Anda di halaman 1dari 40

Tujuan Pengawasan Pabrikasi Gula www.lpp.co.

id

• Mendeteksi adanya penyimpangan proses pengolahan dan upaya


melakukan tindakan perbaikan.

• Memprediksi dan mengantisipasi akan terjadinya penyimpangan


proses pengolahan.

lpplearning
Diagram Alir Proses Pengolahan Gula www.lpp.co.id

Tebu

Imbibisi Gilingan Ampas


Nira mentah
Kapur,SO2/CO2,
Phosphat,flocculant
Pemurnian Blotong
Nira encer

Penguapan Air
Nira kental

Kristalisasi Air
Masakan
Sentrifugasi, Pengeringan,
Gula Produk
Pengemasan
lpplearning
Monitoring Input, Proses dan Output www.lpp.co.id

Input Proses Output


• Debit • Suhu • Debit
• Solid • pH • Solid
• Air • Waktu • Air
• Brix • Tekanan • Brix
• Pol • Brix • Pol
• pH • HK • pH
• Suhu • Suhu
• Warna • Warna
• Turbidity • Turbidity

• Monitoring dilakukan terus menerus secara periodik tiap jam, 8 jam (1 shift), harian, periode (15 harian)
• Monitoring dilakukan di lapangan dan analisis laboratorium

lpplearning
Metode Pengawasan www.lpp.co.id

Metode jawa digunakan sebagian besar PG di Jawa / Indonesia.


Sedangkan ISSCT digunakan secara Internasional.

lpplearning
Pasokan Tebu www.lpp.co.id

Menunjukkan kadar gula dalam tebu. Dinilai dengn


Manis brix tebu min. 18 % atau dengan pol tebu min. 8%.

Menunjukkan kebersihan tebu. Dinilai dengan kadar


Bersih trash maks. 5%

Menunjukkkan kesegaran tebu.Dinilai dngan pH nira tebu min.

Segar 5,0 atau dengan tenggang waktu tebang-giling:


Kesegaran < 36 jam jumlahnya min. 60%
Kesegaran < 48 jam jumlahnya min. 90%

Jumlah pasokan ajeg (konstan) sesuai kapasitas giling

Jumlah Tebu yang tidak memenuhi persyaratan mutu ditolak masuk


pabrik.
Penimbangan tebu dilakukan sebelum masuk halaman pabrik
lpplearning
Metode Jawa
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

1. Kapasitas giling

KIS = Kapasitas Inklusif Stop


KES = Kapasitas Eksklusif Stop

Contoh :
Tebu digiling 4000 ton
Jam berhenti giling 2 jam → 8%

KIS = 4000 TCD → 166,67 ton/jam.


KES = (24/(24-2)) x tebu yang digiling.
24/(24-a) x 4000 TCD = 4363,64 TCD → 181,82 ton/jam → 9,09%

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

2. Hasil pemerahan

Angka-angka pokok untuk menilai hasil pemerahan di gilingan yaitu Hasil Pemerahan brix
(HPB), Hasil Pemerahan Gula (HPG), Kristal yang dapat dihasilkan dalam nira mentah %
tebu.

a. HPB Total
Digunakan untuk menilai hasi pemerahan brix di stasiun gilingan

HPB T = Bnm / Btx100%


Bnm = bnm / 100 x NM
Bt = Bnm + Ba
Ba = ba / 100 x A

Angka normal HPB T = 95 – 96%


lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

b. HPG (Hasil Pemerahan Gula)


Digunakan untuk menilai pemerahan gula (pol) di gilingan. Makin tinggi nilai HPG pemerahan makin baik.
HPG = Pnm / Pt x 100%
Pt = Pnm + Pa
Pnm = pnm / 100 x NM
Pa = pa / 100 x A
Angka normal HPG = 94,0 – 95,0 %

Pemerahan gula dipengaruhi oleh kadar sabut tebu. Makin tinggi kadar sabut pemerahan makin sulit,
sehingga nilai HPG lebih rendah. Agar nilai HPG tidak bervariasi karena kadar sabut yang berdeda,maka
HPG diperhitungkan pada kadar sabut 12,5
(100-HPG) x (100-ft)
HPG 12,5 = 100 - ---------------------------
7ft

HPG 12,5. 12,5 Mittal-Rein yaitu HPG pada kadar sabut 12,5 dan kadar pol 12,5.
Disamping dipengaruhi kadar sabut, HPG juga dipengaruhi kadar pol tebu. Makin rendah pol tebu HPG makin rendah.

