Anda di halaman 1dari 8

Nama = Miftahul Fajar

NIM = NH0219023

Kelas = S1 Kep B

Resume jurnal penelitian tentang Herbal Medicine

1. NAMA JURNAL = TUMBUHAN HERBAL SEBAGAI JAMU PENGOBATAN TRADISIONAL


TERHADAP PENYAKIT DALAM SERAT PRIMBON JAMPI JAWI JILID I

Tahun = 2016
Metode penelitian = Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analisis dan ilologi modern.
Untuk mengungkap isi suatu manuskrip disebut dengan metode penelitian ilologi. Melalui ilologi,
maka suatu manuskrip dapat dikaji, sehingga dapat digunakan sebagai sumber data
yang mantap. Manuskrip merupakan objek penelitian ilologi yang diteliti dengan langkah kerja
penelitian ilologi,yakni inventarisasi manuskrip, deskripsi manuskrip, membaca teks,alih tulis
teks dari aksara Jawa ke dalam aksara Latin,menerjemahkan teks, dan menganalisis isi teks.

Tujuan penelitian = Berdasarkan langkah kerja penelitian ilologi tersebut semua hal yang
ditemukan sesuai dengan tujuan penelitian, yakni tumbuhan herbal untuk pengobatan
tradisional terhadap penyakit disajikan secara deskriptif dan selanjutnya dianalisis.

Hasil penelitian = Berdasarkan data pada kategorisasi pengobatan tradisional Jawa yang
dimuat di dalam manuskrip Jawa SPJJ I ditemukan jenis penyakit badan. Pada penyakit
badan ditemukan bahan jamu dalam ramuan/resep jamu, cairan untuk campuran
bahan jamu, pelengkap bahan jamu, cara pengolahan bahan, dan cara pemberiannya
terhadap penderita. Berikut ini diuraikantemuan pengobatan tradisional Jawa yang terjangkau
yangberhubungan dengan penyakit anak-anak yakni penyakit badan. Tanaman oba t a tau
tumbuhan herbal yang ditemukan terdiri atas akar, rimpang, umbi, kulit kayu, batang, daun,
bunga, buah, dan biji.Adapun deskripsi tumbuhan herbal yang ditemukan didalam
manuskrip SPJJ I adalah sebagai berikut.Dalam manuskrip SPJJ I nomor jamu 329 halaman 115
ditemukan pemanfaatan akar dringo. Dringo atau dlingo disebut juga dengan jeringau
(acorus calamus), akarnya bersifat afrodisiak, aromatik, karminatif, ekspektoran,
stimulan,sedatif, diaforetik, emm a nag og ue , p si ko t r o pi k , d a n halusinosik. Khasiat akar
dringo adalah dapa t un tuk mengoba ti bronki tis, gangguan lambung,limpa, artritis, diare,
epilepsi, sinusitis, jika diseduh atau dibuat menjadi teh herbal dapat menyegarkan badan, dan
sebagai neuroprotektif untuk mencegah serangan stroke pada sel syaraf otak

Kesimpulan = Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik simpulannya bahwa pengobatan


tradisional Jawa untuk penyakit badan yang diderita oleh anak-anak) yang ditemukan
di dalam manuskrip SPJJ I meliputi lima macam. Kelima macam pengobatan
tradisional Jawa itu adalah sebagai berikut. Pertama, bahan jamu dalam racikan untuk
penyakit badan Kedua, pelengkap jamu racikan jamu yang ditemukan ada lima macam,
yaitu dupa cina, garam, inggu,tembakau (sata awon), dan terasi merah. Adapun
bahan nontanaman ditemukan ada delapan macam yaitu brang, bekicot,cindhe amoh
(kain) yang sudah robek, kopyah amoh (topi/penutup kepala yang sudah sobek),
kreweng (pecahan genteng),tuma (kutu kepala), paku, dan sumbu cina. Ketiga, cairan
yang digunakan sebagai campuran bahan ramuan jamu terdapat tujuh macam yaitu air jeruk
nipis,air jeruk purut, air panas, air perasan daun iler, air susuibu, airtawar,dan cuka.
Keempat, cara pengolahan bahan racikan jamu untuk penyakitbadan adadelapanmacam
yaitu dibakar, digigit-gigit, digoreng dihaluskan (dipipis, didheplok, digerus),
dijemur, dikukus, direbus, dan direndam. Kelima, cara pemberian jamu
terhadap penderita ada tujuh macam yaitu di-borèh-kan, dicekok-kan,
diminumkan, di-param-kan,di-pupuk-kan, dan di-tapel-kan.

