Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH MENGULUM ES BATU TERHADAP INTENSITAS RASA HAUS PASIEN

GGK YANG MENJALANI HAEMODIALISA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal ginjal kronik kidney chronic disease (CKD) merupakan ketidakmampuan fungsi
ginjal mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit yang mengakibatkan
destruksi struktur ginjal yang progresif, adanya manifestasi penumpukan bahan sisa metabolisme
seperti toksik uremik di dalam darah (muttaqin & sari, dalam Tanujiarso,dkk,2014). Menurut
world health organization (WHO) ,penyakit gagal ginjal kronis nerkontibusi pada beban
penyakit dunia dengan angka kematian sebesar 850.000 jiwa per tahun (pongsibidang,2016).

Hasil penelitian global burden of disease tahun 2010,penyakit gagal ginjal kronik
merupakan penyebab kematian peringkat ke-27 di dunia,tahun 1990 dan meningkat menjadi
urutan ke-18 pada tahun 2010 (kemenkes RI,2013).Penatalaksanaan PGK menurut yaitu:
pengaturan minum, pengendalian hipertensi, penanggulangan anemia, penanggulangan asidosis,
pengobatan dan pencegahan infeksi, pengaturan protein dalam makanan, dialysis, transplantasi.
( Andra Saferi,2013 ) Pasien PGK yang berada pada tahap Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA)
harus menjalani terapi pengganti ginjal (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2013).

Saat ini hemodialisis menjadi terapi pengganti ginjal yang paling banyak dipilih. Fungsi
hemodialisis untuk mengatasi ketidakseimbangan cairan dan membantu mengendalikan penyakit
ginjal serta meningkatkan kualitas hidup pasien CKD. Hemodialisis idealnya dilakukan 10-12
jam per minggu agar tercapai adekuasi. Pasien hemodialisis di Indonesia tidak menjalani
hemodialisis setiap hari. Pasien biasanya menjalani hemodialisis 2-3 kali seminggu dengan lama
durasi tiap hemodialisis 3 sampai 5 jam, artinya ketika pasien tidak menjalani hemodialisis pada
hari-hari diantara dua waktu dialisis pasien akan mengalami masalah penumpukan cairan dalam
tubuh. Agar tidak terjadi overhidrasi, pasien tetap harus membatasi asupan cairan pada hari-hari
ketika tidak menjalani hemodialisis (interdialisis). Akibat pembatasan asupan cairan pasien akan
merasa haus. Rasa haus adalah keinginan yang disadari terhadap kebutuhan akan cairan tubuh.
Rasa haus antara lain dipengaruhi oleh mulut kering . Rasa haus dan mulut kering pada pasien
PGK juga terjadi akibat pembatasan cairan dan merupakan masalah yang paling sering dijumpai
pada pasien yang menjalani hemodialisa dengan pembatasan asupan cairan. Rasa haus akan
semakin meningkat terutama pada pasien yang tinggal di daerah tropis seperti Indonesia. (Jurnal
Yuni Armiyati,Khoiriyah,Ahmad Mustofa,2019)

Faktor yang mempengaruhi rasa haus yaitu: usia, umur dan berar badan, suhu lingkungan
dan gaya hidup ( Kozier,Erb,Berman,Synder,2011). Secara fisiologis, rasa haus dapat muncul 30-
60 menit setelah minum air. Apabila tidak ada asupan cairan yang masuk, maka akan terjadi
peningkatan tekanan osmotik plasma dan penurunan volume cairan ekstraseluler. Penurunan
volume cairan ekstraseluler mengakibatkan penurunan perfusi darah ke ginjal yang akan
mengaktifkan renin angiotensin dan aldosterone. Angiotensin II bekerja meningkatkan volume
intravaskuler dengan menstimulasi rasa haus di hipotalamus sehingga penderita merasa ingin
minum (Sherwood, 2012).

