Anda di halaman 1dari 76

PROPOSAL LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GAWATDARURAT DENGAN GANGGUAN


SISTEM KARDIOVASKULER “CONGESTIVE HEART FAILURE’’DAN
UPAYA PENCEGAHAN KEGAWATDARURATAN PADA Tn. X
DI RUMAH SAKIT TENTARA TK IV 01.07.02
BINJAI TAHUN 2022

KTI

Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Diploma III


AKPER KESDAM I/BB BINJAI

DEWI ANGGRAINI
19.011

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM I/BB BINJAI


YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Asuhan Keperawatan ini sesuai waktu yang ditentukan. Asuhan

keperawatan ini adalah sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar

D-III Keperawatan. Adapun judul Asuhan Keperawatan ini adalah “Asuhan

Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Tn. X Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler “Congestive Heart Failure (CHF)” di RST TK IV

01.07.02 Binjai.

Selama proses penyusunan Asuhan Keperawatan ini, penulis banyak

mendapat dukungan dan bimbingan dari beberapa pihak untuk kesempurnaan

Asuhan Keperawatan ini. Untuk itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak

mendukung/membantu penulis dalam menyelesaikan Asuhan Keperawatan

ini, yaitu :

1. Bapak Supardi, SKM,M.Kes, selaku Direktur Akademi Keperawatan Kesdam

I/BB Binjai.

2. Ibu Ade Irma Triana Siregar, S.Kep.,M Kes sebagai Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan banyak arahan serta motivasi selama

mengikuti pendidikan Ahli Madya Keperawatan di Akper Kesdam I/BB

Binjai.

3. Ibu Hanna Ester Empranita S.Kep, Ns,M Kep Selaku Penguji I

i
4. Ibu Nurleli S.Kep, Ns M.KM Selaku Penguji II

5. Seluruh dosen dan staff administrasi Akper Kesdam I/BB Binjai .

6. Teristimewa penghargaan yang setinggi-tingginya serta rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada keluarga tercinta yang telah

banyak memberi dukungan dan Do’a, serta kasih sayang yang tak henti-

hentinya diberikan kepada penulis, dan dukungan yang telah diberikan baik

moril maupun materi .

7. Seluruh Rekan-rekan Mahasiswa/I Angkatan ke- XIV (Empat Belas) Akademi

Keperawatan Kesdam I/BB Binjai yang telah banyak memberi dukungan

dalam menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini.

8. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan proposal ini semoga mendapat karunia dari Yang Maha Kuasa.

Penulis menyadari Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari kata

kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat mambangun untuk perbaikan di masa mendatang. Akhir kata semoga

Asuhan Keperawatan ini bermanfaat bagi pelayanan Keperawatan khususnya bagi

penelitian selanjutnya.

Binjai, Januari 2022

Penulis

( Dewi Anggraini )

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................v
DAFTAR SKEMA...................................................................................vi

BAB 1:PENDAHULUAN........................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................6

BAB 2 :TINJAUAN TEORITIS....................................................................8


2.1 TinjauanTeoritis Medis.............................................................8
2.1.1 Defenisi...............................................................................8
2.1.2 AnatomiFisiologi................................................................9
2.1.3 Etiologi................................................................................19
2.1.4 Klasifikasi...........................................................................20
2.1.5 ManifestasiKlinis................................................................21
2.1.6 Patofisiologi........................................................................24
2.1.7 Komplikasi..........................................................................28
2.1.8 Pemeriksaan penunjang......................................................29
2.1.9 Pencegahan.........................................................................30
2.1.10 Penatalaksanaan................................................................31
2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan...............................................31
2.2.1 Pengkajian...........................................................................32
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................39
2.2.3 Intervensi Keperawatan......................................................40
2.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................47
2.2.5 Evaluasi...............................................................................47

BAB 3: METODE PENELITIAN


3.1 Rencana Studi Kasus....................................................................49
3.2 Subjek Studi Kasus......................................................................49
3.3 Fokus Studi Kasus.......................................................................49
3.4 Defenisi Operasional....................................................................49
3.5 Instrumen Studi Kasus.................................................................53
3.6 Metode Pengumpulan Data..........................................................54
3.7 Lokasi Dan Waktu.......................................................................55
3.8 populasi dan sampel.....................................................................57

iii
3.9 Analisa Data dan Penyajian Data.................................................56
3.10 Etika Studi Kasus...................................................................56

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

 Lembar Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian


 Informed consent
 Bukti proses bimbingan (Lembar Kosul)
 Contoh Format Pengkaajian

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.Anatomi Sistem kardiovaskuler.............................................10

Gambar 2.2 Katub-katub Jantung..............................................................15

Gambar 2.3 Sirkulasi Peredaran Darah.....................................................19

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Intervensi Diagnosa keperawatan I......................................41

Tabel 2 Intervensi Diagnosa Keperawatan II....................................42

Tabel 3 Intervensi Diagnosa Keperawatan III...................................43

Tabel 4 Intervensi Diagnosa Keperawatan IV...................................44

Tabel 5 Intervensi Diagnosa Keperawatan V....................................45

Tabel 6 .Intervensi Diagnosa Keperawatan VI...................................46

vi
DAFTAR SKEMA

Skema 1 Pathway..............................................................................27

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Congestive Heart Failure (CHF) adalah sindromklinis (sekumpulan

tanda dan gejala yang ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau

beraktivitas). Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang

mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi

distolik) dan / kontaktilitas miokardial. Gagal jantung adalah

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrient dan oksigen,

(disfungsi sistolik) (Huda.2016).

Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementrian Kesehatan

Indonesia pada tahun 2018, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia

berdasarkan diagnosis dokter diperkirakan sebesar 1,5% atau diperkirakan

sekitar 29.550 orang. Berdasarkan prevalensi tersebuut angka tertinggi

terdapat di provinsi Kalimantan utara (2,2%) dan terendah di provinsi Nusa

Tenggara Timur (0,7%), sedangkan sumatera utara sebesar 0,30%.

(Riskesdas,2018).

Berdasarkan data WHO (Word Hearlth Organization) terjadi

peningkatan angka kematian akibat gagal jantung, 17,5 juta kasus terjadi pada

tahun 2021,23 juta kasus terjadi pada tahun 2014 pada tahun 2016 tercatat,

17,5 juta orang didunia meninggal akibat gagal jantung. Berdasarkan hasil

Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevelensi penyakit gagal

viii
jantung di Indonesia terdapat 1,5% kasus dan terus meningkat sering

bertambahnya umur. Kasus CHF tertinggi yang terdiagnosis tenaga kesehatan

adalah usia 65-74 Tahun (0,49%) dan terendah pada kelompok usia 15-24

tahunnya itu sebesar (0,02%) dibandingkan dengan laki-laki (0,01%).

(Riskesdas 2018)

Sedangkan jumlah penderita CHF di salah satu Rumah Sakit Sumatera

Utara yaitu  RSUP H Adam Malik Medan, jumlah pasien baru rawat inap

Congestive Heart Failure (Gagal Jantung Kongestive) mengalami

peningkatan selama tiga tahun terakhir, yaitu sebanyak 238 pasien pada tahun

2014, 248 pasien pada tahun 2015 dan sebanyak 295 pasien pada tahun 2016.

(RSUP H Adam Malik Medan, 2016).

Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara tahun 2015 penyakit

Gagal Jantung Kongestif menempati urutan ketiga dari penyakit tidak

menular dengan jumlah penderita sebanyak 345 berumur >60 tahun. Jumlah

kematian penyakit gagal jantung kongestif sebanyak 37 orang dengan CFR

(Casc Fatly Rate),Kelompok usia 20-29 tahun merupakan sampel yang paling

sedikit yaitu sebanyak 2 orang (1%).Dari penelitian Damanik (2015-2017) di

RSUP H.Adam malik bahwa jumlah penderita penyakit gagal jantung

kongestif sebanyak 230 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 13 orang

CFR sebesar 3,60%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Binjai tahun 2015

menyatakan sebanyak 326 orang penderita penyakit gagal jantung kongestif,

ix
Kemudian pada tahun 2016 sebanyak 351 orang dan pada tahun 2017

sebanyak 321 orang.

Penderita Gagal Jantung Kongestif di Rumah Sakit Tentara Tk IV

01.07.02 Binjai tahun 2016 sebanyak 80 orang, pada tahun 2017 sebanyak

127 orang, di tahun 2018 sebanyak 136 orang, ditahun 2019 sebanyak 227

orang, kemudian ditahun 2020 sebanyak 305 orang pasien yang dirawat inap

di ruangan Rumah Sakit Tentara Tk IV 01.07.02 Binjai, Angka kejadian

penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun

dan data di kumpulkan dengan mengambil data atau status pasien melalui

rekam medik.