HPG 12,5. 12,5 Mittal-Rein = 100 - (12,5 (100-HPG) / ft x (pt / 12,5) ^ 0,6)

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

c. Kristal yang dapat dihasilkan dalam nm % tebu

Rumus Winter:
Kristal yg dapat dihasilkan dalam 100 npp = pol npp - 0,4 (brix npp - pol npp)
Kristal yang dapat dihasilkan dalam 100 nm = pol nm - 0,4 (brix nm - pol nm)
Kristal yang dapat dihasilkan dalam 100 pol nm = (1,40-40 / HKnm)

pol - 0,4 (b –p ) disebut Nilai Nira (kadar kristal nira)

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

3. Angka pelengkap hasil pemerahan


Kadar sabut tebu, kadar nira tebu, nira asli hilang dalam ampas % sabut, HPB I, Imbibisi % tebu,
air pengencer dalam nm % imbibisi, air pengencer dalam nm %, air pengencer dalam nira
mentah % nira tidak diencerkan.

a. Kadar sabut tebu


• Makin tinggi kadar sabut, pemerahan lebih sulit, HPB dan HPG berkurang.
• Tebu dengan kadar sabut tinggi menghasilkan ampas lebih banyak, ini berarti kehilangan
gula semakin besar sehingga HPB dan HPG berkurang.
• Angka-angka HPB dan HPG untuk menilai hasil pemerahan harus disertai kadar sabut.
• Angka normal 12 – 14 %.

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

b. Kadar nira tebu

Berat nira tebu = berat nira asli dlm nira mentah + berat nira asli dalam ampas.
Angka normal = 80 – 85 %
nt = (Bnm + Ba) / bnpp x 100

Berat nira asli dlm nira mentah = (Brix nira mentah / brix npp) x 100
Berat nira asli dalam nm = (Bnm / bpp) x 100

Berat nira asli dalam ampas = (Brix ampas / brix npp) x 100
Berat nira asli dalam ampas = (Ba / bnpp) x 100

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

c. Nira asli hilang dalam ampas % sabut

Nira asli dalam 100 ampas dipengaruhi oleh kadar sabut ampas sehingga dipakai
angka nira asli hilang dalam ampas % sabut.
Angka normal = 40 – 50 %

Nira asli hilang dalam ampas % sabut :

(Brix ampas / brix npp) x 100 x (100 / sabut % ampas) = (Ba / bnpp) x 100 / (100 / fa)

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

d. HPB I
Makin tinggi hasil pemerahan di gilingan I, makin sedikit sisa nira tertinggal dalam
ampas I dan akan semakin ringan kerja gilingan berikutnya dan imbibisi.
Angka normal: 65 – 70 %

HPB I = Brix npp / Brix tebu x 100%


HPB I = Bnpp / Bt x 100%

Brix npp = berat npp x brix npp


Bnpp = NPP x bnpp / 100

Berat npp = berat nm x (brix nm - brix npl) / (brix npp - brix npl)
NPP = NM x (bnm - bnpl) / (bnpp - bnpl)

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

e. Imbibisi % tebu dan Imbibisi % sabut

Imbibisi% tebu = ((berat air imbibisi) / (berat tebu)) / 100

t i = I / T x 100 Angka normal = 25 – 30 %

Imbibisi % tebu kurang berarti, karena air digunakan untuk mengencerkan nira
dalam ampas. Kesebandingan dengan ampas lebih tepat.

Imbibisi % sabut = ((Berat air imbibisi) / (Berat sabut)) x 100

f i = I / F x 100 Angka normal 250 – 280 % sabut

Baik tidaknya tergantung pada percampuran air imbibisi dengan sisa nira dalam ampas.

