Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

HIP KNEE ANKLE FOOT ORTHOSIS


PENGARUH PENGGUNAAN PAVLIK HARNESS TERHADAP PENYAKIT
CONGENITAL DISLOCATION OF THE HIP
Dosen Pengampu : Muhibbah Fatati, S.Tr Kes

Disusun Oleh :
NAMA : ISYARATUL FATHIN NUR ARYANTARI
NIM : P27227018098
KELAS : 5A

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN ORTOTIK PROSTETIK

JURUSAN ORTOTIK PROSTETIK

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunian-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai pada
waktunya.Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik, meskipun saya juga menyadari segala kekurangan yang ada di dalam laporan
ini.

Laporan ini saya susun berdasarkan beberapa sumber di internet dan jurnal-jurnal yang
sangat membantu dalam menyusun makalah ini.Saya berusaha menyajikan makalah ini
dengan bahasa yang sederhana dan mudah di mengerti.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan semuanya yang telah
memberikan sumbang sarannya untuk penyelesaian makalah ini. Saya menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya menerima kritik dan saran yang positif
dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan pada tugas makalah-
makalah berikutnya.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Wonogiri, 21 September 2020

Penyusun

i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI...........................................................................................................3
A. Congenital Dislocation of the Hip...................................................................................3
B. Hip Knee Ankle Foot Orthosis........................................................................................8
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................11
BAB IV PENUTUP................................................................................................................15
A. KESIMPULAN.............................................................................................................15
B. SARAN.........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hip Joint.................................................................................................................4
Gambar 2.2 Uji Ortolani............................................................................................................6
Gambar 2.3 Uji Barlow..............................................................................................................7
Gambar 2.4 Tanda Galeazzi.......................................................................................................7
Gambar 2.5 Pavlik Harness........................................................................................................9

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat menurut WHO tahun 1958 adalah suatu keadaan dimana tidak hanya
fisik, mental ataupun kesejahteraan sosial melainkan diartikan bebas dari sakit
maupun cacat (Peterson, 2010). Kesehatan adalah salah satu unsur kesejateraan umum
yang wajib diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang pada
UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) dan Undang-Undang nomor 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan dan masyarakat yaitu, “Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk
memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan (Depkes RI, 2005).
Penyakit adalah kondisi abnormal tertentu yang secara negatif
memengaruhi struktur atau fungsi sebagian atau seluruh tubuh suatu makhluk hidup,
dan bukan diakibatkan oleh cedera eksternal apa pun. Penyakit juga dikenal
sebagai kondisi medis yang berhubungan dengan gejala dan tanda klinis tertentu.
Suatu penyakit dapat disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti patogen atau oleh
disfungsi internal. Penyakit bawaan atau kelainan bawaan adalah penyakit yang telah
ada saat seseorang dilahirkan. Penyakit ini sering kali merupakan penyakit
genetik dan dapat diwariskan.
Congenital Dislocation of the Hip (CDH) atau dislokasi panggul kongenital
adalah deformitas ortopedik yang didapat segera sebelum atau pada saat kelahiran.
Kelainan bawaan pada sistem muskuloskeletal berbeda dari kelainan sistem lainnya
yakni selama perkembangannya baik pertumbuhan maupun pematangan dapat
mengakibatkan kelainan menetap yang lebih berat, atau sebaliknya menghasilkan
perbaikan. Insidensi CDH adalah 1/1000 pada angka kelahiran. Wanita mempunyai
angka kejadian yang tinggi bila dibanding dengan pria dengan rasio 7:1. Panggul kiri
lebih sering terkena dibanding dengan kanan. Tidak ada penyebab pasti CDH, namun
beberapa faktor risiko telah diidentifikasi, di antaranya kelenturan ligamen, posisi
pada saat dalam kandungan, posisi pada saat dilahirkan, dan predileksi ras. Penyebab
CDH bersifat multifaktorial dan dipengaruhi oleh hormon dan genetik.
Diagnosis pascanatal dini kelainan bawaan menjadi tanggung jawab dokter
keluarga, dokter kebidanan dan dokter anak yang pertama kali memeriksa anak yang
baru lahir. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan fisik yang spesifik dan
pemeriksaan penunjang jika ada keraguan atau kecurigaan. Semakin dini kelainan
ditemukan maka prognosis semakin baik pula. Namun, Congenital Dislocation of the
Hip (CDH) sering tidak segera kelihatan pada waktu lahir dan hanya dengan
pemeriksaan yang cermat dan khusus kelainan ini dapat diketahui.
Orthosis adalah alat yang dipasang di bagian luar tubuh untuk menopang
kelemahan, memperbaiki deformitas, mencegah deformitas / kontraktur, mempercepat
penyembuhan, pertumbuhan langsung, meningkatkan fungsi dengan posisi yang lebih
baik, menjaga stabilitas sendi, mengurangi nyeri dan / atau peradangan, dan / atau
untuk istirahat dan mendukung struktur yang lemah.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Congenital Dislocation of the Hip ?


2. Apa yang dimaksud dengan Pavlik Harness ?
3. Bagaimana pengaruh penggunaan Pavlik Harness terhadap penyakit
Congenital Dislocation of the Hip ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Congenital Dislocation of the Hip.


