DISUSUN
O
L
E
H
1. AIDA ELIZA
2. INDAH PUTRIANA
3. DIMA SUHADA
DOSEN PEMBIMBING
Ns. Yesi Maifita.M.Kep
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul asuhan keperawatan tentang infeksi post partum. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasia meridoi
segala usaha kita. Amiinn…
Penyusun
DAFTAR ISI
\
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu
atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami
perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat perhatian lebih
dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu
(AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya
perhatian pada wanita post partum (Maritalia,2012).
Di Negara berkembang seperti indonesia, masa nifas merupakan masa yang kritis
bagi ibu yang sehabis melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu terjadi setelah
persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam pertama (Prawirardjo,
2006). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang komlpeks yang sulit diatasi.
AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai keadaan pelayanan obstretri disuatu
negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan obstretri masih buruk, sehingga memerlukan
perbaikan. Dari laporan WHO di Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu
tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-
negara ASEAN lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Postpartum dengan Infeksi?
2. Bagaimana Etiologi dari Postpartum dengan Infeksi?
3. Bagaimana Patofisilogi dari Postpartum dengan Infeksi?
4. Bagaimana Tanda dan Gejala Postpartum dengan Infeksi?
5. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Postpartum dengan Infeksi?
6. Bagaimana Penatalaksanaan Postpartum dengan Infeksi?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Postpartum dengan Infeksi?
C. Tujuan penulisan
Tujuan Umum
Agar Mahasiswa mendapatkan pengetahuan mengenai Postpartum dengan Infeksi serta dapat
mengetahui asuhan keperawatan pada klien Postpartum dengan Infeksi
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Postpartum dengan Infeksi
Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi dari Postpartum dengan Infeksi
Mahasiswa mampu menjelaskan Phatofisilogi dari Postpartum dengan Infeksi
Mahasiswa mampu menjelaskan Tanda dan Gejala Postpartum dengan Infeksi
Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan Diagnostik Postpartum dengan Infeksi
Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan Postpartum dengan Infeksi
Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan pada klien Postpartum dengan
Infeksi
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim bayi
baru lahir. Dengan faktor- faktor insensial persalinan, proses persalinan itu sendiri, kemauan
persalinan, adaptasi ibu dan bayi, proses keperawatan baik pada wanita maupun pada
keluarga (Alden, 2004).
Pengobatan
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15-20 menit, 4 kali/hari.
Diberikan antibiotik dan untuk mencegah pembengkakan, sebaiknya dilakukan pemijatan dan
pemompaan air susu pada payudara yang terkena.
- Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Bila diberikan sebelum
terbentuk abses
- biasanya keluhannya akan berkurang.
- Sangga payudara.
- Kompres dingin.
- Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
- Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS.
- Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.
2) Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus
laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu.
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
- Faktor hormon
- Hisapan bayi
- Pengosongan payudara
- Cara menyusui
- Faktor gizi
- Kelainan pada puting susu
Patofisiologi
- Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa
panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.
- ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung
membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
- ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24
jam.
3) Abses Payudara
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi
apabila mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.
Tanda dan gejala
- Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
- Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
- Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
- Payudara yang tegang dan padat kemerahan.
- Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.
- Adanya pus atau nanah.
4) Infeksi Parineal
Masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh melalui robekan dan serambi lubang
senggama waktu bersalin, sehingga luka terasa nyeri dan mengeluarkan nanah.
Tanda dan Gejala
- Nyeri pada luka.
- Luka pada perineal yang mengeras.
- Demam.
- Keluar pus atau cairan.
- Kemerahan.
- Berbau busuk.
Pelaksanaan
a) Jika terdapat pus atau cairan, buka dan drain luka tersebut.
b) Angkat kulit yang nekrotik dan jahitan subkutis dan lakukan debridement.
- Jangan angkat jahitan fasia.
- Jika infeksi hanya superficial dan tidak meliputi jaringan dalam, atau akan
timbulnya abses dan berikan antibiotika.
- Ampisilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari.
c) Jika infeksi cukup dalam, meliputi otot dan menimbulkan nekrotik atau berikan
kombinasi antibiotika sampai pasien bebas panas 48 jam.