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

f. Air pengencer dalam nm % imbibisi

= Air pengencer dalam nm x 100 / Imbibisi


= (NM - Nira tak diencerkan x 100 / Imbibisi

Angka normal = ± 60 %

g. Air pengencer dalam nm % nira tidak diencerkan

= Air pengencer dalam nm x 100 / Nira tak diencerkan


= (NM - Nira tak diencerkan) x 100 / Nira tak diencerkan

Angka normal = ± 30 %

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

h. Faktor campur
Angka ini digunakan untuk menilai baik/tidakya pemberian imbibisi (percampuran
air imbibisi dengan sisa nira dalam ampas)
Angka normal = ± 50 %
Faktor campur = ((100 - kadar sabut ampas)/pol ampas) x pol nga
Faktor campur = ((100 - fa) / pa) x pnga

i. Perbandingan Setara Harkat Kemurnian (PSHK)


Rumus ini muncul pada rumus Hommes. Bila nira di seluruh bagian sel sama dan
selama proses penggilingan tidak ada pengasaman PSHK = 100 %.
Angka normal = ± 96 %
PSHK nm / npp = ((bnm - bnpl) / (bnpp - bnpl)) x 100
PSHK nm / npp = ((1,4 HK nm - 40)/(1,4 HK npp - 40)) x 100

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

4. Angka-angka untuk menilai benar / tidaknya angka-angka pengawasan

a. Air tebu bebas brix % sabut


Berat air tebu bebas brix = berat tebu - berat nira tebu - berat sabut - berat koreksi kotoran nira mentah.
Wo = T – Nt – F - Fnmk
Air tebu bebas brix % sabut = Tebu % sabut - nira tebu% sabut - sabut tebu%sabut - koreksi kotoran nira
mentah % sabut.
Angka normal = ± 20 %
fWo = ( T – Nt – F – Fnmk) / F x 100

b. Faktor campur
Angka ini dpt digunakan untuk menilai kebenaran analisis ampas. Jika keadaan tidak berubah,faktor
campur menyimpang (lebih kecil atau lebih besar dari 50) menunjukkan angka analisis ampas yang
dicatat terlalu tinggi atau rendah. Perlu ditinjau cara analisis ampas.
Angka normal ± 50%
Faktor campur = ((100 - kadar sabut ampas) / pol ampas) x pol nga
Faktor campur = ((100 - fa) / pa) x pnga

lpplearning
Parameter Pengawasan Pengolahan (Boiling House) www.lpp.co.id

Angka pokok untuk pengawasan pengolahan adalah Rendemen Winter, Neraca Pol
dan angka-angka pelengkap.
1. Winter rendemen
Winter Rendemen menunjukkan efisiensi pengolahan.

WR = ((Kristal dalam produk termasuk dalam taksasi) / (Kristal yg dapat dihasilkan


dalam nm)) x 100 %
Kristal dalam produk = Pol produk - (r / (100 - r)) x (Brix – Pol produk)

r / (100 - r) disebut faktor tetes


r adalah HK tetes yang dicapai

Kristal yang dapat dihasilkan dalam 100 nira mentah = nilai nira
Nilai nira = pol nm - 0,4 (brix nm - pol nm)

lpplearning
Parameter Pengawasan Pengolahan (Boiling House) www.lpp.co.id

2. Neraca Pol

• Neraca pol disusun mulai dari nira mentah.


• Pol dalam produk, blotong dan tetes dijumlahkan. Hasilnya dibanding kan dengan Pol
nira mentah. Selisihnya disebut pol hillang tak diketahui.
Pol nm = Pol produk + Pol blotong + Pol tetes + Pol hilang tak diketahui.
• Pol nm, Pol produk, Pol blotong, Pol tetes dapat diketahui dari berat dan analisis
laboratorium.
• Sedangkan bahan yang masih dalam proses dilakukan dengan taksasi. Dari hasil
taksasi dihitung Pol, Brix, Bukan gula, dan Kristal dalam taksasi.

lpplearning
Parameter Pengawasan Pengolahan (Boiling House) www.lpp.co.id

Perhitungan Taksasi Bahan dalam Proses


Taksasi digunakan untuk memperkirakan selisih ton pol (serta ton brix) dari bahan dalam
proses dari tebu yang digiling antara penutupan periode ini dan yang lalu.