2. Untuk mengetahui pengertian Pavlik Harness.
3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan Pavlik Harness terhadap penyakit
Congenital Dislocation of the Hip.

D. Manfaat

Makalah mengenai “ Pengaruh Penggunaan Pavlik Harness Terhadap Penyakit


Congenital Dislocation Of The Hip “ diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
semua kalangan. Terutama untuk mahasiswa jurusan Ortotik Prostetik untuk
menambah wawasan dan menjadi refrensi, sarana untuk menambah ilmu tentang
penyakit CDH, Ortotik Prostetik, khususnya pada Hip Knee Ankle Foot Orthosis.

2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Congenital Dislocation of the Hip
Congenital Dislocation of the Hip (CDH) atau dislokasi panggul kongenital
adalah deformitas ortopedik yang didapat segera sebelum atau pada saat kelahiran.
Kondisi ini bervariasi dari pergeseran minimal ke lateral sampai dislokasi komplit
dari caput femoris keluar acetabulum. CDH sekarang lebih dikenal sebagai DDH
(Developmental Dislocation of the Hip), hal ini dikarenakan patogenesis yang juga
dapat terjadi pada masa perkembangan. Ada tiga pola yang terlihat: (1) subluxation,
caput femoris berada di acetabulum dan dapat mengalami dislokasi parsial saat
pemeriksaan; (2) dislocatable, pinggul dapat dislokasi seluruhnya dengan manipulasi
tetapi berada pada lokasi normal pada saat bayi istirahat; (3) dislocated, pinggul
berada dalam posisi dislokasi (paling parah).
Ketidakstabilan panggul berkisar 5-20% dari 1.000 kelahiran hidup dan
sebagian besar akan menjadi stabil dalam 3 minggu dan hanya 1-2% yang tetap tidak
stabil. Dislokasi panggul kongenital 7 kali lebih banyak pada perempuan
dibandingkan laki-laki, sendi panggul kiri lebih sering terkena dan hanya 1-5% yang
bersifat bilateral. Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada orang Amerika dan
Jepang serta jarang ditemukan pada orang Indonesia.
CDH melibatkan anatomi tertentu pada tubuh manusia. Bagian tubuh yang
terlibat terutama tulang, tulang yang terlibat pada CDH adalah sendi panggul (hip
joint) yang merupakan tempat dimana tulang femur (tulang paha) terhubung pada
pinggul (pelvis). Ujung atas dari tulang femur berbentuk seperti bola yang bulat yang
disebut sebagai caput femoris.Caput femoris pada keadaan normal akan cocok dengan
persendian pada pelvis yang bernama acetabulum. Persendian ini memberika
kebebasan manusia untuk bergerak ke segala arah dan merupakan sendi peluru.

3
Gambar 2.1 Hip Joint

Tekanan yang pas dan kontak antara caput femoris dan acetabulum membuat
perkembangan sendi panggul menjadi normal. Sebagian besar pembentuk acetabulum
adalah rawan saat lahir, caput femoris yang berkontak dengan acetabulum membantu
pementukan sendi ini seiring dengan perkembangan manusia. Pada CDH biasanya
kontak antara caput femoris dan acetabulum terganggua sehingga perkebangannya
tidak terbentuk seperti bentuk normal persendian ini.
Ada beberapa faktor penyebab yang diduga berhubungan dengan terjadinya
Congenital Dislocation of the Hip (CDH), antara lain:
1. Faktor Genetik
Faktor genetik pasti berperan pada etiologi, karena dislokasi kongenital
cenderung berlangsung dalam keluarga dan bahkan dalam seluruh
populasi. Wynne- Davies (1970) menemukan dua ciri warisan yang
dapat mempengaruhi ketidakstabilan pinggul yakni sendi yang longgar
merata, suatu sifat yang dominan dan displasia acetabulum, suatu sifat
poligenik yang ditemukan pada kelompok yang lebih kecil yang
menderita ketidakstabilan yang menetap.

4
2. Faktor Hormonal
Tingginya kadar estrogen, progesteron dan relaksin pada ibu dalam
beberapa minggu terakhir kehamilan, dapat memperburuk kelonggaran
ligamentum pada bayi. Hal ini dapat menerangkan langkanya
ketidakstabilan pada bayi prematur, yang lahir sebelum hormon-
hormon mencapai puncaknya. Ditambahkan adalah pengamatan bahwa
selama periode neonatal, bayi relatif membawa estrogen dari ibunya.
Hal ini menenangkan ligamen di dalam tubuh. Beberapa bayi sangat
sensitif terhadap estrogen, sehingga menyebabkan ligament panggul
menjadi terlalu lemah, dan panggul tidak stabil.
3. Malposisi Intrauterin
Malposisi intrauterin yang terutama adalah posisi bokong dengan kaki
yang berekstensi, dapat mempermudah terjadinya dislokasi, ini
berhubungan dengan lebih tingginya insidensi pada bayi yang
merupakan anak sulung, dimana versi spontan lebih sedikit
kemungkinannya untuk terjadi. Dislokasi unilateral biasanya
mempengaruhi pinggul kiri, ini sesuai dengan presentasi verteks biasa
(occiput anterior kiri) dimana pinggul kiri agak beradduksi.
4. Faktor Pascakelahiran
Dapat membantu menetapnya ketidakstabilan neonatal dan gangguan
perkembangan acetabulum. Dislokasi sering kali ditemukan pada orang
Lapps dan orang Indian Amerika Utara yang membedong bayinya dan
menggendongnya dengan kaki merapat, pinggul dan lutut sepenuhnya
berekstensi, dan jarang pada orang Cina Selatan dan Negro Afrika
yang membawa bayi pada punggungnya dengan kedua kaki berabduksi
lebar-lebar. Ada juga bukti dari percobaan bahwa ekstensi lutut dan
pinggul secara serentak mengakibatkan dislokasi panggul selama
perkembangan awal.