Rasa haus dapat mengakibatkan pasien tidak mematuhi diet pembatasan asupan cairan
sehingga pasien mengalami kelebihan cairan atau overhidrasi. Ketidakpatuhan terhadap
pembatasan cairan akan semakin meningkatkan asupan cairan. (Yunie Armiyati, Khoiriyah,
Ahmad Mustofa,2019).Kelebihan cairan pada pasien HD dapat menimbulkan komplikasi lanjut
seperti hipertensi, aritmia, kardiomiopati, uremik perikarditis, efusi perikardial, gagal jantung,
edema pulmonal, nyeri uremik lung, dan sesak nafas.( jurnal Dasuki, Buhari Basok,2018)
Berbagai penelitian menujukkan bahwa intervensi manajemen rasa haus dapat dilakukan
berbagai cara, yaitu dengan menyikat gigi, mengulum es batu, berkumur dengan air biasa,
berkumur dengan obat kumur, mengunyah permen karet atau permen mint dan menggunakan fuit
frozen atau buah yang dibekukan(afrany,2015).

Beberapa penelitian mengatakan menghisap es batu lebih efektif umtuk mengurangi rasa
haus pasien PGK karena air es yang mencair dan rasa dingin dari es dapat menyegar-kan mulut
dan tenggorokan sehingga perasaan haus berkurang . Penelitian lain mengatakan bahwa untuk
mengurangi rasa haus pada penderita gagal ginjal kronik karena pembatasan cairan adalah
dengan mengkonsumsi potongan es karena dapat memberikan perasaan lebih segar dari pada
meminum air sedikit-sedikit (jurnal penelitian Dasuki, Buhari Basok,2018). Dengan
menggunakan alternative es batu tersebut dapat merangsang sekresi saliva oleh kelenjar saliva di
mulut . saliva terakumulasi dimulut akan membasahi mulut ,sehingga hal ini dapat menurunkan
sensasi rasa haus yang muncul ( Said& Mohammed,2013). Hal yang perlu diperhatikan pada
pasien PGK bahwa konsumsi jumlah es batu yang dikulum dalam mengurangi rasa haus juga
harus dipertimbangkan, hitung cairan setengah dari volume es batu (jika es batu dalam wadah
ukuran 200 ml, maka volume yang harus dihitung berjumlah 100 ml) (Kozier, Erb, Berman dan
Snyder, 2011).

Berdasarkan hasil penerapan evidance based nursing terapi mengulum es batu diatas
sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan dibeberapa Rumah Sakit. Menurut
Arfany, dkk (2014) mengatakan bahwa pasien hemodialisa yang mengalami haus setelah
diberikan intervensi mengulum es batu mengalami penurunan tingkat haus sebesar 58% daripada
diberikan terapi mengunyah permen karet sebesar 20%, serta diperkuat oleh penelitian yang
dilakukan Armiyati, Khoiriyah & Mustofa (2019) bahwa perbedaan bermakna skor haus sebelum
dan setelah diberikan intervensi mengulum es batu. ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan tingkat rasa haus sebelum dan setelah intervensi mengulum es batu selama lima menit
(p-value 0.002) karena air es yang mencair dan rasa dingin dari es dapat menyegar-kan mulut
dan tenggorokan sehingga perasaan haus berkurang (Arfany et al,2014). Penelitian lain
mengatakan bahwa untuk mengurangi rasa haus pada penderita gagal ginjal kronik karena
pembatasan cairan adalah dengan mengkonsumsi potongan es karena dapat memberikan
perasaan lebih segar dari pada meminum air sedikitsedikit (Phillips, et al.,2017).

.
1.2 Rumusan masalah

Pembatasan cairan sangatlah penting bagi penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) untuk
menghindari komplikasi akibat kelebihan volume cairan,karena itu dibutuhkan berbagai metode
untuk pembatasan cairan pada penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) salah satunya dengan
penurunan rasa haus. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengetahui intensitas rasa haus pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) sebelum dan
sesudah diberikan intervensi mengulum batu pada pasien ggk yang menjalani haemodialisa.