Dengan angka kejadian akibat lanjut CHF,peran perawat sebagai tenaga

kesehatan profesional sangatlah diharapkan dalam memberikan asuhan

keperawatan secara komprehensif meliputi bio-psikososio-spirutual,guna

menimbulkan penderita CHF. Peran seorang perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan secara komprehensif dengan menggunakan empat aspek

diantaranya peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam upaya

promotif perawat berperan dengan memberikan pendidikan kesehatan

meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari penyakit CHF sehingga

dapat mencegah bertambahnya jumlah penderitanya. Dalam upaya preventif,

perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien yang sudah terkena

penyakit CHF agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan, seperti

pembatasan cairan, pembatasan aktifitas, mengurangi makanan tinggi garam,

mengurangi makanan berlemak untuk mencegah terjadinya penumpukkan

x
plak pada pembuluh darah, serta diharapkan untuk rajin mengontrol tekanan

darah untuk menghindari terjadinya komplokasi. Peran Perawat dalam upaya

kuratif yaitu memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan

respon klien terhadap penyakit yang diderita, seperti: memberikan klien

istirahat fisik dan psikologis, mengelola pemberian terapi oksigen, dan

tindakan kolaboratif pemberian obat digitalis, Sedangkan peran perawat

dalam upaya rehabilitatif, merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi

penderita CHF, yaitu dengan melakukan latihan fisik, seperti senan jantung

serta rutin melakukan medical check up. (Rahmatiana & Clara, 2019)

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian

tentang mengangkat judul Asuhan keperawatan dan Upaya Pencegahan

Kegawatdaruratan Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler “Congestive

Heart Failure (CHF)” di Rumah Sakit Tingkat IV 01.07.02 Binjai.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut didapatkan pernyataan penelitian

“Bagaimana Asuhan keperawatan Gawat Darurat Pencegahan Dengan Gangguan

Sistem Kardiovaskuler “Congestive Heart Failure (CHF)” (Gagal Jantung

Kongestive) ? ”

xi
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui penerapan Asuhan keperawatan Medikal Bedah

dan Upaya Pencegahan Kegawatdaruratan Dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler “Congestive Heart Failure (CHF)”

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Penulis mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan

gangguan Sistem Kardiovaskuler “Congestive Heart Failure (CHF)”

2. Penulis mampu menegakkan diagnosa keperawatam pada pasien

dengan gangguan Sistem Kardiovaskuler “Congestive Heart Failure

(CHF)”

3. Penulis mampu membuat rencana keperawatan  pada pasien  dengan

Gangguan Sistem Kardiovaskuler Congestive Heart Failure (CHF)”

4. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien

dengan gangguan sistem Kardiovaskuler “Congestive Heart Failure

(CHF)”

5. Penulis mampu melaksanakan evaluasi terhadap tindakan keperawatan

yang diberikan pada pasien dengan gangguan pada sistem

kardiovaskuler penyakit “congestive Heart Failure (CHF)”

xii
6. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan gangguan

sistem gangguan Sistem Kardiovaskuler “Congestive Heart Failure

(CHF)”.

1.4 Manfaat Penulisan

Berhubung dengan penulis manfaat yang ingin di capai pada klien

dengan kondisi “Congestive Heart Failure (CHF)” sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Penulis

Menerapkan ilmu yang telah di dapatkan selama perkuliahan untuk

melakukan asuhan keperawatan pada pasien congestive heart failure

(CHF)

1.4.2 Bagi Pasien

Hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan derajat kesehatan

pada klien dengan “Congestive Heart Failure (CHF)” dan menambah

pengalaman dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang didapat

selama pendidikan”

1.4.3 Bagi Praktis Keperawatan

Hasil laporan asuhan keperawatan diharapkan dapat menjadi bahan

masukan bagi perawar mengenai Penyakit Jantung Kongestif.

1.4.4 Bagi Pendidikan Keperawatan

xiii
Hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai

referensi bagi pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

pada pasien dengan Penyakit Jantung Kongestif.

xiv
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 TinjauanTeoritis Medis

2.1.1 Definisi

Congestive Heart Failure atau yang biasa disebut gagal jantung kongestive

adalah ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat

untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.istilah gagal

jantung kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan

kanan. (Kasron,2016).

Congestive heart failure adalah  syndrome klinis (sekumpulan tanda

dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat

aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal

jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatnya terjadinya

pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas

miokardial (disfungsi sistolik) (Suddarth, dkk 2016).

Congestive heart failure (CHF) Merupakan suatu keadaan

patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal

memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan

berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai

paninggian tekanan pengisian ventrikel kiri. CHF dapat menjadi kronik

apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub

xv
jantung, kardiomiopati dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut

dan berkembang tiba- tiba pada miokard infark (kasron 2016).

Gagal jantung Kongestif adalah sindrom klinis yang kompleks timbul

dari fungsional atau struktural gangguan jantung yang merusak kemampuan

ventrikel untuk mengisi darah atau mengeluarkan darah. Banyak pasien yang

memiliki gejala sugestif gagal jantung (sesak napas, edema perifer, dyspnea

nocturnal paroksismal) tetapi juga telah menpertahankan dungsi ventricular

kiri mungkin tidak memiliki disfungsi diastolik. Salah satu gejala sugestif

sesak nafas yang dialami seperti saat sedang istirahat atau aktivitas yang

ditandai dengan takipnea, takikardi dan ronchi paru. Pada pasien gagal

jantung saat kondisi istirahat saturasi oksigen berkisar antara 91% sampai

95% jika terjadi penurunan maka berdampak pada penurunan oksigenasi

jaringan dan produksi energi sehingga berkonstribusi pada penurunan

kemampuan aktifitas pasien sehari-hari (Aulia, 2021)

2.1.2 Anatomi Fisiologi

Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar

kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh

darah dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari

empat ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di

bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang

memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri

dinamakan septum.

xvi
Gambar 2.1 (Anatomi Jantung)

a. Letak Jantung

Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang

terletak di rongga dada, dibawah perlindungan tulang costae, sedikit di

sebelah kiri sternum. Jantung manusia terletak dalam rongga thoraks pada

bagian kiri agak tengah tepatnya diatas sekat diafragma yang memisahkan

rongga dada dengan rongga perut. Dibawah kantung jantung, akan tetapi

terletak didalam rongga perut, terdapat kantong ganter, lambung terletak.

Disebelah kiri dan kanan jantung terdapat kedua paru-paru kita (Kasron,

2016).

xvii
Jantung normal yang dibungkus oleh perikardium pada mediastinum

medialis dan sebagian tertutup oleh jaringan paru. Bagian depan dibatasi oleh

sternum dan costae 3,4 dan 5. Hampir dua pertiga bagian jantung terletak

disebelah kiri linea medsternum. Jantung terletak di atas difragma, miring

kedepan kiri dan apeks kordis/icetus cordis berada paling depan dalam rongga

dada. Apeks ini dapat diraba pada intercosta sinistra 4-5 dekat linea

midklavikuler sinistra. Batas kranial dibentuk oleh aorta asendens, Arteri

pulmonal dan vena kava superior. Ukuran atrium kanan dan berat jantung

tergantung pada umur, jenis kelamin, tinggi badan, lemak epikardium dan

nutrisi seseorang (Kasron, 2016).

Jantung terletak didalam rongga dada/cavum thoraxis, dimana

rongga dada sendiri dibagi mejadi tiga rongga utama yaitu :

1. Rongga dada kanan (Cavum pleura dextra).

2. Rongga dada kiri (Cavum pleura Sinistra), rongga pleura kiri dan kanan berisi

paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh peura visceralis dan parietalis.

3. Rongga dada tengah (Mediastinum), rongga mediastinum dan isinya terletak di

tengah dada antara rongga dada kanan dan rongga dada kiri, mediastinum

dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior dan superior (Kasron, 2016).

b. Ruang Jantung

Ruang dalam jantung dibagi menjadi 2 bagian yaitu atrium dan

ventrikel :

xviii
Dimana atrium dan ventrikel dibagi lagi menjadi dextra dan sinistra, sehingga

jantung memiliki 4 ruang yaitu atrium dextra, atrium sinistra, ventrikel dextra

dan vetrikel sinistra (Kasron, 2016).

1. Atrium Dextra

Atrium dextra berdinding tipis berfungsi sebagai tempat penyimpanan

darah dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik yang

mengalir ke ventrikel dextra. Darah yang berasal dari pembuluh vena ini

masuk ke dalam atrium dextra melalui vena kava superior, vena kava inverior

dan sinuskoronarius. Muara vena kava tidak terdapat katup-katup sejati. Vena

kava dan atrium jantung dipisahkan oleh lipatan katup atau pita otot yang

rudimenter. Oleh karna itu, peningkatan tekanan atrium dextra akibat

bendungan darah disisi kanan jantung akan dibalikkan kembali ke dalam vena

sirkulai sistemik (Kasron, 2016).

