Anda di halaman 1dari 70

BAB I

KONSEP DASAR KIMIA

A. Partikel dasar penyusun materi


Materi tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil yang dapat berbentuk atom, molekul atau
dalam bentuk ion
1. Atom
Atom merupakan partikel terkecil dari suatu unsur yang masih mempunyai sifat-sifat yang
sama seperti unsur tersebut. Misalnya kita ambil sepotong besi, kemudian besi tersebut dipotong
menjadi dua dan hasil potongannya kita bagi lagi menjadi dua dan seterusnya.
Pada abad ke-18 ternyata banyak ahli kimia yang dapat menerima konsep Leukippos dan
Deumokritos. Seorang ahli kimia Inggris, John Dalton mengemukakan konsep atom dari berbagai
eksperimennya dan ini dikenal dengan Teori Atom Dalton :
1. Semua materi tersusun dari partikel yang sangat kecil yang disebut atom.
2. Atom tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan serta tidak dapat dipecah menjadi
yang lebih kecil dengan sifat yang sama.
3. Setiap unsur tersusun dari atom-atom yang sama. Setiap unsur yang berbeda mempunyai
sifat dan bentuk yang berbeda.
4. Senyawa terbentuk dari 2 macam atom atau lebih yang berbeda.
5. Reaksi kimia merupakan penggabungan dan pemisahan atom-atom dari unsur/senyawa di
dalam reaksi

Atom umumnya terdiri dari:

1 proton, neutron, elektron (kecuali hidrogen; tidak mempunyai neutron).

2 jumlah proton dan elektron yang sama (jika tdk sama disebut ion)

3 atom-atom yang mempunyai karakteristik sama dinamakan unsur.

2. Molekul
Molekul merupakan partikel terkecil dari suatu senyawa. Sedangkan senyawa adalah gabungan dari
unsur-unsur penyusunnya. Jadi molekul merupakan gabungan dari dua atom atau lebih dari atom yang
sama atau atom yang berbeda. Molekul dapat terbentuk dari atom-atom yang sama, seperti oksigen,
hidrogen, nitrogen, belerang, fosfor. Ini dikatakan Molekul Unsur.Sedangkanmolekul yang
terbentukdari atom yang berbedaseperti air, garamdapur, kapur, gula dan amoniak disebut molekul
senyawa.

3. Ion
Beberapa molekul seperti garam dapur (Natrium Klorida), kapur (Kalsium Karbonat), kalau
dilarutkan dalam air akan terurai membentuk ion-ionnya. Ada dua jenis ion yaitu ion positif dan
ion negatif. Jadi ion merupakan atom atau kumpulan atom yang bermuatan listrik positif(ion
positif) dan bermuatan listrik negatif (ion negatif).

4
B. Penggolongan materi

1. Zat Tunggal

Zat tunggal adalah materi yang susunannya homogen dengan sifat kimia yang sama ( contoh :
unsur, senyawa)

 Unsur adalah zat tunggal yang tidak dapat diuraikan menjadi zat yang lebih sederhana dengan
reaksi kimia biasa (oksigen. Nitrogen,hidrogen, besi)
 Senyawaadalahzat yang dengan reaksi kimia biasa dapat diuraikan menjadi dua zat atau lebih
zat yang lebih sederhana. Zat penyusun senyawa mempunyai perbandingan tertentu (contoh:
karbondioksida, air,garam dapur, asam asetat).

2. Campuran

Campuran adalah materi yang tersusun oleh dua atau lebih macam zat yang masih mempunyai sifat
asalnya. Campuran dibedakan atas campuran homogen(larutan) dan campuran heterogen.

 Campuran homogen (larutan) adalah campuran yang tiap bagiannya mengandung jumlah zat
terlarut yang sama besar dimana zat pelarut dan zat terlarut tercampur homogen. Contoh :larutan
gula,larutan asam cuka, sirup.
 Campuran heterogen adalah campuran yang tiap bagiannya mengandung zat terlarut dengan
jumlah yang tidak sama. Contoh : minuman kopi dan air selokan
a. Sifat – sifat campuran
Campuran memiliki sifat sebagai berikut :
1. Terdiri dari dua jenis atau lebih zat tunggal
2. Komposisizat penyusunnya tidak tetap
3. Masih mempunyai sifat zat asal
4. Dapat dipisahkan dengan penyaringan dan penyulingan ( secara fisis )
b. Jenis – jenis campuran
Campuran digolongkan menjadi tiga, yaitu larutan, suspensi dan koloid.
 Larutan adalah campuran homogen, dan dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu :
- Larutan gas, contohnya udara dan gas alam
- Larutan cair, contohnya air garam, air gula, air soda
- Larutan padat, contohnya logam campuran (aloy) dari emas dan perak
 Suspensi adalah campuran kasar, dimana ukuran partikel tersuspensi lebih besar daripada
ukuran partikel dalam larutan(100 nm) dan merupakan sistem multifase. Contoh : campuran
terigu dalam air, air sungai yang keruh, campuran serbuk pasir dalam air, dan campuran serbuk
teh dalam air.
 Koloid campuran yang terletak antara larutan dan suspensi dimana ukuran partikelnya antara 1-
100 nm. Contoh : susu, santan, agar-agar,krim, asap dan kabut.

C. Lambang atom dan rumus kimia


1. Lambang atom
5
Sejarah perkembangan ilmu kimia mencatat berbagai cara pemberian lambang unsur. Adapun cara
yang digunakan sekarang dikemukakan oleh John Jacob Berzilius (1779 – 1848). Menurut
Berzilius, setiap unsur diberi lambang dengan satu hurufyaituhuruf awal dari nama latin unsur yang
bersangkutan dan ditulis dengan huruf besar. Unsur yang mempunyai huruf awal sama,
lambangnya dibedakan denganmenambahkan satu huruf lain dari nama unsur itu yang ditulis
dengan huruf kecil.Perhatikanlah beberapa contoh pada Tabel 1.1 berikut ini.

Tabel 1.1 Nama dan lambang unsur

Nama Unsur
Nama Latin Lambang
(Indonesia)
Karbon Carbonium C
Kalsium Calsium Ca
Klorin Chlorine Cl
Tembaga Cuprum Cu
Kalium Kalium K
Perak Argentum Ag
Nama
dan lambang dari beberapa unsur yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari diberikan
pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Lambang unsur dalam kehidupan sehari-hari

Nama unsur Keadaan fisis keadaan Rumus


No Lambang
Logam normal kimia
1. Aluminium Al Padat, putih keperakan Al
2. Barium Ba Padat, putih keperakan Ba
3. Besi (Ferrum) Fe Padat, putih keperakan Fe
4. Emas (Aurum) Au Padat,berwarna kuning Au
5. Kalium K Padat, putih keperakan K
6. Kalsium Ca Padat, putih keperakan Ca
(Calsium)
7. Kobalt (Cobalt) Co Padat, putih keperakan Co
8. Kromium Cr Padat, putih keperakan Cr
(Chromium)
9. Magnesium Mg Padat, putih keperakan Mg
10. Mangan Mn Padat, putih abu-abu Mn
11. Natrium Na Padat, putih keperakan Na
12. Nikel Ni Padat, putih keperakan Ni
13. Perak Ag Padat, putih keperakan Ag
(Argentum)
14. Platina Pt Padat, putih keperakan Pt
15. Raksa Hg Cair, putih keperakan Hg
(Hydrargyrum)
16. Zink (Zinc) Zn Padat, putih keperakan Zn
17. Tembaga Cu Padat, kemerahan Cu
(Cuprum)
18. Timah (Stannum) Sn Padat, putih keperakan Sn
19. Timbel Pb Padat, putih kebiruan Pb
(Plumbum)
6
Non Logam
20 Argon Ar Gas, tidakberwarna Ar
21 Belerang S Padat, kuning S

2. Rumus kimia
Rumus kimia dapat dikatakan sebagai lambang zat (unsur atau senyawa). Rumus kimia zat
mencerminkan komposisi zat tersebut. Perhatikan komposisi/struktur dari beberapa zat pada
Gambar 2.1 berikut.

Gambar 1.3 Struktur dari berbagai jenis zat

Sesuai dengan komposisinya maka rumus kimia dari zat-zat pada Gambar 2.2 adalah sebagai berikut.

 Helium rumus kimia He karena gas helium terdiri dari atom-atom yang berdiri sendiri.
 Oksigen diberi rumus kimia O2 karena gas oksigen terdiri dari molekul-molekul yang tiap
molekulnya terdiri dari 2 atom oksigen.
 Besi diberi rumus kimia Fe. Meskipun atom-atom besi (dan logam-logam lainnya)saling terikat
satu dengan yang lainnya, tetapi atom-atomnya tidak saling mengelompok membentuk
molekul. Partikel besi dan logam lainya adalah atom.
 Air diberi rumus kimia H2O, karena air terdiri dari molekul-molekul yang masing-masing
molekul merupakan gabungan dari 2 atom H dengan 1 atom O.
 Garam dapur diberi rumus kimiaNaCl. Garam dapur terdiri dari 2 jenis partikel, yaitu ion Na +
dan ion Cl- yang menumpuk dengan susunan tertentu dengan jumlah yang tidak terbatas.
Rumus kimia NaCl hanya menyatakan perbandingan jumlah ion Na+ dan ion Cl- dalam senyawa
itu (yaitu1:1).

a. Rumus Kimia Unsur


Unsur terdiri dari sejenis atom. Rumuskimia unsur umumnya sama dengan lambang atomnya,
kecuali beberapa unsur nonlogam yang partikelnya berupa molekul (lihat Tabel 2.1)

Tabel 1.3 Rumus Kimia Beberapa Unsur.

Nama Unsur Rumus Kimia

Hidrogen H2
7
Nitrogen N2
Oksigen O2
Fluorin F2
Klorin Cl2
Bromin Br2
Iodin I2
Fosforus P4
Belerang S8

b. Rumus Kimia Senyawa


Rumus kimia senyawa terdiri dari lambang atom unsur-unsur pembentuknya disertai dengan
angka indeks tertentu.
Contoh :
Rumus kimia air, yaitu H2O, karena tiap molekul air terdiri dari dua atom H dan 1 atom O.

Gambar 1.4 Molekul Air

c. Rumus Molekul Dan Rumus Empiris


Rumus kimia senyawa dapat berupa rumus molekul (RM) dan rumus empiris (RE). Rumus
molekul menyatakan jenis dan jumlah atom yang menyusun satu molekul, sedangkan rumus empiris
menyatakan jenis dan perbandingan atom unsur yang menyusun senyawa. Rumus molekul dan rumus
empiris beberapa senyawa diberikan dalam Tabel 2.2.

Tabel 1.4 Rumus Molekul dan Rumus Empiris Beberapa Senyawa

Nama Nama Rumus Nama Rumus Rumus


Senyawa Molekul Empiris Senyawa Molekul Empiris
Air H2O H2O Metana CH4 CH4
Amonia NH3 NH3 Alkohol C2H5OH C2H6O
Asam
CH3COOH CH2O Glukosa C6H12O6 CH2O
cuka
Urea CO(NH2)2 CO(NH2)2 Asetilen C2H2 CH
Asam
H2SO4 H2SO4 Benzena C6H6 CH
sulfat

8
d. Menghitung Jumlah Atom dalam Rumus Kimia
Jumlah atom dari setiap unsur dalam rumus kimia dinyatakan oleh angka indeksnya masing-
masing.perhatikanlah contoh soal berikut ini.

Tentukan jumlah atom masing-masing unsur yang terdapat dalam:

a. 3 molekul air, H2O


b. 2 molekul urea, CO(NH2)2
c. 3 molekul asam oksalat dihidrat, H2C2O4.2H2O

Jawab :

a. Tiap molekul air mengandung 2 atom H dan 1 atom O (H2O).


