KELOMPOK : II
MAKASSAR
2020
1
KONSEP KEPERAWATAN
A. Definisi
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh
individu dan dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi
yang negatif dan mengancam. (Twonsend, 2017)
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial adalah
kondisi dimana seseorang mengalami gangguan hubungan interpersonal
yang mengganggu fungsi individu tersebut dalam meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain. Interaksi sosial merupakan upaya klien
untuk menghindari interaksi demgan orang lain. Penarikan diri atau
withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat
bersifat sementara atau menetap. (Azizah, L.M., Zainuri, I., & Akbar,
2016)
b. Psikologis
Stresor psikologis isolasi sosial dapat diakibatkan oleh pengalaman negatif
klien terhadap gambaran diri, ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang
dimiliki, kegagalan dalam mencapai harapan dan cita-cita, krisis identitas
serta kurangnya penghargaan baik dalam diri sendiri, keluarga maupun
lingkungan. Stresor tersebut dapat menyebabkan gangguan dalam
2
berinteraksi dengan orang lain dan akhirnya menjadi masalah isolasi
sosial.
c. Sosial Budaya
Faktor sosial budaya yang memiliki hubungan dengan terjadinya isolasi
sosial meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status sosial,
pengalaman sosial, latar belakang budaya, agama dan kayakinan individu
serta kondisi politik Stresor sosial budaya yang berhubungan dengan
timbulnya gangguan jiwa adalah individu yang tidak memiliki
penghasilan, riwayat menerima kekerasan, tidak memiliki tempat tinggal
serta hidup dalam kemiskinan.
3
pengalaman berinteraksi serta berhubungan dengan orang lain sehingga
mempengaruhi Respons afektif,
c. Fisiologis
Respons fisiologis yang dialami klien isolasi sosial yaitu muka murung, sulit
tidur, merasa lelah letih dan kurang bergairah.
d. Perilaku
Klien isolasi sosial menunjukkan perilaku seperti manarik diri, menjauh dari
orang lain, tidak atau jarang melakukan komunikasi, tidak ada kontak mata,
kehilangan gerak dan mulut, malas melakukan kegiatan sehari hari, berdiam
diri di kamar, menolak hubungan dengan orang lain, dan menunjukkan sikap
bermusuhan.
e. Sosial
Respons fisiologis yang dialami klien isolasi sosial yaitu menarik diri, sulit
berinteraksi, tidak mau berkomunikasi, tidak mau berpartisipasi dengan
kegiatan sosial, curiga dengan lingkungan, acuh dengan lingkungan.
D. Rentang Respon
Rentang respons social menurut (Wuryaningsih Wuri, 2018)
rentang respon sosial
Manipulasi
Impulsif
Narsistik
4
E. Patosiolow
Salah satu gangguan berhubungan sosial dengan diantaranya menarik diri
atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga,dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan
kecemasan. Perasan tidak berharga menyebabkan semakin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain, akibatnya menjadi regresi atau
kemunduran, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurang perhatian
terhadap penampilan dan kebersihan diri. Perjalanan dari tingkah laku masa
lalu serta tingkah laku menyendiri yaitu pembicaraan yang austitik dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut
menjadi halusinasi.
5
G. Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut
berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik. Koping yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain proyeksi,
splitting dan merendahkan orang lain. Koping yang berhubungan dengan
gangguan kepribadian ambang spiltting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi,
idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyektif
(Azizah, L.M., Zainuri, I., & Akbar, 2016)
6
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada penderita gangguan jiwa dengan masalah
a. Identitas klien
b. Keluahan utama
sehari-hari, dependen.
1) Objektif
7
a) Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul
bercakap-cakap
tidak dilakukan
2) Subjektif
“tidak tau”
d. Faktor predisposisi
8
putus seolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
e. Faktor predispitasi
klien
g. Aspek psikososial
2) Konsep diri
h. Status mental
i. Mekanisme koping
9
koping menarik diri (Wuryaningsih, Windarwati, Dewi,
B. Masalah keperawatan
1. Isolasi Sosial
- Data subjektif
ditemani siapapun.
- Data objektif :
diri
10
- Data objektif
- Data subjektif
bauan.
- Data objektif
11
C. Diagnosis
mengatasinya.
