Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH KESEHATAN WANITA PADA MASA REPRODUKSI


PERSALINAN BERESIKO “DISTOSIA”
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah keperawatan maternitas

Di susun Oleh :
Kelompok 2

Anita Widyastuti Ulfah (C.0105.20.072)


Ahmad Syarif Sopyana (C.0105.20.078)
Defi Pratiwi (C.0105.20.073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas, dengan judul “Laporan Pendahuluan
Masalah Sistem Reproduksi :Persalinan Beresiko : Distosia) ”.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan pendahuluan ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberika doa, saran dan kritik sehingga laporan
pendahuluan ini dapat terselesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan pendahuluan ini jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu,
saya mengharapkan segala bentuk kritik dan masukan yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya, saya berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat diterima dengan baik dan
dapat bermanfaat sesuai yang diharapkan.
Aamii…

Cimahi, Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul .......................................................................................................................... i

Kata Pengantar ......................................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................................... 3
A. Pengertian Distosia .......................................................................................................... 3

1
1.1

1.2

1.3

B. Etiologi ............................................................................................................................ 4
1. Distosia karena kelainan his ................................ .................................................. 4
2. Distosia karena kelainan letak ................................ ............................................. 6
3. Distosia karena kelainan jalan lahir .................... .................................................. 8
4.

3
3.1

3.2

3.3
C. Faktor Resiko ................................ ....................................................................................10

D. Tanda Gejala .......................... .........................................................................................11


E. Patofisiologi .......................... ...........................................................................................11
F. Pemeriksaan Penunjang .......................... .........................................................................12
E. Penatalaksanaan ............................................................. ..................................................13
F. Asuhan Keperawatan ....................................................................................................... 16