Maka dalam 3 molekul air terdapat :
Atom H = 3 x 2 = 6 atom
Atom O = 3 x 1 = 3 atom
b. Tiap molekul urea mengandung 1 atom C, 1 atom O, 2 atom N dan 4 atom H (CO(NH2)2) maka
dalam 2 molekul urea terdapat:
Atom C = 2 x 1 = 2 atom
Atom O = 2 x 1 = 2 atom
Atom N = 2 x 2 = 4 atom
Atom H = 2 x 4 = 8 atom
c. 3 molekul asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) mengandung :
Atom H = 3 x (2 + 4) = 18 atom
Atom C = 3 x 2 = 6 atom
Atom O = 3 x (4 + 2) = 18 atom
3. Ciri – Ciri Reaksi Kimia

Perubahan kimia kita sebut reaksi. Reaksi kimia terjadi ketika zat-zat pereaksi dicampurkan
dalam satu wadah. Akan tetapi, tidaklah setiap pencampuran disertai dengan reaksi kimia.Ketika gula
dicampur dengan air, gula melarut tetapi tidak bereaksi. Lain halnya ketika logam mgnesium dicampur
dengan asam klorida, magnesium tidak sekedar larut tapi bereaksi. Jika larutan diuapkan kita tidak
akan memperoleh lagi logam magnesium, tetapi magnesium klorida. Kadang-kadang tidak mudah
mengetahui terjaditidaknya reaksi kimia,akan tetapi, pada umumnya reaksi kimia disertai suatu
perubahan yangdapat diamati. Kita akan membahas beberapa perubahan yang menyertai reaksi kimia
tersebut.

a. Perubahan warna
Banyak zat kimia yang berwarna, tetapi banyakjuga yang tidak berwarna. Warnajika memang
dimiliki, adalah sifat khas zat. Artinya, tidak ada dua zatyang berbeda mempunyai warna yang sama.
Oleh karena itu, perubahan warna merupakan petunjuk telah terbentuk zat baru. Memudarnya warna
pakaian, perubahan daun dari hijau menjadi kuning,kertas koran yang menguning,semuanya
menunjukkan telah terjadi suatu reaksi kimia.Untuk mengamati beberapa contoh yang disertai
perubahan warna, lakukan kegiatan berikut.
b. Perubahan suhu
Reaksi kimia biasanya disertai pelepasan atau penyerapan kalor. Reaksi yang membebaskan
kalor kita sebut reaksi eksoterm, sedangkan yang menyerap kalor kita sebut reaksi endoterm.Beberapa

9
reaksi dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan hal ini dengan sangat jelas. Namun demikian,
perubahan fisika juga seringdisertai perubahan suhu. Misalnya, proses pelarutan dan pengembunan.
Contoh reaksi eksoterm:
 Pembakaran
 Petasan meledak

Contoh reaksi endoterm:

 Perubahan beras menjadi nasi


 Fotosintesis
c. Pembentukan endapan
Kelarutan zat dalam air sangat beragam, ada yang mudah larut, ada pula yang sukar larut.
Garam dan gula adalah contoh zat yang mudah larut, kapur sedikit larut, sedangkan batu, pasir dan
kayu sangat sukar larut dalam air. Reaksi yang menghasilkan endapan adalah reaksi-reaksi yang hasil
reaksinyatergolong zat yang sukar larut sehingga terbentuk endapan.

d. Pembentukan Gas
Selain perubahan warna, perubahan suhu, dan pembentukan endapan, perubahan lain yang
menandai berlangsungnya reaksi yaitu pembentukan gas. Gas hasil reaksi dapat kita amati berupa
gelembung yang keluar dari campuran pereaksi.

Gambar 1.5 Perubahan Reaksi kimia

4. PERSAMAAN REAKSI
Persamaan reaksi adalah persamaan yang menunjukkan zat-zat yang bereaksi dengan zat-zat
hasil reaksi. Zat-zat yang bereaksi disebut pereaksi (reaktan) yang ditulis disebelah kanan. Perubahan
zat dari pereaksi ke hasil reaksi ditulis dengan arah panah kekanan.

Contoh :

1. Besi direaksikan dengan belerang menghasilkan besi belerang


Besi + Belerang Besi Belerang

10
Fe + S FeS

2. Hidrogen direaksikan dengan oksigen menghasilkan air

Hidrogen + Oksigen Air

H2 + O2 H2O

Dalam reaksi kimia berlaku Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier) yang menyatakan :

“jumlah massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”

Massa zat sebelum reaksi = Massa zat sesudah reaksi

Karena massa suatu zat berbanding lurus dengan jumlah partikel (atom-atom) maka hukum
tersebut dapat diartikan :

“ Jumlah atom yang bereaksi (pereaksi) akan sama dengan jumlah atom-atom zat hasil reaksi”.

Jumlah atom pereaksi = jumlah atom hasil reaksi


Perhatikan contoh reaksi diatas :

1. Fe + S FeS

2 atom 2 atom

Reaksi tersebut sudah setara (sudah betul).

2. H2 + O2 H2O

4 atom 3 atom

Reaksi tersebut belum setara (salah).

Cara menyetarakan reaksi No2 :


- Jumlah atom H dikiri dan dikanan sudah sama yaitu 2.
- Jumlah atom O dikiri ada 2 sedangkan dikanan ada 1. Untuk itu disebelah kiri dikalikan
setengah, maka :
H2 + ½ O2 H2O

Agar tidak pecahan maka semuanya dikalikan dua, sehingga :

2H2 + O2 2H2O

11
6 atom 6 atom

Dalam persamaan reaksi, bilangan-bilangan didepan zat disebut koefisien reaksi. Sedangkan
bilangan satu tidak perlu ditulis.

BAB II

TEORI ASAM BASA DAN STOKIOMETRI LARUTAN

A. Teori Asam Basa

1. Menurut Arrhenius
Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+.

Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-.

Contoh:

1) HCl(aq)      H+(aq) + Cl-(aq)


2) NaOH(aq)   Na+(aq) + OH-(aq)

2. Menurut Bronsted-Lowry
Asam ialah proton donor, sedangkan basa adalah proton akseptor.

Contoh:

1) HAc(aq) + H2O(l)    H3O+(aq) + Ac-(aq)


    asam-1    basa-2        asam-2       basa-1

HAc dengan Ac- merupakan pasangan asam-basa konyugasi.


H3O+ dengan H2O merupakan pasangan asam-basa konyugasi.

2) H2O(l) + NH3(aq)    NH4+(aq) + OH-(aq)


    asam-1   basa-2          asam-2     basa-1

H2O dengan OH- merupakan pasangan asam-basa konyugasi.


NH4+ dengan NH3 merupakan pasangan asam-basa konyugasi.

Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan sebagai basa
(proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat ampiprotik (amfoter).

12
B. Indikator Asam dan Basa

Sifat larutan dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator asam-basa yaitu zat-zat warna
yang menghasilkan warna berbeda dalam larutan asam dan basa. Cara menentukan senyawa bersifat
asam, basa dan garam dapat menggunakan kertas lakmus, larutan indikator atau larutan alami.

Tabel 2.1 warna lakmus dalam larutan asam, basa dan garam

No Indikator Larutan Asam Larutan Basa Larutan Garam


1 Lakmus Merah Merah Biru Merah
2 Lakmus Biru Merah Biru Biru
3 Metil Merah Merah Kuning Kuning
4 Metil Biru Merah Merah Kuning
5 Fenolftalein Tidak Berwarna Merah / Biru Tidak Berwarna

Selain kertas lakmus juga terdapat larutan indikator alami seperti ekstrak bunga sepatu dan
ekstrak kunyit serta indikator universal. Indikator universal merupakan campuran dari bermacam-
macam indikator asam dan basa yang dapat berubah warna setiap satuan pH. Terdapat dua
macamindikator universal, yaitu berupa larutan dan kertas.

Gambar 2.1. Uji dengan indikator

Jenis larutan, jika dimasukkan dalam larutan yang berifat asam, basa atau garam yang memiliki
pH berbeda-beda akan memberikan warna-warna yang berbeda pula. Sedangkan pada bentuk kertas,
untuk mengetahui nilai pH yaitu dengan cara mencelupkan indikator universal tersebut ke dalam
larutan yang akan diukur tingkat keasamannya. Kemudian warna yang muncul dicocokkan dengan
warna standar yang telah tersedia pada kemasan indikator tersebut. Larutan bersifat asam apabila pH
kurang dari 7 dan bersifat basa nilai lebih dari 7.

Tabel 2.2 Nilai pH


Zat pH
Asam klorida 0,2 Asam
Cairan lambung 1,0
Jus jeruk 2,3
Cuka 2,9
Anggur 3,5
13
Jus tomat 4,1
Kopi 5,0
Hujan asam 5,6
Urin 6,0
Air hujan 6,5
Susu 6,6
Air murni 7,0 Netral
Darah 7,4
Larutan soda kue 8,4
Larutan boraks 9,2
Pasta gigi 9,9
Basa
Susu magnesia 10,5
Air soda 11,0
Soda pembersih 12,0
Natrium hidroksida 14,0
C.KONSEP pH, pOH dan pKw
1. pH
Jeruk nipis dan asam cuka sama-sama asam, tetapi tingkat keasamannya tidak sama bukan?
Bagaimana kita menyatakan tingkat keasaman? Telah disebutkan bahwa pembawa sifat asam adalah
ion H+. Jadi, derajat atau tingkat keasaman larutan bergantung pada konsentrasi ion H + dalam larutan.
Semakin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan. Sorensen (1868-1939), seorang ahli kimia dari
Denmark, mengusulkan konsep pHuntuk menyatakan konsentrasi ion H+, yaitu sama dengan negatif
logaritma konsentrasi ion H+. Secara matematika diungkap dengan persamaan:

pH = -log [H+]

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan beberapa rumus sebagai berikut.


Jika [H+ ] = 1 x 10-n, maka pH = n
Jika [H+ ] = X x 10-n, maka pH = n – log x
Sebaliknya, jika pH = n, maka [H+ ] = 10-n
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.

Contoh soal:
Berapakah pH larutan jika konsentrasi ion H+ sebesar:
a. 1 x 10-3?
b. 5 x 10-6?
Diketahui log 2 = 0,3.

Jawab :

Contoh soal ini menyajikan nilai konsentrasi ion H + dalam berbagai bentuk. Perhatikan cara
menyelesaikannya, karena soal sejenis akan sering muncul pada pembahasan selanjutnya.
14
a. [H+ ] = 1 x 10-3 pH = -log (1 x 10-3)
=3

b. [H+] = 5 x 10-6 pH = -log (5 x 10-6)


= 6 – log 5
= 6 – log 10/2 = 6 – (log 10 – log 2)
= 5 + log 2
= 5,3

2. pOH
Analogi dengan pH (sebagai cara menyatakan konsentrasi ion H +), konsentrasi ion OH- juga
dapat dinyatakan dengan cara yang sama, yaitu pOH.

pOH =- log [OH- ]

Contoh:
Jika [OH- ] = 0,01M, maka nilai pOH = -log 0,01 = 2
Sebaliknya, jika pOH = 2, maka [OH- ] = 10-2 M

3. pKw

K w =¿

Jika kedua ruas persamaan ini diambil harga negatif logaritmanya, diperoleh :

−log❑ K w =−log ¿¿

−log❑ K w =¿

15
Dengan, p = -log, maka :
p K w = pH + pOH

Atau
pH + pOH = p K w

−14
Pada suhu kamar, dengan harga K w =1 x 10 ( p K w =14 ) , maka pH + pOH =14

4.Menghitung pH Asam
a. Asam Kuat
Telah disebutkan bahwa asam kuat mengion sempurna, pH larutan dapat ditentukan jika
konsentrasi asam diketahui.

[H+] = M x valensi asam

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh soal berikut.

Contoh soal
Berapakah pH dari
a. Larutan HCl 0,01 M
b. Larutan H2SO4 0,001 M

Jawab :
pH bergantung pada konsentrasi ion H+. Dalam hal ini, [H+] dapat dikaitkan dengan konsentrasi
asamnya karena asam kuatdianggap mengion sempurna.

a. HCl 0,01 M
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq)
[H+] = [HCl] = 0,01M
Jadi, pH = -log 0,01
=2

b. H2SO4(aq) 2H+(aq) + SO42-(aq)

Dari perbandingan koefisien reaksinya dapat diketahui bahwa


[H+] = 2 x [H2SO4]
= 0,002 M
Jadi, pH = -log 0,002
16
= 3 – log 2

b. Asam Lemah

Asam lemah tidak mengion sempurna . Oleh karena itu, konsentrasi ion H + dalam larutan tidak
dapat dikaitkan secara stoikiometris dengan konsentrasi asam. Konsentrasi ion H + hanya dapat
ditentukan jika derajat ionisasi (α) atau tetapan ionisasi ( Ka) asam juga diketahui.

[H+] = M x α

[H+] = √ K a x M

Contoh soal :
Hitung pH larutan berikut
a. HCOOH 0,1 M ; α = 0,01
b. CH3COOH 0.05 M ; Ka = 1,8 x 10-5

Jawab :

a. Larutan HCOOH 0,1 M ; α = 0,01


[H+] = M x α
= 0,1 x 0,01
= 1 x 10-3
pH = -log 1 x 10-3
= 3

b. Larutan CH3COOH 0,05 M ; Ka = 1,8 x 10-5


[H+] = √ 1,8 x 10−5 x 0,05
=√ 9 x 10−7
= 3 x 10-3,5
pH = -log 3 x 10-3,5
= 3,5 – log 3

5. Menghitung pH Basa
a. Basa Kuat
Seperti halnya asam kuat, pH larutan basa kuat dapat ditentukan hanya dengan mengetahui
konsentrasi basa.
17
[OH-] = M x valensi basa

Contoh soal
Berapakah pH larutan dari Ba(OH)2 0,001 M?
Jawab :
pH larutan basa kuat dapat ditentukan dengan alur sebagai berikut .
 Tentukan [OH-] berdasarkan perbandingan koefisien.
 Tentukan pOh dengan rumus pOH = -log [OH-], dan
 Tentukan pH berdasarkan pH = 14 – pOH.
Ba(OH)2 tergolong basa kuat yang dalam air dianggap mengion sempurna.
Ba(OH)2(aq) Ba2+(aq) + 2OH-(aq)
[OH-] = 2 x [Ba(OH)2]
= 2 x 0,001 M
= 2 x 10-3 M
pOH = -log 2 x 10-3
= 3 – log 2
pH = 14 – pOH
= 11 + log 2

b. Basa Lemah
pH larutan basa lemah dapat ditentukan dengan dasar pemikiran yang sama seperti penentuan
pH asam lemah, yaitu jika konsentrasi dan derajat ionisasi atau tetapan ionisasi basa diketahui.
Hubungan konsentrasi ion OH- denagn derajat ionisasi basa (α)dan tetapan ionisasi basa (Kb)
dinyatakan sebagai berikut.

