DIMENSIA
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan segala rahmatnya yang
telah diberikan kepada kita sehingga kita bisa menjalani aktivitas dengan lancar,
hingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan isi maupun bentuk yang
sederhana.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan masalah.........................................................................................6
C. Tujuan...........................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Konsep Dimensia..........................................................................................6
1. Definisi......................................................................................................6
2. Etiologi......................................................................................................7
3. Manifestasi klinis......................................................................................9
4. Patofisiologi.............................................................................................11
5. Klasifikasi................................................................................................12
6. Komplikasi..............................................................................................14
7. Pemeriksaan penunjang...........................................................................15
8. Penatalaksanaan.......................................................................................16
B. Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
untuk meningkatkan status kesehatan para lansia yaitu peningkatan upaya
rujukan
kesehatan bagi lansia melalui pengembangan keperawatan pegiatri di
Rumah Sakit, penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan
gizi bagi lansia ke semua provinsi, dan pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan dan pembinaan kelompok (Qasim.,2021).
Pasien dengan dimensia ringan dapat melanjutkan aktivitas
di rumah yang relatif normal tetapi jarang di tempat kerja, Beberapa pasien
dengan gangguan berat dapat hidup sendiri jika mereka mendapat
dukungan dari masyarakat, termasuk kunjungan setiap hari dari keluarga
maupun teman sejawat namun lansia yang terganggu orientasi dan
psikologis nya biasa ditempatkan di panti werdha ataupun pusat
rehabilitasi untuk lansia. Dilihat dari fenomena tingginya angka dimensia
pada lansia khususnya yang berumur >60 tahun diperlukannya asuhan
keperawatan yang profesional untuk dilakukan pengkajian yang lebih
komprehensif melalui pendekatan proses asuhan keperawatan gerontik
dalam mengatasi masalah dimensia pada lansia dengan adanya peran
keluarga maupun orang terdekat untuk merawat lansia yang mengalami
dimensia.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetahui konsep asuhan keperawatan gerontik pada pasien dengan
dimensia
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan penyakit dimensia
b. Menjelaskan pengkajian pada pasien dimensia
c. Menjelaskan diagnosa pada pasien dimensia
d. Menjelaskan intervensi serta implementasi pada pasien dimensia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dimensia
1. Definisi
2. Etiologi
3
seperti penghilang rasa sakit, obat batuk dan obat pencahar.
Sirkulasi darah yang buruk, metabolisme umum yang
menurun, sembelit dan penurunan fungsi detoksifikasi
(menetralisirkan racun) hati dapat menjadi penyebab
keracunan obat pada segala usia.
2) Emotional (emosional)
Gangguan emosional misalnya depresi. Riwayat pasien
yang mendukung demensia adalah kerusakan bertahap seperti
tangga (stepwise) misalnya depresi yang menyebabkan 9
kehilangan memori dan kesukaran membuat keputusan diikuti
oleh periode yang stabil dan kemudian akan menurun lagi.
Awitan dapat perlahan atau mendadak.
3) Metabolic dan endokrin
Misalnya adalah diabetes melitus, hipoglikemia, gangguan
tiroid, gangguan elektrolit. Keadaan hiperglikemi dan
resistensi insulin dapat mengakibatkan komplikasi kronis pada
penderita dengan pengobatan jangka panjang yaitu komplikasi
makrovaskular, mikrovaskular dan komplikasi neuropati.
Komplikasi diabetes mellitus tipe 2 menyebabkan terjadinya
perubahan dan gangguan di berbagai sistem, termasuk sistem
saraf pusat, dan hal ini berhubungan dengan gangguan fungsi
kognitif
4) Eye and ear
Disfungsi mata dan telinga.
5) Nutritional
Kekurangan vitamin B6 (pellagra), vit B1 (sindrom
wernicke), vitamin B12 (anemia pernisiosa), asam folat dan
asam lemak omega-3. Asam lemak omega-3 merupakan
komponen penting dari membran sel dari semua sel di dalam
tubuh. Kekurangan asam lemak omega-3 dapat meningkatkan
risiko penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia atau
4
demensia. Para ilmuan percaya bahwa asam lemak omega-3
DHA adalah perlindungan terhadap penyakit demensia.
5
3) Demensia traumatik Misalnya perlukaan kranio-serebral,
demensia pugi-listika.
4) Infeksi Misalnya sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS),
infeksi opportunistik, demensia pasca ensefalitis
3. Manifestasi klinis
6
sampai di tempat itu, serta tidak mengetahui bagaimana kembali ke
rumah.
