Anda di halaman 1dari 15

Osteoporosis dan Rhematoid atritis

FRISKA MUHVI ARIANA


II.A/D.III Kep
18112150
DEFINISI
A.Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya
massa tulang secara nyata yang berakibat pada
rendahnya kepadatan tulang, sehingga tulang
menjadi keropos dan rapuh. “Osto” berarti tulang,
sedangkan “porosis” berarti keropos. Tulang yang
mudah patah akibat Osteoporosis adalah tulang
belakang, tulang paha, dan tulang pergelangan
tangan (Endang Purwoastuti : 2009).
2.ETIOLOGI
B.Etiologi Osteoporosis
Osteoporosis postmenopouse terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada
wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada
wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun,
tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita
memiliki resiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopouse, pada
wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada
wanita kulit hitam (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kasium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya
tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis yaitu keadaan penurunan masa
tulang yang hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia
diatas 70 tahun dan dua kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali
menderita osteoporosis senilis dan postmenopouse (Lukman, Nurma Ningsih :
2009). 
 
LANJUTAN ETIOLOGI....
• Kurang dari lima persen penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder,
yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obet-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan
adrenal) dan obat- obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang, hormon tiroid
yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok bisa
memperburuk keadaan ini (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
• Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak
diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa yang normal dan tidak memiliki
penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang (Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
• Faktor genetik juga berpengaruh terhadap timbulnya osteoporosis. Pada seseorang
dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur daripada seseorang
dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai
sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu memiliki ketentuan normal sesuai dengan
sifat genetiknya beban mekanis dan besar badannya. Apabila individu dengan tulang besar,
kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan dengan
lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang lebih banyak
daripada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama (Lukman, Nurma
Ningsih : 2009).
MANIFESTASI KLINIS
Osteoporosis dimanifestasikan dengan :
a. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata
b. Nyeri timbul mendadak.
c. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.
d. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.
e. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan aktivitas.
f. Deformitas vertebra thorakalis dan Penurunan tinggi badan.
(Hadi purwanto,2016)
 
KLASIFIKASI OSTEOPOROSIS
Klasifikasi Osteoporosis
Klasifikasi osteoporosis dibagi ke dalam dua kelompok yaitu osteoporosis
primer dan osteoporosis sekunder.
Djuwantoro (1996), membagi osteoporosis menjadi osteoporosis
postmenopause (Tipe I), Osteoporosis involutional (Tipe II), osteoporosis
idiopatik, osteoporosis juvenil dan osteoporosis sekunder.
1.Osteoporosis Postmenopause (Tipe I)
2.Osteoporosis involutional (Tipe II)
3.Osteoporosis idiopatik
4.Osteoporosis juvenile
5.Osteoporosis sekunder.
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi Osteoporosis
Genetik, nutrisi, gaya hidup (misal merokok, konsumsi kafein, dan alkohol),
dan aktivitas mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan masa
tulang mulai terjadi setelah tercaipainya puncak massa tulang. Pada pria
massa tulang lebih besar dan tidak mengalami perubahan hormonal
mendadak. Sedangkan pada perempuan, hilangnya estrogen pada saat
menopouse dan pada ooforektomi mengakibatkan percepatan resorpsi
tulang dan berlangsung terus selama tahun-tahun pasca menopouse
(Lukman, Nurma Ningsih : 2009).
Diet kalsium dan vitamin D yang sesuai harus mencukupi untuk
mempertahankan remodelling tulang selama bertahun-tahun
mengakibatkan pengurangan massa tulang dan fungsi tubuh. Asupan
kasium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun
mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan
osteoporosis.
PENATALAKSANAAN
1.Terapi medis.
Sebenarnya belum ada terapi yang secara khusus dapat mengembalikan
efek dari osteoporosis. Hal yang dapat dilakukan adalah upaya-upaya
untuk menekan atau memperlambat menurunnya massa tulang serta
mengurangi rasa sakit.
a.Obat pereda sakit
• Pada tahap awal setelah terjadinya patah tulang, biasanya diperlukan
obat pereda sakit yang kuat, seperti turunan morfin. Namun, obat
tersebut memberikan efek samping seperti mengantuk, sembelit dan
linglung.
• Bila rasa sakit mulai mereda, tablet pereda rasa sakit seperti
paracetamol atau codein ataupun kombinasi keduanya seperti co-
dydramol, co- codramol, atau co-proxamol bagi banyak pasien cukup
memadai untuk menghilangkan rasa sakit sehingga pasien dapat
melakukan aktivitas sehari-hari.
2.Terapi hormone pada wanita
• Osteoporosis memang tidak dapat disembuhkan, semua upaya pengobatan hanya
dimaksudkan untuk mencegah kehilangan massa tulang yang lebih besar. Namun,
demikian, pengobatan masih perlu dilakukan pada kasus osteoporosis berat untuk
mencegah terjadinya patah tulang. Obat-obat untuk mencegah penurunan massa
tulang biasanya bekerja lambat dan efeknya kurang terasa sehingga banyak pasien
penderita osteoporosis merasa putus asa dan menghentikan pengobatan.
• Terapi hormone pada wanita diberikan pada masa pramenopause. Lamanya
pemberian terapi hormone sulit ditentukan.
3.Hormone Replacement Theraphy (HRT)
• Hormone Replacement Theraphy (HRT) atau terapi hormone pengganti (THP)
menggunakan hormone estrogen atau kombinasi estrogen dan progesterone.
Hormone-hormon tersebut sebenarnya secara alamiah diproduksi oleh indung telur,
• Penggunaan estrogen memang efektif  dalam upaya pengobatan dan pencegahan
osteoporosis. Namun, tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya efek samping
berupa munculnya kanker endometrium (dinding rahim).
I.Komplikasi Osteoporosis
1.Patah tulang
Area tulang yang kehilangan kepadatan mineralnya lama-lama akan patah secara
bertahap. Tulang belakang, tulang pinggul, dan pergelangan tangan merupakan area
tulang yang paling sering patah ketika terkena osteoporosis.
2.Depresi
Depresi merupakan gangguan kejiwaan yang bisa muncul sebagai akibat dari
osteoporosis yang sudah lanjut. Pasalnya, orang yang pengeroposan tulangnya
sudah tak terkendali sering kali sulit untuk bergerak.

Akibatnya, mereka banyak menghabiskan waktunya di atas tempat tidur atau kursi. Hal
ini membuat penderita osteoporosis menjadi sulit untuk melakukan segala hal
sendiri. Bantuan orang lain akan selalu dibutuhkannya bahkan untuk sekadar
beranjak dari tempat tidurnya.
Rhematoid atritis
1.Definisi
Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit
autoimun yang etiologinya belum diketahui
dan ditandai oleh sinovitis erosif yang
simetris dan pada beberapa kasus disertai
keterlibatan jaringan ekstraartikular.
2.Etiologi
Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun,
kejadiannya dikorelasikan dengan interaksi yang
kompleks antara faktor genetik dan lingkungan
(Suarjana, 2009).
Genetik
Hormon Sex
Faktor Infeksi
Heat Shock Protein
Faktor Lingkungan
Manifestasi klinis
• Nyeri dan bengkak pada sendi saat digerakkan
adalah gejala klinik yang paling sering.

• Morning stiffness ≥1 hr
PENATALAKSANAAN
1.NSAIDS
2.Steroids
3.DMARDs
4.Immunosuppressive therapy
5.Surgery
Thank you

Anda mungkin juga menyukai