- Penisilin G sebanyak 2 jt unit I.V setiap 6 jam.
- Ditambah Gentamisin 5 mg/kgBB I.V setiap 24 jam.
- Ditambah Metronidazol 500 mg per oral 3 kali sehari selaa 5 hari.
- Jika sudah bebas demam 48 jam, berikan :
1. Ampisilin 500mg per oral 4 kali sehari selama 5 hari.
2. Ditambah Metronidazol 400 mg per oral 3 kali sehari selama 5 hari.
3. Catatan : Fasilitas nekrotikan membutuhkan debridement dan jahitan
situasi. Lakukan jahitan reparasi 2 – 4 minggu kemudian, bila luka sudah
bersih.
4. Jika infeksi parah pada fasilitas nekrotikan, rawat pasien untuk kompres 2
kali sehari.
5. Infeksi Uterus
1) Endometritis (Lapisan dalam Rahim)
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). Infeksi
ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan
terdapat benda asing dalam rahim (Anonym, 2008).
Tanda dan gejala:
- sedikit demam
- nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari
vagina berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada endometrium.
Pada infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka,
kadang berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan
buang air kecil.
Infeksi Endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri
abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat perdarahan
dapat terjadi penyebaran seperti:
1. Meometritis (infeksi otot rahim)
2. Parametritis (infeksi sekitar rahim)
3. Salpingitis (infeksi saluran tuba)
4. Ooforitis (infeksi indung telur)
5. dapat terjadi sepsis (infeksi menyebar), pembentukan pernanahan sehingga terjadi
abses pada tuba atau indung telur (Anonym, 2008).
4) Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya,
ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga
peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.
Tanda dan gejala:
o Demam
o Perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis
bisa terdapat pertumbuhan abses
o Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan
dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau
kandung kencing
o Suhu meningkat menjadi tinggi
o Nadi cepat dan kecil
o Perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire
o Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata
cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica.
Mortalitas peritonitis umum tinggi.
5)Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang paling sering ialah perluasan atau invasi
mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-
cabangnya sehingga terjadi trobpoflebitis.
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh
darah disertai pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada
periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh tekanan
keopala janin gelana kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada periode tersebut yang
menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada ekstremitas bagian bawah
(Adele Pillitteri, 2007).
Klasifikasi
a) Pelviotromboflebitis
Yaitu infeksi nifas yang mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum
latum, yaitu vena ovarika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak
di bagian atas uterus, proses biasanya unilateral. Perluasan infeksi dari vena ovarika
sinistra ialah ke vena renalis, sedangkan perluasan infeksidari vena ovarika dekstra ialah
ke vena kafa inferior. Peritoneum yang menutupi vena ovarika dekstra, mengalami
imflamasi dan akan menyebabkan perisalpingo – 00foritis dan periapendisitis. Perluasan
infeksi dari vena utruna ialah ke vena iliaka komunis.
Disebabkan oleh kurangnya gizi atau mal nutrisi, anemia, kurang personal
hygiene, trauma jalan lahir. Seperti partus lama atau macet dan periksa dalam yang
berlebihan.
Tanda dan gejala
1. Nyeri, yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping, timbul
pada hari ke 2 – 3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut :
o Menggigil berulang kali. Menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu
menggigil penderita tidak panas.
o Suhu badan naik turun secara tajam (36 0C menjadi 40 0C) yang diikuti dengan
penurunan suhu dalam waktu 1 jam (biasanya subfebris seperti pada
endometritis).
o Penyakit dapat berlangsung selama 1 – 3 bulan.
o Cenderung berbentuk pus, yang menjalar ke mana-mana, terutama ke paru – paru.
3. PATOFISIOLOGI
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada
infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi
reaksi ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel
pembuat antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi
ini terus berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila
penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut
debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan.
Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang
berlebihan terkumpul dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan
tubuh yang lain membentuk flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat).
