Anda di halaman 1dari 85

BAB IIi

PEKERJAAN LABORATORIUM

Pekerjaan laboratorium bertujuan untuk menelaah dan meneliti sifat dan


karakteristik tanah baik itu tanah terganggu (disturb soil) maupun tanah tidak
terganggu (undisturb soil), pekerjaan laboratorium diantaranya pemeriksaan sifat
fisis dan mekanis sesuai standart acuan. Berikut pada bab ini akan membahas
beberapa pengujian beserta metode analisisnya.
3.1 Pengujian Kadar Air Tanah (Soil Water Content)

3.1.1 Dasar Teori


Kadar air atau kandungan air dalam tanah adalah sifat fisik tanah yang
penting, dalam keadaan kandungan alami dan dibawahnya disebut kondisi batas
konsistensi. Secara definisinya, Kadar air tanah disebut juga water content
didefinisikan sebagai perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari
volume tanah yang diselidiki. Tanah terdiri dari solid (partikel padat), air, dan
udara. Kandungan air dan udara yang terdapat didalam tanah menempati rongga
(void) yang terdapat diantara butiran, yang disebut pori tanah. Bagian-bagian
tanah dapat digambarkan dalam bentuk diagram fase seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Tiga fase elemen tanah dengan volume butiran pada sama
dengan 1
Kadar air (w) dapat dihitung dengan rumus:
W3
W n= ×100 %
W5
Dimana :
W3= Berat air (gr)
W5= Berat tanah kering (gr)

3.1.2 Tujuan Pengujian


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak dan besar kadar
air yang dapat ditampung oleh tanah beserta faktor yang mempengaruhinya.

3.1.3 Acuan/Referensi
1. ASTM D 2937
2. Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B., (Jakarta: Mekanika
Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1, 1985), hlm. 31

3.1.4 Peralatan
3. Cawan / minikontainer
4. Neraca dengan ketelitian 0,001 gram
5. Spatula
6. Oven dengan suhu 110 ⁰C

(Spatula) (Cawan)
(Oven) (Neraca)

3.1.5 Benda Uji


7. Tanah Tidak Terganggu (Undisturb Soil)

3.1.6 Langkah Kerja


8. Siapkan mini container yang bersih, kering dan diketahui beratnya (W4).
9. Masukan benda uji kedalam mini container timbang beratnya (W2).
10.Mini container yang berisi sampel dimasukkan kedalam oven
pengering selama 24 jam atau selama suhu konstan (±.110 oC).
11.Kemudian cawan dikeluarkan dan di dinginkan.
12.Setelah dingin, mini container yang berisi sampel ditimbang
dan dicatat beratnya (W1).
13.Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 sampel kemudian ambil nilai rata-
rata dari ketiga sampel tersebut.

3.1.7 Analisis Data Sampel I

Dik: Berat container (w4) = 9,5 gr


Berat container + tanah (w2) = 74,5 gr

Berat container + tanah kering (w1) = 62,5 gr

Dit: Kadar air (wc) =

Penyelesaian:
Berat air (w3= w2-w1) = (74,50-62,50) gr
= 12 gr
Berat tanah kering (w5 = w1 – w4) = ( 62,50 – 9,50 ) gr = 53 gr
W3
Wn= ×100 %
W5
12
Wn= ×100 %
53
Wn=22 ,64 2 %

Langkah perhitungan sampel II sama dengan perhitungan sampel I diatas.


Data pada sampel I dan II disajikan pada tabel 3.1
No.Container Satuan I II III
Berat Container + Tanah (W2) gr 74,5 75,3 88,6
Berat Container + Tanah Kering (W1) gr 62,5 61,5 72,1
Berat Air ( W3 = W2 - W1 ) gr 12 13,8 16,5
Berat Container ( W4 ) gr 9,5 8,5 9,9
Berat Tanah Kering ( W5 = W1 - W4 ) gr 53 53 62
Kadar Air ( Wn = W3 / W5 ) % 22,642 26,038 26,527
Kadar Air Rata - rata % 25,069
Tabel 3. 1 Data pengujian kadar air tanah (soil water content)

Kadar Air (Water Content)

28
Persentase (%)

26
26.527
26.038

24

22 22.642

20
I II III
Grafik 3. 1 kadar air (water content)
Sampel

3.1.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian kadar air tanah, didapat rata-rata kadar air yaitu
25,07 %. Maka dapat disimpulkan bahwa keadaan tanah tersebut memiliki kadar
air yang rendah, sehingga apabila ingin mendirikan suatu konstruksi sebaiknya
menggunakan pondasi sumuran.
3.2 Pengujian Berat Volume Tanah (Bulk Density Test)

3.2.1 Dasar Teori


Berat volume merupakan perbandingan antara berat terhadap volume. Besar
harga berat volume mencerminkan kerapatan butiran-butiran tanah, semakin besar
harga tersebut berarti tanah semakin padat. Berat volume sangat erat hubungannya
dengan porositas dan kadar air. Berat isi juga dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:

γ= W
V
Keterangan :
γ = Berat isi (gr/cm3)
W = Berat tanah(gr)
V = Volume ring (tanah) (cm3)

3.2.2 Tujuan Penelitian


Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat volumedalam keadaan
kering udara (γa) dan berat volume dalam keadaan kering oven (γ d ) dari suatu
sampel.

3.2.3 Acuan/Referensi
1. ASTM D 2937
2. Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B., (Jakarta: Mekanika
Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1, 1985), hlm. 31.

3.2.4 Peralatan
3. Ring berdiameter seperti yang telah diukur.
4. Straigedge atau pisau, alat yang terbuat dari baja dengan satu sisi yang tajam
untuk memotong ujung sampel pada permukaan silinder.
5. Oven dengan suhu 110⁰C.
6. Neraca.
(Ring) (Pisau)

(Neraca) (Oven)

3.2.5 Langkah Kerja


1. Ring diukur diameter (d) dan tingginya (t).
2. Ring (cincin) di timbang dalam keadaan bersih (w 2), kemudian bagian dalam
ring dilumuri dengan oli hal ini bertujuan untuk mempermudah saat
melepaskan benda uji dengan ring.
3. Sampel tanah diambil, kemudian dimasukkan ke dalam ring dengan
menggunakan spatula, hingga tanah terisi penuh dan dalam keadaan rata.
4. Kemudian ring beserta isinya ditimbang dan dicatat beratnya (w1).
5. Sampel tanah yang digunakan lalu dikeluarkan dari ring dan dipakai untuk
pemeriksaan kandungan air tanah.

3.2.6 Analisis Data Sampel I

Dik: Berat tanah + ring (w1) = 238,1 gr


Berat ring (w2) = 76,3 gr
Diameter dalam ring = 7,55 cm
(d) = 2 cm
Tinggi ring (t)
Volume ring =Volume Tanah = ¼ π.d².t

= ¼ π (7,55 cm)² (2 cm)

= 89,54 cm³

Dit: Berat volume tanah basah = ….. ?


Penyelesaian:
Berat tanah (w3) = W1-W2
= 238,1 gr – 76,3 gr
= 161,8 gr

Berat tanah(W 3)
Berat volume tanah basah (γm)=
Volume ring
161 , 8 gr
Berat volume tanah basah (γm)=
89 , 54 cm ³
Berat volume tanah basah ( γm )=1 , 81 gr /cm ³

Perhitungan sampel II dan III sama dengan perhitungan sampel I diatas.

Dengan kadar air 25,07 % yang didapat dari percobaan kadar air pada pengujian

kadar air maka γd dari sampel tersebut adalah:


Berat tanah kering
Berat volume tanah kering (γd )=
volume ring
125 , 9 gr
Berat volume tanah kering (γd )=
89 , 54 cm ³
Berat volume tanah kering ( γd )=1 , 41 gr /cm ³

Data pada sampel I, II, III disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3. 2 Data Pengujian Berat Volume Tanah

Satuan I II III
Berat Tanah + Ring gram 238,1 242,2 245,8
Berat Ring gram 76,3 76,3 76,3
Berat Tanah Basah gram 161,8 165,9 169,5
Berat Tanah Kering gram 125,9 130,6 134,5
Diameter Dalam Ring cm 7,55 7,55 7,55
Tinggi Ring cm 2 2 2
89,53
Volume Ring = Volume Tanah cm3 89,539 89,539
9
Berat Volume Tanah Basah gram/cm3 1,807 1,853 1,893
3
Berat Volume Rata - rata Tanah Basah gram/cm 1,851
3
Berat Volume Tanah Kering gram/cm 1,406 1,459 1,502
Berat Volume Tanah Kering gram/cm3 1,456

Berat Volume Tanah Basah

1.950
Berat Volume (gr/cm3)

1.893
1.850

1.853

1.807

1.750
I II III

Sampel

Grafik 3. 2 Berat volume tanah basah

Berat Volume Tanah Kering


1.550
Berat Volume (gr/cm3)

1.502

1.450
1.459

1.406

1.350
I II III
Grafik 3. 3 Berat volume tanah basah

3.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian berat volume, maka dapat disimpulkan bahwa berat
volume tanah basah untuk sampel I adalah 1.807 gr/cm3, sampel II adalah 1,853
gr/cm3, dan sampel III adalah 1,893 gr/cm3. Dan rata-rata dari ketiga sampel
adalah 1,851 gr/cm3. Untuk berat volume tanah kering rata-rata yaitu 1,456
gr/cm3 dengan kadar air rata-rata 25,07 %. Besaran berat volume yang berbeda
disebabkan oleh ada butiran kasar yang berbeda.

3.3 Pengujian Berat Jenis Tanah (Spesific Geavity)

3.3.1 Dasar Teori


Berat jenis tanah ialah perbandingan antara berat butir tanah dengan volume
tanah padat atau berat air yang dengan isi sama dengan isi tanah padat tersebut
pada suhu tertentu.Berat jenis tanah diperlukan untuk merencanakan konstruksi
bangunan yang kekuatannya dipengaruhi oleh berat jenis tanah. Harga berat
spesifik dari butiran tanah(bagian padat) sering dibutuhkan dalam bermacam-
macam keperluan perhitungan mekanika tanah, harga-harga tersebut dapat
ditentukan secara akurat dengan mengujinya di laboratorium.

Tabel 3. 3 Berat Spesifik Mineral-Mineral Penting

Berat jenis tanah dapat ditentukan dengan rumus sbb :

Berat sampel (Wt) = W 2 - W 1

wt
Berat jenis :Gs=
w5 −w 3
Keterangan : Gs = Berat jenis tanah
W1 = Berat piknometer kosong (gr)
W2 = Berat piknometer + tanah kering (gr)
W3 = Berat piknometer + tanah basah + air (gr)
W5 = Volume sampel (cm3)

3.3.1 Tujuan Pengujian


Percobaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya berat jenis pada suatu
tanah. Berat jenis tanah digunakan pada hubungan fungsional antar fase udara, air,
dan butiran dalam tanah karenanya diperlukan untuk perhitungan-perhitungan
parameter indeks tanah (index properties).

3.3.2 Acuan/Referensi
1. ASTM D 2937
2. Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B., (Jakarta: Mekanika
Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1, 1985), hlm. 31.