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 24


DAFTAR PUSTAKA
BAB  I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Distosia yang secara literatur berarti persalinan yang sulit, memiliki karakteristik
kemajuan persalinan yang abnormal atau lambat. Persalinan abnormal atau lambat
umum terjadi bila ada disproporsi antara ukuran bagian terbawah janin dengan jalan
lahir. Pada presentasi kepala, distosia adalah indikasi yang paling umum saat ini untuk
seksio sesaria primer. CPD (cephalopelvic disproportion) adalah akibat dari panggul
sempit, ukuran kepala janin yang besar, atau lebih sering kombinasi dari kedua di atas.
Setiap penyempitan diameter panggul yang mengurangi kapasitas pelvis dapat
mengakibatkan distosia selama persalinan. Panggul sempit bisa terjadi pada pintu atas
panggul, midpelvis, atau pintu bawah panggul, atau umumnya kombinasi dari ketiganya.
Karena CPD bisa terjadi pada tingkat pelvic inlet, outlet dan midlet, diagnosisnya
bergantung pada pengukuran ketiga hal tersebut yang dikombinasikan dengan evaluasi
ukuran kepala janin.
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa
intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu
kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger).
Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu), penolong saat bersalin, dan posisi ibu
saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P"
tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu
atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan.
Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan
tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin. Dalam keadaan fisiologis normal,
persalinan (persalinan normal) dapat berlangsung sendiri walaui tanpa intervensi
penolong. Proses persalinan dipengaruhi tiga faktor berupa passage (jalan lahir),
passanger (janin), power (kekuatan). Disamping 3 faktor “P” masih ada factor – factor
lain diantaranya psikolpgi ibu (respon ibu),penolong saat saat bersalin dan juga posisi
ibu saat persalinan. Jadi dalam hal ini diperlukan adanya keseimbangan antara factor “P”
dengan factor pendukung lainnya sehingga persalinan normal diharapkan berlangsung
dengan selamat. Gangguan kesulitan atau kelambanan dalam persalinan ini disebut
“Distosia”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan distosia bahu?
2. Apa saja yang menjadi etiologi pada distosia bahu?
3. Apa saja yang menjadi faktor resiko pada distosia bahu?
4. Apa saja tanda dan gejala pada distosia bahu?
5. Bagaimana patofisologi pada distosia bahu?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada distosia bahu?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada distosia bahu?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada distosia bahu?
BAB  II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Distosia berasal dari bahasa latin yaitu tokos yang berarti kelahiran bayi, distosia
yaitu keabnoemalan atau kesulitan dalam melahirkan.
Menurut Sinelair, Constance (2009), distosia merupakan persalinan yang tidak
normal atau pelahiran yang sulit, disebabkan oleh malposisi kepala janin ( asinklitisme
atau ekstensi),dorongan eksplus yang tidak adekuat, ukuran atau presentasi janin, panggul
yang mengalamikontraksi atau kelainan jalan lahir.
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah
kepala janin dilahirkan. Selain itu distosia bahu juga dapat didefinisikan sebagai
ketidakmampuan melahirkan bahu dengan mekanisme atau cara biasa. (Rusniawati,
2011).
Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan maneuver obstetric oleh
karena dengan tarikan biasa ke arah belakangan pada kepala bayi tidak berhasil untuk
melahirkan bayi. Pada persalinan persentasi kepala,setelah kepala lahir bahu tidak dapat
dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan
tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar sebesar 0,2-0,3 % dari seluruh persalinan vaginal
persentasi kepala . apabila distosia bahu didefinisikan sebagai jarak waktu antara lahirnya
kepala dengan lahirnya badan bayi lebih dari 60 detik,maka insidensitasnya menjadi 11%.
(Prawirohardjo, 2011).
Pada mekanisme persalinan normal,ketika kepala dilahirkan, maka bahu memasuki
panggul dalam posisi oblig. Bahu poterior memasuki panggul lebih dahulu sebelum bahu
anterior. Ketika kepala melakukan putaran paksi luar bahu posterior berada dicekungan
tulang sakrum atau disekitar spina ischiadika dan memberikan ruang yang cukup bagi
bahu anterior untuk memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari
foramen obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak
memasuki pintu atas panggul, maka bahu porterior dapat tertahan promontorium dan bahu
anterior tertahan tulang pubis. Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan
akan tidak dapat melakukan putar paksi luar dan tertahan akibat adanya tarikan yang
terjadi antar bahu posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign). (Prawirohardjo,
2011)
Distosia bahu biasanya terdapat kasus maksrosomia. Resikonya meningkat 11 kali
lipat bayi dengan BB 4000 g dan 22 kali lipat pada bayi dengan BB 4500 g posterm dan
makrosomia beresiko mengalami distosia bahu karena pertumbuhan trunkal dan bahu
tidak sesuai dengan pertumbuhan kepala pada masa akhir kehamilan . Faktor Distosia
bahu harus dicurigai pada pemanjangan kala II atau pemanjangan fase deselarasi pada
kala II.
B. Etiologi
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul,kegagalan bahu untuk
‘melipat’ ke dalam panggul (misal : pada makrosomia).
Disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga
penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui
jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami
pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk kedalam panggul. Faktor
penyebab distosia antara lain:
1. Distosia Karena Kelainan His
Kelainan his dapat berupa inersia uteri hipotonik atau inersia uteri hipertonik.
a. Inersia Uteri Hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Disini kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum
kurang baik seperti anemia,uterus yang terlalu teregang misalnya akibat
hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia,grandemultipara atau
primipara ,serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi
pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif, maupun pada kala
pengeluaran.
Inersia uteri hipotonik terbagi dua (Yusuf, 2010) yaitu:
1) Inersia uteri primer
Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak
adekuat (kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan),
sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki
keadaan inpartu atau belum.
2) Inersia uteri sekunder
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada
keadaan selanjutnya terdapat gangguan/kelainan.
Penanganan :
a) Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus
diperhatikan.
b) Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang
kemungkinan-kemungkinan yang ada.
c) Teliti keadaan serviks,presentasi dan posisi,penurunan kepala/bokong bila
sudah masuk PAP pasien disuruh jalan,bila his timbul adekuat dapat
dilakukan persalinan spontan,tetapi bila tidak berhasil maka akan
dilakukan sectio cesaria.
