Anda di halaman 1dari 48

LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

JOB XII

PENGUJIAN ANALISA SARINGAN AGREGAT HALUS

A. Tujuan Umum
Untuk menentukan gradasi agregat halus dan dan untuk
mendapatkan gradasi sesuai yang diinginkan.

B. Dasar Teori
Analisa saringan agregat adalah analisis yang dilakukan untuk
mengetahui gradasi butir atau gradasi ukuran butir yaitu dengan
menggetarkan satu set saringan di mana lubang ayakan tersebut
makin kebawah makin kecil.
Susun besar butir agregat mempunyai modulus kehalusan:
Untuk Agregat halus : 2,2 - 3,1
Batas - batas gradasi yang baik untuk campuran beton dibagi menjadi
4 zona yaitu:
1. Zone I : merupakan batas gradasi pasir yang ukuran
butirannya halus tetapi masih memenuhi syarat untuk digunakan
sebagai bahan campuran beton
2. Zone II : merupakan batas gradasi yang mempunyai butiran
yang agak halus dan merupakan agregat halus
3. Zone III :merupakan batas gradasi distribusi pasir yang agak
halus dan bila digunakan pakan untuk campuran beton yang
membutuhkan semen yang lebih banyak dibandingkan dengan
Zone II
4. Zone IV : batas gradasi butir pasir yang halus dan masih
diizinkan untuk campuran beton yang butuhnya tidak terlalu tinggi
dan membutuhkan semen yang lebih banyak dari zone III.
Adapun rumus yang digunakan:
 Persentasi benda uji yang tertahan (a)
A = a/b x 100%
Dik:
A = Berat agregat tertahan di atas saringan
B = Berat benda uji total

Modulus kehalusan =
∑ % Komulatif tertahan di atas saringan 0,15 mm
100
Analisa saringan agregat adalah suatu kegiatan analisis
yang digunakan untuk menentukan presentase berat butiran
agregat yang lolos dalam suatu set saringan, yang angka

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

persentase kumulait digambarkan pada grafik pembagian butir.


Ukuran butir yang maksimum dan agregat ditunjukan dengan
saringan terkecil dimana agregat tersebut masih bisa lolos 100%.
Ukuran nominal maksimum agregat adalah ukuran saringan
maksimum agregat adalah ukuran saringan yang terbesar dimana
diatas saringan tersebut terdapat sebagian agregat yang tertahan.
Ukuran butiran maksimum dan gradasi agregat di kontrol oleh
spesifikasi susunan dari butiran agregat sangat berpengaruh
dalam perencanaan suatu perkerasan.
Ukuran butiran tanah ditentukan dengan menyaring
sejumlah tanah melalui seperangkat saringan yang disusun
dengan lubang yang paling besar berada paling atas dan makin
kebawah makin kecil. Jumlah tanah yang tertahan pada saringan
tersebut disebut salah satu dari ukuran butir sampel tanah.
Saringan yang digunakan yaitu No saringan ½”,
3/8”,1/4”,1/8”,1/16”, No 30, No 50, No100, No 200 dan pan.
Berat tanah yang tertahan ditiap saringan dihitung beratnya dan
persentase kumulatif dari berat tanah yang melewati tiap saringan
dihitung beratnya.

C. Alat dan Bahan


 Alat

Nama Alat Gambar Fungsi

Timbangan dengan Digunakan untuk


ketelitian 0,01 gram menimbang
sampel

Talam Sebagai tempat


sampel.

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Sendok material Digunakan untuk


mengambil benda
uji Sebagian.

Saringan no.3/8,
4,8,16,30.50,100,200
dan PAN Digunakan untuk
menyaring sampel

Mesin Penggetar Digunakan untuk


mengguncangkan
saringan

Kuas Digunakan untuk


membersihkan
sisa debu.

 Bahan

Nama Bahan Gambar Fungsi

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Pasir Digunakan
sebagai sampel

D. Langkah Kerja
1. Agregat halus di oven ±24 jam dengan suhu 110 0C.

2. Menimbang 2 sampel yang akan diuji masing – masing sebanyak


3000 gram.

3. Menyusun saringan sesuai spesifikasi (dari terbesar ke terkecil).

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

4. Memasukkan agregat halus ke dalam saringan

5. Mengayak agregat dengan menggunakan alat penggetar selama


±15 menit.

