Anda di halaman 1dari 29

ISOLASI SOSIAL

KELOMPOK : II

1. ANGGREINI FITRIA SARI (NH0219003)

2. CHICILIA RATURAHANSA (NH0219009)

3. LILIK PUTRIANI (NH0219020)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

STIKES NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2020

1
KONSEP KEPERAWATAN
A. Definisi
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh
individu dan dipersepsikan disebabkan orang lain dan sebagai kondisi
yang negatif dan mengancam. (Twonsend, 2017)
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial adalah
kondisi dimana seseorang mengalami gangguan hubungan interpersonal
yang mengganggu fungsi individu tersebut dalam meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain. Interaksi sosial merupakan upaya klien
untuk menghindari interaksi demgan orang lain. Penarikan diri atau
withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat
bersifat sementara atau menetap. (Azizah, L.M., Zainuri, I., & Akbar,
2016)

B. Etiologi Isolasi Sosial


1. Predisposisi
a. Biologis
Genetik adalah salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, faktor genetik
dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif ada bukti terdahulu
tentang terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini
namun tahap masih diperlukan dalam penelitian lebih lanjut (Azizah,
L.M., Zainuri, I., & Akbar, 2016)

b. Psikologis
Stresor psikologis isolasi sosial dapat diakibatkan oleh pengalaman negatif
klien terhadap gambaran diri, ketidakjelasan atau berlebihnya peran yang
dimiliki, kegagalan dalam mencapai harapan dan cita-cita, krisis identitas
serta kurangnya penghargaan baik dalam diri sendiri, keluarga maupun
lingkungan. Stresor tersebut dapat menyebabkan gangguan dalam

2
berinteraksi dengan orang lain dan akhirnya menjadi masalah isolasi
sosial.

c. Sosial Budaya
Faktor sosial budaya yang memiliki hubungan dengan terjadinya isolasi
sosial meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status sosial,
pengalaman sosial, latar belakang budaya, agama dan kayakinan individu
serta kondisi politik Stresor sosial budaya yang berhubungan dengan
timbulnya gangguan jiwa adalah individu yang tidak memiliki
penghasilan, riwayat menerima kekerasan, tidak memiliki tempat tinggal
serta hidup dalam kemiskinan.

2. Presipitasi Isolasi Sosial


Stressor pencetus pada umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain (Azizah, L.M., Zainuri, I., & Akbar,
2016).

C. Tanda dan gejala isolasi sosial


a. Kognitif
Respons kognitif klien isolasi sosial meliputi perasaan kesepian,merasa
ditolak orang lain atau lingkungan, merasa tidak dimengerti oleh orang lain,
merasa tidak berguna, merasa putus asa dan tidak memiliki tujuan hidup,
merasa tidak aman berada diantara orang lain, menghindar dari orang lain dan
lingkungan, tidak mampu konsentrasi serta tidak mampu membuat keputusan.
b. Afektif
Klien isolasi sosial menunjukkan respons afektif berupa perasaan sedih,
tertekan, depresi atau marah, merasa kesepian atau ditolak lingkungan, tidak
memperdulikan orang lain, malu dengan orang lain. Kegagalan individu dalam
tugas perkembangan di masa lalu juga memiliki keterkaitan dengan

3
pengalaman berinteraksi serta berhubungan dengan orang lain sehingga
mempengaruhi Respons afektif,
c. Fisiologis
Respons fisiologis yang dialami klien isolasi sosial yaitu muka murung, sulit
tidur, merasa lelah letih dan kurang bergairah.
d. Perilaku
Klien isolasi sosial menunjukkan perilaku seperti manarik diri, menjauh dari
orang lain, tidak atau jarang melakukan komunikasi, tidak ada kontak mata,
kehilangan gerak dan mulut, malas melakukan kegiatan sehari hari, berdiam
diri di kamar, menolak hubungan dengan orang lain, dan menunjukkan sikap
bermusuhan.
e. Sosial
Respons fisiologis yang dialami klien isolasi sosial yaitu menarik diri, sulit
berinteraksi, tidak mau berkomunikasi, tidak mau berpartisipasi dengan
kegiatan sosial, curiga dengan lingkungan, acuh dengan lingkungan.

