Anda di halaman 1dari 33

GWS PATIN (GELATIN WASTE SHAVING PICKEL GOAT SKIN):

PENGOLAHAN LIMBAH SHAVING KULIT KAMBING PIKEL


MENJADI BAHAN BAKU GELATIN SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF
SWASEMBADA GELATIN HALAL DI INDONESIA

Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional


PMM Al-HIKMAH
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Disusun oleh:
DIKRI MUHAMMAD IHSAN 200110150243
MUHAMMAD PADILA 200110150186
WIDIATI OKTAVIANI 200110150168

UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2018

i
ii
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
LEMBAR ORISINALITAS PESERTA .......................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3. Tujuan Penulisan .............................................................................. 3
1.4. Manfaat Penulisan ............................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4
2.1 Pengertian dan Asal-usul Limbah .................................................... 4
2.2 Kulit ................................................................................................. 4
2.3 Kolagen ............................................................................................ 5
2.4 Gelatin ............................................................................................. 6
2.5 Asam Amino .................................................................................... 7
2.6 Asam Asetat ..................................................................................... 8
BAB 3. METODE PENULISAN ..................................................................... 9
3.1 Metode Studi Literatur .................................................................... 9
3.2 Metode Pembuatan Produk.............................................................. 10
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 11
4.1 Pengolahan Limbah Shaving Kulit kambing Pikel .......................... 11
4.1.1 Bahan dan Alat ............................................................................ 11
4.1.2 Prosedur ....................................................................................... 11
4.2 Reaksi Pembentukan Gelatin dengan Hidrolisis Asam Asetat ........ 15
4.3 Keunggulan Pengolahan Limbah Shaving Kulit Kambing Pikel ..... 16
4.4 Strategi Implementasi Limbah Shaving Kulit Kambing Pikel
untuk Pembangunan Berkelanjutan ................................................. 17

iv
BAB 5. PENUTUP ...................................................................................... 19
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 19
5.2 Saran ................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 20
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... 23

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sifat Gelatin Tipe A dan Tipe B ........................................................ 7


Tabel 2. Komposisi Asam Amino Dari Beberapa Jenis Kolagen
(Per 100 Gram Protein) ...................................................................... 8

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Histologi Kulit Mentah Segar ...................................................... 4


Gambar 2. Alur Metode Penulisan ................................................................. 9
Gambar 3. Alur Pembuatan Produk ............................................................... 10
Gambar 4. Limbah Shaving Kulit Kambing Pikel ......................................... 12
Gambar 5. Perendaman Asam Asetat............................................................. 13
Gambar 6. Ikatan Silang Kolagen .................................................................. 13
Gambar 7. Transisi Rantai Heliks-Gulungan pada Kolagen .......................... 14
Gambar 8. Serbuk Gelatin .............................................................................. 15

vii
GWS PATIN (GELATIN WASTE SHAVING PICKEL GOAT
SKIN) PENGOLAHAN LIMBAH SHAVING KULIT KAMBING
PIKEL MENJADI BAHAN BAKU GELATIN SEBAGAI
SOLUSI ALTERNATIF SWASEMBADA GELATIN HALAL DI
INDONESIA

Dikri Muhammad Ihsan, Muhammad Padila, Widiati Oktaviani


Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

ABSTRAK
Pembangunan dalam usaha skala industri perlu diperhatikan baik itu barang yang
dihasilkan menjadi produk maupun hasil ikutan dari hasil olahan produk tersebut.
Permasalahan terbesar di industri yaitu limbah yang belum bisa termanfaatkan
dengan baik sehingga sangat potensial mencemari lingkungan terutama bau busuk
yang tercium menyengat di dekat industri penyamakan kulit. Salah satu industri
penyamakan kulit khususnya di Garut yang banyak menghasilkan limbah shaving
kulit ternak yang disamak salah satu diantaranya kulit pikel dari kambing.
Pengolahan limbah shaving kulit kambing pikel merupakan strategi keberhasilan
dalam pembangunan berkelanjutan, salah satunya adalah mengolah limbah tersebut
menjadi bahan pembuatan gelatin dari hasil samak kulit kambing pikel. Pikel
merupakan proses yang telah melalui asam anorganik maupun organik dalam
pengawetannya. Tujuan penulisan yaitu mengetahui cara pengolahan limbah
shaving kulit kambing pikel menjadi bahan baku gelatin dengan hidrolisis asam
asetat. Gelatin merupakan protein hasil hidrolisis jaringan kolagen hewan yang
umumnya terdapat pada kulit dan tulang dengan menggunakan larutan asam
organik seperti asam asetat dalam pembuatan gelatin. Kolagen pada kulit relative
lebih mudah dihidrolisis dari pada tulang. Kolagen mengandung glisin sekitar 35%,
alanin sekitar 11%, serta prolin dan hidrosiprolin yang jumlah keduanya sekitar
21%. Metode penulisan yang digunakan adalah studi pustaka dan pembuatan
produk. Terdapat 4 tahap dalam pembuatannya yaitu pencucian kulit, swelling,
perendaman dengan larutan asam asetat, ekstraksi, pemekatan serta pengeringan.
Limbah shaving kulit pikel yang diolah dengan perendaman larutan asam asetat
dapat dikonversikan menjadi gelatin serta lebih cepat proses pembuatannya.
Keunggulan pemanfaatan limbah shaving kulit kambing pikel dalam pembuatan
gelatin yaitu optimalisasi limbah kulit ternak kambing lokal, swasembada pangan
gelatin dari pengolahan limbah, dan meningkatkan nilai ekonomis serta nilai
tambah. Adapun strategi implementasi untuk tujuan pembangunan berkelanjutan
yaitu melakukan sosialisasi kepada masyarakat, melakukan pelatihan teknis dan
melakukan evaluasi serta monitoring. Kesimpulannya, pengolahan limbah shaving
kulit kambing pikel dapat membantu menyelesaikan masalah limbah yang
mencemari lingkungan, serta membantu pendapatan ekonomi masyarakat yang
ekonomis. Sehingga dilakukan ini agar ide yang disampaikan dapat diterima oleh
masyarakat.

