Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN JIWA II

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) DENGAN


RISIKO PERILAKU KEKERASAN / PK

Disusun Oleh Kelompok 4

1. Alda Nur Fadilila (1910007)


2. Arwanda Sita Melyana (1910017)
3. Dias Zunova Anggraini (1910031)
4. Dinda Novilia Desanti (1910035)
5. Itrah Nisrina Febriani (1910061)
6. Lailatus Shohifah (1910063)
7. Liana Windia (1910065)
8. Muhammad Rizki Firmansyah (1910077)

PRODI S-1 KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TA. 2021/2022
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PERILAKU KEKERASAN

1. Deksripsi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga
gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan
gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2009).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan dimana
hal tersebut untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart &
Sundeen, 2005).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan
(Fitria, 2010).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis (Depkes, RI, 2000)
2. Karakteristik klien
a. Kriteria:
1. Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan
perawat.
2. Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.
b. Proses seleksi:
1. Mengobservasi pasein yang masuk kriteria.
2. Megidektifikasi pasien yang masuk kriteria.
3. Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.
4. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK PK.
Mengikuti: menjelaskan tujuan TAK PK pada pasien, rencana kegiatan
kelompok, dan aturan main dalam kelompok.
3. Masalah keperawatan
1) Perilaku kekerasan
4. Tujuan dan landasan teori
a. Tujuan
1) Tujuan Umum
Setelah 45 menit mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi
perilaku kekerasan, klien dapat mencegah perilaku kekerasan.Pasien dan dapat
mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2) Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.
b) Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
c) Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.
d) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
b. Landasan teori
Menurut W.F Maramis (1990), persepsi merupakan daya mengenal barang, kualitas atau
hubungan serta perbedaan. Hal ini didapat melalui proses mengamati, mengetahui, dan
mengartikan setelah panca inderanya mendapat rangsang. Perilaku kekerasan merupakan
suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik pada diri sendiri maupun orang lain.
Perilaku kekerasan terdapat dalam suatu rentang respon marah yang merupakan jengkel
yang timbul sebagai suatu respon terhadap kekecewaan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Pada saat seseorang berada dalam rentang respon marah yang maladaptif, khususnya
perilaku kekerasan, klien dapat beresiko mencederai diri sendiri dan orang lain. Hal ini dapat
menimbulkan kerusakan dalam interaksi sosial.
Klien yang dirawat di RSJ juga merupakan kelompok yang tidak lepas dari interaksi satu
sama lain, sehingga mereka perlu saling mengenal dan sosialisasi, mereka perlu belajar
untuk menerima apabila mereka tidak memperoleh sesuatu yang mereka inginkan.
Terapi Aktivitas Kelompok adalah suatu upaya yang memfasilitasi psikoterapi terhadap
sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan
interpersonal antar anggota kelompok dengan memberikan tanggapan terhadap orang lain,
mengekspresikan ide dan menetukan persepsi serta menerima stimulus eksternal.
Keuntungan yang diperoleh klien melalui aktivitas kelompok adalah dukungan (support),
pendidikan, meningkatkan hubungan interpersonal dan meningkatkan ujian realitas (realitas
testing) pada klien dengan gangguan interaksi (Brichead, 1989), sehingga aktivitas kelompok
dapat dilakukan pada berbagai karakteristik gangguan. Metode yang akan digunakan pada
terapi aktivitas kelompok ini adalah dinamika kelompok.
5. Persiapan alat
1. Papan tulis / flipchart/ whiteboard
2. Kapur/ spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
5. Bantal
6. Jumlah perawat
a. Fasilitator 1
b. Fasilitator 2
c. Fasilitator 3
7. Waktu pelaksanaan:
a. Pukul 10.25 sd 11.00 (30 menit)
1) Pembukaan : 5 menit
2) Inti : 15 menit
3) Penutup : 10 menit
8. Kondisi ruangan serta uraian tugas terapis
a. Terapis dan klien duduk berhadapan dan berdampingan.
b. Ruangan nyaman dan tenang

Terapist:

