BAB 1
A. Latar belakang
Kimia sering dipandang suatu hal negatif karena kata kimia sering disamakan
dengan kata “Toksik”dan sering dikaitan dengan sesuatu yang berbahaya dan zat
beracun, penyebab pencemaran lingkungan, perang kimia, sihir dan stereotip anak-
anak mengenai ilmuan gila (Morais, 2015.). Beberapa penulis, menyatakan bahwa
pandangan terhadap kimia yang negatif sudah tertanam pada anak sejak usia 9 atau 10
tahun dan itu tidak berubah sampai jenjang Sekolah Menengah Atas. Meskipun
kecemasan terhadap kimia pada anak-anak tidak sama seperti kecemasan kimia yang
dimilki oleh orang dewasa, namun ini mungkin akan berdampak pada masa depan
kerja mereka. Sejak abad 19 sampai awal abad 20 pandangan publik terhadap kimia
cenderung dipengaruhi oleh perang dunia pertama atau yang biasa disebut dengan
“perang kimia” ketika penggunaan dinamik, bom, dan gas beracun digunakan dalam
perang. Terlebih lagi selama abad ke 20 isu-isu lain menambah buruk pandangan
masyarakat menganai kimia (Morais, 2015 ). Terkait prasangka yang berlebihan pada
manusia, Allah telah berfirman dalam Al quran surat Al hujarat ayat 12 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan prasangka, karena
sesunggunhya sebagian dari tindakan prasangka adalah dosa dan janganlah kamu
mencari - cari keasalahan orang lain”.
Ayat ini memeritahkan kita sebagai umat muslim agar tidak berprasangka
buruk terhadap sesuatu, karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Oleh karena
itu kita sebagai orang muslim tidak diperkenankan untuk berburuk sangka terhadap
sesuatu, termasuk terhadap ilmu kimia. Karena sesungguhnya didalam Al Quran
terdapat salah satu unsur kimia yang telah dijadikan sebagai nama surat yaitu surat
“Al Hadid” atau yang artinya besi, yangmana besi memberikan banyak manfaat untuk
kehidupaan manusia. Masih banyak lagi ayat alquran lainya yang secara tersirat
menjelaskan tentang kimia dan manfaatnya . Ini menunjukkan bahwa kimia memilki
peranan penting dalam kehidupan manusia. Kimia tidak bisa di pisahkan dari manusia
karena seluruh alam ini baik yang dilihat, dihirup, dan dirasakan oleh kita semuanya
tersusun atas kimia.
“Chemophobia’’ atau kecemasan kimia merupakan suatu kecemsan seseorang
terhadap bahan kimia dalam hidupnya baik itu dalam makanan, obat dan produk
lainya. (Crowe, 2019.) Efek lain yang ditimbulkan dari chemophobia adalah
pemehaman yang keliru mengenai kata “organik”, yang sebenarnya kata organik
merujuk pada teknik budidaya, bukanlah kandungan nutrien. Ditambah lagi para
pelaku usaha sering menambahkan kata “babas bahan kimia” dengan tujuan
menambah daya tarik konsumen.
“Chemophobia” atau kecemasan kimia diyakini hadir didalam kelas dan menjadi
salah satu penyebab sedikitnya minat siswa terhadap jurusan kimia (Eddy, 2000).
Chemophobia juga dinyakini juga menjadi sebab kurang optimalnya siswa dalam
memamhami pelajaran kimia, karena siswa memandang kimia sebagai sesuatu yang
negatif. Presepsi yang salah dan juga informasi yang tidak benar mengenai kimia dari
teman sekelasnya. Banyak dari siswa juga yang berfikiran jika kimia adalah pelajaran
yang rumit, abstrak dan susah untuk dipahami tidak hanya melibatkan konsep kimia
tetapi juga konsep matematika.( Ibrahim & Iksan, 2018). Prasangka negatif yang
muncul pada siswa disebabkan oleh kesalah pahaman yang terjadi mengenai
pengertian kimia itu sendiri, banyaknya informasi tentang kimia dengan
menggunakan bahasa yang sulit diterima. Ditambah lagi banyaknya media yang
memberitakan hal negatif mengenai kimia, membuat siswa memilki ketakutan
terhadap kimia. Contohnya kasus yang pembuhunan yang menggunaka sianaida yaitu
kasus kopi Mirna, kasus penyiraman air keras dijakarta dan masih banyak lainya.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana hasil identifikasi Chemophobia pada siswa ?