4. Patofisiologi
7
Fungsi yang mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena
(kortikal atau subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya
dapat berbeda. Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu
keadaan konfusio akut demensia (Darmojo, 2019).
Pathway
8
Gambar 1. Pathway dimensia
5. Klasifikasi
9
Klasifikasi Demensia menurut Aspiani (2019) dapat dibagi dalam 3
tipe yaitu:
a. Demensia Kortikal dan Sub Kortikal
1) Demensia Kortikal
Merupakan demensia yang muncul dari kelainan yang
terjadi pada korteks serebri substansia grisea yang berperan
penting terhadap proses kognitif seperti daya ingat dan bahasa.
Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan demensia kortikal
adalah Penyakit Alzheimer, Penyakit Vaskular, Penyakit Lewy
Bodies, sindroma Korsakoff, ensefalopati Wernicke, Penyakit
Pick, Penyakit CreutzfeltJakob
2) Demensia Subkortikal
Merupakan demensia yang termasuk non-Alzheimer,
muncul dari kelainan yang terjadi pada korteks serebri
substansia alba. Biasanya tidak didapatkan gangguan daya
ingat dan bahasa. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan
demensia kortikal adalah penyakit Huntington, hipotiroid,
Parkinson, kekurangan vitamin B1, B12, Folate, sifilis,
hematoma subdural, hiperkalsemia, hipoglikemia, penyakit
Coeliac, AIDS, gagal hepar, ginjal, nafas, dll.
b. Demensia Reversibel dan Non reversible
1) Demensia Reversibel
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang dapat
diobati. Yang termasuk faktor penyebab yang dapat bersifat
reversibel adalah keadaan/penyakit yang muncul dari proses
inflamasi (ensefalopati SLE, sifilis), atau dari proses keracunan
(intoksikasi alkohol, bahan kimia lainnya), gangguan
metabolik dan nutrisi (hipo atau hipertiroid, defisiensi vitamin
B1, B12, dll).
10
Merupakan demensia dengan faktor penyebab yang tidak
dapat diobati dan bersifat kronik progresif. Beberapa penyakit
dasar yang dapat menimbulkan demensia ini adalah penyakit
Alzheimer, Parkinson, Huntington, Pick, CreutzfeltJakob, serta
vaskular.
c. Demensia Pre Senilis dan Senilis
1) Demensia Pre Senilis
Merupakan demensia yang dapat terjadi pada golongan
umur lebih muda (onset dini) yaitu umur 40-50 tahun dan
dapat disebabkan oleh berbagai kondisi medis yang dapat
mempengaruhi fungsi jaringan otak (penyakit degeneratif pada
sistem saraf pusat, penyebab intra kranial, penyebab vaskular,
gangguan metabolik dan endokrin, gangguan nutrisi, penyebab
trauma, infeksi dan kondisi lain yang berhubungan, penyebab
toksik (keracunan), anoksia)
2) Demensia Senilis
Merupakan demensia yang muncul setelah umur 65 tahun.
Biasanya terjadi akibat perubahan dan degenerasi jaringan otak
yang diikuti dengan adanya gambaran deteriorasi mental.
6. Komplikasi
11
f. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan kesulitan
menggunakan peralatan.
7. Pemeriksaan penunjang
12
3) Positron Emission Tomography (PET)
4) Single Photo Emission Computed Tomography (SPELT)
f. Pemeriksaan neurologic lengkap
g. Pemeriksaan laboratorium darah dan radiologi
h. Pemeriksaan EEG, walaupun tidak memberi gambaran spesifik
demensia alzheimer
i. Pemeriksaan DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder)
j. Pemeriksaan kriteria NINCDS-ADRDA (National Institute of
Neurological and Communicative Disorder and Alzheimer Disease
and Related Disorder Association).
8. Penatalaksanaan
13
b. Dukungan atau peran keluarga Mempertahankan lingkungan yang
familiar akam membantu penderita tetap memiliki orientasi.
Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan
angka angka
c. Terapi simtomatik Menurut Erwanto & Kurniasih (2018) Penderita
penyakit demensia dapat diberikan terapi simtomatika yaitu terapi
rekreasional dan aktifitas dimana upaya yang dapat dilakukan
dengan memberikan terapi brain gym. Brain gym ini berupa senam
otak dengan melibatkan petugas untuk mengajarkan
gerakangerakan mudah pada pasien demensia
1. Pengkajian
Menurut Kholifah (2019), pengkajian keperawatan pada lansia
adalah suatu tindakan peninjauan situasi lansia untuk memperoleh
data dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah,
penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data
yang dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif
meliputi data:
a. Identitas klien yaitu meliputi data nama, tempat/tanggal lahir,
jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa
b. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi klien yang diperoleh
melalui wawancara yaitu meliputi data pekerjaan saat ini,
pekerjaan sebelumnya, sumber pendapatan, kecukupan
pendapatan
c. Lingkungan tempat tinggal klien yang diperoleh melalui
pengamatan dan wawancara meliputi data kebersihan dan
kerapian ruangan, penerangan, sirkulasi udara, keadaan kamar
mandi dan wc, pembuangan air kotor, sumber air minum,
pembuangan sampah, sumber pencemaran, privasi, risiko injuri
d. Riwayat kesehatan yang dibagi menjadi :
14
1) Status kesehatan saat ini yaitu meliputi keluhan utama dalam
1 tahun terakhir, gejala yang dirasakan , faktor pencetus,
frekuensi timbulnya keluhan, upaya mengatasi keluhan,
apakah mengonsumsi obat-obatan, serta apakah
mengonsumsi obat tradisional.
2) Riwayat kesehatan masa lalu yaitu meliputi data tentang
penyakit yang pernah diderita, riwayat alergi, riwayat
kecelakaan, riwayat pernah dirawat di rs, serta riwayat
pemakaian obat.
e. Pola fungsional yaitu data yang meliputi data :
1) Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan yaitu data
tentang pandangan klien terhadap kesehatannya serta
kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
2) Nutrisi metabolik yaitu data yang meliputi tentang frekuensi
makan, nafsu makan, jenis makanan, makanan yang tidak
disukai, alergi terhadap makanan, pantangan makanan, serta
apakah ada keluhan yang berhubungan dengan makan klien.
3) Eliminasi yaitu data tentang buang air kecil dan buang air
besar yang meliputi data frekuensi dan waktu, konsistensi,
riwayat pemakaian obat pencahar serta keluhan yang
berhubungan dengan buang air kecil dan buang air besar
klien.
4) Aktivitas pola latihan yang meliputi data tentang rutinitas
mandi, kebersihan sehari-hari, aktivitas sehari-hari, apakah
ada masalah dalam aktivitas harian, serta kemampuan
kemandirian klien.
5) Pola istirahat tidur meliputi pengkajian tentang lama tidur
malam dan tidur siang serta keluhan yang dirasakan
berhubungan dengan tidur klien.
6) Pola kognitif persepsi yang meliputi pengkajian tentang
apakah ada masalah penglihatan dan pendengaran pada klien
15
serta apakah ada masalah dalam pengambilan keputusan pada
klien.
7) Persepsi diri-pola konsep diri yaitu pengkajian yang meliputi
bagaimana klien memandang dirinya sebagai lansia serta
bagaimana persepsi klien tentang pandangan orang lain
terhadap dirinya.
8) Pola peran-hubungan yang meliputi pengkajian tentang peran
serta ikatan klien dan juga kepuasan tentang peran klien di
lingkungannya baik di pekerjaan, sosial maupun dalam
hubungan keluarga.
9) Seksualitas meliputi data riwayat reproduksi, kepuasan
seksual, serta apakah ada masalah maupun keluhan lain
berhubungan dengan seksualitasnya.
10) Koping-pola toleransi stress yaitu data tentang faktor
penyebab timbulnya stres pada klien serta bagaimana upaya
klien dalam mengatasi stresnya.
11) Nilai-pola keyakinan meliputi data tentang bagaimana pola
spiritual, keyakinan klien tentang kesehatannya, serta
keyakinan agama pada klien.
f. Pemeriksaan fisik yaitu pengkajian yang diperoleh petugas
melalui pemeriksaan terhadap keadaan fisik klien yang meliputi
data tentang keadaan umum, tanda-tanda vital, berat badan, tinggi
badan, kepala, rambut, mata, telinga, mulut, gigi dan bibir, dada,
abdomen, kulit, ekstremitas atas, ekstremitas bawah.