6. Mendiamkan benda uji sejenak dan menghilanghkan debu yang


beterbangan.
KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

7. Menimbang agregat yang tertahan diatas tiap saringan.

E. Data Hasil Percobaan


1. Data Pengujian
No. Ukuran Saringan Berat benda uji tertahan
Saringa (mm) (gr)
n
4 4,75 13,27
8 2,36 73,51
16 1,18 345,00
30 0,6 1764,47
50 0,3 615,31
100 0,15 144,94
200 9,68
PAN 33,82
Jumlah 3000

2. Tabel hasil percobaan


No. Ukuran Berat %
Saringan Saringan benda uji Tertahan % Komulatif
(mm) tertahan
(gr) Tertahan Lolos
4 4,75 13,27 0,44 0,44 99,56
8 2,36 73,51 2,45 2,89 97,11
16 1,18 345,00 11,5 14,39 85,61
30 0,6 1764,47 58,82 73,21 26,79
50 0,3 615,31 20,51 93,72 6,28
100 0,15 144,94 4,83 98,55 1,45
200 9,68 0,32 98,87 1,13

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

PAN 33,82 1,13 100 0


Jumlah 3000 100 317,93

317,93
Modulus kehalusan =
100
= 3,1
F. Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian Analisa saringan dengan agregat halus
(pasir) diperoleh nmodulus kehalusan yaitu 3,1. Yang disyaratkan 2,2
– 3,1 masuk Zone III.

G. Dokumentasi

Gambar Menyiapkan Gambar Menimbang


agregat halus yang telah sampel yang akan diuji
dioven sebanyak 300 gram

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Gambar Memasukkan Gambar Mengayak


agregat halus ke dalam agregat halus dengan
saringan menggunakan alat
penggetar

JOB VIII

PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT HALUS

A. Tujuan Umum
Untuk menentukan persentase kadar air yang terkandung dalam
agregat halus.

B. Dasar Teori

Kadar air agregat merupakan perbandingan antara berat air


yang terkandung dalam agregat dengan berat agregat dalam keadaan
kering yang dinyatakan dalam persen (%). Berat air yang terkandung
dalam agregat, besar pengaruhnya pada pekerjaan yang
menggunakan agregat terutama beton. Dengan diketahuinya kadar air
yang terkandung dalam agregat, maka perencanaan mix design
menjadi lebih akurat karena adanya faktor koreksi kadar air campuran
beton pada saat akan dilakukan pengecoran di lapangan.
KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Keadaan kandungan air untuk menghitung jumlah air dalam agregat


terbagi atas 4 yaitu :
1. Kering tungku adalah kondisi agregat benar-benar tidak
berair secara penuh menyerap air.
2. Kering udara adalah kondisi agregat yang butir-butir kering
permukaannya tetapi sering mengandung pori-pori
sehingga sedikit mengisap jumlah air.
3. Jenuh kering muka adalah kondisi agregat tidak ada air
permukaan tiap butir -butirnya berisih sejumlah air yang
diserap sehingga butiran agregat tidak menyerap dan
menambah jumlah air dalam campuran beton.
4. Bsah adalah kondisi agregat dengan butirannya banyak
mengandung air baik di permukaan maupun dalam
butirannya , jika dipakai didalam campuran akan
menambah air.
Agregat yang basah akan membuat campuran beton lebih
basah .kadar air yang dikandung agregat dapat mempengaruhi kuat
tekan aspal . dalam rancangan campuran aspal

C. Alat dan Bahan


 Alat

Nama Alat Gambar Fungsi

Timbangan dengan Digunakan untuk


ketelitian 0,01 gram menimbang
sampel

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Talam Sebagai tempat


sampel.

Oven Pengering Untuk


mengeringkan
sampel

Sendok material Digunakan untuk


mengambil benda
uji Sebagian.

 Bahan

Nama Bahan Gambar Fungsi

Pasir Digunakan
sebagai sampel

D. Langkah kerja

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

1. Menyiapkan alat yang akan digunakan, mengambil sampel di


lapangan.
2. Menimbang talam kosong dengan menggunakan timbangan
dengan ketelitian 0,01 gram lalu mencatat hasilnya (W1).

3. Memasukkan sampel ke dalam talam kosong, kemudian


menimbang talam + sampel lalu mencatat hasilnya (W2).

4. Memasukkan talam + sampel ke dalam oven pengering dengan


suhu 1100C selama ±24 jam.

5. Sampel tanah dikeluarkan dari oven pengering dan dinginkan. Bila


pasir telah kering, maka ditimbang dan mencatat hasilnya (W1)
cara timbangan dinolkan sehingga berat diperoleh hanya benda
uji.