Kata Kunci: GWS PATIN, Halal, Swasembada

viii
1

I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Usaha skala industri sangat perlu diperhatikan baik produk yang dihasikan
maupun hasil ikutan by product dan waste product. Industri penyamakan kulit
merupakan industri yang sangat potensial menghasikan limbah yang mengganggu
lingkungan (Supraptiningsih, 2011). Limbah yang dihasilkan berupa limbah padat,
cair, dan gas yang apabila tidak ditangani dengan baik, maka akan mencemari
lingkungan disekitarnya (Supraptiningsih, 2011). Salah satu limbah padat dari
industri penyamakan yaitu limbah shaving kulit. Besarnya potensi pencemaran oleh
limbah shaving kulit ini dapat dilihat dari jumlah limbah yang dihasilkan selama
proses penyamakan berlangsung. Kondisi ini diperparah dengan sikap kebanyakan
perusahaan penyamakan kulit yang membiarkan limbah padat menumpuk di satu
tempat, membusuk dan akhirnya dapat mencemari lingkungan.
Industri Penyamakan kulit merupakan industri dengan komoditas utama
adalah kulit samak siap olah sebagai bahan baku pembuatan produk-produk
berbahan kulit. Daerah yang terkenal dengan industri penyamakan kulit di
Indonesia yaitu Garut. Industri penyamakan kulit, khususnya di Garut,
menggunakan berbagai jenis kulit ternak salah satunya yaitu kulit kambing. Potensi
kulit sangat besar sebagaimana populasi ternak tahun 2014 di Indonesia yaitu
domba 15,7 juta ekor, kambing 19,2 juta ekor, kerbau 1,3 juta ekor dan sapi 14,7
juta ekor (Badan Pusat Statistika Indonesia, 2014).
Salah satu pengolahan limbah shaving kulit kambing pikel ini adalah
dengan mengubahnya menjadi produk yang lebih bermanfaat, yaitu menjadi produk
gelatin. Metode yang digunakan untuk menghidrolisis kolagen dalam limbah
shaving adalah dengan menggunakan larutan asam asetat sebagai media
perendamannya. Hal ini dapat dilakukan karena limbah shaving kulit masih
mempunyai kolagen yang dapat dikonversi menjadi gelatin. Hal ini juga dilakukan
karena Indonesia sampai saat ini belum bisa memenuhi sendiri kebutuhan gelatin
nasionalnya, sehingga masih banyak import dari beberapa negara luar seperti Cina,
Australia, dan beberapa negara eropa lainnya. Hal ini dapat dilihat dari data impor
2

gelatin nasional pada tahun 2010 yang mencapai 3.282.697 kg dan apabila
diuangkan menjadi US $ 17.636.269 atau Rp 159.784.597.140,00 (Badan Pusat
Statistika Indonesia, 2010). Selain itu, Permasalahan juga timbul berkaitan dengan
total impor gelatin nasional yang cukup besar tersebut, dimana ada sekitar 41% dari
produk gelatin di pasaran dunia berasal dari kulit dan tulang babi (Gelatin
Manufactory Europe, 2012). Hal ini menjadi masalah di negara Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama islam, sehingga produk gelatin impor diragukan
kehalalannya.
Gelatin merupakan protein hasil hidrolisis jaringan kolagen hewan. Kolagen
yang dikenal pada umumnya ada tiga jenis, yaitu kolagen dari kulit ternak, kulit
ikan, dan tulang sapi. Ketiga jenis kolagen tersebut tersusun oleh 19 macam asam
amino dengan jumlah yang tidak jauh berbeda dari tiap-tiap jenis kolagen
(Departemen Perindustrian Republik Indonesia, 1984). Kolagen mengandung glisin
sekitar 35%, alanin sekitar 11%, serta prolin dan hidrosiprolin yang jumlah
keduanya sekitar 21%. Kulit merupakan salah satu sumber kolagen yang cukup baik
karena sebagian besar dari total kolagen tubuh terdapat dalam jaringan ini (Deperin
RI, 1984). Gelatin banyak digunakan untuk berbagai keperluan industri, baik
industri pangan maupun non-pangan karena memiliki sifat yang khas, yaitu dapat
berubah secara reversibel dari bentuk sol ke gel, mengembang dalam air dingin,
dapat membentuk film, mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan dapat
melindungi sistem koloid.
Berdasarkan uraian diatas, inovasi gelatin limbah shaving kulit kambing
pikel dapat mengatasi masalah limbah yang mencemari lingkungan, dan
mengoptimalkan potensi limbah shaving kulit kambing pikel sebagai bahan
pembuatan pangan gelatin dan meningkatkan swsembada dari sumber daya lokal
dan kesejahteran rakyat Indonesia. Ketersediaan pangan dengan memanfaatkan
sumber daya lokal sangat diperlukan dalam rangka pembangunan yang
berkelanjutan. Hal ini menjadi landasan penulisan karya tulis ilmiah dengan
mengambil judul “GWS PATIN (Gelatin Waste Shaving Pickel Goat Skin)
Pengolahan Limbah Shaving Kulit Kambing Pikel Menjadi Bahan Baku Gelatin
Sebagai Solusi Alternatif Swasembada Gelatin Halal di Indonesia”. Sehingga
dengan diterapkan pengolahan limbah shaving kulit kambing pikel membuat gelatin
3

dari potensi limbah shaving kulit kambing pikel yang ada. Selain itu, pengolahan
yang sederhana ini diharapkan dapat memudahkan masyarakat dalam melakukan
kegiatan ini. Akhirnya dapat berguna untuk penyediaan kebutuhan gelatin serta
dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara pengolahan limbah shaving kulit kambing pikel menjadi
bahan baku gelatin.
2. Bagaimana keunggulan pengolahan limbah shaving kulit kambing pikel
menjadi bahan baku gelatin.
3. Bagaimana strategi implementasi swasembada gelatin halal dari pengolahan
limbah shaving kulit kambing pikel.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan cara pengolahan limbah shaving kulit kambing pikel menjadi
bahan baku gelatin.
2. Menjelaskan keunggulan pengolahan limbah shaving kulit kambing pikel
menjadi bahan baku gelatin.
3. Menjelaskan strategi implementasi dalam swasembada gelatin halal dari
pengolahan limbah shaving kulit kambing pikel.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kajian ilmiah
mengenai gelatin dari limbah shaving kulit kambing pikel dan secara praktik
menjadi panduan bagi masyarakat dalam pembuatan gelatin dari limbah shaving
kulit kambing pikel sehingga, limbah tidak mencemari lingkungan di masyarakat
setempat, mendapatkan gelatin halal, mengatasi masalah import dan
mengoptimalkan potensi limbah shaving kulit kambing pikel.
4

II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Asal-usul Limbah


Limbah juga dapat diartikan sebagai produk sampingan dari suatu kegiatan
termasuk kegiatan industri (Sulantini, 2009). Limbah padat berasal dari potongan-
potongan kulit yang tidak terpakai selama proses penyamakan dan salah satunya
berasal dari proses penyerutan untuk mendapatkan kulit dengan ketebalan tertentu
sesuai kebutuhan (shaving) (Hermawan, 2012). Shaving dilakukan guna menyerut
bagian dalam kulit hingga mencapai ketebalan tertentu sekitar 0,5 hingga 0,9 mm
(Hermawan, 2012). Selain itu, shaving dilakukan guna menghemat bahan kimia
yang akan digunakan pada proses penyamakan berikutnya (Hermawan, 2012).