2. NAMA JUDUL = Jenis Tumbuhan yang Digunakan sebagai Obat Tradisional Di Daerah Eks Karesidenan
Surakarta

TAHUN = 2018

METODE PENELITIAN = Metode yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur dan dokumentasi
di daerah eks-karisidenan Surakarta. Pelaksanaan penelitian terdiri dari survei pendahuluan yang
mencakup perijinan, kegiatan penelitian, penentuan responden, serta mendapatkan data monografi
kota dan kabupaten eks-karesidenan Surakarta yang mencangkup Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali,
Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Klaten.

TUJUAN PENELITIAN = Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jenis tumbuhan yang digunakan
sebagai obat tradisional di daerah Eks-Karisidenan Surakarta. Mengklasifikasikan jenis-jenis tumbuhan
tersebut berdasarkan bagian yang digunakan, cara pengolahan, sumber, dan kegunaannya.

HASIL = Pada umumnya, spesis tanaman yang dimanfaatkan sebagai bahan baku jamu adalah sama di
setiap daerah di EksKaresidenan Surakarta. namun masih ditemukan keunikan terkait penggunaan
tanaman yang di daerah lain tidak dimanfaatkan. Misalnya di wilayah Kabupaten Wonogiri tepatnya di
daerah Desa Belikurip, Baturetno adalah penggunaan daun kelor dan daun jati cina. Daun kelor dapat
digunakan sebagai obat gatal dan bersih darah, sedangkan daun jati cina digunakan untuk melancarkan
BAB, cara pembuatan kedua jamu tersebut dengan ditumbuk dan dilarutkan pada air panas. Daun kelor
dan daun jati cina biasanya didapatkan dengan cara membeli di pasar.

Perbedaan dan keunikan di daerah yang lainnya adalah penggunaan kayu manis dan daun kelor.
Biasanya penggunaan kayu manis ini dapat banyak dimanfaatkan di daerah Boyolali. Kayu manis yang
ditumbuk kemudian dilarutkan pada air panas biasanya digunakan untuk mengontrol gula darah,
menurunkan kolesterol, dan mencegah pengumpalan darah, sedangkan daun kelor dimanfaatkan
dengan cara ditumbuk dan dilarutkan pada air panas dapat berkhasiat untuk mencegah kanker.

KESIMPULAN =Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke 7 wilayah EksKarisidenan Surakarta


menggunakan tumbuhan-tumbuhan yang umum dikenal masyarakat sebagai bahan obat tradisional
atau racikan jamu. Tanaman yang umumnya digunakan di ke 7 wilayah antara lain: kencur yang
ditumbuk dan dilarutkan pada air panas sebagai penawar pahit, kunir yang ditumbuk dan dilarutkan di
air panas digunakan untuk melancarkan menstruasi, temulawak yang ditumbuk dan diberi air gula
kemudian direbus dan disaring disaring digunakan untuk mencegah penyakit liver, daun sirih yang
direbus digunakan untuk mengobat sariawan.Tidak semua tanaman yang digunakan ke 7 wilayah
tersebut sama, beberapa penggunaan tanaman juga hanya ditemukan di daerah tertentu. Contoh
tanaman yang hanya digunakan di daerah tertentu antara lain: di Desa Belikurip, Wonogiri ditemukan
penggunaan daun kelor sebagai obat gatal dan daun jati cina untuk melancarkan BAB. Di Dusun
Pandanan, Soropatren, Klaten ditemukan penggunaan airdegan untuk penawar racun. Di Nepan,
Boyolali masih banyak penduduk yang membudidayakan dan menggunakan kayu manis sebagai obat
kolesterol. Di Dalangan, Sukoharjo penggunaan daun katuk untuk melancarkan ASI. Di Tawangmangu,
Karanganyar sangat terkenal dengan pemanfaatan cengkeh sebagai penghangat tubuh. Di daerah
Jebres, Kota Surakarta ditemukan penggunaan daun beluntas untuk mengatasi bau bau badan, rimpang
dari temu-temuan (temuireng dan temumangga) seringkali digunakan sebagai racikan jamu untuk
mencegah liver, hipertensi, dan hepatitis, selain itu juga ditemukan penggunaan alang-alang dan kayu
secang sebagai obat masuk angin.