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

6. Menghitung kadar air agregat halus.

E. Data Hasil Percobaan


1. Data pengujian

Uraian Data Hasil Percobaan


(gram)

I II

Berat talam kosong (W1) 463,93 173,95

Berat talam + agregat basah (W2) 1941,38 1470,64

Berat talam + agregat kering (W3) 1870,86 1408,06

2. Analisa Perhitungan
 Kadar Air (Wc)
W 2−W 3
Wc = X 100%
W 3−W 1
 Sampel I
W 2−W 3
Wc = X 100%
W 3−W 1
1941,38−1870,86
= x 100%
1870,86−463,93
= 5,01%
 Sampel 2
W 2−W 3
Wc = X 100%
W 3−W 1
1470,64−1408,06
= x 100%
1408,06−173,95
= 5,07%

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

 Kadar air rata – rata

WC 1−WC 2
Wc rata – rata =
2

5,01+5,07
=
2

= 5,04

3. Tabel hasil percobaan

Uraian Data Hasil Percobaan Satuan


(gram)

I II

Berat talam kosong (W1) 463,93 173,95 Gram

Berat talam + agregat 1941,38 1470,64 Gram


basah (W2)

Berat talam + agregat 1870,86 1408,06 Gram


kering (W3)
W 2−W 3 5,01 5,07 %
Kadar air (Wc= X
W 3−W 1
100%)

Kadar air rata – rata 5,04 %


(Wc rata – rata =
WC 1−WC 2
)
2

F. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan kadar
air rata – rata agregat halus (pasir) adalah 5,04%.

G. Dokumentasi

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Gambar Menimbang talam kosong Gambar Menimbang benda uji

Gambar Menimbang benda uji setelah dioven

JOB IX

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

PENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS

A. Tujuan Umum
Untuk menentukan kadar lumpur yang terkandung dalam agregat
halus.

B. Dasar Teori
Agregat yang cocok untuk menghasilkan beton dengan mutu tinggi
adalah yang bebas dari lempung, lanau dan bahan – bahan organik
yang akan mengurangi kekuatanya. Kadar lumpur yang ada dalam
agregat dapat ditentukan dengan menyaring agregat tersebut dengan
saringan No.200. semakin besar persentase butiran yang lolos
saringan No. 200, maka semakin buruk pengaruhnya pada beton
menjadi encer dam menyebabkan mutu beton berkurang.
Adapun syarat kandungan kadar lumpur yang dibolehkan untuk
agregat halus yaitu ≤ 5% bila lebih besar dari yang disyaratkan, maka
agregat halus dicuci sebelum digunakan untuk campuran beton.
Agregat yang cocok untuk menghasilkan beton dengan mutu tinggi
adalah yang bebas dari lempung, lanau, dan bahan-bahan organic
yang akan mengurangi kekuatannya. Kadar lumpur yang ada dalam
agregat dapat ditentukan dengan menyaring agregat tersebut dengan
saringan no. 200. Semakin besar presentasi butirang yang lolos
saringan no. 200 maka semakin buruk pengaruhnya pada beton
karena akan menyeret air lebih banyak sehingga beton menjadi encer
dan menyebabkan mutu beton berkurang.
Adapun syarat kandungan kadar lumpur yang dibolehkan untuk
agregat halus yaitu kurang dari 5% bila lebih besar yang disyaratkan,
maka agregat halus harus dicuci sebelum digunakan untuk campuran
beton.
Terutama jika terdapat lumpur berarti ada kecenderungan
meningkatnya penggunaan air dalam campuran beton yang
bersangkutan. Lumpur tidak dapat menjadi satu dengan semen atau
akan mengurangi daya lekat agregat dengan pasta semen akhirnya
kekuatan tekan beton akan berkurang karena tidak adanya saling

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

mengikat salah satu factor yang menurunkan kekuatan beton yaitu


adanya lumpur dalam agrgat halus.
Agregat halus dan kasar yang mengandung kadar lumpur yang
tinggi maka akan dapat menyebabkan terhambatnya pengerasan
semen bertambahnya factor air semen, mampu mengurangi daya
ikatan pasta semen dengan agregat sehingga dapat mengurangi
kekuatan dan ketahanan beton dan lebih lanjut lagi beton akan
menjadi retak akibat tingginya bagian yang halus.
Jika lumpur terlalu banyak dalam adukan untuk beton maka
akan membuat pelaksanan akan sulit. Bila adukan air kebanyakan
maka membuat mortart akan rapuh.

C. Alat dan Bahan


 Alat

Nama Alat Gambar Fungsi


Timbangan Timbangan
dengan digunakan untuk
ketelitian 0,01 menimbang
gr sampel

Talam digunakan
Talam sebagai tempat
sampel agregat
halus yang telah
disaring

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Sendok Sendok material


material mempermudah
dalam mengampil
sampel agregat
halus

Saringan No.4 Saringan


dan No.200 digunakan untuk
menyaring agregat
halus

 Baha
n
Nama Bahan Gambar Fungsi

Pasir (agregat
Agregat halus) sebagai
halus (pasir) sampel
percobaan

D. Langkah kerja
1. Mengambil benda uji agregat halus (pasir) dilapangan
2. Mengeringkan benda uji dengan memasukkan ke dalam oven
selama 24 jam dengan suhu 1100C.