[OH-] = M x α

[OH-] = √ Kb x M

BAB III
KOROSI
A. Pengertian Korosi
18
Korosi merupakan kerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan

sekelilingnya. Adapun proses korosi yang terjadi disamping oleh reaksi kimia, juga diakibatkan

oleh proses elektrokimia yang melibatkan perpindahan elektron-elektron, entah dari reduksi ion

logam maupun pengendapan logam dari lingkungan sekeliling. (18)

Terkorosinya suatu logam dalam lingkungan elektrolit (air) adalah proses elektrokimia.

Proses ini terjadi bila ada reaksi setengah sel yang melepaskan elektron dan reaksi setengah yang

menerima elektron tersebut. Kedua reaksi ini akan terus berlangsung sampai terjadi

kesetimbangan dinamis dimana jumlah elektron yang dilepas sama dengan jumlah elektron yang

diterima. (1)

Korosi bisa disebut sebagai kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi dengan

lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam

karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang

mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.

Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau

besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan untuk

pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan

lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida).

Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui kemungkinan

terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau

tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap

elektroda lainnya yang akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.

19
B. Penyebab Korosi

Peristiwa korosi berdasarkan proses elektrokimia yaitu proses (perubahan / reaksi kimia)

yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif

(elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai kutub positif (elektroda positif,

katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi. Korosi

dapat terjadi di dalam medium kering dan juga medium basah. Sebagai contoh korosi yang

berlangsung di dalam medium kering adalah penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O 2) atau

oleh gas belerang dioksida (SO2).

Di dalam medium basah, korosi dapat terjadi secara seragam maupun secara terlokalisasi.

Contoh korosi seragam di dalam medium basah adalah apabila besi terendam di dalam larutan

asam klorida (HCl). Korosi di dalam medium basah yang terjadi secara terlokalisasi ada yang

memberikan rupa makroskopis, misalnya peristiwa korosi galvanik sistem besi-seng, korosi

erosi, korosi retakan, korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi pelumeran, sedangkan

rupa yang mikroskopis dihasilkan misalnya oleh korosi tegangan, korosi patahan, dan korosi

antar butir.

Walaupun demikian sebagian korosi logam khususnya besi, terkorosi di alam melalui cara

elektrokimia yang banyak menyangkut fenomena antar muka. Hal inlah yang banyak dijadikan

dasar utama pembahasan mengenai peran pengendalian korosi.

C. Mekanisme Korosi Logam

Reaksi anodik dalam setiap reaksi korosi merupakan reaksi oksidasi suatu logam menjadi

ionnya yang ditandai dengan kenaikan valensi atau pelepasan elektron.

Secara umum reaksi anodik dapat dituliskan sebagai berikut :

M  𝑀𝑛+ + n e

n = jumlah elektron yang dihasilkan dan nilainya sama dengan valensi ion logam yang

terkorosi.
Contoh reaksi anodik :

Zn  Zn2+ + 2e- (zinc corrosion)

Fe  Fe2+ + 2e- (iron corrosion)

Al  Al3+ + 3e- (aluminium corrosion)

Fe2+ Fe3+ + e- (ferrous ion oxidation)

H2 2H+ + 2e- (hydrogen oxidation)

2H2O  O2 + 4H+ + 4e- (oxygen evolution)

Reaksi katodik dalam setiap reaksi korosi merupakan reaksi reduksi yang ditandai dengan

penurunan valensi atau penyerapan elektron. Ada beberapa reaksi katodik yang berbeda yang

sering dijumpai dalam korosi logam, yaitu :

Lingkungan asam (pH < 7) :

a) Tanpa oksigen

2 H+ + 2 e  H2

b) Dengan oksigen

4 H+ + O2 + 4 e  2 H2O

c) Reduksi oksigen (larutan netral / basa, Ph ≥ 7 )

O2 + 2H2O + 4e¯  4OH¯

d) Evolusi Hidrogen

2H+ + 2e¯  H2
e) Reduksi ion logam

Fe3+ + e¯  Fe2+

f) Deposisi (pengendapan) logam

Cu2+ + 2e¯  Cu

a. Polarisasi Korosi

Ketika suatu logam tidak berada dalam kesetimbangan larutan yang mengandung ion-

ionnya, potensial elektrodanya berbeda dari potensial korosi bebas dan selisih antara keduanya

biasanya disebut polarisasi. Polarisasi atau penyimpangan dari potensial keseimbangan sama

dengan polarisasi anoda pada logam dan polarisasi katoda pada lingkunganya.

Polarisasi merupakan perubahan potensial dari keadaan stabil, misalnya dari potensial

elektroda rangkaian terbuka sebagai hasil dari aliran arus. Hal ini juga mengacu pada perubahan

potensial elektroda selama elektrolisis, sehingga potensial dari sebuah anoda menjadi lebih

mulia, dan bahwa katoda lebih aktif, dibandingkan potensial masing-masing reversibel. Sering

dilakukan dengan pembentukan lapisan pada permukaan elektroda.

Polarisasi adalah salah satu bentuk reaksi korosi yang merupakan penyebab timbulnya

karat pada kerusakan logam. Secara definitif polarisasi itu adalah proses pengutuban ion

hidrogen, secara kimia listrik sehingga terbentuk gas hidrogen dengan bantuan pengikatan

elektron yang dihasilkan dari proses degradasi logam.

Polarisasi kadang-kadang juga disebut sebagai "overvoltage" atau "overpotential". Dalam

beberapa buku elektrokimia, ada perbedaan antara tegangan berlebih dan potential berlebih.

Yang pertama mengacu pada perbedaan antara potensial elektroda yang sebenarnya di mana

elektrolisis dimulai dan potensial elektroda reversibel (potensial redoks standar), yang terakhir

mengacu pada potensi penyimpangan dari keseimbangan potensial dalam suatu sistem.

Dalam konteks korosi, polarisasi mengacu pada pergeseran potensial dari potensial

rangkaian terbuka (potensial korosi bebas) dari sistem korosi. Jika pergeseran potensial dalam
arah "positif" (atas Ecorr), hal itu disebut "polarisasi anodik". Jika pergeseran potensial dalam

arah "negatif" (bawah Ecorr), hal itu disebut "polarisasi katodik".

Untuk semua logam dan paduan dalam lingkungan basah, polarisasi katodik selalu

mengurangi laju korosi. Proteksi katodik pada dasarnya penerapan polarisasi katodik ke sistem

korosi. Untuk sistem non-pasif (misalnya baja dalam air laut), polarisasi anodik selalu

meningkatkan laju korosi. Untuk sistem yang menunjukkan transisi aktif ke pasif, polarisasi

anodik akan meningkatkan laju korosi pada awalnya dan kemudian menyebabkan penurunan

drastis laju korosi. Perlindungan anodik dasarnya penerapan polarisasi anodik ke sistem korosi.

Polarisasi ada 2 macam yakni polarisasi aktivasi dan konsentrasi polarisasi. Aktivasi

polarisasi dapat berlangsung dengan kontrol urutan reaksi pembentukan hidrogen yang pada

logam dengan larutan yang bersentuhan. Sedangkan konsentrasi polarisasi terjadi akibat adanya

konsentrasi hidroksil yang pekat sehingga pengontrolnya adalah konsentrasi dari ion.

 Polarisasi aktivasi

Proses elektrokimia yang dikontrol oleh reaksi berurutan pada permukaan metal-

electrolite.

Gambar 2.1. Reduksi Hydrogen


Polarisasi aktivasi mengacu pada proses elektrokimia yang dikendalikan oleh urutan

reaksi pada antarmuka logam - elektrolit. ini mudah diilustrasikan dengan mempertimbangkan

reaksi hidrogen - evolusi pada seng selama korosi dalam larutan asam. Gambar 2.1 menunjukkan

secara skematik beberapa langkah yang mungkin dalam pengurangan hidrogen pada permukaan
seng. Langkah ini juga dapat diterapkan pada pengurangan af spesies apapun pada permukaan

logam spesies pertama harus diserap atau menempel ke permukaan sebelum reaksi dapat

berjalan sesuai dengan langkah 1. mengikuti, transfer elektron ( langkah 2 ) harus terjadi,

menghasilkan penurunan spesies. seperti yang ditunjukkan pada langkah 3, dua atom hidrogen

menggabungkan untuk dari gelembung gas hidrogen ( langkah 4 ). kecepatan pengurangan ion

hidrogen akan dikendalikan oleh paling lambat langkah-langkah ini. ini adalah gambaran yang

sangat sederhana dari pengurangan hidrogen, banyak mekanisme telah diusulkan, yang sebagian

besar adalah jauh lebih kompleks daripada yang ditunjukkan dalam Gambar.

Polarisasi konsentrasi

Proses elektrokimia yang di kontrol oleh proses difusi elektrolit.

Gambar2.2. Konsentrasi polarisasi dalam reduksi hydrogen


Polarisasi konsentrasi mengacu pada reaksi elektrokimia yang dikendalikan oleh difusi

dalam elektrolit. ini diilustrasikan dalam gambar 2-6 untuk kasus evolusi hidrogen. di sini,

jumlah ion hidrogen dalam larutan cukup kecil, dan tingkat reduksi dikendalikan oleh difusi ion

hidrogen pada permukaan logam. dicatat bahwa dalam hal ini pengurangan tingkat dikendalikan

oleh proses yang terjadi dalam solusi massal daripada di permukaan logam. polarisasi aktivasi

biasanya adalah faktor pengendalian selama korosi dalam media yang mengandung konsentrasi

tinggi spesies yang aktif (misalnya, asam pekat). polarisasi konsentrasi umumnya mendominasi

ketika konsentrasi spesies direduksi kecil (misalnya, asam encer, larutan garam soda). dalam
kebanyakan kasus polarisasi konsentrasi selama pembubaran logam biasanya kecil dan dapat

diabaikan, melainkan hanya penting selama reaksi reduksi.

Pentingnya membedakan antara polarisasi aktivasi dan polarisasi konsentrasi tidak bisa

terlalu ditekankan. tergantung pada apa konfigurasi polarisasi mengendalikan reaksi reduksi,

variabel enviromental menghasilkan efek yang berbeda. misalnya, setiap perubahan dalam

sistem yang meningkatkan laju difusi akan mengurangi efek polarisasi konsentrasi dan

karenanya meningkatkan laju reaksi. dengan demikian, meningkatkan kecepatan atau agitasi dari

medium korosif akan meningkatkan tingkat hanya jika proses katodik dikendalikan oleh

polarisasi konsentrasi. jika kedua reaksi anoda dan katoda dikendalikan oleh polarisasi aktivasi,

agitasi tidak akan berpengaruh terhadap laju korosi.

3.5 Jenis – Jenis Korosi Menurut Bentuknya

1. korosi seragam (Uniform attack)

Korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi kimia karena pH air yang rendah

dan udara yang lembab,sehingga makin lama logam makin menipis. Biasanya ini terjadi pada

pelat baja atau profil, logam homogen.

Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara :

a. Diberi lapis lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk.

b. Untuk jangka pemakain yang lebih lama disarankan diberi logam berpaduan tembaga 0,4%

c. Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih anodic

d. Melakukan inhibitas dan proteksi katodik (cathodik protection)


Berikut Contohnya:

Gambar 2.3. Korosi Merata Pada Pipa

Gambar 2.4. Korosi Merata Pada Kaleng Minuman

2. korosi sumur (Pitting corrosion)

Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang dibatasi pada satu titik atau

area kecil, dan membentuk bentuk rongga. Korosi sumuran adalah salah paling merusak dari

korosi, karena sulit terlihat kerusakaanya jika tanpa alat bantu.

Mekanisme Korosi Sumur : Untuk material bebas cacat, korosi sumuran disebabkan oleh

lingkungan kimia yang mungkin berisi spesies unsur kimia agresif seperti klorida. Klorida sangat

merusak lapisan pasif (oksida) sehingga pitting dapat terjadi pada dudukan oksida.Lingkungan

juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan baja, misalnya) dan pitting

dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air).

Cara pengendalian korosi sumuran adalah sebagai berikut:

a. Hindari permukaan logam dari goresan.

b. Perhalus permukaan logam


c. Menghindari komposisi material dari berbagai jenis logam.
d. Pilih bahan yang homogen

e. Diberikan inhibitor

f. Diberikan coating dari zat agresif

Berikut Contohnya:

Gambar 2.5. Korosi Sumuran

Gambar 2.6. Korosi Sumuran Pada Westafle

Gambar 2.7. Mekanisme Pitting Corrosion


3. korosi erosi (Errosion Corrosion)

Korosi yang terjadi karena keausan dan menimbulkan bagian – bagian yang tajam dan

kasar, bagian – bagian inilah yang mudah terjadi korosi dan juga diakibatkan karena fluida yang

sangat deras dan dapat mengikis film pelindung pada logam. Korosi ini biasanya terjadi pada

pipa dan propeller. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :

a. Pilih bahan yang homogen

b. Diberi coating dari zat agresif

c. Diberikan inhibitor

d. Hindari aliran fluida yang terlalu deras

e. Menghindari partikel abrasive pada fluida.

Berikut Contohnya:

Gambar 2.8. Mekanisme korosi erosi

Gambar 2.9. Sebuah blade akibat korosi erosi


Gambar 2.10. Mekanisme korosi erosi pada pipa

4. korosi galvanis ( Galvanis corrosion)

Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua macam logam

yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif.