3. NAMA JUDUL = Efektivitas Kombinasi Ekstrak Kunyit (Curcuma Domestica Val) dan Madu Terhadap
Ulkus Lambung Mencit BALB/c Akibat Pemberian Aspirin Secara Mikroskopis

TAHUN = 2018

METODE PENELITIAN =metode penelitian yang digunakan yaitu post test only control group design.

TUJUAN PENELITIAN = untuk mengetahui efektivitas Kombinasi Ekstrak Kunyit (Curcuma Domestica
Val) dan Madu Terhadap Ulkus Lambung Mencit BALB/c Akibat Pemberian Aspirin Secara Mikroskopis

HASIL = Berdasarkan hasil uji statistik, maka pada penelitian ini didapatkan, pada kelompok P3 jika
dibandingkan dengan kelompok P2 dan P1 menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan, tetapi pada
kelompok P4 dibandingkan dengan P3, P2 dan P1 menunjukkan perbedaan yang signifikan. Jadi, pada
penelitian ini kombinasi larutan ekstrak kunyit (30 mg/20gBB) dan madu (0,12 ml/20gBB) menunjukkan
efektivitas yang paling baik dalam mengurangi ulkus lambung mencit akibat pemberian aspirin
dibandingkan dengan yang diberi kombinasi larutan ekstrak kunyit (10 mg/20gBB) & madu (0,04
ml/20gBB), dan hanya diberi larutan ekstrak kunyit atau madu saja.

KESIMPULAN =Tidak terdapat perbedaan pengurangan ulkus lambung mencit pada dosis kombinasi
kunyit (10mg/20gBB) dan madu (0,04ml/20gBB), jika dibandingkan dengan menggunakan larutan
ekstrak kunyit atau madu saja dengan dosis yang sama. Pada dosis kombinasi larutan ekstrak kunyit (30
mg/20gBB) dan madu (0,12 ml/20gBB) menunjukkan perbaikan ulkus lambung mencit yang bermakna
dibandingkan dengan dosis kombinasi larutan ekstrak kunyit (10mg/20gBB) dan madu (0,04ml/20gBB).

4. NAMA JURNAL = Pengaruh Pemberian Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum) terhadap
Jumlah Sel Makrofag dan Pembuluh Darah pada Luka Bersih Mencit (Mus musculus) Jantan (Penelitian
Eksperimental pada Hewan Coba)

TAHUN = 2018

METODE PENELITIAN = Penelitian analitik eksperimental dengan thepost test only control group design.
Luka bersih pada 32 subjek dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok pertama diberikonsumsi aquades steril
secara oral selama 3 hari dan kelompok kedua selama 5 hari. Kelompok ketiga diberi ekstrak jahemerah
(50 mg/kg bb) secara oral selama 3 hari dan kelompok keempat selama 5 hari. Preparat jaringan kulit
dibuat menjadislide histologi. Slide diamati dengan mikroskop pembesaran 400x dan graticulae. Hasil
penghitungan makrofag danpembuluh darah dibandingkan dengan uji t-2 sampel bebas.

TUJUAN PENELITIAN =Membuktikan bahwa ekstrak jahe merah dapat menurunkan jumlah makrofag
dan meningkatkan jumlah pembuluh darah pada luka bersih mencit jantan.
HASIL =Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ekstrak jahe merah mampu bertindak sebagai anti
inflamasi ditandai dengan penurunan jumlah selmakrofag yang signifikan pada hari ke-3. Ketika terjadi
perlukaan pada kulit, mikroorganisme yang secara normal berada di kulit mempunyai aksesmasuk
kedalam jaringan sehingga terjadi inflamasiyang berguna untuk membunuh mikroorganisme tersebut,
namun infeksi yang tidak kunjung sembuh akan memperpanjang fase inflamasi. Semakin panjang fase
inflamasi maka semakin meningkat pula Matrix metalloproteinase (MMP) yaitu enzim yang
mendegradasi extracelluler matrix (ECM). Peningkatan protease akan menurunkan protease inhibitor,
sehingga menyebabkan luka menjadi luka kronik. Salep ekstrak etanol jahe 12% telah terbukti dapat
mempercepat penutupan luka full thickness dan infeksi Staphylococcus aureus pada tikus albino Swiss
galur Wistar. Hasil presentase penutupan luka pada kelompok kontrol positif (fusiderm) hari ke-4
(55.7%)dan hari ke-8 (91%), sebanding dengan kelompokperlakuan hari ke-4 (51.4%) dan hari ke-8
(90.6%), sedangkan proses penutupan luka pada kelompokkontrol negatif membutuhkan waktu lebih
dari 8hari.23 Menurut penelitian Bhagavathula (2009),punggung Hairless rats yang mendapat luka abrasi
namun sebelumnya telah diberi perlakuan awalselama 21 hari dengan topikal curcumin 10%,
ekstrakjahe 3%, atau dengan kombinasinya, kemudian selama 15 hari dioleskan krim Temovate
(kortikosteroid) beserta perlakuan awal terjadi penutupan luka lebih baik, adanya peningkatankolagen
tipe 1, dan penurunan MMP-9 daripada tikusyang mendapat temovate dan dimetil sulfoksida(DMSO)
saja.24 Dari penelitian-penelitian tersebut

