, diperoleh cairan yang relatif bebas padatan (filtrat) dan padatan basah.
Pada filter ayak (sieve filter, misalnya: cartridge filter) dan filter kue (cake filter,
misalnya: plate and frame filter, rotary drum filter, belt filter), padatan basah yang
diperoleh berbentuk kue (cake) padatan. Pada filter bed (deep-bed filter, misalnya:
saringan pasir), partikel padatan terperangkap diantara pori-pori media filter.
Peristiwa filtrasi pada prinsipnya merupakan peristiwa aliran fluida dalam media berpori.
Media berpori yang digunakan tergantung jenis filternya. Pada deep bed filter, media
berporinya berupa tumpukan pasir penyaring, dimana prositas/fraksi ruang kosongnya
akan menurun selama proses berlangsung karena terisi partikel-partikel padatan dari
slurry. Pada cake filter, media berpori yang digunakan berupa kain saring (filter cloth)
dan tumpukan padatan (kue) yang terbentuk pada permukaan kain saring.
Gambar dibawah menggambarkan secara skematis aliran slurry melalui media berpori
dari filter.
Pada bab ini, pembahasan akan dibatasi pada rancangan cake filter, baik batch maupun
kontinyu, dengan fokus pada plate and frame filter press dan rotary drum filter. Pada
cake filter, kain filter (filter cloth) merupakan media filter primer yang hanya berperan
besar pada awal filtrasi. Pada saat kue padatan terbentuk, tahanan aliran oleh kain filter
kurang berperan. Tahanan aliran selanjutnya didominasi media filter sekunder, yaitu
tumpukan kue padatan yang terbentuk.
Gambar dibawah, menjelaskan secara skematis aliran fluida pada cake filter.
Aliran fluida dalam pipa (dengan asumsi: tidak ada beda elevasi, perbedaan kecepatan
masuk dan keluar pipa tidak signifikan dan tidak ada kerja dari luar pada fluida)
memberikan:
( Pb Pa ) (Pcake ) (Pc ) Lv 2
F atau F f (1)
g g g 2 gD
64 64
Untuk aliran laminar: f (3)
Re vD
Substitusi persamaan (3) ke persamaan (2) menghasilkan:
32
(Pc ) Lv (4)
D2
Sehingga pada aliran LAMINER: (Pc ) v (5)
Aliran melalui medium berpori pada umumnya sangat lambat, sehingga bilangan
Reynold (Re) kecil (aliran laminar). Persamaan aliran fluida melalui medium berpori
selanjutnya dapat dianalogikan dengan rumus aliran fluida laminar dalam pipa. Untuk
aliran dalam pori padatan, D pada persamaan (4) dinyatakan dalam Dp, yaitu diameter
butir padatan.
Lc = K’ x L, (6)
Sehingga,
32 Lc
(Pc ) v riil (7)
D p2 K '
Dimana:
μ = viskositas fluida
vriil = kecepatan riil fluida mengalir dalam pori.
Kecepatan riil dari fluida, vriil = kecepatan volumetrik/luas total penampang lubang pori.
Karena luas penampang lubang pori sulit untuk diukur/diketahui, maka persamaan (7)
biasanya dinyatakan dalam kecepatan supervisial fluida, v, yaitu:
32 Lc 2
(Pc ) 2
c ' v ; dan jika D p K ' = konstanta = K; maka,
Dp K ' 32 c '
FRe dan Ff merupakan fungsi dari porositas tumpukan padatan (bed) dan sphericity
partikel (lihat pada gambar-gambar dibawah).
K ( Pc )
v
.Lc
(10)
yang menyatakan bahwa “kecepatan alir filtrate” (sebanding dengan volum filtrat
tertampung) berbanding terbalik dengan tebal kue padatan”.
Hubungan antara volume filtrat tertampung dengan ketebalan kue, porositas kue dan
kadar padatan dapat diperoleh dengan menyusun neraca massa padatan. Asumsi: tidak
ada padatan yang lolos dari media filter.
x
A.Lc (1 X ) s (V A.Lc . X ) (11)
1 x
Dimana:
A = luas penampang kue padatan
Lc = tebal kue padatan
V = volum filtrate tertampung
ρs = rapat massa padatan
ρ = rapat massa cairan
X = porositas kue = (volume ruang kosong/volume total kue)
x = kadar padatan dalam slurry umpan filter = (massa padatan/massa slurry).