Mekanisme korosi galvanik: korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam

metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana elektron

mengalir dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik), akibatnya

metal yang kurang mulia berubah menjadi ion – ion positif karena kehilangan elektron. Ion-ion

positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal.

Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur -

sumur karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan.


Berikut Contohnya:

Gambar 2.11. Mekanisme Korosi Galvanis

Gambar 2.12. Korosi Galvanic pada Sambungan Baut

Gambar 2.13. Korosi Galvanic pada sambungan pipa


Metode-metode yang dilakukan dalam pengendalian korosi ini adalah:

 Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan katoda

 Mengisolasi logam yang cukup tebal dari lingkungannya sehingga tidak terjadi aliran

elektrolit

 Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan mineralisasi

 Mengurangi oksigen yang larut dalam air

 Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis

 Memilih logam-logam yang memiliki unsur-unsur yang berdekatan

 Mencegah celah atau menutup celah

 Mengadakan proteksi katodik dengan menempelkan anoda umpan.

 Pasang proteksi katodik

 Penambahan anti korosi inhibitor pada cairan

5. korosi tegangan (Stress corrosion)

Korosi retak tegangan (Stress Corrosion Craking) adalah proses retak yang memerlukan aksi

secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan dengan tegangan tarik. Ini tidak

termasuk pengurangan bagian yang terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga

termasuk intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat menghancurkan paduan tanpa

tegangan yang diberkan atau tegangan sisa.Retak korosi tegangan dapat terjadi dalam kombinasi

dengan penggetasan hidrogen.

Mekanisme korosi tegangan: terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor komponen, yaitu

(1) Bahan rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya

tegangan. Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa amonia, baja ringan

rentan terhadap larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida.
Berikut Contohnya:

Gambar 2.14. Mekanisme Korosi SCC

Gambar 2.15. Korosi SCC Pada Sebuah Logam


Gambar 2.16. Korosi SCC

Cara pengendalian korosi tegangan adalah:

a. Turunkan besarnya tegangan

b. Turunkan tegangan sisa termal

c. Kurangi beban luar atau perbesar area potongan

d. Penggunaan inhibitor.

6. korosi celah (Crevice corrosion)

Korosi celah (Crecive Corrosion) ialah sel korosi yang diakibatkan oleh perbedaan

konsentrasi zat asam. Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain

diantaranya ada celah yang dapat menahan kotoran dan air sehingga kosentrasi 𝑂2 pada mulut

kaya dibanding pada bagian dalam, sehingga bagian dalam lebih anodic dan bagian mulut jadi

katodik

Mekanisme Crevice Corrosion: dimulai oleh perbedaan konsentrasi beberapa kandungan

kimia, biasanya oksigen, yang membentuk konsentrasi sel elektrokimia (perbedaan sel aerasi

dalam kasus oksigen). Di luar dari celah (katoda), kandungan oksigen dan pH lebih tinggi - tetapi

klorida lebih rendah.


Berikut Contohnya:

Gambar 2.17. Mekanisme Korosi Celah

Gambar 2.18.Korosi Celah Pada Sambungan Pipa

Cara pengendalian korosi celah adalah sebagai berikut:

 Hindari pemakaian sambungan paku keeling atau baut, gunakan sambungan las.

 Gunakan gasket non absorbing.

 Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara.

 Dikeringkan bagian yang basah

 Dibersihkan kotoran yang ada


7. Korosi mikrobiologi

Korosi yang terjadi karena mikroba mikro organisme yang mempengaruhi korosi antara

lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material

di lingkungan.

Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikro organisme umumnya berhubungan

dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan

tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam

pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan

menyeluruh di permukaan. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :

a. Memilih logam yang tepat untuk suatu lingkungan dengan kondisi-kondisinya

b. Memberi lapisan pelindung agar lapisan logam terlindung dari lingkungannya

c. Memperbaiki lingkungan supaya tidak korosif

d. Perlindungan secara elektrokimia dengan anoda korban atau arus tandingan.

e. Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air, lumpur dan zat korosif lainnya.

Berikut Contohnya:

Gambar 2.19. Korosi Mikrobiologi

8. korosi lelah (Fatigue corrosion)

Korosi ini terjadi karena logam mendapatkan beban siklus yang terus berulang sehingga

smakin lama logam akan mengalami patah karena terjadi kelelahan logam. Korosi ini biasanya
terjadi pada turbin uap, pengeboran minyak dan propeller kapal. Korosi jenis ini dapat dicegah

dengan cara :

a. Menggunakan inhibitor

b. Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat korosi.

Berikut Contohnya:

Gambar 2.20. Korosi Lelah

9.Bakteri Penyebab Korosi

Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis-jenis

bakteri yang berkembang yaitu :

 Bakteri reduksi sulfat

Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen atau

lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan

oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini

tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah

air tenang tergantung pada lingkungannya.

Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar 𝐻2𝑆

atau Besi sulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter

menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen dan

C𝑂2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.
 Bakteri oksidasi sulfur-sulfida

Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit atau

sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai pH

menjadi 1. Bakteri Thiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan

drainase tambang menjadi asam.

 Bakteri besi mangan oksida

Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+Fe3+dimana deposit berhubungan dengan

bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemispherikal

berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di

lingkungan dengan filamen yang panjang.

10. Selective Leaching Corrosion

Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih komponen dari paduan larutan

padat.Hal ini juga disebut pemisahan, pelarutan selektif atau, Serangan selektif Contoh

dealloying umum adalah dekarburisasi, decobaltification, denickelification, dezincification, dan

korosi graphitic.

Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan memiliki potensial yang

berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit yang sama. Paduan modern mengandung sejumlah

unsur paduan berbeda yang menunjukkan potensial korosi yang berbeda.Beda potensial antara

elemen paduan menjadi kekuatan pendorong untuk serangan preferensial yang lebih "aktif" pada

elemen dalam paduan tersebut.

Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa terlarut dari paduan tembaga-seng,

meninggalkan lapisan permukaan tembaga yang keropos dan rapuh.


Berikut Contohnya:

Gambar 2.21. Mekanisme Selective Leaching Corrosion

Gambar 2.22. Selective Leaching Corrosion Pada Pipa

Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah :

 Menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun

11. Korosi Interdendritik (Intergranular Corrosion)

Intergranular corrosion kadang-kadang juga disebut "intercrystalline korosi" atau "korosi

interdendritik". Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang batas butir dan
jenis korosi ini sering disebut "intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)" atau hanya

"intergranular stress corrosion cracking".


Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari beda potensial dalam

komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa ditemui dalam paduan casting. Pengendapan pada

batas butir, terutama kromium karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme yang

diakui dan diterima dalam korosi intergranular.

Berikut Contohnya:

Gambar 2.23. Mekanisme Korosi Batas Butir

Gambar 2.24. Korosi Batas Butir Pada Pipa

Cara pengendalian korosi batas butir adalah:

a. Turunkan kadar karbon dibawah 0,03%.

b. Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon.

c. Pendinginan cepat dari temperatur tinggi.

d. Pelarutan karbida melalui pemanasan.

e. Hindari pengelasan.
3.6 Pencegahan Korosi

Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, namun

dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan mencegah dampak negatif

yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan elektronik dalam rumah

tangga atau kegiatan industri menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan dapat

diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanganan korosi

diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi

dalam suatu kegiatan industri serta menghemat anggaran pembelanjaan rumah tangga.

Berikut contoh pengendalian/pencegahan korosi :

1. Mencegah kontak dengan oksigen dan atau air

Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi

tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang

tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seng dan krom). Penggunaan logam lain yang

kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat

hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi.

2. Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)

Besi yang dilapisi atau dihubungkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk

sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat

terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi.

Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan).

Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum habis. Untuk

perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium,

Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.


3. Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat,

Misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr,

9%Ni).

4. Pengecatan.

Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan

air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi

besi terhadap korosi.

5. Pelumuran dengan oli atau gemuk.

Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak

dengan air.

6. Pembalutan dengan plastik.

Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan

plastik.Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.

7. Tin plating (pelapisan dengan timah).

Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan

secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan

tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan

timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong atau mempercepat korosi

besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu,

besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai

anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang

diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.


8. Galvanisasi (pelapisan dengan Zink).

Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan

timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh.Hal ini terjadi

karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi

lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel

elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang

mengalami oksidasi (berkarat).Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi,

sehingga tahan karat.

9. Cromium Plating (pelapisan dengan kromium).

Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang

mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis.

Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada

yang rusak.

10. Sacrificial Protection (pengorbanan anode).

Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi.

Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi

tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan

kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.

11. Inhibitor

inhibitor dalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi

kimia. Sedangkan inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu

lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu terhadap suatu logam.
BAB IV
PENGUJIAN DAN PENGOLAHAN AIR

4.1 KUALITAS AIR


Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk
penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan
sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan
kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu
terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji
kenampakan (bau dan warna).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di
dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan,
padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan
sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya).
Lima syarat utama kualitas air bagi kehidupan ikan adalah :
1. Rendah kadar amonia dan nitrit
2. Bersih secara kimiawi
3. Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai
4. Rendah kadar cemaran organik, dan
5. Stabil
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran
kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2 bebas, pH, Konduktivitas,
Kecerahan, Alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter
biologi (Plankton dan Benthos).

4.1.1 Parameter Fisika


a. Suhu
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya
matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh
faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola
temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh
aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS
yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara
langsung. Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status
kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah
laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan
terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah
memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan
pada ikan berupa menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan
pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen.
b. Kecerahan
Kecerahan suatu perairan menentuan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu
perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna. Kecerahan
yang mendukung adalah apabila pinggan seichi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan.       
                                                  
c. Kekeruhan
            Sediakan alat yang digunakan, yakni botol air mineral. Kemudian isi botol dengan air sampel
secukupnya lalu bawa air tersebut ke laboratorium untuk diukur kekeruhannya. Lalu air sampel
tersebut dipindahkan kedalam gelas piala dan bandingkan dengan standar air yang menjadi patokan
(standar). Masukkan air yang menjadi patokan (standar) kedalam turbidimeter sehingga jarum
turbidimeter menunjukkan angka standarnya. Setelah itu, keluarkan gelas piala yang berisi air standar
tadi lalu masukkan air sampel kedalam gelas piala lainnya dan kocok. Setelah itu masukkan air sampel
tersebut kedalam turbidimeter dan atur sehingga turbidimeter menunjukkan angka konstan. Catat hasil
yang ditunjukkan oleh jarum turbidimeter.
d. Kedalaman
Siapakan alat yang akan digunakan, yakni meteran. Tentukan lokasi perairan yang akan diukur
kedalamannya. Setelah lokasi didapatkan, masukkan meteran (dalam praktik saat ini menggunakan
penggaris panjang) kedalam perairan hingga mengenai dasar perairan. Catat kedalaman yang
diperoleh.

4.1.2 Parameter Kimia


a. pH
pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh cairan. Kadar pH dinilai
dengan ukuran antara 0 - 14. Sebagian besar persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun
beberapa air memiliki pH di bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada
umumnya mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan
noda alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras.
Perubahan pH berkaitan dengan kandungan oksigen dan karbondioksida dalam air. Pada siang
hari jika oksigen naik akibat fotosintesa fitoplankton, maka pH juga naik. Pada pagi jika pH kurang
dari 7, hal ini menunjukan bahwa tambak atau kolam banyak mengandung bahan organik. Kestabilan
pH perlu dipertahankan karena pH dapat mempengaruhi pertumbuhan organisme air, mempengaruhi
ketersediaan unsur P dalam air dan mempengaruhi daya racun amoniak dan H2S dalam air
b. Oksigen Terlarut ( Disolved Oxygen-DO )
Oksigen adalah unsur fital yang di perliukan oleh semua organisme untuk respirasi dan sebagai
zat pembakar dalm proses metabolisme. Oksigen juga sangat dibutuhkan mikro organisme (bakteri)
untuk proses dekomposisi. Kandungan oksigen dalam air yang ideal adalah antara 3-7 ppm. Jika
kandungan oksigen kurang dari 3 ppm, maka ikan maupun udang akan berada di permukaan air bahkan
bagi udang yang sedang molting, jika oksigen 1-2 ppm, udang bisa mati, demikian pula jika oksigen
terlalu tinggi, ikan maupun udang bisa mati karena terjadi emboli dalam darah.
Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui kontak
antara permukaan air dengan udara, dan dari proses fotosintesis. Selanjutnya aur kehilangan oksigen
melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme.
c. CO2 Bebas
Pada perairan umum dan kolam budidaya intensif, karbondioksida, bikarbonat atau karbonat
terlarut membentuk suatu reservoir karbon untuk fotosintesis tumbuhan air. Pada kondisi gelap, maka
aktivitas utama tumbuhan yaitu melakukan respirasi, pada kesempatan tersebut dibebaskan CO2 dan
ion-ion hidorgen sehingga menyebabkan penurunan pH. Perubahan pH diurnal pada kolam ikan hingga
1 unit biasanya disebabkan oleh proses biologis.
Sumber karbon utama di bumi adalah atmosfer dan perairan terutama laut. Laut mengandung
karbon lima puluh kali banyak dari pada karbon di atmosfer. Perpindahan karbon dari atmosfer ke laut
terjadi melalui proses difusi. Karbon yang terdapat di laut cenderung mengatur karbondioksida di
atmosfer. Karbon yang terdapat di atmosfer da perairan diubah menjadi karbon organik melalui proses
fotosintesis, kemudian masuk kembali ke atmosfer melalui proses respirasi dan dekomposisi yang
merupakan proses biologis mahluk hidup.