KESIMPULAN = Ekstrak etanol jahe merah dapat menurunkan jumlah sel makrofag pada hari ke-3 secara
signifikan tetapi jumlah pembuluh darah tidak berbeda secara bermakna.

5. NAMA JURNAL = Peran Kepercayaan Terhadap Penggunaan Pengobatan Tradisional Pada Penderita
Hipertensi Di Kota Bengkulu

TAHUN = 2018

METODE PENELITIAN = Rancangan penelitian yang dipakai adalah studi potong lintang dengan
melakukan survey pada 190 responden yang dipilih secara acak. Wawancara dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Analisa multivariat dilakukan dengan menggunakan model regresi logistik
ganda.

TUJUAN PENELITIAN = Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan penderita
terhadap penggunaan pengobatan tradisional setelah faktor karakteristik sosial demografi dikendalikan
di wilayah kerja Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu.

HASIL = Penelitian ini menemukan bahwa 66,8% penderita hipertensi menggunakan pengobatan
tradisional. Nilai rerata variabel kepercayaan adalah 56,2 (skala 100). Dalam analisis bivariat
menggunakan kai kuadrat, variabel kepercayaan berhubungan signifikan dengan penggunaan
pengobatan tradisional. Namun berdasarkan analisis multivariat, variabel kepercayaan tidak
mempengaruhi penggunaan pengobatan tradisional melainkan variabel pendidikan yang berpengaruh.

KESIMPULAN = 1. Sebanyak 66.8% penderita hipertensi menggunakan pengobatan tradisional.


Sebagian besar responden berumur ≥ 55 tahun, berjenis kelamin perempuan dan berpendidikan
tinggi.2. Sebanyak 68.4% penderita hipertensi memiliki kepercayaan tinggi terhadap pengobatan
tradisional. Pengalaman keluarga dan biaya murah menjadi alasan yang paling banyak dinyatakan oleh
penderita ketika memilih pengobatan tradisional.3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
penggunaan pengobatan tradisional pada penderita hipertensi adalah pendidikan dan kepercayaan.
6. NAMA JURNAL = EXPRORASI METODE PENGOBATAN TRADISIONAL OLEH PARA PENGOBAT
TRADISIONAL DI WILAYAH KARESIDENAN SURAKARTA

TAHUN =2018

METODE PENELITIAN = jenis penelitian kualitatif dengan disain pendekatan exploratif dengan metode
pengambilan data indepth interviews dan observasi terhadap 18 informan, menggunakan trianggulasi
metode,sumber dan teori sebagai uji keabsahan data.

TUJUAN PENELITIAN =Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana para battra melakukan
deteksi gangguan penyakit pasien, untuk mengetahui metode pengobatan yang dilakukan battra
dalammengobati pasien, mengetahui komposisi ramuan yang dipakai untuk pengobatan serta
mengetahui tanaman obat apa yang digunakan untuk mengobati pasien.

HASIL = Hasil penelitian bahwa para battra menggunakan berbagai cara untuk mendeteksi penyakit
pasien yaitu bengan bertanya keluhan, riwayat penyakit serta memanfatkan diognosa dokter yang
diketahui dari pasien serta memeriksa memakai alat bantu seperti alat refleksi, tensimeter, kamera
digital dan laptop untuk memeriksa iridologi. ada 2 metode yang digunakan battra mengobati pasien
yaitu menggunakan ramuan jamu/ herbal serta ketrampilan fisik, antara lain bekam pijat refleksi,rukyah
dan terapi energi.didapatkan 23 jenis ramuan yang dipakai untuk mengobati pasien, serta 81 tanaman
obat yang digunakan untuk ramuan pengobatan pasien.