2.2 Kulit (Skin)


Kulit ternak masih dapat digunakan melalui beberapa pengolahan menjadi
produk lain yang bermanfaat, yaitu nonfood untuk kulit samak, baik samak tanpa
bulu maupun samak kulit berbulu serta untuk makanan, yaitu untuk kerupuk
rambak kulit dan gelatin (Amertaningtyas, dkk., 2010). Kulit merupakan bahan
mentah kulit samak yang berupa tenunan dari tubuh hewan yang terbentuk dari sel-
sel hidup serta hasil-hasilnya (Judoamidjojo, 1981). Kulit secara histologis dibagi
menjadi tiga lapisan yaitu: epidermis, dermis (korium) dan endodermis (subkutis)
(Banks, 1993).
Histologi kulit mentah segar disajikan pada gambar 1.

Keterangan: (A) Epidermis, (B) Dermis (C) Hipodermis


5

1. Rambut, 2. Lubang rambut, 3. Kelenjar lemak, 4. Kantong


rambut, 5. Kelenjar keringat, 6. Sela lemak, 7. Pembuluh
darah, 8. Syaraf, 9. Serat kolagen, 10. Tenunan lemak.

Gambar 1. Histologi Kulit Mentah Segar (Judoamidjojo, 1981)

Menurut Sutardjo (2006), kulit mentah adalah bahan baku kulit hewan yang
baru ditanggalkan dari hewannya sampai kepada yang telah mengalami proses-
proses pengawetan. Kulit mentah segar bersifat mudah rusak dan mudah busuk
karena merupakan media yang baik untuk tumbuh dan berkembang banyak
mikroorganisme. Mikroorganisme perusak kulit mudah berkembang karena kulit
mengandung banyak air, yaitu sekitar 64% dari berat kulit mentahnya (Sulaeman,
2001).
Proses pikel merupakan proses pengawetan kulit menggunakan larutan
asam guna mempertahankan kondisi fisik dan kimianya hingga memasuki proses
penyamakan selanjutnya. Biasanya dilakukan di dalam padel atau drum-drum kayu
yang diset secara otomatis (Deperin RI, 1984). Pikel adalah suatu cairan yang terdiri
dari larutan garam dapur dan asam. Pengawetan dengan pikel menggunakan sebagai
larutan perendaman biasanya adalah asam sulfat (H2SO4) atau asam formiat
(HCOOH) (Sutardjo, 2006). Cairan pikel dapat dibuat dengan mencampur air
(100%), garam dapur (10-20%), dan H2SO4 (1,5-2%) atau air (100%), garam dapur
(8%), dan asam formiat (0,8%) dari total berat kulit segar (Judoamidjojo, 1981).

2.3 Kolagen
Kolagen merupakan komponen struktural utama dari jaringan pengikat
putih (white connective tissue) yang meliputi hamper 30% dari total pada jaringan
organ tubuh vetebrata dan invertebrata (Ward dan Courts, 1997). Protein serabut ini
tidak larut dalam pelarut encer, sukar dimurnikan, susunan molekulnya terdiri dari
molekul yang panjang dan tidak membentuk kristal (Winarno, 1991). Menurut
Wong (1989) kolagen mempunyai fungsi fisiologis yang unik, terdapat pada
jaringan dari kulit, tendon tulang, kartilago, dan lain-lain.
Kolagen merupakan protein yang unik karena komposisi asam aminonya
yang khas, yaitu tinggi kandungan asam amino siklik, prolin dan hidroksiprolin, di
6

samping sejumlah besar glisin dan alanin yang merupakan asam amino non- polar
dengan gugus pendek (Glicksman, 1969). Menurut Gelatin Manufacturers Institue
of America (2012) Kolagen adalah protein khusus yang tersusun atas asam amino
siklik prolin dan hidroksiprolin yang sangat tinggi. Ada dua tipe ikatan yang
merupakan struktur sekunder dan tersier kolagen yaitu 1) Ikatan intramolekul yang
terjadi antara rantai-rantai molekul tropokolagen dan 2) Ikatan intermolekul yaitu
ikatan antara molekul tropokolagen (Johns, 1977).
Molekul kolagen tersusun dari kira-kira dua puluh asam amino yang
memiliki bentuk agak berbeda tergantung pada sumber bahan bakunya (GMIA,
2012). Asam amino glisin, prolin, dan hidroksiprolin merupakan asam amino utama
yang membentuk kolagen. Hidroksiprolin merupakan salah satu asam amino
pembatas dalam berbagai protein (Ward dan Courts, 1977). Komposisi total asam
amino kolagen sangat besar, yaitu glisin (33%), prolin (12%), alanin (11%) dan dua
asam amino yang tidak umum pada protein lain, seperti hidroksiprolin (12%) dan
hidroksilisin (1%) (Wong, 1989).

2.4 Gelatin
Gelatin berasal dari bahasa latin “gelare” yang berarti membuat beku dan
merupakan senyawa yang tidak pernah terjadi secara alamiah (Glicksman 1969).
Gelatin merupakan protein dari kolagen kulit, membran, tulang, dan bagian tubuh
berkolagen lainnya. Gelatin adalah protein larut yang bisa bersifat sebagai gelling
agent (bahan pembuat gel) atau sebagai non-gelling agent (Halal Guide, 2007). Saat
ini gelatin banyak dipakai untuk berbagai keperluan meliputi pangan, farmasi, dan
kedokteran, fotografi, serta kosmetik (Ledward, 2000). Menurut de Man (1997)
gelatin didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari jaringan kolagen hewan
yang dapat didispersi dalam air dan menunjukan perubahan sol-gel reversible
seiring dengan perubahan suhu.
Gelatin terdiri dari 19 asam amino utama yang dihubungkan dengan ikatan
peptide membentuk rantai polimer panjang (Glickman, 1969). Glisin, prolin, dan
hidroksiprolin adalah asam amino penyusun gelatin yang paling dominan (Raharja,
2005). Menurut de Man (1997), proses pengubahan kolagen menjadi gelatin
melibatkan tiga perubahan, sebagai berikut: 1). Pemutusan sejumlah ikatan peptida
7

untuk memperpendek rantai. 2). Pemutusan atau pengacauan sejumlah ikatan


samping antar rantai. 3). Perubahan konfigurasi rantai.
Gelatin terbagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan proses
pengolahannya, yaitu tipe A dan tipe B.

