Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FISIOTERAPI PADA CONGINETAL HIP DISLOCATION (CHD)

DISUSUN OLEH

FEBRYANTI

(PO714241191055)

D.IV B FISIOTERAPI Tk. III

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN FISIOTERAPI

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh.segala puji bagi Allah SWT,yang telah


memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga
penulis dapat meneyeselaikan makalah mata kuliah FISOTERAPI PEDIATRIK dengan judul
“FISIOTERAPI PADA CONGINETAL HIP DISLOCATION” Kemudian shalawat serta
salam kita sampaikan kepada nabi besar kita Muhammad SAW.yang telah meberikan pedoman
hidup yakni Al-Quran dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Demikian makalah ini penulis susun,apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan,penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makassar, 15 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1

C. TUJUAN...............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

A. Definisi.................................................................................................................................3

B. Etiologi.................................................................................................................................3

C. Patofisiologi..........................................................................................................................4

D. Manifestasi klinik.................................................................................................................5

E. Prognosis...............................................................................................................................5

F. Tanda-tanda Conginetal Hip Dislocation.............................................................................6

G. PENATALAKSANAAN FISOTERAPI..............................................................................6

BAB III KESIMPULAN...............................................................................................................13

A. KESIMPULAN...................................................................................................................13

A. SARAN...............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Beberapa anak yang lahir dengan masalah pinggul disebut dislokasi pinggul
bawaan ( dysplasia). Kondisi ini biasanya didiagnosis segera setelah bayi lahir.Sebagian
besar waktu, hal itu mempengaruhi pinggul kiri pada anak pertama lahir, perempuan, dan
bayi lahir dalam posisi sungsang.
Bagian atas tulang paha (femur) berbentuk seperti bola dan cocok ke dalam
cangkir pencocokan (acetabulum) pada sisi luar pangggul.Berbagai masalah dapat
mempengaruhi perkembangan bayi karena berkembang.Terkadang bola tidak terletak
dengan aman dalam soket dan dipindahkan dari itu.Ini adalah yang dimaksud dengn
dislokasi. Kadang-kadang meskipun pinggul dalam soket tidak mendalam dan tempat dan
kita sebut pinggul ini “subluxated”.
Akhirnya pada beberapa anak meskipun pinggul yang di tempat yang tepat soket
tidak tumbuh dengan baik dan terlalu dangkal.Jika soket pinggul dangkal ini
memungkinkan bola untuk bergerak dari posisi seharusnya harus menempati.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan definisi dari Congenital Hip Dislocation?
2. Menjelaskan Etiologi dari Congenital Hip Dislocation?
3. Menjelaskan patofisiologi dari Congenital Hip Dislocation?
4. Menjelaskan manifestasi klinis Congenital Hip Dislocation?
5. Menjelaskan tanda dan gejala dari Congenital Hip Dislocation?
6. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Congenital Hip Dislocation?

1
C. TUJUAN
1. Mngetahui Definisi dari Congenital Hip Dislocation
2. Mngetahui Etiologi dari Congenital Hip Dislocation
3. Mngetahui patofisiologi dari Congenital Hip Dislocation
4. Mngetahui manifestasi klinis Congenital Hip Dislocation
5. Mngetahui tanda dan gejala dari Congenital Hip Dislocation
6. Mengetahui penatalsanaan fisioterapi pada kasus Conginetal Hip Dislocation

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Congenital Dislocation of the Hip ( CHD) atau dislokasi panggul kongenital
adalah deformitas ortopedik yang didapat segera sebelum atau pada saat kelahiran. CDH
terjadi ketika anak-anak lahir dengan pinggul yang tidak stabil karena pembentukan
abnormal dari sendi panggul Selama tahap-tahap awal dari perkembangan janin.
Ketidakstabilan ini memburuk sebagai anak tumbuh. Kondisi ini bervariasi dari
peregseran minimal ke lateral sampai dislokasi komplit dari caput femoris keluar
acetabulum.

B. Etiologi
Kebanyakan bayi yang lahir dengan congenital dislocation of hip memiliki orang
tua yang jelas-jelas tidak memiliki ganggguan kesehatan maupun faktor resiko.seorang
wanita hamil yang telah mengikuti semua nasihat dokternya agar kelak melahirkan bayi
yang sehat, mungkin saja nanti melahirkan bayi yang memiliki kelainan bawaan.60%
kasus kelianan bawaan penyebabnya tidak diketahui sisanya disebabkan oleh faktor
lingkungan atau genetic atau kombinasi dari keduanya.
1. Teratogenik
Teratogenik adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau
meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan.Readiasi, oobat tertentu dan racun
merupakan teratogen.
2. Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen,
tetapi juga dengan mengkonsumsi gizi yang baik. Salah satu zat yang penting untuk
pertumbuhan janin adalah asam folat.
3. Faktor fisik dari Rahim