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

3. Menyaring benda uji dengan saringan No. 4

4. Membuat 2 buah sampel dan menimbang agregat halus dengan


menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
5. Mencuci benda uji diatas saringan No.200 sampai air pencucian
kelihatan jernih.

6. Mengeringkan benda uji yang telah dicuci dan tertahan saringan


No. 200 dengan cara memasukkan ke dalam oven selama ± 24
jam dengan suhu 1100C

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

7. Setelah 24 jam sampel dikeluarkan,didinginkan kemudian


ditimbang (W2).

E. Data Hasil Percobaan


1. Data pengujian

Uraian Satuan Data Hasil Percobaan


(gram)

I II

Berat awal agregat kering gram 3000 3000


oven (W1)

Berat agregat kering oven gram 2956.95 2940,21


sesudah dicuci, tertahan
saringan No.200 (W2)

2. Analisa Perhitungan
 Kadar Lumpur (W)
W 1−W 2
W= x 100 %
W1

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

 Sampel I
W 1−w 2
W= x 100 %
W1
3000−2956,95
= x 100 %
3000
= 1,43 %
 Sampel 2
W 1−W 2
W= x 100 %
W1
3000−2940,21
= x 100 %
3000
= 1,99%
 Kadar lumpur rata – rata

W 1+W 2
W rata – rata =
2

1,43+1,99
=
2

= 1,71%

3. Tabel hasil percobaan

Uraian Satuan Data Hasil Percobaan


(gram)

I II

Berat awal agregat kering gram 3000 3000


oven (W1)

Berat agregat kering oven gram 2956.95 3114,16


sesudah dicuci, tertahan
saringan No.200 (W2)

Kadar lumpur (W) % 1,43 1,99

Kadar lumpur rata – rata % 1,71


(Wrata-rata)

F. Kesimpulan

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh kadar lumpur


rata – rata untuk agregat halus adalah 1,71 % ≤ 5%.

G. Dokumentasi

H.
Gambar Menyaring benda Gambar Mencuci benda uji
uji dengan saringan No. 4 diatas saringan No. 200

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Gambar Hasil benda uji


setelah dioven

JOB X

PENGUJIAN KADAR ORGANIK AGREGAT HALUS

A. Tujuan Umum
Untuk menentukan adanya kadar organik yang terdapat dalam
pasir alam yang akan digunakan sebagai campuran beton.

B. Dasar Teori
Agregat halus adalah bagian dari campuran beton yang
mempunyai sifat kohesif yang rendah sehingga pasir dapat berfungsi
sebagai pengisi dalam campuran beton. Kadar organic dalam
agregat halus besar sekali pengaruhnya pada proses pengikatan
pasta beton, juga dalam pengerasannya. Dengan kadar organic
dapat:
 Mengurangi kekuatan serta berat isi beton
 Menyebabkan terkelupasnya serta lunturnya warna beton

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

 Mempengaruhi kekuatan terhadap serangan karat.

Kadar organic sangat mempengaruhi kualitas dari material, dalam


hal ini adalah pasir. Kadar organic merupakan senyawa yang terdapat
dalam material yang berasal dari sisa – sisa makhluk hidup yang
bersenyawa di dalamnya. Berhubungan dengan konstruksi sipil maka
pada kadar tertentu unsur organic merupakan unsur yang merugikan.
Kadar organik sangat mempengaruhi kualitas sari material, dalam hal
ini adalah pasir. Kadar organik merupakan senyawa yang terdapat
dalam material yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang
bersenyawa di dalamnya. Berhubungan dengan konstruksi sipil maka
pada kadar tertentu unsur organik merupakan unsur yang merugikan.
Pemeriksaan kadar organik pada agregat halus dimaksudkan untuk
menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan
digunakan pada campuran beton. Kandungan bahan organic yang
melebihi batas dapat memengaruhi mutu beton yang direncanakan.
Kandungan kadar organik dapat diketahui melalui percobaan atau
pengujian. Pengujian dilakukan dengan menetralkan organik yanga
ada dalam agregat halus dengan memakai larutan NaOH 3%, warna
cairan yang terjadi dibandingkan dengan warna standar, artinya bahan
organik rendah. Agregat halus dinyatakan baik sedangkan bila warna
cairannyang terjadi lebih gelap dari warna standar, maka perlu
dipertimbangkan dalam penggunaannya.

C. Alat dan Bahan


 Alat

Nama Alat Gambar Fungsi

Botol kaca
digunakan dalam
perobaan ilmiah,
Botol kaca
terutama dalam
laboratorium
kimia dan biologi.

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Table warna
sebagai tabel
pembanding
Table warna dalam
(Abrams) mengetahui
warna zat
organic pada
agregat halus

Stopwatch
berfungsi untuk
Stopwatch
mengetahui
durasi waktu
percobaan.

Penggaris
digunakan untuk
mengukur
benda-benda
Penggaris
yang berbidang
datar dengan
dimensi yang
standar atau
kecil.