b. Inersia Uteri Hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal)
namun tidak ada koordinasi kontraksi dan bagian atas,tengah dan bawah
uterus,sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
(Anonim, 2014)
Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Misalnya “tetania uteri” karena
obat uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan karena his yang kuat dan
berlangsung hampir terus menerus.
Pada janin dapat terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini antara lain adalah rangsangan pada
uterus, misalnya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama dengan
disertai infeksi,dan sebagainya.
Penanganan:
Dilakukan pengobatan simtomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri, mengurangi
ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila dengan cara tersebut
tidak berhasil , persalinan harus diakhiri dengan sectio cesarea.
2. Distosia Karena Kelainan Letak
a. Letak Sungsang
Letak sungsang adalah janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan
bokong dibawah bagian cavum uteri.
Macam-macam Letak Sungsang:
1) Letak bokong murni (frank breech)
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas.
2) Letak sungsang sempurna(complete breech)
Kedua kaki ada disamping bokong dan letak bokong kaki sempurna.
3) Letak sungsang tidak sempurna (incomplete breech)
Selain bokong sebagian yang terendah adalah kaki atau lutut.
Etiologi letak sungsang:
1. Fiksasi kepala pada PAP tidak baik atau tidak ada; pada panggul
sempit ,hidrocefalus, anencefalus, placenta previa,tumor.
2. Janin mudah bergerak ;pada hidramnion ,multipara,janin kecil (prematur)
3. Gemeli
4. Kelainan uterus; mioma uteri
5. Janin sudah lama mati
6. Sebab yang tidak diketahui
Diagnosis letak sungsang :
1) Pemeriksaan luar,janin letak memanjang,kepala didaerah fundus uteri
2) Pemeriksaan dalam,teraba bokong saja,atau bokong dengan satu atau dua
kaki.
Syarat Partus Pervagina Pada Letak Sungsang :
1) Janin tidak terlalu besar
2) Tidak ada suspek CPD
3) Tidak ada kelainan jalan lahir
Jika berat janin 3500 g atau lebih ,terutama pada primigravida atau multipara
dengan riwayat melahirkan kurang dari 3500 g ,sectio cesarea lebih dianjurkan.
b. Prolaps Tali Pusat
Yaitu tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin setelah ketuban
pecah. Bila ketuban belum pecah disebut tali pusat (tali pusat menumbung) timbul
bahaya besar ,tali pusat terjepit pada waktu bagian janin turun dalam panggul
sehingga menyebabkan asfiksia pada janin.
Prolaps tali pusat mudah terjadi bila pada waktu ketuban pecah bagian terdepan janin
masih berada di atas PAP dan tidak seluruhnya menutup seperti yang terjadi pada
persalinan ; hidramnion, tidak ada keseimbangan antara besar kepala dan
panggul,premature,kelainan letak.
Diagnosa prolaps tali pusat ditegakkan bila tampak tali pusat disamping bagian
terendah janin.
Pencegahan Prolaps Tali Pusat: menghindari pecahnya ketuban secara premature
akibat tindakan kita.
Penanganan Tali Pusat terdepan (Ketuban belum pecah):
1) Usahakan agar ketuban tidak pecah
2) Ibu posisi trendelenburg
3) Posisi miring,arah berlawanan dengan posisi tali pusat
4) Reposisi tali pusat.
Penanganan Prolaps Tali Pusat :
1) Apabila janin masih hidup,janin abnormal,janin sangat kecil harapan hidup tunggu
partus spontan.
2) Pada presentasi kepala apabila pembukaan kecil,pembukaan lengkap Vacum
ekstraksi,porcef.
3) Pada letak lintang atau letak sungsang Sectio Cesaria
3. Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir
Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan
keras/tulang panggul,atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
a. Distosia karena kelainan panggul/bagian keras dapat berupa:
1) Kelainan bentuk panggul yang tidak normal gynecoid,misalnya panggul jenis
Naegele, Rachitis, Scoliosis. Kyphosis, Robert dan lain-lain.
2) Kelainan ukuran panggul
Panggul sempit (pelvic contraction) panggul disebut sempit apabila ukurannya
1-2 cm kurang dari ukuran yang normal. (Mochtar, 1989)
Kesempitan panggul bisa pada:
a) Kesempitan pintu atas panggul Inlet dianggap sempit apabila cephalopelvis
kurang dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Diagonalis (CD)
maka Inlet dianggap sempit bila CD kurang dari 11.5 cm.
b) Kesempitan midpelvis
- Diameter interspinarum 9 cm
- Kalau diameter transversa ditambah dengan diameter sagitalis posterior kurang
dari 13,5 cm
- Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan RO-pelvimetri
- Midpelvis contraction dapat memberi kesulitan sewaktu persalinan sesudah
kepala melewati pintu atas panggul.
c) Kesempitan outlet
Kalau diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm.
Kesempitan outlet,meskipun mungkin tidak menghalangi lahirnya janin,namun
dapat menyebabkan rupture perineal yang hebat. Karena arkus pubis sempit,
kepala janin terpaksa melalui ruang belakang.
b. Kelainan jalan lahir lunak
Adalah kelainan serviks uteri,vagina,selaput dara dan keadaan lain pada jalan lahir yang
menghalangi lancarnya persalinan.
1) Distosia Servisis
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan disebabkan kelainan pada servik uteri.
Walaupun harus normal dan baik, kadang-kadang permukaan serviks menjadi macet
karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.
Ada 4 jenis kelainan pada servik uteri:
- servik kaku (rigit cervix)
- servik gantung (hanging cervix)
- servik konglumer (conglumer cervix)
- edema servik
2) kelainan selaput dara dan vagina
- selaput dara yang kaku,tebal
Penanganannya: dilakukan eksisi selaput dara (hymen)
- septa vagina
- sirkuler Anteris-posterior
3) kelaianan-kelainan lainnya
- tumor-tumor jalan lahir lunak : kista vagina,polip serviks,mioma uteri,dan
sebagainya.
- kandung kemih yang penuh atau batu kandung kemih yang besar.
- rectum yang penuh skibala atau tumor.
- kelainan letak serviks yang dijumpai pada mutipara dengan perut gantung .
- ginjal yang turun ke dalam rongga pelvis. Kelainan-kelainan bentuk uterus : uterus
bikorvus, uterus septus, uterus arkuatus dan sebagainya.
C. Factor Resiko
Kelainan bentuk panggul,diabetes gestasional,kehamilan postmature,riwayat persalinan
dengan distosia bahu dan ibu yang pendek.
Faktor resiko distosia bahu:
1. Maternal
a. Kelainan anatomi panggul
b. Diabetes gestasional
c. Kehamilan pasotmatur
d. Riwayat distosia bahu
e. Tubuh ibu pendek
2. Fetal
a. Dugaan macrosomia
3. Masalah persalinan
a. Assisted vaginal delivery (forceps atau vacum)
b. Protracted active phase pada kala I persalinan
c. Protracted pada kala II persalinan
Distosia bahu sering terjadi pada persalinan dengan tindakan cunam tengah atau pada
gangguan persalinan kala I dan atau kala II yang memanjang.
D. Tanda Dan Gejala
1. Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan
2. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia
bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar yang
normal.
3. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu
pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obesitas .
4. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksilateral dan traksi ridak berhasil
melahirkan bahu.
5. Kemajuan lambat dari 7-10 cm, meskipun kontraksinya baik.
6. Kemajuan lambat dan kloning serta kelahiran kepala lambat.
7. Gelisah
8. Sesak nafas