5
Keadaan ideal yang masih belum tercapai adalah mendiagnosis setiap kasus
pada saat kelahiran karena alasan ini setiap bayi yang baru lahir harus diperiksa untuk
mencari tanda-tanda ketidakstabilan panggul. Bila terdapat riwayat dislokasi
kongenital dalam keluarga, disertai presentasi bokong, kita harus sangat berhati-hati
dan bayi mungkin terpaksa diperiksa lebih dari sekali. Pada nenonatus terdapat
beberapa cara untuk menguji ketidakstabilan. Gambaran klinis dislokasi panggul
kongenital adalah asimetri pada lipatan-lipatan kulit paha. Pemeriksaaan klinik untuk
mengetahui dislokasi panggul kongenital pada bayi baru lahir adalah :
1. Uji Ortolani
Dalam uji Ortolani, bagian medial paha bayi dipegang dengan ibu jari
dan jari-jari diletakkan pada trokanter mayor; pinggul difleksikan
sampai 90º dan diabduksi perlahan-lahan. Biasanya abduksi berjalan
lancar sampai hampir 90º . Pada dislokasi kongenital biasanya gerakan
terhalang, tetapi kalau tekanan diberikan pada trokanter mayor akan
terdapat suatu bunyi halus sementara dislokasi tereduksi, dan
kemudian panggul berabduksi sepenuhnya (sentakan ke dalam). Kalau
abduksi berhenti di tengah jalan dan tidak ada sentakan ke dalam,
mungkin ada suatu dislokasi yang tak dapat direduksi.

Gambar 2.2 Uji Ortolani

6
2. Uji Barlow
Uji Barlow dilakukan dengan cara yang sama, tetapi di sini ibu jari
pemeriksa di tempatkan pada lipatan paha dan dengan memegang paha
bagian atas, diusahakan mengungkit caput femoris ke dalam dan keluar
acetabulum selama abduksi dan adduksi. Kalau caput femoris
normalnya berada pada posisi reduksi, tetapi dapat keluar dari sendi
dan kembali masuk lagi, panggul itu digolongkan sebagai dapat
mengalami dislokasi.

Gambar 2.3 Uji Barlow

3. Tanda Galeazzi
Pada pemeriksaan ini kedua lutut bayi dilipat penuh dengan panggul
dalam keadaan fleksi 90º serta kedua paha saling dirapatkan. Keempat
jari pemeriksa memegang bagian belakang tungkai bawah dengan ibu
jari di depan.
Dalam keadaan normal kedua lutut akan sama tinggi dan bila terdapat
dislokasi panggul kongenital maka tungkai yang mengalami dislokasi,
lututnya akan terlihat lebih rendah dan disebut sebagai tanda Galeazzi