Pohon masalah
Diagnosis keperawatan
12
D. Intervensi (Wuryaningsih et al., 2018)
Diagnosa Perencanaan
No Keperawata Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. n
1. Isolasi Sosial Klien Setelah 3x SP 1: 1. Untuk
mampu: pertemuan 1. BHSP memudahk
1. Menyadari klien dapat dengan an
penyebab membina klien intervensi
isolasi hubungan 2. Identifikas selanjutnya
sosial saling per- i dan klien
2. Berinteraks caya, penyebab memiliki
i dengan menyadari pe- isolasi banyak
orang lain nyebab isolasi sosial teman dan
sosial: 3. Berdiskusi tidak
- Keuntunga tentang mengalami
n dan keuntunga isolasi
kerugian n sosial
ber- berhubung
interaksi an dengan
dengan orang lain
orang lain dan
- Melakukan kerugian
interaksi tidak
dengan berhubung 2. Untuk
orang lain an dengan mengetahui
orang lain apakah
4. Masukkan klien telah
dalam memprakte
jadwal kkan cara
kegiatan latihan
klien berkenalan
SP 2 :
1. Evaluasi
SP 1 3. Untuk
2. Latih mengetahui
cara apakah
berkenala klien telah
n dengan memprakte
satu kkan cara
orang latihan
3. Masukka berkenalan
n dalam
jadwal
kegiatan
klien
SP 3 :
1. Evaluasi
SP 2
13
2. Latih
cara
berkenala
n dengan
satu
orang
14
15
Diagnosa Perencanaan
No Keperawat Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
. an Hasil
2. Harga Diri Klien Setelah 3x24 SP 1 : 1. Untuk
Rendah mampu : jam klien 1. Mengidentifi memud
1. Melakuk mampu kasi ahkan
an menjelaskan : kemampuan dalam
perkenal - Klien aspek positif penentu
an yang dapat klien an
baik dan mengident 2. Membantu interven
benar ifikasi klien menilai si
2. Mampu aspek kemampuan selanjut
membuk positif yang masih nya dan
a diri yang dapat menent
untuk dimilikiny dilakukan ukan
bergaul a 3. Membantu kemam
3. Klien - Menilai menilai puan
tidak kemampua kegiatan yang yang
malu n yang dapat bisa
saat dapat dilakukan dilakuk
berkenal dilakukan 4. Melatih klien an oleh
an sesuai klien
dengan kemampuan
orang yang dipilih
lain 5. Memberikan
pujian yang
wajr pada
klien
6. Masukkan
dalam jadwal
kegiatan klien
SP 2 :
1. Evaluasi SP 1 2. Untuk
2. Melatih menget
kemampuan ahui
yang kedua kemam
3. Masukkan puan
dalam jadwal klien
kegiatan klien dalam
melaku
kan
aktivita
s yang
ia pilih
Diagnosa Perencanaan
N Keperawat Rasional
o. an Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
3. Halusinasi Klien Setelah 3x24 SP 1 : 1. Untuk
mampu : jam klien dapat 1. Membantu memudah
1. Mengena menyebutkan : klien mengenali kan
li - Jenis halusinasi : dalam
halusinas halusinasi a. Jenis penentua
i yang - Isi halusinasi n
dialamin halusinasi b. Isi intervensi
ya - Waktu halusinasi selanjutn
2. Mengont c. Waktu ya dan
terjadinya
rol terjadinya melatih
halusinas - Frekuensi d. Frekuensi klien
i - Situasi e. Situasi dalam
mengikut pencetus pencetus mengontr
i - Perasaan f. Perasaan ol
program saat terjadi saat terjadi halusinasi
2. Latih nya
mengontrol dengan
halusinasi cara
dengan cara menghard
menghardik, ik
tahapan
tindakannya
meliputi :
a. Jelaskan
cara
menghardik
b. Peragakan
cara
menghardik
c. Minta klien
memperaga
kan ulang
d. Pantau
penerapan
cara ini,
Setelah 3x24 beri
jam klien penguatan
mampu perilaku
menyebutkan : klien
- Kegiatan e. Masukkan
yang sudah dalam
dilakukan jadwal 2. Untuk
- Klien kegiatan mengetah
mampu klien ui apakah
membuat klien