E. Patofisiologi
Setelah keliharan kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akanberada pada
sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat meneran akan
menyebabkan bahu depan (anteriot) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap berada pada posisi
anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simfisis
sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
Kelainan bentuk dan Kelainan jalan Kelainan respon
Kelainan tenaga psikologis
letak janin(janin lahir
besar,letsu)

Kurang pengetahuan ttg Ketokolamin


PAP sempit
cara mengejan dgn besar

Vasokontriksi pem darah


di miometrium
Kontraksi tdk sinkron dgn
tenaga
Janin kesulitan
melewati PAP HIS/kontraksi uterus
Tenaga cepat habis

Kesulitan persalinan/macet
DISTOSIA

Tonus otot Partus Lama Rencana Tindakan SC

Perekatan pd Perekatan
Obstruksi mekanis Energy Jalan lahir terpapar terlalu Krisis situasi
Jalan lahir kepala janin
ibu lama dgn udara luar
Pd penurunan janin pd panggul
Respon
ketokoalam
hipotalamus
Resiko Pathogen in
Menekan
Resiko Cedera cedera Hipermetabol mudah
saraf
Maternal janin isme masuk stress

Pengeluaran
mediator nyeri
Resiko
kekurangan Resiko
Respon nyeri vol cairan dan infeksi Ansietas
elektrolit

Nyeri
akut

F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan seperti sebagai berikut (Mochtar,
1989) :
a. Pemeriksaan panggul: panggul luar dan panggul dalam
b. Pemeriksaan radiologik: untuk pelvimetri dibuat 2 foto yaitu
 Foto pintu atas panggul: ibu dalam posisi setengah duduk, sehingga tabung Ro
tegak lurus atas pintu atas panggul
 Foto lateral: ibu dalam posisi berdiri, tabung Ro diarahkan horizontal pada
trochanter major dari samping
c. Pemeriksaan besarnya janin
G. Penatalaksanaan
Penanganan umum : pada setiap persalinan, bersiaplah untuk menghadapi distosiabahu,
khususnya pada persalinan dengan bayi besar dan siapkan beberapa orang untuk
membantu.
Penangananan khusus :
1. Membuat episiotomy yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi jaringan lunak dan
memberikan ruang yang cukup untuk tindakan.
2. Meminta ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh
mungkin kearah dadanya dalam posisi berbaring telentang. Meminta bantuan 2 asisten
untuk menekan fleksi kedua lutut ibu kearah dada
3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi.
4. Melakukam tarikan yang kuat dan terus-meneruskearah bawah pada kepala janin
untuk menggerakkan bahu depan bawah simfisis pubis.
5. Meminta seseorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan lebih lanjut
kearah bawah pada daerah suprapubis uuntuk membantu persalinan bahu
(catatan: jangan menekan fundus karena dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut dan
dapat mengakibatkan repture uteri)
6. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan
7. Pakailah sarung tangan didedesinfeksi tingkat tingg, masukan tangan kedalam vagina
8. Lakukan penekanan pada ibu yang terletak didepan dengan arah sternum bayi untuk
memutar bahu dan mengecilakn diameter bahu.
9. Jika diperlukan lakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah sternum.
10. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan.
11. Masukan tangan ke dalam vagina
12. Lengan humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi pada
siku, gerakan tangan kearah daad. Ini akan memberikan ruanagn untuk bahu depan
agar dapat bergerak dibawah simfisis pubis.
13. Jika semua tindakan di atas tetaop tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain.
a. Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan
b. Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lenngan belakang.
Penatalaksanaan Distosia Bahu:
1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat diperlukan.
2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan traksi
curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
3. Lakukan episiotomi.
Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk membebaskan
bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver :
a. Tekanan ringan pada suprapubic :
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan
dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin. Tekanan ringan dilakukan oleh
asisten pada daerah suprapubic saat traksi curam bawah pada kepala janin.
b. Maneuver Mc Robert
Tehnik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan selanjutnya
William A Mc Robert mempopulerkannya di University of Texas di Houston.
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi
sehingga paha menempel pada abdomen ibu. Tindakan ini dapat menyebabkan
sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala maternal dan mengurangi
sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak berubah, rotasi cephalad panggul
cenderung untuk membebaskan bahu depan yang terhimpit.
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen sebaaimana
terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan suprapubic secara
bersamaan (panah vertikal). Analisa tindakan Maneuver Mc Robert dengan
menggunakan x-ray. Ukuran panggul tak berubah, namun terjadi rotasi cephalad
pelvic sehingga bahu anterior terbebas dari simfisis pubis.
c. Maneuver Woods ( “Wood crock screw maneuver” )
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw” maka bahu
anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas. Maneuver Wood. Tangan
kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian diputar 180
derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah simfisis pubis.
d. Persalinan bahu belakang
a) Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus posterior
janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas didepan dada
dengan mempertahankan posisi fleksi siku.
b) Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin.
c) Lengan posterior dilahirkan.
e. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah :
a) Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan tekanan
pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan langkah berikutnya
yaitu :
b) Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan kemudian
ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk melakukan abduksi
kedua bahu anak sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu
depan dari simfisis pubis
Maneuver Rubin II
a) Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah
b) Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada anak sehingga
diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu anterior yang terjepit.
f. Pematahan klavikula
Pematahan klavikula dilakukan dengan menekan klavikula anterior kearah SP.
g. Maneuver Zavanelli : mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak
dilahirkan melalui SC. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau
posterior sesuai dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi
fleksi dan secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.
h. Kleidotomi : dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.
i. Simfsiotomi
Hernandez dan Wendell (1990) menyarankan untuk melakukan serangkaian
tindakan emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu:
a) Minta bantuan – asisten , ahli anaesthesi dan ahli anaesthesi.
b) Kosongkan vesica urinaria bila penuh.
c) Lakukan episiotomi mediolateral luas.
d) Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi curam bawah untuk
melahirkan kepala.
e) Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten.

Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian tindakan
diatas. Bila tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini harus dikerjakan :
a) Wood corkscrew maneuver
b) Persalinan bahu posterior
c) Tehnik-tehnik lain yang sudah dikemukakan diatas.
Tak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang sudah disebutkan
diatas, namun tindakan dengan maneuver Mc Robert sebagai pilihan utama adalah
sangat beralasan.
H. Asuhan Keperawatan Distosia
a. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan gangguan masa klimakterium
selain pengkajian secara umum juga dilakukan pengkajian khusus yang ada
hubungannya dengan gangguan masa klimakterium meliputi :
1. Identitas Klien
Identitas klien meliputi (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama,
alamat, pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian
diambil) dan identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama,
suku, hubungan dengan klien, pekerjaan, alamat).
2. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan pasien, sehingga menjadi alasan pasien
dibawa ke Rumah Sakit.
 Klien mengeluh nyeri dan cemas
3. Riwayat Kesehatan Sekarang biasanya dalam kehamilan sekarang ada
kelainan seperti : kelainan letak janin(lintang,sungsang dll) apa yang menjadi
presentasi dll.
4. Riwayat kesehatan dahulu : yang perlu dikaji pada klien biasanya klien pernah
mengalami distosia sebelumnya,biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya
seperti hipertensi,anemia,panggul sempit,biasanya ada riwayat DM,biasanya
ada riwayat kembar dll.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga : apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit kelainan darah,DM,eklamsi dan pre eklamsi.
6. Pola aktivitas
a. Istirahat (tidur)
b. Pola kegiatan
c. Diet
7. Pola persepsi dan kognitif
Gali mengenai persepsi dan pengetahuan klien terkait perubahan yang
dialaminya, memahami gejala terkait perubahan ataupun masalah yang
dialami.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Kaji factor stress klien dan cara mengatasi stress,masalah tentang perubahan
yang terjadi, perasaan tidak berdaya, depresi, menarik diri
9. Pola peran dan hubungan
Kaji apakah terjadi ketidakadekuatan system pendukung dan masalah peran
dan fungsi, kaji pula bagaimana peran keluarga dan orang terdekat terkait
perubahan yang dialami klien. Serta bagaimana klien diperlakukan dikeluarga
ataupun komunitas dan masyarakat.
10. Riwayat obstetric
a. Kehamilan
b. Abortus
c. Pemakaian alat kontrasepsi
Kaji apakah terjadi perubahan pada pola seksualitas, biasanya terjadi
perubahan berupa penurunan libido atau ketertarikan terhadap pasangan.
11. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala :rambut tidak rontok,kulit kepala bersih atau tidak
b) Mata : biasanya konjungtiva anemis
c) Thorax : inspeksi frekuensi pernafasan,kedalaman,jenis
pernafasan,biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat pernafasan.
d) Abdomen : kaji HIS (kekuatan,frekuensi,lama),biasanya his kursng
semenjak awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya
posisi,letak,presentasi dan sikap anak normal atau tidak,raba fundus kerasa
atau lembek, biasanya anak kembar/tidak, lakukan perabaan pada simpisis
biasanya blas penuh/tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan
kandung kemih.
e) Vulva dan vagina : biasanya ketuban sudah pecah atau belum , edema pada
vulva/servik, biasanya teraba jaringan placenta untuk mengidentifikasi
adanya placenta previa.
f) Panggul : lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk
panggul dan kelainan tulang belakang.
b. Diagnose Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan) dari individu dimana perawat secara
akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, menurunkan,membatasi,mencegah dan merubah
(Carpenito, 2000)
Diagnose keperawatan (SDKI 2016)
1) Nyeri akut b.d psikologis,nyeri dan kenyamanan
2) Resiko cedera pada ibu b.d lingkungan,keamanan dan proteksi
3) Resiko cedera pada janin b.d lingkungan,keamanan dan proteksi
4) Resiko ketidakseimbangan cairan b.d fisiologis,nutrisi,cairan
5) Resiko infeksi b.d lingkungan, keamanan,proteksi
6) Ansietas b.d psikologis,integritas ego

c. Perencanaan Keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari
status ini ke status kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang diharapkan
(Gordon 1994)

No Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan SLKI SIKI
SDKI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
intervensi diharapkan Observasi
Pengertian : tingkat nyeri menurun a. Identifikasi
pengalaman dengan kriteria hasil : lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,inten
o Keluhan nyeri sitas nyeri
sensorik/emosional menurun b. Identifikasi skala nyeri
yang berkaitan dengan o Sikap protektif c. Identifikasi factor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
kerusakan jaringan Terapeutik
o Gelisah menurun
actual/fungsional o Kesulitan tidur a. Fberikan teknik farmakologis untuk mengurangi
menurun rasa nyeri
dengan onset
o Ketegangan otot b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
mendadak/lambat dan menurun c. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
o Perineum terasa pemilihan stategi meredakan nyeri
beritensitas ringan Edukasi
tertekan menurun
a. Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri
hingga berat yang o Pola tidur b. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri
berlangsung kurang Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik jika
dari 3 bulan (D.0077) perlu

2 Resiko cedera pada Tingkat cedera Pencegahan cedera :


menururn dengan Observasi
ibu : kriteria hasil : a. Identifikasi area lingkungan yg berpotensi
Pengertian : beresiko menyebabkan cedera
o Ketegangan otot b. Identifikasi obat yg berpotensi menyebabkan
mengalami bahaya menururn cedera
/kerusakan fisik pada o Ekspresi wajah Terapeutik
kesakitan a. Sediakan pencahayaan yang memadai
ibu selama masa b. Sediakan pispot untuk eliminasi di tempat tidur
menurun
kehamilan sampai o Perdarahan jika perlu
c. Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah
menurun
dengan proses saat digunakan
o Frekuensi nafas d. Pastikan roda tempat tidur terkunci
persalinan ) D.0137) membaik e. Gunakan pengamanan tempat tidur sesuai dengan
o Pola istirahat tidur kebijakan fasilitas pelayanan kesehatan
membaik f. Diskusikan mengenal latihan dan terapi fisik
yang digunakan
Edukasi
a. Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan
duduk selama beberapa menit sebelum berdiri