Gambar 2.4 Tanda Galeazzi

7
E. Hip Knee Ankle Foot Orthosis
Orthosis adalah alat yang dipasang di bagian luar tubuh untuk menopang
kelemahan, memperbaiki deformitas, mencegah deformitas / kontraktur, mempercepat
penyembuhan, pertumbuhan langsung, meningkatkan fungsi dengan posisi yang lebih
baik, menjaga stabilitas sendi, mengurangi nyeri dan / atau peradangan, dan / atau
untuk istirahat dan mendukung struktur yang lemah
Klasifikasi orthosis extremitas bawah meliputi FO(Foot Orthosis),AFO(Ankle
Foot Orthosis),KO(Knee Orthosis),KAFO(Knee Ankle Foot Orthosis),HKAFO(Hip
Knee Ankle Foot Orthosis),HO(Hip Orthosis). FO adalah alat yang diterapkan pada
kaki. Ini akan mencegah, memperbaiki atau mengakomodasi deformitas kaki. Patologi
yang dapat menggunakan FO untuk meliputi: Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis,
Ligament tears, Menisci injuries. AFO,orthosis ini akan mencakup kaki, pergelangan
kaki dan menutupi sebagian kaki di bawah lutut.Patologi yang dapat menggunakan
AFO untuk meliputi:Drop Foot Cerebral Palsy Club Foot Polio Spina Bifida Muscular
Dystrophy Multiple Sclerosis Stroke Spinal Cord Injury Osteoarthritis.KAFO,orthosis
ini menutupi seluruh tungkai, dari kaki hingga di bawah pinggul. Sendi lutut mekanis
bisa bebas atau terkunci, dan pergelangan kaki bisa kaku atau diartikulasikan.
Memutuskan antara menggunakan AFO dan KAFO bisa sulit, ini dapat ditentukan
selama evaluasi dengan menilai kekuatan lutut, stabilitas lutut dan juga dengan
pemahaman tentang diagnosis.Patologi yang dapat menggunakan KAFO untuk
meliputi:Polio,Spina Bifida,Muscular,Dystrophy, Spinal,Cord
Injury,Osteomyelitis.KO,orthosis ini untuk masalah di sekitar lutut. Orthosis ini tidak
membatasi pergerakan sendi pergelangan kaki atau pinggul. Patologi yang dapat kita
gunakan KO untuk meliputi: Osteoartritis, Artritis Reumatoid, Ligamen robek, cedera
Menisci.HKAFO,orthosis ini akan memiliki batas atas di panggul pasien, di atas sendi
pinggul. Sendi pinggul dapat dikunci atau dilepaskan. Di bawah sendi panggul
terdapat standar orthosis lutut pergelangan kaki. Patologi yang dapat kita gunakan
dalam HKAFO meliputi: Dislokasi pinggul, Cedera Tulang Belakang, Spina
Bifida.HO,orthosis ini hanya mencakup sendi panggul, Sendi lutut dan pergelangan
kaki tidak akan dibatasi oleh orthosis ini.Patologi yang dapat kita gunakan HO untuk
meliputi: dislokasi pinggul, operasi penggantian pinggul pasca operasi, displasia
pinggul kongenital.
Pavlik Harness adalah salah satu macam dari HKAFO, yaitu sebuah alat yang
dipasang pada bayi di bawah usia 6 bulan. Perangkat ini akan menumpu kaki bayi
dengan posisi pinggul yang membungkuk sehingga lama kelamaan pinggul akan
dapat memperoleh posisi normalnya

8
Gambar 2.5 Pavlik Harness

Pavlik memperkenalkan harness ini pada tahun 1945.Publikasi pada tahun


1957,
pada 1912 kasus.Pavlik Harness terdiri dari chest strap diposisikan di garis puting
susu, Halter straps yang harus menyilang di belakang untuk mencegah tergelincir.The
anterior / flexor straps harus berada pada anterior axillary line, jika lebih medial akan
menghasilkan gaya adduksi.Strap harus dikencangkan untuk mempertahankan pinggul
pada 90° fleksi.Posterior straps harus menutupi skapula dan ditali kencang untuk
mencegah adduksi.Leg straps tidak boleh mengenai fossa poplitea.Tali penahan yang
hanya lebih rendah dari fossa popliteal diperlukan untuk mencegah medial flexion
straps from moving laterally, menciptakan gaya adduksi.
Teknik Penerapan:
1. Chest straps:
Tali dada diterapkan terlebih dahulu, memungkinkan ruang yang cukup untuk
tangan ditempatkan di antara dada dan tali kekang
2. Shoulder straps:
Tali bahu diikat untuk menjaga chest straps pada nipple line.
3. Stirrups:
Kaki ditempatkan di Stirrups satu per satu. Kaus kaki dapat dikenakan di
bawah tali jika menyebabkan lecet
4. Anterior leg strap:
Hip Flexi (90 to 120 derajat), dan anterior flexion strap dikencangkan untuk
mempertahankan posisi ini.
5. Leg strap: Posterior leg strap diikat longgar untuk membatasi adduksi,tidak
untuk mendorong abduksi
Lutut harus terpisah 3-5 cm dengan adduksi penuh pada harness.

9
Setelah anak menggunakan harness, sinar-X harus diambil untuk memastikan
pengurangan telah diperoleh. Jika belum maka dilakukan radiografi. Jika setelah 2
minggu tidak ada koreksi yang diperoleh, maka dilakukan adductor tenotomy . Tidak
disarankan untuk melanjutkan pengobatan Pavlik, jika koreksi tidak dapat diperoleh 3
minggu dengan atau tanpa tenotomi adduktor. Perawatan harness jangka panjang yang
tidak benar akan mengikis secara permanen posterior acetabular rim. Setelah pasti
palvic harnes terbukti efetif hal yang dilakukan adalah :
1. Memastikan stabilitas hip ,
2. Menyesuaikan pertumbuhan anak,
3. Memberikan edukasi ke orang tua dalam penggunaan orthosis.
4. Radiografi berkala (setiap 4 hingga 6 minggu)