Misal :
Ti = ton pol (serta tonbrix) dalam tebu yg digiling pada periode ke-i
Hi = ton pol (serta ton brix) dalam hasil gula dan tetes tertimbang periode ke-i
Oi = ton pol (serta ton brix) dalam taksasi pada periode ke-i

Pada periode-5 :
T5 + O4 → H5 + O5
T5 → H5 + (O5-O4)
Ton gula dihasilkan dari tebu T5 sebesar H5 tertimbang + O5 - O4
Ton gula yang tidak diperoleh dari tebu yang digiling misal: gula skrap tahun lalu, gula dari
pabrik lain, gula mangkok dan raw sugar harus diperhitungkan.
lpplearning
Parameter Pengawasan Pengolahan (Boiling House) www.lpp.co.id

Perhitungan taksasi menurut Hommes


m.i. = masa ini, m.l. = masa lalu, dan taks. = taksasi

Ptaks. = Ptaks.m.i - Ptaks.m.l


Btaks. = Btaks.m.i - Btaks.m.l
BGtaks. = Btaks.- Ptaks.

Seluruh pol dan bukan gula dalam taksasi didapat dalam hasil dan tetes. Kehilangan dalam
blotong dan tak diketahui diabaikan.
Ton pol yang menjadi kristal dalam hasil dan ton pol yang tidak mengkristal dalam tetes
total dalam taksasi adalah sbb:

P taks. = Kh taks. + Pm taks.


Kh taks. = Ptaks.- FM (Btaks - Ptaks)
Pm taks.= FM (Btaks. - Ptaks.) = FM. BG taks.
lpplearning
Parameter Pengawasan Pengolahan (Boiling House) www.lpp.co.id

Perhitungan Taksasi Bahan dalam Proses

Dari angka-angka 15 hari diketahui:


- Faktor tetes (FM) = HKm / (100 - HKm)
- Kadar kristal hasil = ph - FM (bh - ph)
- Faktor kristal hasil = 100 / (pH – FM (bh - ph)
- Ton hasil dalam taks. = (100 / (pH – FM (bh - ph)) x Khtaks.
- Ton tetes dalam hasil dalam taks. (Mhtaks.) = Htaks - Khtaks.
- Ton tetes total dalam taks.(Mtaks.) = (100 / pm) x Pm
- Ton tetes akhir dalam taks.(Mtaks.) = Mtaks. - Mhtaks.
Angka rendemen kristal, rendemen winter, dan rendemen tebu didasarkan kristal dalam
hasil tertimbang + kristal dalam hasil dalam taksasi.

lpplearning
Parameter Pengawasan Pengolahan (Boiling House) www.lpp.co.id

• Dihitung kw brix dan kw pol taksasi


• Dihitung kw hasil dan tetes akhir dalam taksasi
• Dihitung kristal dalam hasil dan taksasi
• Perhitungan neraca pol di atas dinyatakan tiap 100 tebu

Masa 15 hari sejak giling


Kw % tebu % pemasukan kw %tebu % pemasukan
Pemasukan dlm nm 45144 14.14 100 130738 13.32 100
Dlm blotong 509 0,16 1.13 1561 0,16 1.19
Dalam hasil gula 40851 12.80 90.49 6583 11.88 8917
Dalam tetes 2489 0.78 5.51 7187 0.73 5.50
Dalam taksasi 436 0.14 0.96 2876 0.92 2.20
Jumlah 44285 13.88 98.09 128207 13.06 98.0
Kehilangan 359 0.27 1.91 2531 0.26 1.94