1. Leader :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok
c) Memimpin diskusi
2. Co- leader
a) . Membantu leader mengkordinasi semua kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
d) Menggantikan leader jika ada berhalangan
3. Observer:
a) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya
acara.
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan
evaluasi kelompok
4. Fasilitator:
a) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
b) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
c) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan.
d) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
e) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
f) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
9. ROLEPLAY PERILAKU KEKERASAN (PK)
 Pemeran Role Play
1. Leader : Dias Zunova Anggraini
2. Co-Leader + Obsever + narrator : Muhammad Rizki Firmansyah
3. Fasilitator 1 : Lailatus Shohifah
4. Fasilitator 2 : Arwanda Sita Melyana
5. Fasilitator 3 : Itrah Nisrina Febriani
6. Pasien 1 : Liana Windia
7. Pasien 2 : Dinda Novilia Desanti
8. Pasien 3 : Alda Nur Fadilila

 Prolog
Di sebuah Rumah Sakit Jiwa Surabaya tepatnya di ruang melati tampak terlihat tim
perawat akan melaksanakan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) kepada kelompok pasien
dengan perilaku kekerasan dengan berbagai macam sebab. Adapun latar belakang pasien-
pasien itu untuk pasien pertama Ny.L berumur 25 tahun dengan latar belakang pernah
diselingkuhi suaminya dan saat ini masih berstatus suami isteri, Ny.A berumur 24 tahun
dengan berbagai macam tuntutan dari sang suami dan juga sampai saat ini masih berstatus
suami isteri, Ny. D berumur 27 tahun mengalami latar belakang ditinggal pergi sang suami
tanpa kejelasan sampai saat ini masih dalam tahap pengingkaran bahwa suaminya telah pergi
dan sering melampiaskan dengan mengamuk menghancurkan barang barang yang ada pasien
masih berstatus suami isteri.
Perawat sudah memilah dan memilih klien yang sesuai dengan indikasi dan membuat
kontrak dengan kien. Tim terapis sudah mempersiapkan materi yang akan disampaikan serta
alat dan bahan untuk melakukan terapi. Kemudiian perawat terapis memasuki ruangan yang
sudah ditetapkan dan memulai aktifitas kelompok pasien dengan perilaku kekerasan.
Dialog Percakapan :
Leader : “Selamat pagi semuanya ”
Pasien : “Pagi suster ” (Menjawab Serentak)
Leader : “ibu –ibu , Bagaiamana perasaannya hari ini ?”

Pasien : “Baik suster

Leader :