3.3.3 Peralatan
1. Piknometer
2. Oven
3. Thermometer
4. Saringan No. 40
5. Neraca dengan ketelitian 0,5 gram
6. Alat penumbuk dan pengaduk
7. Botol berisi air suling (Aquades ) dan gliserin
8. Cawan
9. Desikator
10. Pompa hampa udara (vaccum,1-1,5PK) atau tungku listrik (cookplat)

3.3.4 Langkah Kerja


1. Sampel tanah kering ditumbuk dalam cawan hingga halus, kemudian
disaring dengan ayakan No. 40 dan di timbang seberat 25 gram.
2. Piknometer dibersihkan kemudiandi timbang, dicatat berat piknometer (W1)
3. Piknometer diisi dengan air suling (aquades), suhunya diukur , kemudian
piknometer ditimbang beserta tutupnya (W4).
4. Sampel tanah diambil. Tanah diremas dan dicampur dengan aquade shingga
menyerupai bubur yang homogen.
5. Masukkan sampel tanah kedalam piknometer kemudian beratnya ditimbang,
piknometer + sampel (W2)
6. Air suling ditambah hingga 2/3 isi piknometer
7. Piknometer + sampel tanah + air dididihkan dalam gliserin di atas pompa
hampa udara atau tungku listrik (cookplat) agar udara yang terkandung dalam
tanah keluar
8. Setelah mendidih, piknometer didinginkan hingga suhu ruang dan diamkan
selama 24 jam di dalam desikator.
9. Air aquades ditambahkan sampai penuh, kemudian ditutup, dan ditimbang
beratnya (W3)
10. Pengujian ini dilakukan sebanyak 2 kali.

3.3.5 Analisis Data Sampel I


Dik: Berat picnometer + Contoh (w2) = 133,10 gr

Berat picnometer (w1) = 42,60 gr


Berat picnometer + Air (w4) = 143,00 gr
Berat picnometer + Air + Contoh (w3) = 158,90 gr
Dit: Berat jenis (Gs) =……?
Penyelesaian:
Berat contoh (wt) = w2 - w1
= 133,10 gr – 42,60 gr
= 25 gr
Berat total (w5) = wt + w4
= 25 gr + 143 gr
= 168 gr
Volume contoh = w5 – w3
= 168 – 158,9
= 9,10 cm3

Berat contoh
Spesific Gravity(Gs)=
volume sampel
25 gr
Spesific Gravity(Gs)= 3
9 , 1 cm
3
Spesific Gravity ( Gs )=2 , 75 gr /cm

Perhitungan sampel II dan III sama dengan perhitungan sampel I yang diatas.
2 ,75+ 2, 78+2 , 25
Sehingga berat jenis rata−rata=
3
3
Sehinggaberat jenis rata−rata=2,592 gr /cm

Data sampel I, II, dan III disajikan pada tabel 3.4

Tabel 3. 4 Pengujian Berat Jenis

No. Picnometer I II III Satuan


Suhu 26 26 26 ⁰C
Berat Picnometer + Contoh (W2) 133,1 149,3 141,6 gr
Berat Picnometer (W1) 42,6 59,9 63 gr
Berat Contoh (Wt = W2 - W1) 25 25 25 gr
Berat Picnometer + Air (W4) 143 159,9 162,6 gr
Berat Total (W5 = Wt + W4) 168 184,9 187,6 gr
Berat Picnometer + Air + Contoh
158,9 175,9 176,5 gr
(W3)
Volume Contoh (W5 - W3) 9,1 9 11,1 cm3
Berat Jenis (Gs = Wt / (W5 - W3)) 2,747 2,778 2,252 gr/cm3
Berat Jenis Rata - rata 2.592 gr/cm3
Bereat jenis (gr/cm3) Berat Jenis (Spesific Grafity)

2.800

2.778
2.747
2.600

2.400

2.252
2.200
I II III
Sampel

Grafik 3. 4 Perbandingan Berat Jenis dari Tiap Sampel

3.3.6 Kesimpulan
Dari pengujian berat jenis di atas didapat harga berat jenis sebesar 2,5924
gr/cm3, maka dapat disimpulkan bahwa tanah tersebut dikategorikan ke dalam
jenis tanah “lempung organik”

3.4 Pengujian Atterberg Limit


Atterberg (1911), memberikan batas-batas konsistensi dari tanah dengan
mempertimbangkan kandungan air tanah. Butiran tanah yang baik dapat terjadi
dalam beberapa keadaan, yang mana keadaan tersebut tergantung pada jumlah air
dalan sistem tanah. Apabila air ditambahkan pada tanah kering, tiap partikel
diliputi oleh selaput air yang terserap. Sifat tanah tergantung pada jumlah air
dalam sistemnya Atterberg menetapkan batas-batas untuk keadaan “batas” sebagai
berikut:
1. Batas Cair (Liquid Limit) adalah batas antara keadaan
cair dan keadaan plastis.
2. Batas Plastis (Plastis Limit) adalah batas antara keadaan
plastis dan semi padat.
3. Shrinkage Limit adalah antara keadaan semi solid dan solid.
Dalam praktikum ini, pengujian ini tidak dilakukan.

Gambar 3. 2 Ilusterasi Batas-Batas Atterberg

3.4.1 Pengujian Batas Cair (Liquid Limit Test)


3.4.1.1 Dasar Teori
Batas cair adalah kadar air minimum dimana tanah tidak mendapat
gangguan dari luar. Sifat fisis tanah dapat ditentukan dengan mengetahui batas
cair suatu tanah. Atau batas antara cair dan plastis dimana tanah mempunyai
kekuatan geser yang kecil yang menyebabkan dapat dengan mudah mengalir
menutup. Nilai LL diperoleh dari pengujian dengan menggunakan alat
cassagrande.
3.4.1.2 Tujuan Pengujian
Untuk mengetahui batas plastis suatu sampel tanah, yaitu nilai kadar air
terendah dari suatu tanah dimana tanah tersebut masih dalam keadaan plastis.
3.4.1.3 Acuan/Referesi
1. ASTM D 2937
2. Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B., (Jakarta: Mekanika
Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1, 1985), hlm. 31.

3.4.1.4 Peralatan
1. Alat batas cair standar (cassagrande)
2. Alat pembuat alur ( grooving tool)
3. Sendok dempul
4. Plat kaca ukuran (45 x 45 x 0,9) cm
5. Cawan kadar air, minimal 4 buah
6. Neraca dengan ketelitian 0,5 gr
7. Botol tempat air suling
8. Air suling
9. Spatula
10. Mangkuk porselin
11. Oven dengan suhu 110⁰C

3.4.1.5 Benda Uji


Benda uji dengan sampel tanah yang tidak mengandung batu dan hampir
semua butirannya lebih halus dari saringan No. 40 (0,42 mm).
3.4.1.6 Prosedur Kerja
1. Mangkuk cassagrande diatur tinggi jatuhnya, setinggi 10 mm.

2. Sampel seberat 100 gram diletakkan diatas plat kaca pengaduk

3. Dengan menggunakan spatula, benda uji diaduk dengan menambahkan air


suling sedikit demi sedikit sampai menjadi campuran yang homogen.
4. Setelah sampel menjadi campuran yang homogen, benda uji diambil dan
diletakan didalam mangkuk alat batas cair, permukaannya diratakan
sedemikian rupa menggunakan spatula, sehingga sejajar dengan tepi muka
mangkuk, dengan bagian yang tebal ±1cm.
5. Alur dibuat tepat ditengah-tengah dan membagi dua benda uji dalam
mangkuk cassagrande, dengan menggunakan alat pembuat alur (grooving
tool) dengan posisi tegak lurus permukaan mangkuk, sehingga sampel tanah
akan terbagi 2 (terpisah dari kanan dan kiri).
6. Alat engkol diputar, sehingga mangkuk naik-jatuh dengan kecepatan 2
putaran per/detik pada ketinggian 10 mm.
7. Putaran terus dilakukan sampai dasar alur benda uji atau kedua sisi benda uji
bersinggungan sepanjang ±1,27 cm, dan dihitung jumlah ketukan yang berada
diantara 10 – 50 kali.
8. Ketika sisi kanan dan sisi kiri benda uji sudah bersinggungan, maka diambil
sebagian benda uji dibagiantengah mangkuk untuk pemeriksaan kadar air.
Lalu sampel dimasukkan ke dalam cawan yang disiapkan dan ditimbang
beratnya.
9. Sampel yang telah dimasukkan ke dalam cawan kemudian dimasukkan
ke dalam oven selama 24 jam.
10. Cara kerja (2) sampai (8) diulangi dengan keadaan adonan benda uji yang
berbeda sehingga diperoleh 4 macam sampel dengan jumlah ketukan yang
berbeda yaitu 2 buah di bawah 25 ketukan dan 2 buah di atas 25 ketukan.
11. Setelah di oven selama 24 jam, benda uji dikeluarkan dari oven kemudian
didinginkan dan ditimbang beratnya.
3.4.1.7 Analisis Data
Hasil-hasil yang diperoleh berdasarkan jumlah pukulan dan kadar air
yang bersangkutan, kemudian digambar dalam bentuk grafik. Jumlah pukulan
sebagai sumbu datar dengan skala logaritma, sedangkan sumbu tegaknya adalah
kadar air dengan skala biasa. Besarkadar air pada jumlah 25 ketukan dan kadar
air tersebutlah yang merupakan batas cair (liquid limit) dari sampel tanah
tersebut.

Sampel I

Dik: N (ketukan) = 10 kali


Wt.Container + Wet Soil (W1) = 52,40 gr
Wt.Container + Dry Soil (W2) = 37,30 gr
Wt.Container (W3) = 9,20 gr

Dit: Water Content (w) =.....?

Penyelesaian:

w 1−w 2
W= ×100 %
w 2−w 3

52 , 40−37 , 30
W= ×100 %
37 ,30−9 , 20

W =53 ,74 %

Perhitungan sampel II dan III sama dengan perhitungan


sampel I. Data sampel I, II, dan III disajikan pada Tabel 3.5
Tabel 3. 5 Pengujian Batas Cair (Liquid Limit)

LIQUID LIMIT
No.Of Blows 10 23 40 50
Container No 1 2 3 4
Wt.Container + Wet Soil 52,4 53,1 55,2 56,4
Wt.Container + Dry Soil 37,3 38,2 40,3 41,1
Wt.Water 15,1 14,9 14,9 15,3
Wt.Container 9,2 9 9,3 8,7
Wt.Dry Soil (Ws) 28,1 29,2 31 32,4
Water Content ( w ) 53,737 51,027 48,065 47,222
Rata-Rata Kadar Air 50,013
Grafik Hubungan Jumlah Ketukan dengan Batas Cair

55 53.737
Kadar Air (%)

51.027
f(x) = − 2.25061788773866 x + 55.6392423232964
R² = 0.956448338974726
50 48.065
Batas Cair Linear (Batas Cair) 47.222

45

40
10 23 40 50
Jumlah Ketukan (n)

Grafik 3. 5 Grafik Hubungan Jumlah Ketukan dengan Batas Cair

3.4.1.8 Kesimpulan

Dari pengujian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk sampel I


dengan jumlah ketukan 10 dan kadar air 53,74 %, sampel II dengan jumlah
ketukan 23 dan kadar air 51,03 %, sampel III dengan jumlah ketukan 40 dan kadar
air 48,07 %, dan sampel IV dengan jumlah ketukan 50 dan kadar air 47,22 %.