jadwal mampu
kegiatan bercakap-
sehari-hari SP 2 : cakap
dan mampu 1. Evaluasi SP 1 saat
memperaga 2. Latih bercakap- halusinasi
kannya cakap dengan nya
orang lain saat muncul
halusinasi
Setelah 3x24 muncul
jam klien 3. Masukkan
mampu dalam jadwal
menyebutkan : kegiatan klien
- Kegiatan
yang sudah
dilakukan 3. Untuk
dan mampu mengetah
membuat SP 3 : ui apakah
jadwal 1. Evaluasi SP 2 klien
kegiatan 2. Latih kegiatan telah
sehari-hari agar halusinasi memprakt
dan mampu tidak muncul, ekkan
memperaga tahapan : cara
kan a. Jelaskan mengontr
pentingnya ol
aktivitas halusinasi
yang me- dengan
ngatur atau cara yang
me-ngatasi telah
halusinasin diajarkan
ya dan klien
b. Diskusikan beraktivit
aktivitas as saat
yang bisa halusinasi
dilakukan nya
c. Susun muncul
jadwal
aktivitas
sehari-hari
sesuai
dengan
Setelah 3x24 aktivitas
jam klien yang telah
mampu dilatih (dari
menyebutkan : bangun
Kegiatan yang pagi sampai
sudah tidur malam
dilakukan dan 3. Pantau
mampu pelaksanaan
menyebutkan jadwal
manfaat dari kegiatan,
program berikan
pengobatan penguatan
terhadap 4. Untuk
perilaku klien mengetah
yang positif ui apakah
klien
telah
SP 4: memprakt
1. Evaluasi SP 1, ekkan
SP 2, dan SP 3 cara
2. Tanyakan mengontr
program ol
pengobatan : halusinasi
a. Jelaskan dengan
pentingnya cara yang
obat telah
gangguan diajarkan
jiwa dan klien
b. Jelaskan rutin
akibat bila minum
putus obat
obat/beroba
t
c. Jelaskancar
a
mendapatka
n
obat/beroba
t
d. Jelaskan
pengobatan
(5B)
3. Latih klien
minum obat
22
E. Implementasi
ditetapkan masih sesuai dengan kondisi klien saat ini. Perawat juga
F. Evaluasi
23
G. Terapi Aktivitas Kelompok
Sekitar, 87% studi melaporkan penurunan yang signifikan dalam kesepian
setelah intervensi. Terapi tawa, terapi hortikultura, dan terapi kenang-
kenangan dikaitkan dengan penurunan terbesar dalam kesepian (Nicolas G.
Quan, Matthew C. Lohman, 2019)
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya
memfasilitasi sosialisasi sejumlah klien dengan kerusakan hubungan social
secara kelompok (Sutinah, 2018). Terapi Aktivitas Kelompok: Sosialisasi
(TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan bersosialisasi dengan
masalah hubungan social klien isolasi melalui tujuh sesi untuk melatih
kemampuan sosialisasi klien. TAK dibagi empat yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif / presepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.
Hasil penelitian Saswati & Sutinah, (2018) didapatkan bahwa kemampuan
sosialisasi klien sebelum dan sesudah mendapatkan TAKS terdapat perbedaan
dan peningkatan yang signifikan dikarenakan klien yang belum mendapatkan
TAK belum terlatih untuk membina hubungan interpersonal, komunikasi, dan
mengungkapkan masalah pada dirinya sedangkan klien isolasi sosial yang
telah mendapatkan TAK telah mendapatkan 7 sesi kegiatan terapi yang dapat
meningkatkan kemampuan klien dalam bersosialisasi dan membina hubungan
yang baik dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Terapi aktivitas
kelompok sosialisasi yang diberikan efektif untuk meningkatkan kemampuan
sosialisasi pada klien isolasi sosial.
Salah satu tindakan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial yang
dilakukan secara berkelompok adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).