10
BAB III
PEMBAHASAN
Latar Belakang Pengobatan perkembangan displasia pinggul (DDH)
menggunakan Pavlik Harness telah menjadi metode yang banyak digunakan pada
pasien antara usia 0 dan 6 bulan selama bertahun-tahun. Namun, faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan modalitas pengobatan ini masih belum dapat
ditentukan secara pasti karena terbatasnya jumlah penelitian klinis dengan tingkat
bukti yang lebih tinggi.
Dari pasien yang diobati, 130 (85%) tersedia untuk evaluasi variabel terkait
pasien dan pinggul terhadap keberhasilan pengobatan Pavlik Harness. Usia rata-rata
pasien ini pada hari diagnosis dan mulai pengobatan adalah 108 hari. Pemeriksaan
diagnostik dan tindak lanjut pinggul dilakukan dengan ultrasonografi menggunakan
metode Graf. Perawatan Pavlik Harness dimulai di Graf Tipe II- dan pinggul yang
lebih buruk dan pengobatan dianggap '' berhasil '' ketika pinggul Graf Tipe I dicapai.
Perawatan harness Pavlik berhasil pada 92 (71%) pasien (130 dari 181 pinggul
[72%]). Hasil Usia adalah satu-satunya variabel yang berhubungan dengan pasien
yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pengobatan; usia rata-rata anak-anak di
mana pengobatan Pavlik Harness berhasil (97 ± 38 hari; interval kepercayaan 95%
[CI], 90-112) lebih rendah daripada usia mereka yang gagal (135 ± 37 hari; 95% CI,
123– 147; p \ 0,001). Tingkat keberhasilan tertinggi diperoleh pada anak-anak yang
lebih muda dari usia 3 bulan (37 dari 40 [93%]) dan yang terendah yang lebih tua dari
usia 5 bulan (sembilan dari 24 [37%]) (p\0,001).
Nilai usia ambang terkait dengan peningkatan risiko kegagalan ditemukan 4
bulan ke atas, yang memiliki sensitivitas 66% dan spesifisitas 77% (p \ 0,001).
Sebuahawal yang lebih tinggi sebuah sudut diamati pada pinggul di mana pengobatan
berhasil (53  ± 6 ; 95% CI, 51 –53 ) dibandingkan yang gagal (47  ± 7 ; 95% CI, 45 –
50 ; p \ 0,001). Nilai ambang batas yang terkait dengan peningkatan risiko kegagalan
pengobatan adalah 46  dan kurang, yang memiliki sensitivitas 47% dan spesifisitas
86% (p \ 0,001). Dislokasi pinggul (Graf Tipe III dan IV pinggul) memiliki tingkat
keberhasilan pengobatan terendah (lima dari 19 [26%] dan dua dari empat [50%],
masing-masing), sedangkan Graf Tipe II- pinggul memiliki tingkat keberhasilan
tertinggi (27 dari 29 [93%]) (p \ 0,001). 
Kesimpulan Kami menyimpulkan bahwa pengobatan Pavlik Harness kurang
efektif pada anak-anak di dan di atas usia 4 bulan pada saat harness pertama kali
diterapkan serta di pinggul dengan dislokasi lengkap dan pinggul dengan atap tulang
acetabular yang sangat kekurangan. Pada pasien yang lebih tua dan tipe pinggul yang
lebih buruk, penggunaan pengobatan Pavlik Harness awal perlu ditinjau kembali.
Diperlukan penelitian selanjutnya, membandingkan hasil pengobatan Pavlik Harness
dan jenis intervensi lain pada pasien dan tipe pinggul seperti itu.

Diagnosis dini memberikan metode pengobatan yang lebih mudah untuk


mendapatkan dan mempertahankan reduksi, meningkatkan potensi remodeling

11
acetabular dan femoralis, mengurangi risiko komplikasi serius, dan mengurangi biaya
pengobatan pada displasia perkembangan pinggul (DDH). Tingkat keberhasilan
perawatan Pavlik Harness diketahui tinggi sebelum usia 6 bulan, karena sulit untuk
secara efektif mempertahankan posisi bayi yang lebih tua dalam harness
Di rumah sakit penulis, DDH pada anak-anak antara usia 0 dan 6 bulan telah
dirawat menggunakan Pavlik Harness selama bertahun-tahun. Antara Maret 2012 dan
Desember 2014, perawatan Pavlik Harness disarankan pada 153 anak (125
perempuan, 28 laki-laki; 215 pinggul) dengan DDH unilateral atau bilateral. Usia
rata-rata adalah 108 ± 42 hari (kisaran, 21-207 hari) dan sisi yang terkena adalah
unilateral pada 91 (35 kanan, 56 kiri) anak-anak dan bilateral pada 62. Anak-anak,
yang menderita displasia pinggul sebagai akibat dari gangguan neuromuskuler yang
ada, kelainan bawaan, atau sindrom di mana kami telah menggunakan modalitas
pengobatan yang berbeda; riwayat perawatan ortosis sebelumnya di pusat-pusat lain;
dan yang perawatannya tidak selesai saat naskah sedang ditulis, tidak dimasukkan
dalam penelitian. Dua puluh tiga anak (15%) dengan DDH (34 pinggul [16%])
dikeluarkan dari penelitian sebagai akibat dari penolakan pengobatan Pavlik Harness
oleh orang tua atau sebagai akibat dari melewatkan janji tindak lanjut setelah
pengobatan dimulai. dan hilang untuk ditindaklanjuti. Dengan demikian, 181 pinggul
dari 130 anak (106 perempuan, 24 laki-laki) dengan usia rata-rata 108 ± 41 hari
(kisaran, 26-207 hari) pada hari diagnosis dan permulaan pengobatan menyelesaikan
pengobatan memanfaatkan Pavlik dengan keberhasilan atau kegagalan. dan
merupakan kelompok belajar. Sisi yang terkena adalah unilateral pada 79 anak (28
kanan, 51 kiri) dan bilateral pada 51 anak.