3 Resiko cedera pada Tingkat cedera Pencegahan cedera :


menururn dengan Observasi
janin
kriteria hasil : a. Identifikasi area lingkungan yg berpotensi
Pengertian : beresiko menyebabkan cedera
o Ketegangan b. Identifikasi obat yg berpotensi menyebabkan
mengalami
otot menururn cedera
bahaya/kerusakan fisik o Ekspresi wajah Terapeutik
kesakitan a. Sediakan pencahayaan yang memadai
pd janin selama proses
menurun b. Sediakan pispot untuk eliminasi di tempat
kehamilan dan o Perdarahan tidur jika perlu
menurun c. Pertahankan posisi tempat tidur di posisi
persalinan (D.0138)
o Frekuensi nafas terendah saat digunakan
membaik d. Pastikan roda tempat tidur terkunci
o Pola istirahat e. Gunakan pengamanan tempat tidur sesuai
tidur membaik dengan kebijakan fasilitas pelayanan
kesehatan
f. Diskusikan mengenal latihan dan terapi fisik
yang digunakan
Edukasi
Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk
selama beberapa menit sebelum berdiri

4 Resiko Keseimbangan cairan Manajemen cairan


ketidakseimbangan meningkat Observasi
cairan Dengan kriteria hasil: a. Monitor status hidrasi (mis.frekuensi
Pengertian : o Asupan cairan nadi,kekuatan nadi,akral,pengisian
Berisiko mengalami meningkat kapiler,kelembaban mukosa,turgor kulit,TD)
penurunan,peningkatan o Kelembaban b. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
atau percepatan membaran mukosa Terapeutik
perpindahan cairan dari meningkat a. Catat intake output dan hitung balans cairan 24
intravaskuler,interstisia o Asupan makanan jam
l atau intraselular meningkat b. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
o Dehidrasi menurun c. Berikan cairan intravena jika perlu

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretic jika perlu
5 Resiko infeksi Resiko infeksi Pencegahan infeksi
Pengertian : beresiko menurun dengan Observasi
mengalami peningkatan kriteria hasil : a. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
terserang organisme o Nafsu makan sitemik
patogenik (D.0142) meningkat Terapeutik
o Nyeri menurun a. Batasi jumlah pengunjung
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
c. Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko
tinggi
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
6 Ansietas Tingkat ansietas Reduksi ansietas
Pengertian : menurun dgn kriteria Observasi
Kondisi emosi dan hasil : a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
pengalaman subyektif o Verbalisasi b. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non
individu terhadap objek kebingungan verbal)
yang tidak jelas dan menurun
spesifik akibat o Verbalisasi Terapeutik
antisipasi bahaya yang khawatir akibat a. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
memungkinkan kondisi yg dihadapi kepercayaan
individu melakukan menurun b. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan jika
tidakan untuk o Perilaku gelisah memungkinkan
menghadapi ancaman menurun c. Gunakan pendekatan yg tenang dan meyakinkan
(D.0080) o Perilaku tegang d. Motivasi mengidentifikasi situasi yg memicu
menurun kecemasan
o Pola tidur membaik
o Pola berkemih Edukasi
membaik a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yg mungkin
dialami
b. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien,jika perlu
c. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
d. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
e. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas jika perlu

d. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik, Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
berguna untuk memenuhi kebutuhan klien mencapai tujuan yang diharapkan
secara optimal.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap
dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan. Dokumentasi
tindakan keperawatan ini berguna untuk komunikasi antar tim kesehatan sehingga
memungkinkan pemberian tindakan keperawatan yang berkesinambungan
(Nursalam, 2011).
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah :
Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk
mengevaluasi yang diidentifikasi pada tahan perencanaan
Tahap 2 : intervensi
Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional pendekatan tindakan keperawatan meliputi
tindakan : independen,dependen dan interdependen
Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang
lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak (Nursalam, 2011).
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
a) Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan /kemajuan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b) Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,
sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
c) Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan
sama sekali bahkan timbul masalah baru. Dalam hal ini perawat perlu
mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat
data,analisis,diagnose,tindakan dan factor-faktor lain yang tidak sesuai yang
menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.

f. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (potter
2005).
Potter (2005) juga menjelaskan tentang tujuan dalam pendokumentasian
yaitu :
a) Komunikasi
Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan
(menjelaskan)perawatan individual, edukasi klien dan penggunaan rujukan
untuk rencana pemulangan.
b) Tagihan (finansial)
Dokumentasi dapat menjelaskan sejumlah lembaga perawatan mendapatkan
ganti rugi atas pelayanan yang diberikan bagi pasien.
c) Edukasi
Dengan catatan ini belajar tentang pola yang harus ditemui dan berbagai
masalah kesehatan dan menjadi mampu untuk mengantisipasi tipe perawatan
yang dibutuhkan klien.
BAB III
PENUTUP