3
Di dalam Rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan
pelindung terhadap cedera.Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebakan
atau menunjukkan adanya kelainan bawaan.Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa
mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh.
4. Faktor genetic dan kromosom
Genetic memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa
kelianan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang
abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah pembawa sifat individu
yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika salah satu
gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.
5. Faktor hormonal
Tingginya kadar estrogen, progesterone adan relaksin pada ibu dalam beberapa
minggu terakhir kehamilan, dapat memperburuk kelonggaran ligamentum pada bayi.
Hal ini dapat menerangkan langkanya ketidakstabilan pada bayi premature, yang lahir
sebelum hormone-hormon mencapai puncaknya.
6. Malposisi intrauterine
Terutama posisi bokong dengan kaki yang berekstensi, dapat mempermudah
terjadinya dislokasi, ini berhubungan dengan lebih tingginya insidensi pada bayi yang
merupakan anak sulung, dimana versi spontan lebih sedikit kemungkinannya untuk
terjadi.
7. Faktor pasca kelahiran
Dapat membantu menetapnya ketidakstabilan neonatal dan gangguan
perkembangan acetabulum.

C. Patofisiologi
Saat kelahiran panggul, meskipun tidak stabil mungkin bentuknya normal, tetapi
capsul sering merentang dan berlebih-lebihan. Selama masa bayi beberapa pertmbuhan
timbul, beberapa diantaranya mungkin menunjukkan dysplasia primer pada acetabulum
dan atau femur proksimal, tetapi kebanyakan diantaranya muncul karena adaptasi
terhadap ketidakstabilan menetap dan pembebanan sendi secara abnormal.

4
Caput femoris mengalami dislokasi dibagian posterior tetapi dengan ekstensi pinggul,
ca[ut itu pertama-tama terletak posterolateral dan kemudian superolateral pada
acetabulum. Soket tulang rawan terletak dangkal dan antervensi.Caput femoris yang
bertulang rawan ukurannya normal tetapi inti tulangnya terlambat muncul dan
osifikasinya tertunda selama masa bayi.
Caput teregang dan ligamentum teres menjadi panjang dan hipertrofi.Di bagian
superior, labrum acetabulum dan tepi kapsulnya dapat didorong ke dalam soket oleh
femoris yang berdislokasi libus fibrokatilaginosa ini dapat menghalangi usaha reduksi
tertutup caput femoris.
Setelah mulai menyangga badan perubahan-perubahan ini lebih hebat.
Acetabulum dan colum femur tetap enteverssi dan tekanan dari caput femoris
menyebabkan terbentuknya suatu soket palsu di atas acetabulum dan m. psoas,
menimbulkan suatu penampilan jam pasir ( hourglass). Pada saatnya otot di sekelilingnya
menyesuaikan diri dengan memendek.

D. Manifestasi klinik
 Pergerakan yang terbatas di daerah yang terkena
 Posisi tungkai yang asimetris
 Lipatan lemak yang asimetris
 Setelah bayi berumur 3 bulan: rotasi tungkai asimetris dan tungkai pada sisi yang
terkena tampak memendek.
 Hilangnya tonjolan yang normal, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi paad
dislokasi anterior sendi bahu.
 Kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu, misalnya dislokasi posterior sendi
panggul kedudukan endorotasi, fleksi dan adduksi.
 Nyeri

E. Prognosis
Penanganan penderita dengan dislokasi panggul kongenital teemaksuk dalam
kedaruratan medis, artinya harus seger dilakukan reposisi.Semakin cepat ditangani
semakin baik prognosisnya. Tindakan yang lazim dilakukan adalah reposisi, umumnya

5
perlu pembiusan total mengingat sakit yang berat dan otot serta jaringan penunjangnya
yang kuat. Akibat bisa terjadi yang berat dan otot serta jaringan penunjangnya yang
kuat.Akibat yang bisa terjadi bila terlambat ditangani adalah terjadinya nekrosis
avaskuler yang mengakibatkan kematian jaringan tulng dan sendi sampai terjadinya
osteoarthritis sendi yang lebih terjadi lebih akhir dan ditandai kerusakan jaringan sendi
diikuti terbentuknya jaringan tulang baru yang abnormal. Idealnya jika kurang dari 6 jam
dislokasi sudah ditangani dapat mencegah komplikasi saat ini. Selain diresposisi juga
dilakukan pemasangan traksi agar posisi sendi tidak bergeser lagi, lebih kurang 2 minggu.