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui pengaruh mengulum es batu terhadap intensitas rasa haus pasien


gagal ginjal kronik yang sedang menjalani haemodialisa

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mendeskripsikan karakteristik pasien yang menjalani hemodialisa meliputi:


umur,jenis kelamin,lama waktu menjalani hemodialisa.

2. Mendeskripsikan perbedaan penurunan rasa haus pasien ggk sesudah dan


sebelum diberikan intervensi mengulum es batu

3. Mengetahui intensitas rasa haus pasien ggk sesudah diberikan intervensi


mengulum es batu

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penulis berharap dari penelitian ini akan mampu menerapkan ilmu pengetahuan
yang diperoleh di perguruan tinggi untuk diaplikasikan di lapangan dan mampu
meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang intervensi keperawatan
khususnya pada pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD)
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti

Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan


pengetahuan yang berguna bagi para Penelitian.

2. Bagi institusi pendidikan

Studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah kepustakaan


yang ada dan diharapkan dapat memberikan masukan mengenai intervensi
keperawatan pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD guna mendukung
studi kasus yang akan dilakukan di kemudian hari.

3. Bagi mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak mahasiswa terutama


untuk di jadikan bahan dalam melakukan asuhan keperwatan pasien dengan
Chronic Kidney Disease (CKD ).
Kerangka konsep
Variable independen atau variable yang mempengaruhi yaitu pengaruh terapi mengulum
es batu, variable dependen atau variable yang terpapar yaitu intensitas rasa haus pasien ggk yang
sedang menjalani haemodialisa

Sebelum Intensitas
mengulum rasa haus
es batu
Pasien ggk
yang
menjalani
HD
Sesudah
Intensitas
mengulum
rasa haus
es batu
Kerangka teori

Penatalaksanaan pasien ggk:

1. pengendalian hipertensi
2. penanggulangan anemia Dialisis Pembatasan
3. penanggulangan asidosis cairan
4. pengobatan dan pencegahan
infeksi
5. pengaturan protein dalam
makanan
6. dialisis
7. transplantasi. ( Andra Pasien gagal
Saferi,2013) ginjal kronik

Munculnya
rasa haus

Manajemen rasa haus pasien ggk:


1. mengulum es batu Mengulum
2. berkumur dengan air biasa es batu Faktor yang mempengaruhi rasa haus:
3. berkumur dengan obat
kumur 1. usia,
2. umur dan berat badan
4. mengunyah permen
3. suhu lingkungan
karet(afrany,2015) Intensitas rasa 4. gaya hidup
haus berkurang
( Kozier,Erb,Berman,Synder,2011).
Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Hipotesis berfungsi
menentukan kearah pembuktian,artinya hipotesis ini merupakan peryataan yang harus dibuktikan
(notoatmodjo,2012). Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. Ha: Terdapat pengaruh mengulum es batu terhadap intensitas rasa haus pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani haemodialisa.

Variable Penelitian

1. Variabel Penelitian
Variable adalah karakteristik atau obyek yang dapat diukur dimana memberikan nilai
berbeda setiap obyeknya.
a. Variabel independen (bebas)
Variabel bebas merupakan variabel yang nilainya menentukan variable
lain .variabel ini dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungan atau
pengaruhnya terhadap variable lain. Variable bebas pada penelitian ini yaitu
pengaruh mengulum es batu.
b. Variable dependen (terikat)
Variable terikat adalah karakteristik yang nilainya ditentukan oleh variable lain
atau akibat dari variable lain. Variable ini biasa disebut variable tergantung atau
variable terikat. Variable terikat pada penelitian ini yaitu intensitas rasa haus pada
pasien ggk yang menjalani hemodialisa.

Anda mungkin juga menyukai