“ Syukur alhamdulillah, sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri saya dan teman-teman
saya . Dimana pada kesempatan ini, kami dapat berkumpul dengan ibu semuanya. Nah
sebelum itu, saya ingin memberitahu untuk itu dengan mempersiapkan kertas yang sudah
disiapkan oleh teman-teman dan ibu-ibu semuanya yang akan dibuat untuk papan nama,
kertas ini nanti bisa dipakai kepada ibu-ibu semuanya dan teman –teman. Untuk yang
pertama saya akan memegang satu kertas ya bu untuk teman-teman saya dan ibu-ibu
semuanya dan saya juga, nanti kertas ini akan ditulis nama panggilan masing-masing setelah
memperkenalkan diri, nanti dimulai dari saya lalu teman-teman saya dan selanjutnya ibu
semuanya, baiklah pertama perkenalkan nama saya Dias., saya suka dipanggil Dias *lalu
menulis nama di kertas papan nama dan menempelkan didada sebelah kanan. Untuk yang
selanjutnya silahkan teman saya perkenalkan nama kalian......
Co-Leader : “ Nama saya Firmansyah saya suka dipanggil Firman
* lalu menulis nama di papan nama dan menempelkan didada sebelah kanan.
Fasilitator 1 : “ Nama saya Lailatus saya suka dipanggil Lailatus
*lalu menulis nama di kertas papan nama dan menempelkan didada sebelah kanan.
Fasilitator 2 : “ Nama saya Arwanda saya suka dipanggil wanda
* lalu menulis nama dikertas papan nama dan menempelkan didada sebelah kanan
Fasilitator 3 : “ Nama saya itrah jadi saya suka dipanggil Itrah
* lalu menulis nama di kertas papan nama dan menempelkan didada sebelah kanan.”
Leader : “ Nah sudah kenal dengan kita semua ibu semuanya ?
Pasien : “ sudah sus.”
Leader : “ Nah untuk yang selanjutnya ibu yang memperkenalkan
diri tapi sebelumnya ibu bisa menuliskan nama ibu dikertas papan nama
yang ibu sudah siapkan ya buk dan harus ditulis seperti saya dan teman
saya tadi, agar kita mudah mengingat nama satu dengan yang satunya ya
buk . Nah bisa dimulai ya bu“
Pasien 1 : “ Nama saya Liana suka dipanggil Liana dan hobi sering membentak orang *lalu
menulis nama dikertas papan nama dan menempelkan didada sebelah kanan.”
Pasien 2 :” Nama saya Alda suka dipanggil Alda dan hobi melempar barang. * lalu menulis
nama dikertas papan nama dan menempelkan didada sebelah kanan.”
Pasien 3 : “Nama saya Dinda suka dipanggil Dinda dan hobi sering memukul orang *lalu
menulis nama di kertas papan nama dan menempelkan didada sebelah kanan.”
Leader : “ibu liana, ibu alda , ibu dinda hebat sekali dapat memperkenalkan diri dengan
hebat, nahh bagimana perasaan ibu setelah memperkenalkan diri apa senang ?”
Pasien (1-3): “Baik sus *serentak*
Leader : “Apakah ibu-ibu disini masih ada yang mempunyai rasa kesal dan jengkel
yang masih terpendam serta masih mengamuk ?”
Pasien 1 : “Kadang-kadang ada sus.”
Pasien 2 : “Masih ada rasa kesal sus,tapi kadang-kadang.”
Pasien 3 : “Hemm kadang-kadang memang masih ada sus.”
Leader : “Baiklah ibu jadi terapi aktivitas kelompok yang kita akan laksanakan ini yang
pertama bertujuan untuk mengetahui tanda- tanda yang muncul ketika marah,
apa saja hal yang menyebabkan ibu marah,lama kegiatannya kira kira kurang
lebih 30 menit dan jika nanti ibuk mau meninggalkan diharapkan ibu meminta
ijin terlebih dahulu, serta ibu - ibu diharapkan mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir apakah ibu bersedia ?”
Pasien : “Bersedia sus.” *Serentak*
Co-Leader :“Baiklah bagaimana kalau kita akan berbincang-bincang sekarang tentang
perasaan marah ibu ?
Pasien : “Baik sus.” *Serentak*

KERJA :
Co-Leader : “Nah ibuk sebelumnya saya bertanya dulu, biasanya tanda-tanda fisik apa saja
yang muncul ketika ibuk mau marah dan sedang marah ?”
Pasien 1 : “Saya biasanya, dada saya berdebar-debar sus.”
Pasien 2 : “Kalau saya bisanya tangan saya mengepal sus, muka saya terasa panas,
mulut saya tertutup sus.”
Px 3 : “Kalau saya sus, mata saya melotot.”
Co-leader : “Iya benar sekali, tanda – tanda marah seperti yang sudah ibuk – ibuk
sebutkan tadi, muka terasa panas, tangan mengepal, rahang atau mulut
tertutup, mata melotot, dan juga dada berdebar-debar, jadi ibuk – ibuk
sekalian sudah dapat mengenali dan mengetahui tanda-tandanya bukan ?”
Pasien : “iya sus, sudah bisa.” Serentak
Co-Leader :“Kita masuk ketujuan kedua ya, kami ingin mengetahui penyebab kemarahan
ibu – ibu yang mengarah ke preilaku kekerasan, Kalau boleh tau apa yang
menyebabkan ibu- ibu marah ?”
Px 1 : “Karena saya diselingkuhi.”
Px 2 : “Karena saya terlalu dituntut.”
Px 3 : “Karena ada yang hilang dalam hidup baru saya, sus.”
Co Leader : “Mereka itu siapanya ibu ya ?”
Px 1 : “Suami saya, sus.”
Px 2 :“Suami saya juga,sus.”
Px 3 : “Suami saya sus.”
Co-Leader: “Begitu ya ,jadi penyebab marah ibu – ibu semua dikarenakan oleh suami ibu,
Apakah jika ibu merasakan marah ibu merasakan tanda-tanda seperti yang ibuk
sebutkan tadi , seperti dada ibu berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup
rapat, dan tangan mengepal?”

