Anda di halaman 1dari 19

Mencegah Chemphobia Pada Siswa Melaui Literasi Sains Dengan Menggunkan

Model Pembelajaran Projec Base Learning (PJBL)

BAB 1

A. Latar belakang
Kimia sering dipandang suatu hal negatif karena kata kimia sering disamakan
dengan kata “Toksik”dan sering dikaitan dengan sesuatu yang berbahaya dan zat
beracun, penyebab pencemaran lingkungan, perang kimia, sihir dan stereotip anak-
anak mengenai ilmuan gila (Morais, 2015.). Beberapa penulis, menyatakan bahwa
pandangan terhadap kimia yang negatif sudah tertanam pada anak sejak usia 9 atau 10
tahun dan itu tidak berubah sampai jenjang Sekolah Menengah Atas. Meskipun
kecemasan terhadap kimia pada anak-anak tidak sama seperti kecemasan kimia yang
dimilki oleh orang dewasa, namun ini mungkin akan berdampak pada masa depan
kerja mereka. Sejak abad 19 sampai awal abad 20 pandangan publik terhadap kimia
cenderung dipengaruhi oleh perang dunia pertama atau yang biasa disebut dengan
“perang kimia” ketika penggunaan dinamik, bom, dan gas beracun digunakan dalam
perang. Terlebih lagi selama abad ke 20 isu-isu lain menambah buruk pandangan
masyarakat menganai kimia (Morais, 2015 ). Terkait prasangka yang berlebihan pada
manusia, Allah telah berfirman dalam Al quran surat Al hujarat ayat 12 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan prasangka, karena
sesunggunhya sebagian dari tindakan prasangka adalah dosa dan janganlah kamu
mencari - cari keasalahan orang lain”.
Ayat ini memeritahkan kita sebagai umat muslim agar tidak berprasangka
buruk terhadap sesuatu, karena sebagian dari prasangka itu adalah dosa. Oleh karena
itu kita sebagai orang muslim tidak diperkenankan untuk berburuk sangka terhadap
sesuatu, termasuk terhadap ilmu kimia. Karena sesungguhnya didalam Al Quran
terdapat salah satu unsur kimia yang telah dijadikan sebagai nama surat yaitu surat
“Al Hadid” atau yang artinya besi, yangmana besi memberikan banyak manfaat untuk
kehidupaan manusia. Masih banyak lagi ayat alquran lainya yang secara tersirat
menjelaskan tentang kimia dan manfaatnya . Ini menunjukkan bahwa kimia memilki
peranan penting dalam kehidupan manusia. Kimia tidak bisa di pisahkan dari manusia
karena seluruh alam ini baik yang dilihat, dihirup, dan dirasakan oleh kita semuanya
tersusun atas kimia.
“Chemophobia’’ atau kecemasan kimia merupakan suatu kecemsan seseorang
terhadap bahan kimia dalam hidupnya baik itu dalam makanan, obat dan produk
lainya. (Crowe, 2019.) Efek lain yang ditimbulkan dari chemophobia adalah
pemehaman yang keliru mengenai kata “organik”, yang sebenarnya kata organik
merujuk pada teknik budidaya, bukanlah kandungan nutrien. Ditambah lagi para
pelaku usaha sering menambahkan kata “babas bahan kimia” dengan tujuan
menambah daya tarik konsumen.

“Chemophobia” atau kecemasan kimia diyakini hadir didalam kelas dan menjadi
salah satu penyebab sedikitnya minat siswa terhadap jurusan kimia (Eddy, 2000).
Chemophobia juga dinyakini juga menjadi sebab kurang optimalnya siswa dalam
memamhami pelajaran kimia, karena siswa memandang kimia sebagai sesuatu yang
negatif. Presepsi yang salah dan juga informasi yang tidak benar mengenai kimia dari
teman sekelasnya. Banyak dari siswa juga yang berfikiran jika kimia adalah pelajaran
yang rumit, abstrak dan susah untuk dipahami tidak hanya melibatkan konsep kimia
tetapi juga konsep matematika.( Ibrahim & Iksan, 2018). Prasangka negatif yang
muncul pada siswa disebabkan oleh kesalah pahaman yang terjadi mengenai
pengertian kimia itu sendiri, banyaknya informasi tentang kimia dengan
menggunakan bahasa yang sulit diterima. Ditambah lagi banyaknya media yang
memberitakan hal negatif mengenai kimia, membuat siswa memilki ketakutan
terhadap kimia. Contohnya kasus yang pembuhunan yang menggunaka sianaida yaitu
kasus kopi Mirna, kasus penyiraman air keras dijakarta dan masih banyak lainya.

Berdasarkan hasil wawancara beberapa siswa di SMA Negri 8 Semarang, rata-


rata siswa tidak menyukai menyukai pembelajaran kimia karena pembelajaran kimia
itu mereka sulit dan susah dimengerti dan sistem belajar mengajarnya masih berpusat
pada guru. Beberapa siswa juga masih takut dengan bahan kimia, mereka
beranggapan bahwa bahan kimia berbahaya. Siswa juga tidak bisa membedakan
bahan kimia yang alami dan sintesis. mengenai kimia. Disinilah guru memegang
peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang menarik bagi siswa. Sikap
siswa adalah kunci dari keberhasilan dari pembelajaran kimia. Upaya yang dilakukan
dalam memberikan pembelajaan kimia yang menyenangkan, guru dapat menerapkan
metode pembalajaran yang dapat merangsang siswa untuk aktif berfikir dan
mengaitkanya kedalam kehidupan sehari – hari dengan menekankan pentingnya ilmu
kimia maka akan membuka pikiran siswa tentang pentingnya ilmu kimia untuk
mengubah pola pikir siswa terhadap kimia (Hidayah & Ibrahim, 2018).Salah satu
metode yang dapat diterapkan untuk melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan maslah adalah dengan
litersai saisns melalui pembelajaran bebrbasis proyek atau projec base learning.

Litterasi sains diartikan sebagai kecakapan ilmiah untuk mengidetifikasikan


pertanyaan, mendapatkan pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah, dan juga
menyimpulkan beerdasarkan fakta, mamahami karakteristik sains, kesadaran
mengenai hubungan sains dan teknologi dalam membentuk alam, intelektual, budaya
dan juga kemauan untuk terlibat dan peduli terhdap isu-isu terkait sians (OECD dalam
Kemendikbud, 2017). Literasi sains memilki peranan penting bagi siswa, dengan
kemampuan litesai sains siswa dapat menerapkanpengetahuanya untuk memecahkan
peramsalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkup pripadi,
sosial maupun global (OECD dalam Septi 2015). Melalui pembelajaran kimia dengan
mengaitkan fenomena alam disekitar siswa diharapkan dapat menambah pemahaman
siswa

Pembelajran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang lebih memusatkan


pembelajaran pada siswanya dan memberi peluang bagi siswa untuk
mengkonstruksikan pembelajarnya sendiri, sedangkan guru hanya menjadi motibator
dan fasilitator saja. Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan metode
pembalajaran inovatif yang menekanakan pembelajaran kontestual melalui kegiatan
yang kompleks. (Al Tabany,T. 2017). Dengan melibatkan murid dalam pembelajaran
dapat menambah daya ingat mereka, dan motivasi dalam belajar. Cara itu diharapkan
dapat menghilamgkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi ditengah proses
pembelajaran.

Herlina & Ramawati (2021) mengatakan dalam jurnalnya bahwa terdapat


korelasi tidak searah antara chemophobia dan literasi sains yang tidak cukup
signifikan Dengan demikian seharusnya ketakutan terhdapat kimia(chemophobia)
tidak terjadi pada siswa. Karena sebenarnya kecemasan ini umumnya disebabkan oleh
adanya persepsi yang keliru dalam memahami makna kimia itu sendiri. Penelitian ini
terkait identifikasi chemophobia pada siswa dan cara mengatasinya. Dengan
diterapkanya metode pembelajaran berbasis proyek (projec base learning) dan
mengkaitkanya dengan lingkungan sekitar diharapkan dapat memberikan solusi yang
efektif dan dapat mengatasi chemophobia yang dimilki oleh siswa, sehingga siswa
tidak fobia lagi terhadap kimia.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana hasil identifikasi Chemophobia pada siswa ?
2. Apakah pembelajaran bebasis literasi sians dengan mennggunnakan metode
pembelajaran berbasis projek dapat mencegah chemophobia pada siswa?

C. Tujuan
1. Mengetahui eksistensi chemophobia siswa dikelas
2. Mengetahui apakah melaluui literasi sains dengan menggunakan metode
pembelajaran projec base learning dapat mengatasi chemophobia pada siswa
D. Manfaat
1. Manfaat secara Teoritis

Peneilitian yang akan dilakukan oleh penulis diharapakn dapat


memecahkan permasalahan yang ada dalam rumsan masalah, sehingga dapat
berkontribusi yang bermanfaat dalam dunia pendidikan. Adapan manfaat teoritis
yang dapat diambil dari peneliitian ini yakni dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode
pembelajaran yang baik untuk mencegah chemophobia pada siwa.

2. Manfaat secara Praktis


a. Manfaat Bagi Guru

Dapat digunakan sebagai alternative metode pembelajaran kimia


dalam mengatsi chemophoobia

b. Manfaat bagi peneliti

Menambah pegetahuan dan kreatifitas untuk mencari alternative


metode pembelajaran yang efektif dalam mengatasi chemophobia

c. Manfaat bagi siswa

Solusi alternatif dalam mengatasi chemophobia pada diri siswa


BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Chemofobia
“Chemophobia’’ atau kecemasan kimia merupakan suatu kecemsan
seseorang terhadap bahan kimia dalam hidupnya baik itu dalam makanan, obat
dan produk lainya (Crowe, 2019.) Efek lain yang ditimbulkan dari
chemophobia adalah pemehaman yang keliru mengenai kata “organik”, yang
sebenarnya kata organik merujuk pada teknik budidaya, bukanlah kandungan
nutrien. Ditambah lagi para pelaku usaha sering menambahkan kata “babas
bahan kimia” dengan tujuan menambah daya tarik konsumen. Chemophobia
diartikan sebagai kecemasan yang laten dan upaya seseorang untuk
menghindarinya membuatnya terlalu sensitif bahkan tidak tolerant terhadap
kimia. Sekarang kita dapat mendeteksi gejala chemophobia pada masyarakat
kontemporer seperti:
a. Kecurigaan terhadap bahan kimia
b. Asosiasi bahan kimia berbahaya
c. Berita negatif mengenai kimia
d. Presepsi buruk mengenai kimia dimata publik
e. Penutupan jurusan kimia di universitas
f. Menrunya jumlah pendaftar kursus kimia murni
g. Peraturan dan hukum yang signifikan tentang kimia
(Chalupa, 2018)
“Chemophobia” atau kecemasan kimia diyakini hadir didalam kelas dan menjadi
salah satu penyebab sedikitnya minat siswa terhadap jurusan kimia (Eddy, 2000).
Chemophobia juga dinyakini juga menjadi sebab kurang optimalnya siswa dalam
memamhami pelajaran kimia, karena siswa memandang kimia sebagai sesuatu yang
negatif. Presepsi yang salah dan juga informasi yang tidak benar mengenai kimia dari
teman sekelasnya. Banyak dari siswa juga yang berfikiran jika kimia adalah pelajaran
yang rumit, abstrak dan susah untuk dipahami tidak hanya melibatkan konsep kimia
tetapi juga konsep matematika.( Ibrahim & Iksan, 2018). Chemophobia diartikan
sebagai sikap negatif siswa terhadap kimia selama proses pembelajaran menjadikan
mereka stres dan mengarah ke kecemasan kimia(N. Kamaruddin,
2013) .Chemophobia atau kecemasan kimia pada siswa dapat memperngaruhi
pemahaman mereka terhadap subjek kimia, baik dalam ujian penilaian dan juga saat
praktik di dalam labortorium. Presepsi negatif siswa bahwa kimia merupakan ilmu
yang berbahaya untuk di pelajari, paparan bahan kimia yang berbahaya dan beresiko
akan meledakan. Kimia juga merupakan pelajaran yang sulit dalam hal pemecahan
nimerik, pemahaman prinsip-prinsipnya, dan konsep yang abtrak, juga pandangan
stereotif anak yang buruk terhadapa ilmuan kimia(N. F. Kamaruddin et al., 2019) .
Prasangka negatif yang muncul pada siswa disebabkan oleh kesalah pahaman yang
terjadi mengenai pengertian kimia itu sendiri, banyaknya informasi tentang kimia
dengan menggunakan bahasa yang sulit diterima. Ditambah lagi banyaknya media
yang memberitakan hal negatif mengenai kimia, membuat siswa memilki ketakutan
terhadap kimia. Contohnya kasus yang pembuhunan yang menggunaka sianaida yaitu
kasus kopi Mirna, kasus penyiraman air keras diJakarta dan masih banyak lainya.

2. Ilmu kimia
Ilmu kimia didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajar tentang metri
dan perubahanya, sedangkan meteri adalah segala sesuatu yang menempati
ruangan dan memiliki massa (Chang, 2005). Ilmu kima merupakan salah satu
cabang ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara garis besar mencakup dua
bagian, yaitu kimia sebagai proses dan kimia sebagai produk. Kimia sebagai
proses meliputi sekumpulan pengethuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-
konsep dan prinsip-prinsip ilmu kimia. Sedangkan kimia sebagai proses
meliputi keterampilan dan sikap yang dimilki oleh para ilmuan untuk
memproleh dan mengembangkan produk kima (BSNP, 2006).
Kimia adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang
berhubungan erat dengan fisika dan juga biologi. Karena tidak hanya
organisme hidup dibuat dari senyawa kimia, tetapi juga karena kehidupan itu
sendiri merupakan sistem yang kompleks dari proses kimia yang saling
berhubungan. Ruang lingkup kimia sangatlah luas, mencakup seluruh alam
semesta baik benda hidup maupun benda mati. Ilmu kimia memilki kedudukan
yang penting diantara ilmu-ilmu yang lain, karena ilmu kimia dapat
menjelaskan fenomena makro secara mikro(molekuler). Ilmu kimia juga
memberikan kontribusi yang penting dan berarti terhadap perkembangan ilmu
– ilmu terapan, seperti ilmu pertanian, kesehatan, dan perikanan serta
teknologi (keenan, 1986:2)
Sebagai ilmu yang menerangkan proses dan produk maka seharusnya
pembelajaraan kimia tidak hanya terpaku pada pemberiakan fakta dan konsep
saja, melainkan siswa dilatih juga untuk menemukan fakta dan konsep guna
mengembangkan keterampilan proses sikap ilmiahnya.
3. Model pembelajaran Projec Base Learning
a. Pengertian model pembelajaran Projec Base Learning
Menurut Nanang dan Cucu (2009: 30) model pembelajaran
Project Based Learning merupakan pednekatan yang memperbolehkan
siswa bekerja dan mengksotruksikan pembelajaranya sendiri dan
mnegakulminasikannya kedalam produk nyata. Sedangkan menurut Al
Tabany pembelajaran Projec Base Learning merupakan pembelajaran
berbasis proyek merupakan pembelajaran kontrusktif yang
menekankan peserta didik untuk memmbangun pengetahuan
beradsarkan pada pahamnya sendiri. Metoode pembelajaran berbasis
proyek juga memiliki peluang untuk memberikan pemelajaran yang
bermakna dan meranik bagi siswa.
Menurut Made Wena(2012: 144) model pembelajaran Project
Based Leraning adalah model pemebalajaran yang melibatkan pada
kerja proyek berdasarkan kepada kepada pertanyaan dan permasalahan
yang sangat menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang,
memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan
investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja
secara mandiri.
Dari penjelasakn yang telah di paparkan diatas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran Projec Base Learning merupakan
pembelajaran inovatif yang meliibat pembelajaran projek kerja proyek
berdasarkan kepada kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat
menantang dan menuntun peserta didik untuk merancang,
memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan
investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja
secara mandir didalam kelas dimana siswa belajar secara mandiri
mengkonstruksi pembelajaran dan mengkluminasikan produknya
menjadi nyata.
b. Langkah – langkah Model pembelajaran Projec Base Learning
Secara umum lankah-langkah pembelajaran berbasis proyek
menurut Rais(2010:8-9) yaitu,
1) Dimulai dengan pertanyaan menantang
Membuka pelajaran dengan meberikan pertanya
mendasar yang dapat merangsang siswa berfikir dan
memberikan penugasan pada siswa untuk melakukan aktifitas.
Topik yang dianggkat sebaiknya sesuai dengan kehidupan
nyata (permasalahan disekitar)
2) Perencanaan proyek
Perencanaan proyek yang dilakukkan kolaboratif antara
siswa dengan guru, sehingga siswa merasa memilki proyek
tersebut. Perencanaan proyek berisi terkait aturan main,
aktivitas yang dilakukan dan alat-bahan yang digunakan untuk
menyelesaikan proyek tersebut.
3) Menyusun jadwal aktivitas
Guru dan siswa mendiskusikan batas waktu untuk
meyelesaikan tugas proyek yang dilakukan secara berkelompok
tersebu. Siswa diberikan ijin untuk mengeksplor hal baru,
namun tetap dalam arahan guru apabila siswa melenceng dari
tujuan proyek.
4) Mengawasi jalanya proyek
Guru berperan sebagai monitor terhadap setiap aktivias
siswa dalam menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan
dengan cara memfasilitasi siswa dalam setiap proses.
5) Penilaian terhadap produk yang dihasilkan
Penilaian produk dilakuakn saat masing-masing
kelompok mempresentasikan prosuknya di depan kelompok
lainya. Penilaian ini membbantu guru dalam mengukur
kecapaian standar, mengevaluasi kemajuan siswa, memberi
umpan balik mengenai tingkat pemahaman yanng telah dicapai
siswa setra membantu guru dalam menysusn strategi
pembelajaran berikutnya.
6) Evaluasi
Di akhir pembelajarran guru dan siswa melakukan
refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah
dilakukan. Evalusi ini dilakukan baik secara individu maupun
kelommpok. Siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan
dan pengalamanya selama proses pengerjaan tugas proyek.

c. Kelebihan dan kekurangan Model pembelajaran Projec Base


Learning
Model pembelajaran sangat membantu guru dalam
menyukseskan kegiatan pembelajaran. Saat ini telah berkembang
berbagai macam model pembelajaran, dan setiap model pembelajaran
memilki keebihan dan kekurangan. Addapun kelebihhan dan
kekurangan model pembelajaran Projec Base Learning yaitu :
1) Kelebihan Model pembelajaran Projec Base Learning
a) Meningkatkan motivasi belajar siswa
b) Meninngkatkan kemampuan memecahkan masalah
c) Meningkatkan kemampuan mengelola inforasi
d) Meningkatkan kemampuan kolaborasi
e) Meningkatkan kemampuan memanage

2) Kekurangan Model pembelajaran Projec Base Learning


a) Memerlukan waktu yang cukup lama untuk
menyelesaikan masalah
b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak
c) Membutuuhkan peralatan yang cukup banyak
(Made, 2012)
4. Litterasi sains
Literasai sains (science literaccy) bersal dari dari dua kata latin yaitu
literastus yang artinya buruf, melek huruf, atau berpendidikan dan scientia yang
artinya pengetahuan. Litterasi sains diartikan sebagai kecakapan ilmiah untuk
mengidetifikasikan pertanyaan, mendapatkan pengetahuan baru, menjelaskan
fenomena ilmiah, dan juga menyimpulkan beerdasarkan fakta, mamahami
karakteristik sains, kesadaran mengenai hubungan sains dan teknologi dalam
membentuk alam, intelektual, budaya dan juga kemauan untuk terlibat dan peduli
terhdap isu-isu terkait sians (OECD dalam Kemendikbud, 2017). Sedangkan
menurut National Science Education Standart mendfinisikan litersi illmiah
dengan "scientific literasi is knowledge and understanding of scientific concepts
and poses required for personal decicion making, preceiption in civicand cultural
affair, and ecomonic productivity. berdasarkan penjelasan literasi sains tersebut,
menjelaskn bahwa literasi sians tidak hanya terkait pengetahauan dan pemahaman
terhadap konsep dan proses sains, tetapi juga diarahkan untuk dapat mengambil
keputusan juga berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, budaya, dan
pertumbuhan ekonomi(Anjarsari, 2014). Menurut Dober (2000) literaasi sains
berguna unutk memberikan pemahaman yanng luas akan sains, tidak memandang
apakah seseornag itu akan manjdi ilmuan atau tidak.
Literasi sains dibedakan menjadi tiga dimensi yaitu pengetahuan ilmiah /
konsep(scientific knowledge), proses ilmiah (scientific procecces) dan koteks
(contex)(Eivers & Kennedy, 2016) Sedangkan menurut PISA (2009 : 130)
dikelompokkan menjadi empat kategori yag saling berkaitan yaitu:
a. Context : recognising life situations involving science and technology
b. Knowledge: understanding the natural world on the basis of scientific
knowledge that includes both knowledge of the natural world, and
knowledge about science itself
c. Competencies: demonstrating scientific competencies that include
identifying scientific issues, explaining phenomena scientifically, and
drawing conclusions based on evidence.
d. Attitudes: indicating an interest in science, support for scientific
enquiry, and motivation to act responsibly towards, for example,
natural resources and environments.

Knowledge
What you know:
 About the
natural world
(knowledge of
science)
Competencies  About science
Context  Identify itself
scientific issues (knowledge
Life situations that  Explain about science
involve science and phenomena
technology scientifically
 Use scientific
evidence Attitudes

How you respond to science


issues:

 interest
 support for scientific
Manurut kemndikbud (kemendikbud 2017: 5) litersai sians memilki
lima dasar prisip yaitu :
a. Kontekstual, yakni harus sesuia dengan kerarifan lokal perkembangan
zaman
b. Pemenuhan kebutuhan sosial, budaya, dan kenegaraan
c. Sesuai dengan mutu pembelajaran abad XXI
d. Holistik dan terintegrasi dengan literasi lainya, dan
e. Kolaboratif dan partisipatif
B. Kajian Pustaka
Penelitian yang relevan yang berkaitan dengan penlitian ini antara lain
penelitian Harlina dalam skripsinya “Pengaruh Model Project Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Sman 1 Unggul Seulimum Aceh Besar Pada
Materi Minyak Bumi” Pada penelitian ini metode pembelajaran berbasis projek
digunakan pada mata pelajarn kimia, hasil dari peneltianya menunjukkan siswa
mengalami peningkatan setelah diterapkan model project based learning,
Lestari dalam penelitianya yang berjdul “Peningkatan Hasil Belajar
Kompetensi Dasar Menyajikan Contoh- Contoh Ilustrasi Dengan Model Pembelajaran
Project Based Learning Dan Metode Pembelajaran Demonstrasi Bagi Siswa Kelas Xi
Multimedia Smk Muhammadiyah Wonosari”. Pada penelitian ini metode
pembelajaran berbasis projek digunakan pada materi multi media, menunjukkan hasil
adanya peningkatan pada aspek afektif dan psikomotorik.
Rezeki, Dewi dkk dalam penelitianya yang berjdul “Penerapan Metode
Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl) Disertai Dengan Peta Konsep Untuk
Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Redoks Kelas X-3
Sma Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2013 / 2014”. Pada penelitian ini metode
pembelajaran berbasis projek digunakan pada materi redoks menunjukkan adanya
peningkatan kognitif sebesar 36,11 % dan peningkatan afectif sebesar 22,22 %.
Rose, Aliefyan dkk dalam penelitianya “Keefektifan Strategi Project Based
Learning Berbantuan Modul Pada Hasil Belajar Kimia Siswa”. Pada penelitian ini
metode pembelajaran berbasis projek digunakan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada kelas eksperimen pada pokok materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.
Hadil dari penelitian tersebut efektif karena hasil belajar siswa telah mencapai nilai 80
dari seluruh proses pembelajaran, ditinjau dari hasil belajar kognitif, afektif, dan
psikomorik.
Sitaresmi, Susanti dkk dalam penelitianya yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl) Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan
Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Periodik Unsur (Spu) Kelas X Mia 1 Sma
Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016” . Pada penelitian ini metode
pembelajaran berbasis projek digunakan ) untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi
belajar siswa pada materi sistem periodik unsur. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa penerapan pembelajaran project based learning (pjbl) dapat meningkatkan
aktivitas dan prestasi belajar siswa
C. Kerangka Berfikir
Chemophobia atau kecemasan terhadap merupakan sesutau yang sering
membuat siswa setres terlepas dari tingkat belajar dan ini merupakan masalah yang
seharusnya segera ditagani agar dapat menciptakan pembelajaran kimia yang efektif.
Chemophobia merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sedikitnya siswa yang
tertarik dengan ilmu kimia. Chemophobia disebebkan oleh adanya kesalahan presepsi
yang dimiliki oleh siswa, baik informasi yang di daptkan dari guru maupun dari
temanya. Kebanyakan siswa juga berfikiran jika kimia merupakan pembelajaran yang
rumit, abstrak, dan sulit difahami karena tidak hanya meliibatkan konsep kimia,
tetapi juga konsep matematika. Selain itu, kekhawatiran akan tentang bahan kimia
juga berkontribusi terhadap chemophobia di kalangan siswa. Chemophobia yang
terjadi pada peserta didik berdampak yang kurang baik karena, chemophobia yang
terjadi pada peserta didik dapat bersifat resisten yang dapat mengakibatkan peserta
didik mengalami kesalahan presepsi. Maka dari itu perlu dilakukan upaya untuk
mendeteksi atau mengidentifikasi dan cara pencegahanya. Melalui angket analsisi
chemophobia dan penerapan metode pembelajaan berbasis proyek. Diagram kerangka
berpikir selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut
Analisi tenang
pengetahuan kimia siswa

Peserta didik mengalami Chemophobia akibat dari kesalahan


presepsi siswa

Dibutuhkan alat tes yang dapat mengungkap


chemophobia peserta didik

Pengembangan instrumen tes analsis Pengembangan instrumen tes analsis


chemophobia dan rpp metode Pembelajaran chemophobia

Metode pembelajaran yang digunakan Metode pembelajaran yang digunakan


adalah PJBL konvensiaonal

Dilakukan perbandingan

Chemophobia pada siswa dapat


diketahui dan dicegah

G. Kerangka Berpikir
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif karena dalam penelitian ini
menggunakan data-data numerik yang dapat diolah dengan menggunakan metode
statistik. penelitian kuantitatif dituntut banyak menggunakan angka, mulai dari
pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta penampilan dari
hasilnya(Arikunto, 2002).

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan melakukan


komparasi dua kelas, satu kelas perlakukan atau kelas eksperiimen dan satu kelas
kontrol . agar terlihat perbedaan antar kelas kontrol dan kelas perlakuan. Pelaksnaa
penelitian diawali dengan penyebaran angkett awal untuk mendeteksi adanya
chemophobia pada siswa, kemudain diberikan perlakuan penerapan model pembelajaran
Project Base Laerning pada kelas perlakukan dan penerapan model pembelajaran
konvensional pada kelas kontrol. Setelah pembelajaran selesai diberikan kembali angket
dan wawancara untuk melihat hasil dari pembelajaran.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas X IPA MAN III SLEMAN yang berada di


Jalan Sinduadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta.

C. Metode perolehan data


Teknik pengumpulan data yanng digunkan pada penelitian adalah dengan
menggunakan :
1. Angket Awal
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan
maksud agar orang yang diberi pertanyaan tersebut bersedia memberi respon
sesuai dengan permintaan penggun. Tes ini bertujuan unnutk mengidentifikasi
chemophobia pada diri siswa. Tes ini diberikan pada siswa sebelum dimulai
pembelajaran
2. Lembaran Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati aktivitas siswa
selama proses pembelajaran. Untuk membatasi pengamatan, observasi ini
dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan. Lembar pengamatan ini
memuat aktivitas yang akan diamati serta kolom-kolom yang menunjukkan
tingkat dari setiap aktivitas yang diamati. Pengisian lembar pengamatan
dilakukan dengan mencantumkan nilai dalam kolom yang telah disediakan
sesuai dengan gambaran yang diamati
3. Angket Akhir
merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan
maksud agar orang yang diberi pertanyaan tersebut bersedia memberi respon
sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuannya adalah untuk mengetahui
respon siswa terhadap model pembelajaran project based learning yang
diterapkan untuk mencegah chemophobia. Angket diberikan setelah semua
kegiatan pembelajaran dan evaluasi dilakuka

D. Metode analisa data


Setalah semua data diperoleh dan terkumpul, langkash selanjutnya adalah
menganalisa data. Data yang diperoleh selajutnya diolah dengan menggunnakan
statistik yang tepat. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahwa data
hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak.Uji normalitas yang
digunakandalam pengolahan data pada penelitian ini yaitu uji Kolmogorov
Smirnov. Diuji statistik dengan menggunakan SPSS versi 20.0, Uji normalitas
hipotesis yang diuji adalah:
H0 : Data sampel berdistribusi normal
Ha : Data sampel tidak berdistribusi normal

Taraf signifikan yang digunakan yaitu α = 0.05. Bila taraf signifikan data
menghasilkan data yang lebih besar dari 0.05 maka, sampel berdistribusi
normal

dan H0 diterima.Sebaliknya, jika taraf signifikan data menghasilkan data


yang
lebih kecil dari 0.05 maka sampel tidak berdistribusi normal dan H0 ditolak

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui keadaan data awal
kedua sampel, yaitu apakah kedua sampel tersebut memenuhi syarat untuk
dapat dilakukan suatu penelitian. Dengan bantuan Uji Homogenity of
Variancetest pada One-way Anova melalui SPSS , Uji homogenitas hipotesis
yang diuji adalah:
H0 :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua distribusi data
Ha :Terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua distribusi data
Taraf signifikan yang digunakan yaitu α = 0,05. Bila taraf signifikan data
menghasilkan data yang lebih besar dari 0,05 maka varian kelompok data
homogen dan H0 diterima. Sebaliknya, jika taraf signifikan data menghasilkan
data yang lebih kecil dari 0,05 maka varian kelompok data tidak homogen dan
H0 ditolak.
3. Pengujian Hipotesis
Langkah selanjutnya melakukan uji hipotesis untuk mengetahui
pengaruh model project based learning terhadap hasil belajar, maka digunakan
uji t. Uji t adalah salah satu uji statistik yang digunakan untuk mengetahui ada
atau tidaknya peningkatan yang signifikan antara dua variabel yaitu hasil
belajar siswa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Uji t yang
digunakan yaitu dengan menggunakan SPSS Hasil uji t dapat diketahui, jika
nilai signifikan (2-tailed) < 0,05 maka hipotesis terbukti artinya H0 ditolak
dan Ha diterima
4. Aktivitas Siswa
Untuk mengetahui aktivitas siswa dianalisis dengan persentase.
Adapunrumus persentase adalah :
f
P= x 100%
N

Keterangan :

P = Angka persentase

f = frekuensi yang sedang dicari persentasinya

N = Jumlah frekuensi/banyaknya individu.47


Apabila observasi ini dia mati oleh dua orang pengamat, maka data
yang terkumpul akan dianalisis dengan mengggunakan persamaan :

skor pengamat 1+ skor pengamat 2


x 100%
total skor

Untuk membuat interval persentase dan kategori kriteria penilaian hasil


observasi aktivitas siswa sebagai berikut :

No Nilai % Kategori penilaian


1 80 -100 Sangat baik
2 66 – 83 Baik
3 56 – 65 Cukup
4 40 – 55 Kurang
5 30 – 39 Gagal
(Arikunto, 2005)

5. Respon siswa
Data tentang respon siswa diperoleh melalui angket, dianalisis
menggunakan statisik deskriptif dengan persentase. Secara sistematis
persentase dari setiap respon siswa dapat dituliskan :

jumlah respon siswa tiap aspek yang muncul


x 100%
jumlah siswa

Kriteria respon siswa


No Angka Keterangan
1 0 – 10 % Tidak tertarik
2 11 – 40 % Sedikit tertarik
3 41 – 60 % Cukup tertarik
4 61 – 90 % tertarik
5 91 – 100 % Sangat
(Anas, 2005)
REFERENSI :

Anjarsari, P. (2014). LITERASI SAINS DALAM KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN IPA


SMP.
Binti Ibrahim, N. H., & Iksan, Z. B. (2018). Level of Chemophobia and Relationship with
Attitude towards Chemistry among Science Students. Journal of Educational Sciences,
2(2), 52.
BSNP. (2006). Standar Isi Mata Pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta : BSNP
Chalupa, R. (2018). Analytical chemistry as a tool for suppressing chemophobia : an
introduction to the 5E-principle Analytical chemistry as a tool for suppressing
chemophobia : an introduction to the 5E-principle. August.
chang, Raymond. 2005. kimia dasar jilid 1. jakarta : Erlangga
Crowe, J. M. (2019). Chemophobia and the Relation to Names
Deboer, G. E. (2000). Scientifc Literacy : Another Look at Its Historical and Contemporary
Meanings and Its Relationship to Science Education Reform. 37(6), 582–601.
Eddy, R. M. (2000). Chemophobia in the College Classroom: Extent, Sources, and Student
Characteristics. Journal of Chemical Education, 77(4), 514–517.
Eivers, E., & Kennedy, D. (2016). THE PISA ASSESSMENT OF. August.
Harlina. 2016. Pengaruh Model Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas
X Sman 1 Unggul Seulimum Aceh Besar Pada Materi Minyak Bumi .Aceh : UIN Ar
RAniry
Kamaruddin, N. (2013). Attribution Factors of Chemistry Anxiety : What are they ? .
Kamaruddin, N. F., Ibrahim, N. H., Surif, J., Ali, M., & Abd, C. (2019). Malaysian Science
Stream Students ’ Anxiety Towards Chemistry at the Secondary School Level. 6.
Keenan.(1986).Kimia Dasar Dan Terapan Modern Edisi Keempat, Jakarta : Erlangga
Kemendikbud. (2017). Materi pendukung literasi sains.Jakarta :Kemendikbud
Lestari. Tuti, 2015, Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Menyajikan Contohcontoh
Ilustrasi Dengan Model Pembelajaran Project Based Learning Dan Metode
Pembelajaran Demonstrasi Bagi Siswa Kelas Xi Multimedia Smk Muhammadiyah
Wonosari.(skripsi).Yogyakarta :UNY
PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading , mathematics and science.
(2009).
Made, Wena. (2012). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarata: PT Bumi
Aksara
Nanang. H & Cucu. S, (2009). Konsep strategi pembelajaran . Bandung: PT.Refika Aditama.
Rais.M (2010), Project based learning: Inovasi pembelajaran yang berorientasi soft kills
Makalan disajikan sebagai Makalah Pendamping dalam Seminar Nasional Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya tahun 2010.
Surabaya: Unesa.
Rezeki, Dewi dkk (2015), Penerapan Metode Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl)
Disertai Dengan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar
Siswa Pada Materi Redoks Kelas X-3 Sma Negeri Kebakkramat Tahun Pelajar
2013 / 2014, 4 (1) 74-81
Rose, Aliefyan dkk, 2014, Keefektifan Strategi Project Based Learning Berbantuan Modul
Pada Hasil Belajar Kimia Siswa 8 (2) 1360-1369
Sitaresmi, Susanti dkk, (2017), Penerapan Pembelajaran Project Based Learning (Pjbl)
Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Periodik
Unsur (Spu) Kelas X Mia 1 Sma Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran
2015/2016, 6 (1)54-61
Al-Tabany, T. I. B. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif dan
Kontekstial. Jakarta: Prenamedia
Binti Ibrahim, N. H., & Iksan, Z. B. (2018). Level of Chemophobia and Relationship with
Attitude towards Chemistry among Science Students. Journal of Educational
Sciences, 2(2), 52.

Crowe, J. M. 2019. Chemophobia and the Relation to Names.

Eddy, R. M. (2000). Chemophobia in the College Classroom: Extent, Sources, and Student
Characteristics. Journal of Chemical Education, 77(4), 514–517.

Hidayah, N., & Ibrahim, B. (2018). Level of Chemophobia and Relationship with Attitude
towards Chemistry among Science Students. 2(2), 52–65.

Morais, C. 2015. Storytelling with Chemistry and Related Hands-On Activities: Informal
Learning Experiences To Prevent “ Chemophobia ” and Promote Young Children ’ s
Scienti fi c Literacy.

Kemendikbud. (2017). Materi pendukung literasi sains.Jakarta :Kemendikbud

Anda mungkin juga menyukai