Table 1. Sifat Gelatin Tipe A dan Tipe B

Sifat Tipe A Tipe B


Kekuatan gel (g bloom) 50-300 50-300
Viskositas (cP) 1,5-7,5 2,0-7,5
Kadar abu (%) 0,3-2,0 0,5-2,0
pH 3,8-6,0 5,0-7,1
Titik isoelektrik 7,0-9,2 4,7-5,4
Sumber: GMIA (2007)

2.5 Asam Amino


Bila suatu protein dihidrolisis dengan asam akan dihasilkan campuran asam-
asam amino. Sebuah asam amino terdiri dari sebuah gugus R yang terikat pada atom
C yang dikenal sebagai karbon α yang bercabang (Winarno, 1991). Semua asam
amino mempunyai gugus karboksil dan gugus amino yang terikat pada atom
karbon. Masing-masing asam amino hanya berbeda pada gugus R yang bervariasi
dalam struktur, ukuran, muatan listrik, dan kelarutan dalam air (Lehninger, 1982).
Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2
pada atom karbon α dari posisi gugus –COOH (Anna dan Titin, 2009).
Asam amino dapat dibagi menjadi empat golongan berdasarkan gugus R
yang berikatan dengan atom C, yaitu golongan dengan gugus R nonpolar atau
hidrofobik, golongan dengan gugus R polar tidak bermuatan, golongan denga gugus
R bermuatan negative, dan golongan dengan gugus R bermuatan positif. Golongan
dengan gugus R nonpolar meliputi alanin, valin, leusin, isoleusin, prolin,
fenilalanin, triptofan, dan metionin (Wirahadikusumah, 1989). Golongan dengan
gugus R polar meliputi glisin, serin, treonin, sistein, tirosin, asparginin, dan
glutamate. Golongan dengan gugus R bermuatan negative meliputi asam aspartate
dan asam glutamat. Golongan dengan gugus R bermuatan positif meliputi lisin,
arginine, dan histidin (Wirahadikusumah, 1989).
8

Tabel 2. Komposisi Asam Amino dari Beberapa Jenis Kolagen (Per 100 Gram
Protein)
KOLAGEN
Kolagen Kulit Kolagen Kulit Kolagen Tulang
Ternak Ikan Sapi
Total Nitrogen 18,60 18,40 18,26
Amide nitrogen 0,66 - 0,63
Glisin 26,20 29,60 25,30
Alanin 9,50 9,20 10,50
Leusin 3,37 3,70 3,93
Isoleusin 1,88 1,70 1,73
Valin 3,40 2,50 2,65
Serin 3,40 5,90 4,24
Theronin 2,40 3,50 2,52
Methionin 0,80 2,30 0,80
Sistin - 0,12 -
Prolin 15,10 13,70 14,70
Hidroksi prolin 14,00 9,10 14,10
Phenilalanin 4,20 2,40 2,88
Tirosin 2,40 0,86 0,56
Triptophan - - -
Arginin 8,80 9,40 9,20
Histidin 0,88 0,94 0,96
Lisin 4,50 5,60 4,11
Hidroksilisin 1,30 - 1,12
Asam aspartate 6,30 7,10 7,1
Asam glutamate 11,30 11,50 11,9
Sumber: Deperin RI (1984)

2.6 Asam Asetat


Asam merupakan zat-zat molekuler yang bila direaksikan dengan air akan
menghasilkan ion hydronium (Brady, 1999). Asam paling sederhana didefinisikan
sebagai zat, yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi dengan
pembentukan ion hidrogen sebagai satu-satunya ion positif. Derajat disosiasi
berbeda-beda antara satu asam dengan asam lainnya (Vogel, 1985). Asam asetat
(CH3COOH) termasuk asam lemah karena hanya dapat disosiasi pada konsentrasi
sedang atau bahkan konsentrasi rendah, sehingga disebut juga sebagai elektrolit
lemah (Brady, 1999). CH3COOH termasuk senyawa kovalen senyawa polar yang
mengion dalam air yang juga dapat menghantarkan listrik (Keenan, dkk., 1989).
9

III
METODE PENULISAN

3.1 Metode Studi Literatur

Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah studi
pustaka atau studi literatur. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh sumber
literatur, informasi, dan data. Studi pustaka diperoleh dari sumber data sekunder
yaitu jurnal, buku, dan informasi dari internet. Studi pustaka dilakukan selama
penulisan karya tulis ini dan dilakukan oleh setiap anggota. Analisis yang dilakukan
dengan menjawab masalah yang ada dengan sumber literatur untuk memberikan
manfaat dan menyelesaikan masalah sehingga tujuan penulisan dapat tercapai.
Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Menetapkan Mengumpulkan Mengolah Menganalisis Memberi


Masalah Pustaka Pustaka Pustaka Kesimpulan

Gambar 2. Alur Metode Penulisan

1. Menetapkan Masalah
Menetapkan masalah yaitu pencemaran limbah shaving kulit. Hal ini
disebabkan karena potensi pemanfaatan limbah tidak dioptimalkan dengan baik
sehingga dapat mengganggu kondisi lingkungan. Masalah ini diselesaikan dengan
menjadikan dengan pengolahan limbah shaving kulit kambing pikel tersebut
menjadi gelatin. Limbah shaving kulit dipilih karena memiliki banyak kolagen serta
produksi limbah shaving kulit yang banyak di industri-industri penyamakan
terutama di kota Garut. Tujuan yaitu untuk mengoptimalkan potensi serta
memecahkan masalah limbah shaving kulit kambing pikel dan memenuhi
swasembada pangan gelatin halal serta untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat
Indonesia.
2. Mengumpulkan Data
Melakukan pencarian sumber literatur, informasi, dan data mengenai kajian
yang sudah diteliti atau ditulis oleh penulis lain yang berhubungan dengan gagasan
karya tulis ilmiah ini.
10

3. Mengolah Data
Data yang diperoleh diolah untuk ditulis pada bagian tinjauan pustaka dan
pendukung dalam pembahasan dalam karya tulis ilmiah ini.
4. Analisis Data
Data yang sudah diperolah dan diolah ditulis dalam karya tulis ilmiah ini
sehingga dapat menginterpretasikannya.
5. Memberikan Kesimpulan
Setelah menyelesaikan pembahasan, melakukan penarikan kesimpulan
untuk menjawab masalah pada karya tulis ilmiah ini. Akhirnya diberikan saran dan
rekomendasi untuk langkah penerapannya.