4.2 AIR UMPAN BOILER


Air umpan adalah air yang disuplai ke boiler untuk dirubah menjadi steam. Sedangkan sistem
air umpan adalah sistem penyediaan air secara otomatis untuk boiler sesuai dengan kebutuhan steam.
Ada dua sumber air umpan, yaitu: kondensat : steam yang telah berubah fasa menjadi air (mengembun)
dan air make up : air baku yang sudah diolah.
Boiler adalah bejana tertutup dimana panas pembakaran dialirkan ke air sampai terbentuk air
panas atau steam. Air panas atau steam pada tekanan tertentu kemudian digunakan untuk mengalirkan
panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah untuk mengalirkan panas ke suatu
proses. Jika air dididihkan sampai menjadi steam, volumnya akan meningkat sekitar 1.600 kali,
menghasilkan tenaga yang menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga boiler merupakan
peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan sangat baik.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan (feed water system), sistem steam (steam system)dan
sistem bahan bakar (fuel system).
1. Sistem air umpan (feed water system) menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam.Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan.
2. Sistem steam (steam sistem) mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler. Steam
dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan sistem, tekanan steam diatur
menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau tekanan.
3. Sistem bahan bakar (fuel sistem) adalah semua peralatan yang digunakan untuk menyediakan
bahan bakar untuk menghasilkan panas yangdibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada sistem bahan
bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.

4.2.1 Persyaratan Air Umpan Boiler


Secara umum air yang akan digunakan sebagai air umpan boiler adalah air yang tidak
mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya endapan yang dapat membentuk kerak pada
boiler, air yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan korosi terhadap boiler dan sistem
penunjangnya dan juga tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan terjadinya pembusaan
terhadap air boiler. Oleh karena itu untuk dapat digunakan sebagai air umpan boiler maka air baku dari
sumber air harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu, karena harus memenuhi persyaratan tertentu
seperti yang diuraikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Persyaratan Air Umpan Boiler

Parameter Satuan Pengendalian Batas


Ph
Unit 10.5– 11.5
Conductivity
µmhos/cm 5000,max
TDS
Ppm 3500,max
P– Alkalinity
Ppm -
M– Alkalinity
Ppm 800,max
O– Alkalinity
Ppm 2.5xSiO2,min
T.Hardness
Ppm -
Silica
Ppm 150,max
Besi
Ppm 2,max
Phosphat residual
Ppm 20– 50
Sulfite residual
Ppm 20– 50
pHcondensate
Unit 8.0– 9.0
Sumber : PT.Nalco Indonesia
Air kondensat biasanya dikembalikan lagi ke tangki umpan untuk menghemat pemakaian
air,tetapi kualitas air kondensat tersebut harus memenuhi persyaratan seperti tabel berikut.

Tabel 4.2 Persyaratan Air Kondensat


No. Parameter Satuan Nilai
1 Konduktivitas mg/l 10
2 Total Dissolved Solid mg/l 5
3 Total solid Suspended solid mg/l 0.5
4 Total Silika mg/l 0.05
5 Total Besi mg/l 0.1
6 Total Copper mg/l 0.02
7 C02 mg/l 1
8 Chloride mg/l 0.01
9 Organic mg/l 0.01
Sumber : Pullman Kellogs (1980)

4.2.2 Rekomendasi Untuk Boiler dan Kualitas Air Umpan


Kotoran yang ditemukan dalam boiler tergantung pada kualitas air umpan yang tidak diolah,
proses pengolahan yang digunakan dan prosedur pengoperasian boiler. Sebagai aturan umum, semakin
tinggi tekanan operasi boiler akan semakin besar sensitifitas terhadap kotoran.
Tabel 4.3 Rekomendasi batas air umpan (IS10392, 1982)

REKOMENDASI BATAS AIR UMPAN (IS10392, 1982)


Hingga 20 21-39 40-59
Faktor kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2
Total besi (maks.) ppm 0,05 0,02 0,01
Total tembaga (maks.)
ppm 0,01 0,01 0,01
Total silika (maks.) ppm 1 0,3 0,1
Oksigen (maks.) ppm 0,02 0,02 0,01
Residu hidrasin ppm - - -0,06
0
pH pada 25 C 8,8-9,2 8,8-9,2 8,2-9,2
Kesadahan, ppm 1 0,5 -
REKOMENDASI BATAS AIR UMPAN (IS10392, 1982)
Hingga 20 21-39 40-59 4.2.3 Akibat Air
Faktor kg/cm2 kg/cm2 kg/cm2 Umpan Boiler
TDS, ppm 3000-3500 1500-2500 500-1500 yang Tidak
Total padatan besi terlarut
Memenuhi
ppm 500 200 150
Konduktivitas listrik spesifik Baku Mutu

pada 250C (mho) 1000 400 300 a. Korosi


Residu fosfat ppm 20-40 20-40 15-25 Penyebab
pH pada 250C 10-10,5 10-10,5 9,8-10,2 korosi Boiler:
Silika (maks.) ppm 25 15 10 oksigen
terlarut, alkalinitas ( korosi pH tinggi pada boiler tekanan tinggi ), karbon dioksida ( korosi
asam karbonat pada jalur kondensat ), korosi khelate ( EDTA sebagai pengolahan pencegah
kerak ). Akibat dari peristiwa korosi adalah penipisan dinding pada permukaan boiler sehingga
dapat menyebabkan pipa pecah atau bocor.
b. Kerak
Pengkerakan pada sistem boiler disebabkan oleh : pengendapan hardness feedwater dan mineral
lainnya, kejenuhan berlebih dari partikel padat terlarut (TDS) mengakibatkan tegangan
permukaan tinggi dan gelembung sulit pecah. Kerak boiler yang lazim : CaCO 3, Ca3 (PO4)2,
Mg(OH)2, MgSiO3, SiO2, Fe2(CO3)3, FePO4.
c. Endapan
Pembekuan material non mineral pada boiler, umumnya berasal dari : oksida besi sebagai
produk korosi, materi organik ( kotoran – bio, minyak dan getah ), boiler bersifat  alkalinitas
jika terkena gliserida maka akan terjadi reaksi penyabunan, partikel padat tersuspensi dari
feedwater ( tanah endapan dan pasir ). Dari peristiwa – peristiwa ini mengakibatkan
terbentuknya deposit pada pipa superheater, menyebabkan peristiwa overheating dan pecahnya
pipa, terbentuknya deposit pada sirip turbin, menyebabkan turunnya effisiensi.

4.2.4 Pengolahan Air Umpan Boiler


Untuk  mencegah terjadinya masalah-masalah yang timbul pada boiler,maka air umpan
(contohnya air sungai) yang akan digunakan sebelum masuk ke boiler, harus diolah terlebih dahulu,
pengolahan air ini meliputi : 
a. Pengolahan Eksternal
Pengolahan eksternal digunakan  untuk membuang padatan tersuspensi, padatan terlarut
(terutama ion kalsium dan magnesium yang merupakan penyebab utama pembentukan kerak) dan gas-
gas terlarut (oksigen dan karbon dioksida). Proses perlakuan eksternal yang ada adalah: pertukaran ion,
de-aerasi (mekanis dan kimia), osmosis balik, penghilangan mineral atau demineralisasi.
Sebelum digunakan cara di atas,  perlu membuang padatan dan warna dari bahan baku air,
sebab bahan tersebut dapat mengotori resin yang digunakan pada bagian pengolahan berikutnya.
Metode pengolahan awal adalah sedimentasi sederhana dalam tanki pengendapan atau
pengendapan dalam clarifier dengan bantuan koagulan dan flokulan. Penyaring pasir bertekanan,
dengan aerasi untuk menghilangkan karbon dioksida dan besi, dapat digunakan untuk menghilangkan
garam-garam logam dari air sungai.
Tahap pertama pengolahan adalah menghilangkan garam sadah dan garan non-sadah.
Penghilangan yang hanya garam sadah disebut pelunakan, sedangkan penghilangan total garam dari
larutan disebut penghilangan mineral atau demineralisasi. Proses pengolahan eksternal dijelaskan
berikut ini.
1. Proses Pertukaran Ion (Plant Pelunakan) dan Demineralisasi
Pada proses pertukaran ion, kesadahan dihilangkan dengan melewatkan air pada bed zeolit alam
atau resin sintetik dan tanpa pembentukan endapan. Jenis paling sederhana adalah pertukaran basa
dimana ion kalsium dan magnesiun ditukar dengan ion sodium. Setelah jenuh, dilakukan regenerasi
dengan sodium klorida. Garam sodium mudah larut, tidak membentuk kerak dalam boiler.
Dikarenakan penukar basa  hanya menggantikan kalsium dan magnesium dengan sodium, maka tidak
mengurangi kandungan TDS, dan besarnya blowdown. Penukar basa ini juga tidak menurunkan
alkalinitasnya.
Demineralisasi merupakan penghilangan lengkap seluruh garam. Hal ini dicapai dengan
menggunakan resin kation, yang menukar kation dalam air baku dengan air hidrogen menghasilkan
asam hidroklorida, asam sulfat dan asam karbonat. Asam karbonat dihilangkan dalam menara
degassing dimana udara dihembuskan melalui air asam. Berikutnya, air melewati resin anion, yang
menukar anion dengan asam mineral (misalnya asam sulfat) dan membentuk air. Regenerasi kation dan
anion perlu dilakukan pada jangka waktu tertentu dengan menggunakan asam mineral dan soda
kaustik, supaya kemampuan pertukaran ion pulih kembali.
Sebelumpenggunaan kembali resin yang telah jenuh,
perludilakukanpencucianataupembilasandenganair
lunak  untuk  menghilangkan  kelebihan  NaCl  yang  tersisa  diunggun  resin.  Air
regenerasi biasanya memerlukan 80  –  160  kg  NaCl  untuk  setiap  1  m3  resin dengan  larutan
garam  5  –  20%.  Laju  air  garam  yang  digunakan  berkisar  40 l/menit.m2.  Penghilangan lengkap
silika dapat dicapai dengan pemilihan resin anion yang benar. Proses pertukaran ion, jika diperlukan
dapat digunakan untuk demineralisasi yang hampir total, seperti untuk boiler pembangkit tenaga listrik.
Proses pelunakan air dengan resin penukar ion ini lebih efisien dan praktis dibandingkan dengan
proses pelunakan menggunakan pengendapan kimia karena tidak menghasilkan lumpur, peralatan
sederhana dan mudah dioperasikan.

2.      De-aerasi
Dalam de-aerasi, gas terlarut seperti oksigen dan karbon dioksida, dibuang dengan pemanasan
air umpan sbelum masuk ke boiler. Seluruh air alam mengandung gas terlarut dalam larutannya. Gas-
gas tertentu seperti karbon dioksida dan oksigen, sangat meningkatkan korosi. Bila dipanaskan dalam
sistem boiler, karbon dioksida dan oksigen dilepaskan sebagai gas dan bergabung dengan air
membentuk asam karbonat.
Penghilangan oksigen, karbon dioksida dan gas lain yang tidak dapat terembunkan dari air
umpan boiler sangat penting bagi umur peralatan boiler dan juga keamanan operasi. Asam karbonat
mengkorosi logam menurunkan umur pemipaan dan peralatan.
  Asam ini juga melarutkan besi (Fe) yang jika kembali ke boiler akan mengalami pengendapan
dan menyebabkan terjadinya  pembentukan kerak  pada boiler dan pipa. Kerak ini tidak hanya berperan
dalam penurunan umur peralatan tapi juga meningkatkan jumlah energi yang diperlukan untuk
mencapai perpindahan panas.
De-aerasi dapat dilakukan dengan de-aerasi mekanis, de-aerasi kimiawi, atau dua-duanya. De-
aerasi mekanis untuk penghilangan gas terlarut digunakan sebelum penambahan bahan kimia untuk
oksigen. De-aerasi mekanis didasarkan pada hukum fisika Charles dan Henry. Secara ringkas hukum
tersebut menyatakan bahwa penghilangan oksigen dan karbon dioksida dapat disempurnakan dengan
pemanasan air umpan boiler, yang akan menurunkan konsentrasi oksigen dan karbon dioksida di
sekitar atmosfer air umpan. De-aerasi mekanis dapat menjadi yang paling ekonomis, beropasi pada
titik didih air pada tekanan  dalam de-aerator. De-aerasi mekanis dapat berjenis vakum atau
bertekanan. De-aerator berjenis vakum beroperasi dibawah tekanan atmosfer dan dapat menurunkan
kandungan oksigen dalam air hingga kurang dari 0,02 mg/liter. Pompa vakum atau steam ejector
diperlukan untuk mencapai kondisi vakum. De-aerator jenis bertekanan beroperasi dengan membiarkan
steam menuju air umpan melalui klep pengendali tekanan untuk mencapai tekanan operasi yang
dikehendaki, dan dengan suhu minimum. Steam menaikkan suhu air menyebabkan pelepasan gas H 2
dan O2 yang dikeluarkan dari sistem. Jenis ini dapat mengurangi kadar oksigen hingga 0,005 mg/liter.