D. Rentang Respon
Rentang respons social menurut (Wuryaningsih Wuri, 2018)
rentang respon sosial

Respon Adaptif Respon Maldaptif

Manipulasi

Impulsif

Narsistik

4
E. Patosiolow
Salah satu gangguan berhubungan sosial dengan diantaranya menarik diri
atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga,dengan latar
belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan
kecemasan. Perasan tidak berharga menyebabkan semakin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain, akibatnya menjadi regresi atau
kemunduran, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurang perhatian
terhadap penampilan dan kebersihan diri. Perjalanan dari tingkah laku masa
lalu serta tingkah laku menyendiri yaitu pembicaraan yang austitik dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut
menjadi halusinasi.

F. Fase isolasi sosial


Konsep diri negatif harga diri rendah isolasi sosial
1. Individu memiliki konsep diri negatif akan senantiasa memandang dan
meyakini bahwa dirinya lemah,tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-
apa, tidak kompeten, gagal, tidak menarik, tidak disukai, serta
pemikiran-pemikiran negatif lainnya dalam memandang dirinya
sendiri.
2. Harga diri rendah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang percaya diri, merasa
gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri.
3. Isolasi sosial individu akan merasa kesepian yang dialami oleh di
dalam lingkungan sosial dan sebagai kondisi yang negatif atau
mengancam. Individu menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima
oleh kelompok kultural yang dominan, tidak komunikatif, dan adanya
perilaku menarik diri.

5
G. Mekanisme Koping
Individu yang mengalami respon sosial maladaptif menggunakan berbagai
mekanisme dalam upaya untuk mengatasi ansietas. Mekanisme tersebut
berkaitan dengan dua jenis masalah hubungan yang spesifik. Koping yang
berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial antara lain proyeksi,
splitting dan merendahkan orang lain. Koping yang berhubungan dengan
gangguan kepribadian ambang spiltting, formasi reaksi, proyeksi, isolasi,
idealisasi orang lain, merendahkan orang lain dan identifikasi proyektif
(Azizah, L.M., Zainuri, I., & Akbar, 2016)

6
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian sebagai tahap awal proses keperawatan meliputi

pengumpulan data, analisa data dan perumusan masalah klien. Data

yag dikumpulan adalah data klien secara holisti meliputi aspek

biologis, psikologis, social dan spitual. Seorang perawat jika

diharapkan memiliki kesadaran atau kemampuan titik dari (self

awareness), kemampuan mengobservasi secara terapeutik, dan

kemampuan berespon secara efektif, karena hal tersebut sebagai kunci

utama dalam menumbuhkan rasa saling percaya dengan klien.

Data yang perlu dikaji pada penderita gangguan jiwa dengan masalah

isolasi social adalah

a. Identitas klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,

agama, tanggal masuk rumah sakit, informan, tanggal pengkajian,

dan alamat klien

b. Keluahan utama

Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang

lain ), omunikasi kurang atau tida ada, berdiam diri di kamar,

menolak interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan

sehari-hari, dependen.

c. Tanda dan gejala

1) Objektif

7
a) Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul

b) Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan

memisahkan diri dari orang lain

c) Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak

bercakap-cakap dengan orang lain

d) Tidak ada konta mata dan sering menunduk

e) Berdiam diri dikamar

f) Menolak berhubungan dengan orang lain,

memutuskan pembicaraan, dan pergi saat di ajak

bercakap-cakap

g) Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari,

perawatan diri kurang, dan kegiatan rumah tangga

tidak dilakukan

h) Posisi janin pada saat tidur

2) Subjektif

a) Pasien menjawab dengan singkat “ya”, “tidak”,

“tidak tau”

b) Pasien tidak menjawab sama sekali

d. Faktor predisposisi

Kehilangan, pperpisahan, penolaan orang tua, harapan orrang tua

yang tidak realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari

elompok sebaya, perubahan struktur social. Terjadi trauma yang

tiba-tiba misalnya harus dioperrasi, kecelakaan, dicerai suami,

8
putus seolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi

(korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba) perlakuan

orang lain yang tidak menghargai klien atau perasaan negative

terhadap diri sendiri yang berlansung lama.

e. Faktor predispitasi

Faktor predispitasi bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi

dengan orang lain. Kondisi kklien seperti kelemahan fisikk,

keputusasaan, ketidaberdayaan, percaya diri yang kurang dapat

menyebabkan isolasi social

f. Aspek fisik/ biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital dan keluhan visik yang dialami

klien

g. Aspek psikososial

1) Enogram yang menggambaran 3 generasi

2) Konsep diri

h. Status mental

Kontak mata lien kurang atau tidak dapat mempertahankan ontak

mata, kurang dapat memulai pembbicaraan, klien suka menyendiri

dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain, adanya

perasaan keputusasaan dan urang berharga dalam hidup.

i. Mekanisme koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau

menceritakannya pada orang lain (lebih sering menggunakan

9
koping menarik diri (Wuryaningsih, Windarwati, Dewi,

Deviantony, & Kurniyawan, 2018)

B. Masalah keperawatan

1. Isolasi Sosial

a. Data yang perlu dikaji

- Data subjektif

Pasien mengatakan : malas bergaul dengan orang lain,

tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak ingin

ditemani siapapun.