lpplearning
Parameter Pengawasan Pengolahan (Boiling House) www.lpp.co.id

3. Angka pelengkap
a. HK nira mentah
HK nm menunjukkan = pol dan bg yang masuk pabrikasi.
b. Angka pelengkap untuk menilai kehilangan dalam blotong
Angka normal
pol = ± 2 % , zat kering = ± 33% , zat kering blotong % tebu = ± 0.9%
c. Angka pelengkap untuk menilai kehilangan dalam tetes
BG tetes % BG nm = ± 95
BG tetes % BG ne = ± 107
Beda praktis = perbedaan antara HK tetes yang dihitung menurut Douwes Dekker
dengan HK tetes riil. Angka ini bisa positif atau minus.
Angka normal antara +2 dan -2
d. Angka untuk melihat kehilangan tak diketahui
Dari neraca brix, kristal dan BG mulai dari ne dapat diketahui kehilangan karena
kimiawi.

lpplearning
Parameter Pengawasan Pengolahan (Boiling House) www.lpp.co.id

e. Angka untuk menilai kebenaran laporan

• Pol hilang tak diketahui


‐ Disamping pol hilang secara kimiawi pol hilang tak diketahui melekat kesalahan-kesalahan karena
penimbangan, analisis dan taksasi.
‐ Apabila dijumpai angka yang abnormal langkah pertama adalah memeriksa penimbangan dan analisis nm,
hasil, blotong, tetes, dan taksasinya.
‐ Angka normal untuk kehilangan tak diketahui dinyatakan dalam % pol tebu. Pabrik sulfitasi ± 2.1%.

• Bukan Gula (BG) dalam sirkulasi


‐ Makin baik pemisahan BG makin lancar jalannya proses.
‐ Dihitung dengan neraca BG mulai nm.

• Angka untuk mengukur jalannya pemisahan bg:


‐ Efek pemurnian = ((kw BG nm - kw BG ne) / kw BG nm) x 100
‐ BG dalam sirkulasi = ((kw BG dlm msk tetes) / (BG dalam tetes dan gula tetes yang dihasilkan)) x 100
‐ Makin banyak masakan tetes makin berat stasiun belakang, jumlah masakan tetes yang tinggi dapat
mengganggu kelancaran atau kapasitas.

lpplearning
Metode ISSCT
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

1. Extraction (e) atau Mill Extraction (ME)

Menyatakan prosentase pol tebu yang terperah kedalam nira mentah


Tidak memperhitungkan pengaruh kadar sabut tebu pada ekstraksi

Rumus :

ME = Pj / Pc x 100 %
Pj = Berat pol nira mentah
Pc = Berat pol tebu

Angka normal = 92 - 95 %

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

2. Milling Loss (ML)


• Menunjukkan kehilangan pol dalam ampas akhir dinyatakan dengan pol % sabut
dalam ampas akhir.
• ML hanya menggambarkan kehilangan pol dalam ampas. Tidak mempertimbangkan
pol dan sabut dalam tebu.
• Penggilingan dikatakan baik apabila kehilangan pol per unit sabut dalam ampas
akhir minimal.

Rumus:
ML = pa / fa x 100

Angka normal = ± 4 %
ML tercover dan lebih baik dinyatakan dalam WRE.

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

3. Whole Reduced Extraction (WRE) menurut Mittal

• WRE menunjukkan ekstraksi.


• WRE merupakan pelengkap milling loss. Hanya memperhitungkan kehilangan gula
dalam ampas. WRE juga mengabaikan pengaruh pol dan sabut tebu.

Rumus:
WRE = 1 - pa / fa

Angka normal = ± 95 %

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

4. Extraction Ratio (ER)

• Merupakan parameter pertama yang menyatakan bahwa ekstraksi dipengaruhi pol


tebu. (jika pol tebu lebih tinggi makin tinggi kehilangan pol dalam ampas)

Rumus :

ER = (1 - e) / fc

Angka normal = ± 45 %

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

5. Absolut juice dalam ampas % sabut

• Penggilingan yang baik akan menyisakan sejumlah absolut juice per unit sabut
dalam ampas yang minimal.