Sekitar 75 % aliran balik vena kedalam atrium dextra akan mengalir

secara pasif ke dalam ventikel dextra melalui katup trikuspidalis. 25%

sisanya akan mengisi ventrikel selama kontraksi atrium. Pengisian ventrikel

secara aktif ini disebut atrialkick. Hilangnya atrialkick pada disritmia jantung

dapat meurunkan pengisian ventrikel sehingga menurunkan curah ventrikel

(Kasron, 2016).

2. Ventrikel Dextra

Pada kontraksi ventrikel, setiap ventrikel harus mengahsilkan

kekuatan yang cukup besar untuk dapat memompa darah yang diterimanya

xix
dari atrium kesirkulasi pulmonal maupun sirkulasi sistemik. Ventrikel dextra

berbentuk bulan sabit yang unik, guna menghasilkan kontraksi bertekana

rendah yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteria pulmonalis.

Sirkulasi paru merupakan sistem aliran darah bertekanan rendah, dengan

resistensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah ventrikel dextra,

dibandingakan tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap aliran darah dari

ventrikel sinistra . oleh krena itu, beban kerja ventrikel dextra jauh lebih

ringan dari pada ventrikel sinistra. Akibatnya, tebal dinding ventrikel dextra

hanya 1/3 dari dinding ventrikel sinistra.

Untuk menghadapi tekanan paru yang meningkat secara perlahan,

seperti pada khasus hipertensi pulmonal progresif maka sel otot ventrikel

dextra mengalami hipertrofi untuk memperbesar gaya pompa agar dapat

mengatasi peningatan resistensi pulmonal, dan dapat mengosongkan

ventrikel. Tetapi pada khasus risistensi paru yang meningkat secara akut

(seperti pada emboli paru masif) maka kemampuan pemompaan ventrikel

dextra tidak cukup kuat sehingga dapat terjadi kematian (Kasron, 2016).

3. Atrium Sinistra

Atrium sinistra menerima darah teroksigenasi dari paru-paru melalui

keempat vena pulmonalis. Antara vena pulmoalis dan atrium sinistra tidak

terdapat katup sejati. Oleh karena itu, perubahan tekanan atrium sinistra

mudah membalik secara retrograt kedala pembulu paru-paru. Peningkatan

akut tekanan atrium sinistra akan menyebabkan bendungan paru atrium

sinistra memiliki dinding yang tipis dan bertekanan rendah. Darah mengalir

xx
dari atrium sinistra ke dalam ventrikel sinistra melalui katup
mitralis (Kasron,

2016).

4. Ventrikel sinistra

Ventrikel sinistra menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk

mengatsi tahanan sirkulsi sistemik, dan mempertahankan aliran darah

kejaringan perifer. Ventrikel sinistra mempunyai otot-otot yang tebal dengan

bentuk yang menyerupai lingkaran sehingga mempermudah pembentukan

tekanan tinggi selama ventrikel berkontaksi. Bahkan sekat pembatas kedua

ventrikel (septum interventrikularis) juga membantu memperkuat tekanan

yang di timbulkan oleh seluruh ruang ventrikel selama kontraksi.

Pada saat kontraksi, ventrikel sinistra meningkat sekitar lima kali

lebih tinggi dari pada ventrikel dextra; bila ada hubungan abnormal antara

kedua ventrikel (seperti pada kasus robeknya septum interventrikulris pasca-

infrak miokardium), maka darah akan mengalir dari kiri ke kanan melalui

robekan tersebut. Akibatnya terjadi penurunan jumblah aliran darah dari

ventrikel sinistra melalui katup aorta ke dalam aorta (Kasron, 2016).

xxi
Gambar 2.2 Katub-katub Jantung

c. Katub Jantung

Katub jantung berfungsi untuk mempertahankan aliran darah searah

melalui bilik-bilik jantung. Katub jantung ini terdiri dari 4 yaitu :

1. Katup Trikuspidalis

Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila

katup ini membuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju

ventrikel kanan. Katup trikuspidalis berfungsi mencegah kembalinya

aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat ventrikel

berkontraksi. Sesuai dengan namanya. Katup trikuspidalis memiliki 3 daun

katup.

2. Katup Pulmonal

Setelah katup trikuspidalis tertutup, darah akan mengalir dari ventrikel kanan

melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis ini bercabang menjadi arteri

pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru

xxii
kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis

yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi

dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah

mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.

3. Katup Bikuspid (Bikuspidalis)

Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri

menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspidalis menutup

pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspidalis terdiri dari dua daun katup.

4. Katup Aorta

Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup

ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan

mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel

kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel

kiri.

d. Lapisan Jantung

1. Perikardium (Epikardium)

Epi berarti “di atas”, cardium berarti “jantung”, yang mana bagian ini

adalah suatu membran tipis di bagian luar yang membungkus jantung

terdiri dari dua lapisan yaitu :

 Perikardium fibrosum (viseral), merupakan bagian kantong yang

membatasi pergerakan jantung terikat di bawah sentrum tendinium

xxiii
diafragma, bersatu dengan pembuluh darah besar merekat pada sternum

melalui ligamentum sternoperikardial.

 Perikardium serosum (parietal), dibagi menjadi dua bagian, yaitu

Perikardium parietalis membatasi perikarduim fibrosum sering disebut

epikardium, dan Perikarduim fiseral yang mengandung sedikit cairan

yang berfungsi sebagai pelumas untuk mempermudah pergerakan

jantung.

2. Miokardium

Mio berarti “otot”, merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot

jantung, membentuk sebagian besar dinding jantung. Serat-serat otot ini

tersusun secara spiral dan melingkari jantung. Lapisan otot ini yang

akan menerima darah dari arteri terluar.

3. Endokardium

Endo berarti “di dalam”, adalah lapisan tipis endothelium, yaitu suatu

jaringan epitel unik yang melapisi bagian dalam seluruh sistem sirkulasi

peredaran darah.

Batas-batas jantung:

1. Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI)

2. Kiri : ujung ventrikel kiri

3. Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri

4. Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis

xxiv
5. Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang

diafragma sampai apeks jantung

6. Superior : apendiks atrium kiri

Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan

keempat katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan

menjaga agar darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup

ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel

kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal,

katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup

aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun

(leaflet), yaitu leaflet anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun

(leaflet).

Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf

simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui

preksus jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV,

serta hanya sedikit menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis berasal dari

trunkus toraksik dan servikal atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel.

Walaupun jantung tidak mempunyai persarafan somatik, stimulasi aferen

vagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan dipersepsi sebagai nyeri.

Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner

kanan berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis

dan apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai mencapai

lekukan interventrikuler posterior. Pada 85% pasien arteri berlanjut sebagai

xxv
arteri posterior desenden/ posterior decendens artery (PDA) disebut dominan

kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi

menjadi arteri anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD)

interventrikuler dan sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior ke apeks

jantung.

Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke atrium

kanan. Sinus koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada atrium

kanan, secara morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan dalam

celah atrioventrikuler.

2.1.3 Etiologi

Menurut Kasron (2016) penyebab gagal jantung yaitu :

1. Kelainan otot jantung, gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan

otot jantung disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang

mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateroslerosis koroner,

hipertensi arterial dan penyakit degenaratif atau inflamasi.

2. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena

terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis

(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel

jantung ) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan after load) meningkatkan

beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut

otot jantung.

xxvi
4. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan

gagal jantung karena kondisi yang secara langsung merusak serabut

jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.

5. Penyakit jantung lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme

yang biasanya terlibat, mencakup gangguan aliran darah yang masuk

jantung, ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah, peningkatan

mandadak after load.

6. Faktor sistemik Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam

perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju

metabolisme misal demam atau tirotoksikosis, hipoksia dan anemi juga

dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asisosis respiratorik atau

metabolik dapat menurunkan kontraktilitas jantung.

2.1.4 Klasifikasi

1. Gagal jantung akut-kronik

a. Gagal jantung akut terjadi secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan

kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat

mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh darah.

b. Gagal jantung kronik terjadi secara perlahan di tandai dengan penyakit

jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronis terjadi

xxvii
retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia,

akibatnya ventrikel dilatasi dan hipertropy (Kasron, 2016).

2. Gagal Jantung Kanan dan Kiri

a. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal memompa darah secara

adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan

pada katup aorta/mitral.

b. Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal

jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang

terbendungakan akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites,

hepatomegali, efusi pleura, dll (Kasron, 2016).

3. Gagal Jantung Sistolik-Diastolik

a. Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga

ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya kardiak output

menurun dan ventrikel hipertropy.

b. Diastolic karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibatnya

stroke volume cardaiac output menurun (Kasron, 2016).

2.1.5 Manifestasi Klinis

Tanda dominan gagal jantung adalah meningkatnya volume intravaskule.

Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena yang meningkat

akibat turunnya curah jantung pada kegagalan jantung. Ventrikel kanan dan

kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling

xxviii
sering mendahului gagal ventrikel kanan. Kegagalan salah satu ventrikel

dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan, tetapi menifestasi kongestif

dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi

(Kasron, 2016).

a. Gagal jantung kiri, manifestasi klinisnya :

Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri

tak mampu memompa darah yang datang dari paru. Menifestasi klinis yang

terjadi yaitu :

1) Dispneu

Terjadi akibat penimbulan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran

gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada

malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND).

2) Batuk

3) Mudah lelah

Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari

sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil

katabolisme juga terjadi karena meningkatnya energy yang digunakan untuk

bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.

4) Kegelisahan dan kecemasan

Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas

dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.

xxix
b. Gagal jantung kanan :

1) Kongestif jaringan perifer dan viseral

2) Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting,

penambahan berat badan

3) Hepatomegali Dan nyeri tekan pada kuadrat kanan atas abdomen terjadi akibat

pembesaran vena di hepar

4) Anorexia dan mual

Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.

5) Nokturia

6) Kelemahan

Gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA)

menurut kelas kalsifikasi fungsional CHF dalam 4 kelas yaitu :

a. Kelas 1: Penderita jantung yang tidak ada pembatas aktivitas atau tanpa

keluhan – Anda masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari tanpa disertai

kelelahan ataupun sesak napas.

b. Kelas 2: Penderita jantung yang yang dikatagorikan ringan – dengan sedikit

batasan aktivitas fisik karena akan timbul gejala pada saat melakukan aktivitas

tetapi nyaman pada saat istirahat.

c. Kelas 3: Penderita jantung yang yang dikatagorikan Sedang – dengan sedikit

batasan aktivitas fisik bermakna karena akan timbul gejala pada saat

melakukan aktivitas ringgan.

xxx
d. Kelas 4: Penderita jantung yang yang dikatagorikan berat – dimana penderit

tidak mampu melakukan aktivitas fisik karena gelaja sudah dirasakan pada saat

istirahat.

2.1.6 Patofisiologi

Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh kemampuannya

untuk memenuhi suplai darah yangadekuat keseluruhbagian tubuh, baik

dalam keadaan istirahat maupunsaat mengalami stress fisiologis.

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi keadaan-

keadaan :

a. Prelood (beban awal)

Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan

tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.

b. Konraktilitas

Perubahan kekuatan kontriksi berkaitan dengan panjangnya renggangan

serabut jantung.

c. After lood (beban akhir)

Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa

darah melawan tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri.

xxxi
Pada keadaan gagal jantung, bila salah satu/lebih dari keadaan diatas

terganggu, menyebabkan curah jantung menurun, meliputi keadaan yang

menyebabkan Prelood meningkat contohnya regurgitas aorta, cacat septum

ventrikel. Menyebabkan afterlood meningkat yaitu pada keadaan stenosis

aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada

infark miokardium dan kelainan otot jantung.

Adapun mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi menurunya

kemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah yang dipompa pada setiap

kontriksi menurun dan menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh.

Apabila suplai darah kurang keginjal akan mempengaruhi mekanisme

pelepasan renin-angiotensin dan akhirnya terbentuk angiotensi II

mengakibatkan terangsangnya sekresi aldosteron dan menyebabkan retensi

natrium dan air, perubahan tersebut meningkatkan cairan ektraintravaskuler

sehingga terjadi ketidakseimbangan volume cairan dan tekanan selanjutnya

terjadi edema. Edema perifer terjadi akibat penimbunan cairan dalam ruang

interstial. Proses ini timbul masalah seperti nokturia dimana berkurangnya

vasok ontriksi ginjal pada waktu istirahat dan juga redistribusi cairan dan

absorpsi pada waktu berbaring. Gagal jantung berlanjut dapat menimbulkan

asites, dimana asites dapat menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal seperti

mual, muntah, anoreksia.

Apabila suplai darah tidak lancar diparu-paru (darah tidak masuk

kejantung), menyebabkan penimbunan cairan diparu-paru yang dapat

xxxii
menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah di paru-paru.

Sehingga oksigenisasi arteri berkurang dan terjadi peningkatan CO2, yang

akan membentuk asma di dalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu

gejala sesak napa (dyspnea), ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi apabila

aliran darah dari ektrimitas meninggalkan aliran balik vena kejantung dan

paru-paru (Kasron, 2016).

Apabila terjadi pembesaran vena dihepar mengakibatkan hepatomegali dan

nyeri tekan pada kuadrat kanan. Suplai darah yang kurang di daerah otot dan

kulit, menyebabkan kulit menjadi pucat dan dingin serta timbul gejala letih,

lemah, lesu (Brunner dan Suddarth, 2002 dalam Kasron, 2016).

xxxiii
Skema I Patway (Wijaya & Putri, 2013).

Hipervolemia Hipertensi Stenosis Katub Kerusakan


Katub Inkompeteni Miokardium

Peningkatan Peningkatan
Preload Peningkatan Beban Afterload
Kerja Jantung

Congestive Heart Failure

Penurunan Kekuatan Penurunan Curah Penurunan Kekuatan


Kontraksi Jantung Kontraksi Ventrikel
Kanan
Peningkatan RA Preload
Depan Belakang

Penurunan Aliran Balik Sistemik


Penurunan Peningkatan Dan Penurunan Venous Return
Fungsi Organ LVEDV

Penurunan Td Intoleransi Mendesak


Aktivitas Edema
Sistemik Lobus Hepar Ekstremitas
Peningkatan Preload
Peningkatan
ADH Kematian Sel Hepar,
Peningkatan LA Fibrosis, Sirosis
Preload
Retensi Na &
Air Akumulasi Cairan Asites
Peningkatan Tek Di Sirkulasi
Kapiler Pulmonar
Edema
Peningkatan
Tekanan Vena Porta
Edema Pulmonar
Resiko Tinggi
Gangguan Kelebihan volume
Gangguan Pertukaran
Integritas Kulit
Gas

xxxiv
Skema I Patway (Wijaya & Putri, 2013).
2.1.7 Komplikasi CHF

1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis

vena dalam atau deep venous thrombosis dan emboli paru atau EP)

dan emboli sistemik tinggi, terutama pada CHF berat. Bisa

diturunkan dengan pemberian warfarin.

2. Komplikasi fibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa

menyebabkan perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi

pemantauan denyut jantung (dengan digoxin atau β blocker dan

pemberian warfarin).

3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan

diuretik dengan dosis ditinggikan.

4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau

sudden cardiac death (25-50% kematian CHF). Pada pasien yang

berhasil diresusitasi, amiodaron, β blocker, dan vebrilator yang

ditanam mungkin turut mempunyai peranan.

Menurut Kasron, (2016) komplikasi CHF yang bisa terjadi :

1. Syok Kardigenik.

2. Episode Tromboemboli karena embentukan bekuan vena karena

statis darah.

3. Efusi dan Tamponade Perikardium .

4. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.

xxxv
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan

diagnosa CHF (Kasron, 2016) yaitu:

1. Elektro kardiogram (EKG) Hipertrofi atrial atau ventrikuler,

penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial.

2. Scan jantung Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan

pergerakan dinding.

3. Sonogram (echocardiogram, echokardiogram doppler) Dapat

menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam

fungsi/struktur katub atau area penurunan kontraktilitas ventricular.

4. Kateterisasi jantung Tekanan abnormal merupakan indikasi dan

membantu membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung

kiri dan stenosis katub atau insufisiensi.

5. Rongent Dada Dapat menunjukan pembesaran jantung, bayangan

mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam

pembuluh darah abnormal.

6. Elektrolit Mungkin berubah karena perpindahan cairan/penurunan

fungsi ginjal, terapi diuretic.

7. Oksimetri Nadi Saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika

gagal jantung kongestif akut menjadi kronis.

xxxvi
8. Analisa Gas Darah (AGD) Gagal ventrikel kiri ditandai dengan

alkalosis respiratori ringan (dini) atau hipoksemia dengan

peningkatan PCO2 (akhir).

9. Pemeriksaan Tiroid Peningkatan aktivitas tiroid menunjukkan

hiperaktivitas tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung kongestif.

2.1.9 Penatalaksanaan CHF

a. Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah:

1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.

2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan

bahanbahan farmakologis.

3. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi

diuretik diet dan istirahat.

b. Terapi Farmakologi

1. Diuretik (Diuretik tiazid dan loop diuretik) Mengurangi kongestif

pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala volume berlebihan

seperti ortopnea dan dispnea noktural peroksimal, menurunkan

volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk mengurangi

beban kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan juga menurunkan

afterload agar tekanan darah menurun.

2. Antagonis aldosteron Menurunkan mortalitas pasien dengan gagal

jantung sedang sampai berat.

xxxvii
3. Obat inotropik Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah

jantung.

4. Glikosida digitalis Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung

menyebabkan penurunan volume distribusi.

5. Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat) Mengurangi preload dan

afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh darah vena

menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan meningkatkan

kapasitas vena.

6. Inhibitor ACE Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan

mengurangi sekresi aldosteron sehingga menyebabkan penurunan

sekresi natrium dan air. Inhibitor ini juga menurunkan retensi

vaskuler vena dan tekanan darah yg menyebabkan peningkatan curah

jantung.

c. Terapi non farmakologi

Penderita dianjurkan untuk membatasi aktivitas sesuai beratnya keluhan

seperti: diet rendah garam, mengurangi berat badan, mengurangi lemak,

mengurangi stress psikis, menghindari rokok, olahraga teratur

Wijayaningsih (2013), Huda & Kusuma (2016) dan Smeltzer (2016).

2.1.10 Pencegahan

1. Mengonsumsi makanan sehat seperti sayur-sayuran, buah-buahan, biji

bijian utuh, ikan, dan daging. Hindari makanan yang mengandung

xxxviii
lemak jenuh seperti gorengan, mentega, es krim dan daging olahan.

2. Batasi asupan gula dan garam.

3. Batasi konsumsi minuman keras.

4. Jika Anda memiliki tingkat tekanan darah dan kolesterol yang tinggi,

segera lakukan penanganan. Kedua kondisi ini dapat meningkatkan

risiko terkena gagal jantung.

5. Jaga berat badan pada batasan sehat dan lakukan langkah-langkah

penurunan berat badan jika diperlukan.

6. Berhenti merokok jika Anda seorang perokok. Jika Anda bukan

perokok, maka jauhi asap rokok agar tidak menjadi perokok pasif.

7. Lakukan aktivitas atau olahraga yang dapat membuat jantung sehat,

seperti bersepeda atau berjalan kaki, minimal dua setengah jam per

minggu.

2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses

keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu :

1. Pegumpulan Data

xxxix
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang di

lakukan secara akurat dan sistematis untuk menentukan status kesehatan,

mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat di peroleh

melalui anamneses, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, serta

pemeriksaan penunjang lainnya.

a. Anamnesa

1. Identitas penderita

a) Identitas klien

Meliputi  : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,

pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk

rumah sakit (MRS), nomor register, dan doagnosa medik.

b) Identitas Penanggung Jawab

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status

hubungan dengan pasien.

2. Keluhan utama

Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta

pertolongan pada tenaga kesehatan seperti, dispnea, kelemahan fisik, dan

edema sistemik.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan

pertanyaan tentan g kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat

xl
dengan gejala-gejala kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya

dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga

gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.

4. Riwayat penyakit dahulu

Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien

apakah pasien sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium,

hipertensi, DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang

biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang mungkin masih

relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien.

5. Riwayat keluarga

Tanyakan pasien penyakit yang pernah dialami oleh kelurga. Bila ada

keluarga yang meninggal tanyakan penyebab meninggalnya. Penyakit

jantung pada orang tuanya juga menjadi faktor utama untuk penyakit

jantung iskemik pada keturunannya (Wijaya & Putri, 2018).

b.  Pemeriksaan fisik

1. Aktivitas/ istrirahat

Gejala: keletihan, kelemahan terus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada

dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat atau pada pengerahan tenaga.

xli
Tanda: gelisah, perubahan status mental (latergi, TTV berubah pada

aktivitas).

2. Sirkulasi

Gejala:

a. Riwayat hipertensi, episode gagal jantung kanan sebelumnya.

b. Penyakit katup jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok

septik, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen, sabuk terlalu kuat

(pada gagal jantung kanan).

Tanda:  

1) Tekanan darah mungkin menurun (gagal pemompaan).

2) Tekanan nadi menunjukan peningkatan volume sekuncupnya.

3) Frekuensi jantung takikardia ( gagal jantung kiri).

4)  Irama jantung: sistemik, misalnya: fibrilasi atrium, kontraksi

ventrikel prematur/ takikardia blok jantung.

5) Nadi apikal disritmia.

6) Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diasnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan

S2 mungkin lemah.

7) Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya katup atau

insufisiensi x.

8)  Nadi: nadi perifer berkurang, perubahan dalam kekuatan denyutan

dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi jugularis coatis

abdominal terlihat.

xlii
9) Warna kulit: kebiruan, pucat, abu-abu, sianosis.

10) Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.

11) Hepar: pembesaran/ dapat teraba, reflek hepato jugularis.

12) Bunyi napas: krekel, ronchi.

13)  Edema: mungkin dependen, umum atau pitting, khususnya pada

ekstremitas.

14) Distensi vena jugularis.

3.  Integritas ego

Gejala:

a. Ansietas, khawatir, takut.

b. Stres yang berhubungan dengan penyakit/ finansia.

Tanda:

1) Berbagai maninfestasi perilaku, missal: ansietas, marah ketakutan.

4. Eliminasi

Gejala: Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkemih malam hari

(nokturnal), diare/ konstipasi.

5. Makanan/cairan

Gejala:

a. Kehilangan nafsu makan.

b. Mual/ muntah.

c. Penambahan berat badan signifikan P.

xliii
d. Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

e. Pakaian/ sepatu terasa sesak.

f. Diet tinggi garam/ makanan yang telah diproses, lemak, gula, dan

kafein.

g. Penggunaan diuretik (Wijaya & Putri, 2018).

Tanda:

1) Penambahan berat badan cepat.

2)  Distensi abdomen (asites), edema (umum, dependen, atau pitting).

6. Hygiene

Gejala: Keletihan, kelemahan, kelemahan selama aktivitas perawatan diri.

Tanda: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.

7.  Neurosensor

Gejala : Kelemahan, peningkatan episode pingsan.

Tanda : Letargi, kuat fikir, disorientasi, perubahan perilaku, mudah

tersinggung.

8. Nyeri/ kenyamanan

Gejala: Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan.

Tanda: Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), perilaku

melindungi diri.

9. Pernapasan

Gejala :

xliv
a. Dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa

bantal.

b.  Batuk dengan/ tanpa sputum.

c.  Riwayat penyakit paru kronis.

d. Penggunaan bantuan pernapasan, misal oksigen atau medikasi.

Tanda:

1) Pernapasan takipnea, nafas dangkal, pernapasan laboral, penggunaan

otot aksesoris.

2) Pernapasan nasal faring.

3) Batuk kering/ nyaring/ non produktif atau mungkin batuk terus

menerus dengan tanpa sputum.

4) Sputum: mungkin bercampur darah, merah mudah/ berbuih, edema

pulmonal.

5) Bunyi napas: mungkin tidak terdengar dengan krekels banner dan

mengi.

6) Fungsi mental: mungkin menurun, letargi, kegelisahan, warna kulit

pucat/ sianosis (Wijaya & Putri, 2018).

c. Pemeriksaan penunjang

1) Radiogram dada

Kongsti vena paru, redistribusi vaskuler pada lobus-lobus atas

paru,kardiomegali.

xlv
2) Kimia darah

Hiponatremia, hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal

jantung, Blood Urea Nitrogen (BUN) dan kreatinin meningkat.

3) Urine

Akibat darah yang dipompa oleh jantung tidak memenuhi kebutuhan

sirkulasi untuk metabolisme jaringan tubuh mengakibatkan urine lebih

pekat, bunyi jantung meningkat, natrium meningkat.

4) Fungsi hati

Pemanjangan masa protombin, peningkatan bilirubin dan enzim hati

(SGOT dan SGPT meningkat) (Wijaya & Putri, 2018).

2. Analisa Data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan

analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data

subjektif dan data objektif.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan

interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa

keperawatan memberikan gambaran tentang  masalah atau status kesehatan

xlvi
klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi dimana

pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.

Kemungkinan Diagnosa Keperawatan yang mucul:

1. Penurunan curah jantung berhubungan peningkatan preload dan afterload,

peningkatan beban kerja jantung, penurunan kekuatan kontraksi ventrikel kiri.

2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan beban kerja jantung, penurunan

kekuatan kontraksi, penurunan curah jantung.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan kontraksi

ventrikel kiri, penurunan perfusi organ sistemik, penurunan TD sistemik.

4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kontaksi ventrikel

kanan, Peningkatan RA Preload, Penurunan aliran balik sistemik, Mendesak

lobus hepar, Kematian sel hepar, fibrosis, sirosis, peningkatan tekanan vena

porta, akumulasi cairan di sirkulasi mesentriks, asites.

5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan LVEDV,

peningkatan preload, peningkatan LA preload, peningkatan tekanan kapiler

pulmoner, edema pulmoner.

6. Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

perfusi organ sistemik, peningkatan ADH, retensi Na & air, Edema

ekstremitas. (Wijaya & Putri, 2018).