Di rumah sakit penulis, ultrasonografi pinggul dengan metode Graf telah


digunakan sebagai diagnostik utama serta alat radiologis tindak lanjut hingga usia 9
sampai 10 bulan di DDH selama bertahun-tahun. Dua penulis (HO,NK) yang sama-
sama ahli bedah ortopedi berpengalaman, melakukan pemeriksaan ultrasonografi
pinggul menggunakan teknik Graf . Pinggul diklasifikasikan menurut sistem
klasifikasi ultrasonografi pinggul Graf dan pengelolaan semua pasien dilakukan oleh
dua penulis pertama yang sama .Pavlik harness pengobatan segera dimulai di Graf
Tipe IIa- dan pinggul yang lebih buruk .Pinggul tipe IIa-, IIb, dan IIc diklasifikasikan
lebih lanjut sebagai '' stabil '' dan pinggul Tipe D, III, dan IV diklasifikasikan sebagai
'' tidak stabil '' seperti yang awalnya didefinisikan oleh Graf.Berarti awal  sudut dari
semua pinggul adalah 51  ± 7  (kisaran, 25 - 58 )

Perawatan Pavlik Harness segera dihentikan dan dianggap '' berhasil '' ketika
pinggul Graf Tipe I tercapai. Perawatan Pavlik Harness dianggap '' tidak berhasil ''
jika pinggul Graf Tipe D, III, atau IV awalnya tidak berkembang menjadi tipe pinggul
ultrasonografi yang lebih baik dalam setiap interval tindak lanjut 3 hingga 4 minggu
dan jenis pengobatan diubah (sebagian besar tertutup / reduksi terbuka dengan
anestesi umum, ortosis abduksi yang jarang kaku) atau pinggul Graf Tipe IIa-, IIb,
atau IIc tidak berkembang menjadi tipe pinggul ultrasonografi yang lebih baik dalam
8 minggu setelah tindak lanjut dan ini diikuti dengan transisi ke metode pengobatan
lain , lebih disukai orthosis abduksi yang kaku.

12
Penghentian segera pengobatan Pavlik Harness sebagai akibat dari
kelumpuhan saraf femoralis juga dianggap sebagai `` kegagalan pengobatan. ''
Kelumpuhan saraf femoralis diamati pada dua pasien di mana kembalinya fungsi saraf
femoralis diamati dalam waktu 4 minggu setelah segera. penghentian harness. Masa
pengobatan rata-rata dari 130 anak adalah 59 ± 31 hari (kisaran, 16–168 hari).
Perawatan Pavlik Harness berhasil pada 92 (71%) pasien (130 dari 181 pinggul
[72%]). Semua pasien diundang untuk pemeriksaan radiografi pada usia 1 tahun dan
kemudian setidaknya sekali setahun. 

Untuk penilaian korelasi antara tingkat keberhasilan pengobatan Pavlik


Harness dan variabel terkait pasien, data pasien yang berhasil dan gagal pengobatan
dibandingkan. Untuk penilaian korelasi antara tingkat keberhasilan Pavlik pengobatan
harness dan kelas hip dysplasia termasuk Graf jenis hip dan sudut, data dari pinggul di
mana pengobatan berhasil dan gagal dibandingkan. Chi-square dan uji Fisher
digunakan untuk membandingkan frekuensi variabel dalam kelompok yang berbeda.
Karakteristik penerima operasi (ROC) kurva digunakan untuk menilai nilai-nilai tepi
untuk usia dan a. sudut  Uji Mann-Whitney U digunakan untuk membandingkan nilai
rata-rata dari dua kelompok yang berbeda karena memiliki varian yang tidak sama.
Nilai p \ 0,05 dianggap signifikan. 

Pasien yang lebih muda lebih mungkin berhasil dengan pengobatan Pavlik
Harness. Ada perbedaan antara usia awal pengobatan rata-rata anak di mana Pavlik
memanfaatkan usia 3 bulan (37 dari 40 [93%]) dan yang terendah lebih tua dari usia
5 bulan (sembilan dari 24 [37%]). Usia 120 hari dan lebih tua ditemukan sebagai
ambang untuk mendapatkan hasil yang tidak berhasil dalam perawatan Pavlik
Harness.Ada perbedaan antara awal mean sudut  pinggul di mana pengobatan
berhasil (53  ± 6 ; kisaran, 25 –58 ; 95% CI, 51 –53 ) dan gagal (47  ± 7 ; kisaran, 35
–58 ; 95% CI, 45 –50 ; p\0,001). Sebuah awal sudut 46  dan lebih sedikit yang
ditemukan sebagai ambang batas untuk mendapatkan hasil yang tidak berhasil.
Rentang sudut ini memiliki sensitivitas 47% (95% CI, 33% -62%) dan spesifisitas
86% (95% CI, 79% -92%; p\0,001). Graf Tipe IIa- pinggul memiliki tingkat
keberhasilan tertinggi (27 dari 29 [93%]), sedangkan Graf Tipe III dan IV memiliki
yang terendah (lima dari 19 [26%] dan dua dari empat [50%], masing-masing. )
(p\0,001) Pinggul yang stabil memiliki tingkat keberhasilan pengobatan yang lebih
tinggi daripada pinggul yang tidak stabil (112 dari 142 [79%] versus 18 dari 39
[46%]; p\0001) Di antara pinggul yang tidak stabil, tingkat keberhasilan pengobatan
lebih rendah pada pinggul yang mengalami dislokasi (tujuh dari 23 [30%])
dibandingkan dengan pinggul yang melebar (11 dari 16 [69%]) (p \0,001) .