- Data objektif :

Pasien kurang spontan, apatis, ekspresi wajah kurang

berseri, tidak atau kurang dalam komunikasi verbal,

mengisolasi diri, kurang sadar terhadap lingkungan

sekitarnya, aktivitas menurun

2. Harga Diri Rendah

a. Data yang perlu dikaji

- Data subjektif Pasien mengungkapkan dirinya merasa

tidak berguna, tidak mampu, tidak semangat

beraktivitas dan bekerja, malas melakukan perawatan

diri

10
- Data objektif

Pasien mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu,

pandangan hidup yang pesimis, tidak menerima pujian,

penurunan produktivitas, penolakan terhadap

kemampuan diri, kontak mata tidak ada

3. Resiko gangguan Persesi Sensori : Halusinasi

a. Data yang perlu dikaji

- Data subjektif

Pasien mengatakan mendengar suara yang

menyuruhnya melakukan sesuatu yang

berbahaya, melihat bayangan, mencium bau-

bauan.

- Data objektif

Pasien berbicara atau tertawa sendiri, marah-

marah tanpa sebab yang jelas, menutup telinga,

menunjuk kearah tertentu, ketakutan dengan

sesuatu yang tidak jelas, menghidu seperti

mencium sesuatu, menutup hidung.

11
C. Diagnosis

Diagnosa keperawatan adalah masalah esehatan actual ataupotesial,

dan berdasarkan pada pendidikan dan pengalamannya perawat mampu

mengatasinya.

Pohon masalah

Risiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

Isolasi social : menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

Diagnosis keperawatan

1. Isolasi social : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

(Wuryaningsih et al., 2018)

2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Risiko perubahan persepsi sensori : halusinasi

12
D. Intervensi (Wuryaningsih et al., 2018)

Diagnosa Perencanaan
No Keperawata Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. n
1. Isolasi Sosial Klien Setelah 3x SP 1: 1. Untuk
mampu: pertemuan 1. BHSP memudahk
1. Menyadari klien dapat dengan an
penyebab membina klien intervensi
isolasi hubungan 2. Identifikas selanjutnya
sosial saling per- i dan klien
2. Berinteraks caya, penyebab memiliki
i dengan menyadari pe- isolasi banyak
orang lain nyebab isolasi sosial teman dan
sosial: 3. Berdiskusi tidak
- Keuntunga tentang mengalami
n dan keuntunga isolasi
kerugian n sosial
ber- berhubung
interaksi an dengan
dengan orang lain
orang lain dan
- Melakukan kerugian
interaksi tidak
dengan berhubung 2. Untuk
orang lain an dengan mengetahui
orang lain apakah
4. Masukkan klien telah
dalam memprakte
jadwal kkan cara
kegiatan latihan
klien berkenalan
SP 2 :
1. Evaluasi
SP 1 3. Untuk
2. Latih mengetahui
cara apakah
berkenala klien telah
n dengan memprakte
satu kkan cara
orang latihan
3. Masukka berkenalan
n dalam
jadwal
kegiatan
klien
SP 3 :
1. Evaluasi
SP 2

13
2. Latih
cara
berkenala
n dengan
satu
orang

14
15
Diagnosa Perencanaan
No Keperawat Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
. an Hasil
2. Harga Diri Klien Setelah 3x24 SP 1 : 1. Untuk
Rendah mampu : jam klien 1. Mengidentifi memud
1. Melakuk mampu kasi ahkan
an menjelaskan : kemampuan dalam
perkenal - Klien aspek positif penentu
an yang dapat klien an
baik dan mengident 2. Membantu interven
benar ifikasi klien menilai si
2. Mampu aspek kemampuan selanjut
membuk positif yang masih nya dan
a diri yang dapat menent
untuk dimilikiny dilakukan ukan
bergaul a 3. Membantu kemam
3. Klien - Menilai menilai puan
tidak kemampua kegiatan yang yang
malu n yang dapat bisa
saat dapat dilakukan dilakuk
berkenal dilakukan 4. Melatih klien an oleh
an sesuai klien
dengan kemampuan
orang yang dipilih
lain 5. Memberikan
pujian yang
wajr pada
klien
6. Masukkan
dalam jadwal
kegiatan klien