2.2.3  Intervensi Keperawatan

xlvii
  Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan

aktifitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan,

dan mencengah masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut

perencanaan keperawatan yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa

keperawatan, menetapkan sasaran dan tujuan, menetapkan criteria evaluasi

dan merumuskan intervensi dan  aktifitas keperawatan. Intervensi

Keperawatan menurut NANDA, NIC & NOC. (Judith & Wilkson, 2018).

1. Diagnosa I

       Penurunan curah jantung berhubungan peningkatan preload dan afterload,

peningkatan beban kerja jantung, penurunan kekuatan kontraksi ventrikel kiri.

Tabel 1 : Intervensi Keperawatan Diagnosa I

Rencana Keperawatan

NOC (Tujuan dan kriteria NIC (Intervensi)


hasil)

Setelah dilakukan tindakan Mandiri


keperawatan selama …x24
jam diharapkan curah jantung
klien kembali adekuat dengan
kriteria hasil :  Pantau tanda-tanda vital
 Kaji fungsi jantung : bunyi, frekuensi,
dan irama jantung
 Anjurkan klien untuk beristirahat
a. Tanda-tanda vital normal dengan posisi semi fowler
b. Mempunyai warna kulit  Ciptakan lingkungan yang tenang
yang normal  Kaji adanya kulit terdapat pucat dan
a. Klien dapat beristirahat sianosis
b. Sianosis berkurang atau
tidak ada

xlviii
c. Sesak (dipneu) berkurang

Kolaborasi

 Memberikan obat anti aritma jika perlu


 Memberikan oksigen dengan kanula
nasal/masker sesuai indikasi

2. Diagnosa II

Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan beban kerja jantung,

penurunan kekuatan kontraksi, penurunan curah jantung.

Tabel 2 : Intervensi Keperawatan Diagnosa II

Rencana Keperawatan

NOC (Tujuan dan Kriteria NIC (Intervensi)


Hasil)

Setelah dilakukan tindakan Mandiri


keperawatan selama …x24
jam diharapkan  Nyeri
berkurang dengan kriteria
hasil :  Lakukan pengkajian nyeri yang
komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, frekuensi, kualitas,
intensitas, atau keparahan nyeri,
a. Nyeri berkurang dan faktor presipitasinya
 Ciptakan lingkungan yang nyaman
b. Mampu memperlihatkan dan tenang

xlix
 Kaji tanda-tanda vital
pengendalian nyeri  Ajarkan teknik non farmakologi
dengan cara tarik napas dalam,
c. Meningkatkan relaksasi dan kompres dingin atau
kenyamanan hangat
umum  Tingkatkan istirahat
 Control lingkungan yang dapat
d. Tidak mengalami mempengaruhi nyeri seperti suhu
gangguan ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
pola tidur

e. Tanda-tanda vital Kolaborasi:


normal
 Koloborasi pemberian obat nyeri

3. Diagnosa III

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan kontraksi

ventrikel kiri, penurunan perfusi organ sistemik, penurunan TD sistemik.

Tabel 3 : Intervensi Keperawatan Diagnosa III

Rencana Keperawatan

NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi )

Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


keperawatan selama …x24 jam
diharapkan intoleransi aktivitas
kembali adekuat dengan kriteria  Pantau tanda – tanda vital
hasil : sebelum dan setelah melakukan
aktivitas
 Kaji tingkat kelelahan; penyebab
kelelahan
a. Tanda-tanda vital normal.  Dukung klien untuk
b. Klien mampu merawat diri. meningkatkan aktivitas
c. Klien mampu berpindah

l
tempat dari tempat tidur,  Kaji tingkat kemampuan klien
berdiri. untuk berpindah dari tempat
d. Lelah berkurang tidur, berdiri
 Bantu posisi pasien untuk
mengubah secara berkala

Kolaborasi

 Kolaborasi dengan tenaga


kesehatan dalam pemberian
program rehabilitasi jantung
secara bertahap.

4. Diagnosa IV

Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kontaksi ventrikel

kanan, Peningkatan RA Preload, Penurunan aliran balik sistemik, Mendesak lobus

hepar, Kematian sel hepar, fibrosis, sirosis, peningkatan tekanan vena porta,

akumulasi cairan di sirkulasi mesentriks, asites.

Tabel 4 : Intervensi Keperawatan Diagnosa IV

Rencana Keperawatan

NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi)

li
Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama …x24 jam
diharapkan kelebihan volume
cairan kembali adekuat dengan  Pertahankan duduk semi fowler
kriteria hasil :  Pantau tanda –tanda vital
 Pantau pengeluaran urine
 Ubah posisi klien secara berkala
 Pantau indikasi kelebihan atau
a. Kelebihan cairan dapat di
retensi cairan
kurangi
 Timbang berat badan setiap hari
b. Tanda-tanda vital normal
c. Odema berkurang  Ajarkan pasien untuk menaati
d. BB normal diet rendah natrium (garam)
e. Klien menaati diet yang
Kolaborasi :
diberikan

·    Konsultasi dengan ahli gizi


dalam pemberian diet
 Konsultasi dengan dokter apabila
ada tanda dan gejala kelebihan
volume cairan
 Kolaborasi pemberian diuretik
kepada dokter

5. Diagnosa V

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan LVEDV,

peningkatan preload, peningkatan LA preload, peningkatan tekanan kapiler

pulmoner, edema pulmoner.

Tabel 5 : Intervensi Keperawatan Diagnosa V

Rencana Keperawatan

NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi)

Setelah dilakukan tindakan Mandiri :

lii
keperawatan selama …x24 jam
diharapkan Resiko gangguan
pertukaran gas kembali adekuat
dengan kriteria hasil:  Berikan posisi untuk mengurangi
dipsneu
 Berikan posisi Semi Fowler
 Ajarkan untuk batuk efektif dan
a. Nilai Gas Darah Arteri (AGD) tarik nafas dalam
normal Pantau saturasi O2

b. Tanda-tanda vital normal
 Pantau Tanda-tanda vital
c. Saturasi O2 Normal
d. Pemeriksaan gas darah arteri
(GDA) Normal
Kolaborasi :

 Kolaboras dalam pemberian


oksigen
 Konsultasi dengan dokter
pemeriksaan gas darah arteri
(GDA)
 Pemberian obat diuretik :
Furosemide

6. Diagnosa VI

Resiko tinggi gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

perfusi organ sistemik, peningkatan ADH, retensi Na & air, Edema ekstremitas.

Tabel 6 : Intervensi Keperawatan Diagnosa VI

Rencana Keperawatan

NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi)

liii
Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
keperawatan selama …x24 jam
diharapkan Resiko intergitas kulit
kembali adekuat dengan kriteria  Pantau tanda infeksi
hasil:  Pantau tanda-tanda vital
 Anjurkan Pasien untuk sering
mengubah posisi di tempat tidur
 Berikan pengobatan secara berkala
a. Tanda-tanda infeksi tidak ada
 Mencegah komplikasi luka dan
dan gejala infeksi
meningkatkan penyembuhan luka
b. Tanda-tanda vital normal
c. Tidak ada lesi

Kolaborasi :

 Koloborasi dalam pemberian

antibiotic

2.2.4  Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap keempat dari proses

keperawatan, dimana rencana perawatan dilaksanakan pada tahap ini perawat

siap untuk menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan aktifitas yang telah

dicatat dalam rencana keperawatan pasien, agar implementasi perencanaan ini

tepat waktu dan efektif terhadap biaya, perlu mengidentifikasi prioritas

perawatan pasien. Kemudian bila telah dilaksanakan, memantau dan mencatat

liv
respon pasien terhadap setiap intervensi dan mendokumentasikannya

informasi ini kepada penyediaan perawatan kesehatan keluarga. Prinsip

dalam memberikan tindakan keperawatan menggunakan komunikasi

terapeutik serta penjelasan setiap tindakan yang diberikan pada pasien.

Pendekatan yang digunakan adalah independent, dependen dan

interdependen (Doenges, 2017).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas Asuhan

Keperawatan antara dasar tujuan keperawatan pasien yang telah ditetapkan

dengan respon prilaku pasien yang tampil. Evaluasi merupakan tahap akhir

dari proses keperawatan. Langkah dari evaluasi proses keperawatan adalah

mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien

kearah pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah perilaku atau respon

pasien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa

keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat. Selama evaluasi, perawat

memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif

dengan menelah respon pasien dan membandingkannya dengan perilaku yang

disebutkan dalam hasil yang diharapkan (Doenges, 2017)

Sejalan dengan yang telah dievaluasi pada tujuan, penyesuaian

terhadap rencana asuhan dibuat sesuai dengan keperluan. Jika tujuan

terpenuhi dengan baik, perawat menghentikan rencana asuhan tersebut dan

mendokumentasikan analisa masalah teratasi. Tujuan yang tidak terpenuhi

lv
dan tujuan yang sebagian terpenuhi mengharuskan perawat untuk

melanjutkan rencana atau memodifikasi Rencana Asuhan Keperawatan

(Doenges,2017).