Pengobatan DDH menggunakan harness Pavlik adalah metode yang disukai


secara luas pada anak-anak di bawah usia 6 bulan. Tingkat keberhasilan jangka
pendek atau jangka panjang dari pengobatan Pavlik Harness diketahui bergantung
pada beberapa variabel yang berhubungan dengan pasien serta tingkat radiologis
displasia pinggul . Meskipun demikian, sebagai akibat dari kurangnya jumlah
penelitian yang lebih tinggi dengan bukti tingkat tinggi, efek pasti dari beberapa
faktor pada tingkat keberhasilan perawatan Pavlik Harness tampaknya menjadi
kontroversial. Kami berusaha untuk menilai pengaruh variabel tergantung pasien
dan tipe pinggul ultrasonografi pada kemanjuran pengobatan harness Pavlik pada
anak-anak di bawah usia 6 bulan. 

13
Ada beberapa keterbatasan dari penelitian ini. Pertama, mungkin ada bias
dalam kriteria eksklusi pasien karena jumlah pasti pasien yang orang tuanya
menolak pengobatan dan mangkir setelah pengobatan dimulai tidak dapat
ditentukan secara pasti. Rasio pasien yang dikecualikan adalah sekitar 15% di antara
seluruh populasi dan kami percaya bahwa itu tidak mempengaruhi temuan utama
kami secara signifikan. Kedua, penelitian ini hanya berfokus pada tingkat
keberhasilan instan pengobatan Pavlik Harness dan tidak mencakup hasil radiologis
dan klinis jangka menengah atau jangka panjang. Ketiga, mendefinisikan
keberhasilan pengobatan sebagai '' perbaikan sonografi pinggul displastik dalam
periode waktu tertentu '' dapat bertentangan dengan filosofi Pavlik sendiri, yang
telah mendorong individualisasi pengobatan setiap pinggul dan menghindari batasan
waktu selama pengobatan . Keempat, korelasi antara tingkat keberhasilan
pengobatan Pavlik Harness dan temuan klinis awal tidak dinilai untuk menghindari
bias karena dokter yang sama tidak melakukan semua pemeriksaan klinis.
Tingkat keberhasilan keseluruhan yang dilaporkan dari perawatan Pavlik
Harness di DDH berkisar dari 58% sampai 100%. Dalam penelitian ini, perawatan
harness Pavlik menghasilkan hasil yang menguntungkan di 71% dari pasien. Hasil
penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan jauh lebih
tinggi dapat diperoleh jika pengobatan Pavlik harness dimulai sebelum usia 2 sampai
3 bulan.Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa usia mulai pengobatan adalah
satu-satunya variabel yang berhubungan dengan pasien, dengan pasien yang lebih tua
lebih mungkin untuk gagal dalam pengobatan. Lebih dari 90% anak-anak di bawah
usia 3 bulan (37 dari 40) berhasil diobati, tetapi angka itu turun menjadi sekitar
sepertiga ketika pasien berusia lebih dari 5 bulan (sembilan dari 24)
Tingkat keberhasilan yang dilaporkan dari perawatan Pavlik Harness di
pinggul Graf Tipe III dan IV tidak setinggi jenis pinggul Graf lainnya.Tingkat
keberhasilan perawatan Pavlik Harness lebih dari 90% di pinggul Graf Tipe II, sekitar
tiga perempat di pinggul Tipe IIb, dan sekitar dua pertiga di pinggul Tipe IIc dan D
dalam penelitian ini. Selain itu, terdapat perbedaan yang cukup besar antara tingkat
keberhasilan perawatan pinggul yang stabil dan pinggul yang tidak stabil. Sekitar tiga
perempat dari pinggul yang tidak stabil tidak dapat secara akurat dikurangi dalam
waktu yang dibutuhkan oleh perawatan Pavlik Harness. Pada seperempat sisanya,
defisiensi atap tulang acetabular tidak sembuh dalam waktu tertentu, meskipun kaput
femoralis telah dipindahkan dengan benar ke dalam acetabulum.Kelumpuhan saraf
femoralis adalah salah satu alasan kegagalan pengobatan Pavlik Harness dan
memiliki insiden yang dilaporkan sebesar 2,5% .Dalam penelitian ini, kelumpuhan
saraf femoralis terlihat pada dua pasien yang pemulihan totalnya diamati setelah
penghentian harness. 
Kami menyimpulkan bahwa perawatan Pavlik Harness lebih mungkin gagal
pada bayi yang lebih tua, di pinggul mengalami dislokasi, dan di pinggul dengan atap
tulang acetabular yang sangat defisiensi. Usia ambang batas dan nilai sudut dikaitkan
dengan peningkatan risiko kegagalan 4 bulan dan lebih tua dan 46º  dan kurang,
masing-masing. Orang tua dari pasien tersebut harus diberi tahu tentang risiko tinggi
kegagalan pengobatan. Kami percaya bahwa, pada pasien yang lebih tua dan tipe
pinggul yang lebih buruk, penggunaan perawatan Pavlik Harness awal perlu ditinjau
kembali. Diperlukan penelitian selanjutnya, membandingkan hasil pengobatan
harness Pavlik dan jenis intervensi lain pada pasien dan tipe pinggul tersebut.