F. Tanda-tanda Conginetal Hip Dislocation

a. Conginetal Hip Dislocation Unilateral:


 Keterbatasan abduksi pada salah satu hip
 Asimetri lipatan kulit
 Kemungkinan pemendekan salah satu tungkai
 Pada palpasi, tronchanter mayor lebih tinggi disbanding yang Satu

b. Conginetal Hip Dislocation Bilateral:


 Wide perineum
 Female shape of pelvis (bentuk panggul wanita)
 Peningkatan lumbar lordosis

G. PENATALAKSANAAN FISOTERAPI

1. ANAMNESIS
a) Anamnesis Umum
Nama : N
Umur : 16 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan Orang Tua : PNS

6
Alamat: : Makassar

b) Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Nyeri pada pelvic dan hip.
Lama Keluhan : 4 bulan yang lalu.
RPP : Sewaktu kelahiran dengan riwayat lahir sungsang,
kelainan bentuk pelvic dan hip menjadi nyata saat pasien
melakukan gerakan ekstensi dan gerakan adduksi hip.
RP Penyerta : Tidak ada riwayat penyakit penyerta dan tidak ada
riwayat trauma sewaktu masih bayi.

2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Vital Sign
Denyut Nadi : 90 x / menit
Pernapasan : 26 x / menit
Temperatur : 36,8˚ C
Berat Badan : 11 Kg
b. Palpasi dan Inspeksi
 Kelainan berjalan dan tidak seimbang seperti pincang.
 Bayi mengalami keterlambatan perkembangan.
 Kaki sedikit pasif.
 Bentuk tungkai pendek sebelah.
 Lipatan paha kanan dan kiri berbeda.
 Saat melakukan gerakan merangkak terjadi kaki diseret untuk bergerak.
 Bayi sering digendong oleh ibunya.
 Kelahiran sungsang.
Unilateral : Tungkai lebih pendek, lipatan kulit asimetris.
Bilateral : Daerah perineum lebih luas, lumbal lordosis, pelvis seperti orang dewasa.

3. PEMERIKSAAN SPESIFIK
a. Tes Barlow

7
Terjadi bunyi "klik" saat kaput femur dilakukan tes dengan cara dilakukan
penarikan pada kaput femur dan acetabulum dimana ibu jari pemeriksa diletakkan pada
lipatan paha bayi itu dan tungkai yang lain dilakukan tes dengan cara digerakan ke arah
adduksi. Dalam pemeriksaan dengan tes barlow ini penderita positif terjadi pengeluaran
kaput femur dari mangkok tulang acetabulum.

b. Tes Ortolani
Uji dengan tes ortolani dimana penguji melakukan tes dengan cara memasukkan
kaput femur dengan gerakan abduksi pada tungkai bayi dengan bunyi "klik" pada
trochanter mayor ditekan ke dalam dan terasa caput yang tadi keluar saat tes barlow
dilakukan dimana tulang acetabulum mengalami kelonggaran ruangan dengan sudut
kurang dari 60 derajat dimana pada bayi yang normal sudut abduksi 65 sampai 80 derajat.

c. Tes Galeazzi
Pemeriksaan dengan tes ini maka penderita harus dilakukan gerakan mendekat
pada tungkai kiri dan kanan dimana untuk mengetahui panjang tungkai dan lutut apakah

8
kedua lutut sama panjang atau tidak. Dalam pemeriksaan ini menjadi positif apabila
panjang tungkai tidak sama.

d. Tes Trendelenberg
Posisi bayi itu dilakukan gerakan berdiri dengan satu kaki bergantian, dimana saat
berdiri tungkai yang mengalami kelemahan dalam berdiri akan tampak gerakan menjauh
dari midline tubuh dimana otot panggul berusaha keras dalam mempertahankan posisi
dari panggul agar tetap berdiri tegak dan hal ini tes menjadi positif jika pada tes ini otot
penyangga pinggul dilakukan palpasi terasa kuat berkontraksi dalam menjaga agar tubuh
stabil dalam berdiri.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Rontgen
Ditemukan tulang femur mengalami kemiringan bentuk posisi dimana pada caput
femur dan acetabulum tidak terletak pada posisi yang tepat sehingga pergeseran terlihat
dari arah proksimal dan ke distal dengan posisi miring.
b. CT Scan
Dalam pemeriksaan dengan CT scan terlihat indikasi displasia dari acetabulum
kelihatan nyata dengan posisi dari caput femur yang mengalami dislokasi.

5. DIAGNOSIS FISIOTERAPI

9
“Kehilangan keseimbangan saat berjalan normal akibat dislokasi acetabulum dari
caput femur sehingga terdapat gangguan sewaktu bermain dan berjalan.”

 Impairment :
 Pasien tidak mampu berjalan seimbang.
 Keterbatasan gerak dan nyeri untuk ekstensi dan gerakan abduksi hip.
 Dislokasi dari acetabulum dan caput femur tidak berada pada posisi yang normal.
 Functional Limitations :
 Kemampuan dari otot panggul dalam mempertahankan tubuh sangat kuat dan
memerlukan kontraksi yang besar sehingga terkadang terjadi myospasme sebagai
keluhan dari penyakit sekunder CHD.
 Disability :
 Adanya gangguan dalam berjalan normal.
 Hambatan bermain pada penderita CHD dengan teman sebaya.