3.4.2 Pengujian Batas Plastis (Plastic Limit)


3.4.2.1 Dasar Teori
Batas plastis adalah kadar air, dinyatakan dalam persen, dimana tanh
apabila digulung sampai dengan diameter(1/8 in (± 3,2 mm) menjadi retak-retak.
Batas plastis merupakan batas terendah dari tingkat keplastisan suatu tanah. Cara
pengujian batas plastis sangat sederhana, yaitu dengan cara menggulung massa
tanah berukuran elipsoida dengan telapak tangan di atas plat kaca datar.
Berdasarkan kadar airnya, tanah dapat digolongkan kedalam4 keadaaan, yakni
padat, semipadat, plastis, dan cair. Kadar air tanah pada batas-batas antara
keempat keadaan ini dinamakan batas-batas atterberg.Penentuan batas atterberg
dilakukan dengan secara rutin dan sangat penting untuk sebagian besar
penyelidikan tanah berbutir halus.

Sifat-sifat tanah lempung dan lanau secara langsung tidak ada


hubungannya dengan ukuran butirannya,karena sifat lempung dan lanau lebih
tergantung kepada komposisi zat mineralnya dari pada ukuran butirannya.

Indeks plastisitas (PI)adalah perbedaan antara batas cair dan batas plastis
suatu tanah.

PI = LL – PL
Keterangan:
LL = Nilai kadar air rata-rata batas cair

PL = Nilai kadar air rata-rata batas plastis

3.4.2.2 Tujuan Pengujian


Untuk mengetahui batas plastis suatu sampel tanah, yaitu
nilai kadar air terendah dari suatu sampel tanah dimana tanah
tersebut masih dalam keadaan plastis.
3.4.2.3 Acuan/Referensi
1. ASTM D- 4318
2. Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B., (Jakarta: Mekanika
Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1, 1985), hlm. 47”
3. Craig, RF. Mekanika Tanah. BAB I Klasifikasi Dasar Tanah Plastisitas Tanah
Berbutir Halus.
3.4.2.4 Peralatan
1. Plat kaca ukuran 45 x 45 x 0,9 cm
2. Sendok dempul dengan panjang 12,5 cm
3. Batang pembanding dengan diameter 3 mm dan panjang 10 cm
4. Neraca dengan ketelitian 0,5 gr
5. Cawan 2 buah, untuk menentukan kadar air
6. Mangkuk porselin, spatula
7. Botol tempat air suling
8. Air suling
9. Oven dengan pengatur suhu sampai 110⁰C
10. Desikator

3.4.2.5 Benda Uji


Benda uji yang sudah diayak dengan saringan No. 40 dipersiapkan
sebanyak 120 gram.
3.4.2.6 Prosedur Kerja
11. Benda uji diletakan diatas plat kaca, kemudian diaduk sehingga kadar airnya
merata (homogen).
12. Setelah kadar airnya cukup merata, dari benda ujidibuat bola-bola tanah,
kemudin bola-bola tanah itu digulung-gulungkan diatas plat kaca.
13. Penggulungan dilakukan terus sampai benda uji membentuk batang dengan
diameter ±3 mm.
a) Jika pada waktu penggulungan benda uji sudah mencapai diameter ±3 mm,
namun belum retak maka benda uji disatukan kembali dan diaduk sampai
rata.
b) Jika penggulungan bola-bola itu sudah mencapai diameter lebih kecil dari 3
mm tanpa menunjukan retakkan-retakan, maka benda uji harus dibiarkan
beberapa saat diudara, agar kadar airnya berkurang sedikit.
14. Pengadukan dan penggulungan diulangi terus sampai retakan-retakan terjadi
dengan diameter 3 mm.

15. Kemudian dimasukkan kedalam minikontainer sebanyak 2 buah, dan


ditimbang beratnya.
16. Setelah 24 jam dioven, minikontainer dikeluarkan dari oven dan dimasukkan
kedalam desikator sampai dingin, kemudian ditimbang beratnya untuk
menentukan kadar airnya.
17. Pengujian ini dilakukan sebanyak 2 sampel.
18. Kadar air tanah diperiksa pada (d) dilakukan ganda benda uji untuk perbedaan
kadar air 5% (maksimum).
3.4.2.7 Analisa Data
Data sampel I

Dik: Wt.Container + Wet Soil (W1)

Wt.Container (W3)

Dit: Water Content (w) = …….. ?


Penyelesaian :

w 1−w 2
W= ×100 %
w 2−w 3

28 , 20−23 , 60
W= ×100 %
23 ,60−10 ,70

¿ 35 , 66 %
Perhitungan sampel I dan III sama dengan perhitungan sampel I.
35 , 66+39 , 47
Sehinggakadar air rata−rata= ×100 %
2

Sehinggakadar air rata−rata=35 ,57 %

Data sampel I, II, dan II disajikan pada tabel 3.6

Tabel 3. 6 Pengujian Batas Plastik (Plastic Limit)


PLASTIC
No.Of Blows LIMIT Satuan
Container No 5 6
Wt.Container + Wet Soil 28,2 25,7 gr
Wt.Container + Dry Soil 23,6 21,2 gr
Wt.Water 4,6 4,5 gr
` Wt.Container 10,7 9,8 gr
Wt.Dry Soil (Ws) 12,9 11,4 gr
Water Content ( w ) 35,659 39,474 %
Rata-Rata Kadar Air 37,566 %

CH

CL

MH & OH

CL - ML ML & OL

Grafik 3. 6 Hubungan Batas Cair dengan Indeks Plastisitas


3.4.2.8 Kesimpulan
Dari pengujian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kadar air untuk
sampel I yaitu 35,659 % dan sampel II yaitu 39,474 %. Maka kadar air rata-
rata yaitu 37,566 %. Dengan batas cair = 50,21% (>50%) dan indeks plastisitas =
12,64%, maka tanah tersebut dapat diklasifikasikan sebagai ML-OL lempung
lanau, tanah berbutir halus dengan plastis rendah.
3.5 Pengujian Analisa Saringan (Sieve Analisis)
3.5.1 Dasar Teori
Analisa saringan adalah mengayak dan menggetarkan contoh tanah
melalui satu set ayakan dimana lubang-lubang ayakan tersebut makin kecil
secara berurutan. Untuk standar ayakan Amerika Serikat nomor dan ukuran
lubang ayakan seperti tertera pada tabel di berikut:
Tabel 3. 7 Standar Ayakan Amerika Serikat

No. Ayakan Lubang (mm)


4 4,750
6 3,350
8 2,360
10 2,000
16 1,180
20 0,850
30 0,600
40 0,425
50 0,300
60 0,250
80 0,180
100 0,150
140 0,106
170 0,088
200 0,075
270 0,053

Tanah yang ukuran butirnya dibagi rata antara yang besar sampai yang kecil
dikatakan bergradasi baik (well graded). Apabila terdapat kekurangan atau
kelebihan dalah satu ukuran butir tertentu maka tanah itu dikatakan bergradasi
buruk (poor graded). Apabila besar butirannya semua hampir sama maka
dikatakan bergradaasi seragam (uniformly graded).

Tabel 3. 8 Batas-batasan Ukuran Golongan Tanah

Nama golongan Kerikil(mm) Pasir(mm) Lanau(mm) Lempung(mm)


MIT >2 2 - 0.06 0.06 - 0.002 <0.002
USDA >2 2 - 0.05 0.05 - 0.002 <0.002
AASHTO 76.2 – 2 2 -0.0075 0.075 - 0.002 <0.002
USCS 76.2 - 4.75 4.75 - 0.075 <0.0075
Gambar 3. 3 Batas-batasan Ukuran Golongan Tanah menurut beberapa
Sistem
3.5.2 Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui persentasi butiran tanah dan
susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang tertahan diatas
saringan No.200 (0.0075 mm).
3.5.3 Acuan/Referensi
1. ASTM D422-63 (Metoda Standar Pengujian Analisa Ukuran Partikel)
2. Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B., (Jakarta: Mekanika
Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1, 1985), hlm. 7,8 dan 17”
3.5.4 Peralatan
1. Satu set saringan No.4, 10, 16, 30, 50,100, 200 dan pan sesuai
dengan standar ASTM.
2. Neraca dengan ketelitian 0,5 gram
3. Oven dengan suhu 110⁰C
4. Kuas
5. Sikat baja
(Satu Set Saringan) (Neraca)

(Oven) (Kuas)

3.5.5 Prosedur Kerja


1. Saringan dibersihkan dan ditimbang berat kosongnya satu persatu
kemudian dicatat.
2. Gumpalan tanah ditumbuk dengan palu karet.
3. Sampel tanah dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu 110⁰C
sampai berat tetap.
4. Tanah diambil sebanyak 500 gr.
5. Sampel tanah dicuci pada saringan No.200.
6. Setelah lolos No.200 tanah dioven kembali selama 24 jam.
7. Tanah didinginkan didalam desikator.
8. Setelah dingin, tanah dimasukkan kedalam saringan paling atas yang telah
disusun beserta tutupnya.
9. Kemudian diguncangkan selama 15 menit, dan diamkan selama 5 menit.
10. Ditimbang masing-masing berat saringan bersamaan dengan sampel yang
tertahan kemudian dicatat.
3.5.6 Analisa Data
Perhitungan adalah persentasi berat benda uji yang tertahan di atas masing-
masing saringan terhadap berat total benda uji. Data dan perhitungan disajikan
dalam bentuk tabel berikut ini :

Perhitungan pada ayakan No. 4


Berat tertahan = (Berat saringan + tanah) – Berat saringan
= 416,8 gr – 417,5 gr
= 0,7 gr

Berat tertahan
Persentase tertahan= ×100 %
total sampel
0 ,7 gr
Persentase tertahan= ×100 %
107 ,2 gr
¿ 0 , 65 %

Untuk perhitungan Lolos Komulatif maka diambil perhitungan pada saringan


No.8:

Berat Tertahan Komulatif = Berat Tertahan + Berat Tertahan Selanjutnya


= 5,3 gr + 0,7 gr
= 6 gr
% Tertahan Komulatif =% Berat Tertahan+% Berat Tertahan Komulatif
% Tertahan Komulatif =4 , 94 %+0 , 65 %=5 , 60 %

% Lolos Komulatif =% Berat Tertahan+ % Berat Tertahan Komulatif


% Lolos Komulatif =100 %−0 , 65 %=99 , 35 %

Tabel 3. 9 Data Analisa Saringan Sampel 1

Berat Tertahan Jumlah Berat Tertahan


Berat
Ayakan Ukuran Berat
Saringan Lolos
No ( mm ) Saringan gram % gram Tertahan
+ Tanah (%)

4 4,75 416,8 417,5 0,7 0,653 0,7 0,653 99,347


8 2 397,7 403 5,3 4,944 6 5,597 94,403
16 1,18 365,9 373,3 7,4 6,903 13,4 12,5 87,5
30 0,6 356,5 370 13,5 12,593 26,9 25,093 74,907
50 0,3 370,2 386 15,8 14,739 42,7 39,832 60,168
100 0,15 377,6 415,4 37,8 35,261 80,5 75,093 24,907
200 0,075 320,2 346,9 26,7 24,907 107,2 100 0
Pan 406,4 406,4 0 0 107,2 100 0
Jumlah 3011,3 3118,5 107,2 100

Sampel I

100

99.347
Jumlah Persen Lolos (%)

94.403
75 87.500
74.907

50
60.168

25
24.907
0.000
0
5 2 1 1 0 0 0

Ukuran Saringan (mm)