Pasien : iya sus, *mengangguk*


Co-Leader: “Apakah sebelumnya ibuk pernah marah? Apakah penyebabnya apakah
sama dengan sekarang?” “Terus apa yang ibuk – ibuk lakukan ketika ibuk
mengalami marah tersebut?
Px 1 :*Mengangguk* Pernah sus,entah kenapa saya selalu merasa kesal terhadap
orang lain karena saya ingat dengan suami saya yang selingkuh jadi saya
teriaki mereka dan memaki mereka sus
Px 2 : “Tentu saja pernah bahkan sering,iya sus sama seperti sekarang saya
melihat orang lain seakan-akan menuntut saya terus menerus,jadi saya
lempari mereka dengan barang barang yang ada sus.”
Px 3 : “Saya sangat sering marah sus,iya penyebabnya karena suami saya yang
menghilang jadi saya melihat orang-orang itu seperti menyembunyikan
suami saya sus jadi saya kejar orang-orang itu sus dan akan saya pukul.”
Co-leader : “Perilaku kekerasaan apa yang paling sering ibu lakukan, dan agar ibu
bisa untuk ibu peragakkannya dan lalu ibuk bisa memperagakannya
dengan bantal ya bu.”
Px 1 : “iya sus , yang paling sering saya memaki orang sus.”
Px 2 : “kalau saya, Melempar-lempar barang keorang lain sus yang paling
saya sering lakukan.”
Px 3 : “sedangkan saya , Memukul orang lain sus yang paling saya lakukan.”
Co-leader: “Baiklah Ibu karena Ibu tadi sudah menyebutkan kebiasaan Ibu Liana
sering membentak orang, Ibu Alda melempar barang dan Ibu Dinda sering
memukul orang nah sekarang Ibu – Ibu bisa memperagakannya dengan
bantal yang bersebelahan dengan ibu semuanya. Dan ibu bisa
memperagakannya cara ibu dalam perilaku kekerasan kepada orang lain”
(Pasien memperagakan Perilaku kekerasan dengan bantal selama 15 detik)

Fasilitator 1 : “Apa yang ibuk rasakan setelah ibuk memaki-maki seperti tadi?”

Px 1 : “ Saya merasa tidak nyaman , tenggorokan saya sakit karena berteriak sus.”
Fasilitator 2 : Apa yang ibuk rasakan juga setelah memaki-maki?
Px 2 : Barang-barang saya pada rusak karena banyak saya lempar.

Fasilitator 3 : Kalau ibuk yang ibuk rasakan bagaimana juga?

Px 3 : “Kalau saya, tangan terasa sakit karena mukul orang lain.”

(Setelah selesai melakukan stimulasi perilaku kekerasan perawat pun melakukan


evaluasi kepada klien.)
Leader : “Nah hal-hal yang ibuk rasakan tadi merupakan dampak yang
ditimbulkan karena perasaan marah yang tak terkendali tersebut, dari
Ibu Liana karena teriak-teriak bisa kehilangan suara saya, Ibu Alda
karena marah-marah meluapkan pada barang-barang ibu banyak yang
rusak rusak dan tak bisa digunakan lagi, dan Ibu Dinda tangan ibu sakit
dan terluka karena memukul, apakah ibu – ibu sekalian merasa rugi?
Pasien : “Iya sus.” Serentak

Leader :“Bagaimana ibuk setelah ibuk melakukan simulasi perilaku kekerasaan


tadi?
Px 1 : “Lumayan tenang sus.”
Px 2 : “Rada sedikit legaan sus.”
Px 3 : “Merasa sedikit lebih nyaman sus.”
Leader : “Saya ingin bertanya, apa saja tadi tanda-tanda yang ditimbulkan ketika
marah, apakah ibuk – ibuk masih ingat?
Px : ” ingat sus”
Leader : “Bisa disebutkan ibu – ibu apa saja? Dari ibu Dinda”

Px 3 : “Tangannya mengepal sus, dan mata melotot.