s (1 x)(1 X ) xX
V A.Lc (12.a)
x
atau,
x V
Lc (12.b)
s (1 x )(1 X ) xX A
volumetrik flowrate (dV / dt ) K Pc
Kecepatan supervisial, v (13)
A A Lc
1 x 1
Cv (15.a)
2 s (1 x)(1 X ) xX K
Maka:
dV A 2 .( Pc )
(15.b)
dt 2.C v .V
s (1 x)(1 X ) xX
dV A.dLc (12.c)
x
Substitusi persamaan (12.c) kedalam persamaan (14), diperoleh,
atau,
2
dLc ( Pc ) x 1
(16)
dt 2C v s (1 x)(1 X ) xX Lc
2
(1 x )(1 X ) xX [ s (1 x)(1 X ) xX ]
C L C v s (17.a)
x 2.Kx
Maka,
dLc .( Pc )
(17.b)
dt 2.C L .L
Integrasi persamaan (15.b) dari t=0 sampai t, menghasilkan hubungan antara volume
filtrat tertampung terhadap waktu,
Cv
t V2 (18.a)
A ( Pc )
2
Integrasi persamaan (17.b) dari t=0 sampai t, menghasilkan hubungan antara tebal kue
padatan tertampung terhadap waktu,
CL 2
t Lc (18.b)
( Pc )
Persamaan (18.a) dan (18.b) tidak praktis, karena nilai (-ΔPc) diukur antara dua
permukaan kue padatan yang pada prakteknya sulit sekali untuk diukur. Pengukuran
beda tekanan yang paling memungkinkan adalah antara beda tekanan antara dua sisi
alat filtrasi, yang meliputi beda tekanan antara dua permukaan kue padatan + beda
dV daya dorong
dt tahanan kue tahanan kain saring dan saluran2
(P)
(2.Cv .V / A ) (2.Cv .Ve / A2 )
2
atau,
dV A 2 ( P )
(19.a)
dt 2.C v (V Ve )
dimana:
Ve = volum filtrate ekivalen
= volum filtrat tertampung yang memberikan kue yang ekivalen dengan tahanan
aliran sebesar tahanan kain saring dan saluran-saluran filter.
t V
2C v
Integrasi persamaan (19.a): dt
0 A 2 ( P ) 0
(V Ve ) dV
memberikan hasil: t 2
Cv
A ( P )
V 2 2V .Ve (19.b)
dLc ( P )
(20.a)
dt 2.C L ( L Le )
Pada proses filtrasi dengan (dV/dt) tetap, (-ΔP) akan berubah selama proses,
persamaan (19.a) menjadi:
2.C dV
( P) 2 v (V Ve )
A dt
tetap
(21)
Sehingga untuk menjaga (dV/dt) tetap, maka (-ΔP) harus dinaikkan secara linier
terhadap V.
dL
( P ) 2C L c ( Lc Le )
dt (22)
tetap
Terlihat bahwa (-ΔP) juga harus dinaikkan secara linier terhadap Lc.
Contoh soal:
Sebuah filter batch dengan luas 10 ft2 beroperasi pada beda tekanan tetap 40 psig.
Filter dijalankan untuk menyaring slurry CaCO3 dalam air. Data volum filtrat tertampung
pada berbagai adalah sebagai berikut:
Waktu, menit 10 20 30 45 60
Volume filtrat, ft3 141 215 270 340 400
Penyelesaian:
a. Untuk mengetahui volume filtrat setelah 70 menit, dapat digunakan persamaan
(19.b),
t 2 v
C
A ( P )
V 2 2V .Ve (19.b)
Pertama kali harus diestimasi dulu nilai parameter-parameter Cv dan Ve dari data
percobaan. Digunakan pendekatan cara diferencial untuk mencari parameter-
parameter tersebut. Data percobaan diplotkan antara ( dt/dV≈(ti+1-ti)/ΔV) versus
rata-rata volum filtrat tertampung pada rentang waktu tsb ( Vavg).
t, menit 10 20 30 45 60
V, ft3 141 215 270 340 400
(ti+1-ti)/ΔV (20-10)/(215-141) (30-20)/ (45-30)/ (60-45)/ -
= .... (270- (340- (400-
215)= ... 270)= ... 340)= ...