KESIMPULAN = Penelitian tentang ekplorasi metode pengobatan tradisional oleh para pengobat
tradisional di wilayah karesidenan Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut :Untuk mendeteksi
gangguan kesehatan pada pasien para battra menggunakan berbagai metode antara lain : bertanya
keluhan sakit dan riwayat penyakitnya, memeriksa bagian tubuh yang sakit , melihat : (wajah dan mata,
warna kulit dan gejala ditelapak tangan), menotok jalan darah di leher, menggunakan energi serta
melihat secara spiritual.dan ada juga battra yang memeriksa pasien dengan menggunakan bantuan alat
seperti tensi meter, termometer, kamera digital dan laptop serta alat refleksi dari kayu.

7. NAMA JURNAL = Jamu Pada Pasien Tumor/Kanker sebagai Terapi Komplementer

TAHUN = 2016

METODE PENELITIAN = Desain penelitian ini adalah potong lintang non intervensi.

TUJUAN PENELITIAN =Untuk mengetahui penggunaan jamu sebagai terapi komplementer pada dokter
praktek jamu, dilakukan penelitian potong lintang, non intervensi pada pasien dokter praktik jamu
komplementer-alternatif di rumah sakit, Puskesmas, dan praktik mandiri pada jejaring dokter di
Indonesia.

HASIL = Diperoleh 71 pasien kanker dengan total 129 kunjungan, bervariasi antara 1-4 kali kunjungan
per pasien. Jenis tumor/kanker terbanyak ditemukan organ payudara (32%). Dari 71 pasien
tumor/kanker, 80,3% menerima terapi jamu; 14,1% menerima terapi kesehatan konvensional dan jamu;
2,8% menerima terapi konvensional jamu dan kesehatan tradisional; 1,4% menerima terapi jamu dan
kesehatan tradisional. Terapi konvensional meliputi kemoterapi/antikanker, analgetik/antiinflamasi,
antibiotik, obat lambung, asam tranexamat, vitamin dan obat hormonal. Vitamin merupakan terapi
konvensional yang terbanyak digunakan, disusul analgetik/antiinflamasi. Untuk terapi jamu (ramuan),
komponen yang paling sering diberikan adalah kunyit putih dan rumput mutiara. Ramuan dengan
komponen yang sama diberikan oleh 8 dokter yang berbeda, yaitu rumput mutiara, kunyit putih dan
bidara upas. Terdapat 51,4% pasien datang dengan kualitas hidup baik, 40% sedang dan 8,6% buruk.
Setelah mendapat 3 modalitas terapi, terdapat 79,6% pasien yang mengalami perbaikan kualitas hidup
dan 20,4% yang kualitas hidupnya menetap.

KESIMPULAN = Sepuluh komponen jamu yang paling banyak digunakan pada pasien tumor/kanker
berturut-turut adalah kunyit putih, rumput mutiara, bidara upas, sambiloto, keladi tikus, temulawak,
temu mangga, daun dewa, benalu, dan daun sirsak. Pada akhir terapi ditemukan 79,6% pasien dengan
kualitas hidup yang membaik dan 20,4% yang menetap, pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
terapi komplementer alternatif dapat meningkatkan kualitas hidup pada pasien tumor/kanker yang
berobat di dokter praktek jamu yang terlibat dalam penelitian ini. Sebanyak 3,1% pasien yang hanya
diterapi jamu saja tanpa diterapi konvensional mengalami kejadian yang tidak diinginkan berupa mual,
muntah, alergi pada kulit, rasa kembung dan cepat kenyang, dan masa perdarahan menstruasi yang
lebih pendek dari satu minggu. Hal ini terjadi pada terapi komponen jamu temulawak, keladi tikus, kunir
putih, rumput mutiara, sambiloto, daun ungu, temu putih, daun dewa, kunyit, dan bidara upas. Perlu
penelitian dengan jumlah responden yang lebih besar dan dilakukan di pusat rujukan kanker agar
evaluasi terapi secara medis juga bisa dilakukan.

8. NAMA JURNAL = PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP KADAR ASAM URAT
PADA LANSIA PENDERITA ARTHRITIS GOUT DI DUSUN MODINAN GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

TAHUN = 2014

METODE PENELITIAN = Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan menggunakan pre post
test with control.

TUJUAN PENELITIAN =Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air rebusan daun salam
terhadap kadar asam urat pada lansia penderita arthritis gout di Dusun Modinan Gamping Sleman.