4. MANAFESTASI KLINIS
1.Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi infeksi postpartum
Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan,
dan kurang gizi atau malnutrisi
Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
Anemia, higiene, kelelahan
Proses persalinan bermasalah
Partus lama atau macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam
masa nifas.
2. Infeksi Postpartum dapat dibagi atas dua golongan, yaitu :
- Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
- Penyebaran dari tempat-tempat tersebut melalui vena-vena, jalan limfe dan
permukaan endometrium.
A. Infeksi perineum, vulva, vagina, dan serviks :
o Gejalanya berupa rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, kadang-kadang perih
saat kencing.
o Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu sekitar 38°C
dan nadi dibawah 100 per menit. Bila luka yang terinfeksi, tertutup jahitan dan
getah radang tidak dapat keluar, demam bisa naik sampai 39-40 °C, kadang-
kadang disertai menggigil.
B. Endometritis :
Kadang-kadang lokia tertahan dalam uterus oleh darah, sisa plasenta dan selaput
ketuban yang disebut lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu.
Uterus agak membesar, nyeri pada perabaan dan lembek.
C. Septikemia :
Sejak permulaan, pasien sudah sakit dan lemah.
Sampai 3 hari pasca persalinan suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai
menggigil.
Suhu sekitar 39-40 °C, keadaan umum cepat memburuk, nadi cepat (140-160 kali per
menit atau lebih).
Pasien dapat meninggal dalam 6-7 hari pasca persalinan.
D. Piemia :
Tidak lama pasca persalinan, pasien sudah merasa sakit, perut nyeri dan suhu agak
meningkat.
Gejala infeksi umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman
dengan emboli memasuki peredaran darah umum.
Ciri khasnya adalah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil
lalu diikuti oleh turunnya suhu.
Lambat laun timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis.
Peritonitis :
Pada peritonotis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin,
terdapat fasies hippocratica.
Pada peritonitis yang terbatas didaerah pelvis, gejala tidak seberat peritonitis umum.
Peritonitis yang terbatas : pasien demam, perut bawah nyeri tetapi keadaan umum
tidak baik.
Bisa terdapat pembentukan abses.
E. Selulitis pelvik :
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri di kiri atau kanan
dan nyeri pada pemeriksaan dalam, patut dicurigai adanya selulitis pelvika.
Gejala akan semakin lebih jelas pada perkembangannya.
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus.
Ditengah jaringan yang meradang itu bisa timbul abses dimana suhu yang mula-mula
tinggi menetap, menjadi naik turun disertai menggigil.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Bila ada kemungkinan adanya akumulasi darah uterus atau dalam vagina yang
tidak diketahui, maka pemeriksaan diagnostik perdarahan postpartum biasanya dapat
dijelaskan dengan inspekulum pada vagina, serviks, dan uterus.
a. Golongan darah menentukan Rh, ABO, dan pencocokan silang
b. Jumlah darah lengkap menunjukkan penurunan Hb/Ht dan peningkatan jumlah sel darah
putih (perpindahan ke kiri dan peningkatan laju sedimentasi menunjukkan infeksi)
c. Kultur uterus dan vagina mengesampingkan infeksi postpartum
d. Urinalitas: memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi: peningkatan degradasi kadar produk fibrin/produk split fibrin
(FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen masa tromboplastin parsial diaktivasi: masa
trombloplastin partial (APTT/PTT) masa protrombin memanjanag pada KID.
f. USG: menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan
g. Pemeriksaan biomanual: menentukan sifat dan lokasi nyari pelvis. Masa atau
pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan thrombosis.
6. KOMPLIKASI
a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya
emboli pulmoner.
c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah.
Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.
7. PENATALAKSANAAN
a. Pencegahan Infeksi Postpartum :
a. Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada kehamilan
tua sebaiknya dilarang.
b. Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan agar tidak
berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin. Cegah
perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat
persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang
tepat
c. Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan tanda-
tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa nifas.
Penanganan umum
Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang
dapat berlanjut menjadi penyulit atau komplikasi dalam masa nifas.
Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada
saat kehamilan ataupun persalinan.
Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang
harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang
mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
Pengobatan secara umum
Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (Kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan darah
serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam pengobatan.
Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spektrum luas
(broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah
diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
Penanganan Infeksi Postpartum :
Suhu harus diukur sedikitnya 4 kali sehari.
Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila perlu, Hati-hati bila
ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama: Ny. J
Umur: 29
Jenis Kelamin: Perempuan
Agama: Islam
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
Suku Bangsa: Jawa
Alamat: jalan ponogora no 11 Surabaya
Dx. Medis: Infeksi post partum
Tanggal Masuk: 10 November 2019
Tanggal Pengkajian: 11 November 2019
Penanggung Jawab
Nama: Tn. K
Umur: 30
Pekerjaan: Wiraswasta
Hubungan Dengan Klien: Suaminya
B. Status kesehatan
a) Keluhan Utama
klien mengatakan nyeri pada daerah luka.
Data Subjektif:
klien mengatakan badan lemah, demam, nadi cepat, nafas sesak, badan mengigil,
gelisah, nyeri pada daerah luka operasi
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan nyeri akan bertambah bila bergerak atau mengubah
posisi, nyeri berkurang jika klien diam atau istirahat, nyeri dirasakan seperti
diiris-irisatau disayat-sayat, skala nyeri bervariasi dari 3-4. Dijabarkan dengan
(PQRST).
c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
klien sebelumnya pernah mengalami operasi .
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
klien mengatakan tidak ada penyakit yang sama pada keluarga
C. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda Vital
· Keadaan Umum
klien post operasi seksio sesarea hari kedua klien masih lemah, tingkat kesadaran
pada umumnya compos mentis, tanda-tanda vital sudah stabil, tingkat emosi mulai stabil
dimana ibu mulai masuk dalam fase taking hold. BB mendekati BB sebelum hamil.
· Sistem Respirasi
Respirasi meningkat sebagai respon tubuh terhadap nyeri, perubahan pola nafas
terjadi apabila terdapat penumpukan secret akibat anesthesi.
· Sistem Kardiovaskuler
Klien mengeluh pusing, tekanan darah mengalami penurunan. Bila terjadi
peningkatan 30 mmHg systolic atau 15 mmHg diastolic kemungkinan terjadi pre
eklampsia dan membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Observasi nadi terhadap penurunan
sehingga kurang dari 50x/menit kemungkinan ada shock hypovolemik, kaji apakah
konjungtiva anemis sebagi akibat kehilangan darah operasi, kaji apakah ada peningkatan
JVP, kaji juga fungsi jantung. Pada tungkai bawah kaji adanya tanda-tanda tromboemboli
periode post partum, seperti kemerah-merahan, hangat dan sakit di sekitar betis perasaan
tidak nyaman pada ekstremitas bawah, kaji ada tidaknya tanda-tanda humans positif
dorso fleksi pada kaki.
· Sistem Saraf
kesadaran terutama sensasi pada tungkai bawah pada klien dengan spinal
anesthesi.
.
· Sistem Urinaria
Terjadi peningkatan urin klien
· Sistem Reproduksi
keadaan payudara normal , payudara klien simetris, tidak ada hyperpigmentasi
pada areola, putting susu menonjol, ASI keluar.
tinggi fundus uteri pada pinggir abdomen normal , karena pada bagian tengah
abdomen terdapat luka, kontraksi uterus baik, perasaan mulas adalah normal karena
proses involusi. Tinggi fundus uteri pada post partum seksio sesarea hari kedua adalah 1-
2 jari dibawah umbilicus atau pertengahan antara sympisis dan umbilical.
lochea berwarna merah, bau amis dan agak kental (lochea rubra). cara
membersihkannya dibantu oleh keluarga ,
· Sistem Integumen
Kebersihan rambut kurang, karena sejak post operasi klien belum melakukan
aktivitas seperti biasa,tidak ada hyperpigmentasi, kloasma gravidarum, keadaan luka
operasi bagus, balutan dan kebersihannya baik , luka balutan biasanya dibuka pada hari
ke tiga.