3.3 Metode Pembuatan Produk

Mendata Kebutuhan Menyiapkan Alat dan


Membuat Produk
Produk Bahan

Gambar 3. Alur Metode Pembuatan Produk

Metode dalam pembuatan produk dari karya tulis ini meliputi lngkah-
langkah sebagai berikut:
1. Mendata alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan produk.
2. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan produk.
3. Membuat produk dengan alat dan bahan yang digunakan dalam pengolahan
limbah shaving kulit kambing pikel menjadi gelatin.
11

IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan Limbah Shaving Kulit Pikel Menjadi Bahan Baku Gelatin
4.1.1 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu limbah padat sisa shaving kulit kambing pikel
yang didapat dari PT. Elang Mas Sejahtera di kawasan industrI pengolahan kulit Jl.
Jend. Sudirman No. 24, Garut Kota, Garut – Jawa Barat serta Asam asetat pro-
analitik 100%, Aquades, Kapur, Larutan iod 0,1 N, HCL, Garam, Larutan buffer 4
dan 7 sebagai bahan tambahan untuk proses pembuatannya. Alat-Alat yang
digunakan yaitu: 1) Neraca, untuk menimbang bahan baku dan sampel, 2) Panci
besar, untuk perebusan kulit pada proses penghilangan lemak, 3) Waterbath, untuk
proses ekstraksi limbah kulit, 4) Evaporator, untuk pemekatan ekstrak gelatin, 5)
Oven, untuk pengeringan ekstrak gelatin, 6) Beaker glass, untuk perendaman
limbah dalam asam asetat dan ektraksi dalam waterbath, 7) Kain, untuk menyaring
ekstrak gelatin, 8) Ember, untuk pencucian limbah kulit dan penetralan, 9) Gelas
ukur, untuk mengukur larutan yang diperlukan, 10) Kompor, untuk pemanasan
limbah kulit dalam proses degradasi, 11) Thermometer, untuk mengukur suhu, 12)
Seperangkat alat destilasi, untuk menyuling sampel, 13) Pemanas listrik, untuk
memanaskan sampel, 14) Kertas saring wathman, untuk menyaring sampel gelatin
dalam uji sulfit.

4.1.2 Prosedur
1. Pencucian limbah shaving kulit kambing pikel
Langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mencuci limbah kulit sisa
shaving sampai pH mendekati netral dengan menggunakan air mengalir dan
menambahkan garam guna mencegah pembengkakan limbah kulit. Pada tahap
pencucian pada kulit berguna untuk memisahkan sisa-sisa daging, sisik dan lapisan
luar yang mengandung deposit-deposit lemak tinggi. Untuk memudahkan
pembersihan maka sebelumnya dilakukan pemanasan pada air mendidih selama 1-
2 menit (Pelu, dkk., 1998). Proses penghilangan lemak dari jaringan tulang maupun
kulit yang biasa disebut, degreasing, dilakukan pada suhu antara titik cair lemak
12

dan suhu koagulasi albumin tulang yaitu antara 32-80oC sehingga dihasilkan
kelarutan lemak yang optimum (Ward dan Courts, 1977).

Gambar 4. Limbah Shaving Kulit Kambing Pikel


2. Pengembungan (Swelling)
Selanjutnya pada limbah kulit dilakukan tahap pengembungan (swelling)
yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan mengkonversi kolagen
menjadi gelatin (Surono, dkk., 1994). Swelling adalah penggembungan limbah kulit
akibat adanya proton yang masuk dalam struktur kulit dan ossein yang kehilangan
mineral atau adanya ruang kosong yang terdapat tropokolagen. Antara
tropokolagen yang sejajar terdapat ruang kosong selebar 400 Ȧ. Adanya ruang
kosong ini merupakan “jalan masuk” ion-ion H+ dari asam. Ion H+ akan berinteraksi
dengan gugus karboksil sehingga dapat mengacaukan ikatan intra dan antar
molekul tropokolagen. Swelling juga mengakibatkan penambahan berat kulit
rendemen (Intan dan Lukman, 2010).
3. Perendaman asam asetat
Tahap perendaman ini dapat dilakukan dengan larutan asam organik seperti
asam asetat, sitrat, fumarate, askorbat, malat, suksinat, tartarat dan asam lainnya
yang aman dan tidak menusuk hidung. Pada gagasan ini perendaman menggunakan
larutan asam asetat. Menurut Ward dan Courts (1997) asam mampu mengubah serat
kolagen triple heliks menjadi rantai tunggal, sedangkan larutan perendaman basa
hanya mampu menghasilkan rantai ganda. Hal ini menyebabkan pada waktu yang
sama jumlah kolagen yang dihidrolisis oleh larutan asam lebih banyak daripada
larutan basa. Menurut Utama (1997), tahap ini harus dilakukan dengan tepat (waktu
dan konsentrasinya) jika tidak tepat akan terjadi kelarutan kolagen dalam pelarut
yang menyebabkan penurunan rendemen gelatin yang dihasilkan.
13

Gambar 5. Perendaman dengan Asam Asetat


Proses perendaman dilakukan selama 24 jam dengan larutan asam asetat.
Proses perendaman bertujuan untuk mengkonversi kolagen menjadi bentuk yang
sesuai untuk ekstraksi, yaitu dengan adanya interaksi ion H+ dan larutan asam
dengan kolagen. Sebagian ikatan hidrogen dalam dalam tropokolagen serta ikatan-
ikatan silang yang menghubungkan tropokolagen satu dengan tropokolagen lainnya
dihidrolisis menghasilkan rantai-rantai tropokolagen yang mulai kehilangan
struktur triple heliksnya. Gambar ilustrasi ikatan kolagen seperti berikut.

Gambar 6. Ikatan Silang pada Kolagen


Pada larutan asam asetat dapat dimungkinkan telah terjadi konversi kolagen
menjadi gelatin yaitu triple heliks telah benar-benar kehilangan struktur aslinya
menjadi rantai-rantai α. Jika hal ini terjadi, gelatin akan larut dalam larutan asam
yang dapat mempengaruhi hasil akhir rendemen gelatin (Marsaid, 2011). Menurut
Hermawan (2012) bahwa perendaman asam asetat dengan konsentrasi masing-
masing 3%, 4%, 5% dan 6% tidak mempengaruhi nilai pH termasuk pH isoelektrik
dari komponen protein-protein nonkolagen limbah kulit. Sehingga nilai pH gelatin
yang diberi perlakuan yang sama yaitu limbah kulit berada dalam kondisi pH 4,
pengkondisian ini termasuk dalam proses konversi kolagen limbah shaving kulit
menjadi gelatin. Pada berbagai tingkat konsentrasi asam asetat sebagai perendaman
limbah shaving kulit kambing pikel berpengaruh terhadap kadar sulfit gelatin
(Hermawan, 2012).
14

4. Ekstraksi dengan air panas


Tahap selanjutnya, mengekstraksi limbah kulit yang sudah dicuci.
Pengekstrakan dilakukan dalam beaker glass yang dimasukan ke dalam waterbath
dengan suhu 80oC selama 7 jam dengan perbandingan antara limbah kulit dan
akuades sebesar 1:3. Limbah kulit diektraksi dengan air panas bertujuan untuk
mengkonversi kolagen menjadi gelatin. Suhu minimum dalam proses ekstraksi
adalah 40-50oC (Choi dan Regenstein, 2000) hingga suhu 100oC (Viro, 1992).
Ektraksi berfungsi sebagai lanjutan untuk merusak ikatan hidrogen antar molekul
tropokolagen yang pada saat tahap persiapan sebelumnya belum seluruhnya terurai
oleh asam dan ikatan hidrogen antara rantai-α dalam tropokolagen secara sempurna.
Tahap ekstraksi ini menyebabkan molekul triple-heliks kehilangan stabilitasnya
dan akhirnya terurai menjadi tiga rantai-α. Denaturasi kolagen menyebabkan rantai
triple heliks secara sempurna bertransformasi menjadi rantai tunggal gelatin (Intan
dan Lukman, 2010). Dibawah ini ilustrasi gambar perubahan kimia kulit yang
ekstraksi denga air panas.