Leader : “Iya bagus ibuk, kalau dari ibu - ibuk ?”
Px 1 : “Kalau saya, muka terasa panas, rahang tertutup sus.”
Leader : “Iya bagus ibuk, yang terakhir, bisa disebutkan ibuk Alda?

Px 2 : “Dada berdebar-debar sus.”


Leader : “iya bagus buk,apakah ibu tahu dan mengerti dampak perilaku
kekerasan yang ibuk lakukan/simulasikan tadi ?”
Px 1 : “Iya sekarang saya lebih tahu sus dengan saya memaki tadi saya bisa
Kehilangan suara saya dan tidak bisa berbicara lagi.”
Px 2 :”Iya sekarang saya lebih tahu ada kerugian yang saya dapat yaitu
dengan melempar-lempar barang tersebut maka barang-barang saya
akan terbuang hancur sia-sia
Px 3 :”Tentu saja saya tahu dampak yang dimunculkan dari perilaku saya
adalah membuat tangan saya kesakitan dan terluka karena memukul
orang lain. “
Co-leader: “Nah ibu sudah mengatahui tanda gejala serta akibat dari perilaku ibu
tadi, saya ingin sedikit menambahkan dari ibu Liana berteriak tadi tidak
hanya menyakiti untuk ibu sendiri tapi bagi orang lain juga berdampak
misalnya istirahat orang lain terganggu ibu di jauhi orang lain, ibu Alda
juga pasti merasa rugi selain untuk ibu sendiri. Orang lain yang ibu
lempari juga akan terluka oleh benda benda yang ibuk lempar, untuk Ibu
Dinda, ibu juga merasakan sakitkan ditangan ibu, orang lain yang ibu
pukul pun juga pasti merasa sakit dan ibuk di jauhi oleh orang lain
tersebut, ibu – ibu sudah bagus bisa menyampaikan penyebab marah
tanda dan gejala marah dan sudah dapat mendiskusikan perilaku
kekerasan yang pernah dan sering ibuk lakukan, ibu – ibu juga bisa
memperagakan perilaku kekerasan dengan bantal serta dapat mengetahui
dampak perilaku kekerasaan tersebut.”

TERMINASI :

Leader : “Kita sudah 30 menit melaksanakan TAK ( terapi aktivitas kelompok) bu,
untuk itu baiklah ibu – ibu hari kamis nanti kita akan melakukan kegiatan
TAK lagi dengan topik yang berbeda
Px 1 : “Temanya apa suster kalau boleh tau?”
Leader : “Yaitu ibuk belajar cara mencegah perilaku kekerasan fisik. kegiatannya
akan kita mulai pukul 09.00 WIB diruangan ini lagi selama kurang lebih
30 menit.baiklah ibu karena waktunya sudah habis, sekarang kita tutup
kegiatan ini dan ibu – ibu bisa melanjutkan kegiatan yang lain . terima
kasih ibu- ibu semunya untuk itu .
Wassalamualaikum wr.wb. Selamat pagi semuanya.”
Px (1-3) : Wassalamualaikum wr.wb. Selamat pagi semuanya sama-sama sus
LINK DRIVE :
DAFTAR PUSTAKA

Karlina Adi (2021) Terapi aktivitas kelompok stimulasi perepsi, resiko perilaku
kekerasan. Dari https://id.scribd.com/document/504161634/TAK-
KELOMPOK-RPK-FIXXX
Silvia Nilam (2021). Asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan, http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/961/
Meri Natalia. , Laia Dirman (2018) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Pada
Pasien Risiko Perilaku Kekerasan . https://osf.io/jrs4x/download
Aprilia Nurul (2018). RolePlay Perilaku Kekerasan. Dari
https://id.scribd.com/document/372916962/Role-Play-Tak-Perilaku-
Kekerasan

Anda mungkin juga menyukai