BAB 3

METODE STUDI KASUS

3.1. Desain Studi Kasus

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dalam bentuk studi kasus

untuk mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dengan

Gangguan Sistem “Congestive Heart Failure (CHF)” di RST TK IV 01.07.02

lvi
Binjai. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan asuhan keperawatan

yang meliputi : pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

3.2. Subjek Studi Kasus

Subjek pada penelitian ini adalah pasien “Congestive Heart Failure

(CHF)” yang dirawat di ruang inap di RST TK IV 01.07.02 Binjai dengan

kriteria inklusi bersedia menjadi subjek penelitian mampu membaca dan

menulis.

3.3. Fokus Studi Kasus

Penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien “Congestive Heart Failure

(CHF)” meliputi : Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan

Evaluasi.

3.4. Definisi Operasional

Asuhan Keperawatan medical bedah adalah pelayanan professional

yang berdasarkan pada ilmu keperawatan medical bedah dan tehnik

keperawatan medical bedah bio, psiko, sosisal, spiritual, peran utama

perawata dalah memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sebagai objek

utama pengkajian filsafati lmu keperwatan ontologis.

Gangguan system kardiovaskuler adalah penyakit kesehatan yang

menggangu sistem pembuluh darah, dalam hal ini adalah jantung. Congestive

heart failure (gagal jantung congestive) adalah ketidakmampuanYang

menggangu sistem pembuluh darah, dalam hal ini adalah jantung. Congestive

lvii
heart failure (gagal jantung Congestive) adalah ketidakmampuan Jantung

untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi

Kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan.

Tabel 7. Definisi Operasional

N Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur


o
1. Asuhan Format lembar Mengisi format Diketahui dari hasil
keperawatan gawat pengkajian asuhan pengkajian pada pengkajian bahwa
darurat dengan keperawatan yang dokumentasi asuhan pasien terkena
gangguan sistem dimulai dari keperawatan penyakit “Gagal
kardiovaskuler pengkajian, Jantung Kongestif”
“CHF” adalah diagnose,
suatu asuhan intervensi,
keperawatan yang implementasi dan
dimulai dari evaluasi pada
pengkajian, pasien Gagal
diagnosa, Jantung Kongestif.
intervensi,
implementasi dan
evaluasi pada
pasien gagal
jantung kongestif.
2. Penurunan curah - Elektrokardiograf - Observasi hasil - Untuk
jantung adalah i (EKG) interpretasi EKG mengetahui
ketidak adekuatan - Tensimeter - Observasi ketidaefektifan
jantung memopa - Pengukur tekanan darah irama jantung
darah untuk waktu( Jam - Menghitung - Untuk
memenuhi Dinding / Jam denyut nadi mengetahui
kebutuhan Tangan) selama 1 menit tekanan darah
metabolism tubuh dalam rentang
normal atau
tidak
- Untuk
mengetahui
denyut nadi
dalam rentang
norml atau tidak
- (nadi normal:
60-100x/i
Takikardi:>100

lviii
x/i
Bradikardi:,60x/
i
3. Intoleransi aktivitas - MMT (Manual -Perawat mengukur Normal nilai otot:
adalah Muscle Testing) kekuatan otot 0: tidak dapat
ketidakcukupan dengan manual melakukan
energy psikologis musle (MMT) yaitu kontraksi otot
untuk melakukan perawat mendorong 1: terjadi kontraksi
aktivitas sehari – tubuh klien kearah otot namun tidak
hari tertentu dan klien ada gerakan
diminta menambah 2: otot dapat
dorongan tersebut, berkontraksi tetapi
lalu perawat tidak dapat
mencatat score atau bergerak melawan
nilai kekuatan otot gravitasi
tersebut 3: otot dapat
berkontraksi dan
menggerakkan
bagian tubuh secara
penih melawan
gravitasi
4: otot mampu
berkontraksi dan
menggerakkan
tubuh melawan
dorongan yang
diberikan peraawat
5: otot berfungsi
normal dan mampu
melawan tahanan
malsimal.

lix
4. Gangguan - Hasil Lab AGD - Perawat pertama Untuk mengetahui
pertukaran gas (Analisa Gas akan pola pernafasan
adalah kelebihan Darah/Aterial mensterilkan (kecukupan,
atau kekurangan Blood Gas) tempat kedalaman)
oksigenasi dan atau - Pulse oxsimetri penyuntikan atau - PaO2 (tekanan
eliminasi daerah parsial oksigen)
karbondioksida penyuntikan 75 – 100 mmhg
pada membrane dengan antiseptic, - PaCO2 (tekanan
alveolus kapiler setelah parsial
menemukan karbondioksida)
arteri perawat 38-48 mmhg
akan - Normal Ph<7,0=
memasukkan disebut asam
jarum ke dalam - Ph>7,,0=disebut
arteri dan basa
mengambil darah - Saturasi oksigen
setelah dia rasa (Sa02) : 94-100%
cukup kemudian Pc03
jarum dicabut dan - Rentang Sa02
luka tusuk di Normal:95-100%
tutup dengan tidak normal
perban _____________
dibawah 95%
5. (Hipervolumia) - Pitting Edema - Menekan kulit di Untuk mengetahui
atau kelebihan daerah bengkak. derajat kedalaman
volume cairan - Edema pitting di edema.
adalah peningkatan tandai dengan Derajat 1:
volume lekukan yang kedalamannya 1-3
intravaskuler, tetap terlihat mm dengan waktu
interstisiel dan/atau selama beberapa kembali 3 detik
intraseluler menit setelah Derajat 2:
penekanan. kedalamannya 3-5
mm dengan waktu
kembali 5 detik
Derajat 3:
kedalamannya 5-7
mm dengan waktu
kembali 7 detik
Derjat 4:
kedalamannya 7
mm dengan waktu
kembali 7 detik
6. Risiko tinggi -Format - Mengukurbagian -Tidak ada turgor
kerusakan pengkajian fisik yang edema kulilt, dan kulit
integritas kulit - Mengamatikerusa tidak kering
adalah beresiko kankulit, dan (normal, turgor

lx
mengalami pantaukarakteristi kembali dalam
kerusakan kluk waktu kurang dari
kulit(dermis - Inspeksi 2 detik).
dan/atau epidermis) - Palpasi -Denervasi kulit
atau jaringan menyebabkan
(membrane produktivitas
mukosa, kornea, keringat
fasis, otot, tendon, menurun,sehingga
tulang, kartilago, kulit kaki
kapsul, sendi,atau kering,pecah,rabut
ligament). kaki/jari
(-),kalus,claw toe,
Ukus tergantung
saat ditmkan (0-5)
-(a) Kulit
kering,pecah-
pecah,tidak normal
(b) Kulit arteri
dingin,pulsasi(-)
-(c) Ulkus: Kalkus
tebalan keras
-(d) Pemeriksaan
vaskuler

3.6. Instrument Studi Kasus

Alat atau instrument studi kasus menggunakan format pengkajian

asuhan keperawatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3.6.1. Jenis-jenis Data

1. Data Primer

Data ini meliputi : Identitas pasien, Riwayat Kesehatan pasien,

pola aktifitas sehari - hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap

pasien.

lxi
2. Data Sekunder

Data Sekunder berupa hasil laboratorium, hasil CT-Scan, Hasil

Rontgen, Catatan perkembangan keperawatan.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini

adalah :

a) Wawancara yaitu hasil anamneses berisi tentang :

Identitas :Identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang /

dahulu dan lain-lain.

b) Observasi

c) PemeriksaanFisik

a. Inspeksi

Inspeksi adalah proses pemeriksaan dengan metode pengamatan

atau observasi menggunakan panca indera untuk mendeteksi

masalah kesehatan pasien. Masalah kesehatan yang di deteksi

berupa bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor, dan lainnya.

b. Auskultasi

Auskultasi adalah mendengar suara dalam tubuh pasien. Biasanya

jantung, paru, dan ginjal dapat diauskultasi kan untuk mendapat

lxii
informasi fungsinya.

c. Palpasi

Palpasi adalah metode pemeriksaan dimana penguji merasakan

(meraba) ukuran, kekuatan, atau letak sesuatu (dari bagian tubuh

dimana pengujiialah praktisi kesehatan).

d. Perkusi

Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan dengan cara

memukul atau mengetuk bagian tubuh pasien dengan

menggunakan jari atau tangan

d) Studi dokumentasi : status pasien, hasillaboraturium, hasilrontgen (Eviana,

2015).

3.5. Lokasi Dan Waktu Studi kasus

3.5.1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk melaksanakan penelitian yaitu di RST TK IV

01.07.02 Binjai, karena RST sudah terakreditasi dan pelayanan dan alat yang

memadai.

3.5.2. Waktu Penelitain

Survey awal dilakukan pada bulan januari 2022.