Gambar 7. Transisi Rantai Heliks-Gulungan pada Kolagen


Ikatan-ikatan hidrogen yang dirusak dan ikatan-ikatan kovalen yang dipecah
akan menstabilkan triple heliks melalui transisi heliks ke gulungan dan
menghasilkan konversi gelatin yang larut air (Marsaid, 2011).
Gelatin yang diperoleh dari ekstraksi kemudian disaring dengan kertas
wathman untuk dipisahkan dari kulit dan untuk memperoleh filtrat yang jernih,
filtrat kemudian dikeringkan. Perbedaan filtrat gelatin yang diperoleh dapat
dipengaruhi oleh penyerapan air dalam kulit atau kekurangan tepatan penyaringan
yang dilakukan. Sehingga gelatin yang didapatkan dari hasil filtrat untuk proses
tahap pengeringan selanjutnya lebih baik dalam segi kualitas dan kuantitas.
15

5. Pemekatan serta pengeringan gelatin


Larutan gelatin hasil ektraksi yang sudah disaring dengan kain kemudian
dipekatkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengeringan. Pemekatan dilakukan
untuk meningkatkan total solid larutan gelatin sehingga mempercepat proses
pengeringan. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan evaporator vakum,
selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 40-50oC (Choi dan Regenstein,
2000) atau 60-70oC (Pelu, dkk., 1998). Menurut Hinterwaldner (1997), pemekatan
dilakukan menggunakan evaporator vakum bersuhu kurang dari 70ºC agar
mencegah kerusakan gelatin. Pengecilan ukuran dilakukan untuk lebih memperluas
permukaan bahan sehingga proses dapat berlangsung lebih cepat dan sempurna.
Dengan demikian gelatin yang dihasilkan lebih reaktif dan lebih mudah digunakan
(Utama, 1997).

Gambar 8. Serbuk Gelatin

4.3 Reaksi Pembentukan Gelatin dengan Hidrolisis Asam Asetat


Gelatin yang diperoleh dari proses hidrolisis kolagen yang dapat dilakukan
dengan dua acara, yaitu dengan proses asam yang menghasilkan gelatin tipe A dan
proses basa menghasilkan gelatin tipe B. Proses asam lebih disukai dari pada proses
basa karena larutan asam mampu mengubah serat kolagen yang berbentuk tripleks
menjadi rantai tunggal dalam waktu singkat sedangkan larutan basa hanya dapat
mengubahnya menjadi rantai ganda (Utama, 1997). Begitu pula dengan
menggunakan asam, jumlah gelatin yang dihasilkan diharapkan akan lebih banyak
dan dalam waktu yang lebih singkat dari pada gelatin dengan proses basa. Reaksi
pemecahan kolagen dengan larutan asam asetat dapat ditulis:
C102H149N31O38 + H2O → C102H151N31O39
Kolagen Air Gelatin (Kirk & Othmer, 1966)
16

Reaksi tersebut terjadi pada suhu 60-95oC, jika suhu lebih dari 95oC, maka
terjadi pemecahan gelatin dengan reaksi sebagai berikut:
C102H151N31O39 + H2O → C55H83N17O18 + C47H70N14O18
Kolagen Air Semiglutin Hemkolin (Kirk & Othmer, 1966)

4.4 Keunggulan Pengolahan Limbah Shaving Kulit Kambing Pikel


1. Optimalisasi limbah shaving kulit ternak lokal Indonesia
Pembangunan industri peternakan di Indonesia harus difokuskan untuk
meningkatkan nilai guna limbah yang dijadikan produk pangan. Hal ini merupakan,
salah satu cara untuk penyediaan pangan hewani berupa gelatin yang memiliki
kualitas yang baik dan sesuai dengan SNI. Untuk jangka panjang diperlukan konsep
pembangunan industri peternakan yang berkelanjutan dengan memanfaatkan
sumber daya lokal.
Industri penyamakan di Indonesia banyak menghasilkan limbah kulit yang
berpotensi tetapi belum termanfaatkan sehingga dapat mencemari lingkungan
sekitar seperti mencemari sungai, sawah dll. Salah satu limbah yang berpotensial
yaitu limbah shaving kulit pikel yang banyak dihasilkan di Garut, Jawa Barat.
2. Swasembada pangan gelatin dari pengolahan limbah shaving kulit ternak
Potensi kulit ternak di Indonesia untuk kulit sapi yaitu sebesar 8,36%,
kambing sebesar 6,25%, domba sebesar 8,66%, dan kerbau sebesar 10,66%
berdasarkan jumlah populasinya (Badan Pusat Statistika Indonesia, 2014). Hal ini
dapat disimpulkan bahwa limbah kulit yang dihasilkan untuk kedepannya menjadi
banyak dan dapat dijadikan potensi untuk menyediakan sumber pangan hewani
yaitu gelatin dengan pengelolaan yang terkontrol dan juga Indonesia tidak terus
menerus mengimpor gelatin dari negara seperti Cina, Australia yang tidak jelas
dengan kehalalannya.
3. Meningkatkan nilai ekonomis dan nilai tambah
Menurut Sugihartono, (2014) salah satu kelebihan dari limbah shaving kulit
ternak yaitu dapat meningkatkan nilai ekonomis dan nilai tambah serta menciptakan
lapangan pekerjaan dan usaha baru. Menurut Direktorat Kesehatan Masyarakat
Veteriner (2014), beberapa negara maju maupun negara berkembang menggunakan
banyak produk gelatin dalam kehidupan sehari-hari. Gelatin banyak digunakan
17

sebagai bahan kosmetik (salep, cream rambut), makanan (pembuatan es krim,


permen karet, pengental, mayonnaise, maupun penjernih anggur buah).