Pada pasien dengan isolasi sosial dilibatkan dalam TAK sosialisasi. TAK ini
dilaksanakan untuk melatih pasien menyadari manfaat berinteraksi sosial dan
melatih kemampuan untuk bersosialisasi. Kemampuan sosialisasi pasien
dievaluasi di setiap sesinya. TAK sosialisasi ini ada 7 sesi (Keliat, 2016)
Sesi 1. memperkenalkan diri
24
1. Perawat mendorong pasien untuk memperkenalkan diri di kelompok
2. Perawat memberi pujian bagi pasien yang telah mampu memperkenalkan
diri
3. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara bergiliran
4. Perawat menyimpulkan hasil kegiatan TAK
Sesi 2: berkenalan dengan anggota kelompok
1. Perawat meminta pasien memperkenalkan diri dan bertanya identitas
anggota kelompok lainnya
2. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara bergiliran
3. Perawat memberikan dukungan positif setiap keberhasilan kegiatan
dengan baik
Sesi 3: bercakap-cakap dengan anggota kelompok
1. Perawat meminta pasien menanyakan kehidupan pribadi terhadap satu
orang anggota kelompok
2. Perawat meminta pasien untuk menjawab pertanyaan tentang kehidupan
pribadi
3. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara bergiliran
4. Perawat memberikan dukungan positif setiap keberhasilan kegiatan
dengan baik
Sesi 4: menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
1. Perawat meminta pasien menceritakan topik yang ingin disampaikan
kepada kelompok
2. Perawat meminta pasien memilih topik yang ingin disampaikan kepada
kelompok
3. Perawat meminta pasien memberi pendapat tentang topik yang dipilih
4. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara bergiliran
5. Perawat memberikan dukungan positif setiap keberhasilan kegiatan
dengan baik
Sesi 5: menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain
1. Perawat meminta pasien menyampaikan masalah pribadi
2. Perawat meminta pasien memilih satu masalah yang ingin didiskusikan
25
3. Perawat meminta pasien memberi pendapat tentang topik yang dipilih
4. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara
bergiliran,
5. Perawat memberikan dukungan positif setiap keberhasilan kegiatan
dengan baik
Sesi 6: bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok
1. Perawat meminta pasien bertanya dan meminta sesuai kebutuhan pada
anggota kelompok lainnya
2. Perawat meminta pasien menjawab dan memberi orang lain sesuai dengan
permintaan
3. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara bergiliran
4. Perawat memberikan dukungan positif setiap keberhasilan kegiatan
dengan baik.
Sesi 7: menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah
dilakukan
1. Perawat meminta pasien tentang manfaat kegiatan kelompok ini
2. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara
bergiliran
3. Perawat memberikan dukungan positif setiap keberhasilan kegiatan
dengan baik.
Berikut ini merupakan contoh standar pelaksanaan TAK sosialisasi sesi 1:
memperkenalkan diri. Standar pelaksanaan TAK sosialisasi sesi berikutnya dapat
merujuk pada Buku Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok Ed.2 (hal. 19-
54); Keliat dan Akemat, 2016.
TAK Sosialisasi
Tujuan
26
2. Tempat tenang dan nyaman
Alat
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan isolasi sosial
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien
Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
b. Evaluasi/validasi (Menanyakan perasaan klien saat ini)
c. Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
memperkenalkan diri.
Terapis menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,harus minta izin ke
terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap kali mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatan yaitu music player akan dihidupkan serta bola
diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu ke arah kanan yang
sedang memegang bola) dan pada saat music dihentikan maka anggota
kelompok yang memegang bola memperkenalkan diri
b. Hidupkan kembali musik dan edarkan bola tenis berlawanan jarum jam
c. Pada saat musik dihentikan, maka anggota kelompok yang memegang bola
mendapatkan giliran untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama
panggilan, hobi, dan asal, dimulai dari terapis sebagai contoh.
d. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan tempel/pakai
27
e. Ulangi b,c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
f. Beri dukungan positif pada klien yang melakukan dengan baik.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan
diri kepada orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Memasukkan kegiatan
memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok lainnya
Menyepakati waktu dan tempat
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Hasil dari TAK sosialisasi sesi 1 ini, diharapkan klien mampu
memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal
DAFTAR PUSTAKA
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keoerawatan Jiwa (teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Salemba Medika.
Wuryaningsih, E. wuri, Windarwati, H. D., Dewi, E. I., Deviantony, F., &
Kurniyawan, E. H. (2018). BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA 1. kalimantan: UPT Percetakan dan penerbitan universitas jember.
Azizah, L.M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku ajar keperawatan kesehatan
jiwa. yogyakarta: Indomedia pustaka.
Keliat. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. elsevier: edisi
28
Indonesia.
Nicolas G. Quan, Matthew C. Lohman, N. V. R. & D. B. F. (2019). A systematic
review of interventions for loneliness among older adults living in long-term
care facilities.
Sutinah, S. &. (2018). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap
Kemampuan Sosialisasi Klien Isolasi Sosia.
Twonsend, M. C. (2017). Psychiatric Mental Health Nursing : Concepts of Care
in Evidence-Based practice. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Wuryaningsih Wuri. (2018). Keperawatan kesehatan jiwa 1. Surabaya: Upt
percetakan & penerbitan Universitas Jember.
29