Bila terdapat kelebihan steam tekanan rendah, tekanan operasi dapat dipilih untuk menggunakan steam
ini sehingga akan meningkatkan ekonomi bahan bakar. Dalam sistem boiler, steam lebih disukai untuk
de-aerasi sebab: steam pada dasarnya bebas dari H2dan O2, steam tersedia dengan mudah dan steam

menambah panas yang diperlukan untuk melengkapi reaksi.


Sementara de-aerator mekanis yang paling efisien menurunkan oksigen hingga ke tingkat yang
sangat rendah (0,005 mg/liter), namun jumlah oksigen yang sangat kecil sekalipun dapat menyebabkan
bahaya korosi terhadap sistem. Sebagai akibatnya, praktek pengoperasian yang baik memerlukan
penghilangan oksigen yang sangat sedikit tersebut dengan bahan kimia pereaksi oksigen seperti sodium
sulfat yang akan meningkatkan TDS dalam air boiler dan meningkatkan blowdown dan kualitas air
make-up. Hydrasin bereaksi dengan oksigen membentuk nitrogen dan air. Senyawa tersebut selalu
digunakan dalam boiler tekanan tinggi bila diperlukan air boiler dengan padatan yang rendah, karena
senyawa tersebut tidak meningkatkan TDS air boiler.
3. Osmosis Balik
Osmosis balik menggunakan kenyataan bahwa jika larutan dengan konsentrasi yang berbeda-
beda dipisahkan dengan sebuah membran semi-permeable, air dari larutan yang berkonsentrasi lebih
kecil akan melewati membran untuk mengencerkan cairan yang berkonsentrasi tinggi. Jika cairan yang
berkonsentrasi tinggi tersebut diberi tekanan, prosesnya akan dibalik dan air dari larutan yang
berkonsentrasi tinggi mengalir kelarutan yang lebih lemah. Hal ini dikenal dengan osmosis balik.
Kualitas air yang dihasilkan tergantung pada konsentrasi larutan pada sisi tekanan tinggi dan perbedaan
tekanan yang melintasi membran.
b. Pengolahan Internal
Pengolahan internal adalah pengkondisian air boiler dengan bahan kimia treatment dan
pengaturan lainnya dengan tujuan agar korosi, pengerakan  dapat  dihindari  dan  kemurnian  uap
terjaga  baik.  Pengolahan  ini dengan  cara  pemberian  bahan  kimia  langsung  kedalam  boiler
bersama-sama dengan air pengisi boiler. Reaksi yang terjadi menyebabkan naiknya kandungan zat
padat/  endapan yang dapat menyebabkan pembusaan/primming dan carry over. Jumlah zat padat
dapat ditekan dengan pengaturan blowdown, sehingga permasalahan yang terjadi dapat diatasi.
Tujuan pengolahan ini untuk mengaturatau mengontrol zat-zat padat, alkalinitas, kelebihan
fosfat, gas-gas korosif, menghindarkan timbulnya endapan- endapan yang dapat melekat dan mengeras
pada dinding atau pipa-pipa boiler dan membuat lapisan boiler lebih  tahan terhadap korosi. Beberapa
mekanisme yang terjadi dalam pengolahan internal, antara lain: mereaksikan kesadahan dengan bahan
kimia agar kerak calcium carbonate yang  keras  berubah menjadi  endapan  yang lunak  berlumpur
sehingga bisa dibuang melalui blow-down, mengkondisikan pH/Alkalinitas air boiler untuk
menghindarkan pengerakan silica dan penggunaan anti-busa (anti  foam)  untuk  mencegah  potensi
pembusaan yang akan mengakibatkan terjadinya carry-over dan menurunkan kemurnian uap.

Beberapa  jenis  bahan  kimia  yang  umum  dipergunakan  dalam Internal treatment adalah
sebagai berikut :
  Fosfat  (jenis  ortho  ataupun  polyfosfat):  bereaksi  kesadahan  calcium  untuk menetralisir
kesadahan air dengan membentuk hydrat tricalcium fosfat yang berbentuk lumpur dan dapat dibuang
melalui blowdown secara terus-menerus atau secara berkala melalui bawah ketel.
  Natural and synthetic dispersants (Dispersant): meningkatkan sifat dispersif Air Boiler. Contoh
Polymeric Dispersant yaitu lignosul phonates dan tannin sebagai polimer alam dan polyacrylates,
maleat acrylate copolymer,maleat styrene copolymer sebagai polimer sintetik.
Sequestering agents (anti scale) seperti phoshate organic  (phosphonates), Polymaleicacid (PMA),
Sulfonated co-polymer.
 Oxygen scavengers(Pemakan Oksigen) seperti natrium sulfit, tannis, hidrazin, hidroquinon/progallol
berbasis derivatif, hydroxylamine  derivatif, asam askorbat derivatif,dll. Oxygen Scavenger sini,
dikatalisasi ataupun tidak, akan mengurangi  kadar  oksigen  terlarut  dalam  feed-water.  
 Anti-foamingoranti-primingagents: campuran bahan aktif permukaan yang mengubah tegangan
permukaan  cairan,  menghilangkan  busa dan  mencegah terbawa air halus partikel.
BAB V
BAHAN BAKAR DAN PELUMAS

5.1. HIDROKARBON

Suatu hidrokarbon adalah suatu persenyawaan kimiawi antara karbon dan


hydrogen. Kedua elemen – elemen ini dapat bersenyawa dengan sejumlah
perbandingan – perbandingan yang banyak sekali. Bila misalnya satu atom karbon
(C) bersenyawa dengan 4 atom – atom hydrogen (H), maka akan terjadi satu
molekul sesuatu zat, yang disebut methaan dan yang dinyatakan dengan rumus
kimiawi :CH4

Sehubungan dengan cara dengan mana pada zat tersebut di atas atom-
atomnya bersatu menjadi molekul – molekul, maka disebut adanya
persenyawaaan – persenyawaan alifatis atau persenyawaan rantai. Juga termasuk
golongan ini adalah antara lain- lain zat- zat sesuatu deret yang rumus dasar
umumnya CnH2n yang dinamakan oleofin-oleofin.

Bila sekarang deret alifatis tersebut di atas diikuti dari bentuk dasarnya,
yakni “methaan”, maka yang akan diperoleh terlebih dahulu adalah hidrokarbon –
hidrokarbon yang berbentuk gas, kemudian yang berbentuk cairan, dan akhirnya
yang bentuknya padat. Semakin tinggi letaknya hidrokarbon tertentu dalam deret
tersebut (dengan kata lain , semakin jauh letaknya dari methaan) maka berat
jenisnya semakin besar, titik didihnya (bila cairan) semakin tinggi dan
hidrokarbonnya semakin “berat”.

Tidak selalu karbon dan hydrogen bersenyawa menjadi molekul – molekul


dari persenyawaan rantai. Atom-atom ini dapat bergabung dengan cara laindan
terjadilah deret-deret zat lain, yang disebut persenyawaan cicin (lingkaran) atau
persenyawaan siklis.Hidrokarbon yang bersenyawa dalam bentuk-bentuk
lingkaran (cincin) ada bedanya dalam berbagai hal dari yang bersenyawa menurut
bentuk rantai.Pertama-tama perbandingan kadar karbon terhadap kadar-hidrogen

58
59

dalam persenyawaan tersebut pertama itu adalah lebih besar dan bersamaan itu
berat jenisnya lebih besar dan juga nilai pembakarannya lebih kecil. Molekul –
molekul dari hidrokarbon-hidrokarbon dengan persenyawaan berbentuk cincin
adalah lebih solid (teguh) susunannya, hingga molekul – molekulnya tidak mudah
terpisah-pisah.

Inilah sebabnya mengapa berbagai produk-produk dari penyulingan


minyak bumi dan minyak terbatu bara coklat, yang susunan cairannya termasuk
deret-deret persenyawaan secara rantai, dapat dipakai di mesin-mesin diesel
dengan demikian lebih baik daripada produk-produk penyulingan minyak terbatu
bara, yang terdiri atas cairan-cairan dari deret –deret siklis itu.

Hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi yaitu :


1.      Golongan alifatik, yaitu golongan alkana rantai normal dan bercabang,
seperti n-heptana dan isooktana. Alkana rantai normal merupakan
komponen utama penyusun minyak bumi.
2.      Golongan alisiklik, yaitu golongan sikloalkana (alkana rantai tertutup),
seperti siklobutana, siklopentana dan sikloheksana. Umumnya dalam
minyak bumi terdapat campuran antara siklopentana dan sikloheksana.
3.      Golongan aromatik, yaitu benzena dan turunannya sepeti toluen (metil
benzena).
59

Gambar 5.1 Berbagai macam bahan bakar

A Minyak mentah dipanaskan pada suhu > 3500C, sehingga terjadi


penguapan. Minyak yang tidak menguap menjadi residu (meliputi aspal
dan arang minyak bumi). Minyak yang menguap masuk ke kolom
pendingin bersuhu 3500C dan mencair menjadi minyak pelumas, lilin atau
vaselin, dan keluar ke penampung residu yang teruapkan.
b. Uap yang tidak mencair masuk ke kolom pendingin 250 0C–3500C. Minyak
solar akan mencair dan keluar ke penampungan.
c.  Uap yang tidak mencair masuk ke kolom pendingin 1800C–2500C. Kerosin
(minyak tanah) akan mencair dan keluar ke penampungan.
d. Uap dengan titik didih < 1800C masuk ke pendingin 1400C – 1800C. Nafta
(bensin berat) akan mencair dan keluar ke penampungan.
e. Uap dengan titik didih < 1400C masuk ke pendingin 700C – 1400C. Bensin
akan mencair dan keluar ke penampungan.
59

f.   Uap dengan titik didih < 700C masuk ke pendingin 200C – 700C.
Petroleum eter akan mencair dan keluar ke penampungan.
g. Pendingin suhu 200C – 700C merupakan pendingin suhu kamar. Hasil
akhir berupa gas yang tadinya larut dalam minyak mentah.

Ada beberapa sifat sesuatu produk minyak bumi, baik itu minyak bahan
bakar maupun minyak pelumas, dapat dinilai, yang terpenting di anataranya
adalah :

1. Susunan kimiawi dan titik anilinnya


2. Sifat dapat menguap
3. Berat jenisnya
4. Sifat cair dan titik bekunya

5.1.1 Susunan kimiawi dan titik anilin

Analisa elementer adalah penyelidikan kimiawi perbandingan bobot,


dalam mana berbagai elemen – elemen seperti zat karbon, zat hydrogen, zat asam,
zat belerang, nitrogen, dan lain sebagainya terdapat di dalam sesuatu bahan –
bahan bakar cairan. Mengenai zat karbon dan zat hydrogen, kadar dari elemen –
elemen ini adalah agak konstan bagi produk-produk minyak bumi dan minyak –
minyak batu bara coklat, yakni untuk karbon 84 – 87% dan 14 – 12% bagi
hydrogen. Pada minyak –minyak terbatu bara kadar hidrogennya adalah lebih
sedikit daripada minyak – minyak bumi terbatu bara coklat, hanya ±6% terhadap
89% zat karbon.

5.1.2 Sifat Dapat Menguap

Analisa titik didih dilakukan untuk memperoleh suatu analisa pendidihan


maka sejumlah cairan tertentu (biasanya 100 cm3) dipanaskan dalam suatu tabung
(kolf) gelas dengan perlahan-lahan. Uap – uap yang terjadi disalurkan melalui
suatu tabung yang dikelilingi air es dan karenanya akan mengkondensasi.
Kondesat (embun)nya ditampung dalam suatu gelas – takar. Dengan memakai
59

thermometer dapat dilihat pada saat mana uap cairannya dalam tabung (kolf)
telah mencapai suatu suhu tertentu dan mencatat pada saat tersebut.

Tabel 5.1 Batas-batas pendidihan

Ether-minyak tanah……………………………. batas –batas didih 10 - 70℃


Bensin ringan …………………………………..batas –batas didih 50 - 165

Bensin berat ……………………………………batas –batas didih 50 - 190

Gasoline ………………………………………..batas –batas didih 100 - 225

Minyak lampu…………………………………..batas –batas didih 150 -
300℃
Minyak gas………………………………………batas –batas didih 200 - 400

Minyak diesel …………………………………..batas –batas didih 250 - 400

5.1.3 Berat Jenis

Minyak – minyak kasar dan residu dapat memperlihatkan berat – berat


jenis yang sangat berlain – lainan, tergantung apakah di dalamnya terdapat/
tertinggal banyak bagian-bagian yang berat atau yang ringan.

Tabel 5.2 Berat jenis

Ether-minyak tanah…………………………………Berat jenis = 0,60 – 0,69


Bensin ringan ………………………………………. Berat jenis = 0,69 –
0,73
59

Bensin berat ………………………………………… Berat jenis = 0,73 –


0,79
Gasoline ……………………………………………. Berat jenis = 0,79 –
0,82
Minyak lampu………………………………………. Berat jenis = 0,82 –
0,84
Minyak gas………………………………………….Berat jenis = kira – kira
0,92
Minyak diesel …………………………………….. Berat jenis = 0,90-
1,00

5.2 Viskositas (kekentalan), titik beku dan titik keruh

Dari minyak – minyak encer dikatakan viskositasnya rendah, sebaliknya


dari yang kental dikatakan viskositasnya tinggi. Untuk menyelidiki viskositas bagi
sesuatu tujuan praktis, maka dipergunakan apa yang disebut viscosimeter yang
semuanya didasarkan atas prinsip yang sama. Suatu bejana dengan ukuran –
ukuran yang telah ditentukan diisi dengan minyak yang ingin diselidiki hingga
suatu tanda tertentu. Pada alas bejana tersebut terdapat satu lubang kecil yang
penampangnya ditentukan dengan cermat, lewat mana minyak keluar. Kemudian
diukur waktunya yang diperlukan untuk keluarnya sejumlah minyak tertentu.