Grafik 3.7 Analisis Saringan Sampel 1

Perhitungan semua sampel dicontohkan seperti di atas untuk sampel II,


III, dan sampel rata-rata dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:

Tabel 3. 10 Data Analisa Saringan Sampel II


Berat Tertahan Jumlah Berat Tertahan
Ukura Berat Berat
Ayaka
n Saringa Saringan (Gram (Gram Tertaha Lolos
n No %
( mm ) n + Tanah ) ) n (%)

97,34
4
4,75 416,6 419,5 2,9 2,658 2,9 2,658 2
93,67
8
2 397,5 401,5 4 3,666 6,9 6,324 6
88,72
16
1,18 365,8 371,2 5,4 4,95 12,3 11,274 6
10,72 78,00
30
0,6 356,5 368,2 11,7 4 24 21,998 2
14,48
50
0,3 370,2 386 15,8 2 39,8 36,480 63,52
33,45 30,06
100
0,15 377,7 414,2 36,5 6 76,3 69,936 4
29,60
200
0,075 321,0 353,3 32,3 6 108,6 99,542 0,458
Pan 406,3 406,8 0,5 0,458 109,1 100 0
Jumlah 3011,6 3120,7 109,1 100

Sampel II
100
Jumlah Persen Lolos (%)

97.342 93.676
88.726
75
78.002

50 63.520

25
30.064
0.458

0
5 2 1 1 0 0 0

Ukuran Saringan (mm)

Grafik 3.8 Analisis Saringan Sampel 1I


Tabel 3. 11 Data Analisa Saringan Sampel III
Berat Tertahan Jumlah Berat Tertahan
Berat
Ayaka Ukuran Berat
Saringan Tertaha Lolos
n No ( mm ) Saringan (Gram) % (Gram)
+ Tanah n (%)

4 4,75 416,3 418,9 2,6 2,324 2,6 2,324 97,676


8 2 397,6 401,2 3,6 3,217 6,2 5,541 94,459
16 1,18 365,9 372,4 6,5 5,809 12,7 11,349 88,651
30 0,6 356,6 368,6 12 10,724 24,7 22,073 77,927
50 0,3 370,2 385,9 15,7 14,030 40,4 36,104 63,896
100 0,15 378 416,3 38,3 34,227 78,7 70,331 29,669
200 0,075 321 353,3 32,3 28,865 111 99,196 0,804
Pan 406,4 407,3 0,9 0,804 111,9 100 0
Jumlah 3012 3123,9 111,9 100

Grafik 3. 9 Analisis Saringan Sampel III


Sampel III
100

97.676
94.459
88.651
Jumlah Persen Lolos (%)

75
77.927

50 63.896

25
29.669
0.804

0
5 2 1 1 0 0 0
Ukuran Saringan (mm)
Tabel 3. 12 Data Analisa Saringan Rata Rata

Berat Tertahan Jumlah Berat Tertahan


Berat
Ayaka Ukuran Berat
Saringan Lolos
n No ( mm ) Saringan (Gram) % (Gram) Tertahan
+ Tanah (%)

98,62
4 4,75 416,8 418,633 1,833 1,676 1,833 1,676
9
94,79
8 2 397,7 401,9 4,2 3,839 6,033 5,515
0
88,94
16 1,18 365,9 372,3 6,4 5,850 12,433 11,365
0
77,57
30 0,6 356,5 368,933 12,433 11,365 24,867 22,730
5
63,16
50 0,3 370,2 385,967 15,767 14,412 40,633 37,142
3
28,70
100 0,15 377,6 415,3 37,7 34,461 78,333 71,603
2
200 0,075 320,2 351,167 30,967 28,306 109,3 99,909 0,396
pan 406,4 406,833 0,433 0,396 109,733 100 0

Jumlah 3011,3 3121,033 109,4 100

R ata-R ata
100

98.629
94.790
Jumlah Persen Lolos (%)

75 88.940

77.575

50 63.163

25
28.702

0.396
0
5 2 1 1 0 0 0

Ukuran Saringan (mm)

Grafik 3. 10 Analisis Saringan Gabungan

3.5.7 Kesimpulan
Dari hasil test didapat bahwa sample tanah tersebut mempunyai gradasi
yang baik, karena persentase lolos saringannya tidak terkonsentrasi pada satu
saringan. Dari perhitungan yang ditunjukan pada seperti di atas didapat hasil rata-
rata ketiga sample yang lolos saringan no. 200 adalah 0,396 %.
3.6 Pengujian Analisa Hidrometer (Hydrometer Analysis)

3.6.1 Dasar Teori


Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan)
butir-butir tanah dalam air. Tanah dilarutkan dalam air, partikel-partikel tanah
akan mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung bentuk, ukuran
dan beratnya.

3.6.2 Tujuan Pengujian


Pengujian ini bertujuan untuk butir-butir tanah halus, lebih halus dari 0.074
mm (lolos saringan no.200), tetapi lebih kasar dari 0.0002 mm. Untuk butir-butir
yang lebih halus dari 0.0002 mm akan berbentuk koloidal. Percobaan ini
dilakukan untuk menentukan distribusi butiran tanah yang lolos saringan no.200
dengan cara pengendapan atau dengan kata lain menentukan pembagian ukuran
butir (gradasi) dari tanah yang lewat saringan no.200.

3.6.3 Acuan/Referensi
1. ASTM D422-63 (Metoda Standar Pengujian Analisa Ukuran Partikel)

2. Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B.,


(Jakarta: Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis) Jilid 1, 1985), hlm. 18”

3.6.4 Peralatan
1. Saringan No. 200
2. Satu buah hidrometer tipe ASTM-151 H
3. Dua buah tabung gelas ukur kapasitas 1000 ml
4. Termometer
5. Mixer dan mangkoknya
6. Air aquades
7. Larutan Natrium Sulfat, Spatula dan cawan
8. Neraca dengan ketelitian 0,01 gram dan stopwatch

3.6.5 Prosedur Kerja


1. Tanah asli diambil dari tabung sebanyak 100 gram. Kemudian di
oven selama 24 jam sampai berat tetap.
2. Kemudian tanah tersebut dihaluskan dalam cawan hingga halus
namun tidak merusak struktur bagian butiran.
3. Sampel tanah disaring dengan saringan No.200. Tanah diambil
sebanyak
4. 50 gram. Kemudian ditambahkan aquades kedalam contoh tanah
secukupnya dan direndam selama 24 jam
5. Sampel tanah tersebut dimasukkan kedalam cawan, ditambahkan air
aquades dan ditambahkan larutan natrium sulfat sebanyak 10 gram.
Kemudian diaduk dengan menggunakan mixer selama 15 menit
6. Selama menunggu larutan di mixer, aquades dimasukkan kedalam
gelas ukur sebanyak 1000 ml.
7. Hidrometer dimasukkan kedalam tabung gelas kemudian dilakukan
pembacaan pada ujung permukaan air yang menempel pada permukaan
hydrometer. Pembacaan ini disebut dengan zero correction, dengan
ketentuan bila diatas angka 0 bernilai negative dan dibawah angka 0
bernilai positif.
8. Ketika sudah siap dimixer, larutan dimasukkan kedalam satu tabung
gelas ukur dan ditambahkan air hingga volume gelas ukur 1000 ml.
Gelasukur yang satunya lagi diisi dengan air untuk tempat hidrometer.

9. Tabung yang berisi larutan tanah dikocok dengan cara ditutup


menggunakan telapak tangan dan dibolak-balikkan selama 30 detik
sampai larutan menjadi homogen. Kemudian hidrometer di masukkan
pada menit ke 0, 1, 2, 4,
10. Temperatur juga diukur setelah pembacaan
11. Pada saat pengukuran hidrometer didalam gelas ukur, tidak
diperkenankan dari 10 detik pada setiap pembacaan
12. Termometer diangkat lalu dimasukkan kedalam gelar ukur yang berisi
air aquades, kemudian dicatat angka termometer
13. Termometer dimasukkan kedalam larutan suspensi gelas ukur
kemudian temperaturnya dicatat.
14. Pembacaan dilakukan pada menit ke 8, 60, 30, 45, 90, 210, 1290,
1440.
15. Pembacaan telah selesai dilakukan, larutan dituang dalam dish yang
telah ditimbang beratnya, kemudian dimasukkan kedalam oven selama
24 jam pada temperature 110⁰C untuk mendapatkan berat keringnya.

3.6.6 Analisa Data


Data pengujian waktu pertama
1. Menghitung nilai R – R w
Dik: R =8
Rw =1
Maka: R-Rw = R – Rw
=8-1
=7

2. Menggunakan Tabel 3.13 untuk mencari harga A ( Faktor koreksi)


untuk Gs (Berat Jenis yang sesuai). Dengan Gs = 2,592 maka didapat
harga A = 1,09 diperoleh dari tabel dengan metode interpolasi. Seperti
tertera pada tabel berikut:

Tabel 3. 13 Harga Faktor Koreksi, A

Berat Jenis (gr/cm3) Faktor Koreksi


2,95 0,94
2,90 0,95
2,85 0,96
2,80 0,97
2,75 0,98
2,70 0,99
2,65 1,00
2,60 1,01
2,55 1,02
2,50 1,03
2,45 1,04

3. Menghitung nilai N (%) dengan menggunakan persamaan :


( R−Rw ) . A
N= ×100 %
w

Dimana: A = Faktor koreksi


W = Berat contoh tanah

Dik: R – Rw =7
A = 1.09
w = 50 gram

Maka:
( R−Rw ) . A
N= ×100 %
w
(7). 1 , 09
N= ×100 %
50

N=15 ,23 %
4. Menggunakan Tabel 3.13 untuk memperoleh harga Zr disesuaikan
dengan nilai R. Seperti tertera pada tabel di berikut:

Tabel 3. 14 Faktor Koreksi untuk Gs yang berbeda

R Zr R Zr R Zr
0 16.3 21 12.9 42 9.4
1 16.1 22 12.7 43 9.2
2 16.0 23 12.5 44 9.1
3 15.8 24 12.4 45 8.9
4 15.6 25 12.2 46 8.8
5 15.5 26 12 47 8.6
6 15.3 27 11.9 48 8.4
7 15.2 28 11.7 49 8.3
8 15 29 11.5 50 8.1
9 14.8 30 11.4 51 7.9
10 14.7 31 11.2 52 7.8
11 14.5 32 11.1 53 7.6
12 14.3 33 10.9 54 7.4
13 14.2 34 10.7 55 7.3
14 14 35 10.6 56 7.1
15 13.8 36 10.4 57 7
16 13.7 37 10.2 58 6.8
17 13.5 38 10.1 59 6.6
18 13.3 39 9.9 60 6.5
19 13.2 40 9.7
20 13 41 9.6

5. Menghitung harga Zr
t
Dik: Zr = 15
T = 0,25 Menit
Maka:
Zr 15
t 0,25
= = = 7,746 t
6. Menggunakan Tabel 3.14 untuk memperoleh harga K dari hubungan
Zr dengan To. Dengan Gs = 2,592 dan suhu 28℃, maka didapat
harga K= 0,01267. Seperti tertera pada tabel di berikut ini:

Tabel 3. 15 Harga K untuk berbagai jenis berat isi dan temperatur)

Specific Gravity of Soils


T 2.45 2.5 2.55 2.6 2.65 2.7 2.75 2.8 2.85
16 0.01510 0.01505 0.01481 0.01457 0.01435 0.01414 0.01349 0.01374 0.01356
17 0.01511 0.01488 0.01462 0.01439 0.01417 0.01396 0.01376 0.01356 0.01338
18 0.01492 0.01467 0.01443 0.01421 0.01399 0.01378 0.01359 0.01339 0.01321
19 0.01474 0.01449 0.01425 0.01403 0.01382 0.01361 0.01342 0.01323 0.01305
20 0.01456 0.01431 0.01408 0.01386 0.01365 0.01344 0.01325 0.01307 0.01289
21 0.01438 0.01414 0.01391 0.01369 0.01348 0.01328 0.01309 0.01291 0.01273
22 0.01421 0.01397 0.01374 0.01353 0.01332 0.01312 0.01294 0.01276 0.01258
23 0.01404 0.01381 0.01358 0.01337 0.01317 0.01297 0.01279 0.01261 0.01243
24 0.01388 0.01365 0.01342 0.01321 0.01301 0.01282 0.01264 0.01246 0.01229
25 0.01372 0.01349 0.01327 0.01306 0.01286 0.01267 0.01249 0.01232 0.01215
26 0.01357 0.01334 0.01312 0.01292 0.01272 0.01253 0.01235 0.01218 0.01201
27 0.01342 0.01319 0.01297 0.01277 0.01258 0.01239 0.01221 0.01204 0.01188
28 0.01327 0.01304 0.01283 0.01264 0.01244 0.01255 0.01208 0.01191 0.01175
29 0.01312 0.01290 0.01269 0.01249 0.01230 0.01212 0.01195 0.01178 0.01162

7. Menghitung harga D melalui persamaan

D=K Z
r t
Dimana : Zr = L

Dik: Zr = 15 = 7,746 t
t 0,25

Maka : D = K Z
r
t = 0,01267 x 7,746 = 0,094 mm
8. Menghitung nilai N’ dengan menggunakan persamaan :

N % . % Lolos Saringan200
N '=
100
15 , 23 . 0,420862
N '=
100
'
N =0,064 %
Pada waktu yang berikutnya, perhitungan sama dengan waktu saat 0,25

menit. Pada grain size curve selanjutnya ditentukan persentase distribusi butiran

terhadap sampel tanah tersebut berdasarkan Unified Soil Clasification System


(USCS) dan AASHTO, serta diameter dalam grain size curve yang sesuai untuk 10% atau D 10 dan diameter yang sesuai

dengan 30 % dan 60 % lolos ayakan yang ditentukan dari grain size curve (D 30 , D 60 ).Dari harga-harga D 10 , D 30 , D 60 tersebut dapat

diperoleh koefisien keseragaman (C u ) serta koefisen gradasi (C c ) dari sampel tanah tersebut.
1 /2
Tabel 3. 16 Analisa Hidrometer Dengan Hidrometer 152 H Zr
( )
t

Waktu R =1000(r- Rw = SUHU D


Pukul R - Rw N (%) Zr ( cm) N' ( % )
(menit) 1) 1000(r-1) ˚C ( mm )

15:45 0,25 8 1 28 7 15,231 15 7,746 0,094 0,064


15:45 0,5 8 1 28 7 15,231 15 5,477 0,067 0,064
15:46 1 8 1 28 7 15,231 15 3,873 0,047 0,064
15:47 2 7 1 28 6 13,055 15,2 2,757 0,034 0,055
15:50 5 7 1 28 6 13,055 15,2 1,744 0,021 0,055
15:00 15 7 1 28 6 13,055 15,2 1,007 0,012 0,055
16.15 30 7 1 28 6 13,055 15,2 0,712 0,009 0,055
16.45 60 7 1 28 6 13,055 15,2 0,503 0,006 0,055
19.45 240 7 1 28 6 13,055 15,2 0,252 0,003 0,055
15.45 1440 7 1 28 6 13,055 15,2 0,103 0,001 0,055
Grafik 3. 10 Analisis Hidrometer Dengan Hidrometer 152 H

Dari Gambar 3.6.1 di atas diperoleh analisis besar butir yaitu:



D10 = 0,1 mm

D30 = 0,16 mm

D60 = 0,29 mm
Maka, nilai Cu = D60/D10
= 2,636
Nilai Cc = D302/(D10 x D60)
= 0.803

3.6.7 Kesimpulan
Dari grafik diatas diperoleh nilai: D10 = (0,1 mm), D30= (0,16 mm), dan D60 = (0,29 mm). Sehingga didapat nilai Cu= 2,636,
sedangkan Cc = 0,803. Dari nilai Cc = 0,803 < 1 menunjukkan tanah bergradasi baik, karena nilai Cc berada di antara 1<Cc<3 dan
nilai Cu =2,636 menunjukkan tanah bergradasi kurang baik karena nilai Cu < 6.
3.7 Pengujian Pemadatan (Standard Proctor)

3.7.1 Dasar Teori


Pemadatan adalah proses yang dilakukan untuk merapatkan butiran tanah
(solid) yang satu dengan yang lain, sehingga partikel tanah saling berdekatan dan
pori tanah menjadi kecil. Pengertian pemadatan seringkali disalah-artikan dengan
konsolidasi. Meskipun hasil akhir dari proses pemadatan dan konsolidasi adalah
pemampatan (settlement), namun keduanya memiliki perbedaan.

Proses pemadatan di lapangan biasanya dilakukan secara mekanik, seperti


penggilasan (Rolling), penumbukan (Ramming), atau penggetaran (Vibrating).
Percobaan proctor adalah suatu metode untuk mencari kadar air optimum untuk
pemadatan suatu tanah. Suatu cetakan berbentuk silinder dengan isi 0.001 m³ diisi
dengan suatu contoh tanah dalam tiga lapis, masing-masing lapis dipadatkan
dengan 25 pukulan dengan pemukul standar, berat 2,5 kg, tinggi jatuh 45,7 cm
untuk setiap pukulan.

Pada saat kadar air bernilai 0 (nol) maka berat volume basah dari tanah
adalah sama dengan berat volume keringnya.Berat volume kering maksimum
pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi zero air voids (pori-pori tanah tidak
mengandung udara sama sekali) dapat dinyatakan sebagai berikut:
GS
γ zav =
(1 + (Gs.w) /100

Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya, dan struktur teknik
lainnya, tanah yang lepas (renggang) haruslah dipadatkan untuk meningkatkan
berat volumenya.Pemadatan tersebut berfungsi untuk meninggkatkan kekuatan
tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya dukung pondasi diatasnya.
Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya penurunan tanah yang tidak
diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng timbunan (embankment).
Penggilas besi berpermukaan halus (Smooth whell rollers), dan penggilas getar
(vibratory rollers) adalah alat-alat yang umum digunakan dilapangan untuk
pemadatan. Mesin getar dalam (vibroflot) juga banyak digunakan untuk
memadatkan tanah berbutir (granular soils) sampai kedalaan yang cukup besar
dari permukaan tanah.Cara pemadatan tanah dengan sistem ini disebut
vibroflotation (pemampatan getar apung).

Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang
dipadatkan. Bila air ditambahkan kepada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air
tersebut akan berfungsi sebagai unsur pembasah (pelumas) pada partikel-partikel
tanah. Karena adanya air, partikel-partikel tanah tersebut akan lebih mudah
bergerak dan bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih
rapat/padat. Untuk usaha pemadatan yang sama, berat volume kering dari tanah
akan naik bila kaar air dalam tanah (pada saat dipadatkan) meningkat.

Bila kadar airnya ditingkatkan terus secara bertahap pada usaha pemadatan
yang sama, maka berat dari jumlah bahan padat dalam tanah persatuan volume
juga meningkat secara bertahap pula.

Setelah mencapai kadar air tertentu, w=w2, adanya penambahan kadar air
justru cenderung menurunkan berat volume kering dari tanah. Hal ini disebabkan
karena air tersebut kemudian menempati ruang pori dalam tanah yang sebetulnya
dapat ditempati oleh partikel-partikel padat dari tanah. Kadar air dimana harga
berat volume kering maksmum tanah dicapai disebut kadar air optimum.
3.7.2 Tujuan Pengujian
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar air dan
kepadatan tanah. Sehingga bisa diketahui kepadatan tanah maksimum dan kadar
air optimum.

3.7.3 Acuan/Referensi
Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B., (Jakarta: Mekanika
Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1, 1985), hlm. 235”

3.7.4 Peralatan
1 Mold pemadatan Φ 4”
2 Mold Pemadatan ϕ 6”
3 Palu pemadatan modified
4 Palu pemadatan standard
5 Palu Karet
6 Extruder Mold
7 Pisau Pemotong
8 Kantong Plastik
9 Kertas
10 Pan
11 Gelas Ukur 1000 ml
12 Minikontainer

3.7.5 Persiapan Benda Uji


1. Sampel tanah disiapkan yang sudah di jemur lalu dihancurkan dengan
karet agar gumpalan-gumpalan tanah hancur.

2. Kadar air mula- mula ditentukan dengan menggunakan alat speedy.

3. Buah sampel tanah disiapkan, masing-masing 2,5 kg untuk mold ϕ4” dan
mold ϕ6” kemudian dimasukan kedalam kantong plastik.

4. Salah satu sampel diambil, kemudian dibuat kadar air optimum perkiraan
dengan cara sebagai berikut:

5. Disemprotkan air demi sedikit sambil diaduk-aduk dengan tangan sampai

merata. Penambahan air dilakukan sampai mendapat campuran tanah bila

digumpalkan dengan tangan lalu dibuka, tidak hancur dan tidak lengket
ditangan. Setelah didapat campuran tanah seperti ini, dicatat jumlah air

yang ditambah , kemudian dihitung kadar airnya dengan perhitungan

sebagai berikut :

D=C 100 + B + B
100 + A

6. Data diisi pada kolom 3 formulir pengisian data percobaan compaction

kemudian diisi kolom-kolom samping kanan dan kiri untuk kadar air 3%

dan 6% diatas dan dibawah kadar air optimum perkiraan.

7. Penambabah air yang diperlukan dihitung untuk membuat sampel tanah dengan

air yang sudah ditentukan dengan rumus:


D1– B
C1 + A
100 + B
Dimana :

D = Kadar air yang dicari (%)

C = Penambahan air (cc)

B = Kadar air mula-mula (%)

A = Berat Tanah (gr)

Lakukan penambahan air sesuai dengan perhitungan lalu disimpan


sampel tanah tersebut selama 24 jam agar didapatkan kadar air benar-benar
merata.

3.7.6 Prosedur Kerja


1. Mold standart ditimbang bersama alasnya dengan neraca ketelitian 1
gram. Mold diberi tanda dengan spidol agar tidak tertukar. Untuk cara
standart proctor bisa menggunakan mold Φ4” dan Φ6”.
2. Pasang collarlalu kencangkan mur penjepitnya, ditempatkan pada
tumpuan yang kokoh.
3. Sampel tanah yang sudah dipersiapkan diambil dari kantong plastik,
kemudian diisi kedalam mold kurang lebih setengah tinggi. Tumbuk
dengan palu pemadatan standart 5,5 lb sebanyak 25 x tumbukan. Lapisan
pertama sebanyak 9 kali tumbukan, lapisan kedua sebanyak 12
tumbukan, dan lapisan ketiga sebanyak 25 kali tumbukan. Ditumbuk
secara merata sehingga memadat.

4. Dilakukan hal yang sama untuk lapisan kedua dan ketiga. Sehingga
lapisan terakhir mengisi sebagian collar (berada sedikit lebih tinggi dari
pada tinggi mold.Pasang collarlalu kencangkan mur penjepitnya,
ditempatkan pada tumpuan yang kokoh.
5. Collar dilepas dan tanah yang kelebihan pada mold dibersihkan dengan
menggunakan pisau pemotong.
6. Rongga berbentuk diisi dengan tanah sisa-sisa.
7. Mold ditimbang bersama alas dan tanah yang berada didalamnya dengan
ketelitian 1 gram.
8. Sampel yang sudah dipadatkan dikeluarkan dari dalam mold dengan
menggunakan extruder mold, lalu diambil 3 buah sampel untuk
pemeriksaan kadar air.
9. Prosedur kerja diulangi sampai nomor 8 untuk sampel tanah yang lain.

3.7.7 Analisa Data


B2 - B1
Berat isi basah: γ =
V
B1 = Berat Mold
B2 = Berat tanah + berat mold
V = Volume mold

Berat isi kering : γ = γbasah X 100


(100+𝑤)

W = kadar air
Tabel 3. 17 Pengujian Berat Isi

Sampel I II III IV V
Berat tanah basah +
gr 3175,4 3164 3190,3 3313 3325,5
cetakan
Berat Cetakan gr 1729,1 1729,1 1729,1 1729,1 1729,1
Berat tanah basah gr 1446,3 1434,9 1461,2 1583,9 1596,4
923,18 923,18 923,18
Isi Cetakan Cm3 923,188 923,188
8 8 8
Berat Isi Basah gr/cm3 1,567 1,554 1,583 1,716 1,729
Berat Isi Kering gr/cm3 1,321 1,296 1,195 1,375 1,37
Z.A.V 1,749 1,708 1,408 1,578 1,542
Tabel 3. 18 Pengujian Kadar Air
Sampel I II III IV V
Berat tanah basah + Cawan gr 62,4 65,3 63,4 57,5 58,3
Berat tanah kering + Cawan gr 54,1 56,0 50,1 47,9 47,9
Berat Container gr 9,5 9,4 9,1 9,2 8,3
Berat Air gr 8,3 9,3 13,3 9,6 10,4
Berat tanah kering gr 44,6 46,6 41 38,7 39,6
Kadar Air % 18,61 19,957 32,439 24,806 26,263

P en gu jian P rok tor


ZAV

1.8 1.749
1.708
Berat Isi ( gr / Cm3 )

1.578
1.6 1.542

1.408
1.375 1.370
1.4
1.321
1.296

W opt = 24,8% 1.195


ϒd = 1,375 (gr/cm3)
1.2

1.0
18 20 22 24 26 28 30 32 34
Kadar Air %
Gafik 3. 11 Proctor
Catatan:
Untuk membuat gafik dari hasil compaction perlu dicantumkan juga Zero
air Void ( ZAV ) yang bisa dihitung dengan rumus :

Gs . γ w
ZAV =
1+ W .Gs
Dimana :
Gs = Berat jenis tanah
γw = Berat isi air
w = kadar air
γd maksimal tidak mungkin melebihi batas ZAV sehingga hal
ini diperlukan sebagai pengontrol.

3.7.8 Kesimpulan
Dengan melakukan pengujian ini, maka didapatkan hubungan antara kadar
air optimum adalah sebesar 24,8 % pada kepadatan tanah yang maksimum. Kadar
air yang berhubungan dengan berat isi kering yang maksimum disebut kadar air
optimum. Berat isi kering maksimum sebesar 1,375 gr/cm3.
3.8 Pengujian CBR (California Bearing Ratio)

3.8.1 CBR Tidak Terendam

3.8.1.1 Dasar Teori


California Bearing Ratio (CBR) dinyatakan dalam persen adalah
perbandingan antara beban yang dibutuhkan untuk penetrasi sedalam 0,1 inci atau
0,2 inci antara contoh tanah dengan batu pecah standart.Nilai CBR adalah nilai
empiris dari mutu tanah dasar dibandingkan dengan mutu batu pecah standar yang
memiliki nilai CBR 100%.

Harga CBR adalah perbandingan antara kekuatan bahan yang bersangkutan


dengan kekuatan bahan yang dianggap standar. Harga CBR dinyatakan dalam
persen (%) dan cara yang digunakan untuk menilai kekuatan tanah dasar adalah
suatu percobaaan penetrasi yang disebut percobaan CBR. Dimana hasil pengujian
tersebut dapat digambarkan pada suatu grafik untuk mendapatkan tebal perkerasan
dari suatu nilai cbr tertentu.

Pengujian CBR mempunyai teoritis dan grafik tabel perkerasan terhadap


nilai CBR.Harga CBR yang dicari yaitu harga CBR laboratorium.

CBR dilaboratorium diukur dalam 2 kondisi, yaitu kondisi tidak terendam


disebut CBR unsoaked dan pada kondisi terendam atau disebut CBR soaked, pada
umumnya harga CBR soaked lebih rendah dari CBR unsoaked. Namun dengan
demikian kondisi soaked adalah kondisi yang sering dialami dilapangan, sehingga
didalam perhitungan konstruksi bangunan, CBR soaked yang dipergunakan
sebagai dasar perhitungan karena dalam kenyataan air selalu mempengaruhi
konstruksi bangunan. Dipengujian ini dilakukan CBR tidak terendam.
3.8.1.2 Tujuan Pengujian
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan nilai CBR (California
Bearing Ratio) tanah dan campuran agregat yang di padatkan dilaboratorium pada
kadar air tertentu yang akan digunakan untuk perencanaan pembagunan jalan baru
dan lapangan terbang dan nilai pengembangannya.
3.8.1.3 Acuan/Referensi
1 Fajrina, (Modul Praktikum Mekanika Tanah), 2005, hlm. 92”
3.8.1.4 Peralatan
1. Mesin Penetrasi CBR
2. CBR mold (cetakan)
3. Piringan pemisah
4. Palu penumbuk
5. Alat pengukur pengembangan (swelling)
6. Keping beban lubang bulat
7. Keping beban lubang alur
8. Piston penetrasi
9. Pengukur beban dan penetrasi
10. Talam
11. Alat perata
12. Bak perendam
13. Alat pengeluar sampel (extruder mold)
14. Timbangan 20 kg.
15. Oven
3.8.1.5 Prosedur Kerja
1. Diambil sampel tanah kering udara seperti yang dgunakan pada

percobaan pemadatan, sebanyak 3 sampel dengan berat masing-

masing 5 kg yang lolos ayakan no.4.

2. Sampel tanah tersebut dicampur dengan air sampai kadar air optimum.

Untuk mencapai kadar air optimum tersebut diperlukan pemadatan air

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :
A = Kadar air asli (%)
B = Kadar air optimum(%) 5000 = Jumlah contoh
3. Sampel dimasukkan kedalam kantung plastik dan ditutup rapat agar
tidak terjadi penguapan. Didiamkan selama 24 jam.
4. CBR mold dipasang pada keping alas dan ditimbang. Kemudian
dimasukkan keping pemisah (spacer dish), lalu diletakkan kertas
saring diatasnya.
5. Masing-masing sampel dipadatkan didalam CBR mold dengan jumlah
tumbukan 10,25,56 kali dengan jumlah lapisan dan berat pemadatan
sesuai dengan pengujian pemadatan berat (modified compaction).
Kemudian diperiksa kadar airnya dilakukan setelah benda uji
dikeluarkan dari cetakan.
6. Kemudian collar dilepaskan lalu diratakan permukaan contoh dengan
alat perata. Di tambal lubang-lubang yang ada pada permukaan karena
lepasnya butir-butir kasar dengan bahan yang lebih halus.
7. Keping pemisah (spacer dish) dikeluarkan dari kertas saring,
dibalikan dan dipasang kembali mold yang berisi contoh pada alas,
kemudian ditimbang.

8. Kemudian keping beban seberat 10lbs dipasang kembali diatas


permukaan benda uji, diletakan mold diatas piringan penekan pada
alat penetrasi CBR.
9. Piston penetrasi diatur agar menyentuh permukaan benda uji,
kemudian dilakukan penetrasi sampai arloji beban menunjukan beban
permukaan sebesar 4,5 kg atau 10lbs. Pembebanan permulaan
diperlukan untuk menjamin bidang sentuh yang sempurna antara
torak dengan permukaan benda uji. Kemudian arloji penunjuk beban
dan arloji pengukur penetrasi dinolkan.
10. Pembebanan diberi secara teratur hingga kecepatan penetrasi
mendekati kecepatan 1,27 mm/menit atau 0,05/menit
11. Beban maksimum dan penetrasi dicatat apabila pembebanan
maksimum terjadi sebelum penetrasi 0,5”
12. Benda uji dikeluarkan dari cetakan dan ditentukan kadar air seluruh
lapisan.

Perubahan tinggi
13. Pengembangan= ×100 %
tinggi semula
14. Setiap hasil pembacaan arloji dikalikan dengan hasil kalibrasi alat.

3.8.1.6 Analisa Data


Ukuran Mold
Diameter = 15,1 cm
Hight = 17,8 cm
Volume = 3187,6 cm3
Ukuran Lempeng
Diameter = 15,1 cm
Hight = 6.415 cm
Volume = 1148,789 cm3
Isi cetakan = Volume mold – Volume Bantalan
= 3197,6 cm3- 1148,789 cm3
= 2048,811 cm3

Kadar air mula-mula diperoleh dari pengujian kadar air sebesar 11,173 %.
Pengujian Kadar air Sampel I
Berat tanah basah + cawan(w2) = 62,4 gr

Berat tanah kering + cawan (w1) = 54,1 gr

Berat cawan (w3) = 9,5 gr

Berat air = w2 – w1

= 62,4 gr – 54,1 gr

= 8,3 gr

Berat tanah kering = w1 – w3

= 54,1 gr – 9,5 gr

= 44,6 gr

Kadar air = (berat air/berat tanah kering) x 100

= (8,3 gr / 44,6 gr) x100 = 18,61 %


Pada sampel II dan III, perhitungannya sama
dengan perhitungan sampel I diatas.

Data pengujian sampel I

Berat tanah + cetakan = 3175,4 gr


Berat cetakan = 1729,1 gr
Berat tanah basah = (Berat tanah + cetakan) – (Berat cetakan)
= 3175,4 gr – 1729,1 gr
= 1446,3 gr
Berat isi basah = (Berat tanah basah / isi cetakan)
= 1446,3 gr / 923,188 cm3
= 1,567 gr/cm³
Berat isi kering = (Berat is basah x 100)/(kadar air + 100)
= (1,567 gr/cm3x 100) / (18,61 + 100)
= 1,321 gr/cm³

Pada sampel II dan III, perhitungannya sama dengan perhitungan sampel


I diatas.
Data pengujian sampel I, II, III disajikan pada tabel 3.19 dan 3.20
Tabel 3. 19 Pengujian Berat Isi

Sample I II III Satuan


Berat tanah + cetakan 7180 7740 8020 gr
Berat Cetakan 4300 4300 4300 gr
Berat tanah basah 2880 3440 3720 gr
Isi cetakan 2038,81 2038,81 2038,81 Cm3
Berat isi basah 1,413 1,687 1,825 gr / cm3
Berat isi kering 1,156 1,380 1,556 gr / cm3

Tabel 3. 20 Kadar Air CBR


Kadar Air I II III Satuan
Berat tanah basah + Cawan 55,8 57,6 70,6 gr
Berat tanah kering + Cawan 47,4 48,8 61,5 gr
Berat Cawan 9,5 9,3 8,7 gr
Berat Air 8,4 8,8 9,1 gr
Berat tanah kering 37,9 39,5 52,8 gr
Kadar Air 22,16 22,28 17,23 %

Pengujian CBR tidak terendam sampel I, II, III disajikan pada tabel di
bawah.
Sampel I
Kalibrasi = 32.14

1. Setiap hasil pembacan arloji dikalikan dengan hasil kalibrasi alat.


2. Kemudian ditarik garis pada penurunan 0,1” dan 0,2” dari
bawah ke atas sampai menyentuh kurva, lalu baca arah sumbu
tersebut
Tabel 3. 21 Penetrasi 10x Tumbukan Sampel I

Waktu Penurunan
Pembacaan Dial Beban (Lb)
(menit) (inchi)
Atas Bawah Atas Bawah
0 0 0 0 0 0
0.25 29 0 0 0 0
0.5 65 1 0 32,14 0
1 128 1 0 32,14 0
1.5 187 3 0 96,42 0
2 257 5 0 160,7 0
3 364 10 0 321,4 0
4 444 12 0 385,68 0
6 650 15 0 482,1 0
8 865 17 0 546,38 0
10 1104 18 0 578,52 0

Tabel 3.22 Data sampel I Pengujian CBR

Waktu Penurunan
Pembacaan Dial Beban (Lb)
(menit) (inchi)
Bawa
Atas Bawah Atas
h
0 0 0 0 0 0
0.25 0,011 0 0 0 0
0.5 0,026 1 0 32,14 0
1 0,050 1 0 32,14 0
1.5 0,074 3 0 96,42 0
2 0,101 5 0 160,7 0
3 0,143 10 0 321,4 0
4 0,175 12 0 385,68 0
6 0,256 15 0 482,1 0
8 0,341 17 0 546,38 0
10 0,435 18 0 578,52 0
Tabel 3.23 Harga CBR Sampel 1

Harga CBR
CBR
0.1" 0.2"
1 160.7
Atas x 100 % x 100 %
3x1000 3x1500
0,033 3,571
32,14 160,7
Bawah x 100 % x 100 %
3x1000 3x1500

Sampel 1
600

500

400
Beban ( lb )

300

200

100

0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Penurunan ( Inchi )

Grafik 3. 12 Pengujian CBR sampel I


Tabel 3. 24 Penetrasi 25x Tumbukan Sampel II

Waktu Penurunan Pembacaan


Beban (Lb)
(menit) (inchi) Dial
Atas Bawah Atas Bawah
0 0 0 0 0 0
0.25 33 0 0 0 0
0.5 64 1 0 32,14 0
1 130 1 0 32,14 0
1.5 195 1 0 32,14 0
2 258 1 0 32,14 0
3 382 2 0 64,28 0
4 454 12 0 385,68 0
6 677 20 0 642,8 0
8 922 23 0 739,22 0
10 1168 28 0 899,92 0

Tabel 3.25 Data sampel II Pengujian CBR

Waktu Penurunan Pembacaan


Beban (Lb)
(menit) (inchi) Dial
Atas Bawah Atas Bawah
0 0 0 0 0 0
0.25 0,013 0 0 0 0
0.5 0,025 1 0 32,14 0
1 0,051 1 0 32,14 0
1.5 0,077 1 0 32,14 0
2 0,102 1 0 32,14 0
3 0,150 2 0 64,28 0
4 0,179 12 0 385,68 0
6 0,267 20 0 642,8 0
8 0,363 23 0 739,22 0
10 0,460 28 0 899,92 0

Tabel 3.26 Harga CBR Sampel 2


Harga CBR
CBR
0.1" 0.2"
1 32.14
Atas x 100 % x 100 %
3x1000 3x1500
0,033 0,714
32,14 32,14
Bawah x 100 % x 100 %
3x1000 3x1500

Sampel II
1000

800

600
Beban ( lb )

400

200

0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Penurunan ( Inchi )

Grafik 3. 13 Pengujian CBR sampel II

Tabel 3. 27 Penetrasi 56x Tumbukan Sampel III


Waktu Penuruna
Pembacaan Dial Beban (Lb)
(menit) n (inchi)
Atas Bawah Atas Bawah
0 0 0 0 0 0
0.25 31 0 0 0 0
0.5 62 0 0 0 0
1 106 6 0 192,84 0
1.5 151 16 0 514,24 0
2 207 22 0 707,08 0
3 330 30 0 964,2 0
4 447 34 0 1092,76 0
6 708 38 0 1221,32 0
8 958 40 0 1285,6 0
10 1209 42 0 1349,88 0

Tabel 3.28 Data sampel III Pengujian CBR

Penuruna
Waktu (menit) Pembacaan Dial Beban (Lb)
n (inchi)
Atas Bawah Atas Bawah
0 0 0 0 0 0
0.25 0,012 0 0 0 0
0.5 0,024 0 0 0 0
1 0,042 6 0 192,84 0
1.5 0,059 16 0 514,24 0
2 0,081 22 0 707,08 0
3 0,130 30 0 964,2 0
4 0,176 34 0 1092,76 0
6 0,279 38 0 1221,32 0
8 0,377 40 0 1285,6 0
10 0,476 42 0 1349,88 0

Tabel 3.29 Harga CBR Sampel 3


Harga CBR
CBR
0.1" 0.2"
6 707,08
Atas x 100 % x 100 %
3x1000 3x1500
0,2 15,713
192,84 707,08
Bawah x 100 % x 100 %
3x1000 3x1500

Sampel III
1400

1200

1000
Beban ( lb )

800

600

400

200

0
0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Penurunan ( Inchi )

Grafik 3. 14 Pengujian CBR sampel III

3.8.1.7 Kesimpulan
Untuk mendapatkan nilai CBR rencana maka percobaan ini diulang
lagi dengan jumlah tumbukan 10 kali, 25 kali dan 56 kali, sehingga didapat
3 nilai CBR. Ketiga nilai CBR dibuat grafik untuk mendapatkan nilai CBR
rencana tersebut.
Pada percobaan diatas didapat hasil :
1. Percobaan CBR 1
 Pada beban atas harga CBR nya 0.1” sebesar 0,033 % dan 0.2” 3,571
%
2. Percobaan CBR 2
 Pada beban atas harga CBR nya 0.1” sebesar 0,033 % dan 0.2” 0,714
%
3. Percobaan CBR 3
 Pada beban atas harga CBR nya 0.1” sebesar 0,2 % dan 0.2” 15,713
%
Dengan melakukan percobaan ini maka didapat nilai CBR rencana
yang dikehendaki dimana kadar air CBR diambil berdasarkan kadar air
optimum pada tes kepadatan. Semakin banyak tumbukan yang dilakukan
maka tanah yang

diperoleh akan semakin padat, dan kita dapat menentikan tanah tersebut
cocok digunakan untuk timbunan badan jalan atau timbunan tanah bangunan
Gedung.

3.9 Pengujian Kuat Tekan Bebas

3.9.1 Dasar Teori


Kuat tekan bebas (qu) adalah besarnya beban aksial per satuan luas.
Atau harga tegangan aksial maksimum yang dapat ditahan oleh benda uji
silinder (dalam hal ini sampel tanah) sebelum mengalami keruntuhan geser.
Unconfined digunakan untuk menghitung kekuatan geser tanah. Uji kuat
tekan dimaksudkan untuk memperoleh kuat geser dari tanah kohesif
secaracepat dan ekonomis.
Derajat kepekaan/sensitivitas (St) adalah rasio antara kuat tekan bebas
dalam kondisi asli (undistrubed) dan dalam kondisi teremas (remolded).

3.9.2 Tujuan pengujian


Metode ini mencakup penentuan kekuatan tekan bebas tanah
kohesif pada kondisi tanah asli (undisturbed) maupun tanah yang
dipadatkan/dibuat (remoulded).
3.9.3 Acuan/Referensi
1. Das, Braja M., Endah, Noor, Mochtar, Indrasurya B., ( Jakarta :
Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid
2,1993), hlm. 25”
3.9.4 Peralatan
1. Mesin penekan

2. Tabung penuh dan tabung belah

3. Tabung belah

4. Tabung penuh

5. Alat pengeluar sampel

6. Stopwatch

7. Oven

8. Pisau

9. Timbangan

10. Dial deformasi


11. Jangka sorong

Gambar 3. 4 Alat Pengujian Kuat Tekan (Unconfined Compression Test)

3.9.5 Benda Uji


1. Ukuran benda uji: Benda uji yang digunakan mempunyai
diameter minimum3,3 mm, apabila ukuran maksimum partikel
benda uji lebih kecil dari 1/10 diameter benda uji.Untuk benda uji
yang berdiameter minimal 2,8 in (71,12 mm) atau lebih,
digunakan apabila ukuran partikel maksimum lebih.
3.9.6 Prosedur Kerja
1 Benda uji ditempatkan pada mesin penekan tepat
di tengah-tengah plat bagian bawah. Diturunkan
plat bagian atas sampai menyentuh permukaan
benda uji.
2 Dial beban dan dial deformasi diputar pada posisi nol.

3 Dilakukan penekanan dengan nilai regangan 1/2


- 2 % per menit dan catat nilai beban &
deformasi yang terjadi setiap 30 detik.
4 Penekanan terus dilakukan hingga sudah tidak ada
penambahan kecil dari 1/6 diameter benda uji. Tinggi contoh
dibuat 2 atau 3 kali diameternya.
5 Benda Uji Asli

a. Untuk menjamin keaslian benda uji keluarkan benda uji dari


tabung contoh asli, potong bagian contoh yang terdapat pada
tepi tabung contoh asli sepanjang 2 cm. Dorong benda uji
pada tabung contoh asli, sampai masuk seluruhnya ke dalam
tabung yang akan diuji. Diratakan kedua ujung permukaan
benda uji dengan pisau.
b. Benda uji diambil dari tabung contoh asli dengan memasang
tabung yang sesuai ukuran benda uji yang digunakan tepat
ditengah-tengah.
c. Kekuatan benda uji yang sudah tercetak dalam tabung
dengan alat pengeluar contoh, tentukan berat benda uji
tersebut.
6. Benda Uji Buatan

a. Diambil tabung belah yang sudah diberi pelumas bagian


dalamnya dengan ukuran sesuai pada langkah 1.
b. Diambil benda uji dan contoh tanah asli atau terganggu.
Untuk benda uji dari contoh tanah asli, remas-remas
dengan jari tangan hingga mendapatkan berat isi
seragam.Masukkan sedikit demi sedikit ke dalam tabung
belah dan padatkan.Pengisian terus dilakukan sampai
memenuhi isi tabung. Dalam memadatkan benda uji tersebut
menghasilkan tingkat kepadatan yang sama dan kemudian
benda uji dikeluarkan,dan ditentukan beratnya. Beban pada
penambahan regangan atau hingga tercapainya regangan 20
%.
7. Ditentukan kadar air benda uji tersebut.

8. Digambarkan pola keruntuhan yang terjadi pada benda uji


tersebut, dan diukur sudut kemiringan keruntuhannya.