 Baha
n
Nama Bahan Gambar Fungsi

Pasir (agregat
Agregat halus) sebagai
halus (pasir) sampel
percobaan

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Air membantu
mengikat butiran
liat membentuk
ikatan butiran
yang lebih besar
Air
sehingga
memperbesar
ruang-ruang
udara diantara
ikatan butiran

Larutan NaOH
Larutan
digunakan untuk
NaOH
menentkan
volume larutan

D. Langkah kerja
1. Mengambil benda uji agregat halus (pasir) dilapangan
2. Mengeringkan benda uji dengan memasukkan ke dalam oven
selama 24 jam dengan suhu 1100C.

3. Menyaring benda uji dengan saringan No. 4

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

4. Membuat 2 buah sampel dan menimbang agregat halus dengan


menggunakan timbangan dengan ketelitian 0,01 gram.
5. Mencuci benda uji diatas saringan No.200 sampai air pencucian
kelihatan jernih.

6. Mengeringkan benda uji yang telah dicuci dan tertahan saringan


No. 200 dengan cara memasukkan ke dalam oven selama ± 24
jam dengan suhu 1100C

7. Setelah 24 jam sampel dikeluarkan,didinginkan kemudian


ditimbang (W2).

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

E. Data Hasil Percobaan


4. Data pengujian

Uraian Satuan Data Hasil Percobaan


(gram)

I II

Berat awal agregat kering gram 3000 3000


oven (W1)

Berat agregat kering oven gram 2956,95 2940,21


sesudah dicuci, tertahan
saringan No.200 (W2)

5. Analisa Perhitungan
 Kadar Lumpur (W)
W 1−W 2
W= x 100 %
W1
 Sampel I
W 1−w 2
W= x 100 %
W1
3000−2956,95
= x 100 %
3000
= 1,43 %
 Sampel 2
W 1−W 2
W= x 100 %
W1
3000−2940,21
= x 100 %
3000
= 1,99%
 Kadar lumpur rata – rata

W 1+W 2
W rata – rata =
2

1,43+1,99
=
2

= 1,71%

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

6. Tabel hasil percobaan

Uraian Satuan Data Hasil Percobaan


(gram)

I II

Berat awal agregat kering Gram 3000 3000


oven (W1)

Berat agregat kering oven Gram 2956.95 3114,16


sesudah dicuci, tertahan
saringan No.200 (W2)

Kadar lumpur (W) % 1,43 1,99

Kadar lumpur rata – rata % 1,71


(Wrata-rata)

F. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh kadar organik
rata – rata untuk agregat halus adalah 1,71 % ≤ 5%.

G. Dokumentasi

Gambar Mengisi botol Gambar Mencampur


KELOMPOK 4
dengan pasir NaOH da air kedalam pasir
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Gambar Menutup botol Gambar Sampel disimpan


lalu dikocok selama 10 selama 24 jam
menit

JOB XI

PENGUJIAN BERAT VOLUME AGREGAT HALUS

A. Tujuan Umum
Untuk menentukan berat volume atau berat isi pada agregat halus.

B. Dasar Teori
Berat volume agregat halus adalah perbandingan antara berat
agregat dengan volume yang ditempatkan. Perhitungan berat volume
ini dapat digunakan untuk memudahkan perhitungan campuran beton.
Bila kita menimbang agregat dengan ukuran volema untuk
mengetahui berat agregat dalam campuran beton, kita dapat
mengalikan volume dengan isinya. Menentukan berat volume dapat

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

dilakukan dengan berbagai cara penumbukan untuk tiap lapisnya.


Berat volume agregat halus adalah perbandingan antara berat
agregat dengan volume yang ditempatkan. Perhitungan berat volume
ini dapat digunakan untuk memudahkan perhitungan campuran beton.
Bila kita menimbang agregat dengan ukuran volume untuk
mengetahui berat agregat dalam campuran beton, kita dapat
mengalikan volume dengan isinya. Menentukan berat volume dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu: cara lepas dan cara
pemadatan dengan cara penumbukan untuk tiap lapisannya.
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat
volume gembut dan berat volume padat. Berat volume gembur
merupakan perbandingan berat agregat dengan volume literan,
sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat agregat
dalam keadaan padat dengan volume literan. Menurut British Standar
812, berat volume agregat yang baik untuk material beton mempunyai
nilai yang lebih besar dari 1445 kg/m3.
Agregat dibedakan menjadi dua macam, yaitu agregat halus
dan agregat kasar yang di dapat secara alami dan buatan. Cara
membedakan jenis agregat yang paling banyak dilakukan adalah
dengan didasarkan pada ukuran butir-butirnya. Agregat yang
mempunyai ukuran butir-butirannya. Agregat yang mempunyai ukuran
butur-butir besar agregat kasar, sedangkan agregat yang berbutir
kecil disebut agregat halus. Sebagai batas ukuran butir kasar dan
butir halus adalah 4,75 mm atau 4,80 mm.

C. Alat dan Bahan


 Alat

Nama Alat Gambar Fungsi

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Timbangan
Timbangan digunakan untuk
menimbang sampel

Mold digunakan
untuk mencetak
Mold
sampel pengujian

Sendok material
Sendok mempermudah dalam
material mengampil sampel
agregat halus

Tongkat pemadat
Tongkat berfungsi untuk
memadatkan sampel
pemadat
dan meratakan
permukaan agregatr

 Bahan

Nama Gambar
Fungsi
Bahan
Agregat Pasir (agregat
halus halus) sebagai
(pasir) sampel percobaan

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

D. Langkah kerja
1. Timbang mold dalam keadaan kosong (A).
2. Hitung volume mold (B).
3. Mold diisi dalam keadaan yaitu
a. Keadaan lepas
1. Memasukkan benda uji ke dalam mold dengan
menggunakan sendok adukan sampai penuh.

2. Bagian atas mold diratakan dengan menggunakan alat


perata lalu ditimbang beratnya (C).

b. Keadaan padat.
1. Memasukkan benda uji ke dalam mold dengan
menggunakan sendok adukan dengan tiga lapisan yang
sama banyaknya.

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat


sebanyak 25 kali tumbukan secara merata

3. Setelah mold terisi penuh dengan agregat halus,


selanjutnya bagian atas mold diratakan dengan
menggunakan alat perata lalu ditimbang beratnya (C)

E. Data Hasil Percobaan


1. Data pengujian

Uraian Satuan Percobaan Percobaan


KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

keadaan lepas keadaan padat

I II I II

Berat mold (W1) gram 1,96 1,96 3,21 3,21

Berat mold + benda uji gram 6,05 6,08 8,00 7,67


(W2)

2. Analisa Perhitungan
Volume mold
Diameter : 14,9 = 1,49 dm
Tinggi : 16,8 = 1,68 dm
1
Volume mold = πd ² t
4
1
= 3,14 ¿
4
= 3,93 dm3 = 3,93 liter
2. Berat volume agregat (W3)
 Dalam kondisi lepas
a. Sampel I
D
Berat volume agregat =
B
4,09
=
2,93
= 1,40 kg/ltr
b. Sampel II
D
Berat volume agregat =
B
4,12
=
3,01
= 1,36 kg/ltr

1,40+1,36
Berat volume rata – rata =
2

= 1,38 kg/ltr

 Dalam kondisi padat

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

a. Sampel I
D
Berat volume agregat =
B

4,79
=
2,90

= 1,65

b. Sampel II
D
Berat volume agregat =
B
4,46
=
2,54
= 1,75

1,65+1,75
Berat volume rata – rata =
2

= 1,7 kg/ltr

Berat volume rata – rata untuk sampel I dan sampel II

=
Berat vol .rata−rata sampel I danberat volume rata−rata sampel II
2

1,38+1,7
=
2

= 1,54

3. Tabel hasil percobaan

Uraian Satuan Percobaan Percobaan


keadaan lepas keadaan padat

I II I II

Volume mold (V) ltr 2,93 3,01 2,90 2,54

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Berat mold (W1) Kg 1,96 1,96 3,21 3,21

Berat mold + benda uji Kg 6,05 6,08 8,00 7,67


(W2)

Berat agregat (W3 = W2 Kg 4,09 4,12 4,79 4,46


– W1)

Berat volume (W3/V) Kg/ltr 1, 40 1,36 1,65 1,75

Berat volume rata – rata Kg/ltr 7,38 1,7

Berat volume rata – rata Kg/ltr 1,54

Diameter Cm 14,9 15,2 15,3 15,5

Tinggi Cm 16,8 16,6 15,8 15,9

F. Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapatkan berat isi rata – rata keadaan
lepas dan keadaan padat yaitu 1,54 kg/ltr. Berat isinya normal sesuai
dengan yang disyaratkan yaitu 1,4 – 1,9 kg/ltr.

G. Dokumentasi

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Gambar Memasukkan Gambar Memadatkan setiap tahapan


sampel agregat halus ke yang dengan cara menumbuk benda uji
telah dioven dalam wadah

Gambar Meratakan Gambar Menimbang berat


permukaan agregat mould yang berisi agregat
dengan tongkat perata

JOB XIII
KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

A. Tujuan Umum
Untuk menentukan berat jenis agregat dalam keadaan jenuh air
kering permukaan (SSD) serta untuk mengetahui persentasi berat air
yang terkandung (dapat diserap) oleh agregat halus yang dihitung
terhadap berat keringnya.

B. Dasar Teori
Berat jenis kering adalah perbandingan antara berat agregat
kering dan berat air yang isinya sama cdengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada temperatur tertentu.
Berat jenis permukaan SSD adalah perbandingan antara berat
agregat kering permukaan jenuh dengan berat airnya yang beratnya
sama denga nisi agregat dalam keadaan jenuh pada temperatur
tertentu. Adapun berat jenis yang disyaratkan untuk agregat halus
yaitu 1,6 – 3,2
Penyerapan adalah persentasi berat air yang diserap pori – pori
terhadap berat agregat kering, besar penyerapan ini tergantung
porositas yaitu berupa volume pori – pori yang dapat menyerap air.
Penyerapan yang disyaratkan untuk agregat halus yaitu 0,2 – 2 %.

Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari
bahan yang kita uji.Sedangkan penyerapan berarti tingkat atau
kemampuan suatu bahan untuk menyerap air.Jumlah rongga atau pori
yang didapatpada agregat disebut porositas.

Pengukuran berat jenis agregat diperlukan untuk perencanaan


campuran aspal dengan agregat,campuran ini berdasarkan
perbandingan berat karena lebih teliti dibandingkan dengan
perbandingan volume dan juga untuk menentukan banyaknya pori
agregat. Berat jenis yang kecil akan mempunyai volume yang besar
sehingga dengan berat sama akan dibutuhkan aspal yang banyak dan
sebaliknya.

Agregat dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah aspal


yang lebih banyak karena banyak aspal yang terserap akan
mengakibatkan aspal menjadi lebih tipis.Penentuan banyak pori

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

ditentukan berdasarkan air yang dapat terarbsorbsi oleh agregat. Nilai


penyerapan adalah perubahan berat agregat karena penyerapan air
oleh pori-pori dengan agregat pada kondisi kering.

Macam-macam berat jenis yaitu:


1. Berat jenis curah (Bulk specific gravity)
Adalah berat jenis yang diperhitungkan terhadap seluruh volume yang
ada (Volume pori yang dapat diresapi aspal atau dapat dikatakan
seluruh volume pori yang dapat dilewati air dan volume partikel)
2. Berat jenis kering permukaan jenis (SSD specific gravity)
Adalah berat jenis yang memperhitungkan volume pori yang hanya
dapat diresapi aspal ditambah dengan volume partikel.
3. Berat jenis semu (apparent specific gravity)
Adalah berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja tanpa
memperhitungkan volume pori yang dapat dilewati air.Atau
merupakan bagian relative density dari bahan padat yang terbentuk
dari campuran partikel kecuali pori atau pori udara yang dapat
menyerap air.
4. Berat jenis efektif
Merupakan nilai tengah dari berat jenis curah dan semu,terbentuk dari
campuran partikel kecuali pori-pori atau rongga udara yang dapat
menyerap air yang selanjutnya akan terus diperhitungkan dalam
perencanaan campuran agregat dengan aspal.

Pada standar peraturan BS 812 : 1975 ini adalah determination of


relative dan water arbsorbsi :
1. Ukuran nominal butiran yang dipakai adalah untuk ukuran
besar dari 10 mm
2. Ukuran butiran antara 40 mm – 50 mm menggunakan metode
gasjar
3. Ukuran nominal butiran kecil dari 10 mm menggunakan
metode piknometer

Kondisi agregat dilapangan akibat oleh air dibagi atas 4 macam


yaitu :
1. Keadaan kering oven atau mutlak
Yaitu kondisi dimana agregat setelah dioven selama 24 jam dengan
suhu 110 ±5’C.

2. Keadaan kering udara

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Yaitu apabila kondisi agregat yang memiliki air didalam pori tetapi
mkering permukaanya.
3. Keadaan jenuh kering muka ( SSD )
Yaitu bila semua pori berisi air dalam keadaan jenuh sedangkan
kering kondisi ini dinamakan dalam keadaan SSD.
4. Keadaan basah atau penuh
Yaitu dimana seluruh permukaan agregat tersebut berisi air yang b
iasanya disebut air permukaan.

Jenis agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenis :


1. Agregat normal
Berat jenisnya antara 2,5 – 2,7. Biasanya berasal dari
granit, basalt dan kuarsa.
2. Agregat berat
Barat jenis lebih besar dari 2,8. Misalnya magnetic ( Fe3C4 ),
barites ( BaSO4 ) atau serbuk besi.
3. Agregat ringan
Berat jenisnya kurang dari 2,5

C. Alat dan Bahan


 Alat

Nama Alat Gambar Fungsi

Timbangan dengan Digunakan


ketelitian 0,01gram untuk
menimbang
sampel

piknometer Digunakan
sebagai
wadah
percobaan

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Oven Digunakan
untuk
mengeringkan
sampel

Talam Sebagai
wadah

Saringan No.4 Digunakan


untuk
mnyaring
sampel

Batang penumbuk Digunakan


untuk
menekan
benda uji

Kerucut Sebagai
terpancung, cetakan
diameter atas benda uji yang
=40mm, bawah = akan ditumbuk
90 mm, tinggi 75
mm.

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Majun Untuk melap/


membersihka
n noda

 Bahan

Nama Gambar
Fungsi
Bahan

Agregat Pasir (agregat


halus halus) sebagai
(pasir) sampel percobaan

D. Langkah kerja
1. Benda uji direndam dalam air, kemudian didiamkan selama 24
jam.
2. Benda uji dikeluarkan dari dalam air, kemudian dihamparkan
sampai agregat dalam keadaan SSD yaitu apabila agregat
dimasukkan kedalam kerucut terpancung dan ditumbuk sebanyak
8 kali di tiga lapisannya dan satu kali tumbukan terakhir lalu di
angkat, maka sampel akan mengalami keruntuhan kecil.

3. Menimbang berat piknometer kosong.

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

4. Benda uji ditimbang sebanyak 500 gram (W) dalam kondisi SSD
dan dimasukkan ke dalam piknometer.

5. Air dimasukkan ke dalam piknometer sampai penuh kemudian


memutar piknometer sampai tidak terlihat gelembung udara di
dalamnya.

6. Menimbang piknometer yang berisi air dan benda uji (BT)

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

7. Mendiamkan piknometer sampai seluruh gelembung air hilang


8. Memasukkan air dalam piknometer lalu ditimbang beratnya.

9. Setelah itu masukkan benda uji ke dalam oven lalu ditimbang


benda uji setelah pven (BK)
10. Percobaan dilakukan sebanyak 2 kalu dan diambil nilai rata –
ratanya.

E. Data Hasil Percobaan


1. Data pengujian

Parameter Satuan Hasil pengujian

I II

Benda uji kondisi Gram 500 900


SSD

Berat piknometer + Gram 1070,00 1119,64


air + benda uji (BT)

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Berat piknometer + Gram 745,70 762,00


air (B)

Berat benda uji Gram 485,32 468,70


kering oven (BK)

2. Analisa Perhitungan
a. Berat jenis semu.
 Sampel I
BK 485,32
= = = 3,01
B+ BK −BT 745,70+ 485,32−1070,00
 Sampel II
BK 468,70
= = = 4,22
B+ BK−BT 762,00+ 468,70−1119,64
3,01+ 4,22
Rata – rata = = 3,61
2
b. Berat jenis kering
 Sampel I
BK 485,32
= = = 2,76
B+500−BT 745,70+ 500−1070,00
 Sampel II
BK 468,70
= = = 3,29
B+500−BT 762,00+ 500−1119,64
2,76+3 , 29
Rata – rata == = 3,02
2
c. Berat jenis SSD
 Sampel I
500 500
= = = 2,84
B+500−BT 745,70+ 500−1070,00
 Sampel II
500 500
= = = 3,51
B+500−BT 762,00+ 500−1119,64
2, 84 +3,51
Rata – rata = = 3,17
2
d. Penyerapan
 Sampel I

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

500−BK 500−485,32
= = = 0,03
BK 485,32
 Sampel II
500−BK 500−468,70
= = = 0,06
BK 468,70
0,03+0,06
Rata – rata = = 0,05
2

3. Tabel hasil percobaan

Parameter Satuan Hasil pengujian

I II

Benda uji kondisi SSD Gram 500 900

Berat piknometer + air + Gram 1070,00 1119,64


benda uji (BT)

Berat piknometer + air (B) Gram 745,70 762,00

Berat benda uji kering oven Gram 485,32 468,70


(BK)

Berat jenis semu= Gram 3,01 4,22


BK
B+ BK −BT
Rata - rata Gram 3,61

Berat jenis kering= Gram 2,78 3,29


BK
B+500−BT
Rata – rata Gram 3,03

Berat jenis SSD= Gram 2,84 3,51


500
B+500−BT
Rata - rata Gram 3,17

Penyerapan= % 0,03 0,06


500−BK
X 100 %
BK
Rata - rata % 0,05

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

F. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa:
 Berat jenis semu rata – rata : 3,61
 Berat jenis curah rata – rata : 3,03
 Berat jenis kering SSD rata – rata : 3,17
 Penyerapan rata – rata : 0,05

G. Dokumentasi

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL
LABORATORIUM PENGUJIAN BAHAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

Gambar2. Benda uji Gambar Menimbang berat


dihemparkan sampai keadaan picnometer kosong
SSD

Gambar Memasukkan air Gambar Hasil pengujian agregat


kedalam picnometer setelah dimasukkan dikerucut

KELOMPOK 4
KELAS 2C TEKNIK KONSTRUKSI SIPIL

Anda mungkin juga menyukai