2. Apakah pembelajaran bebasis literasi sians dengan mennggunnakan metode
pembelajaran berbasis projek dapat mencegah chemophobia pada siswa?
C. Tujuan
1. Mengetahui eksistensi chemophobia siswa dikelas
2. Mengetahui apakah melaluui literasi sains dengan menggunakan metode
pembelajaran projec base learning dapat mengatasi chemophobia pada siswa
D. Manfaat
1. Manfaat secara Teoritis
2. Ilmu kimia
Ilmu kimia didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajar tentang metri
dan perubahanya, sedangkan meteri adalah segala sesuatu yang menempati
ruangan dan memiliki massa (Chang, 2005). Ilmu kima merupakan salah satu
cabang ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara garis besar mencakup dua
bagian, yaitu kimia sebagai proses dan kimia sebagai produk. Kimia sebagai
proses meliputi sekumpulan pengethuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-
konsep dan prinsip-prinsip ilmu kimia. Sedangkan kimia sebagai proses
meliputi keterampilan dan sikap yang dimilki oleh para ilmuan untuk
memproleh dan mengembangkan produk kima (BSNP, 2006).
Kimia adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang
berhubungan erat dengan fisika dan juga biologi. Karena tidak hanya
organisme hidup dibuat dari senyawa kimia, tetapi juga karena kehidupan itu
sendiri merupakan sistem yang kompleks dari proses kimia yang saling
berhubungan. Ruang lingkup kimia sangatlah luas, mencakup seluruh alam
semesta baik benda hidup maupun benda mati. Ilmu kimia memilki kedudukan
yang penting diantara ilmu-ilmu yang lain, karena ilmu kimia dapat
menjelaskan fenomena makro secara mikro(molekuler). Ilmu kimia juga
memberikan kontribusi yang penting dan berarti terhadap perkembangan ilmu
– ilmu terapan, seperti ilmu pertanian, kesehatan, dan perikanan serta
teknologi (keenan, 1986:2)
Sebagai ilmu yang menerangkan proses dan produk maka seharusnya
pembelajaraan kimia tidak hanya terpaku pada pemberiakan fakta dan konsep
saja, melainkan siswa dilatih juga untuk menemukan fakta dan konsep guna
mengembangkan keterampilan proses sikap ilmiahnya.
3. Model pembelajaran Projec Base Learning
a. Pengertian model pembelajaran Projec Base Learning
Menurut Nanang dan Cucu (2009: 30) model pembelajaran
Project Based Learning merupakan pednekatan yang memperbolehkan
siswa bekerja dan mengksotruksikan pembelajaranya sendiri dan
mnegakulminasikannya kedalam produk nyata. Sedangkan menurut Al
Tabany pembelajaran Projec Base Learning merupakan pembelajaran
berbasis proyek merupakan pembelajaran kontrusktif yang
menekankan peserta didik untuk memmbangun pengetahuan
beradsarkan pada pahamnya sendiri. Metoode pembelajaran berbasis
proyek juga memiliki peluang untuk memberikan pemelajaran yang
bermakna dan meranik bagi siswa.
Menurut Made Wena(2012: 144) model pembelajaran Project
Based Leraning adalah model pemebalajaran yang melibatkan pada
kerja proyek berdasarkan kepada kepada pertanyaan dan permasalahan
yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang,
memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan
investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja
secara mandiri.
Dari penjelasakn yang telah di paparkan diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Projec Base Learning merupakan
pembelajaran inovatif yang meliibat pembelajaran projek kerja proyek
berdasarkan kepada kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat
menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang,
memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan
investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja
secara mandir didalam kelas dimana siswa belajar secara mandiri
mengkonstruksi pembelajaran dan mengkluminasikan produknya
menjadi nyata.
b. Langkah – langkah Model pembelajaran Projec Base Learning
Secara umum lankah-langkah pembelajaran berbasis proyek
menurut Rais(2010:8-9) yaitu,
1) Dimulai dengan pertanyaan menantang
Membuka pelajaran dengan meberikan pertanya
mendasar yang dapat merangsang siswa berfikir dan
memberikan penugasan pada siswa untuk melakukan aktifitas.