6. RENCANA INTERVENSI
1. Rencana Jangka Pendek
 Mengembalikan posisi hip yang mengalami dislokasi ke posisi normal dan
mempertahankan posisi caput femur terjaga normal.
 Pasien dapat berjalan dengan normal.
 Meningkatkan keterbatasan gerak dan menghilangkan nyeri untuk gerakan
ekstensi dan abduksi hip.
2. Rencana Jangka Panjang
 Mengembalikan dan meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional
tungkai anak.
 Menghilangkan keluhan dan hambatan dalam bermain dengan teman sebaya

7. INTERVENSI FISIOTERAPI
1. Stretching Exercise

10
Stretching merupakan latihan peregangan untuk memanjangkan jaringan lunak dan
kulit yang mengalami kontraktur dan merupakan suatu bentuk terapi yang di susun untuk
mengulur struktur jaringan lunak yang mengalami pemendekan secara patologis dan
dengan dosis tertentu dapat menambah range of motion. Posisi pasien serilek mungkin,
terutama pada daerah yang akan diterapi. Posisi terapis berada di depan pasien.
2. Static Contraction Exercise
Static contraction adalah bentuk statis latihan dengan kontraksi otot yang
menghasilkan kekuatan tanpa adanya perubahan berarti dalam panjang otot dan tanpa
adanya gerakan sendi yang terlihat. Tujuan dari static contraction yaitu untuk
melancarkan sirkulasi darah sehingga dapat membantu mengurangi nyeri, mencegah
atropi.

3. Hold Relax Exercise


Hold relax merupakan salah satu dari beberapa teknik streching PNF. Propieceptive
neuromuscular facilitation streching techniques adalah streching dengan penggabungan
kontraksi aktif dari otot dan streching secara cepat agar dapat mengahambat atau
memfasilitasi otot yang aktif dan memungkin kan untuk meningkatkan panjang otot agar
ROM menjadi normal.

4. Pavlik Harness
Selain mencegah ekstensi dan adduksi panggul, pavlik harness memungkinkan sedikit
gerakan yang membuat anak merasa nyaman dan memungkinkan terjadinya reduksi
spontan. Selain mengevaluasi struktur tulang ileum, ossifikasi caput femur dan kontur
acetabulum, dilakukan juga pengukuran sudut α dan sudut β untuk menilai keberhasilan
terapi.

8. EVALUASI PADA PASIEN CONGENITAL HIP DISLOCATION


Seorang pasien dengan kondisi congenital hip dislocation, setelah diberikan
terapi dengan menggunakan stretching, static contraction, hold relax, dan pemasangan
pavlik harness selama 6 kali selama 1 bulan di dapat kesimpulan berdasarkan hasil
evaluasi sebagai berikut :

11
 Tidak ada perubahan (tetap) kekuatan otot terutama pada hip joint.
 Tidak ada perubahan (tetap) lingkup gerak sendi pada hip joint terutama pada
gerakan ekstensi dan abduksi hip.
 Pasien belum mampu berjalan dengan normal.
Hal ini disebabkan pemberian terapi yang kurang lama karena pada kasus congenital
hip dislocation memerlukan penanganan medis jangka panjang dan bertahap.Selain itu,
pengenalan dan penanganan secara dini pada congenital hip dislocation sangat penting
dimana “Golden Period” untuk terapi adalah tiga minggu setelah lahir, karena pada umur
kurang dari tiga minggu ligamen-ligamen pada kaki masih lentur sehingga masih dapat
dimanipulasi.

12
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Congenital Dislocation of the Hip ( CHD) atau dislokasi panggul kongenital
adalah deformitas ortopedik yang didapat segera sebelum atau pada saat kelahiran. CDH
terjadi ketika anak-anak lahir dengan pinggul yang tidak stabil karena pembentukan
abnormal dari sendi panggul Selama tahap-tahap awal dari perkembangan janin.
Ketidakstabilan ini memburuk sebagai anak tumbuh. Kondisi ini bervariasi dari
peregseran minimal ke lateral sampai dislokasi komplit dari caput femoris keluar
acetabulum.

A. SARAN
Selayaknya kalimat yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Saya
juga menyadari bahwa makalah ini juga masih memiliki kekurangan. Maka dari itu saya
mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, Dejong Wim.2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Ke-2.EGC:Jakarta

Congonetal-Hip-Dislocation (diakses tanggal 27 Oktober 2015)

Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Jakarta: Yasif Watampone

14
15

Anda mungkin juga menyukai