Persalinan tidak selalu berjalan lancer, terkadang ada kelambatan dan kesulitan
yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah karena kelainan his
yaitu suatu keadaan dimana his tidak normal, baik kekuatannya maupun sifatnya
sehingga menghambat kelancara persalinan.
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik . selanjutnya
rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan yang nyata dan terpadu
guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang diharapkan terhadap
perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat teratasi. Disamping itu perawat juga
melakukan umpan balik atau pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum
berhasil/teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo S.2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.Jakarta : YBP-SP
Farrer, Helen.2001.Perawatan maternita edisi II.Jakarta :EGC
SDKI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: PPNI.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan
Keperawatan, (Edisi 1), Jakarta. PPNI.
SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan
Keperawatan, (Edisi 1), Jakarta. PPNI.
Lampiran 1
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI PROGRESIF

Topik : Terapi Progresif

Hari/Tanggal : Jumat, Mei 2021

Tempat : Aula Desa Cihanjuang

Waktu : 30 menit

Penyuluh :Anita Widyastuti Ulfah

1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien atau keluarga pengunjung
Puskesmas dapat mengetahui dan memahami mengenai terapi relaksasi progresif
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien
dapat mengetahui tentang :
1) Pengertian relaksasi progresif
2) Tujuan relaksasi progresif
3) Indikasi pelaksanaan relaksasi progresif
4) Cara melakukan relaksasi progresif
2. Rencana Kegiatan
1) Metode : ceramah,diskusi,demonstrasi dan Tanya jawab
2) Media dan alat bantu :leaflet,pertunjukan slides
3) Tempat dan waktu :
Tempat Kegiatan : Puskesmas X
Hari/Tanggal : Selasa 21 April 2020
4) Waktu : 30 menit
5) Pemateri : Anita Widyastuti Ulfah
6) Peserta : Pengunjung Puskesmas X
3. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan Perawat Kegiatan Klien Media


Kegiatan
Pembukaa 1. Salam pembuka 1. Menjawab salam 1. Ceramah
n 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan 2. Tanya jawab
(5Menit) 3. Menjelaskan maksud dan keterangan
tujuan penyuluhan penyaji
4. Menggali pengetahuan 3. Menyampaikan
peserta tentang materi yang pengetahuan
akan disampaikan tentang materi
yang
disampaikan
Penyaji 1. Menggali pengetahuan  Memperhatikan 1. Ceramah
dan diskusi peserta tentang relaksasi  Mendengarkan 2. Demonstrasi
(20 Menit) progresif keterangan 3. Tanya jawab
2. Menjelaskan pengertian penyaji 4. Leaflet
relaksasi progresif  Mengikuti dan
3. Menjelaskan tujuan menirukan
relaksasi progresif penyaji
4. Menjelaskan indikasi
pelaksanaan relaksasi
progresif
5. Menjelaskan dan
mendemonstrasikan cara
melakukan relaksasi
progresif
Penutup 1. Mengevaluasi atau Peserta menjawab Tanya jawab
(5 Menit) menanyakan kembali pertanyaan,
materi yang telah memperhatikan dan
disampaikan pada peserta menjawab salam
2. Menyimpulkan kembali
materi yang telah
disampaikan
3. Memberikan motivasi
kepada keluarga agar selalu
optimis dalam merawat
anggota keluarganya yang
sedang sakit
4. Memotivasi untuk
pengaplikasian
5. Memberi salam penutup

5. Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi terstruktur
a. Adanya koordinasi antara pemateri,peserta penyuluhan dan panitia
penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung
b. Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam
penyiapan kursi,absen dan leaflet
c. Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan pihak
puskesmas X
2) Evaluasi Proses
a. Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b. Peserta aktif brtanya topic yang dibahas pada sesi Tanya jawab
c. Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri
3) Evalusi hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar
melalui pertanyaan lisan
6. Materi penyuluhan
7. Daftar pustaka
Lampiran