Rumus :

Absolut juce dalam ampas % sabut = 100 x (1 - eb) (1 - fc) / fc

eb = extraction brix = HPB

Angka normal = ± 45 %

lpplearning
Parameter Pengawasan Gilingan (Mill) www.lpp.co.id

6. Reduced Extraction Noel Deer (e12,5 ND)


Noel Deer mengadopsi prinsip kehilangan absolute juice standar dan mengkonversikan
kehilangan ini ke ekstraksi. Diperhitungkan pada kadar sabut standar 12,5%.

e 12,5 ND = 1 - (1 - e) (1 - f) / 7f
= 100 - (100 - HPG) (100 - ft) / 7ft Angka normal = 94 – 95 %

7. Reduced Extraction Mittal (e12,5 M)


Pada saat mengusulkan WRE, Mittal juga memperkenalkan Reduced Extraction
(Extraction pada kadar sabut 12,5%).

e12,5 Mittal = 1 - (0,125 (1 - e) /fc)


= 100 - 12.5 (100 - HPG) / fc Angka normal = 94 – 95 %

lpplearning
Parameter Pengawasan Pengolahan (Boiling House) www.lpp.co.id

1. Boiling House Recovery (BHR)


• Pol dalam hasil setiap 100 pol nira mentah
• BHR atas dasar pol; belum memperhitungkan mutu gula.

Rumus :
BHR = Ph / Pnm x 100 Angka Normal = 85 – 87%

2. Boiling House Recovery esg (BHR esg)


• esg setiap 100 pol nira mentah.
• BHR esg sudah memperhitungkan mutu gula (esg),tetapi tidak memperhitungkan
mutu nira mentah.

Rumus :
BHR esg = Ph (1,4 – 40 / HKh) / Pnm x 100 Angka normal =85 – 87%

lpplearning
Parameter Pengawasan Pengolahan (Boiling House) www.lpp.co.id

3. RBHR esg 85 ND

• BHR esg 85 ND adalah BHR esg pada HKnm = 85.


• Memperhitungkan mutu gula (esg) dan mutu nira mentah (HK = 85).
• Semua kehilangan dianggap ditampung di tetes.
• Tiap 100 pol dalam nira mentah (HK J = 85) diolah mengasilkan gula (HK S = 100),
dan tetes (HK M = 28,57), sebanyak R setara kristal.

Rumus :
RBHR esg 85 ND = 100 - (15 J (100 - BHResg) / 85 (100 - J))

Angka normal = 92 – 93 %

lpplearning
Parameter Pengawasan Pengolahan (Boiling House) www.lpp.co.id

3. RBHR esg 85 Gundu Rao

• Gundu Rao mempertimbangkan bahwa kehilangan dalam Boiling house selain


di tetes terdapat kehilangan diuar tetes.
• Kehilangan diluar tetes dipertimbangkan konstan untuk sembarang HK nira
mentah.

Rumus :

RBHR esg 85 GR = BHR esg + (BGne / BGnm) (100 M / (100 - M) (85 - J) / 0,85J)

BGne / BGnm digunakan dengan diasumsikan BG nira encer = BG tetes

lpplearning
Parameter Pengawasan Pabrik www.lpp.co.id

1. Overall Recovery
• OR = E x BHR = Ph / Pt x 100 Angka normal = 80 - 83 %

• OR esg = E x BHR esg Angka normal = 80 - 83 %

2. Reduced Overall Recovery esg Noel Deer


• ROR esg ND = RE ND x RBHR esg ND Angka normal = 86 - 88 %

3. Reduced Overall Recovery esg Mittal-Gundu Rao


• ROR esg = RE M x RBHR esg GR Angka normal = 86 - 88%

lpplearning
Overall Performance www.lpp.co.id

Yield = OR x pol in cane


= pol nm / pol tebu x pol hasil / pol nm x pol tebu / tebu
= pol hasil / tebu = (berat pol dalam hasil / berat tebu) x 100%

Yield esg = OR esg x pol in cane


= pol nm / pol tebu x esg hasil / pol nm x pol tebu / tebu
= esg hasil / tebu
= (berat esg dalam hasil / berat tebu) x 100%

lpplearning

Anda mungkin juga menyukai