SP 2 :
1. Evaluasi SP 1 2. Untuk
2. Melatih menget
kemampuan ahui
yang kedua kemam
3. Masukkan puan
dalam jadwal klien
kegiatan klien dalam
melaku
kan
aktivita
s yang
ia pilih
Diagnosa Perencanaan
N Keperawat Rasional
o. an Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
3. Halusinasi Klien Setelah 3x24 SP 1 : 1. Untuk
mampu : jam klien dapat 1. Membantu memudah
1. Mengena menyebutkan : klien mengenali kan
li - Jenis halusinasi : dalam
halusinas halusinasi a. Jenis penentua
i yang - Isi halusinasi n
dialamin halusinasi b. Isi intervensi
ya - Waktu halusinasi selanjutn
2. Mengont c. Waktu ya dan
terjadinya
rol terjadinya melatih
halusinas - Frekuensi d. Frekuensi klien
i - Situasi e. Situasi dalam
mengikut pencetus pencetus mengontr
i - Perasaan f. Perasaan ol
program saat terjadi saat terjadi halusinasi
2. Latih nya
mengontrol dengan
halusinasi cara
dengan cara menghard
menghardik, ik
tahapan
tindakannya
meliputi :
a. Jelaskan
cara
menghardik
b. Peragakan
cara
menghardik
c. Minta klien
memperaga
kan ulang
d. Pantau
penerapan
cara ini,
Setelah 3x24 beri
jam klien penguatan
mampu perilaku
menyebutkan : klien
- Kegiatan e. Masukkan
yang sudah dalam
dilakukan jadwal 2. Untuk
- Klien kegiatan mengetah
mampu klien ui apakah
membuat klien
jadwal mampu
kegiatan bercakap-
sehari-hari SP 2 : cakap
dan mampu 1. Evaluasi SP 1 saat
memperaga 2. Latih bercakap- halusinasi
kannya cakap dengan nya
orang lain saat muncul
halusinasi
Setelah 3x24 muncul
jam klien 3. Masukkan
mampu dalam jadwal
menyebutkan : kegiatan klien
- Kegiatan
yang sudah
dilakukan 3. Untuk
dan mampu mengetah
membuat SP 3 : ui apakah
jadwal 1. Evaluasi SP 2 klien
kegiatan 2. Latih kegiatan telah
sehari-hari agar halusinasi memprakt
dan mampu tidak muncul, ekkan
memperaga tahapan : cara
kan a. Jelaskan mengontr
pentingnya ol
aktivitas halusinasi
yang me- dengan
ngatur atau cara yang
me-ngatasi telah
halusinasin diajarkan
ya dan klien
b. Diskusikan beraktivit
aktivitas as saat
yang bisa halusinasi
dilakukan nya
c. Susun muncul
jadwal
aktivitas
sehari-hari
sesuai
dengan
Setelah 3x24 aktivitas
jam klien yang telah
mampu dilatih (dari
menyebutkan : bangun
Kegiatan yang pagi sampai
sudah tidur malam
dilakukan dan 3. Pantau
mampu pelaksanaan
menyebutkan jadwal
manfaat dari kegiatan,
program berikan
pengobatan penguatan
terhadap 4. Untuk
perilaku klien mengetah
yang positif ui apakah
klien
telah
SP 4: memprakt
1. Evaluasi SP 1, ekkan
SP 2, dan SP 3 cara
2. Tanyakan mengontr
program ol
pengobatan : halusinasi
a. Jelaskan dengan
pentingnya cara yang
obat telah
gangguan diajarkan
jiwa dan klien
b. Jelaskan rutin
akibat bila minum
putus obat
obat/beroba
t
c. Jelaskancar
a
mendapatka
n
obat/beroba
t
d. Jelaskan
pengobatan
(5B)
3. Latih klien
minum obat
22
E. Implementasi

Tindakan keperawatn merupakan standar dari asuhan keperawatan

yang berhubungan dengan aktivitas keperawatan provisional yang

dilakukan oleh perawat, dimana implementasi dilakukan pada pasien,

perawat perlu mengvalidasi data, apaah rencana tindakan yang

ditetapkan masih sesuai dengan kondisi klien saat ini. Perawat juga

perlu mengevalusi diri sendiri apakkah mempunyai kemampuan

iterpersoanl, inteletual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang aan

dilaksanakan. (Muhith, 2015)