Topik yang dianggkat sebaiknya sesuai dengan kehidupan
nyata (permasalahan disekitar)
2) Perencanaan proyek
Perencanaan proyek yang dilakukkan kolaboratif antara
siswa dengan guru, sehingga siswa merasa memilki proyek
tersebut. Perencanaan proyek berisi terkait aturan main,
aktivitas yang dilakukan dan alat-bahan yang digunakan untuk
menyelesaikan proyek tersebut.
3) Menyusun jadwal aktivitas
Guru dan siswa mendiskusikan batas waktu untuk
meyelesaikan tugas proyek yang dilakukan secara berkelompok
tersebu. Siswa diberikan ijin untuk mengeksplor hal baru,
namun tetap dalam arahan guru apabila siswa melenceng dari
tujuan proyek.
4) Mengawasi jalanya proyek
Guru berperan sebagai monitor terhadap setiap aktivias
siswa dalam menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara memfasilitasi siswa dalam setiap proses.
5) Penilaian terhadap produk yang dihasilkan
Penilaian produk dilakuakn saat masing-masing
kelompok mempresentasikan prosuknya di depan kelompok
lainya. Penilaian ini membbantu guru dalam mengukur
kecapaian standar, mengevaluasi kemajuan siswa, memberi
umpan balik mengenai tingkat pemahaman yanng telah dicapai
siswa setra membantu guru dalam menysusn strategi
pembelajaran berikutnya.
6) Evaluasi
Di akhir pembelajarran guru dan siswa melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah
dilakukan. Evalusi ini dilakukan baik secara individu maupun
kelommpok. Siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan
dan pengalamanya selama proses pengerjaan tugas proyek.
Knowledge
What you know:
About the
natural world
(knowledge of
science)
Competencies About science
Context Identify itself
scientific issues (knowledge
Life situations that Explain about science
involve science and phenomena
technology scientifically
Use scientific
evidence Attitudes
interest
support for scientific
Manurut kemndikbud (kemendikbud 2017: 5) litersai sians memilki
lima dasar prisip yaitu :
a. Kontekstual, yakni harus sesuia dengan kerarifan lokal perkembangan
zaman
b. Pemenuhan kebutuhan sosial, budaya, dan kenegaraan
c. Sesuai dengan mutu pembelajaran abad XXI
d. Holistik dan terintegrasi dengan literasi lainya, dan
e. Kolaboratif dan partisipatif
B. Kajian Pustaka
Penelitian yang relevan yang berkaitan dengan penlitian ini antara lain
penelitian Harlina dalam skripsinya “Pengaruh Model Project Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Sman 1 Unggul Seulimum Aceh Besar Pada
Materi Minyak Bumi” Pada penelitian ini metode pembelajaran berbasis projek
digunakan pada mata pelajarn kimia, hasil dari peneltianya menunjukkan siswa
mengalami peningkatan setelah diterapkan model project based learning,
Lestari dalam penelitianya yang berjdul “Peningkatan Hasil Belajar
Kompetensi Dasar Menyajikan Contoh- Contoh Ilustrasi Dengan Model Pembelajaran
Project Based Learning Dan Metode Pembelajaran Demonstrasi Bagi Siswa Kelas Xi
Multimedia Smk Muhammadiyah Wonosari”. Pada penelitian ini metode
pembelajaran berbasis projek digunakan pada materi multi media, menunjukkan hasil
adanya peningkatan pada aspek afektif dan psikomotorik.
Rezeki, Dewi dkk dalam penelitianya yang berjdul “Penerapan Metode
Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl) Disertai Dengan Peta Konsep Untuk
Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Redoks Kelas X-3
Sma Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2013 / 2014”. Pada penelitian ini metode
pembelajaran berbasis projek digunakan pada materi redoks menunjukkan adanya
peningkatan kognitif sebesar 36,11 % dan peningkatan afectif sebesar 22,22 %.
Rose, Aliefyan dkk dalam penelitianya “Keefektifan Strategi Project Based
Learning Berbantuan Modul Pada Hasil Belajar Kimia Siswa”. Pada penelitian ini
metode pembelajaran berbasis projek digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen pada pokok materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Hadil dari penelitian tersebut efektif karena hasil belajar siswa telah mencapai nilai 80
dari seluruh proses pembelajaran, ditinjau dari hasil belajar kognitif, afektif, dan
psikomorik.