Jelaslah bahwa waktu yang diperlukan minyak untuk mengalir keluar itu
akan tergantung, selain dari viskositas, juga dari ukuran – ukuran dari bentuk
lubang pengaliran keluarnya, tingginya cairan dalam bejana, jadi umumnya dari
sifat –sifat khususnya alat yang dipergunakan. Sayangnya, penentuan – penentuan
viskositas di seluruh dunia tidak terjadi dengan alat yang sama, sehingga hasil –
hasilnya dinyatakan dalam berbagai satuan.

Pada banyak tinjauan-tinjauan teoritis akhirnya digunakan satuan-satuan


viskositas yang lain lagi, yakni viskositas dinamis, yang dinyatakan dalam “Poise”

n.g
Vk = b. j
59

dan “centipoises” (=0,01). Hubungan antara viskositas kinematis dan dinamis


diberikan oleh rumus yang berikut:

Di mana :

Vk = viskositas – kinematis dalam stokes atau centistokes

n = viskositas – dinamis dalam poise atau centipoises

g = percepatan dari gaya berat, dalam m/dt2

b. j = berat jenis dalam kg/m3

Hubungan yang satu dengan yang lainnya antara hasil-hasil dari berbagai
meter-meter viskositas itu telah ditetapkan secara pengalaman –pengalaman
percobaan.

Bagi viskositas – viskositas yang lebih rendah dari 100 centistokes = 13,2 derajat
Engler = 408 sec. Redwood I = 463 sec.

cS = sentistokes RI = detik Redwood I

E = derajat Englar

SU = detik Saybolt Universal

cS E RI SU cS E RI SU
2 1,12 30,95 32,66 25 3,46 104,7 119,1
3 1,22 33,45 36,07 30 4,07 124,4 141,2
4 1,31 35,95 39,17 35 4,70 144,2 163,5
5 1,39 38,45 42,38 40 5,33 164,3 186,0
59

6 1,48 41,05 45,59 45 5,48 184,5 208,8


8 1,65 46,05 52,10 50 6,67 204,7 231,8
10 1,83 52,00 58,91 60 7,93 245,3 277,9
15 2,32 67,95 77,35 80 10,54 326,6 307,3
20 2,87 85,75 97,69 100 13,17 408,2 462,9

Ketidak pastian mengenai viskositas terjadi pada campuran – campuran


minyak – minyak karena viskositasnya tidak dapat ditentukan dengan cara yang
paling mudah dari viskositas – viskositas komponen – komponennya

Viskositas itu tergantung dari tekanan yang dialami oleh minyaknya. tetapi
pada tekanan-tekanan yang lebih rendah, umpamanya di bawah 100 kgf/cm2,
pengaruhnya itu tidak besar.

Lebih penting adalah sifat bahwa seperti yang telah kita katakan lebih
dulu, viskositas sesuatu minyak turun dengan cepat pada suhu yang naik, maka
pada pemanasan minyak menjadi lebih cair.

Karena alasan inilah maka sebenarnya tidak cukup untuk menyebut


viskositas pada satu suhu saja. dalam keadaan-keadaan di mana dianggap bahwa
hal itu merupakan petunjuk bagi sifat pemakaiannya. yng lebih baik (umpamanya
pada minyak-minyak lumas), oleh sebabn itu biasanya disebut viskositasnya pada
tiga atau empat suhu-suhu yang berlain-lainan. untuk minyak-minyak bahan bakar
kini biasanya viskositasnya dinyatakan pada suhu 100° F = 37,8° C

Suatu pengertian baik mengenai mudah berubahnya viskositas kerena


suhu, diperoleh dengan menggambarkan kurva-kurva (lengkungan) suhu
viskositas dalam grafik-grafik di mana suhu dituliskan pada sumbu datar, dan
viskositasnya ke arah vertical.

Kami ketahui bahwa semua minyak-minyak adalah campuran-campuran


dari sejumlah besar hidrokarbon-hidrokarbon. Dalam banyak keadaan, maka
59

diantara susunan unsur-unsur ini terdapat cairan-cairan yang pada suahu yang
agak tinggi sudah menjadi padat. yang termasuk zat ini adalah antara lain
hidrokarbon-hidrokarbon dari deretan-deretan paraffin, yang terdapat dalam
berbagai minyak bumi, dan juga naftalin, yang terdapat dalam kebanyakan
minyak ter-batu-bara.

begitu pada suhu yang menurun dicapai titik di mana persenyawaan-


persenyawaan tersebut di atas menjadi padat, maka di mana-mana dalam
minyaknya terbentuk kristal-kristal dari zat-zat ini, yang menghilangkan sifat
cairnya.

Massa minyak seluruhnya lalu kelihatannya menjadi padat, walaupun


unsur-unsur yang lainnya masih cair.

Bagi penentuan titik beku maka suatu jumlah contoh minyak dimasukkan
ke dalam suatu gelas piala, yang ditutup dia atasnya dengan gabus yang ada
lubang embus, melalui lubang itu dimasukkan suatu thermometer ke
dalamcairannya.

Kemudian gelas piala ersebut dimasukkan dalam larutan yang


mendinginkan (umpamanya salju dan garam dapur, atau es yang ditumbuk dengan
kalsiumklorida) dan penurunan suhu pada thermometer yang diamati. setelah tiap
penurunan suhu sebesar sebesar 2 C, maka gelas piala tersebut dikeluarkan dari
campuran diambil dan kemudian dimiringkan sedikit dengan hati-hati, untuk
memeriksa ke cairan minyak tersebut.

Begitu terjadi pembentukan kristal-kristal, maka haruslah dijaga dengan


hati-hati agar jaringannya tidak tergannggu oleh suatu gerakan dari minyak yang
masih car atau dari thermometer. Bila dilihat bahwa pada saat dimiringkan
cairannya tidak bergerak lagi pada thermometer atau sepanjang tepian-tepian dari
gelas piala, maka cairan tersebut diletakkan dalam kedudukan datar sama sekali
selama 5 detik, dan bila pada itu tidak terjadi lagi gerakan cairan maka titik
bekunya telah dicapai.
59

5.3 Titik Nyala dan Titik Bakar

Alat bantu yang paling sederhana bagi penentuan titik nyala api itu adalah
apa yang disebut cawan terbuka dari Mucusson.

Setiap kali minyak naik dengan sejumlah °C tertentu (2 samapi 5), maka
nyala api tersebut digerakkan selama kira-kira 1 detik pada jarak 2 a 3 mm di atas
permukana cairan tersebut.maka pencapain titik nyala akan terlihat jika terjadi
penyalaan-penyalaan singkat.

Bagi minyak-minyak pelumas utuk penentuan titik nyala dan titik


bakarnya selalu dipergunakan cawan terbuka dari Marcusson. Untuk bahan-bahan
bakar cair cara penentuan ini kurang cermat, lebih-lebih pada minyak-minyak
yang kadar bagian-bagian susunan ringannya adalah sedikit. sebab aliran
udaravyang berlemah di atas cairan akan meniup keluar sedikit banyak uapnya
dan membuat seolah-olah suhu penyalaannya teralalu tinggi. Oleh karena itu
penentuan untuk minyak-minyak yang lebih berat dilakukan dalam peralatan-
peralatan yang tertutup. alat yang paling banyak dipakai adalah alat dari Pensky-
Martens.

5.4 Kadar Aspal, Arang Kokas dan Abu

Kadar aspal dapat ditentukan dengan menimbang bahan yang tertinggal,


dan menghitung perbandingan antara berat yang ditemukan demikian itu dan berat
minyak di dalam piala semula. Tetapi pada penyelidikan-penyelidikan minyak
yang teknis kadar aspal kebanyakan dipastikan secara lain, yakni sebaai bagian
minyaknya yang ternyata tidak akan dapat dilarutkn dalam suatu campuran ether
dan alcohol (dengan perbandingan volume 2 untuk ethylether dan alcohol
96%)agar dengan cara ini membuktikan adanya aspal di dalam sesuatu minyak,
maka ½ cm3 darinya dilarutkan dalam 14 cm3 ethyl-ether dan padanya
ditambahkan 1 cm3 alkohol 96%. adanya aspal kemudian dapat dilihat dengan
terjadinya endapan yang ripanya seperti kapas atau salju. Penentuan kuantitatis
dan persentase aspal secara terpat tidaklah semudah dan tidak dapat dilakukan
dengan hasil baik tanpa adanya ketankasan kimiawi.
59

oleh beberapa pihak kadar aspal itu dianggap sebagai petunjuk yang
penting mengenai bisa tidaknya suatu minyak dipakai sebagai bahan bakar motor.

5.5 Kadar air dan pengotoran-pengotoran mekanis

Hampis semua bahan bakar cairan mengandung sedikit air. Dalam keadaan
diam yang lama dalam tangi-tangki dan lain-lain. maka sebagian besar dari air ini
memisahkan diri dan mengendap pada alas tangki (pada minyak bumi dengan
berat jenis di bawah 1,0) atau mengembang pada permukaan (pada minyak-
minyak terbatu-bara dengan berat jenis lebih dari 1,0), tetapi pemisahan ini karena
perbedaan yang kecil sekali antara berat jenis air dan minyak serta kecilnya tetes-
tetes airnya khususnya pada minyak-minyak yang berat dan kental berjalan sangat
lambat.

1. Menginngat bahwa satu atom zat arang beratnya 12 kali ebih besar dari 1
atom zat air, maka perbandingan bobot zat air : zat arang dengan mudah
dapat dihitung dari rumus susunan kimiawi, misalnya:

beratzatair 4.1 1
Methaan CH4 : = =
beratzatarang 1.12 3

beratzatair 6.1 1
Methaan C2H6 : = =
beratzatarang 1.12 4

beratzatair 8.1 1
Methaan C3H8 : = =
beratzatarang 3.12 4.5
Contoh:
Contoh kadar bebas air dari sesuatu minyak ter batubara telah memberikan
menurut analisa elementer suatu nilai bakar bawah dari 8960 kkal/kgf,
sedangkan bahan bakar dipasaran megandung 0,9% bebas air
Berapa nilai bakar bawah dari bahan bakar di pasaran itu?
Nilai bakar bawah bebas air............................................................8960kkal
dikurangi nilai bakar bawah 0,9% bebas air 0,9 . 96 ..................... 86 kkal
59

___________
nilai bakar bahan bakar di pasaran .................................................=8874
kkal

5.6 Kadar Sulfur


Jumlah sulfur dalam bahan bakar minyak sangat tergantung pada suber
minyak mentahdan pada proses penyulingannya.kandungan normal sulfur untuk
residu bahan bakar minyak(minyak furnace)berada pada 2-4%. Kandungan sulfur
untuk berbagai bahan bakar minyak ditunjukkan pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 persentase sulfur untuk bahan bakar minyak

Bahan bakar Persentase


Minyak tanah 0,05-0,2
Minyak diesel 0,05-0,25
L.D.O 0,5-1,8
Minyak furnace 2,0-4,0
LSHS <0,5

5.7 Kadar Abu


Kadar abu erat kaitannya dengan bahan inorganik atau garam dalam bahan
bakar diabaikan. Residu bahan bakar memiliki kadar abuyang tinggi. Garam-
garam tersebut mungkin dala bentuk senyawa Sodium, Vanadium, Kalsium,
Magnesium, silika, Besi, aluminium, nikel dan lain-lain.umumnya kadar abu
berada pada kisaran 0,03-0,07%. Abu yang berlebihan dalam bahan bakar cair
dapat menyebabkan pengendapan kotoran pada peralatan pembakaran. Abu
memiliki pengaruh erosi pada ujung burner, menyebabkan kerusakan pada
refraktori pada suhu tinggi dapat meningatkan korosi dan penyumbatan peralatan.
59

5.8 Residu Karbon


Residu karbon memberikan kecendrungan pengendapan residu padat
karbon padapermukaan panas, seperti burner, atau injeksi Nosel, bila kandungan
yang mudah menguapnya menguap. Residu minyak mengandung residu karbon
1% atau lebih.