F. Evaluasi

1. Evaluasi kemampuan pasien

a) Pasien menunjukan rasa percaya kepada saudara sebagai

perawat dengan ditandai dengan pasien mau bekerja sama

secara aktif dalam melaksanakan program yang saudara

usulkan kepada pasien

b) Pasien mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan tidak

mau bergaul dengan orang lain, kerugian tidak mau

bergaul, dan keuntungan bergaul dengan orang lain.

c) Pasien menunjukan kemajuan dalam berinteraksi dengan

orang lain secara bertahap

2. Evaluasi kemampuan keluarga

Keluarga ikut bekerja sama merawat pasien sesuai anjuran yang

anda berikan.(Muhith, 2015)

23
G. Terapi Aktivitas Kelompok
Sekitar, 87% studi melaporkan penurunan yang signifikan dalam kesepian
setelah intervensi. Terapi tawa, terapi hortikultura, dan terapi kenang-
kenangan dikaitkan dengan penurunan terbesar dalam kesepian (Nicolas G.
Quan, Matthew C. Lohman, 2019)
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya
memfasilitasi sosialisasi sejumlah klien dengan kerusakan hubungan social
secara kelompok (Sutinah, 2018). Terapi Aktivitas Kelompok: Sosialisasi
(TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan bersosialisasi dengan
masalah hubungan social klien isolasi melalui tujuh sesi untuk melatih
kemampuan sosialisasi klien. TAK dibagi empat yaitu terapi aktivitas
kelompok stimulasi kognitif / presepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi
sensori, terapi aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi.
Hasil penelitian Saswati & Sutinah, (2018) didapatkan bahwa kemampuan
sosialisasi klien sebelum dan sesudah mendapatkan TAKS terdapat perbedaan
dan peningkatan yang signifikan dikarenakan klien yang belum mendapatkan
TAK belum terlatih untuk membina hubungan interpersonal, komunikasi, dan
mengungkapkan masalah pada dirinya sedangkan klien isolasi sosial yang
telah mendapatkan TAK telah mendapatkan 7 sesi kegiatan terapi yang dapat
meningkatkan kemampuan klien dalam bersosialisasi dan membina hubungan
yang baik dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Terapi aktivitas
kelompok sosialisasi yang diberikan efektif untuk meningkatkan kemampuan
sosialisasi pada klien isolasi sosial.
Salah satu tindakan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial yang
dilakukan secara berkelompok adalah Terapi Aktivitas Kelompok (TAK).
Pada pasien dengan isolasi sosial dilibatkan dalam TAK sosialisasi. TAK ini
dilaksanakan untuk melatih pasien menyadari manfaat berinteraksi sosial dan
melatih kemampuan untuk bersosialisasi. Kemampuan sosialisasi pasien
dievaluasi di setiap sesinya. TAK sosialisasi ini ada 7 sesi (Keliat, 2016)
Sesi 1. memperkenalkan diri

24
1. Perawat mendorong pasien untuk memperkenalkan diri di kelompok
2. Perawat memberi pujian bagi pasien yang telah mampu memperkenalkan
diri
3. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara bergiliran
4. Perawat menyimpulkan hasil kegiatan TAK
Sesi 2: berkenalan dengan anggota kelompok
1. Perawat meminta pasien memperkenalkan diri dan bertanya identitas
anggota kelompok lainnya
2. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara bergiliran
3. Perawat memberikan dukungan positif setiap keberhasilan kegiatan
dengan baik
Sesi 3: bercakap-cakap dengan anggota kelompok
1. Perawat meminta pasien menanyakan kehidupan pribadi terhadap satu
orang anggota kelompok
2. Perawat meminta pasien untuk menjawab pertanyaan tentang kehidupan
pribadi
3. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara bergiliran
4. Perawat memberikan dukungan positif setiap keberhasilan kegiatan
dengan baik
Sesi 4: menyampaikan dan membicarakan topik percakapan
1. Perawat meminta pasien menceritakan topik yang ingin disampaikan
kepada kelompok
2. Perawat meminta pasien memilih topik yang ingin disampaikan kepada
kelompok
3. Perawat meminta pasien memberi pendapat tentang topik yang dipilih
4. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara bergiliran
5. Perawat memberikan dukungan positif setiap keberhasilan kegiatan
dengan baik
Sesi 5: menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan orang lain
1. Perawat meminta pasien menyampaikan masalah pribadi
2. Perawat meminta pasien memilih satu masalah yang ingin didiskusikan

25
3. Perawat meminta pasien memberi pendapat tentang topik yang dipilih
4. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara
bergiliran,
5. Perawat memberikan dukungan positif setiap keberhasilan kegiatan
dengan baik
Sesi 6: bekerjasama dalam permainan sosialisasi kelompok
1. Perawat meminta pasien bertanya dan meminta sesuai kebutuhan pada
anggota kelompok lainnya
2. Perawat meminta pasien menjawab dan memberi orang lain sesuai dengan
permintaan
3. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara bergiliran
4. Perawat memberikan dukungan positif setiap keberhasilan kegiatan
dengan baik.
Sesi 7: menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAKS yang telah
dilakukan
1. Perawat meminta pasien tentang manfaat kegiatan kelompok ini
2. Perawat meminta semua pasien untuk mempraktikkannya secara
bergiliran
3. Perawat memberikan dukungan positif setiap keberhasilan kegiatan
dengan baik.
Berikut ini merupakan contoh standar pelaksanaan TAK sosialisasi sesi 1:
memperkenalkan diri. Standar pelaksanaan TAK sosialisasi sesi berikutnya dapat
merujuk pada Buku Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok Ed.2 (hal. 19-
54); Keliat dan Akemat, 2016.

TAK Sosialisasi

Sesi 1: Memperkenalkan diri

Tujuan

1. Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan: nama lengkap,


nama panggilan, asal, dan hobi.
Setting

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

26
2. Tempat tenang dan nyaman
Alat

1. Spidol sebanyak jumlah klien yang mengikuti TAK


2. Papan tulis/whiteboard flipchart
3. Papan nama
4. Kertas putih HVS sebanyak peserta TAK
5. Music player dan tersedia lagu "marilah kemari" (Titick Puspa)
6. Bola Tenis
Metode

1. Diskusi dan tanya jawab


2. Bermain peran/ stimulasi
Langkah kegiatan:

1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan isolasi sosial
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
 Salam dari terapis kepada klien
 Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
b. Evaluasi/validasi (Menanyakan perasaan klien saat ini)
c. Kontrak
 Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
memperkenalkan diri.
 Terapis menjelaskan aturan main berikut:
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,harus minta izin ke
terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap kali mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Jelaskan kegiatan yaitu music player akan dihidupkan serta bola
diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam (yaitu ke arah kanan yang
sedang memegang bola) dan pada saat music dihentikan maka anggota
kelompok yang memegang bola memperkenalkan diri
b. Hidupkan kembali musik dan edarkan bola tenis berlawanan jarum jam
c. Pada saat musik dihentikan, maka anggota kelompok yang memegang bola
mendapatkan giliran untuk menyebutkan: salam, nama lengkap, nama
panggilan, hobi, dan asal, dimulai dari terapis sebagai contoh.
d. Tulis nama panggilan pada kertas/papan nama dan tempel/pakai

27
e. Ulangi b,c, dan d sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
f. Beri dukungan positif pada klien yang melakukan dengan baik.

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan tiap anggota kelompok melatih memperkenalkan
diri kepada orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Memasukkan kegiatan
memperkenalkan diri pada jadwal kegiatan harian klien
c. Kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu berkenalan dengan anggota
kelompok lainnya
 Menyepakati waktu dan tempat
5. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Hasil dari TAK sosialisasi sesi 1 ini, diharapkan klien mampu
memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal

DAFTAR PUSTAKA
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keoerawatan Jiwa (teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Salemba Medika.
Wuryaningsih, E. wuri, Windarwati, H. D., Dewi, E. I., Deviantony, F., &
Kurniyawan, E. H. (2018). BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN
JIWA 1. kalimantan: UPT Percetakan dan penerbitan universitas jember.
Azizah, L.M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku ajar keperawatan kesehatan
jiwa. yogyakarta: Indomedia pustaka.
Keliat. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. elsevier: edisi

28
Indonesia.
Nicolas G. Quan, Matthew C. Lohman, N. V. R. & D. B. F. (2019). A systematic
review of interventions for loneliness among older adults living in long-term
care facilities.
Sutinah, S. &. (2018). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap
Kemampuan Sosialisasi Klien Isolasi Sosia.
Twonsend, M. C. (2017). Psychiatric Mental Health Nursing : Concepts of Care
in Evidence-Based practice. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Wuryaningsih Wuri. (2018). Keperawatan kesehatan jiwa 1. Surabaya: Upt
percetakan & penerbitan Universitas Jember.

29

Anda mungkin juga menyukai