HASIL = Analisa data menggunakan uji Paired T-test dan Independent T-test. Nilai uji Independent T-
test selisih antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan nilai p yaitu 0,007 (p<0.05),
artinya ada perbedaan kadar asam urat pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.Ada pengaruh
pemberian air rebusan daun salam terhadap kadar asam urat pada penderita arthritis gout. Bagi
masyarakat agar dapat memanfaatkan obat tradisional yaitu air rebusan daun salam dalam menurunkan
kadar asam urat.

KESIMPULAN = 1. Rerata kadar asam urat pada kelompok intervensi sebelum diberikan rebusan air
daun salam didapatkan hasil 10,01 mg/dl dan sesudah pemberian didapatkan hasil 4,78 mg/dl. 2. Rerata
pre test kadar asam urat pada kelompok kontrol didapatkan hasil sebesar 9,49 mg/dl dan post test
sebesar 8,92 mg/dl. 3. Pemberian air rebusan daun salam berpengaruh terhadap pada lansia penderita
arthritis gout

9. NAMA JURNAL = PENGARUH REBUSAN DAUN SIRSAK UNTUK MENURUNKAN NYERI GOUT ATRHITIS
PADA LANSIA

TAHUN = 2017
METODE PENELITIAN = Penelitian ini Quasi eksperimen adalah suatu rancangan penelitian yang
digunakan untuk mencari hubungan sebab-akibat dengan adanya keterlibatan penelitian dalam
melakukan manipulasi terhadap terhadap variabel bebas

TUJUAN PENELITIAN =untuk mengetahui pengaruh rebusan daun sirsak untuk menurunkan nyeri gout
arthritis pada lansia

HASIL =1. Nyeri Gout responden sebelummendapatkan terapi herbal air rebusan daun sirsak terhadap
nyeri gout arthritis sebagian besar mengalami nyeri sedang dengan jumlah 17 lansia (48,6%), sedangkan
responden dengan karakteristik nyeri ringan dengan jumlah 13 lansia (37,1%), dan responden dengan
karakteristik nyeri berat dengan jumlah 5 lansia (14,3%).2. Nyeri Gout responden setelah diberikan
terapi herbal air rebusan sirsak mengalami penurunan nyeri, nyeri dalam kategori ringan dengan jumlah
21 lansia (60,0%), sedangkan responden dengan karakteristik nyeri sedang dengan jumlah 9 lansia
(25,7%), dan responden dengan karakteristik tidak nyeri dengan jumlah 5 lansia (14,3%).3. Berdasarkan
hasil uji Paired t-test dapat diketahui hasil uji statistik p value 0,000 dengan taraf signifikasi 0,05 dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruhterhadap nyeri Gout arthritispada responden setelah diberikan
intervensi berupa terapi herbal air rebusan daun sirsak.

KESIMPULAN= bahwa ada pengaruh rebusan daun sirsak terhadap nyeri gout atrithis serta hasil
penelitian ini berbanding lurus dengan teori yang ada.

10. NAMA JURNAL = EFEKTIVITAS AIR REBUSAN DAUN SIRIH MERAH TERHADAP PENURUNAN KADAR
GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SALING 2018

TAHUN = 2018

METODE PENELITIAN = Desain penelitian ini adalah Quasy eksperimental dengan menggunakan
rancangan The One Group Pretest – Postest Design, teknik pengambilan data menggunakan data primer
dan sekunder

TUJUAN PENELITIAN = Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari efektivitas pemberian air
rebusan daun sirih merah terhadap penurunan kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Wilayah
Kerja Puskesmas Saling Kabupaten Empat Lawang Tahun 2018.

HASIL = Hasil penelitian, dari 16 penderita Diabetes Melitus terdapat 9 orang (56.2%) dengan kadar
gula darah kurang dari 200 mg/dl. Hasil uji Wilcoxon Sign Rank didapat nilai Z=-3,517 dengan
p=0,000<0,05 berarti signifikan. Jadi kedua variabel memiliki median yang berbeda, ada perbedaan
Kadar GDS pasien Diabetes Melitus sebelum dan setelah pemberian air rebusan daun sirih merah.

KESIMPULAN= Diperoleh nilai rata-rata GDS sebelum pemberian air rebusan daun sirih merah adalah
lebih dari 200 mg/dl. Diperoleh nilai rata-rata GDS setelah pemberian air rebusan daun sirih merah
adalah kurang dari 200 mg/dl. Jadi, ada perbedaan Kadar GDS pasien Diabetes Melitus sebelum dan
setelah pemberian air rebusan daun sirih merah.

Anda mungkin juga menyukai