5.9 Bahan –bahan pelumas


Pengertian yang tepat mengenai sifat-siafat dari pelbagai bahan-bahan
pelumas, begitu pula mengenai syarat-syaratnya yang harus dipenuhi adalah sama
pentingnya bagi pemakai motor diesel seperti pengetahuan yang cermat mengenai
keanehan-keanehan bahan bakar cair. Kita membedakan bahan-bahan pelumas
yang padat, setengah padat dan cairan. Bahan-bahan pelumas yang padat,
setengah padat kita liwatka saja; Karena bahan-bahan pelumas tersebut hanya
dipakai dalam motor-motor untuk maksud yang tidak begitu penting dan
pemakainnya dalam blok-blok terowongan (tunel) dan sebagainya sudah cukup
dikenal oleh ahli esin kapal. Sebaliknya yang enting sekali dalah bahan-bahan
pelumas atau minyak-minyak pelumas yang cair.
Minyak-minyak pelumas itu menurut asalnya dapat dibagi dalam dua
golongan besar, yaitu:
1. Minyak-minyak mineral, yang diperoleh dari distilasi minyak tanah.
2. Minyak-minyak hewaniah dan tumbuh-tumbuhan, yang seperti dinyatakan
oleh nama-namanya, dibuat dari bahan-bahan metah hewani atau tumbuh-
tumbuhan.
Minyak-minyak mineral, seperti telah dikatakan, dibuat dari minyak-
minyak tanah dan dari itu terutama merupakan campuran-campuran lagi dan
hidrokarbon. Tidak semua minyak-minyak tanah yang kasar untuk pembuatan
minyak pelumas dari kelas satu itu meruppakan bahan baku yang sama cocoknya:
Minyak-minyak tanah dari Rusia dan Pensylvania dan untuk ini adalah lebih
cocok daripada misalnya yang dari meksiko dan California.
59

Minyak-minyak pelumas mineral itu setelah dibuat juga dikenakan


pengilangan yang mendalam. Minyak-minyak ini juga dengan penggunaan proses
distilasi masih mengandung hidrokarbon yang tidak stabil, yang dapat
menyebabkan pengurangan mutu oleh sebab-sebab dari luar. Unsur-unsur bagian
yang tidak stabil ini disingkirkan oleh engerjaan dengan asam belerang, soda dan
air, begitu pula dengan penyaringan yang seksama,tetapi pengilangan yang terlalu
banyak dapat juga merusakkan karena unsur-unsur bagian yang bermanfaat
disingkirkan olehnya dari minyak pelumas dan menjadi hilang. Minyak-minyak
pelumas itu menurut bahan-bakunya, diolah menurut dua proses-proses yang
berlain-lainan.
Pada proses distilasi itu maka diperolehlah dari bahan mentah kasarnya
secara berturut-turut minyak – minyak dengan titik didih yang berlain-lainan.
Distilasi itu harus dilakukan pada suhu – suhu yang relative rendah, jadi pada
tekanan – tekanan rendah atau di bawah vakum, agar molekul – molekul itu tidak
menjadi rusak karena pemanasan yang terlalu tinggi.
Selama 60 tahun belakangan ini maka pembuatan di pabrik dari minyak –
minyak pelumas mineral itu telah berkembang dengan pesat dan minyak – minyak
itu telah menggantikan untuk sebagian besar bahan – bahan pelumas dari tumbuh
– tumbuhan dan hewan. Sebabnya terletak pada beberapa sifat yang sangat
dihargai, yaitu :
1. Minyak – minyak mineral yang baik adalah sangat sedikit dapat terken
perubahan selama dipakai. Hal ini lebih – lebih bernilai untuk mesin – mesin
dengan pelumasan tekan, karena pada itu seperti kita mengetahui, minyaknya
berkali – kali dikempa lewat titik – titik putar. Di sini minyak itu terus
menerus bersentuhan dengan zat asam, sebagian pada suhu-suhu yang tinggi,
dan harus bertahan terhadap pengaruh – pengaruh yang mencoba merubah
susuna minyak itu (“menjadi tuanya” minyak).
2. Minyak – minyak mineral tidak dapat diperoleh dalam jumlah jenis yang
banyak dengan sifat-sifat viskositas dari lain-lainnya yang menarik.
3. Minyak – minyak mineral tidak atau hampir tidak membentuk emulsi dengan
air, yang mana diartikan suatu substansi yang berbusa cairan tebal. Setelah
59

dicampur dengan air minyak –minyak itu memisahkan diri dari air hampir
dengan cepat dan hampir semuanya sempurna.
4. Minyak – minyak pelumas mineral yang baik adalah hampir – hampir tidak
mengandung asam : jadinya minyak – minyak itu tidak merusakan bagian-
bagian dari mesin yang polos

Minyak – minyak pelumas tumbuh – tumbuhan dan hewan lain dari


minyak – minya mineral, mengandung banyak sekali bagian – bagian unsure yang
kurang stabil. Minyak –minyak tersebut lebih mudah terkena oksidasi, pada mana
terbentuk asam –asam lemak, yang menyebabkan bagian – bagian mesin yang
polos menjadi berkarat. Oksidasi itu diperhebat oleh tekanan-tekanan dari suhu –
suhu yang tinggi jika dipakai dalam sistim – sistim pelumasan paksa, maka kadar
asam juga meningkat, warnanay menjadi lebih tua, berat jenis dan viskositasnya
naik dan daya pelumasnya berkurang.

Selanjutnya minyak – minyak tumbuh – tumbuhan dan hewan – hewan itu


dengan air sangat mudah membentuk emulsi – emulsi, dan minyak – minyak itu
sangat sukar untuk memisahkan diri lagi dari emulsi – emulsi itu. Oksidasi dari
minyak – minyak hewan dan tumbuh – tumbuhan itu tidak hanya terjadi selama
minyak – minyak itu dipakai dalam mesin – mesin tapi juga selama disimpan
dalam drum – drum dan tangki – tangki maka reaksi ini terjadi di bawah pengaruh
udara, cahaya dan zat cair.

Agar untuk maksud – maksud tertentu keuntungan – keuntngan dari


minyak –minyak mineral dikombinasikan dengan yang dari minyak –minyak
bukan mineral, maka kedua jenis miyak itu campur dalam perbandingan –
perbandingan tertentu (mengkompon) dan dengan demikian diperolehlah minyak
–minyak kompon. Minyak – minyak kompon itu adalah paling cocok untuk
bagian – bagian mesin yang bebannya berat, yang melakukan usaha dalam
lingkungan yang lembab, dan untuk pelumasan silinder – silinder di mana terdapat
uap – uap yang jenuh. Jadinya minyak –minyak itu dipakai untuk bagian –bagian
yang bergerak dari mesin – mesin uap kapal, yang sering melakukan usaha dalam
59

air (engkol – engkol, eksentrik – eksentrik, dan sebagainya) serta pula untuk
pelumasan silinder bagian dalam dari pesawat – pesawat uap untuk uap yang
jenuh ; di sini daya untuk membentuk emulsi justru merupakan keuntungan.

Dalam praktek orang berbicara tentang minyak – minyak yang ringan dan
yang berat , tetapi dengan itu dimaksud viskositasnya dan bukan berat jenisnya.

Karena sifat tahannya yang baik maka minyak – minyak pelumas dapat disimpan
lama tanpa susunannya menjadi berubah.

Minyak – minyak pelumas tumbuh – tumbuhan dan hewan, lain dari


minyak – minyak mineral mengandung banyak sekali bagian – bagian unsur yang
kurang stabil. Minyak tersebut lebih mudah terkena teroksidasi, pada mana
terbentuk asam – asam lemak, yang menyebabkan bagian –bagian mesin yang
polos menjadi berkarat. Oksidasi itu diperhebat oleh tekanan – tekanan dan suhu –
suhu yang tinggi jika dipakai dalam sisitim – sistim pelumasan paksa, maka kadar
asam juga akan meningkat, warnanya menjadi lebih tua, berat jenis dan
viskositasnya naik dan daya melumasnya berkurang.

Minyak –minyak tumbuh – tumbuhan dan hewan itu dengan air sangat
mudah membentuk emulsi – emulsi dan minyak –minyak sukar untuk
memisahkan diri lagi dari emulsi –emulsi itu. Oksidasi dari minyak –minyak
hewan dan tumbuh – tumbuhan itu tidak hanya terjadi selama minyak – minyak
itu dipakai dalam mesin – mesin tapi juga selama disimpan dalam drum – drum
dan tangki – tangki maka reaski ini terjadi di bawah pengaruh udara, cahaya dan
zat cair.

Agar untuk maksud – maksud tertentu keuntungan – keuntungan dari


minyak – minyak mineral dikombinasikan dengan yang dari minyak – minyak
bukan mineral, maka kedua jenis minyak itu dicampur dalam perbandingan –
perbandingan (mengkompon) dan dengan demikian diperoleh minyak – minyak
kompon. minyak – minyak kompon itu adalah paling cocok untuk bagian –bagian
mesin yang bebannya berat, yang melakukan usaha dalam lingkungan yang
lembab, dan untuk perlumasan silinder – silinder di mana terdapat uap – uap yang
59

jenuh. Jadinya minyak –minyak itu dipakai untuk bagian – bagian yang bergerak
dari mesin – mesin uap kapal, yang sering melakukan usaha dalam air (engkol –
engkol, eksentrik – eksentrik dan sebagainya), serta pula untuk pelumasan silinder
bagian dalam dari pesawat uap untuk uap jenuh ; di sini daya untuk membentuk
emulsi justru merupakan keuntungan.

Dalam praktek orang berbicara tentang minyak – minyak yang ringan dan
yang berat, tetapi yang dimaksud adalah viskositasnya dan bukan berat jenisnya.
Dengan “minyak berat” dimaksudkan minyak tebal, jadi dari viskositas yang
tinggi dan dengan “minyak ringan” dari viskositas yang rendah. Juga warna dari
minyak itu tidak banyak atau sama sekali tidak berarti mengenai mutunya.
Minyak –minyak pelumas yang ringan adalah sering berwarna kuning yang lebih
berat berwarna coklat merah sampai hitam. Beberapa minyak – minyak pelumas
amerika menunjukkan pantulan cahaya yang hijau atau flouresensi.

Titik bekunya minyak pelumas adalah penting untuk pemakaian dalam


daerah – daerah yang dingin udaranya. Minyak – minyak pelumas dengan titik
beku yang khusus rendah sekali dipergunakan untuk kompresor – kompresor dari
instalasi – instalasi pendingin. Sebagian dari minyak ini bersama – sama dengan
gas melalui alat penguapnya di dalam mana dicapai suhu yang rendah sekali, pada
suhu mana minyak itu tidak boleh menjadi beku. Sesuai dengan itu maka apa yang
dinamakan “minyak es” itu mempunyai titik beku antara – 20 dan -40℃.

Kadar kokas dari minyak – minyak pelumas itu menurut peraturan –


peraturan standard amerika ditentukan dengan penimbangan 10 gf dari minyak
yang harus diperiksa dalam cawan persolen dari ukuran – ukuran yang sudah
ditentukan dan minyak itu dipanaskan menurut cara yang ditentukan selama
setengah jam.

Kadar asam ditentukan menurut cara kimiawi


59

Kadar asam ini harus serendah mungkin : minyak – minyak mineral murni secara
praktis tidak boleh mengandung asam – asam, walaupun jejak – jejak asam dapat
ditemukan, yang berasal dari proses pengilangan atau dari asam – asam minyak
tanah dalam bahan mentahnya semula. Sebaliknya dalam minyak – minyak
tumbuh – tumbuhan dan hewaniah, mudah terjadi asam – asam karena oksidasi
dari bagian – bagiannya yang tidak stabil.

Pada motor – motor diesel pengotoran minyak itu terjadi bukan pertama – tama
oleh produk – produk karena menjadi tua, melainkan lebih banyak oleh
pengotoran yang berasal dari ruang –ruang bakar. Pengotoran ini dapat dibedakan
dalam :

1. “arangpara”(soot), yaitu kurang lebih zat arang murni, yang terjadi pada
pendinginan dari uap minyak yang terbakar pada dinding - dinding silinder
yang relatif lebih dingin
2. “arang”, yang dalam ini tidak diartikan sebagai zat arang, melainkan
produk – produk oksidasi, kadang – kadang dengan kadar zat asam yang
tinggi, yang terjadi pada pembakaran yang tidak sempurna dari pada
bagian dari minyak pelumas, yang melalui bidang jalan silinder,
menembus ke dalam ruang bakar
3. “lak”, yang berarti produk – produk oksidasi lain lagi yang terutama
membentuk diri dari beberapa bahan bakar motor, pada pembakaran yang
suhunya relative rendah (misalnya pada motor – motor dengan tekanan
menengah atau pada beban rendah dari motor- motor diesel dengan
pengabutan udara). Dalam keadaan – keadaan tertentu maka torak dan
bidang jalan silinder untuk seluruhnya atau sebagian dapat ditutupi dengan
suatu lapisan lak yang lengket.
4. “abu” dari bahan bakar dan produk – produk keausan yang berasal dari
pelapis – pelapis silinder pegas- pegas torak.

Adalah pada beban tinggi dari bagian – bagian susunan “arang” dan pada beban
rendah bagian – bagian susunan “lak” tersebut di atas, yang menyebabkan
59

menjadi lekas macet, atau pegas – pegas torak macet terbakar di dalam alur – alur
(sponning – sponning)nya, sehingga pegas – pegas ini tidak dapat melakukan
fungsinya sebagai perapat, dengan semua akibat yang merusak daripadanya.

Suatu pembagian umum untuk minyak –minyak pelumas, menurut titik nyala, titik
bakar dan viskositas, dapat diketahui dari tabel berikut, tetapi tabel ini tidak
langsung berhubungan dengan keperluan – keperluan khusus dari motor – motor
diesel.

Titik nyala, Titik Viskositas


cawan lebur bakar ℃ pada 50℃
yang terbuka dalam
℃ Engler
Minyak – minyak sumbu / poros 150-170 180-200 1,5 – 3
Minyak – minyak yang encer 170-190 200-225 3–6
Minyak – minyak yang kental 190-230 225-270 6 – 15
Minyak – minyak silinder 230-300 270-340 15- 40
Idem untuk yang dipanaskan lanjut Di atas 300 Di atas 40 – 70
340

Anda mungkin juga menyukai