16
2) MMSE (Mini Mental State Exam): menguji aspek kognitif
dari fungsi mental, orientasi, registrasi, perhatian, dan
kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa
17
pengalaman masa
lalu
d. Fasilitasi
kemampuan
konsentrasi
(senam otak)
e. Stimulasi
menggunakan
memori pada
peristiwa yang
baru terjadi
(seperti
menanyakan
kembali nama
petugas)
f. Libatkan keluarga
dalam perawatan
Edukasi
g. Jelaskan tujuan
dan prosedur
latihan - Ajarkan
teknik memori
yang tepat
18
c. Adanya peningkatan lingkungan
pencahayaan lingkungan
Terapeutik
klien
d.Adanya peningkatan a. Hilangkan bahaya
kebersihan keselamatan
penyimpanan klien lingkungan
e. Adanya peningkatan b. Modifikasi
kebersihan hunian klien lingkungan untuk
f. Adanya peningkatan meminimalkan
keamanan kunci pada bahaya dan risiko
pintu klien c. Sarankan
menyediakan alat
bantu keamanan
lingkungan
d. Libatkan keluarga
dalam perawatan
Edukasi
a. Informasikan
klien dan
keluarga tentang
risiko bahaya
lingkungan
19
b. Klien menerapkan terhadap perilaku
program perawatan b. Jadwalkan
c. Aktivitas sehari-hari kegiatan
klien efektif terstruktur
memenuhi tujuan c. Tingkatkan
kesehatan aktivitas fisik
d. Klien sesuai kemampuan
mengungkapkan tidak d. Beri penguatan
kesulitan dalam positif terhadap
menjalani program keberhasilan
perawatan/pengobatan mengendalikan
perilaku
e. Hindari berdebat
atau menawar
batas perilaku
yang telah
ditetapkan
f. Libatkan keluarga
dalam perawatan
Edukasi
a. Informasikan
keluarga klien
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan
kognitif
20
a. Klien dapat Terapeutik
menggerakan
a. Libatkan
ekstremitas
keluarga untuk
b. Kekuatan otot klien
membantu
meningkat
pasien dalam
c. Rentang gerak (ROM)
meningkatkan
klien meningkat
pergerakan
d. Tidak ada nyeri saat
bergerak Edukasi
e. Tidak ada kaku sendi a. Jelaskan tujuan
pada klien dan prosedur
f. Tidak ada gerakan mobilisasi
tidak terkoordinasi b. Anjurkan
g. Tidak ada keterbatasan melakukan
gerak 8. Tidak ada mobilisasi dini
kelemahan fisik c. Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
21
memenuhi tujuan individu dan
kesehatan klien keluarga
d. Klien mengatakan
Terapeutik
tidak sulit untuk
menerapkan program a. Fasilitasi
perawatan memutuskan
bagaimana masalah
akan diselesaikan
b. Fasilitasi
memutuskan siapa
yang akan
dilibatkan dalam
menyelesaikan
masalah
c. Gunakan contoh
kasus untuk
meningkatkan
keterampilan
menyelesaikan
masalah
d. Fasilitasi
mengidentifikasi
sumber daya yang
tersedia
e. Fasilitasi
menyesuaikan diri
dengan perubahan
peran
f. Jadwalkan tindak
lanjut untuk
memantau atau
memberi dukungan
g. Libatkan keluarga
dan pihak terkait ,
jika perlu
22
h. Berikan referensi
baik cetak ataupun
elektronik ( mis .
materi pendidikan ,
pamflet )
Edukasi
a. Jelaskan
perkembangan
dan perilaku
normal
informasikan
harapan yang
realistis terkait
perilaku pasien
b. Latih teknik
koping yang
dibutuhkan
untuk mengatasi
perkembangan
atau krisis
situasional
Kolaborasi
a. Rujuk ke
lembaga
pelayanan
masyarakat ,
jika perlu
23
DAFTAR PUSTAKA
Abas, I., Setiawan, A., Widyatuti, W., & Maryam, R. S. (2020). Senam Gerak
Latih Otak (Glo) Mampu Meningkatkan Fungsi Kognitif Lanjut Usia.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(1), 70.
https://doi.org/10.26751/jikk.v11i1.716
Dewi, S. R. (2016). Pengaruh Senam Otak Dan Bermain Puzzle Terhadap Fungsi
Kognitif Lansia di PLTU Jember. Jurnal Kesehatan Primer, 1, 64–69.
Erwanto, R., & Amigo, T. A. E. (2017). Efektivitas Art Therapy dan Brain Gym
Terhadap Fungsi Kognitif Lansia. Jurnal Kesehatan, 10(02), 1–12.
Erwanto, R., & Kurniasih, D. E. (2018). Perbedaan Efektifitas Art therapy dan
Brain gym terhadap Fungsi Kognitif dan Intelektual pada Lansia Demensia
di BPSTW Yogyakarta. Strada Jurnal Ilmiah Kesehatan, 7(2), 34–41.
https://doi.org/10.30994/sjik.v7i2.165
24
Johanes,J. S. X. (2020). Hubungan fungsi kognitif dengan kualitas hidup
pada lansia.
Untari, I., Noviyanti, R. D., & Sugihartiningsih. (2019). Buku Pegangan Kader:
Peduli Demensia pada Lansia. Surakarta: Jasmine.
25