· Sistem Muskuloskletal
keadaan klien lemah, pergerakan klien sedikit kaku, ekstremitas simetris, klien
mampu melakukan pergerakan ROM, tonus otot normal, tapi kekuatan masih lemah,
terutama karena klien dipuasakan pada saat operasi. Pergerakan sendi-sendi biasanya
tidak ada keterbatasan.
· Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran tyroid, produksi ASI baik , pada post partum akan terjadi
penurunan hormone estrogen dan progesterone sehingga hormone prolaktin
meningkatyang menyebabkan terjadinya produksi ASI dan hormone oksitosin yang
merangsang pengeluaran ASI. Sehingga pada masa ini akan terjadi peningkatan produksi
ASI dan akan terjadi pembengkakan payudara bila bayi tidak segera diteteki.
2. ANALISA DATA
Atonia Uteri
Robekan Jalan
Lahir
Nyeri Akut
2 Ds: Klien mengatakan Terdapat Resiko infeksi
HB, O2 Turun
nanah berhubungan
Do: Tampak Ada luka Insisi dengan trauma
Suhu :38°C Daya tahan tubuh jaringan
R: 22 x/menit menurun
TD: 110/80 mmhg
N: 80 x/menit
Kuman mudah
masuk
Resiko Infeksi
3 Ds: Klien mengatakan Aktivitas Intoleransi aktivitas
Hipoksia
dibantu keluarga berhubungan
dengan hambatan
Kelemahan mobilitas fisik
Do: Tampak lemas Umum
Otot tonus melemah
Intoleransi
Aktivitas
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains, distensi
kandung kemih.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik
4. INTERVENSI
-
2. Resiko infeksi Kriteria Hasil: · Cuci tangan setiap sebelum dan
berhubungan dengan -klien bebas dari sesudah tindakan keperawatan
trauma jaringan tanda dan gejala
· Pertahankan teknik isolasi
infeksi · Monitor kerentanan terhadap infeksi
-menunjukan
perilaku hidup
sehat
3. Intoleransi aktivitas Kriteria hasil: · Bantu klien untuk mengidentifikasi
berhubungan dengan -mampu aktivitas yang mampu dilakukan
hambatan mobilitas melakukan · Bantu untuk memilih aktivitas
fisik aktivitas sehari- konsisten yang sesuai dengan
· Batasan hari (ADLs) kemampuan fisik, psikologi dan social
Karakteristik secara mandiri · Bantu untuk mendapatkan alat
-Respon tekanan darah - Tanda-tanda bantuan aktivitas seperti kursi roda,
abnormal terhadap vital normal kruk
aktivitas -mampu
-Respon frekuensi berpindah dengan
jantung abnormal atau tanpa
terhadap aktivitas bantuan alat
-Menyatakan merasa
lemah
5.IMPLEMENTASI
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan luka insisi,
· Menentukan skala nyeri
distensi abdomen, after pains, distensi kandung dan intensitas nyeri,
kemih. monitor tekanan darah,
nadi dan pernafasan setiap
4 jam.
· Meganjurkan klien
untuk menggunakan teknik
relaksasi dan nafas dalam
serta teknik distraksi (untuk
nyeri ringan dan sedang).
· Menggunakan Teknik
komunikasi trapeutik untuk
mengetahui pengalaman
nyeri
· Mengecheck intruksi
dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
· Memberikan obat
analgetik sesuai Anjuran
Dokter
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma
· Mencuci tangan setiap
jaringan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
· Mempertahankan teknik
isolasi
· Memonitor kerentanan
terhadap infeksi
6. EVALUASI
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen,
after pains, distensi kandung kemih
Klien Dapat mengenal faktor penyebab, onset nyeri , tindakan pencegahan dan
penanganan nyeri
Klien dapat melaporkan nyeri, Frekuensi nyeri
Klien tidak gelisah, tidak ada perubahan respirasi, nadi dan tekanan darah
Bonny D & M (2006) 40 hari Pasca Persalinan, Masalah dan solusinya, Jakarta: Puspa
Swara
FIK UI (2002) Materi Kuliah: Pemeriksaan Postnatal & Komplikasi post partum
Vivian N. (2014) buku asuhan kebidanan pada ibu nifas, Jakarta: salemba medika