3.6. Populasi dan Sampel

a.Populasi

lxiii
Populasi berarti seluruh jumlah orang atau pendek disuatu daerah, jumlah

orang atau pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang sama, jumlah penghuni

baik manusia maupun makhluk hidup lainnya pada suatu ruang

tertentu.Populasi dalam istilah statistic khususnya yang berkenaan dengan

penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian.

b.Sampel

Sampel dalam penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang

diteliti. Perlu dibedakan disini, istilah sampel. Sampel merupakan bagian dari

populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dari suatu penelitian. Sampel

dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami penyakit Gagal Jantung

Kongestif (CHF) di Rumah Sakit Tentara Tk IV.01.07.02

3.7. Analisa dan Penyajian Data

Rencana Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah

menganalisis semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan

menggunakan konsep dan teori keperawatan pada pasien dengan stroke

hemoragik. Data yang telah didapat dari hasil melakukan asuhan keperawatan

mulai dari pengkajian, penegakkan diagnosis, merencanakan tindakan,

melakukan tindakan sampai Analisa data penyajian dengan melakukan

asuhan keperawatan dan menganalisa dari hasil observasi dan di sajikan

secara tekstur/narasi.

3.8. Etika Studi Kasus

lxiv
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin

kepada RST TK IV 01.07.02 Binjai untuk mendapat persetujuan dengan

menekan kan masalah etika yang meliputi :

Memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat

dan prosedur pelaksanaan studi kasus. Calon responden bersedia, maka

responden akan menandatangani informed consent. Tetapi jika calon

responden tidak bersedia, maka calon respon den berhak untuk menolak dan

mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.

Dalam melaksanakan penelitian ini penulisan menekankan masalah

etika yang meliputi:

1.Lembar persetujuan (informed consent)

Lembar Persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara

penulis dank lien dalam pelaksanaan penelitian.Lembar persetujuan

ditandatangani oleh klien sebagai tanda klien sudah bersedia menjadi subjek

dalam penelitian ini secara suka rela dan tanpa paksaan.

2.Tanpa Nama (Anonimity)

Dalam laporan penelitian ini, penulis tidak menuliskan nama

lengkap klien, tetapi hanya menuliskan inisial klien saja.

3.Kerahasiaan (Confidentialy)

lxv
Yaitu dalam identitas patisipan dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data yang diperlukan yang dilaporkan sebagai penelitian.

lxvi
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, E. A., Sarwono, B., & Widigdo, D. A. M. (2021). Asuhan Keperawatan


Pasien Gagal Jantung Kongestif: Studi Kasus. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Sai Betik, 16(1), 99-103.

Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2017). Rencana Asuhan


Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Kasron. (2016). Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Trans Infomedia.

Lemone Prisilia, dan Karen M. Burke, Gerene Bauldoff. (2016). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Rahneva, T., Domenichini, G., Diab, I., Dhillon, O., Baker, V., Hunter, R., ... &
Schilling, R. (2014). 54 The lung impedance monitoring in treatment of
chronic heart failure, preliminary results from the LIMIT-CHF study.
Europace, 16(suppl_3), iii20-iii20.

Rekam Medik RS Tk IV 01.07.02 Binjai. (2022). Prevalenti gagal Jantung 3


Tahun Berturut-turut.

Riskesdas. (2018). Prevalensi Gagal Jantung di Indonesia. Di akses 1 Januari


2022.http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202018.pdf

RSUP H Adam Malik Medan. (2016). Prevalenti Gagal Jantung 3 Tahun


Berturut-turut

Taufan Nugroho, (2016)., Putri, D. K., & Putri, B. T. Teori asuhan


keperawatan gawat darurat / Taufan Nugroho, Bunga Tamara Putri, Dara
Kirana Putri.

WHO. (2016). Data dari Organisasi Kesehatan Dunia. Di akses 7 Januari 2022. 


Pukul 10:30 WIB.

Wijaya, Andre & Yessie Putri. 2013. Buku KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogjakarta: Nuha Medika. Diakses 5 Januari 2022
Pukul 08:30 WIB

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. 2018. Keperawatan Medikl Bedah ( Keperawatan


Dewasa ). Bengkulu : Nuha Medika.
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA
AKADEMI KEPERAWATAN
“KESDAM I/BUKIT BARISAN BINJAI”
Jl. Bandung No. 4 Binjai Telp./Fax : 061 8823458
Email : Info@akperkesdam-binjai.ac.id, akperkesdamb@yahoo.com
YWBKH

KARTU BIMBINGAN TUGAS AKHIR


AKPER KESDAM I/BB BINJAI

Nama : Dewi Anggraini


Nim : 19.011
Angkatan / Semester : XIV / VI
Judul :Asuhan Keperawatan Gawatdarurat Dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler “Congestive Heart Failure” (CHF)
dan upaya pencegahan Kegawatdaruratan pada Tn.X Di
Rumah Sakit Tentara Tk IV 01.07.02 Binjai

No. Tanggal Waktu Materi Perbaikan Paraf


Kunjungan Kunjungan Bimbingan Pembimbing

Mengetahui,
Pembimbing Ketua Program Studi

(Ade Irma Triana Siregar,S.Kep,M.Kes ) (Sapta Dewanti, S.Kep, Ns, M.Kep)


NIDN/NIDK.0110026801 NIDN/NIDK.8828610016
FORMAT PENGKAJIAN

I. BIODATA
a. IdentitasPasien :
Nama / Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin :
Status Perkawinan :
Agama / Suku :
Pendidikan :
Alamat Rumah :

Tanggal Masuk :
No Register :
Ruangan / Kamar :
Diagnosis Medis :

b. Penanggung Jawab :
Nama :
Alamat :
Hubungandenganklaim :

II. KELUHAN UTAMA


.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................

III RIWAYAT KEADAAN PENYAKIT SEKARANG


.................................................................................................................................

.................................................................................................................................

IV RIWAYAT KEADAAN PENYAKIT MASA LALU


.................................................................................................................................
.................................................................................................................................

V RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Genogram
...........................................................................................................................
Penyakit yang pernahdialamikeluarga
...........................................................................................................................

VI PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran
Berat Badan
Tinggi Badan
GCS
b. Tanda-tanda vital pasien
TD
Nadi
RR
PemeriksaanFisik
Kepala
Bentuk, keadaankulit, pertumbuhanrambut
Mata :kebersihan, penglihatan, pupil, reflek, selera, konjungtiva
Hidung :fungsi, polip, secret, nyeri
Mulut :kemampuanbicara,
Leher
Bentuk, gerakkan, pembesarantyroid, kelenjargetahbening, tonsil,
JVP, nyeritekan
Dada
 Inspeksi : bentuk dada, kelainanbentuk, retraksiotot
dada, pergerakan
pergerakanselamapernafasan, jenispernafasan
 Auskultasi : suarapernafasan, bunyijantung, suara
abnormal yang ditemui
 Perkusi : batasjantung dan paru
 Palpasi : simetris? Nyeri tekan, massa,
kedalamanpernafasan
1. Abdomen
 Inspeksi : warna, kulit, vena
 Auskultasi : frekuensi dan intensitas peristaltic
 Perkusi : udara, cairan, massa, tumor
 Palpasi : tonus otot, kekenyalan, ukuran organ
2. Genetalia
 Inspeksi : warna, terpasangalatbantu,
kelainansimpisis
 Palpasi : terabapenumpukan urine
3. Ekstremitas
 Atas : kelengkapan, kelainanjari,
kesimetrisangerak, ada yang
menggangugerak, gerakan bahu, siku,
pergelangantangan
 Bawah : kelengkapan, edemaperifer, kekuatanotot,
bentuk kaki,
varises, gerakkanotot, gerakanpanggul, pergelangan
kaki
dan jari-jari
POLA AKTIVITAS SEHARI HARI

No. Di Rumah Di RS

1. Nutrisi
- Makan
Frekuensi
Jenis
Makanan yang disukai
- Minum
Frekuensi
Jenis
Makanan yang disukai

2. Eliminasi
- BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
- BAK
- Frekunsi
Volume
Warna

3. Personal Higyene
- Mandi
- Keramas
- Gosokgigi
- Kuku
- Ganti Pakaian
4. Istirahat
- Tidurmalam
- Tidursiang

5. Data Social Ekonomi

6. Data Spiritual

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
Laboratorium
EEG, ECG, EMG, USG, CT Scan
Tulis tanggalpemeriksaan, hasil dan rentangnilainormalnya

TERAPI YANG DIBERIKAN

NAMA OBAT DOSIS INDIKASI

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
MASALAH

INTERVENSI KEPERAWATAN (NANDA NIC NOC)

DIAGNOSA KEP PLANNING


NO (NANDA)
NOC NIC

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN (minimal 3 hari)

N HARI/ DIAGNOS IMPLEMENTAS EVALUAS


O TANGGAL A I I

S:

O:

S+O :
Pencapaian

A:
P:

Anda mungkin juga menyukai