4.5 Strategi Implementasi Limbah Shaving Kulit Kambing Pikel Menjadi


Gelatin dalam Pembangunan Berkelanjutan
1. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan
Penerapan gelatin dari pengolahan limbah shaving kulit pikel ini
disosialisasikan kepada masyarakat, khususnya masyarakat di wilayah industri
penyamakan kulit. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya pemanfaatan limbah
tersebut untuk bertujuan yang lebih baik sehingga menciptakan lapangan kerja dan
usaha baru bagi masyarakat serta disampaikan kepada pihak-pihak terkait sehingga
dapat dilakukan transfer ilmu untuk pembuatannya. Sehingga, pembangunan usaha
skala masyarakat khususnya masyarakat yang didekat industri penyamakan bisa
mengolah limbah shaving kulit ternak sehingga, tidak mencemari lingkungan
sekitar.
2. Melakukan pelatihan teknis
Pelatihan teknis kepada masyarakat di wilayah industri penyamakan perlu
dilakukan. Penerapan pengolahan limbah shaving kulit kambing pikel dijadikan
gelatin meliputi penyediaan bahan dan penyediaan alat. Selain itu perlu koordinasi
kepada PT. Elang Mas Sejahtera sebagai industri pengolahan kulit dalam penyedia
limbah shaving kulit pikel, agar pelaksanaan lebih optimal.
3. Swasembada pangan gelatin halal di Indonesia
Upaya ini diperlakukan untuk menjamin ketersediaan pangan gelatin yang
halal pada usaha industri. Penyediaan pangan gelatin dari limbah shaving kulit ini
bisa dikembangkan oleh industri pangan, kosmetik, farmasi dan lain-lain setelah
adanya sosialisasi. Beberapa petunjuk telah dijelaskan dalam beberapa ayat Al-
Qu’an seperti yang dijelaskan dalam surah Al-Baqarah (2:172) yang berbunyi:
َّ
َ ‫اه َتع ُب ُد‬
َ‫ون‬ َُ ‫لِل ِأنَ ُكن ُتمَ ِأ َّي‬ َ ِ ‫ين أ َم ُنوأ ُك ُلوأ ِمنَ َط ِي َب‬
َِ َّ ِ ‫ات َما َر َزق َن ُاكمَ َوأش ُك ُروأ‬ َ َ ‫َيا َأ ُّي َها أل ِذ‬
Terjemahannya:
Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari benda-benda yang baik
(yang halal) yang telah Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah,
jika betul kamu hanya beribadah kepadaNya (Kementrian Agama, RI; 2012).
18

Hal ini dilakukan karena mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim


sedangkan sekian banyak gelatin yang diimpor ke Indonesia 40% berasal dari
gelatin babi. Peran pemerintah dalam hal ini perlu dilibatkan sehingga untuk
produk-produk pangan gelatin terjamin kehalalannya.
4. Melakukan evaluasi dan monitoring
Monitoring dilakukan untuk mengetahui sejauh mana gagasan mengenai
dilakukan dan diimplementasikan sehingga didapatkan hasil untuk dilakukan
evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada
demi terwujudnya pembangunan peternakan yang berkelanjutan. Monitoring
dilakukan secara berkala setiap 2 minggu sekali dalam jangka waktu 3 bulan.
Evaluasi dilakukan apabila ada hambatan yang dialami oleh masyarakat selama
pembuatan gelatin dari pengolahan limbah shaving kulit kambing pikel.
19

V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pengolahan gelatin limbah shaving kulit kambing pikel adalah salah satu
inovasi pembuatan gelatin dari kulit ternak lokal. Tahapan pengolahan ini
adalah pencucian kulit, swelling, perendaman asam asetat, ekstraksi,
pemekatan dan pengeringan serta dilakukan pengukuran kadar sulfit.
2. Keunggulan pengolahan gelatin dari limbah shaving kulit kambing pikel
adalah optimalisasi limbah shaving kulit ternak lokal Indonesia,
swasembada pangan dari pengolahan limbah shaving kulit ternak, dan
meningkatkan nilai ekonomis dan nilai tambah.
3. Strategi implementasi limbah shaving kulit kambing pikel untuk
pembangunan berkelanjutan adalah melakukan sosialisasi kepada
masyarakat dan pihak-pihak berkepentingan, melakukan pelatihan teknis,
swasembada pangan gelatin halal, melakukan evaluasi dan monitoring.

5.2 Rekomendasi
Penerapan gelatin limbah shaving kulit kambing pikel memerlukan
keseriusan dari berbagai pihak khususnya kepada PT. Elang Mas Sejahtera sebagai
industri pengolahan kulit serta pemerintah daerah di kota Garut. Pengembangan
penelitian secara pengambilan data sekunder ini perlu adanya evaluasi dan ketindak
lanjutan. Selain itu perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai gagasan ini, agar
pembangunan berkelanjutan dapat berjalan dengan baik.
20

DAFTAR PUSTAKA

Amertaningtyas, D. Masdiana. Manik dan Khotibul U. 2010. Kualitas Organoleptik


(Kerenyahan dan Rasa) Kerupuk Rambak Kulit Kelinci Pada Teknik
Buang Bulu yang Berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Vol
5 (1): 18-22.
Anna P. dan F.M. Titin S. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta. 83-119.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2010. Jumlah Impor Gelatin. Jakarta. [Online].
Tersedia: http://www.bps.go.id/exim-fram.php?kat=2 [02 Februari 2018].
. 2014. Jumlah Popuasi Ternak Lokal. Jakarta.
[Online]. Tersedia: http://www.bps.go.id/exim-fram.php?kat=2 [15
Februari 2018].
Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 06-3735 Mutu dan Cara Uji Gelatin.
Jakarta. 1 dan 4-5.
Departemen Perindustrian Republik Indonesia. 1984. Teknologi Penyamakan Kulit
1. Akademi Teknologi Kulit. Yogyakarta. 49 dan 71-77.
. 1985. Teknologi Penyamakan Kulit
2. Akademi Teknologi Kulit. Yogyakarta. 18-20.
Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner. 2014. Teknologi Pengolahan dan
Pemanfaatan Kulit Sapi. Jakarta. [Online]. Tersedia:
kesmavet.ditjenpkh.pertanian.go.id/index.php/berita/tulisan-ilmiah
populer/81. [20 Februari 2018].
Glicksman, M. 1969. Gum Tecnology in the Food Industry. Academic Press. New
York.
Gelatin Manufacturers Institute of America. 2012. Gelatin Handbook.
Massachussetts. 3-21.
. 2007. Gelatin Handbook.
Massachussetts. 12.
Gelatin Manufactory Europe. 2002. Gelatin Manufactures of Europe. [Online].
Tersedia: http//www. Gelatin.org. [20 Februari 2018]. 1-3.
Hermawan, Bayu. 2012. Pengaruh Perendaman Limbah Shaving Kulit Kambing
dengan Berbagai Konsentrasi Asam Lemah (Asetat) Terhadap pH dan
Kadar Sulfit Gelatin. Fakultas Peternakan. UNPAD. Sumedang. 3-4.
Intan R.K. dan A. Lukman. 2010. Ekstrak Gelatin Dari Tulang Rawan Ikan Pari
(Himantura gerarrdi) Pada Variasi Larutan Asam Untuk Perendaman.
Prosiding Kimia-FMIPA. Institut Teknologi Sepuluh November.
Surabaya. 2 dan 4-5.
21