Materi Penyuluhan

A. Pengertian
Dystocia atau fetal dystocia adalah suatu kondisi gangguan persalinan yang ditandai
dengan kelainan posisi janin atau ukuran janin yang lebih besar dari normal. Terdapat
dua jenis dystocia, yaitu:
1. Cervical dystocia
Bisa juga disebut sebagai distosia servikal, kondisi ini terjadi saat leher rahim tidak
membesar ketika proses persalinan berjalan. Hal ini menyebabkan bayi sulit untuk
lahir melalui jalur normal.
2. Shoulder dystocia
Shoulder dystocia atau distosia bahu adalah suatu kondisi saat proses persalinan di
mana kepala bayi telah berhasil keluar, namun bahunya menyangkut di jalur lahir.
Kondisi ini membuat proses persalinan membutuhkan waktu yang lebih lama dan
termasuk dalam kegawatdaruratan medis.
B. Tanda dan gejala dystocia
Gejala dari dystocia umumnya baru akan terlihat saat proses persalinan terjadi.
Pada shoulder dystocia, dokter akan mengidentifikasi kondisi ini saat melihat sebagian
kepala dari bayi keluar dari jalan lahir, namun bagian tubuh yang lain tidak dapat keluar
dari rahim.Dokter menyebut gejala dari shoulder dystocia sebagai the turtle sign, yang
berarti tanda kura-kura. Hal ini disebabkan oleh kepala bayi yang sudah terlihat mulai
keluar dari rahim kemudian terlihat akan kembali masuk, layaknya seekor kura-kura
yang mengeluarkan kepala dari cangkangnya lalu memasukannya kembali.
C. Penyebab dystocia
Secara umum, gangguan proses persalinan dapat disebabkan oleh salah satu dari tiga hal
berikut:
1. Kondisi bayi
Kondisi bayi bisa menyebabkan kesulitan persalinan saat ukurannya terlalu besar.
Kelebihan berat dan tinggi badan pada janin disebut juga dengan istilah
makrosomia.Selain ukuran, bayi dalam rahim juga bisa mempersulit proses
persalinan jika berada pada posisi yang salah. Misalnya, posisi sungsang.
2. Kondisi tulang panggul ibu
Pada ibu hamil yang memiliki ukuran dan bentuk tulang panggul yang terlalu kecil
atau terlalu sempit, ia umumnya akan mengalami kesulitan saat proses persalinan.
Saat kesulitan persalinan disebabkan oleh jalur lahir yang terlalu sempit dan ukuran
bayi yang terlalu besar, kondisi ini dapat mengakibatkan distosia mekanis.
3. Kemampuan kontraksi
Pada penyebab dystocia selanjutnya, kemampuan serta kekuatan kontraksi yang
kurang, bisa membuat persalinan menjadi sulit. Pada kondisi ini, frekuensi kontraksi
bisa jadi sudah cukup, tapi intensitas di tiap kontraksinya masih kurang.
D. Diagnosis dystocia
Tidak terdapat tes laboratorium khusus yang bisa membantu dalam mendeteksi dystocia.
Untuk mendiagnosis kondisi ini, dokter umumnya akan melakukan pemeriksaan dengan
melihat besar bukaan dan durasi kontraksi serta bukaan jalan lahir saat pasien sudah
mulai masuk waktu persalinan.Pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah dengan
memerhatikan pola kontraksi rahim untuk melihat kualitas kontraksi yang terjadi dengan
menggunakan kateter tekan intrauterin. Satu lagi pemeriksaan yang penting adalah
dengan terus melacak detak jantung janin selama proses persalinan.
E. Cara mengobati dystocia
Bagi wanita yang berisiko mengalami dystocia, seperti pada penderita diabetes
melitus maupun diabetes gestasional, dokter mungkin akan menyarankan untuk
melakukan persalinan melalui prosedur induksi atau operasi caesar.Ibu juga berisiko
mengalami dystocia jika berat janin telah mencapai lebih dari 4,5 kg. Dokter akan
menjelaskan lebih lanjut mengenai risiko serta alasan pemilihan metode induksi dan
operasi caesar pada ibu hamil serta keluarga.Bagi ibu hamil yang pernah
mengalami shoulder dystocia pada persalinan sebelumnya, operasi caesar elektif dan
persalinan normal kemungkinan masih bisa dilakukan. Namun kembali lagi bahwa
semua tergantung dari kondisi ibu serta janin.Penanganan lain untuk shoulder
dystocia juga bisa dilakukan melalui tujuh tahap berikut:

 Dokter akan memiminta pertolongan tambahan dari dokter ahli lainnya serta asisten
persalinan.

 Dokter dapat melakukan episiotomy. Ini adalah prosedur untuk memperluas jalan lahir
dengan membuat pembukaan antara vagina dengan anus (perineum).
 Dokter juga mungkin akan meminta ibu hamil untuk menarik kaki ke arah perut guna
membuat tulang panggul berubah posisi menjadi datar sehingga mempermudah bayi
untuk keluar.

 Dokter juga mungkin akan memutar posisi janin ke posisi yang memudahkannya
untuk keluar.

 Dokter akan mencoba untuk mengeluarkan salah satu tangan bayi terlebih dahulu,
sehingga bahu bayi yang menyangkut bisa lebih mudah keluar.

 Dokter dapat menginstruksikan ibu hamil untuk mengubah posisi dari terlentang
menjadi menungging dengan bertumpu pada lutut dan tangan. Posisi ini akan
mempermudah bayi yang sungsang untuk keluar.
F. Cara mencegah dystocia
Dokter dapat mengidentifikasi jika Anda termasuk yang berisiko mengalami shoulder
dystocia. Meski begitu, bukan berarti dokter kemudian akan menyarankan Anda untuk
melalui prosedur yang invasif, seperti mempercepat proses persalinan meski belum
waktunya.Pencegahan dapat dilakukan oleh dokter apabila Anda rutin memeriksakan
kehamilan Anda. dokter juga akan menjelaskan mengenai komplikasi yang mungkin
terjadi akibat kondisi ini dan penanganan yang akan dilakukan apabila dystocia terjadi
saat proses persalinan.
G. Kapan harus berkonsultasi dengan dokter
Saat kehamilan, lakukan konsultasi dengan dokter kandungan secara rutin untuk
mengantisipasi apabila terjadi gangguan pada janin sejak dini
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, I.B. (2001), Kapita Selekta Pelaksanaan Rutin Obstetri dan Ginekologi dan KB edisi I,

Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mattson, S dan Smith, JE (2002) Core Curriculum for Maternal-Neonatal Nursing edisi 2, WB

Saunders Company

Wiknyosastro, H. Saifudin, A.B, Reachimhadhi, T.Eds (1997) Ilmu Kebidanan , Jakarta

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Wiknyosastro, H. Saifudin, A.B, Reachimhadhi, T.Eds (1999) Ilmu Kandungan , Jakarta

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo (1996) Buku Acuan Nasional Pelayanan

Keluarga Berencana, Jakarta, Penerbit NRC-POGI

Anda mungkin juga menyukai