14
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Congenital Hip Dysplasia (CDH) adalah deformitas ortopedik yang didapat
segera sebelum atau pada saat kelahiran. Ada tiga pola yang terlihat: (1) subluxation,
caput femoris berada diacetabulum dan dapat mengalami dislokasi parsial saat
pemeriksaan; (2) dislocatable, pinggul dapat dislokasi seluruhnya dengan manipulasi
tetapi berada pada lokasi normal pada saat bayi istirahat; (3) dislocated, pinggul
berada dalam posisi dislokasi. Ada beberapa faktor penyebab yang diduga
berhubungan dengan terjadinya Congenital Dislocation of the Hip (CDH), antara lain
faktor genetik, faktor hormonal, malposisi intrauterine dan faktor pasca kelahiran.
Gambaran klinis dislokasi panggul kongenital adalah asimetri pada lipatan- lipatan
kulit paha. Diagnosis Congenital Dislocation of the Hip (CDH) ditegakkan
berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologis.
Orthosis adalah alat yang dipasang di bagian luar tubuh untuk menopang
kelemahan, memperbaiki deformitas, mencegah deformitas / kontraktur, mempercepat
penyembuhan, pertumbuhan langsung, meningkatkan fungsi dengan posisi yang lebih
baik, menjaga stabilitas sendi, mengurangi nyeri dan / atau peradangan, dan / atau
untuk istirahat dan mendukung struktur yang lemah. Klasifikasi orthosis extremitas
bawah meliputi FO(Foot Orthosis),AFO(Ankle Foot Orthosis),KO(Knee
Orthosis),KAFO(Knee Ankle Foot Orthosis),HKAFO(Hip Knee Ankle Foot
Orthosis),HO(Hip Orthosis). Pavlik Harness adalah salah satu macam dari HKAFO,
yaitu sebuah alat yang dipasang pada bayi di bawah usia 6 bulan. Perangkat ini akan
menumpu kaki bayi dengan posisi pinggul yang membungkuk sehingga lama
kelamaan pinggul akan dapat memperoleh posisi normalnya
Latar Belakang Pengobatan perkembangan displasia pinggul (DDH)
menggunakan Pavlik Harness telah menjadi metode yang banyak digunakan pada
pasien antara usia 0 dan 6 bulan selama bertahun-tahun. Namun, faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan modalitas pengobatan ini masih belum dapat
ditentukan secara pasti karena terbatasnya jumlah penelitian klinis dengan tingkat
bukti yang lebih tinggi.
Tingkat keberhasilan tertinggi diperoleh pada anak-anak yang lebih muda dari
usia 3 bulan (37 dari 40 [93%]) dan yang terendah yang lebih tua dari usia 5 bulan
(sembilan dari 24 [37%]) (p\0,001).Nilai usia ambang terkait dengan peningkatan
risiko kegagalan ditemukan 4 bulan ke atas, yang memiliki sensitivitas 66% dan
spesifisitas 77% (p \ 0,001).
Pengobatan Pavlik Harness kurang efektif pada anak-anak di dan di atas usia 4
bulan pada saat harness pertama kali diterapkan serta di pinggul dengan dislokasi
lengkap dan pinggul dengan atap tulang acetabular yang sangat kekurangan. Pada
pasien yang lebih tua dan tipe pinggul yang lebih buruk, penggunaan pengobatan
Pavlik Harness awal perlu ditinjau kembali. Diperlukan penelitian selanjutnya,

15
membandingkan hasil pengobatan Pavlik Harness dan jenis intervensi lain pada pasien
dan tipe pinggul seperti itu.
F. SARAN
Penelitian ini perlu disempurnakan untuk meningkatkan efektifitas penggunaan
Pavlik Harnes terhadap pendertia Congenital Dislocation of the Hip. Dari pembahasan
diatas mungkin masih banyak kesalahan penulisan ataupun kesalahan dalam penyampaian
materi mapun penyusunannya oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Success of Pavlik Harness Treatment Decreases in Patients C 4 Months and in
Ultrasonographically Dislocated Hips in Developmental Dysplasia of the Hip
2. Management after application of the Pavlik harness in congenital dislocation of the
hip
3. Hasil Fungsional Pascaoperasi Pasien dengan Dislokasi Panggul Kongenital pada
Kelompok Usia Berjalan
4. Management After Application of the Pavlik Harness in Congenital Dislocation of the
Hip
5. Pavlik Harness Disease Revisited: Does Prolonged Treatment of a Dislocated Hip in a
Harness Adversely Affect the a Angle?

17

Anda mungkin juga menyukai