Vavg, ft3 ½(215+141) ½(270+215) ½(340+270) ½(340+400)
b. Pencucian dengan volum air pencuci, Vw = 100 ft3. Pada proses pencucian, kue tidak
bertambah tebal, sehingga proses pencucian dapat dianggap proses dengan
kecepatan tetap (dVw/dt = tetap, atau dt/dVw = tetap). Jika (-ΔP) dan A tetap,
maka:
dt w dt
tetap
dVw dV akhir filtrasi
Sehingga,
tw Vw
dt 2C v
0 dt w ( dV ) akhir dVw atau tw V Ve Vw (23)
filtrasi 0
A ( P )
2 V V f
Catatan:
Jika luas bidang pencucian dan bidang filtrasi berbeda, dan (-ΔP) antara proses
pencucian dan filtrasi juga berbeda, maka perla koreksi sebagai berikut:
2
dt w dt ( Pf ) A f
(24)
dVw dV akhir filtrasi ( Pw ) Aw
Jika tebal kue berbeda karena aliran berubah, misalnya tebal kue menjadi 2x, maka
pada rumus (dtf/dVf)|akhir, nilai V diisi dengan 2xVf.
c. Siklus optimum diperoleh jika jumlah filtrate yang tertampung tiap satuan waktu
maksimum. Untuk mendapatkan tingkat kebersihan kue yang sama, maka
perbandingan volum air pencuci dengan volum filtrate harus tetap (ingat: tebal kue
sebanding dengan volum filtrate tertampung, sehingga jika volum filtrate makin
banyak, perlu air pencuci makin banyak pula).
Waktu filtrasi: t f
Cv
A ( P )
2
2
V f 2V f .Ve
Waktu pencucian:
dt 2C
tw ( ) Vw 2 v (V f Ve )Vw
dV akhir filtrasi A ( P )
2C v 2C k 2
(V f Ve )kV f 2 v (V f VeV f )
A ( P)
2
A ( P )
Cv 2 2C k 2
Sehingga, t c (V f 2VeV f ) 2 v (V f VeV f ) t p (25)
A ( P )
2
A ( P )
tc C 2C k tp
2 v (V f 2Ve ) 2 v (V f Ve )
Vf A ( P ) A ( P ) Vf
d tc Cv 2C v k tp
(1 0) (1 0) 0
dV f V A 2 (P) A 2 (P) Vf
2
f
A 2 ( P )t p
Akan diperoleh: (V f ) opt
C v (1 2k )
(26)
Dari Vf,opt, selanjutnya dapat dihitung (tf)opt; (Vw)opt; (tw)opt dan (tc)opt.
Khusus untuk plate and frame filter, tebal kue maksimum yang diijinkan adalah ½ x
tebal frame (pada kondisi ini frame penuh dengan kue). Sehingga model ini perlu
dicek apakah dengan volum filtrate optimum, (Vw)opt, akan dihasilkan kue dengan
ketebalan, Lc, melebihi ½ x tebal frame. Jika Lc > ½ x tebal frame, maka operasi
pada (Vw)opt tidak mungkin dilakukan.
tc C tp
Jika siklus operasi tanpa pencucian, maka: 2 v (V f 2Ve ) , dan
Vf A ( P ) Vf
d tc Cv tp
(1 0) 2 0
dV f V A 2 ( P ) Vf
f
Jika pencucian dilakukan dengan kondisi berbeda dengan kondisi filtrasi, misalnya
[(-ΔP), A, Lc yang berbeda], siklus optimum dapat dicari dengan cara yang sama
dengan mengoreksi [(-ΔP), A, Lc ] yang sesuai.
Jika:
A = luas permukaan filter
(-ΔP) = beda tekanan pada dua sisi
filter.
N = kecepatan putar filter,
putaran/menit.
Ψ = fraksi tercelup,
luas filter tercelup/luas filter
total.
tf
Cv
A ( P )
2
V 2 2V .Ve
C v V V Ve
2
t 2( )( )
( P ) A A A
Sehingga: t f
Cv
( P )
v 2 2vv e (27)
Misalnya ditinjau 1 satuan luasan filter, Ψ adalah luasan filter tercelup per satuan total
filter (ekivalen dengan luasan filtrasi/luas total). Jika T (= perioda putaran) adalah
waktu yang dibutuhkan untuk 1 putaran penuh, maka selama waktu T tersebut fraksi
luasan filter yang tercelup akan tercelup dalam slurry selama Ψ.T dengan volum filtrat
sebanyak v. Sehingga persamaan (27) menjadi:
T
Cv
( P )
v 2 2vve (27.a)
Untuk setiap satuan waktu, setiap luasan filter akan menghasilkan volume filtrat
sebanyak v’=v/T = (v/(1/N)) = N.v.
Jika luas total filter adalah A, maka total volum filtrat yang dihasilkan persatuan waktu
adalah: V’’=A.v’ = A.N.v, sehingga v = (V’/(AN)). Substitusi ke persamaan (27.a)
menghasilkan,
Cv V ' 2 V '
2Ve (28)
N A ( P ) N
2
N
Catatan Tambahan: