Anda di halaman 1dari 94

BAB

Pendahuluan 1

Probiotik mulanya kurang mendapat perhatian di bidang


kedokteran, bahkan para praktisi sampai saat ini masih skeptis.
Pengetahuan tentang mikroorganisme sudah berkembang akan tetapi
fokus hanya mempelajari mikroflora patogen penyebab sakit,
sehingga banyak muncul berbagai macam produk antibiotik. Perlu
digarisbawahi bahwa belum berkembang atau masih sedikit kajian
tentang pencegahan atau pengobatan penyakit melalui
mikroorganisme, dalam perkembangannya mulai menjadi perhatian
yakni pangan yang mengandung mikroorganisme dikenal dengan
istilah probiotik.

Pangan probiotik merupakan pangan (makanan/minuman)


mengandung sejumlah bakteri hidup dan memberi efek
menguntungkan kesehatan. Pangan probiotik telah lama dikenal
antara lain produk susu fermentasi oleh bakteri asam laktat (BAL)
seperti yogurt, yakult, susu asidofilus, dan lain-lain. Selain
mempunyai nilai nutrisi baik, produk tersebut dianggap memberi
manfaat kesehatan. Manfaat ini diperoleh akibat terbawanya bakteri-
bakteri hidup ke dalam saluran pencernaan yang mampu

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 1


memperbaiki komposisi mikroflora usus dan berperan dalam
memodulasi respon imun.

Beberapa hasil penelitian melaporkan tentang peran probiotik


bagi kesehatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk
pangan probiotik merupakan pangan fungsional. Agar pangan
probiotik dapat dikatakan sebagai pangan fungsional, maka aspek
keamanan dan fungsional menjadi pertimbangan utama dalam
menyeleksi mikroorganisme probiotik nantinya. Aspek keamanan
seperti: menyehatkan saluran pencernaan, bersifat non patogen, dan
tahan terhadap antibiotik. Aspek fungsional seperti kemampuan
hidup dan tahan dalam saluran pencernaan, dan dapat diaplikasikan di
dunia industri.

Berdasarkan pada latar belakang, maka kajian tulisan ini


membahas lebih spesifik mengenai Probiotik dan klasifikasinya, serta
akan dijabarkan secara mendalam tentang probiotik Lactobacillus
reuteri.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 2


BAB
PROBIOTIK 2

2.1 Pengertian Probiotik


Konsep probiotik mungkin diperkenalkan sekitar pada
tahun ke 1908, ketika Eli Metchnikoff sebagai pemenang Nobel
menyatakan bahwa umur panjang petani Bulgaria dihasilkan dari
konsumsi produk susu fermentasi. Istilah “probiotik” pertama
kali digunakan pada tahun 1965, oleh Lilly dan Stillwell untuk
menggambarkan zat yang dikeluarkan oleh satu organisme dan
telah merangsang pertumbuhan organisme lain (Gupt & Garg,

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 3


2009). Istilah ini berasal dari kata Yunani, yang berarti 'hidup'
(Reid et al., 2003). Definisi umum menurut FAO/WHO (2002)
menggambarkan probiotik sebagai tambahan makanan mikroba
yang menguntungkan mempengaruhi fisiologi host dengan
memodulasi sistem kekebalan tubuh serta meningkatkan
keseimbangan gizi dan mikroba dalam saluran usus.
Probiotik atau probiotica berasal dari bahasa Yunani yaitu
“untuk hidup”. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang
diberikan dalam jumlah adekuat (FAO/WHO, 2001) sehingga
memberi manfaat bagi kesehatan manusia (Hemaiswarya et al.,
2013). Diperjelas oleh Fuller (1989) mendefinisikan probiotik
sebagai suplemen pangan berupa mikroba hidup yang dapat
memberikan manfaat bagi kesehatan inangnya melalui perbaikan
keseimbangan mikroflora intestinal saat masuk dalam saluran
pencernaan.

Mikroflora pada konteks ini diartikan sebagai keseluruhan


mikrooganisme yang secara normal berasosiasi dengan suatu
lingkungan, dalam hal ini adalah saluran pencernaan hewan
monogastrik dan saluran pencernaan manusia (ISAPP, 2009).
Saluran pencernaan memiliki berbagai jenis populasi
mikroorganisme yang berbeda-beda, selanjutnya disebut sebagai
mikroflora saluran pencernaan. Peran simbiotik beberapa
kelompok bakteri dapat mendukung kesehatan tubuh, salah satu
contoh seperti mencegah kolonisasi bakteri pathogen.

Probiotik yang biasa digunakan terdiri dari mikroba hidup,


dimasukkan ke dalam tubuh manusia atau hewan secara oral.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 4


Mikroba hidup tersebut diharapkan mampu memberikan
pengaruh positif terhadap kesehatan dengan cara memperbaiki
sifat-sifat yang dimiliki mikroflora alami di dalam tubuh
manusia. Liong (2008) menyatakan, umumnya probiotik
ditunjukkan untuk memelihara kesehatan manusia pada saluran
pencernaan melalui keseimbangan mikroflora dan stimulasi
fungsi imun.
Keseimbangan mikroflora dicapai saat kelompok bakteri
non patogen mampu mendominasi saluran cerna. Dominasi
bakteri asli atau indigenous memberikan efek terhadap saluran
cerna yakni menunjukkan saluran cerna dalam kondisi sehat
dikenal dengan istilah “friendly bacteria”. Saluran pencernaan
dalam kondisi sehat merupakan pendukung utama kesehatan
tubuh secara keseluruhan. Sebaliknya ketika kondisi bakteri
indigenous saluran cerna tidak seimbang dapat meningkatkan
resiko munculnya penyakit tertentu.

Penyakit akibat kontaminasi bakteri patogen melalui


makanan dan minuman bukan hal asing lagi. Adapun probiotik
seringkali direkomendasikan oleh dokter, dan lebih sering lagi
oleh ahli nutrisi, setelah pengkonsumsian antibiotik, atau sebagai
bagian dari pengobatan infeksi saluran cerna. Probiotik sangat
menyehatkan saluran pencernaan karena memiliki sifat menekan
pertumbuhan dengan melakukan daya saing terhadap bakteri non
patogen, dan tahan terhadap antibiotik (Saarela et al., 2000).
Aspek fungsional seperti kemampuan hidup dan tahan dalam
saluran pencernaan, dan dapat diaplikasikan di dunia industri
(Prodo et all., 2008).

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 5


Probiotik banyak disediakan dalam sumber alaminya
seperti Lactobacillus dalam produk kesehatan, baru-baru ini
sasaran studi penelitian banyak mengarah pada probiotik yang
ternyata juga perkembangannya cukup pesat seperti dalam
bidang agikultura baik di bidang kedokteran hewan, perikanan,
pertanian, dan peternakan. Ditemukan pula tablet dan kapsul
yang berisikan bakteri dalam kondisi dibekukan. Akan tetapi
bentuk paling umum dari probiotik adalah produk makanan dan
minuman seperti yoghurt (Jasper et al., 1984). Yoghurt dijadikan
suplemen makanan berfungsi sebagai agen pencegah suatu
penyakit. Makanan dan minuman yang memiliki dampak positif
terhadap kesehatan dikenal dengan istilah pangan fungsional.

Badan POM mendefinisikan pangan fungsional merupakan


pangan yang secara alamiah maupun telah melalui proses,
mengandung satu atau lebih senyawa dan berdasarkan kajian-
kajian ilmiah dianggap mempunyai fungsi-fungsi fisiologis
tertentu bagi kesehatan. Serta dikonsumsi sebagaimana layaknya
makanan atau minuman, mempunyai karakteristik sensori berupa
penampakan, warna, tekstur dan cita rasa yang dapat diterima
oleh konsumen. Selain tidak memberikan kontraindikasi dan
tidak memberi efek samping pada jumlah penggunaan yang
dianjurkan terhadap metabolisme zat gizi lainnya. Adapun
pangan fungsional menurut The International Food Information
(IFIC) adalah pangan fungsional sebagai pangan yang
memberikan manfaat kesehatan di luar zat-zat dasar. Konsensus
pada The First International Conference on East-West
Perspective on Functional Foods tahun 1996, mengemukakan

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 6


bahwa dikatakan pangan fungsional apabila kandungan
komponen aktif pangan tersebut dapat memberikan manfaat bagi
kesehatan, di luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi
terkandung di dalamnya.
Pangan fungsional secara mudah dapat diartikan sebagai
bahan pangan yang berpengaruh positif terhadap kesehatan
seseorang baik penampilan jasmani dan rohani, selain kandungan
gizi yang dimilikinya. Meskipun mengandung senyawa yang
bermanfaat bagi kesehatan, pangan fungsional tidak berbentuk
kapsul, tablet, atau bubuk yang berasal dari senyawa alami
(Badan POM, 2001).
Pangan fungsional dibedakan dari suplemen makanan dan
obat berdasarkan penampakan dan pengaruhnya terhadap
kesehatan. Fungsi obat terhadap penyakit bersifat kuratif, maka
pangan fungsional hanya bersifat membantu pencegahan suatu
penyakit. Pangan fungsional dapat berupa makanan dan
minuman berasal dari sumber hewani ataupun nabati. Golongan
yang penting dari makanan fungsional mencangkup probiotik,
prebiotik, dan symbiotik (ISAPP, 2009).
Disamping istilah probiotik, ada juga istilah prebiotik. Dari
dua istilah itu, kemungkinan masih banyak orang yang belum
familiar dengan istilah tersebut bahkan mungkin masyarakat
menganggap sama antara probiotik dan prebiotik. Padahal
sebenarnya kedua istilah tersebut berbeda. Produk makanan dan
minuman yang dipasarkan sebagian banyak menambahkan un-
sur prebiotik seperti yoghurt dan biskuit (Nur, 2011). Prebiotik
sendiri merupakan karbohidrat yang tidak dicerna tubuh, namun

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 7


dapat dicerna oleh mikroba menguntungkan dalam tubuh,
sehingga meningkatkan kesehatan. Sedangkan gabungan dari
probiotik dan prebiotik dinamakan symbiotik (Liong, 2008;
Hardy, 2013; Britton 2017).
Kelangsungan hidup bakteri probiotik juga bergantung
pada unsur prebiotik yang dibutuhkan oleh probiotik tersebut,
seperti oligosakarida kedelai (kandungan rafinosa dan stakiosa),
fruktooligosakarida (atau nama lainnya oligofruktosa), Inulin,
laktulosa dan Laktosukrosa. Bentuk alami dari prebiotik yang
memiliki kandungan itu berupa biji-bijian, sayuran (asparagus,
brokoli), buah-buahan, bumbu masak seperti daun prei, bawang
putih, bawang merah, dan produk olahan kedelai seperti susu
kedelai, tempe, tahu, tauco (Nur, 2011).
Probiotik adalah makanan minuman suplemen yang
tersusun dari bateria hidup dikunsumsi secara oral, menghasilkan
keuntungan terhadap kesehatan lebih dari pada makanan normal.
Prebiotik adalah bahan makanan tak dapat dicerna yang
memperbaiki tingkat kesehatan konsumen dengan cara
menstimulasi secara selektif pertumbuhan dan aktivitas
metabolik dari sejumlah kecil mikrobia di dalam kolon.
Symbiotik adalah produk makanan yang merupakan gabungan
dari probiotik dan prebiotik. Kelompok makanan dan minuman
tergolong probiotik itu diperkaya dengan mikroflora yang
membantu dalam pencernaan (Lyra et al., 2010; Hardy et al.,
2013).
Makanan dan minuman probiotik yang tergolong sebagai
bagian dari pangan kini mudah sekali untuk mendapatkan dari

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 8


tukang penjaja atau retail outlet, disupermarket, grosir dan toko
makanan kesehatan. Probiotik lebih banyak ditemui oleh
konsumen dalam bentuk poeder, tablet dan minuman yang
basisnya air susu. Salah satunya orang lebih mudah memperoleh
yoghurt mengandung probiotik Lactobacillus acidophilus.
Yoghurt mudah didapat, namun masih dipertanyakanapakah
yoghurt tersebut dibeli karena untuk kesehatan atau sekedar
minuman yang enak dan segar.
Kondisi diatas menyebabkan orang tidak perduli apakah
mikroorganisme yang dikandung dalam yoghurt tersebut
memenuhi persyaratakan kesehatan atau tidak. Selama ilmuan
masih skeptis terhadap yoghurt tersebut, bagaimana mungkin
konsumen masih mengharapkan efek dari “acidophilus” bagi
kesehatan mereka. Masih banyak konsumen membeli yoghurt
bukan karena efek probiotiknya, namun lebih kepada karakter
organoleptik dan reologi dari produk susu tersebut. Hal ini
tercermin dari hasil observasi yoghurt dipasaran kota-kotabesar
di Jawa, lebih teliti lagi di Bandung, bahwa dari 200 produk
yoghurt yang disurvei lebih banyak tidak emmenuhi persyaratan
yoghurt kesehatan, namun kebih banyak kepada memilih yoghurt
yang baik di tinjau dari segi cita rasa. Jumlah mikroorganisme
yang terkandung didalamnya jauh lebih rendah dari jumlah
seharusnya dan banyak mengandung mikroorganisme yang
sudah mati sehingga manfaat probiotik tidak didapat secara
maksimal.
Penggunaan probiotik sebagai imbuhan atau pada manusia
sebagai minuman kesehatan sangat prospektif karena berbagai

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 9


efek positif yang ditimbulkannya. Probiotik merupakan
mikroorganisme indigenous hidup yang bila diberikan pada
manusia dapat merangsang perkembangan mikroorganisme yang
ada melalui kegiatan yang sinergisyik. Sebagai imbuhan
probiotik dilatarbelakangi ileh berbagai hasil penelitian bahwa
dalam usus terutama usus besar monogastrik, terdapat
mikroorganisme, walaupun sangat terbatas. Mikroorganisme ini
didalam usus tinggal dalam suatu ekosistem yang komponennya
terdiri atas makhluk biotik dan benda non biotik. Umumnya
mikrooganisme dalam sistem ini membentuk koloni.
Diperkirakan jumlah spesies dalam usus mencapai 400 spesies.
Diantaranya 400 spesies ini ada yang antagonistik artinya
organisme tersebut akan menurunkan jumlah organisme lainnya,
ada yang sinergistik artinya ada ketergantungan satu dengan yang
lain sehingga keduanya dapat berkembang. Metabolisme setiap
spesies sangat spesifik, sehingga metabolisme keseluruhannya
sangat luas. Metabolisme ini sebagaian besar menguntungkan,
namun ada juga secara terbatas berupa “detrimental” yakni
merugikan inang. (Rowland, et al. 1985). Bila mikrooganisme
yang patogen masuk, maka yang merupakan detrimental semakin
berkembang dan lebih banyak.
Pada manusia terutama di kota beban kerja meningkat, pola
hidup tidak sehat menyebabkan orang mudah sakit. Untuk
mengatasinya probiotik sangat diperlukan. Dengan demikian
kesehatan akan lebih terjaga. Para peneliti juga percaya bahwa
mikroorganisme berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan ada beberapa manfaat probiotik

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 10


dalam tubuh. Pertama, mencegah terjadinya kanker yaitu dengan
menghilangkan bahan prokarsinogen (bahan penyebab kanker)
dari tubuh dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh. Kedua,
dapat menghasilkan bahan aktif anti tumor. Ketiga, memproduksi
berbagai vitamin [thiamin (B1), riboflavin (B2), piridoksin (B6),
asam folat, sianokobalamin (B12)] yang mudah diserap ke dalam
tubuh. Keempat, kemampuannya memproduksi asam laktat dan
asam asetat di usus dapat menekan pertumbuhan bakteri E coli
dan Clostridium perfringens penyebab radang usus dan menekan
bakteri pathogen lainnya, serta mengurangi penyerapan ammonia
dan amina. Kelima, berperan dalam penurunan kadar kolesterol,
dimana difidobakteria menghasilkan niasin yang memberi
kontribusi terhadap penurunan kolesterol tersebut.
Probiotik sejauh ini sudah diteliti mengenai efeknya di
dalam pencegahan dan terapi penyakit gangguan saluran
pencernaan serta alergi. Produk probiotik yang kita kenal selama
ini seperti yoghurt, susu, miso, tempe, dan produk kacang
kedelai, dikonsumsi secara luas oleh masyarakat. Namun saat ini
masyarakat sendiri tidak terlalu mengerti apa manfaat yang
mereka dapatkan setelah mengonsumsi probiotik tersebut.
Probiotik atau ‘Bakteri baik’ memiliki peranan penting
untuk membangun sistim kekebalan tubuh dengan meningkatkan
sistim kekebalan di mukosa usus serta melindungi dari ‘bakteri
jahat’ yang dapat menyebabkan penyakit. Probiotik juga
berperan di dalam pencernaan dan penyerapan nutrisi ke dalam
tubuh. Selain melindungi tubuh dari ‘bakteri jahat’. Probiotik
saat ini memiliki beberapa peranan di dalam dunia kesehatan,

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 11


diantaranya adalah membantu mengatasi diare (terutama yang
disebabkan oleh rotavirus), mencegah dan mengatasi infeksi
saluran kemih atau infeksi pada saluran reproduksi wanita,
menangani Irritable Bowel Syndrome (IBS), mencegah dan
mengatasi dermatisis atopik bagi anak-anak dan mengurangi
rekurensi atau kekambuhan dari kanker kandung kemih.
Bahkan penelitian yang dilakukan oleh beberapa perguruan
tinggi menunjukkan bahwa probiotik memiliki potensi anti-
inflamasi atau anti-peradangan yang dilihat dari menurunnya
kadar serum C-Reaktive Protein (CRP) dan penurunan jumlah
bakteri yang mampu merangsang produksi dari sitokin
proinflamasi di sel mononuclear darah tepi.
Sesungguhnya untuk manusia probiotik dapat digunakan
sebagai obat untuk penyakit Pseudomembraneous colitis dan
sebagian besar (30%) berhasil dalam menyembuhkan diarrhea
yang berkaitan dengan penggunaan antibiotik. Pada kondisi
penyakit di atas Clostridium difficille tumbuh berlebihan,
kolonisasi bakteri pathogen rusak dan terbentuk dua jenis toksin
yaitu enterotoxin dan cytotxin yang menyebabkan sakit (Hentges,
1992). Penyakit ini biasanya diobati dengan antibiotik
vancomycin dan metronidazole yang tidak mengembalikan
resistensi kolonisasi, sehingga kebanyakan tidak sembuh ternyata
probiotik dapat menyembuhkannya (Corthier, 1997). Pada
kondisi lactose intolerance dan gagal mencerna laktosa yang
merupakan menurunnya mekanisme fisiologik akibat rendahnya
lactase, dapat diperbaiki dengan menggunakan secara teratur
probiotik yang mengandung bakteri asam laktat bahkan jenis

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 12


probiotik ini dapat merupakan antimutagenic dan antitumor
(Marteau et.al., 1997 ; Hasono, et. al. 1997).
Konsep probiotik dikembangkan dari sebuah teori
autointoksikasi, dikemukakan oleh seorang ilmuwan Rusia
penerima Nobel Biologi tahun 1908 yaitu Elie Metchnikoff.
Menurutnya, secara perlahan pembusukan (putrefekasi) oleh
bakteri dalam usus besar menghasilkan senyawa-senyawa
beracun yang memasuki peredaran darah disebut sebagai proses
“auto intoksikasi”. Proses inilah yang menyebabkan penuaan dan
beberapa penyakit degeneratif. Elie Metchnikoff meyakini bahwa
tingginya usia hidup warga suku-suku pegunungan di Bulgaria
merupakan hasil dari konsumsi produk susu fermentasi. Bakteri
yang ikut terkonsumsi bersama produk tersebut kemudian
mampu tinggal di usus dan berpengaruh positif terhadap
mikroflora di saluran pencernaan dengan cara menurunkan efek
toksik dari mikroorganisme yang merugikan (Casas &
Dobrogosz, 2000).
Probiotik sebelumnya telah dibahas yakni memberikan
manfaat kesehatan pada host secara nyata, akan lebih bagus
apabila dikombinasi dengan prebiotik (dietary fiber/karbohidrat),
juga berdasarkan penelitian Casas & Dobrogosz (2000) bahwa
probiotik memberikan manfaat kesehatan pada host baik manusia
dan hewan melalui produk yang dihasilkan dari fermentasi
anaerob, untuk melindungi host masing-masing dari berbagai
penyakit yang disebabkan oleh agen biologi (bakteri, virus,
jamur, dan protozoa), dan bahan kimia tertentu (methotrexate,
asam asetat), atau stres lingkungan (dingin stres). Ada lagi

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 13


banyak bukti mendokumentasikan kemampuan kekebalan-
modulasi oleh bakteri probiotik (Britton, 2017).
Fuller (1992) menyimpulkan bahwa mekanisme kerja
probiotik yakni sebagai berikut:
 Kompetisi untuk reseptor perlekatan pada mukosa usus
Mikroflora normal (indigenous) pada saluran
pencernaan manusia mempunyai kemampuan menghambat
koloni bakteri yang tidak menguntungkan, disebut sebagai
Competitive Exclusion (CE) yaitu antara mikroflora normal
berkompetisi dengan mikroorganisme patogen yang melekat
pada mukosa usus dan memproduksi volatile fatty acid
(VFA). Proses ini juga diteliti oleh Jin et al., 1996 dalam
Griggs and Jacob (2005), kejadian kompetisi probiotik
dengan mikroorganisme patogen diketahui dari koleksi
mikroba pada caecum anak ayam yang mendapat perlakuan
native mikroflora (mikroflora yang berasal dari usus),
menunjukkan jumlah yang lebih kecil pada Salmonella
dibandingkan anak ayam yang tidak mendapat perlakuan
native mikroflora. Lebih lanjut Watkins and Miller (1983)
dalam Gunawan Sundari (2003) melaporkan bahwa bakteri
patogen dalam feses ayam jumlahnya berkurang setelah
diberi Lactobacillus secara teratur. Hal ini membuktikan
bahwa Lactobacillus mencegah tumbuhnya jamur dan
menekan pertumbuhan E. coli serta bakteri patogen di
dalam usus halus.
 Kompetisi untuk mendapatkan nutrient

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 14


Selain proses perlekatan mikroflora pada epitel usus,
untuk mendapatkan nutrisi maka bakteri yang tumbuh
membentuk koloni menggunakan nutrisi yang sebenarnya
juga dibutuhkan oleh bakteri patogen. Kompetisi pun terjadi
sehingga untuk memenangkannya mikroflora menghasilkan
metabolit yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
patogen.
 Meningkatkan fungsi barier dan pencegahan infeksi

Usus merupakan organ imunitas tubuh terluas dan


merupakan nodus potensial terbesar untuk meningkatkan
reaksi inflamasi yang dapat menimbulkan kerusakan pada
organ yang lain. Namun usus dilengkapi dengan barier yang
dapat memberikan respon imunitas terhadap reaksi inflamasi
dengan meningkatkan ekspresi sitokin proinflamasi dan
antiinflamasi. Saat respon proinflamasi tidak diimbangi
dengan sitokin antiinflamasi maka terjadilah systemic
inflammatory response syndrome (SIRS) yang tidak
terkontrol yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan.

 Pengaktifan respon imun

Kultur probiotik dapat meningkatkan immunoreactive


sel tertentu misalnya lymphocytes. Meningkatkan respon
imun spesifik dan non spesifik sehingga dapat mengaktifkan
macrophages, meningkatkan cytokine, meningkatkan
aktivitas sel pembuluh alami, dan terus meningkatkan
immunoglobulins. Pada beberapa penelitian sudah
menunjukkan peningkatan sistem kekebalan dari hewan coba

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 15


yang sudah terinfeksi kemudian diberikan konsumsi kultur
probiotik dibandingkan dengan hewan yang terinfeksi
dengan hanya mengkonsumsi makanan sehat saja. Hasil
yang dikumpulkan sejauh ini menyatakan bahwa probiotik
dapat menyediakan suatu alat tambahan untuk membantu
tubuh melindungi dirinya sendiri. Efek biologi yang nyata
berhubungan dengan sistem imunitas adalah kemampuan
bakteri probiotik melawan bakteri dan virus patogen. Hal ini
diketahui bahwa probiotik dapat memperbaiki sistem
metabolisme mikroflora sehingga dapat mengurangi jumlah
bakteri patogen.

 Induksi aktif toleransi imunologik


Peran probiotik dalam respon imunologik didasari
pada induksi aktif dari respon imunologik, dimulai dari
sistem imun innate dan mengarah pada pengembalian
kondisi tubuh manusia pada kondisi “Th1-Th2” yang
seimbang.
 Imunomodulator

Ada dua tipe Imunomodulator dalam sistem imun


yakni “immunostimulant” dan “immunosuppressants”.
Sebagian besar obat tidak hanya bekerja terhadap satu
reseptor saja, sehingga sering dalam waktu yang sama zat ini
bekerja sebagai immunosuppressants dan dalam waktu yang
sama juga sebagai immunostimulant, namun targetnya
berbeda dalam sistem imun.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 16


Manfaat probiotik bagi kesehatan tubuh dapat melalui 3
(tiga) mekanisme: Pertama, Fungsi protektif, yaitu
kemampuannya untuk menghambat patogen dalam saluran
pencernaan. Terbentuknya kolonisasi probiotik dalam saluran
pencernaan, mengakibatkan kompetisi nutrisi dan lokasi adhesi
(penempelan) antara probiotik dan bakteri lain, khususnya
patogen. Pertumbuhan probiotik juga akan menghasilkan
berbagai komponen anti bakteri (asam organik, hidrogen
peroksida, dan bakteriosin yang mampu menekan pertumbuhan
patogen) (Rahayu, 2008; Collado et al., 2009). Kedua, Fungsi
sistem imun tubuh, yaitu dengan peningkatan sistem imun tubuh
melalui kemampuan probiotik untuk menginduksi pembentukan
IgA, aktivasi makrofag, modulasi profil sitokin, serta
menginduksi hyporesponsiveness terhadap antigen yang berasal
dari pangan. Ketiga, Fungsi metabolit probiotik yaitu metabolit
yang dihasilkan oleh probiotik, termasuk kemampuan probiotik
mendegradasi laktosa di dalam produk susu terfermentasi
sehingga dapat dimanfaatkan oleh penderita lactose intolerance
(Rahayu, 2008).

Efek Probiotik terhadap kesehatan antara lain:


penanggulangan diare (Salazar et al., 2007; Collado et al., 2009),
menstimulasi sistem kekebalan (immune) tubuh (Isolauri &
Salminen, 2008), menurunkan kadar kolesterol (Lee et al., 2010),
pencegahan kanker kolon dan usus (Brady et al., 2000; Pato,
2003; Liong, 2008), dan penanggulangan dermatitis atopik pada
anak-anak (Torii et al., 2010), menanggulangi penyakit irritable
bowel syndrome (Malinen et al., 2010; Lyra et al., 2010),

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 17


penatalaksanaan alergi (Vanderhoof, 2008), pencegahan dan
penanganan penyakit infeksi (Wolvers et al., 2010). Efek
probiotik terhadap kesehatan dan mekanismenya dalam tubuh
disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Efek Probiotik terhadap Kesehatan dan Mekanisme

Manfaat Fungsi Mekanisme

Membantu dalam a. Irritable bowel - Perubahan populasi


sistem atau aktivitas dari
Pencernaan syndrome,
mikroflora usus
mengurangi gejala
saluran cerna
(konstipasi, diare
non patogenik,
flatulensi, kram,
nafas yang berbau
penyebab dari
gangguan
pencernaan)
b.Intoleran - Pemindahan mikroba
terhadap laktosa laktase ke usus halus

Sebagai a. Alergi (eksema - Translokasi, efek


pertahanan tubuh
atopik, alergi Barrier
terhadap susu,
rematik artritis)

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 18


b. Kariogenik
- Perubahan populasi,
aktivitas mikroflora
oral atau yang
menempel pada gigi

- Penyerapan mutagen,
c.Karsinogenik,
merangsang sistem
mutagenik, tumor
imun, penghambatan
produksi karsinogen
oleh mikroflora usus
- Kompetisi
d. Diare karena pengeluaran,

penggunaan translokasi/efek

antibiotika, diare barrier, meningkatkan


yang disebabkan
respon imun
oleh Rotavirus,
Kolitis yang
disebabkan oleh
C. difficile, diare
nosokomial

e. Peradangan
usus, Kolitis
ulserasi, Penyakit
- Penurunan
Crohn’s
regulasi respon
imun
f. Pertumbuhan
bakteri usus yang

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 19


berlebihan - Aktivitas
antimikroba,
pengeluaran kompetisi
g. Imunomodulasi
(status imun,
respon vaksin) - Interaksi dengan
sel imun untuk
meningkatkan
aktivitas pagositosis
dari sel darah putih,
meningkatkan IgA
setelah kontak
dengan antigen.
Meningkatkan
proliferasi lekosit
intra epitel, regulasi
Th1/Th2, induksi
h. Vaginosis, sitosis sitokin
infeksi saluran
kemih - Aktivitas
antipatogenik,
pengeluran kompetisi

Manfaat lainnya a. Menurunkan - Dekonjugasi garam


empedu
kolesterol darah
- Penghambatan
b. Endotoksemia produksi endotoksin
oleh mikroflora usus
dengan sirosis
- Unsur seluler atau
peptida yang berasal
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 20
c. Hipertensi dari aktivitas
fermentasi
-Penghambatan ACE
(Angiotensin
Converting Enzyme)
- Perubahan
pencernaan yang
mempengaruhi
pemecahan oksalat
d. Batu ginjal

Sumber : Sanders (2003) dalam Toma dan Pokrotnieks (2006)

2.2 Mekanisme Kerja Probiotik


Tannock (1999) mengemukakan bahwa sudah demikian
banyak mikrobiota yang digunakan, namun sejauh ini belum
termasuk daftar obat dan sementara itu baru digunakan secara
intensif pada ternak. Kerja utama dari mikrobiota ini lebih
banyak berupa hipotesis yang masih harus diuji kebenarannya.
Akan tetapi fakta menunjukkan manfaat dari probiotik itu sendiri
sangat banyak baik bagi kesehatan manusia, kesehatan hewan,
produktivitas ternak, ikan dan bahkan untuk tanaman. Pada
hewan para peneliti telah menemukan bahwa koloni bakteri di
saluran pencernaan penting untuk kesehatan, diantaranya efek
fisiologis sistem imunitas, sistem intestinal, sistem urogenital,
menurunkan efek alergi, dan manfaat-manfaat lainnya.
a. Kompetisi Untuk Reseptor Perlekatan Pada Mukosa Usus
Mikroflora indigenous saluran pencernaan memiliki
kemampuan dalam menghambat kolonisasi dari serbuan bakteri
yang tidak menguntungkan. Aktivitas ini dikenal sebagai
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 21
competitive exclusion (CE). Prosesnya dapat dijelaskan yaitu
antara patogen indigenous mikroflora (existing mikroflora)
berkompetisi dengan mikroorganisme patogen yang melekat
pada mukosa usus memproduksi VFA (volatile fatty acid).
Proses ini juga diteliti oleh Soerjadi et. al., 1982; Stavric et. al.,
1987 dalam Wallace and Chesson (1995), kejadian kompetisi
probiotik dengan mikroba patogen diketahui dari koleksi
mikroba pada caecum anak ayam yang mendapat perlakuan
native mikroflora (mikroflora yang berasal dari usus),
menunjukkan jumlah yang lebih kecil pada Salmonella atau
E.coli dibandingkan anak ayam yang tidak mendapat perlakuan
native mikroflora. Hal yang sama juga didapatkan pada
penelitian dengan menggunakan anak babi yang mendapat
perlakuan dengan L. Lactis, dari tes pada ceca menunjukkan
hasil adanya Lactobacillus dalam jumlah yang lebih tinggi dan
jumlah E.coli yang lebih rendah dibandingkan dengan control
anak babi yang tidak mendapat perlakuan (Muralidhara et. al.,
1977 dalam Wallace and Chesson 1995). Ternyata terjadi
translokasi yang sangat cepat dalam usus. Hasil penelitian
mikroba pathogen adalah non indigenous sehingga merupakan
benda asing, oleh karena itu didesak keluar dari saluran
pencernaan. Dengan demikian, mekanisme probiotik dalam usus
ialah mempertahankan keseimbangan, mengeliminasi
mikroorganisme yang tidak diharapkan atau bakteri patogen dari
induk semang (Gambar 1).
Proses translokasi ternyata dilakukan cukup tepat, seperti
dibuktikan oleh Beng (1992) yang menunjukkan bahwa dalam

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 22


waktu tidak terlalu lama terjadi pergeseran ekosistem. Adapun
proses penelitiannya sebagai berikut:
100

80

60

40

20

0
0 2 4 7 8 10 12 14
Bakteri indegenous E coli
Antibiotika

Mula-mula Berg (1992) memberikan antibitik bacitracin


dikombinasi dengan streptomisin peroral terus menerus pada
hewan percobaan mulai dari hari ke 1 sampai hari ke 4. Tampak
bahwa beberapa saat setelah pemberian antibiotika,
mikroorganisme dalam usus menurun drastis. Sampai pada hari
ke-4 jumlah mikroorganisme dalam usus sudah sangat sedikit.
Pada hari ke-7, ditranslokasi E.coli, sehingga E.coli mencapai
hamper 100% dalam usus. Pada hari itu juga hewan percobaan
diberi probiotik secara oral. Pada hari ke-8 sudah tampak
imbangan antara E.coli dengan probiotik tersebut sekitar 80:20.
Pada hari ke 10 mencapai 40 : 60, pada hari ke 12 menjadi 55 :
45, dan pada hari ke 14 menjadi 60 : 40. Terlihat pada hari ke 6
tidak semua mikroorganisme indigenous usus mati akibat
antibiotik. Diduga sedikit dari mikroflora tersebut sudah

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 23


berusaha mengadakan mutasi, sehinggan resistant terhadap ke
dua antibiotik di atas.
Tidak semua mikroflora indigenous usus dapat dijadikan
probiotik, yang banyak disarankan sebagai probiotik untuk
mogastrik ialah E.coli enterococci, dan terutama Lactobacillus
(Shahani dan Ayebo et. al., 1980; Pollman, et. al. 1980; Barrow
dan Tucker, 1986; Fukata, et. al. 1989). Dengan demikian yang
biasa digunakan ialah mikroflora normal seperti pada hewan
yang sehat yang mampu memelihara kondisi anaerobic,
pembersihan usus oleh enzim kompleks, mengekskresi
perlindungan diri, dan mencegah kolonisasi bakteri patogen.
Pada ruminansia ialah mikroorganisme indigenous rumen yang
mampu merombak serat kasar secara efisien.

b. Kompetisi Untuk Mendapatkan Nutrient


Untuk mendapatkan nutrient, selain adanya proses pelekatan
pada epitel usus, bakteri asam laktat yang tumbuh membentuk
koloni juga menggunakan nutrient yang sebenarnya juga
dibutuhkan oleh mikroba patogen. Namun dalam proses ini,
terjadi kompetisi antara mikroba asam laktat juga menghasilkan
metabolit yang menghambat pertumbuhan mikroba patogen.
Mikroorganisme probiotik terutama terdiri dari strain
Lactobacillus, Bifidobacterium, dan Streptococcus. Lactobacill
merupakan strain bakteri yang berasal dari mikroflora manusia,
biasanya merupakan bagian dari ekosistem usus, namun
jumlahnya bervariasi pada manusia. Bifidobacteria juga
merupakan bagian dari mikroflora usus, namun spesiesnya
berbeda berdasarkan usia; seperti contohnya bayi baru lahir
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 24
sudah memiliki kolonisasi B. breve dan B. infantis, dan
kolonisasi lebih banyak terjadi pada bayi yang mendapatkan ASI
dibandingkan bayi yang mendapatkan susu formula. Namun
bifidobacteria yang dikonsumsi, ketika diberikan sebagai
probiotik, tidak tertahan secara permanen di saluran cerna ketika
konsumsinya dihentikan. Probiotik dapat memperbaiki nutrisi
eternal dengan membantu pematangan intestinal, menghasilkan
nutrient yang tidak dibuat oleh tubuh (missal, vitamin K), dan
memperbaiki integritas mukosa, sehingga akan menurunkan
pemberian makanan melalui intra venous yang merupakan factor
risiko mayor terhadap infeksi bakteri baik pada ternak, manusia
pula telah diperlihatkan efektivitas penggunaan probiotik untuk
meningkatkan feeding toleran pada beberapa kelompok pasien,
namun hanya terdapat sedikit studi mengenai pengaruh probiotik
terhadap nutria pada bayi premature.

c. Meningkatkan Fungsi Barier Dan Pencegahan SIRS


Bayi prematur mewakili situasi khusus penggunaan
probiotik, dimana bayi prematur memiliki oragan yang bekum
matang, seringnya mendapatkan perawatan intensif, mengalami
penundaan pemberian makanan, dan seringnya mendapatkan
antibiotik spectrum luas segera setelah lahir. Beberapa faktor ini
dapat menimbulkan beberapa penyakit pada bayi prematur,
seperti infeksi yang resisten terhadap antibiotik, dan systemic
inflammatory rensponse syndrome (SIRS), diare terkait
penggunaan atibiotik, dan necrotizing enterocolitis (NEC).
Probiotik dapat memberikan beberapa keuntungan bagi bayi
prematur dan membantu mencegah penyakit-penyakit tersebut
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 25
melalui beberapa mekanisme, taitu: kelahiran bayi prematur
memiliki proporsi yang tinggi, terutama yang mempunyai berat
badan lahir sangat rendah, yang mendapatkan perawatan
intensif, dan yang menderita serangan infeksi sistemik dan SIRS
oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik dan jamur. Infeksi-
infeksi tersebut akan meningkatkan risiko penyakit paru kronis
dan kerusakan otak. Usus merupakan organ imunitas tubuh
terluas dan merupakan nidus potensial terbesar untuk memicu
respon inflamasi yang dapat menyebarkan dan menimbulkan
kerusakan pada organ-organ yang lain.
Usus merupakan organ yang dilengkapi barier permukaan
terluas terhadap sel-sel submukosa dimana respon inflamasi
berasal. Respon inflamasi terdiri dari peningkatan ekspresi
sitokin proinflamasi dan antiinflamasi. Ketika respon
proinflamasi tidak diimbangi dengan sitokin antiinflamasi, maka
terjadilah SIRS yang tidak terkontrol, yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan di proksimal dan distal melalui induksi reaksi
katabolic yang bertanggung jawab terhadap kehilangan jaringan
otot lurik dan jaringan lemak. Usus tercatat sebagai organ mayor
penghasil sitokin pada inflamasi sistemik, apakah probiotik
dapat memperbaiki SIRS pada bayi prematur masih hanya
teoritis saja.

d. Pengaktifan Respon Imun


Imunitas saluran pencernaan selama periode neonatal (sejak
kelahiran anak) adalah berbeda antara anak babi dan unggas.
Selama minggu pertama kehidupan, anak babi dilindungi oleh
maternal antibodies dan faktor non-immunological. Stimulasi
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 26
perkembangan sistem imun aktif anak babi dan kemampuannya
dalam merespon mikroba telah menunjukkan kegunaan yang
cukup besar. Penelitian yang dilakukan oleh Sasaki et al. (1987)
dalam Wallace and Chesson (1995) melaporkan adanya sel-sel
lgA-bearing yang lebih besar dalam lamina propia dan jejenum
bagian tengah dan ileum, dan jumlah E. coli yang lebih rendah
dalam setiap bagian usus babi pada umur 5-6 minggu. Babi
tersebut diberi oral secara berkelanjutan setelah kelahiranya
dengan peptidoglycan yang berasal dari Bif. thermophilum dan
disapih pada umur 4 minggu. Tetapi produk fermentasu
Lactobalcillus sp. yang ditambahkan secara bertahap selama 2
minggu sebelum ternak disapih dan pada pecan starter selama 4
minggu setelah ternak disapih, meningkatkan serum igG tetapi
tidak mempengaruhi level serum lgA dibandingkan dengan
perlakuan control (Lassard and Brisson, 1987 dalam Wallace
and Chesson, 1995). Sebaliknya, pemberian dengan Bif.
globosum ke babi selama 5 minggu setelah disapih pada umur 4
minggutidak secara konsisten mempengaruhi respon immune
humoral ke sel darah merah domba atau ovalbumin dan tidak
mempengaruhi reaksi injeksi intradermal dari
phytohemagglutinin (Apgar et al., 1993 dalam Wallace and
Chesson, 1995)
Perlindungan imun pada unggas terkonsentrasi dalam kuning
telur, yang melepaskan antibody langsungke dalam lumen usus
dan menjamin pperlindungan unggas muda melawan infeksi
selama 4 hari pertama setelah menetas. Maternal antibodi igG
diperlukan dalam perkembangan ayam namun secara nyata tidak

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 27


memberikan perlindungan yang signifikan melawan Salmonella.
Demikian juga, mekanisme imun memiliki pengaruh yang kecil
pada awal koloni usus. Penelitian menunjukkan bahwa ternak
yang diberi mikroflora tambahan memiliki immunoglobulin
yang lebih besar dan aktivitas phagocytic, dan dalam hal ini
probiotik dapat mempertinggi kemampuan imunitas.
Probiotik adalah mikroorganisme hidup apatogen yang
mekanisme kerjanya (1) Translokasi yakni mendesak
mikroorganisme non indigenous ke luar dari ekosistem salura
pencernaan dan menggantikan lokasi mikroorganisme patogen di
dalam saluran pencernaan, sebab probiotik berasal dari
mikroorganisme indigenous, sehingga proses translokasi adalah
alamiah dalam ekosistem usus. (2) Induksi aktif dari respon
imunologik.
Probiotik tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem,
namun juga menyediakan enzim yang mampu mencerna serat
kasar, protein, lemak, dan mendetoksifikasi zan racun atau
metabolitnya. Sebagai contoh, enzim yang dihasilkan oleh
probiotik, saminase, polipeptidase, deaminase, dan lain-lain,
yang sangat membantu mencerna pati, serat kasar, protein, dan
lemak. Probiotik mempercepat/menahan aktivitas mikroba yang
menyebabkan pH usus menurun, akibat terbentuknya ammonia
dan metabolisme empedu. Dalam hubungan ini probiotik
mereduksi aktivitas enzim yang dihasilkan Lactobacilli yang
berlebihan dengan cara melisis Lactobacilli tersebut. Selain itu
probiotik meningkatkan nafsu makan, mengekskresi glutamate,
meningkatkan proses absorpsi dalam usus dan mencegah stress.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 28


Sistem Imunitas, probiotik bertanggung jawab pada sistem
imunitas misalnya merangsang sistem daya tahan tubuh baik
selular maupun humoral sehingga dapat melindungi dari infeksi.
Sistem imunitas menyediakan pertahanan yang utama melawan
mikroba patogen. Immunodeficiency dapat menyebabkan
penyakit tertentu seperti kanker, AIDS, leukemia, penyakit
Autoimmune seperti alergi, rematik, inflammatory bowel
diseases juga dapat terjadi apabila sistem imunitas tidak berjalan
dengan sempurna. Kultur Probiotik pada beberapa penelitian
dapat meningkatkan immunoreactive sel tertentu misalnya
lymphocytes. Meningkatkan respon rangsang spesifik dan non-
spesifik sehingga dapat mengaktifkan macrophages,
meningkatkan cytokine, meningkatkan aktivitas sel pembunuh
alami, dan terus meningkatkan immunoglobulins. Sebagai
tambahan, beberapa penelitian sudah menunjukkan peningkatan
sistem kekebalan dari hewan laboraturium yang sudah terinfeksi
dengan hanya mengkonsumsi kultur probiotik dibandingkan
dengan hewan yang terinfeksi dengan hanya mengkonsumsi
makanan sehat saja. Hasil yang dikumpulkan sejauh ini
menyatakan bahwa probiotik dapat menyediakan suatu alat
tambahan untuk membantu tubuh melindungi dirinya sendiri.
Efek Biologi yang nyata berhubungan dengan sistem imunitas
adalah kemampuan bakteri probiotik melawan bakteri dan virus
patogen dan mencegah tumor. Hal ini diduga karena probiotik
dapat memperbaiki sistem metabolisme mikroflora sehingga
dapat mengurangi jumlah bakteri patogen. Penelitian lain
melaporkan bahwa dengan mengkonsumsi probiotik yang

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 29


mengandung Lactobacillus GG maka akan merangsang
phagocytosis dalam meningkatkan sistem imunitas.
Sesungguhnya kerja probiotik adalah melalui mekanisme
kompetisi antara mikroflora yang baik dan yang jahat.
Mekanisme kompetisi dan antagonisme diantara bakteri saluran
cerna juga mampu mempertahankan keseimbangan ekologis
dengan mencegah pertumbuhna berlebihan dari masing-masing
spesies penghuninya. Kompetisi dari reseptor adhesi, kompetisi
makanan, dan produksi senyawa inhibitor (antagonis) juga
merupakan mekanisme yang menghalangi berlebihnya
kolonisasi dan pertumbuhan bakteri. Senyawa inhibitor
(antagonis) tersebut antara lain adalah: asam lemak organik,
hidrogen peroksida, asam laktat, antibiotik, enzim- enzim, dan
bakteriosin. Produksi asam laktat dan Lactobacillus
menghasilkan pH rendah dan menghambat pertumbuhan
bakteri patogen.

e. Induksi Aktif Toleransi Imunologik


Peranan probiotik dalam respon imunologik pada
pencegahan alergi didasari pada induksi aktif dari respon
imunologik, dimulai dari sistim imun innate dan mengarah pada
pengembalian kondisi tubuh manusia pada kondisi “Th1- Th2”
yang seimbang.
Pemberian probiotik dan pencegahan alergi juga merupakan
upaya perbaikan homoestasis sistem biologis penderita yang
ditujukan pada imunomodulasi respon imun dengan
menyeimbangkan respon imun Th1- Th2. Alergi merupakan
bentuk “Th2-disease” yang upaya perbaikannya memerlukan
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 30
pengembalian host pada kondisi “Th1- Th2” yang seimbang.
Konsep induksi aktif toleransi imunologis tersebut probiotik
adalah faktor yang sangat berpengaruh. Probiotik adalah flora
normal saluran cerna yang mampu mengontrol keseimbangan
mikroflora usus dan menimbulkan efek fisiologis yang
menguntungkan kesehatan manusia.
Probiotik juga memiliki kemampuan sebagai aktivator yang
kuat untuk sistem imun innate karena mempunyai molekul yang
spesifik pada dinding selnya. Dalam mikrobiologi, molekul-
molekul spesifik dikenal sebagai pathogen-associated molecular
patterns (PAMPs). Molekul- molekul spesifik PAMPs dikenali
oleh reseptor-reseptor spesifik (specific patterns recognition
receptors, PRRs). Salah satu PAMPs yang ada pada probiotik
adalah lipoteichoic acid (LTA). LTA merupakan molekul yang
secara biologis aktif, merupakan karakteristik dari bakteri gram
positif dan mempunyai dampak biologis.
TLRs dan PRRs (patterns recognition receptors) mamalia
yang berfungsi sebagai sinyal transducer yang berhubungan
dengan CD-14 untuk membantu sel host mengenali patogen serta
melakukan inisiasi kaskade sinyal. TLRs juga membantu
menjembatani sistem imunitas innate ke sistem adaptif dengan
menginduksi berbagai molekul efektor dan ko-stimulator. Semua
TLRs mempunyai B,kstruktur yang sama dan mempunyai
karakter menyalurkan sinyal melalui NF-AP-1 dan MAP
kinases. Efektor hilir dari beberapa TLR, misalnya TLR2 dan
TLR4, adalah adapter protein MyD88 yang berinteraksi dengan
reseptor transmembran melalui domain C-terminal TIR. MyD88

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 31


merekrut Ser/Thr kinase IRAK (IL-IR associated kinase) untuk
membentuk kompleks reseptor. IRAK berhubungn dengan
molekul adapter TNF receptor associated (TRAF6). TRAF6
selanjutnya mengaktivasi MAP3K family member NIK (NF-kB-
inducing kinase) yang akan mengaktifkan NF-kB inhibitor
kinase (IKKs). Degredasi NF-kB inhibitor I-kB melepaskan NF-
kB yang segera translokasi ke nucleus untuk menginduksi
ekspresi gen yang sesuai.

f. Imunomodulator
Imunomodulator ialah zat misalnya obat yang mempunyai
efek terhadap sistem imun. Ada dua tipe imunomodulator dalam
sistem imun yakni “immunostimulants” dan
“immunosuppressant”. Namun sebagian besar obat biasanya
tidak hanya bekerja terhadap satu reseptor saja, sehingga sering
dalam waktu yang sama zat ini bekerja sebagai
immunosuppressant dan dalam waktu yang sama juga sebagai
immunostimulants, namun targetnya berbeda dalam sistem imun
(Spelman K, et al, 2006).
Mekanisme kerja imunomodulator adalah dengan cara
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh alamiah (activated cellular
immunity). Istilah imunomodulator memang masih belum begitu
biasa terdengar di telinga kebanyakan peternak. Obat atau bahan
yang memiliki efek pada respon imun untuk melakukan immuno
modulasi dinamakan imunomodulator.
Imunomodulator bekerja dengan beberapa cara, yaitu
pertama, meningkatkan proses maturity (pematangan) sel-sel
yang berperan dalam imun respon. Kedua, meningkatkan proses
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 32
proliferasi sel, terutama sel-sel macrophages (mempagosit
antigen dan menghancurkan antigen dalam sel) dan lymphocyte
(pembentukan antibody dan membunuh antigen dalam sel)
sehingga jumlahnya menjadi lebih banyak dalam waktu yang
relative singkat. Dengan demikian jumlah antigen yang dapat
diproses meningkat lebih banyaj dan titer antibodi yang
dihasilkan menjadi lebih tinggi. Ketiga, mengaktifkan
complement, sehingga eliminasi antigen dalam sel menjadi lebih
efektif.
Dengan adanya imunomodulator, maka ternak unggas dapat
terhindar dari penyakit-penyakit fatal seperti ND, AI, Mareks,
dll. Dengan kekebalan tubuh yang tinggi, maka segala macam
penyakit tidak akan mampu membunuh ternak unggas, nahkan
sebaliknya justru meningkatkan produktivitas dan memacu
pertumbuhan.
Pada tingkat molekul, sistem imun innate dipusatkan pada
aktivasi B, yang mempunyai kemampuan menginduksi
transkripsi dari beberapa sitokin proinflamasi dan merespon
stimulasi oleh mikroba. Dalam perannya membantu
menjembatani sistem imunitas innate ke sistem adaptif TLR,
mampuu menginduksi respons imun baik kea rah THI maupun
Treg. TLR-2 dan TLR-4 diketahui mempunyai peran penting
dalam polarisasi respons imun oleh paparan mikroba.

2.3 Klasifikasi Probiotik


Mikroorganisme tergolong probiotik jika diantaranya
memiliki karakteristik; resisten terhadap enzim-enzim pankreas,

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 33


asam, dan garam empedu; bersifat non patogen; mampu bertahan
di saluran pencernaan meskipun hanya dalam periode yang
singkat; memproduksi substansi antimikroba; memodulasi respon
imun; memiliki pengaruh terhadap aktivitas metabolisme;
mampu menempel pada dinding mukosa usus; berkemampuan ko
agregasi dan membentuk flora normal yang seimbang; efek
kesehatannya telah terbukti melalui penelitian-penelitian ilmiah
(Dunne et al., 1999; Habil et al., 2014).
Agar suatu probiotik efektif dalam memberikan efek
kesehatan maka disyaratkan berasal dari manusia (human origin),
mampu berkolonisasi disaluran pencernaan dan dapat melawan
bakteri patogenik dan kariogenik, telah teruji secara klinis aman
dikonsumsi, serta mikroorganisme probiotik tersebut tetap hidup
selama pengolahan dan penyimpanan. Selain itu konsumsi harus
dilakukan secara teratur sebanyak 100-150 ml produk (berisi
106/ml bakteri hidup) setiap 2 dan 3 kali dalam seminggu (Shah,
2007).
Kajian probiotik cukup menarik dengan terus
dikembangkan penelitian-penelitian baru terkait penggunaan
mikroorganisme yang diisolasi dari usus manusia. Berbagai
macam variasi bentuk probiotik tidak sebatas produk probiotik
yang terdiri dari makanan dan minuman saja akan tetapi juga
tablet dan kapsul. Didalam perkembangan mikroorganisme
penyebab penyakit, hal ini memberikan kecendrungan untuk
mencoba “clinical trial” dalam rangka memperbaiki efek jelek
dari antibiotik dengan memanfaatkan probiotik (Britton, 2017).).

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 34


Dibidang penyakit, beberapa kelompok menetapkan
Shirota-ism yang intiknya lebih baik mencegah dari pada
mengobati. Dasar pemikiran tersebut dicetus oleh dokter Minoru
Shirota, yang berprinsip (1) Mencegah penyakit lebih baik
daripada mengobati, (2) Usus yang sehat menyebabkan panjang
umur, (3) Meningkatkan kesehatan seseorang dengan biaya
terjangkau. Salah satu produk Shorita-ism yang terkenal yakni
Yakult, dimulai dari Jepang dengan menyebarluaskan manfaat
minuman probiotik tersebut sebagai agen pencegah penyakit ke
seluruh dunia.
Mikroorganisme yang digunakan sebagai probiotik yakni
bakteri, khamir atau ragi, mould dan mungkin juga beberapa
protozoa serta metazoa (Britton, 2017). Probiotik dari bakteri
hampir banyak ditemukan dari golongan bakteri asam laktat
(BAL), dan sejauh ini yang paling banyak diterima untuk
dikonsumsi bakteri dari genus Bifidobacterium dan
Lactobacillus.
Mikroflora normal khususnya dari genus bifidobacteria
dan lacatobacillus mempunyai aktivitas antimikroba yang
berpengaruh terhadap imunitas lokal dan sistemik. Kedua genus
tersebut dapat menghambat atau berkompetisi kolonisasi bakteri
patogen, juga berperan serta dalam sekresi zat-zat musin melalui
aktivasi gen MUC2 dan MUC3 yang berpotensi sebagai
antimikroba yakni penghambat perlekatan bakteri patogen pada
barier usus (Roos & Jonsson, 2002).
Bifidobacteria dan Lactobacilli dapat diidentifikasi
berdasarkan identifikasi genus dan identifikasi spesies. Anggota

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 35


genus Bifidobacteria dapat diidentifikasi dengan menggunakan
media kultur padat. Namun hanya beberapa media yang mempu
mengidentifikasi Bifidobakteria secara akurat melainkan dengan
menggunakan media Beerens agar dan Rogosa SL agar yang
diinkubasi selama 3 hari dan hasilnya ternyata cukup baik.
Sedangkan dari anggota genus Lactobacilli dapat diseleksi
menggunakan media kultur padat yang memiliki pH asam seperti
Rogosa SL agar, namun berbeda dengan strain Lactobacilli yang
digunakan dalam industri susu karena dapat dikultur pada
mikroaerofilik atau bahkan dalam kondisi aerob, akan tetapi
isolat dari usus lebih pada kondisi anaerob (Tannock G. W.
1999).
Identifikasi secara tradisional dilakukan berdasarkan
morfologi sel, analisis produk fermentasinya dan dibandingkan
dengan aktivitas enzim yang sejenis, serta kemampuannya
memanfaatkan berbagai substrat karbohidrat. Aplikasi
menggunakan cara ini biasanya dapat dalam menentukan
klasifikasi dan identifikasi BAL, namun lebih baik lagi apabila
hasil yang diberikan berdasarkan analisis laboratorium. Seperti
halnya pada kultur media selektif dan tes fenotipik mampu
mendifferensiasi secara morfologi bakteri Lactobacilli dari
bakteri lain melalui teknologi molekuler. Dengan teknologi
molekuler terjadi perubahan yang sangat besar dalam klasifikasi
bakteri.
Teknologi molekular antara lain digunakannya ribosomal
RNA (rRNA). Gene. 16S dan 23S yang diatur dalam kromosom
bakteri, dapat digunakan sebagai model untuk identifikasi yang

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 36


akurat dari spesies Lactobacillus. Atas dasar teknologi tersebut,
maka ada tiga kelompok spesies Lactobacilli yakni kelompok A,
B, dan C. Kelompok A terdiri atas dua subkelompok yakni
obligat homofermentatif dan fakultatif homofermentatif.
Kelompok B terdiri atas tiga subkelompok yakni kelompok
obligat homofermentatif, fakultatif homofermentatif, dan obligat
heterofermentatif, sedangkan kelompok C hanya obligat
heterofermentatif.
Sejauh ini yang telah digunakan sebagai probiotik yakni
Lactobacillus lactis, Lactococcus cremoris, Lactococcus
diacetylactis, Leuconostoc cremoris, Leuconostoc lactis,
Lactobacillus helveticus, Lactobacillus acidophilus,
Lactobacillus casei, dan Streptococcus sp. digunakan untuk
produksi keju, susu fermentasi, pembuatan krim dan mentega.
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus
digunakan untuk pembuatan yoghurt. Fermentasi daging dan
ikan digunakan Lactobacillus plantarum dan Pediococcus
acidilactici, sedangkan Lactobacillus reuteri secara luas
digunakan sebagai probiotik bakteri untuk kesehatan manusia
dan hewan (Gilliland, 1990; Karna et al., 2007).
Produk strain probiotik yang umum digunakan saat ini
berdasarkan grup filogenetik, terdapat 3 kelompok yakni (1)
Kelompok filogenetik A (16S rRNA) yang terdiri atas dua
subkelompok yakni obligat homofermentatif dan fakultatif
heterofermentatif, (2) Kelompok filogenetik B terdiri atas tiga
subkelompok yakni kelompok obligat homofermentatif,
fakultatif homofermentatif, dan obligat heterofermentatif, dan (3)

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 37


Kelompok C terdiri atas satu subkelompok yakni obligat
heterofermentatif. Namun di Indonesia spesies yang dianggap
baru antara lain L. Acidophylus, L. Amylophillus, L. casei
Shirota, L. casei immunitas, L. johansonii, L. plantarum, L.
reuteri (Holzaprel et al., 1998). Isolasi dan identifikasi probiotik
dilakukan dari produk-produk hasil fermentasi, dilakukan
berdasarkan karakter isolat dan morfologi koloni serta jenis gula
yang dapat digunakan. Isolat yang diperoleh dapat digunakan
untuk mengembangkan potensi manfaat produk makanan
fermentasi baru, farmasetika, pakan, dan untuk aplikasi lainnya.
Sementara itu Tannock G.W. (1999) mengidentifikasi genus
Lactobacillus secara lengkap dapat dijabarkan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Lactobacillus spesies


Kelompok filogenetik A (16S rRNA)

Obligat Homofermentatif Fakultatif Heterofermentatif

L. acidophylus L. acetotolerans

L. amylophillus L. hamsteri

L. amylophorus

L. crispatus

L. gasserei

L. gasseri

L. delbrueckii subsp bulgaricus

L. delbrueckii subsp delbrueckii

L. delbrueckii subsp lacti

L. gallinarum

L. helveticus

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 38


L. johansonii

L. kepiranofaciens

L. kefirgranum

Kelompok Filogenetik B

Obligat Fakultatif Obligat


Homofermentatif Homofermentatif Heterofermentatif

L. aviarius subsp L. agilis L. brevis


aviarius
L. aviarius subsp L. alimentarius L. buchner
araffinosus
L. farciminisi L. casei L. collinoides

L. ruminis L. bifermentans L. fermentum

L. mali L. coryniformis subsp L. fructivorans


coryniformis
L. salivarius subsp L. coryniformis subsp L. hilgardii
salicinius torquens
L. sharpae L. curvatus L. kefir

L. graminis L. malefermentans

L. homohiochii L. oris

L. intestinalis L. panis

L. murinus L. parabuchneri

L. paracasei subsp L. parakefir


paracasei
L. paracasei subsp L. pontis
tolerans
L. pentosus L. reuteri

L. plantarum L. suebicus

L. rhamnosus L. sanfrancisco

L. sake L. vaccinostercus

L. vaginalis

Kelompok Filogenetik C

Obligat Heterofermentatif

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 39


L. fruktosus

Penggunaan Lactobacillus sebagai probiotik untuk manusia


membutuhkan seleksi dari strain yang relevan secara biologis dan
komprehensif. Meninjau ulang mengenai pemahaman seseorang
terhadap pentingnya menjaga sistem kekebalan tubuh. Melalui
eksplorasi dengan berbagai cara multidimensi, terutama
bagaimana mekanisme probiotik strain lactobacilli merangsang
mukosa saluran pencernaan dan meningkatkan sistem kekebalan
tubuh. Probiotik sebagai mikrobiota usus yang sehat memediasi
peran penting dalam regulasi usus normal dan homeostasis.
Mempengaruhi adaptasi pertumbuhan epitelia dan eksklusi
kompetitif patogen (Bienenstock et al., 2013).

Kompartemen kekebalan tubuh dipengaruhi oleh probiotik


Lactobacilli pada mukosa dan tingkat sistemiknya (Gambar 2.1).
Kemgang et al., (2014) menyatakan bahwa efek imunomudulator
dari bakteri probiotik dapat meningkatkan respon imun dengan
lebih banyak memproduksi sitokinin dan imunoglobulin di dalam
saluran cerna.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 40


Gambar 2.1. Efek Probiotik Lactobacilli pada Mukosa dan
Sistem Kekebalan Sistemik (Kemgang et al., 2014)

Selain meningkatkan respon imun, bakteri pembentuk


asam laktat menghasilkan sejumlah komponen antimikrobial
seperti asam-asam organik, etanol, hidrogen peroksida, dan
bakteriosin. Unsur utama yang dibentuk bakteri asam laktat
(BAL) berupa bakterosin. Bakteriosin adalah toksin menyerupai
protein yang dilepaskan oleh bakteri untuk menghambat
pertumbuhan dari bakteri patogen. Bakteriosin merupakan bahan
antibakteria bersifat protein dan menunjukkan aktivitas
bakterisidal terhadap spesies yang erat hubungannya dengan
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 41
strain penghasil bakterosin. Jadi, dengan demikian bakteriosin
adalah peptida antimikrobia, ikatan protein yang teristimewa
yang mampu menghambat strain serupa, seperti halnya aktivitas
penghambatan lactobacillus terhadap mikroorganisme pembusuk
dan/atau bakteri patogen foodborne dianggap merupakan kerja
bakteriosin.

Martiani dkk, 2002 mengutip pendapat Tagg dkk, 1976,


bahwa bakteriosin merupakan peptida antimikrobia yang
disintesa secara ribosomally yang dihasilkan oleh sejumlah
bakteri yang berbeda. Bakteriosin ini dihasilkan oleh bakteri
gram-positif, menariknya mereka berpotensi untuk digunakan
sebagai bahan pengawet bahan pangan. Lengkey (2008) meneliti
kemungkinan kemungkinan penggunaan bakteri penghasil asam
laktat sebagai pengawet daging dan produk yang bersal dari
daging (biopreservative). Pada tahun 1993, Nettles & Barefoot
yang dikutip oleh Ogunbanwo et al., 2003 bahwa sejumlah tipe
bakterosin yang dihasilkan oleh bakteri probiotik khususnya
genus Lactobasillus yang erat hubungannya dengan pangan telah
dapat diidentifikasi yaitu diantaranya diplococcin, acidophilin,
bulgarican, lacticin, plantaricin, dan nisin.

Nisin dihasilkan oleh bakteri probiotik seperti


Lactobacillus acidophillus, Lactobacillus casei, Lactobacillus
lactis, dan Lactobacillus reuteri. Nisin berupa peptida, dan
digunakan sebagai pengawet makanan yang mengalami
perlakuan panas dan berkadar pH rendah. Preparasi nisin
digunakan sebagai suatu konsentrat dari bahan kering, turunan

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 42


dari fermentasi terkontrol dari bakteri tersebut. Bakteriosin nisin
merupakan contoh klasik dari suatu pengawet alami, untuk
menggantikkan bahan-bahan kimia dimasa mendatang seperti
nitrit, sulfida, dan sehingga dapat menghasilkan makanan yang
alami tanpa tambahan bahan kimia.

2.4 Probiotik Lactobacillus reuteri


Lactobacillus reuteri merupakan bakteri Gram positif,
obligat heterofermentatif, yang hidup di saluran pencernaan
manusia dan hewan (McClemens, 2011) serta diyakini
merupakan salah satu spesies Lactobacillus yang benar berasal
dari manusia (Mechoud et al., 2012). Ditemui pula Lactobacillus
dalam ASI dan saluran pencernaan manusia. Hal ini juga
ditemukan pada aves dan sebagian besar pada mamalia seperti
sapi, babi, kalkun, tikus, hamster, gerbil, unta, tikus, burung dan
ayam. Tampak bakteri Lactobacillus reuteri (Gambar 2.2).

Gambar 2.2. Scanning Electron Micrograph (SEM) dari


Lactobacillus reuteri (Perbesaran mikroskop
20.000x, image width 6.4 micrometers, Bar 1
micrometer) (Scimat.com)

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 43


Lactobacillus reuteri berbentuk batang berukuran sekitar
0,7 sampai 1,0 µm dengan diameter 2,0 sampai 5,0 µm (gambar
1). (Kandler et al., 1980) dalam Generally Recognize d as Safe
(GRAS) Determination of Lactobacillus reuteri. Probiotik ini
dapat memfermentasi glukosa atau sukrosa melalui jalur
glikolitik (Arskold et al. 2008) dan mengkonversi karbohidrat
menggunakan phosphoketolase untuk menghasilkan asam laktat,
asam asetat, etil alkohol, dan karbon dioksida (Cogan, 1996
dalam Heimbach, 2008). Penampakan Lactobacillus reuteri pada
medium sukrosa terlihat pada Gambar 2.3 sebagai berikut:

Gambar 2.3. Biakan Lactobacillus reuteri pada Medium


Sukrosa (Van, 1999)

Awal abad ke-20, Lactobacillus reuteri tercatat dalam


klasifikasi ilmiah bakteri asam laktat (BAL). Dikatakan BAL
karena pada saat itu dikelompokkan sebagai anggota
Lactobacillus fermentum. Kekeliruan tersebut diluruskan oleh
seorang ilmuan Jerman bernama Gerhard Reuter pada tahun

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 44


1960, menyatakan bahwa strain bakteri tersebut memiliki biotipe
berbeda dari Lactobacillus fermentum. Reuter di reklasifikasi
sebagai Lactobacillus fermentum biotipe II. Akhirnya
diidentifikasi oleh Kandler pada tahun 1980 sebagai spesies yang
berbeda, Perbedaan yang signifikan antara L. reuteri dan biotipe
lain L. fermentum, sehingga diusulkan akan diberikan identitas
spesies formal dengan nama “reuteri”, sesuai nama penemu
Gerhard Reuter.
Isolasi Lactobacillus reuteri pertama oleh Gerhard Reuter
dari sampel tinja dan usus manusia. Pekerjaan tersebut diulang
oleh peneliti lain dengan mencoba mengisolasi L reuteri dari
kotoran dan usus hewan yang sehat. Tak lama setelah pengakuan
sebagai spesies yang berbeda, para ilmuwan mulai menemukan
L. reuteri di banyak lingkungan alam, seperti telah diisolasi dari
berbagai makanan, terutama daging dan produk susu.
Pembuktian tersebut bahwa L. reuteri tampaknya hadir hampir
secara universal di seluruh kerajaan hewan (Talarico et al.,
1988).
Akhir tahun 1980-an, seorang peneliti Walter Dobrogosz
bersama rekannya menyatakan jika L. reuteri menghasilkan
sebuah spektrum luas zat antibiotik melalui fermentasi gliserol.
Lactobacillus reuteri menggunakan gliserol yang ditambahkan
secara eksogen sebagai akseptor hidrogen selama ferementasi
karbohidrat. Gliserol pertama diubah menjadi 3-
hidroksipropionaldehida oleh koenzim B12-dependent gliserol
dehidratase dan kemudian direduksi menjadi 1,3-propanediol
oleh NAD + -dependent oxidoreductase (Talarico et al., 1990).

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 45


Todd and Walter (1989) menamakan zat antibiotik yang
dihasilkan oleh Lactobacillus reuteri tersebut dengan istilah
“reuterin”. Reuterin adalah keseimbangan dinamis multi-
senyawa (sistem HPA) yang terdiri dari 3
hydroxypropionaldehyde, hidrat, serta dimer (konsentrasi di atas
1,4 M, HPA dimer predominan) (Amin et al., 2013). Namun,
pada konsentrasi yang relevan untuk sistem biologis, HPA hidrat
adalah yang paling melimpah, diikuti oleh bentuk aldehida.
Reuterin ditemukan dapat menghambat pertumbuhan
beberapa bakteri Gram negatif dan Gram positif yang berbahaya,
dan beberapa ragi, jamur, serta protozoa. Tentu sangat menarik
untuk dikaji, organisme normal usus yang mampu melawan
organisme patogen berbahaya lainnya yang masuk dalam saluran
pencernaan. Ditemukan pula bakteri L. reuteri mampu
mengeluarkan reuterin dengan jumlah yang cukup sehingga
memberikan efek antimikroba yang diinginkan (Todd and
Walter, 1989).
Beberapa studi telah dipertanyakan apakah produksi
reuterin sangat penting dan perlu dipromosikan dalam dunia
kesehatan. Jadi Pada dasarnya, penemuan yang secara alami
menghasilkan zat antibiotik adalah tetap penting, karena telah
menyebabkan banyak penelitian lebih lanjut . Bahkan, pada awal
tahun 1992, Lactobacillus reuteri dikonfirmasi mampu
menghasilkan Erythromycin. Zat tersebut termasuk golongan
antibiotik makrolid yang dapat digunakan untuk mengobati
berbagai jenis infeksi bakteri, seperti infeksi kulit, mata, telinga,
infeksi saluran kemih, dan pernapasan (Ahrne et al., 1992).

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 46


Lactobacillus reuteri memiliki peran secara andil dalam
memberikan pengaruh terhadap imunitas non spesifik dengan
menghasilkan asam organik berupa laktat dan asetat. Seperti
pada kajian sebelumnya Lactobacillus ini menghasilkan reuterin
yang menekan patogen di usus. Reuteri merupakan komponen
antimikrobial memiliki berat molekul rendah dengan spektrum
luas yang menyebabkan kadar urease pada feses rendah sehingga
dapat menekan dan menghambat pertumbuhan bakteri patogen di
saluran pencernaan (Talarico et al., 1988). Kemampuan probiotik
strain Lactobacillus reuteri dalam memproduksi reuterin inilah
sehingga menstimulasi imunitas spesifik dengan meningkatkan
kadar sitokinin berupa IL-2 dan TNF-α.

Klasifikasi Lactobacillus reuteri berdasarkan penjelasan


Kandler (1980) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacillales
Family : Lactobacillaceae
Genus : Lactobacillus
Species : Lactobacillus reuteri

2.5 Peran Lactobacillus reuteri Terhadap Kesehatan


Lactobacillus reuteri bekerja melalui beberapa mekanisme
seperti meningkatkan respon imun host, sintesis antimikrobia,
dan melawan bakteri patogen. Reuterin dihasilkan menggunakan
glycerol yaitu sebuah molekul yang memiliki efek sebagai
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 47
antimikrobial. Berdasarkan penelitian Ganzle (2004) jika
Lactobacillus reuteri mampu memproduksi reutericyclin dan
berfungsi sebagai antibiotik. Reutericyclin merupakan bagian
Tetramic Acid terutama aktif pada membran bakteri Gram positif
sehingga dapat digunakan dalam kasus resistensi antibiotik
termasuk Methicillin resistent. Pemberian probiotik berupa
Lactobacillus reuteri memiliki efek pengkondisian pada
homeostasis usus (Shen et al., 2014), memberikan sinyal regulasi
ke epitel mukosa sistem kekebalan tubuh, dan aktivitas
neuromuskular pada usus (Kemgang et al., 2014).
Kolonisasi bakteri indigenous seperti Lactobacillus reuteri
pada usus halus mengalami perubahan tergantung dari umur. Hal
ini dipengaruhi oleh imunitas lokal, faktor fiksasi bakterial, dan
fenomena resistensi kolonisasi. Mikroflora normal ini
mempunyai aktivitas antimikroba yang berpengaruh terhadap
imunitas lokal dan sistemik. Strain L. reuteri dapat menghambat
atau berkompetisi kolonisasi bakteri patogen dengan
mensekresikan zat-zat musin melalui aktivasi gen MUC2 dan
MUC3. Musin berpotensi sebagai antimikroba yakni penghambat
perlekatan bakteri patogen pada barier usus (Roos & Jonsson,
2002).
Britton (2007) menjelaskan Lactobacillus reuteri sangat
baik sebagai mikroflora normal usus, meskipun terjadi secara
alami pada manusia akan tetapi tidak ditemukan dalam semua
individu. Oleh karena itu, suplemen makanan atau minuman
diperlukan untuk memperkenalkan dan mempertahankan
kolonisasi bakteri probiotik strain Lactobacillus reuteri dalam

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 48


beberapa orang. Asupan oral suplemen yang didalamnya
terkandung Lactobacillus reuteri telah terbukti efektif menjajah
usus orang sehat, proses kolonisasi dimulai dengan cepat dalam
beberapa hari konsumsi, meskipun tingkat dalam tubuh dapat
menurun dalam beberapa bulan jika konsumsi dihentikan. Lebih
lanjut, Lactobacillus reuteri ditemukan dalam ASI, dan asupan
oral seorang ibu dapat meningkatkan jumlah L. reuteri yang
hadir dalam susu (ASI), yang kemungkinan akan ditransfer ke
tubuh anak.
Manfaat keberadaan kolonisasi dalam tubuh, L. reuteri
menguntungkan tuan rumah dalam berbagai cara, terutama
dengan memerangi infeksi berbahaya dan mediasi sistem
kekebalan tubuh. Lactobacillus reuteri telah diuji untuk toleransi
tuan rumah pada saluran pencernaan anak-anak, dewasa yang
sehat, dan imunosupresi (pasien HIV). Tidak ada konsekuensi
efek samping medis yang serius, diamati setelah pemberian
secara oral dengan kadar dosis maksimum 1.010 koloni atau
dengan jumlah kepadatan sel 109 CFU dalam 250 µL.
Pembentukan unit per hari menunjukkan tidak ada perbedaan
signifikan dalam tes laboratorium medis standar yang ditemukan,
hitung darah lengkap, urine, panel metabolik lengkap, dan
termasuk tes fungsi hati antara pemberian perlakuan L. reuteri
dan yang diberikan placebo. Efek samping gastrointestinal yang
dilaporkan pada beberapa pasien, ada peningkatan insiden gas
usus (perut kembung) pada orang dewasa yang sehat, dan
peningkatan mual terlihat pada pasien HIV.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 49


Kajian Lactobacillus reuteri terkait efek baik dalam usus,
salah satu dampak yang paling terdokumentasi dengan baik yakni
L. reuteri dalam pengobatan rotavirus-induced diare, terutama
pada anak-anak. Pengobatan diare rotavirus karena konsumsi
makanan dan minumn yang di dalamnya terkandung L. reuteri
ternyata signifikan memperpendek durasi penyakit dibandingkan
dengan plasebo. Selain itu, memberikan efek yang baik
tergantung dosis yang diberikan, konsumsi L. reuteri lebih
banyak semakin cepat pula penyembuhan diare. L. reuteri efektif
sebagai profilaksis berkenaan dengan pencegahan infeksi usus.
Penelitian komparatif telah menemukan L. reuteri menjadi lebih
kuat dari organisme probiotik lainnnya (Britton, 2017).
Berdasarkan penelitian Savino et al (2006) Lactobacillus
reuteri digunakan sebagai salah satu pengobatan yang efektif
terhadap kolik bayi. Selama periode beberapa minggu, bayi yang
diberi L. reuteri mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan
setiap hari untuk menangis, efek gejala dari penyakit kolik.
Sebuah percobaan acak, double-blind, plasebo–terkontrol 50 ASI
eksklusif, kolik bayi ditemukan penurunan yang signifikan dalam
kurun waktu tertentu yakni ketika diobati menggunakan L.
reuteri Strain DSM 17 938 dibandingkan dengan plasebo. Lebih
lanjut menemukan peningkatan yang signifikan dalam kolonisasi
lactobacilli, penurunan fecal coli dan amonia bila dibandingkan
dengan plasebo. Namun, kolik menyebabkan bayi yang terkena
menangis karena ketidaknyamanan pada pencernaan yang parah,
jika hal ini memang terjadi, sangat masuk akal bahwa L. reuteri
bertindak untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut, karena

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 50


tempat tinggal utama bakteri probiotik Lactobacillus reuteri
adalah di dalam saluran pencernaan.
Kesehatan dan manfaat nutrisi probiotik secara umum
masuk kategori memelihara keseimbangan mikroflora normal
usus. Kondisi ini harus berlaku tidak hanya pada anak-anak dan
orang dewasa akan tetapi juga pada bayi dan manula. Dengan
nutrisi probiotik khususnya pada bayi, mampu memperbaiki
toleransi pada laktosa dan mempunyai aktivitas antitumorogenik
serta antikarsinogenik, mengurangi kolesterol darah, mensintesis
vitamin B kompleks, dan penyerapan kalsium (Britton, 2017).
Bukti lain ditunjukkan oleh Mukei et al (2002),
Lactobacillus reuteri mampu melawan bakteri patogen
Helicobacter pylori, penyebab utama penyakit tukak lambung.
Satu studi menunjukkan bahwa suplementasi diet L. reuteri saja
dapat mengurangi, namun tidak sepenuhnya memberantas H.
pylori dalam usus. Studi lain menemukan penambahan suplemen
berupa probiotik L. reuteri terhadap terapi omeprazole secara
dramatis meningkat (dari 0% sampai 60 %), dengan demikian
tingkat penyembuhan pasien yang terinfeksi H. pylori lebih cepat
dibandingkan dengan obat antibiotik saja (Efrati et al., 2012).
Namun penelitian lain menunjukkan L. reuteri efektif menekan
infeksi H. pylori dan menurunkan terjadinya gejala dispepsia /
maag (Emara et al., 2014).
Efek dari bahan kimia seperti asam asetat dan cedera akibat
luka dapat menyebabkan kolitis ulserativa, terjadinya kolonisasi
oleh L. reuteri membantu memulihkan kesehatan pasien kolitis.
Selain perannya dalam pencernaan, dinding usus juga penting

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 51


dalam mencegah bakteri berbahaya, endotoksin, serta dari bocor
nya bakteri patogen yang menyebar masuk ke dalam aliran darah.
Peristiwa tersebut dikenal sebagai “translokasi”. Apabila bakteri
patogen yang sangat berbahaya ikut dalam aliran darah, tidak
menutup kemungkinan dapat menyebabkan kondisi mematikan
seperti sepsis. Pada manusia, translokasi lebih mungkin terjadi
setelah peristiwa seperti cedera hati dan tertelannya beberapa
racun. Dalam studi hewan pengerat, L. reuteri ditemukan dapat
mengurangi jumlah translokasi bakteri baik setelah operasi
pengangkatan hati atau injeksi dengan D–galactosamine, yakni
bahan kimia yang juga menyebabkan kerusakan hati.
Methotrexate obat antikanker menyebabkan enterocolitis
parah dalam dosis tinggi. Kaitannya dengan Lactobacillus
reuteri yakni mampu meringankan gejala tersebut, dibuktikkan
dari hasil penelitian tentang induce enterocolitis metotreksat
pada tikus. Tidak pada manusia saja, beberapa kasus terjadi pada
hewan ternak seperti penyakit yang disebabkan oleh bakteri
patogen seperti Salmonella typhimurium, dengan kehadiran dari
L. reuteri dalam saluran pencernaan hewan ternak mampu
mendukung pertumbuhan yang sehat dari hewan-hewan tersebut
(Casas & Dobrogosz, 2000).

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 52


PERAN PROBIOTIK BAB
Lactobacillus reuteri Dalam
Memodulasi Sistem Imun
3

3.1 Peran Probiotik Lactobacillus reuteri Terhadap Respon


Imun Mukosa
Probiotik adalah bakteri yang dimanfaatkan dalam
penanganan gastrointestinal tract disorders dan metabolic
syndrome. Beberapa peran probiotik adalah immunostimulasi,
menggiatkan pencernaan dan penyerapan, sintesis vitamin,
menghambat pertumbuhan patogen, mereduksi kolesterol dan
menurunkan distensi gas (Wallace et al., 2011; Yoon & Sun,
2011). Probiotik dalam terapi konvensional berperan dalam
mengubah mikroflora usus dan memodulasi sistem kekebalan
tubuh inang dengan menghasilkan immunoglobulin A di lapisan
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 53
mukus yang berikatan dengan mucin. Penelitian secara in vitro
oleh Shen, et al (2014) membuktikan bahwa probiotik
mempengaruhi tingkat peradangan sitokinin serta memperbaiki
produksi mediator yang terlibat dalam respon peradangan
permeabilitas usus. Seperti halnya Lactobacillus reuteri mampu
menginduksi IL-10 yang berperan dalam mekanisme down
regulating (menghambat produksi IL-4 dan IL-5) agar kerja
sitokin tidak berlebihan (Lin et al., 2011). Pemberian probiotik
secara berkala dan terus menerus dapat mempengaruhi kinerja
sitokinin agar lebih efektif.
Seperti halnya penelitian Kusuma et al (2012), pemberian
probiotik Lactobacillus reuteri tidak terbukti mempengaruhi
presentase sel Treg dan sel Th22 pada hari pertama postpartum.
Sampai hari ketiga, pemberian probiotik L.s reuteri baru terbukti
mempengaruhi presentase sel Treg dan sel Th22.
Penelitian Wells (2011) menunjukkan probiotik berperan
dalam sistem imun dengan beberapa mekanisme signaling
termasuk inisiasi pengenalan pola reseptor seperti reseptor Toll-
like, reseptor nucleotide oligomerization domain-like dan
reseptor C-type lectin. Reseptor tersebut mengenali pola molekul
mikroba, sehingga mengaktifkan antigen dan memodulasi
fungsinya untuk mengekspresikan reseptor permukaan yang
disekresikan oeh sitokinin dan kemokinin. Selain itu, Yoon &
Sun (2011) menjelaskan kinerja probiotik menggunakan beragam
mekanisme selular dan molecular, seperti blocking pathogenic
bacterial effects, regulasi respon imun dan stimulasi respon
protektif.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 54


Probiotik menghasilkan asam laktat, bakteri asam laktat
(BAL) mampu memproduksi produk metabolit seperti Anti
Microbial Peptida (AMPs) yang bersifat antimikroba. Defensin
merupakan kelompok kecil AMPs terutama kaya sistein.
Defensin mampu melindungi bagian mukosa dari bakteri
patogen. Memberikan konstribusi penting pada pertahan host
dengan merusak sitoplasma dari mikroorganisme patogen (Jeon
et al., 2012). Lactobacillus kelompok bakteri asam laktat yang
dapat meningkatkan maturasi sel dendritik sehingga
menghasilkan peningkatan kadar IL6, IL10, TGFβ yang potensi
memproduksi IgA melalui maturasi sel B dan proses switching.
Probiotik mengerahkan berbagai efek pada fungsi barrier mukosa
dan respon dari jaringan imun pada GALT dan menginduksi
Treg untuk memproduksi sitokin anti inflamasi (IL10 dan TGFβ)
sehingga mampu menekan perkembangan sitokin proinflamasi
(Th1, Th2, dan Th17) sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 3.1
sebagai berikut:

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 55


Gambar 3.1 Mekanisme Pertahanan Saluran Cerna dan
Respon Imun (Sumber: Hardy et al., 2013)

Ketika substansi asing yang disebut antigen (seperti


selubung protein virus atau dan bakteri bersifat patogen)
memasuki sistem peredaran darah, sehingga memicu suatu sistem
pertahanan tubuh yang disebut sistem imun. Mekanisme
perlawanan terhadap substansi asing tersebut dinamakan respon
imun. Respon imun timbul karena adanya reaksi yang
dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul terhadap mikroba dan
bahan lainnya. Respon imun akan mensintesis protein-protein
penting yang disebut antibodi. Secara spesifik antibodi dan
antigen akan berikatan, kemudian memudahkan untuk
menghilangkan antigen dari sistem sirkulasi (Gardner et al., 1991
& Lewin, 2008).
Sistem imun apabila terpapar oleh zat/substansi yang
dianggap asing, maka ada dua jenis respon imun yang mungkin
terjadi yaitu respon imun spesifik (natural/innate/native) dan
respon imun non spesifik (adaptive/acquired) (Abbas, 2012).
Respon imun spesifik merupakan respon didapat (natural)
yang timbul terhadap antigen tertentu, terhadap bagian tubuh
mana yang terpapar sebelumnya, sedangkan respon imun non
spesifik umumnya merupakan imunitas bawaan (innate
immunity) artinya bahwa respon zat asing dapat terjadi walaupun
tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut. Lewin
(2008) mengemukakan bahwa perbedaan utama terhadap kedua
jenis respon imun itu adalah dalam hal spesifisitas dan

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 56


pembentukan memory terhadap antigen tertentu pada respon
imun spesifik yang tidak terdapat pada respon imun non spesifik.
Namun telah dibuktikkan bahwa kedua respon tersebut saling
meningkatkan efektifitas. Respon imun yang terjadi sebenarnya
merupakan interaksi antara satu komponen dengan komponen
lain, berhubungan erat satu sama lain. Interaksi tersebut
berlangsung bersama-sama sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu aktivasi biologik yang seirama dan serasi.

3.1.1 Respon Imunitas Nonspesifik


Mekanisme imunitas non spesifik memiliki sifat selalu siap
dan merespon dengan cepat terhadap patogen oleh karena itu
dapat memberikan respon langsung terhadap antigen pada
individu yang sehat. Sistem imun ini bertindak sebagai lini
pertama dalam menghadapi infeksi dan tidak perlu menerima
paparan sebelumnya. Bersifat tidak spesifik karena tidak
ditunjukkan pada patogen atau mikroba tertentu dan telah ada
sejak lahir.
Komplemen, interferon, protein fase akut dan kolektin
merupakan pertahanan dalam sistem imun non spesifik humoral.
Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila
diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan
berperan dalam respon inflamasi. Komplemen berperan juga
sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis yang dapat
menimbulkan lisis bakteri dan parasit. Sedangkan, kolektin
merupakan protein yang berfungsi sebagai opsonin yang
dapat mengikat hidrat arang pada permukaan bakteri patogen.
Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 57
diproduksi oleh makrofag yang diaktifkan, sel NK dan
berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas
sebagai respons terhadap infeksi virus (Kemgang et al., 2014).
Sel fagosit mononuklear dan polimorfonuklear serta sel
Natural Killer dan sel mast yang berperan dalam sistem imun
non spesifik selular. Fagosit polimorfonuklear salah satunya
berupa neutrofil dengan granula azurophilic yang mengandung
enzim hydrolitik serta substansi bakterisidal seperti defensin dan
katelicidin. Fagosit mononuklear berasal dari sel primordial
dan beredar di sel darah tepi sebagai monosit. Sedangkan, Sel
Natural Killer merupakan sel limfosit yang berfungsi dalam
imunitas nonspesifik terhadap virus dan sel tumor. Sel mast
berperan dalam reaksi alergi dan imunitas terhadap parasit
dalam usus serta invasi bakteri (Arthur et al., 2005).

3.1.2 Respon Imunitas Spesifik


Respon imun spesifik lebih lambat karena dibutuhkan
sensitisasi oleh antigen namun memiliki perlindungan lebih
baik terhadap antigen yang sama. Sistem imun ini
diperankan oleh limfosit, limfosit merupakan inti dalam proses
respon imun spesifik karena sel-sel ini dapat mengenal setiap
jenis antigen baik antigen yang terdapat dalam intraseluler
maupun ekstraseluler. Secara garis besar limfosit digolongkan
dalam dua populasi yaitu limfosit B berfungsi dalam respon imun
humoral dan limfosit T berfungsi dalam respon imun seluler.
Limfosit B diproduksi pada sumsum tulang belakang,
fungsi utamanya mempertahankan tubuh terhadap infeksi bakteri,
virus dan melakukan netralisasi toksin. Limfosit B disekresikan
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 58
atau tetap terikat pada membran permukaan sel B. Beberapa
limfosit matang sel B menghasilkan IgM dan IgD antibodi. IgM
dan IgD bekerjasama dengan kekebalan tubuh non spesifik
membentuk antibody dependent cytotoxic cell (ADCC) (Arthur
et al., 2005). Selama respon imun humoral antibodi mampu
bermigrasi ke jaringan limfoid perifer yakni limpa dan kelenjar
getah bening sehingga secara langsung mengikat antigen bebas
dalam sistem sirkulasi dengan cara ekspansi klonal. Lebih lanjut
makrofag akan mencerna dan mendegradasi kompleks antigen-
antibodi (Gardner & Snustad, 1991).
Limfosit T diproduksi pada kelenjar timus dan memediasi
respon imun seluler. Seperti halnya antibodi yang diproduksi sel
B, sel T mampu mensintesis reseptor-reseptor antigen sehingga
mampu mengenali antigen pada permukaan sel dan membunuh
sel yang membawa antigen tersebut. Sel T dipengaruhi oleh
mekanisme autokrin dari IL-2 (Sarah et al., 2014) untuk
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi Th1 dan Th2. Proses
diferensiasi Th1 melibatkan reseptor sel T, IFN-γ, IL-12 dan
T-bet, STAT1, STAT4 sebagai faktor transkripsi. Fungsi
utama Th1 sebagai pertahanan dalam melawan infeksi
terutama oleh mikroba intraselular, mekanisme efektor ini terjadi
melalui aktivasi makrofag, sel B, dan sel neutrofil (Abbas,
2012). Sedangkan, diferensiasi Th2 muncul sebagai respon
terhadap reaksi alergi dan parasit, melibatkan reseptor
sel T, IL-4, faktor transkripsi GATA-3 dan STAT6. IL-4
menstimulasi terhadap produksi IgE yang berfungsi dalam
opsonisasi parasit. Selain itu, IL-5 yang diproduksi oleh Th2

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 59


yang mengaktivasi eosinofil sebagai respon terhadap adanya
antigen parasit (Monteiro et al., 2013).
Sistem imun mukosa saluran cerna disebut dengan gut-
associated lymphoid tissue (GALT). Mowat (2003) mengatakan
secara struktural, GALT terdiri atas epitel kolumnar yang dilapisi
glikolalik, yaitu komplek glikoprotein dan musin. Terdapat tiga
komponen yang terlibat dalam imunitas saluran cerna, yaitu sel
mikrofold (sel M), plak Peyer dan lamina propria (Gambar 3.2).

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 60


Gambar 3.2 Sistem Imun Mukosa Saluran Cerna
(Sumber: Mowat, 2003)

a. Sel Mikrofold (Sel M)


Sel Mikrofold terdapat di membran mukosa, merupakan sel
yang memiliki permukaan relatif besar dengan lipatan – lipatan
kecil di permukaan dan sebuah kantong besar pada membran
basolateral yang berisi limfosit dan makrofag. Bentuk sel
tersebut mendukung fungsinya sebagai pengangkut antigen
menuju folikel limfoid untuk mengaktifkan sel B agar
berdifrensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan IgA.
b. Plak Peyer
Plak peyer merupakan jaringan limfoid yang berada di
mukosa usus kecil. Permukaan plak Peyer terdapat sel M. Plak
Peyer diisi oleh kumpulan sel B dan sel T . Oleh sebab itu, plak
Peyer berfungsi dalam induksi respon imun. Terkait dengan
sinyal antigen yang dibawa dari sel M, maka pada plak Peyer,

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 61


antigen tersebut mengaktivasi sel B untuk berdifrensiasi menjadi
sel plasma dan menghasilkan IgA. IgA dan limfoblast kemudian
akan bermigrasi melalui limfe dan sirkulasi menuju lamina
propria. Antigen tersebut juga direspon oleh sel T yang
kemudian akan berdifrensiasi menjadi sel T memori dan
bermigrasi ke mukosa yang lebih distal dan tempat non-mukosal.
c. Lamina Propria
Lamina propria merupakan lapisan pembuluh darah tipis.
Lamina propria menyalurkan antibodi IgA yang dihasilkan sel
plasma menuju sel epitel melalui reseptor immunoglobulin
polimerik (plgR).
Lebih lanjut, Kemgang et al., (2014) menyatakan bahwa
efek imunomodulator dari bakteri probiotik dapat meningkatkan
respon imun dengan lebih banyak memproduksi sitokin dan
imunoglobulin di dalam saluran cerna. Sitokin diproduksi oleh
sel T, tiga kelompok utama sitokin Th1 yaitu (TNF, INF-c, IL12,
IL2, dll.), Sitokin Th2 (IL4, IL5, IL6, IL13, dll.) dan sitokin
regulator (IL10, TGF-b) (Haileselassie et al., 2013).
Akumulasi strain probiotik juga memiliki kemampuan
untuk mencegah terjadinya penyakit alergi dengan mengubah
respons Th1 (Chuang et al., 2007), dan dapat memproduksi
sitokin, termasuk IFNc, IL12, IL2, TNFa dan IL6 dari sel
Th1/Th17 (Haileselassie et al., 2013). Sel Th17 adalah subset
dari sel CD4+ T yang diketahui memainkan peran penting dalam
patogenesis penyakit autoimun (Gu et al., 2013), serta dalam
pertahanan terhadap beberapa bakteri ekstraselular dan jamur.
Sel Th17 menyediakan perlindungan kuat terhadap parasit

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 62


Trypanosoma cruzi, secara langsung melindungi sel yang
terinfeksi melalui IL-17A-dependent induksi oksidase NADPH
(Catherine et al., 2016).

3.2 β-Defensin Sebagai Produk Respon Imun

Defensin adalah komponen peptida dari sistem kekebalan


tubuh bawaan yang dimiliki oleh tumbuhan dan hewan. Pada
mamalia, defensin telah berevolusi memiliki fungsi sentral dalam
sifat pertahanan leukosit granulositik, permukaan mukosa, kulit
dan epitel lainnya. Dinyatakan oleh Selsted & Ouellette (2005),
dalam vertebrata terdapat tiga subfamilies defensin yakni α-
defensin, β-defensin dan θ-defensin (Gambar 3.3). Tang et al
(1999) menjelaskan bahwa Struktural α- dan β- defensin
dibedakan oleh jarak dan pasangan disulfida linear dari enam
residu sistein. Meskipun struktur kovalen memiliki
perberbedaan, akan tetapi struktur tersier α- dan β- defensin
sangatlah mirip. Sedangkan θ- defensin secara struktural berbeda
dengan α- dan β- defensin, karena backbonecyclized peptida
yang berasal dari mutasi gen α-defensin .

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 63


Gambar 3.3. Penyelarasan Gen dan Peptida Defensin
(Selsted & Ouellette, 2005).

Defensin telah diusulkan sebagai molekul efektor dalam


pertahanan tubuh terhadap bakteri, jamur, protozoa dan virus.
Ganz (2003) menyebutkan pula fungsi defensin pada kekebalan
tubuh respon imun dapat disebabkan oleh berbagai fisiologis
rangsangan seperti proses memobilitas dan ekspresi pra-
dibentuknya α-defensin atau pra-regulasi β-defensin dalam
berbagai jaringan. Diketahui peptida berinteraksi dengan banyak
sel target pada jaringan. Mempromosikan respon imun sekunder

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 64


yang memiliki manfaat untuk mengatur peradangan akut,
perekrutan sel-sel kekebalan adaptif, angiogenesis dan
penyembuhan luka. NK, pembunuh alami; LTA, asam
lipoteikoat; MDP, muramyldipeptide; IL-1 β, interleukin-1 β;
TNF, tumor necrosis factor; IFN- γ, interferon γ; dsRNA, RNA
untai ganda; PAR, reseptor protease-diaktifkan; Mast, sel mast;
DC, sel dendritik; Mono, sel mononuklear; T, T sel (Gambar
3.4).

Gambar 3.4 Mobilisasi, Induksi dan Interaksi Defensin


(Selsted & Ouellette, 2005)

Protein peptida antimikroba yang umumnya terdapat pada


mamalia adalah β-defensin. β-defensin adalah protein kationik
berukuran 4 sampai 5 kDa dan berupa molekul efektor dari

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 65


sistem imun yang memiliki fungsi dalam aktivitas antimikroba
respon imun, yaitu membantu melawan virus maupun bakteri
patogen (Cox et al., 2012).
Sintesis defensin pada sel Paneth manusia mungkin juga
konstitutif. Mereka dilepaskan ke dalam lumen setelah usus
terpapar bakteri atau rangsangan kolinergik. Menyebabkan
teraktivasinya reseptor spesifik dan jalur transduksi yang
mengatur pelepasan defensin neutrofil dari sel Paneth (Ganz,
2003). Molekul defensin neutrofil manusia bertanggung jawab
pada aktivitas antivirus yang disekresikan oleh sel-sel CD8 +.
Terbukti oleh Cervantes-Barragan et al., (2017) ketika
Lactobacillus reuteri menginduksi usus intraepithelial CD4 +
CD8 aa + sel T teraktivasi.
Berikut merupakan peptida neutrofil defensin manusia,
sintesis terjadi di sumsum tulang, sel-sel prekursor neutrofil
dikenal sebagai Promyelocytes (gambar 3. 5). Berikut merupakan
mekanisme pematangan preprodefensin (merah muda), yang
diubah oleh urutan asam amino terminal-N menjadi prodefensin
(ungu) dan selanjutnya asam amino terminal-N proteolitik
menjadi defensin matang (merah). Defensin yang dikemas dalam
primer (azurophil) butiran-butiran. Selama fagositosis, sintesis
granula neutrofil berhenti lalu dilepaskan ke dalam darah.
Butiran primer (merah) kaya defensin menyatu dengan vakuola
fagositik dan menghasilkan konsentrasi tinggi defensin di ER,
retikulum.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 66


Gambar 3.5. Sintesis Neutrofil Peptida Defensin pada Manusia
(Ganz, 2003)

Manusia memiliki beragam tipe beta defensin. β-defensin


manusia (hBD) pada umumnya diekspresikan oleh sel epitel,
termasuk sel epitel usus. β-defensin 1 (hBD1) kebanyakan
diekspresikan secara konstitutif, sementara hBD2, 3, 4 dan 5
diekspresikan akibat induksi patogen dan pengaruh sitokinin
(Cox et al., 2012). β-defensin 3 (hBD3) diekspresikan di epitel
seperti kulit, saluran pernapasan dan saluran cerna. hBD3 pada
manusia ortholog dengan β-defensin 14 (hBD-14) pada mencit
(Hinrichsen et al., 2008).
Tewary et al (2013) menjelaskan bahwa β-defensin 2 dan
3 (hBD2 dan 3) memicu produksi IFN-α dari sel dendrit
plasmasitoid pada jaringan yang luka atau terinfeksi. IFN-α
dalam hal ini dikenal sebagai imunoregulator yang memicu
difrensiasi sel B menjadi antiviral, selain itu Cobo et al (2015)
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 67
juga menjelaskan bahwa beta-defensin 2 memiliki fungsi
modulasi imun, yaitu kemotaksis sel dendrit dan sel T. hBD2 dan
3 membentuk kompleks dengan DNA asing maupun DNAnya
sendiri yang berada di lingkungan, dengan beberapa efek pada
inangnya, yaitu: 1) kompleks ini memiliki peran fisiologis dalam
mendukung inang untuk mempertahankan homeostasis dengan
memfasilitasi eliminasi kompleks asam nukleat bakteri dan virus.
2) sintesis kompleks hBD2 dan 3 dengan immunomodulatori
ODN memberikan efek terapi. hBD1, 2 dan 3 meningkatkan
ekspresi interleukin 8 (IL-8) dan monocyte chemoattractant
protein 1 (MCP-1) (Kim et al., 2015).
hBD2 dan 3 efektif membunuh Staphylococcus aureus dan
Eschericia coli (Jung et al., 2011). Selain itu, penelitian Tomalka
et al (2015) membuktikan bahwa hBD1, 2 dan 3 memiliki fungsi
antifungal terhadap Candida albicans. Pada manusia β-defensin3
(hBD3) adalah peptida antimikroba keratinosit terutama pada
peran penting penutupan luka (Bayer et al., 2017), Ekspresi β-
defensin 2 (HBD2) diregulasikan oleh MUC2 mucin, yaitu
mukosa usus yang disekresikan sel goblet epitel usus (Cobo et
al., 2015; Jurczak et al., 2015).
Defensin diproduksi oleh sel epitel barier dan sel limfosit
bergranula termasuk neutrofil, sel NK, dan sel limfosit T (Arthur
et al., 2005). Sel limfoid pada sistem imun bawaan juga
menghasilkan IL17 dan IL22 yang sebagian besar ditemukan
dimukosa saluran pencernaan dan berperan dalam respon
pertahanan mukosa (Gu et al., 2013; Sarah et al., 2014).
Pemberian probiotik L.acidophilus berpengaruh terhadap

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 68


peningkatan kadar β-Defensin pada vagina mencit nifas yang
terinfeksi oleh bakteri patogen Staphyloccocus aureus
(Mediawati, 2017).
Brown et al (2014) Dalam kekebalan adaptif, limfosit Th17
menghasilkan sitokinin IL-17 dan IL-22 yang merangsang
pertahanan antimikroba mukosa dan perbaikan jaringan,
memperkuat penelitian Van et al (2013) bahwa TLR5 Signaling
merangsang Produksi bawaan dari IL-17 dan IL-22 oleh CD3neg
CD127+ Sel imun dalam Limpa dan mukosa.
Interleukin 17 (IL-17) merupakan sitokin proinflamasi
yang diekskresikan terutama oleh sel Th 17, dan dapat juga
diekresikan oleh sel T cluster of differentiation 8 (T CD8+), sel
mast, netrofil dan natural cell killer (Lin et al., 2011). Hingga
saat ini belum ada ketetapan mengenai kadar normal IL-17 dalam
darah. Dalam kepustakaan dinyatakan bahwa kadar IL-17 serum
pada orang normal sangat rendah, bahkan dapat tidak terdeteksi
(Moseley et al., 2003, Gaffen et al., 2011).
Reinholz et al., (2012) bahkan menegaskan jika IL17 pada
keratinosit menstimulasi produksi ß-defensin, peptida
antimikrobial, dan kemokin seperti IL-8, CCL20 dan CCL2.
Peningkatan kadar IL-17 menyebabkan peningkatan sitokin pro-
inflamasi seperti S-100, A7, ß-defensin dan lipokalin. Interleukin
17 juga memicu peningkatan peptida antimikrobial lainnya
seperti katelisidin. Martin et al., (2013) mengungkapkan jika IL
23 yang dihasikan oleh sel dendritik dan makrofag yang
diaktifkan oleh Antigen precenting cells (APC) menyebabkan
aktivasi Th 17 untuk menghasilkan IL-17 dan IL-22. Sel Th 17

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 69


merupakan afektor sel CD4+ yang berperan baik dalam imunitas
nonspesifik maupun adaptif untuk melawan patogen, seperti
halnya peran IL 17 melawan patogen penyebab psoriasis dapat
dilihat pada Gambar 3.6. sebagai berikut.

Gambar 3.6. Peran Sentral IL-17 dalam Patogenesis


Psoriasis (Martin et al., 2013)

Abbas bersama rekannya (2012) mengatakan jika sel


limfoid tidak mengepresikan TCR, tetapi substrat dari sel
tersebut hanya menyerupai subset sel T helper (Th) karena
sitokin yang disekresikan mampu menstimulasi produksi mukus
dan defensin serta meningkatkan fungsi tight juction pada barier
sel epitel. Selain itu juga meningkatkan transpor IgA ke dalam
lumen intestinal yang merupakan komponen dari respon imun

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 70


adaptif pada usus. Sitokin yang dihasilkan oleh sel Th17
menstimulasi produksi lokal antara lain rekrutmen neutrofil dan
sel limfoid yang lain pada daerah inflamasi, meningkatkan
produksi antimikrobial peptida berupa defensin (Gambar 3.7).

Gambar 3. 7. Fungsi Th17 dalam Memproduksi Anti Mikrobial


Peptida (defensin) (Sumber: Abbas et al., 2012)

Lactobacillus reuteri dalam mencegah dan mengobati


penyakit infeksi saluraan cerna terbukti efektif seperti pada
beberapa kasus gangguan gastrointestinal fungsional yakni kolik
dan regurgitasi (Urbanska & Szajewska, 2014). Liu et al (2014)
membuktikan bahwa pengobatan menggunakan L. reuteri berguna
untuk mencegah terjadinya necrotizing enterocolitis (NEC) pada
bayi prematur. Mekanisme perlindungan mikroflora normal
tersebut melibatkan modulasi keseimbangan Sel T yakni antara
sel-sel Tem dan Treg yang berpotensi memberikan terapi selama
inflamasi didalam saluran pencernaan. Proses terapi menggunakan
M o n o g r a f P r o b i o t i k L a c t o b a c i l l u s r u t e r i 71
probiotik ini diketahui juga dapat menekan virus penyebab
gastroenteritis (Shornikova et al., 1997)
Dalam pelayanan kesehatan reproduksi probiotik
Lactobacillus reuteri telah digunakan dalam upaya untuk
mengatasi infeksi saluran cerna yang saat ini diarahkan pada
diferensiasi T helper (Th) 17 yang menghasilkan interleukin (IL)
22 yang nantinya akan memicu produksi defensin sebagai protein
anti mikroba yang dapat mengurangi jumlah koloni bakteri
patogen pada mukosa usus. Pemberian probiotik dinyatakan dapat
memperbaiki kondisi pasien dengan meningkatan respon imun
melalui barier usus, dan populasi sel penghasil β-defensin (Chin et
al., 2000; Herich & Levkut, 2002).

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 72


Probiotik Lactobacillus reuteri BAB
dalam Menstimulasi β-Defensin
pada Gastrointestinal Mencit Balb/c 4
Respon imun terhadap antigen dapat diketahui dengan cara
pemeriksaan kadar β-defensin pada mukus maupun serum mencit
yang teraktivasi oleh antigen bakteri patogen (Schlee, et al., 2008),
dihitung secara kuantitatif dengan metode ELISA, dot blot dan
imunohistokimia (Mondel, et al., 2009). Seperti halnya penelitian
yang telah dilakukan penulis pada bulan maret 2018, tentang
pengaruh probiotik Lactobacillus reuteri terhadap kadar β-defensin
pada serum mencit balb/c setelah paparan bakteri Yersinia
enterocolitica dan dikombinasikan menggunakan probiotik
Lactobacillus reuteri. Deteksin kadar β-defensin dengan
menggunakan tekhnik Enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA), hasil nilai absorbansi (OD) yang didapat dari langkah
terakhir dalam penanganan ELISA kit dijadikan sebagai dasar
analisis regresi linier sederhana. Crowther (2001) mengungkapkan
jika rata konsentrasi sampel lebih besar dari 0.35 ng/ml, maka dapat
disimpulkan sampel tersebut mengandung β-defensin. Sehingga
M o n o g r a f P r o b i o t i k L a c t o b a c i l l u s r u t e r i 73
pernyataan Crowther tersebut memperkuat penelitian ini yakni
terbukti positif mengandung β-defensin, dengan nilai rata-rata
perlakuan dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4.1. Nilai Konsentrasi β-Defensin Serum Mencit Balb/C

Perlakuan Rata-rata Konsentrasi β-defensin (ng/ml)


P0 4,825
P1 5,584
P2 5,183
P3 5,203

4.1 Probiotik Lactobacillus reuteri Sebagai Kompetitor


Antigen
Penelitian Lin dan Ganzle (2014) menentukan efek dari sifat
daya saing metabolik spesifik Lactobacillus reuteri. Eksperimen
kompetisi tersebut menunjukkan bahwa dengan pasangan isogenik
dari strain berbeda menghasilkan tingkat konstan perpindahan antar
strain mutan menjadi kurang kompetitif. Sifat-sifat spesifik garis
keturunan L. reuteri menentukan kemampuan daya saing terhadap
antigen (Yersinia enterocolitica).

Mair (1973) mengungkapkan bahwa Yersinia enterocolitica


dapat menyebabkan infeksi saluran cerna karena serotipe yang
bersifat patogen, serta dapat mengakibatkan gastroenteritis,
enterokolitis, dan limfadentis, yang umumnya dikenal dengan istilah
Yersiniosis. Yersiniosis akibat infeksi bakteri patogen dapat diatasi
menggunakan antibiotik dan stimulasi respon imun.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 74


Manfaat probiotik Lactobacillus reuteri pada kesehatan
manusia, termasuk kaitannya dalam meningkatkan sistem imun,
meningkat persaingan dengan enteropatogen untuk bagian adhesi /
perlekatan, meningkatkan fungsi barrier mukosa, dan produksi zat
antimikroba seperti bacterosin dan defensin (Jeon et al., 2012).
Pemberian probiotik Lactobacillus reuteri tujuannya agar turut serta
memodulasi respon imun mukosa terhadap penyakit Yerseniosis yang
diakibatkan oleh infeksi bakteri Yersinia enterocolitica. Potensi
probiotik tersebut berkaitan dengan kemampuannya dalam
meningkatkan kadar β-defensin, khususnya dalam penanganan
penyakit Yerseniosis.

Ketika bakteri Yersinia enterocolitica menginvasi tubuh, maka


antigen akan menghadapi barier dari sel epitel. Jika barier dapat
ditembus dan masuk berinvasi kedalam mukosa. APC akan
mempresentasikan antigen melalui MHC2 dan mengeluarkan
sitokinin sebagai prekursor sel CD4 T helper yang berada dijaringan
limfoid. T helper akan berdeferensiasi menjadi CD4 Th0, perubahan
Th0 selanjutnya dipengaruhi oleh lingkungan. Patogen ekstraselular
akan menyebabkan APC mendeferensiasikan Th0 menjadi Th1,
Th2, Treg, dan Th17.

Diferensiasi Th2 dipengaruhi oleh Il4 sehingga menghasilkan


produk sitokinin IL5, IL10, dan IL 13 yang akan menghambat
terjadinya inflamasi. Sedangkan diferensiasi Treg akan mengontrol
respons imun dimukosa dan melakukan regulasi negatif terhadap
reaksi inflamasi yang berlebihan dengan memproduksi TGFβ dan
sitokinin IL10. Diferensiasi TH17 dipengaruhi oleh sitokinin IL23

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 75


dan memiliki kemampuan untuk meningkatkan proliferasi sel T.
Hal tersebut diperlukan untuk meningkatkan sel-sel kekebalan
tubuh dalam memerangi patogen yang merugikan.

Diferensiasi TH17 akan menghasilkan sitokinin IL17 dan IL


22. Dimana IL 22 inilah yang akan menghasilkan β-defensin, yang
berperan penting dalam modulasi respon imun selama inflamasi
berlangsung. IL 22 akan menginduksi proliferasi dan anti apoptosis
dalam respon pertahanan jaringan. Selain aktivasi sel T, sel B juga
akan teraktivasi melalui sel plasma dan menghasilkan antibodi IgM
yang melakukan swiching menjadi IgA.

Paparan Lactobacillus reuteri pada mukosa usus dapat


menyebabkan horming sel-sel imun ke jaringan limfoid dan mukosa
sehingga jumlah sel-sel imun didaerah tersebut meningkat. Hal ini
mampu meningkatkan produksi β-defensin di mukosa saluran cerna.
Peran β-defensin dalam meningkatkan antimikrobial peptida dan
fungsi barier sehingga mampu mempengaruhi beberapa mekanisme
pertahanan mukosa saluran cerna yang artinya menekan
pertumbuhan koloni Yersinia enterocolitica.
Mekanisme probiotik Lactobacillus reuteri sebagai
kompetitor antigen Yersinia enterocolitica, ketika probiotik
diangkut sel M menuju sel dendritik (berperan sebagai APC)
antigen dipresentasikan pada sel T dan B yang selanjutnya akan
diaktifkan di plak peyer. Probiotik akan menghambat sel Th1 dan
sel Th17 untuk memproduksi sitokinin proinflamasi, sehingga
peningkatan sitokinin proinflamasi efek infeksi akan menurun.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 76


Sehingga terjadi keseimbangan antara sitokinin yang diproduksi sel
Th1, sel Th2, dan sel Th17.

4.2 Probiotik Lactobacillus reuteri Sebagai Imunomodulator


Imunomodulator bekerja dengan cara meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh alamiah (activated cellular immunity). Pertama,
meningkatkan proses maturity (pematangan) sel-sel yang berperan
dalam respon imun. Kedua, meningkatkan proses proliferasi sel,
terutama sel-sel macrophage (mempagosit antigen dan
menghancurkan antigen dalam sel) dan lymphocyte (pembentukan
antibody dan membunuh antigen dalam sel) sehingga jumlah
menjadi lebih banyak dalam waktu relatif singkat. Dengan jumlah
antigen dapat diproses meningkat lebih banyak dan titer antibodi
yang dihasilkan menjadi lebih tinggi. Ketiga, mengaktifkan
komplement, sehingga eliminasi antigen dalam sel menjadi lebih
efektif.
Probiotik Lactobacillus reuteri dikatakan sebagai
imunomodulator karena kemampuannya sebagai aktivator yang kuat
untuk sistem imun innate. Probiotik ini mempunyai molekul yang
spesifik pada dinding selnya. Dalam mikrobiologi, molekul-molekul
spesifik tersebut dikenal sebagai pathogen-associated-reseptor
patterns (PAMPs).
Molekul-molekul spesifik (PAMPs) dikenali oleh reseptor-
reseptor spesifik “specific pattern recognition reseptors” (PRRs).
Salah satu PAMPs yang ada pada probiotik adalah lipoteichoic acid
(LTA). LTA adalah molekul yang secara biologis aktif, merupakan
karakteristik dari bakteri gram positif dan memiliki dampak
biologis.
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 77
TLRs adalah PRRs (pattern recognition reseptors) pada
mamalia yang berfungsi sebagai signal transducer, berhubungan
dengan CD-4 untuk membantu sel host mengenali patogen serta
melakukan inisiasi kaskade signal. TLRs membantu menjembatani
sistem imunitas innate ke sistem adaptif dengan menginduksi
berbagai molekul efektor dan ko-stimulator. Memiliki struktur sama
dan mempunyai karakter menyalurkan signal melalui NF-AP-I dan
MAP kinase. Efektor hilir dari beberapa TLR, misal TLR2 dan
TLR4 adalah adapter protein MyD88 merekrut ser/Thr kinase IRAK
(IL-IR associated kinase) untuk membentuk kompleks reseptor.
IRAK berhubungan dengan molekul adapter TNF receptor
associated factor (TRAF6). TRAF6 selanjutnya mengaktivasi
MAP3K family memver NIK (NK-kB-inducing kinase) yang
mengaktivasi NF-kB inhibitor kinase (IKKs). Degradasi NF-kB
inhibitor I-kB segera bertranslokasi ke nukleus untuk menginduksi
ekspresi gen yang sesuai.
Sistem imun innate pada tingkat molekul akan dipusatkan
pada aktivasi sel B, yang mempunyai kemampuan menginduksi
transkripsi dari beberapa sitokinin proinflamasi dalam merespon
stimulasi oleh mikroba. Dalam perannya membantu menjembatani
sistem imunitas innate ke sistem adaptif TLR dan menginduksi
respons imun baik ke arah THI maupun Treg. TLR-2 dan TLR-4
diketahui mempunyai peran penting dalam polarisasi respons imun
oleh mikroba (Romagnani, 1995).

DAFTAR RUJUKAN

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 78


Abbas, AK., Lichtman, AH., Pillai, Shiv. 2012. Cellular and Molecular
Immunology 7th edition. USA: Elsevier Inc., Sciencedirect.

Ahrne, S., G. Molin, and I. Axelsson. 1992. Transformation of


Lactobacillus reuteri with Electroporation: Studies on the
Erythromycin Resistance Plasmid PLUL631. Curr. Microbiol,
24: 199-205.

Amin HM, Hashem AM, Ashour MS, Hatti-Kaul R. 2013. 1,2


Propanediol utilization by Lactobacillus reuteri DSM 20016, role
in bioconversion of glycerol to 1,3 propanediol, 3-
hydroxypropionaldehyde and 3-hydroxypropionic acid. J. Genet.
Eng. Biotechnol, 11:53–59.

Bayer, A., Lammel, J., Tohidnezhad, M., Lippross, S., Behrendt, P.,
Klüter, T., Pufe, T., Cremer, J., Jahr, H., Rademacher, F., Gläser,
R., and Harder, J. 2017. The Antimicrobial Peptide Human Beta-
Defensin-3 Is Induced by Platelet-Released Growth Factors in
Primary Keratinocytes. Journal Hindawi Mediators of
Inflammation.

Bienenstock, J., Gibson, G., Klaenhammer, T.R., Walker, A.W. and


Neish, A.S. (2013) New insights into probiotic mechanisms A
harvest from functional and metagenomic studies. Gut Microbes
4, 1–7.

Brady, L.J., Gallaher, D.D., and Busta, F.F. 2000. The Role of
Probiotic Cultures in the Prevention of Colon Cancer. J. Nutr.
130 : 410-414.

Britton, R. A. 2017. Lactobacillus reuteri, Implications for Human


Health, Prebiotics, Probiotics, and Dysbiosis. The Microbiota in
Gastrointestinal Pathophysiology, 89-97.

Catherine, W.C., Blase, J.R., Zhang, X., Eickhoff, C.S., Hoft, D.F.
2016. Th17 Cells Are More Protective Than Th1 Cells Against
the Intracellular Parasite Trypanosoma cruzi. PloS Pathogens,
12(10): e1005902.

Casas, I.A., and Dobrogosz, W. J. 2000. Validation of the Probiotic


Concept: Lactobacillus reuteri Confers Broad-spectrum
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 79
Protection against Disease in Humans and Animals. Microbial
Ecology in Health and Disease, 12: 247-285.

Cervantes-Barragan Ilmu 357, 806 – 810,

Chin, J., Turner, B., Barchia, I., Mullbacher, A. 2000. Immune


Response To Orally Consumed Antigens and Probiotics Bacteria.
Immunology and Cell Biology, 78 (1): 55-66.

Chuang, L., Wu, K.G., Pai, C., Hsieh, P.S., Tsai, J.J., Yen, J.H. and
Lin, M.Y. 2007. Heat-killed cells of lactobacilli skew the
immune response toward T helper-1 polarization in mouse
splenocytes and dendritic cell treated T cells. J Agric Food
Chem, 55: 11080–11086.

Cobo, ER., Singh, V.S., Moreau, F., and Chadee, K. 2015. Colonic
MUC2 Mucin Regulates The Expression and Antimicrobial
Activity Of β-Defensin 2. Journal Of Nature Publishing Group,
8 (6): 1-13.

Collado, M. C., Isolauri, E., Salmien, S., Sanz, Y. 2009. The impact of
probiotic on gut health. Curr Drug Metab, 10 (1): 68-78.

Cox, JH., Kljavin, NM., Ota, N., Leonard, J., Girma, R.M., Diehl, L.,
Ouyang, W., Ghilardi, N. 2012. Opposing consequences of IL-23
signaling mediated by innate and adaptive cells in chemically
induced colitis in mice. Mucosal Immunology, 5 (1): 99-108.

Crowther, 2001. The Elisa Guidebook.Humana Press, New Jersey

Dunne, C., Murphy, L., Flynn, S., O’Mahony, L., O’Halloran, S.,
Feeney, M., Morrissey, D., Thornton, G., Fitzgerald, G., Daly,
C., Kiely, B., Q, E.M.M., O’Sullivan, G., Shanahan, F., Kevin,
J.C. 1999. Probiotics: From Myth To Reality. Demonstration Of
Functionality In Animal Models Of Disease And In Human
Clinical Trials. Antonie van Leeuwenhoek, 76: 279–292.

Efrati, C., Nicolini, G., Cannaviello, C., Piazza O’Sed, N. and


Valabrega, S. 2012. Helicobacter pylori eradication: sequential
therapy and Lactobacillus reuteri supplementation. World J
Gastroenterol, 18:6250-4.
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 80
Emara, MH., Mohamed, SY., Abdel-Aziz, HR. 2014. Lactobacillus
reuteri in management of Helicobacter pylori infection in
dyspeptic patients: a double-blind placebo-controlled randomized
clinical trial. Therap Adv Gastroenterol. 7(1):4-13.

FAO/WHO. 2001. Regulatory and clinical aspects of dairy probiotics.


FAO and WHO expert consultation report.

FAO/WHO. 2002. Joint FAO/WHO Working Group Report on


Drafting Guidelines for the Evaluation of Probiotics in Food.
London.

Fuller, Roy. 1989. History and Development Of Probiotics in Man and


Animals. Journal of Applied Bacteriology, 66: 365-378.

Fuller, Roy. 1992. History and Development of Probiotics. In


Probiotics the Saintific Basis. Edited by Fuller. Chapman and
Hall. London. New York. Tokyo. Melbourne. Madras. pp,1-7.

Fuller, Roy. 1994. Probiotik: gambaran, p. 63 ± 73.Di SAW Gibson


(ed.), kesehatan manusia: kontribusi mikroorganisme. Springer-
Verlag, New York, NY.

Gaffen, S.L. 2011. Recent advances in the IL-17 cytokine family. Curr
Opin Immunol, 23(5): 613-19.

Ganz, T. 2003. Defensins: Antimicrobial Peptides of Innate Immunity.


Reviews Immunol Nature Pub, Volume 3: 710-721.

Ganzle, M. G. 2004. Reutericyclin: biological activity, mode of action,


and potential applications. Appl Microbiol Biotechnol, 64: 326-
332.

Gardner, E.J., and 11. Snustad, D. P. 1991. Principle of Genetic. New


York: Chichester-Brisbane-Toronto-Singapore: John Wiley and
Sons Inc.

Gilliland, S.E. and D.K. Walker. 1990. Factors to consider when


selecting a culture of Lactobacillus acidophilus as a dietary
adjunt to produce a hypocholesterolemic effect in humans. J.
Dairy Sci., 73, 905 - 911.
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 81
Gu, C., Wu, L., and Li, X. 2013. IL-17 Family: Cytokines, Receptors
and Signaling. NIH-PA Author Manuscript, 64(2): 1-21.

Gupta, V. and Garg, R. 2009. Probiotics. Indian J Med Microbiol 27,


202–209.

Habil, N., Abate, W., Beal, J., Foey, A.D. 2013. Heat-Killed Probiotic
Bacteria Differentially Regulate Colonic Epithelial Cell
Production Of Human β-defensin-2: Dependence On
Inflammatory Cytokines. Beneficial Microbes ,5(4): 483-495.

Heimbach, J. 2008. Generally Recognized as Safe (GRAS)


Determination of Lactobacillus reuteri. Stockholm, Sweden:
BioGaiaAB.

Hardy, H., Harris, J., Lyon, E., Beal, J., Andrew, D.F. 2013. Probiotics,
Prebiotics and Immunomodulation of Gut Mucosal Defences:
Homeostasis and Immunopathology. Journal of Nutrients, 5:
1869-1912.

Hemaiswarya, S., Raja, R., Ravikumar, R. and Carvalho, I.S. 2013.


Mechanism of action of probiotics. Braz Arch Biol Technol 56,
113–119.

ISAPP. 2009. Clarification of the Definition of a Probiotic. Available


at; www.isapp.net. Opened : Maret 03, 2018.

Isolauri, E. and S. Salminen. 2008. Probiotics: Use in Allergic


Disorders: a Nutrition, Allergy, Mucosal Immunology, and
Intestinal Microbiota (NAMI) Research Group Report. J. Clin.
Gastroenterol, 42 (2) : 9 –96.

Jasper, D.A., Massey, L.K., and Luedoke, L.O. 1984. Effect of


consuming yogurt prepared with three culture strain on human
serum lipoproteins. J. Food Sci. 49, 1178-1181.

Jeon, S.G., Kayama, H., Ueda, Y., Takahashi, T., Asahara, T., Tsuji,
H., Tsuji, N.M., Kiyono, H., Ma, J.S., Kusu, T., Okumura, R.,
Hara, H., Yoshida, H., Yamamoto, M., Nomoto, K., Takeda, K.
2012. Probiotic Bifidobacterium Breve Induces IL-10-Producing
Tr1 Sells in The Colon. PloS Pathogens, 8 (5): e1002714.
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 82
Jung, S., Mysliwy, J., Spudy, B., Lorenzen, I., Reiss, K., Gelhaus, C.,
Podschun, R., Leippe, M. & Gro’tzinger, J. 2011. Human β-
Defensin 2 and β-Defensin 3 Chimeric Peptides Reveal the
Structural Basis of the Pathogen Specificity of Their Parent
Molecules. Antimicrobial Agents And Chemotherapy, 55(3):
954–960.

Jurczak, A., Koscielniak, D., Papiez, M., Vyhouskaya, P., Krzysciak,


W. 2015. A study on β‑defensin‑2 and histatin‑5 as a diagnostic
marker of early childhood caries progression. Biological
Risearch, 48:61.

Kadler, O., Stetter, K.O., and Kohl, R. 1980. Lactobacillus reuteri sp.
nov., a New Species of Heterofermentative Lactobacilli.
Mikrobiology, 1 (3): 264-269.

Karna, B.K. L., Emata O.C. and V.L. Barraquio. 2007. Lactic Acid and
Probiotic Bacteria from Fermented and Probiotic Dairy Products,
Science Diliman, 19: 2, 23-24

Kemgang, T.S., Kapila, S., Shanmugam, V.P., and Kapila, R. 2014.


Cross-Talk Between Probiotic Lactobacilli And Host Immune
System. Journal of Applied Microbiology, 117: 303-319.

Kim, J.H., Kim, K.H., Kim, H.J., Lee, J., Myung, C.S. 2015.
Expression of Beta-Defensin 131 Promotes an Innate Immune
Response in Human Prostate Epithelial Cells. Journal Plos one,
10 (12): 0144776.

Kusuma, R.W., Sumarno., Tri, A.E. 2012. Pengaruh Pemberian


Prebiotik Lactobacillus reuteri Terhadap Presentase Sel
Regulator dan Sel T Helper 22 pada Limpa Mencit Nifas yang
Diinduksi Bakteri Staphylococcus auresus. Journal of Issues in
Midwifery, 1 (3): 18-28.

Lee, J., Kim, Y., Yun, H. S., Kim, J. G., Oh, S., and Kim, S. H. 2010.
Genetic and Proteomic Analysis of Factors Affecting Serum
Cholesterol Reduction by Lactobacillus acidophilus A4. Appl.
Environ. Microbiol. 76(14): 4829-4835.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 83


Lengkey, H. A. W. 2008. Studiu Privind Izolarea, Identificarea si
Utilerazea Unor Bacterii Acido-lactice in Bioconservea Carnii si
Producelor din Carne. Teza. Universitatea de Stiinte Agronomice
si Medicia Veterinara Bucuresti.

Lewin, B. 2008. Genes IX. Oxford University Press.

Lin, A.M., Rubin, C.J., Khandpur, R. 2011. Mast cells and neutrophils
release IL- 17 through extracellular trap formation in psoriasis. J
Immunol, 187:490- 500.

Lin, X. B., Ganzle, M. G. 2014. Effect of Lineage-Specific Metabolic


Traits of Lactobacillus reuteri on Sourdough Microbial Ecology.
Applied and Environmental Microbiology (AEM), 80 (18): 5782–
5789.

Liong, M.T. 2008. Roles of probiotics and Prebiotics in Colon Cancer


Prevention: Postulated Mechanisms and In vivo Evidence. Int. J.
Mol. Sci 9(5): 854-863.

Liu, Y., Tran, D. Q., Fatheree, N. Y., and Rhoads, J. M. 2014.


Lactobacillus reuteri DSM 17938 Differentially Modulates
Effector Memory T cells and Foxp3 Regulatory T Cells in a
Mouse Model of Necrotizing Enterocolitis. Am J Physiol
Gastrointest Hati Physiol, 307: G177-G186.

Lyra, A., L. K. Krogius, J. Nikkila, E. Malinen, K. Kajander,K.


Kurikka, R. Korpela, and A. Palva. 2010. Effect of a multispecies
probiotic supplement on quantity of irritable bowel syndrome-
related intestinal microbial phylotypes. BMC Gastroenterol.
10:1-10.

Malinen, E., Krogius, L.K., Lyra, A., Nikkila, J., Jaaskelainen, A.,
Rinttila, T., Vilpponen, S.T., Von Wright, A.J., and Palva. A.
2010. Association of symptoms with gastrointestinal microbiota
in irritable bowel syndrome. World J. Gastroenterol.
16(36):4532-4540

Mair, N.S. 1973. Yersiniosis In Wildlife And Its Public Health


Implications. Journal of Wildlife Diseases, 9(1):64-71.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 84


Martin, D.A., Towne, J.E., Kricorian, G., Kletkoka, P., Gudjonsson, J.E.,
Krueger, J.G. 2013. The emerging role of IL-17 in the pathogenesis
of psoriasis: Preclinical and clinical findings. J invest Dermatol,
133: 17-26.

McClemens, J.M. 2011. The effect of Lactobacillus reuteri on host


immune and cell alterations during an enteric parasitic infection.
Open Access Dissertations and Theses. Paper 5893. McMaster
University, Canada.

Mechoud, M.A., Mateos, M.V., de Valdez, G.F., Villena, J., Salvador,


G.A. and Rodriguez, A.V. 2012. Lactobacillus reuteri CRL1098
Soluble Factors Modulate Tumor Necrosis Factor Alpha
Production in Peripheral Blood Mononuclear Cells: Involvement
Of Lipid Rafts. Int Immunopharmacol, 14: 446–453.

Mediawati, M. 2017. Probiotik Berpengaruh pada Kadar Β-Defensin


pada Vagina Mencit Nifas yang Dipapar Staphyloccocus aureus.
Global Health Science, 2 (2):2503-5088.

Monteiro, M., Almeida, C. F., Agua, A. D., and Graca, L. 2013.


Induced IL-17–Producing Invariant NKT Cells Require
Activation in Presence of TGF-β and IL-1β. The Journal of
Immunology, 190: 805–811.

Mowat, A.M . 2003. Anatomical basis of tolerance and immunity to


intestinal antigens. Nature Reviews Immunology 3, 331–341.

Moseley, T.A., Haudenschild, D.R., Rose, L., Reddi, A.H. 2003.


Interleukin-17 family and IL-17 receptors. Cytokine & growth
factor review, 14: 155-74.

Mukai, T., Asasaka, T., Sato, E., Mori, K., Matsumoto, M., Ohori, H.
2002. Inhibition of binding of Helicobacter pylori to the
glycolipid receptors by probiotic Lactobacillus reuteri. FEMS
Immunology & Medical Microbiology, 32 (2): 105-110.

Naidu, A.S., Bidlack, W.R. and Clemens, R.A. (1999) Probiotic


spectra of lactic acid bacteria. Crit Rev Food Sci Nutr 39, 13–
126.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 85


Nur, E.W. 2011. Peran Probiotik untuk Kesehatan. Jurnal Kesehatan,
Vol. 4, No. 1: 14-20.

Ogunbanwo, S. T., Sanni, A. I., and Onilude, A. A. 2003.


Characterization of Bacteriocin Produce by Lactobacillus
plantarum FI and Lactobacillus brevis OGI. African Journal of
Biotechnology, 2 (8): 219-227.

Pato, U. 2003. Potensi Bakteri Asam Laktat yang diisolasi dari Dadih
untuk Menurunkan Resiko Penyakit Kanker. Jurnal Natur
Indonesia 5(2): 162-166.

Pereira, D. I. A., McCartney, A. L., and Gibson, G.R. 2003. An In


Vitro Study of the probiotic Potential of a Bile-Salt-Hydrolyzing
Lactobacillus fermentum Strain, and Determination of Its
Cholesterol-Lowering Properties. Appl. Environ. Microbiol. 69
(8):4743-4752.

Prado, F. C., J. L. Parada, A. Pandey, and C. R. Soccol. 2008. Trends


in non-dairy probiotic beverages. Food Res. Int. 41: 111-123.

Rahayu, E. S. 2008. Probiotic for Digestive Health. Food Review-


Referensi industri dan teknologi pangan Indonesia. Available at:
http://www.food review.biz/login/preview.php?view&id=55932.
Opened: Maret 25, 2018.

Reid, G., Jass, J., Sebulsky, M.T. and McCormick, J.K. 2003. Potential
use of probiotics in clinical practice. Clin Microbiol Rev 16,
658–672.

Reinholz, M., Ruzicka, T., Schauber, J. 2012. Cathelicidine LL-37: An


antimicrobial peptide with role in inflamatory skin disease. Ann
Dermatol, 24: 126-35.

Romagnani, S. 1995. Biology of Human TH1 and TH2 Cells. Journal


of Clinical Immunology, 15 (3): 121-122.

Roos, S., and Jonsson, H. 2002. A High-Molecular-Mass Cell-Surface


Protein from Lactobacillus reuteri 1063 Adheres to Mucus
Components. Microbiology, 148: 433-442.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 86


Saarela, M., G. Mogensen, R. Fonden, J. Matto, and T. Mattila-
Sandholm. 2000. Probiotic bacteria: safety, functional and
technological properties. J. Biotechnol. 84(3):197-215.

Salazar-Lindo, E., Figueroa-Quintanilla, D., Caciano, M.I., Reto-


Valiente, V., Chauviere, G., and Colin, P. 2007. Effectiveness
and Safety of Lactobacillus LB in the Treatment of Mild Acute
Diarrhea in Children. J. Ped. Gastroenterol. Nutr, 44:571-576.

Sarah. L. G., Renu, J., Abhishek, V. G., Daniel, J. C. 2014. The IL-23–
IL-17 Immune Axis: From Mechanisms to Therapeutic Testing.
Nature Reviews Immunology, 14: 585-600.

Savino, F., Pelle, E., Palumeri, E., Oggero, R., Miniero, R. 2006.
Lactobacillus reuteri (American Type Culture Collection Strain
55730) Versus Simethicone in the Treatment of Infantile Colic:
A Prospective Randomized Study. PEDIATRICS, 119 (1) : 124-
130.

Selsted, M. E & Ouellette, A. J. 2005. Mammalian Defensins in the


Antimicrobial Immune Respone, Nature Immunology, 6 (6): 551-
557.

Shah, N. P. 2007. Functional cultures and health benefits. Int. Dairy J.


17:1262-1277, Elsevier Inc, USA

Shen, Jun., Zuo, Zhi-Xiang., & Mao, Ai-Ping. 2014. Effect of


Probiotics on Inducing Remission and Maintaining Therapy in
Ulcerative Colitis, Crohn’s Disease, and Pouchitis: Meta-analysis
of Randomized Controlled Trials. Inflamm Bowel Dis, 20 (1) :
21-35.

Shornikova, A., I. A. Casas, H. Mykkanen, E. Salo, and T. Vesikari.


1997. Bacteriotherapy with Lactobacillus reuteri in Rotavirus
Gastroenteritis. Pediatr. Infect. Dis. J, 16:1103-1107.

Shornikova, A., E. Isolauri, I. A. Casas, H. Mykkanen, and T. Vesikari.


1997. Lactobacillus reuteri as a Therapeutic Agent in Acute
Diarrhoea in Young Children. J. Pediatr. Gastroenterol. Nutr,
24:227-238.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 87


Talarico, T.L, Casas, L. A., Chung, T. C., and Dobrogosz, W. J. 1988.
Production and Isolation of Reuterin, a Growth Inhibitor
Produced by Lactobacillus reuteri. Antimicrob. Agents
Chemother, 32:1854-1858.

Talarico, T.L., Axelsson, L. T., Novotny, J., Fiuzat, M., and


Dobrogosz, W. J. 1990. Utilization of Glycerol as a Hydrogen
Acceptor by Lactobacillus reuteri: Purification of 1,3-
Propanediol: NAD+ Oxidoreductase. Applied And
Environmental Microbiology, 56 (4): 943-948.

Tang, Y. Q., Yuan, J., Osapay, G., Osapay, K., Tran, D., Miller, C. J.,
Ouellette, A.J., Michael, E. 1999. A Cyclic Antimicrobial
Peptide Produced in Primate Leukocytes by the Ligation of Two
Truncated α-Defensins. Science, 286: 498-502.

Tannock, G.W. 1999. Editor. Probiotics. A critical review.

Tannock, G.W. 1999. Introduction. Dalam Probiotics A Critical


Review. Edited by Gerald W. Tannock. Horizon Scientific Press.
U.K. and Europe-Portland USA, Australia, New Zealand-India.

Tewary, P., Rosa de la G., Sharma, N.m, Rodriguez, L. G., Tarasov, S.


G., Zack, O.M. H., Shirota, H., Steinhagen, F., Klinman, D.M.,
Yang, D., and Oppenheim, J. J. 2013. β-Defensin 2 and 3
Promote the Uptake of Self or CpG DNA, Enhance IFN-α
Production by Human Plasmacytoid Dendritic Cells, and
Promote Inflammation. The Journal of Immunology, 191: 865–
874.

Todd, L. T., and Walter, J. D. 1989. Chemical Characterization of an


Antimicrobial Substance Produced by Lactobacillus reuteri.
Antimicrobial Agents and Chemotherapy, 33 (5): 674-679.

Torii, S., Torii, A., Itoh, K., Urisu, A., Terada, A., Fujisawa, T.,
Yamada, K., Suzuki, H., Ishida, Y., Nakamura, F., Kanzato, H.,
Sawada, D., Nonaka, A., Hatanaka, M., and Fujiwara, S. 2010.
Effects of Oral Administration of Lactobacillus acidophilus L-92
on the Symptoms and Serum Markers of Atopic Dermatitis in
Children. Int. Arch. Allergy Immunol. 154(3): 236-245.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 88


Urbanska, M & Szajewska, H. 2014. The efficacy of Lactobacillus
reuteri DSM 17938 in infants and children: a review of the current
evidence. Eur J Pediatr 173:1327–1337.

Van, L. M., Carnoy, C., Cayet, D., Songhet, P., Dumoutier, L., Ferrero,
I., Janot, L., Erard, F., Bertout, J., Leger, H., Sebbane, F.,
Benecke, A., R, J-C., H, W-D., Ryffel, B., and S, J-C. 2013.
TLR5 Signaling Stimulates the Innate Production of IL-17 and
IL-22 by CD3(neg) CD127(+) Immune Cells in Spleen and
Mucosa. J Immunol, 185: 1177-1185.

Vanderhoof, J.A. 2008. Probiotics in Allergy Management. J. Ped.


Gastroenterol. Nutr. 47:38-40

Wallace, T.C., Guarner , F., Madsen, K., Cabana, M. D., Gibson, G.,
Hentges, E., & Sanders, M.E . 2011. Human Gut Microbiota and
Its Relationship to Health and Disease. Nutrition Reviews,
69(7):392–40.

Wells, Jerry M. 2011. Immunomodulatory Mechanisms of Lactobacilli.


Wells Microbial Cell Factories, 10 (1):S17.

World Health Organization. 2015. World Health Organization


Estimates of the Global and Regional Disease Burden of 22
Foodborne Bacterial, Protozoal, and Viral Diseases, 2010: A
Data Synthesis. PLOS Medicine 12(12): 1-21.

World Gastroenterology Organisation. 2014. Gut Microbes: Probiotics


and Prebiotict, USA.

Yoon, S. S., and Sun, J. 2011. Probiotics, Nuclear Receptor Signaling,


and Anti-Inflammatory Pathways. Gastroenterology Research
and Practice, 16: 1-17.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 89


GLOSARIUM

Antibiotik : segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang


mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu
proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam
proses infeksi oleh bakteri.

Asimilasi : bergabung Bakteriosin : protein atau kompleks protein


yang disintesa secara ribosomal, dan menunjukkan
aktivitas antibakteri

Bile salt hydrolase : enzim yang dimiliki oleh bakteri asam laktat yang
berfgungsi memecah garam empedu

Candidiasis : Infeksi yang disebabkan oleh infeksi jamur jenis


Candida, dominannya adalah Candida albicans

Cfu : Colony Forming unit, yaitu satuan banyaknya bakteri


Conjugated bile salt : penggabungan garam empedu

Dekonjugasi : mencegah penggabungan

Dermatitis atopik : ekzema atopik, adalah suatu kondisi medis yang


kronis yang ditandai dengan kulit yang kemerahan,
kering, meradang dan gatal, biasanya pada lapisan dalam
sendi (seperti siku dan lutut).

Farmasetika : Ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat—


meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan
pembakuan bahan obat-obatan; seni peracikan obat; serta
pembuatan sediaan farmasi.

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 90


Flatulensi : keluarnya gas melalui anus atau dubur akibat akumulasi
gas di dalam perut (terutama dari usus besar atau kolon).

Gastrointestinal : Saluran Pencernaan mulai dari mulut sampai anus,


meliputi oropharing, esophagus, lambung, usus halus,
usus besar.

Gastroenteritis : infeksi pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh


beberapa jenis virus dan bakteri patogen seperti Yersinia
enterocolitica, Salmonella, E. coli

Hiperkolesterolemi : kondisi dimana konsentrasi kolesterol darah di


atas normal

Imunomodulator : zat, misalnya obat yang memiliki efek terhadap


sistem imun

Infeksi : keadaan di mana mikroorganisme bereplikasi dan


jaringan menjadi terganggu Irritable Bowel Syndrome :
suatu kondisi medis yang ditandai dengan nyeri perut dan
kram, serta ada perubahan pola buang air besar. Kondisi
ini terjadi karena fungsi abnormal dari otot-otot pada
organ saluran pencernaan atau saraf-saraf yang
mengendalikan organ-organ tersebut

Karsinogenik : Suatu bahan yang dapat mendorong/menyebabkan


kanker karena gangguan pada proses metabolisme seluler
(genomik)

Kolitis ulserasi : Peradangan kronis pada usus besar

Kolon : Usus besar

Kolonisasi : Mikroorganisme yang tidak bereplikasi pada jaringan


yang ditempatinya

Konstipasi : Sembelit, adalah kelainan pada sistem pencernaan di


mana seorang manusia (atau mungkin juga pada hewan)
mengalami pengerasan tinja yang berlebihan sehingga
sulit untuk dibuang atau dikeluarkan dan dapat
menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya
Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 91
Laktoperoksidase : Enzim susu, yaitu enzim yang dikeluarkan oleh
kelenjar susu dan beberapa kelenjar mukosa yang
berfungsu sebagai antibakteri alami.

Laktosa : Gula susu

Laktosa intoleran : Kondisi di mana laktase, sebuah enzim yang


diperlukan untuk mencerna laktosa, tidak diproduksi
dalam masa dewasa

Lipopolisakarida : Sebuah molekul besar berupa kompleks antara


senyawa lipid dan polisakarida dengan ikatan kovalen

Makrofag : Merupakan sel yang dapat memafagosit (memakan)


mikroorganisme yang masuk di dalam tubuh

Mikroflora usus : Bakteri yang hidup dan mampu berkembang biak di


dalam usus manusia.

Mutagenetik : Sifat dasar kimia yang menyebabkan mutasi gen

Pangan Fungsional : Pangan yang karena kandungan komponen


aktifnya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan, di
luar manfaat yang diberikan oleh zat-zat gizi yang
terkandung di dalamnya.

Patogen : Berpeluang menimbulkan penyakit-penyakit Crohn’s :


penyakit di mana terjadi inflamasi (peradangan) pada
saluran cerna sehingga mempengaruhi kinerja saluran
cerna.

Placebo : Sebuah pengobatan yang berdampak atau penanganan


palsu yang bertujuan untuk mengontrol efek dari
pengharapan.

Prebiotik : Jenis serat yang merupakan media bagi bakteri yang


menguntungkan dan berpengaruh baik terhadap kesehatan

Preparat : Bahan yang dipersiapkan secara kimiawi

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 92


Probiotik : Bakteri hidup yang diberikan sebagai suplemen
makanan yang mempunyai pengaruh menguntungkan
pada kesehatan baik pada manusia maupun hewan,
dengan memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal.

Saurkraut : Salah satu jenis susu fermentasi yang mengandung


bakteri asam laktat

Sel epitel : Sel yang membentuk jaringan epitel. Jaringan ini berada
di berbagai tempat pada tubuh. Jaringan ini memiliki
banyak fungsi terutama untuk proteksi, sekresi, absorbsi,
dan transportasi serta filtrasi

Sirosis : Sirosis adalah suatu kondisi di mana jaringan hati yang


normal digantikan oleh jaringan parut (fibrosis) yang
terbentuk melalui proses bertahap. Jaringan parut ini
memengaruhi struktur normal dan regenerasi sel-sel hati.
Sel-sel hati menjadi rusak dan mati sehingga hati secara
bertahap kehilangan fungsinya

Sitokin : Senyawa yang berhubungan dengan sistem imun yang


dihasilkan oleh limfosit T

Strain : Galur, Type

Synbiotik : Hubungan antara probiotik dan prebiotik

Th : T helper merupakan sub-grup limfosit (tipe sel darah


putih atau leukosit) hasil aktivasi sel T CD4+ yang
memainkan peran penting dalam sistem imun.

Xenobiotik : Bahan pangan yang mengandung prebiotik dan probiotik


sekaligus

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 93


Nurul Haji Fitriani, Lahir di Sampit 01
Juni 1993. Penulis memulai pendidikan
formal di SDN-1 Buana Mustika, lalu
dilanjutkan ke MTS-Alfajar Parenggean
dan MA Manbail Futuh, Beji Jenu Tuban.
Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di
IAIN Palangka Raya dan merain gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Biologi. Tahun 2016, penulis
melanjutkan pendidikan di Universitas
Negeri Malang pada Program Studi
Magister Pendidikan Biologi.

Email: fitrianinurulhaji@gmail.com

Monograf Probiotik Lactobacillus ruteri 94

Anda mungkin juga menyukai