Sitaresmi, Susanti dkk dalam penelitianya yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan
Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Periodik Unsur (Spu) Kelas X Mia 1 Sma
Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016” . Pada penelitian ini metode
pembelajaran berbasis projek digunakan ) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar siswa pada materi sistem periodik unsur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran project based learning (pjbl) dapat meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar siswa
C. Kerangka Berfikir
Chemophobia atau kecemasan terhadap merupakan sesutau yang sering
membuat siswa setres terlepas dari tingkat belajar dan ini merupakan masalah yang
seharusnya segera ditagani agar dapat menciptakan pembelajaran kimia yang efektif.
Chemophobia merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sedikitnya siswa yang
tertarik dengan ilmu kimia. Chemophobia disebebkan oleh adanya kesalahan presepsi
yang dimiliki oleh siswa, baik informasi yang di daptkan dari guru maupun dari
temanya. Kebanyakan siswa juga berfikiran jika kimia merupakan pembelajaran yang
rumit, abstrak, dan sulit difahami karena tidak hanya meliibatkan konsep kimia,
tetapi juga konsep matematika. Selain itu, kekhawatiran akan tentang bahan kimia
juga berkontribusi terhadap chemophobia di kalangan siswa. Chemophobia yang
terjadi pada peserta didik berdampak yang kurang baik karena, chemophobia yang
terjadi pada peserta didik dapat bersifat resisten yang dapat mengakibatkan peserta
didik mengalami kesalahan presepsi. Maka dari itu perlu dilakukan upaya untuk
mendeteksi atau mengidentifikasi dan cara pencegahanya. Melalui angket analsisi
chemophobia dan penerapan metode pembelajaan berbasis proyek. Diagram kerangka
berpikir selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut
Analisi tenang
pengetahuan kimia siswa
Dilakukan perbandingan
G. Kerangka Berpikir
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif karena dalam penelitian ini
menggunakan data-data numerik yang dapat diolah dengan menggunakan metode
statistik. penelitian kuantitatif dituntut banyak menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari
hasilnya(Arikunto, 2002).
Taraf signifikan yang digunakan yaitu α = 0.05. Bila taraf signifikan data
menghasilkan data yang lebih besar dari 0.05 maka, sampel berdistribusi
normal
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui keadaan data awal
kedua sampel, yaitu apakah kedua sampel tersebut memenuhi syarat untuk
dapat dilakukan suatu penelitian. Dengan bantuan Uji Homogenity of
Variancetest pada One-way Anova melalui SPSS , Uji homogenitas hipotesis
yang diuji adalah:
H0 :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua distribusi data
Ha :Terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua distribusi data
Taraf signifikan yang digunakan yaitu α = 0,05. Bila taraf signifikan data
menghasilkan data yang lebih besar dari 0,05 maka varian kelompok data
homogen dan H0 diterima. Sebaliknya, jika taraf signifikan data menghasilkan
data yang lebih kecil dari 0,05 maka varian kelompok data tidak homogen dan
H0 ditolak.
3. Pengujian Hipotesis
Langkah selanjutnya melakukan uji hipotesis untuk mengetahui
pengaruh model project based learning terhadap hasil belajar, maka digunakan
uji t. Uji t adalah salah satu uji statistik yang digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya peningkatan yang signifikan antara dua variabel yaitu hasil
belajar siswa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Uji t yang
digunakan yaitu dengan menggunakan SPSS Hasil uji t dapat diketahui, jika
nilai signifikan (2-tailed) < 0,05 maka hipotesis terbukti artinya H0 ditolak
dan Ha diterima
4. Aktivitas Siswa
Untuk mengetahui aktivitas siswa dianalisis dengan persentase.
Adapunrumus persentase adalah :
f
P= x 100%
N
Keterangan :
P = Angka persentase
5. Respon siswa
Data tentang respon siswa diperoleh melalui angket, dianalisis
menggunakan statisik deskriptif dengan persentase. Secara sistematis
persentase dari setiap respon siswa dapat dituliskan :
Eddy, R. M. (2000). Chemophobia in the College Classroom: Extent, Sources, and Student
Characteristics. Journal of Chemical Education, 77(4), 514–517.
Hidayah, N., & Ibrahim, B. (2018). Level of Chemophobia and Relationship with Attitude
towards Chemistry among Science Students. 2(2), 52–65.
Morais, C. 2015. Storytelling with Chemistry and Related Hands-On Activities: Informal
Learning Experiences To Prevent “ Chemophobia ” and Promote Young Children ’ s
Scienti fi c Literacy.