Johns P. 1977. The Structure of Competition of Collagen Containing Tissue. Di


dalam Ward AG dan Courts A (ed). 1977. The Science and Technology of
Gelatin. New York: Academic Press.
Judoamidjojo, M. 1981. Penyamakan Kulit Untuk Pedesaan. Angkasa. Bandung.
6, 21.
Junianto, H. Kiki, dan M. Ine. 2006. Produksi Gelatin dari Tulang Ikan dan
Pemanfaatannya Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cangkang Kapsul.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran.
Sumedang. 3-7.
Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012. Al-Qur’an dan Terjemahan.
https://kemenag.go.id/ (20 Februari 2018).
Kirk, R.E dan Othmer, D.F., 1966. Encyclopedia of Chemical Technology Vol. 10.
Interscience Publishers, New York. Hal. 499-508
Ledward, D.A. 2000. Gelatin. Handbook of Hydrocolloids. Boca Rotan: CRC
Press. 67-86.
Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid 1. Jakarta. 88-89, 114-116, 181.
Mann, I. 1980. Rural Tanning Techniques. Food and Agriculture Organization of
the United Nation. Roma.
. 1978. Rural Tanning Techniques. Ministry of Agriculture Animal
Husbandry and Water Resourches. British East Africa- FAO, Consultan.
Marsaid dan Lukman Atmaja. 2011. Karakterisasi Sifat Kimia, Fisik, dan Termal
Ekstrak Gelatin Dari Tulang Ikan Tuna (Thunnus Sp) Pada Variasi
Larutan Asam Untuk Perendaman. Jurusan Kimia, FMIPA. ITS. Hal 4-7.
Pelu, H., S. Herawati, and E. Chasanah. 1998. Ekstrasi Gelatin dari Kulit Ikan Tuna
Melalui Proses Asam. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Jakarta. 4(2).
6-74.
Roland, L., T.S. Leeson, and A.A. Paparo. 1996. Buku Teks Histologi-Teksbook of
Histology. Edisi ke-5. EGC. Jakarta.
Sugihartono. 2014. Kajian Gelatin dari Kulit Sapi Limbah sebagai Renewable
Flocculants untuk Proses Pengolahan Air. Jurnal Riset Industri, 8(3): 179-
189.
Sulaeman, M. 2001. Kualitas Kimia dan Organik Kulit Jadi dari Kulit Biawak
(Varanus salvator) Awet Kering yang Disamak dengan Konsentrasi
Valonea, Sodatan, dan Krom yang Berbeda. IPB. Bogor. 9-10.
Sulantini, N. K. A. 2009. Rancangan Pengolahan Limbah Industri Rumah Makan.
FMIPA. Universitas Udayana. Bali.
Supratiningsih. 2012. Pemanfaatan Limbah Padat Industri Penyamakan Kulit
(Shaving) Untuk Papan Partikel Polyvinyl Chlorida. Majalah Kulit, Karet,
dan Plastik, 28(1), 44-50.
22

Surono N, Djazuli, D. Budiyanto, Widiarto, Ratnawati, dan Sugiran. 1994.


Penerapan Paket Teknologi Pengolahan Gelatin dari Ikan Cucut. Laporan
BBPMHP. Jakarta.
Sutardjo, D.S. 2006. Teknologi Pengolahan Kulit. Fakultas Peternakan. UNPAD.
Sumedang. 1-2, 16-17, 19, 22-23, 24.
Utama, H. 1997. Gelatin yang Bikin Heboh. Jurnal Halal LPPOM-MUI. 18. 10-12.
Viro, F. 1992. Gelatin. Di dalam Y. H. Hui. Encyclopedia of Food Science and
Technology. Vol. 2. Jhon dan Sons. Toronto.
Ward, A. G. and A. Court. 1997. The Science Technology of Gelatin. Academic
Press. London.
Winarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
52-69.
23

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ketua
Nama : Dikri Muhammad Ihsan
Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 24 Maret 1997
Semester :6
No. Tlp/Hp : 081221986906
Email : dikrimuhammad1997@gmail.com
Penghargaan 5 Tahun Terakhir
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1 Finalis 15 Besar KRISNA UPGRIS 2017
2 Juara Harapan 1 LKTIN GA Universitas Negeri Makassar 2017

Anggota 1
Nama : Muhammad Padila
Tempat, Tanggal Lahir : Ranggung, 20 Januari 1996
Semester :6
No. Tlp/Hp : 081949485516
Penghargaan 5 Tahun Terakhir
Institusi Pemberi
No. Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
1 Finalis 15 Besar KRISNA UPGRIS 2017
Universitas Negeri
2 Juara Harapan 1 LKTIN GA 2017
Makssar
3 Peserta Essai Event Hunter Event Hunter Indonesia 2016

Anggota 2
Nama : Widiati Oktaviani
Tempat, Tanggal Lahir : Sumedang, 07 Oktober 1996
Semester :6
No. Tlp/Hp : 082215121227
24

Dosen Pembimbing
1. Nama Lengkap : Dr. Jajang Gumilar, S. Pt., MM.
2. Tempat Tgl. Lahir : Bandung, 14 Januari 1972
3. NIDN : 0014017206
4. No. HP : 081214311202
Riwayat Pendidikan Perguruan Tinggi
Tahun Program Jurusan /
Perguruan Tinggi
Lulus Pendidikan Prodi
Ilmu
1996 Sarjana Universitas Padjadjaran
Peternakan
Telkom University (d/h Magister
1999 Magister
STMB) Manajemen
Ilmu
2016 Doktor Universitas Gajah Mada
Peternakan

Riwayat Penelitian

Ketua /
Tahun Judul Penelitian Sumber Dana
Anggota Tim
Potensi Produksi Gelatin
2017 Berbahan Dasar Ketua Penelitian Riset
Usus Ayam Dari Pasar Di Fundamental
Pangandaran
Sebagai Upaya Unpad – Unpad
Peningkatan Pendapatan
Masyarakat Dan
Penyediaan Edible Film
Halal
Fermentasi Imbangan Susu
2017 Sapi Dan Susu Ketua PUPT - DIKTI
Kedele Dengan Bakteri
Probiotik
Terhadap Kualitas Dan
Memperbaiki Profil
Lipoprotein Pada Darah
Tikus
25

Isolasi Bakteri
2013 Keratinolitik Serta Ketua P4D DIPA –
Produksi UNPAD
Enzim Keratinase Sebagai
Agensia Buang
Rambut Kulit Domba
Garut
Isolasi Dan Karakterisasi
2012 Bakteri Keratinolitik Yang Ketua Litmud –
Berpotensi Sebagai UNPAD
Penghasil Enzim
Keratinase Bagi Proses
Penyamakan Kulit Ramah
Lingkungan

Anda mungkin juga menyukai