3.9.7 Analisa Data


Data pengujian waktu 25 detik
Waktu = 25 detik
∆L (cm) = 0,028
Regangan (%) = ∆L / tinggi silinder = 0 ,028 / 14 cm = 0,2 %

Luas penampang = ¼𝜋d²


= ¼𝜋(6,98 cm)2
= 38,265 cm2
Luas koreksi (cm²) = Luas penampang / (1-(regangan (%))
= 38,625 / (1- (0,2))
= 38,342 cm2
Pembacaan Dial = 28 Div

Kalibrasi alat = 0,001315 kN/Div


Beban dial = Kalibrasi alat x Pembacaan Dial
= 0,001315 kN/Div x 28 Div
= 0,037 kN = 3,755 kg
Tegangan = beban / luas penampang
= 3,755 kg / 38,265 cm2
= 0,098 kg/cm2

Perhitungan pada sampel II sama seperti perhitungan pada sampel I data


dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3. 27 Pengujian Uncondined Compression Test Sampel I

Pembacaa Luas Beba qu atau


Waktu ∆L Regangan Koreks Pembacaan Beban c = 0.5
n Arloji Koreksi n Tegangan
(menit) (cm) (Ɛ)% i Dial (Div) ( Kg ) qu
(mm) ( cm2) (kN) (Kg/cm2)
0.25 28 0.028 0.002 0.998 38.342 28 0.037 3.755 0.098 0.049
0.5 136 0.136 0.010 0.990 38.640 40 0.053 5.364 0.140 0.070
0.75 249 0.249 0.018 0.982 38.958 49 0.064 6.570 0.172 0.086
1 366 0.366 0.026 0.974 39.292 56 0.074 7.509 0.196 0.098
1.25 464 0.464 0.033 0.967 39.577 64 0.084 8.582 0.224 0.112
1.5 549 0.549 0.039 0.961 39.827 71 0.093 9.520 0.249 0.124
1.75 638 0.638 0.046 0.954 40.092 78 0.103 10.459 0.273 0.137
2 726 0.726 0.052 0.948 40.358 83 0.109 11.130 0.291 0.145
2.25 824 0.824 0.059 0.941 40.658 84 0.110 11.264 0.294 0.147
2.5 920 0.920 0.066 0.934 40.956 93 0.122 12.470 0.326 0.163
2.75 1010 1.010 0.072 0.928 41.240 97 0.128 13.007 0.340 0.170
3 1118 1.118 0.080 0.920 41.586 101 0.133 13.543 0.354 0.177
3.25 1223 1.223 0.087 0.913 41.928 104 0.137 13.945 0.364 0.182
3.5 1248 1.248 0.089 0.911 42.010 105 0.138 14.080 0.368 0.184

Tabel 3. 28 Pengujian Uncondined Compression Test Sampel II

qu atau
Pembacaa Luas Pembacaa
Waktu Reganga Koreks Beban Beban ( Teganga
n Arloji ∆L (cm) Koreksi n Dial c = 0.5 qu
(menit) n (Ɛ)% i (kN) Kg ) n
(mm) ( cm2) (Div)
(Kg/cm2)
0,25 125 0,125 0,893 0,991 38,61 54 0,071 7,241 0,189 0,095
0,5 264 0,264 1,886 0,981 39 78 0,103 10,459 0,273 0,137
0,75 314 0,314 2,243 0,978 39,143 88 0,116 11,8 0,308 0,154

Tabel 3. 29 Pengujian Uncondined Compression Test Sampel III


Luas qu atau
Pembacaa Pembacaa
Waktu Reganga Koreks Koreks Beban Beban ( Teganga
n Arloji ∆L (cm) n Dial c = 0.5 qu
(menit) n (Ɛ)% i i (kN) Kg ) n
(mm) (Div)
( cm2) (Kg/cm2)
0,25 111 0,111 0,793 0,992 38,571 49 0,064 6,5704 0,172 0,086
0,5 227 0,227 1,621 0,984 38,896 74 0,097 9,9227 0,259 0,13
0,75 358 0,358 2,557 0,974 39,269 91 0,12 12,202 0,319 0,159
1 480 0,48 3,429 0,966 39,623 106 0,139 14,214 0,371 0,186
1,25 560 0,56 4 0,960 39,859 110 0,145 14,75 0,385 0,193

3. 30 Pengujian Uncondined Tabel Compression Test Sampel Rata - rata


qu atau
Waktu Pembacaa Pembacaa Teganga
∆L Reganga Koreks Luas Koreksi Beban Beban c = 0.5
(menit n Arloji n Dial n
Grafik (cm) n (Ɛ)% i (cm2) (kN) ( Kg ) qu 3. 15
) (mm) (Div) (Kg/cm2
)
0.25 88 0.088 0.006 0.994 38.507 43.667 0.057 5.855 0.153 0.077
0.5 209 0.209 0.015 0.985 38.845 64 0.084 8.582 0.224 0.112
0.75 307 0.307 0.022 0.978 39.123 76 0.100 10.191 0.266 0.133
1 423 0.423 0.030 0.970 39.458 81 0.107 10.861 0.284 0.142
1.25 512 0.512 0.037 0.963 39.718 87 0.114 11.666 0.305 0.152
1.5 549 0.549 0.039 0.961 39.827 71 0.093 9.520 0.249 0.124
1.75 638 0.638 0.046 0.954 40.092 78 0.103 10.459 0.273 0.137
2 726 0.726 0.052 0.948 40.358 83 0.109 11.130 0.291 0.145
2.25 824 0.824 0.059 0.941 40.658 84 0.110 11.264 0.294 0.147
2.5 920 0.920 0.066 0.934 40.956 93 0.122 12.470 0.326 0.163
2.75 1010 1.010 0.072 0.928 41.240 97 0.128 13.007 0.340 0.170
3 1118 1.118 0.080 0.920 41.586 101 0.133 13.543 0.354 0.177
3.25 1223 1.223 0.087 0.913 41.928 104 0.137 13.945 0.364 0.182
3.5 1248 1.248 0.089 0.911 42.010 105 0.138 14.080 0.368 0.184
Pengujian Kuat Tekan Bebas

3.9.2 Kesimpulan
Dari pengujian ini didapat nilai Cu (kekuatan geser) = 1,807229 dan qu (kuat tekan bebas) = 0,368 kg/cm2 pada grafik hubungan
rengangan dan tegangan.
qu 0,368
Su= = =0 , 184
2 2
Keadaan tanah lempung organik memiliki kekuatan geser tanah sebesar 0 ,184. Keadaan kekuatan geser tanah tersebut masuk
pada kelas tanah sangat lunak yaitu < 0,12.
3.10 Pengujian Konsolidasi (CONSOLIDATION)

3.10.1 Dasar Teori


Konsolidasi merupakan suatu proses pemampatan
tanah, dan berkurang volume poridalam tanah. Hal ini dapat
menghasilkan bertambahnya daya dukung tanah. Namun,
selama proses ini terjadi tidak diperbolehkan adanya
bangunan yang sedang berdiri di atas tanahtersebut. Proses ini
biasanya memakan waktu yang cukup lama dari tahunan
bahkan sampaipuluhan tahun.

Dikarenakan durasi yang terlalu lama hal ini akan


sangat tidak menguntungkan untuk melakukan kegiatan
konstruksi. Namun apabila konstruksi tetap dilakukan
sebelum proseskonsolidasi terjadi, maka kemungkinan besar
akan terjadi proses keruntuhan bangunan akibatproses
konsolidasi.

3.10.2 Tujuan pengujian


Pengujian ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam
melakukan pengujian tanah untuk mengetahui sifat-sifat
pemampatan tanah pada saat di bebani.

3.10.3 Peralatan
1. Alat konsolidasi
2. Cetakan benda uji
3. Alat pengeluar benda uji
4. Stop watch
5. Dial deformasi
6. Timbangan
7. Oven
3.10.4 Prosedur percobaan
1 Bersihkan cetakan benda uji dan keringkan,kemudian timbang.
2 Siapkan benda uji:
- Keluarkan contoh tanah dari tabung sample sepanjang 1cm dengan
menggunakan extruder tabung lalu dipotong dan diratakan.
- Pacang cetakan didepan tabung contoh lalu keluarkan contoh tanah
dengan extruder sehingga cetakan terisi penuh dengan tanah.
- Ratakan tanah yang menonjol dikedua ujung cetakan benda uji
dengan pisau pemotong.
- Potong kelebihan tanah dengan hati-hati dan tentukan kadar air
bagian yang terpotong tersebut.
- Timbang cetakan beserta contoh tanah dan tentukan berat tanahnya
sendiri.
- Keluarkan contoh tanah dari cetakan dengan cara didorong dengan
besi pemotong.
3. Masukkan benda uji tersebut kedalam ring contoh dengan hati-hati,
jangan sampai terjadi pemampatan.
4. Pasang kertas saring dibagian atas dan bawah sample, kemudian pasang
batu pori pada bagian atas dan bawahnya.
5. Masukkan dalam sel konsolidasi.
6. Pasang pelat penekan diatas batu pori kemudian letakkan bola baja
kecil coakan pelat penekan diatas pelat penekan tersebut bagian
tengahnya.
7. Letakkan pada alat konsolidasi.
8. Atur posisi palang penekan sehingga horizontal, dengan cara memutar
span skrupdibagian belakang.
9. Atur ketinggian baut penekan hingga tepat meyentuh bola baja.
10. Atur posisi dial diformasi dalam posisi tertekan, kemudian dial tersebut
di nol kan, tahan lengan beban dengan palang penahan.
11. Pasang beban pertama yang menghasilkan tekanan pada benda uji
sebesar 0,25 kg/cm2
12. Baca deformasi tanah pada detik ke 0,6,10,15,30 kemudian pada menit
ke 1, 2, 4, 8, 12, 25, 30 dan pada jam ke 16, 20, 25, 30.
13. Pasang beban kedua sebesar 2 kali beban pertama, lakukan pembacaan
sesuai prosedur ke 12.
14. Lakukan hal yang sama untuk beban-beban yang lebih besar (4x, 8x
15. ,16x, 32x). Beban maksimum disesuaikan dengan beban yang akan
bekerja pada lapisan tanah tersebut.
16. Setelah dilakukan pembebanan maksimum, kurangi beban dalam 2 tahap
sampai mencapai beban pertama. Baca dial deformasi 5 jam setelah
pengurangan beban lalu beban dikurangi lagi. Lakukan pembacaan
kembali setelah 5 jam berikutnya.
17. Segera setelah pembacaan terakhir dicatat, keluarkan ring contoh dan
benda uji dari sel konsolidasi.
18. Keluarkan batu pori dan kertas saring.
19. Keluarkan benda uji dari dalam ring contoh lalu lalu timbang dan
tentukan berat keringnya.
3.10.5 Analisa Data

Tabel 3. 31 Data Konsolidasi Sampel Beban 0,5 kg

Tinggi Awal
Beban 0.5 kg Tinggi Akhir
Sampel

21,1 0,03 21,07


21,1 0,03 21,07
21,1 0,03 21,07
21,1 0,03 21,07
21,1 0,04 21,06
21,1 0,05 21,05
21,1 0,05 21,05
21,1 0,05 21,05
21,1 0,05 21,05
21,1 0,06 21,04
21,1 0,07 21,03
21,1 0,13 20,97
21,1 0,22 20,88
21,1 0,42 20,68

X mikro Y
0 0 0
0,316 30 30
0,500 30 60
0,707 30 90
1,000 30 120
1,414 40 160
2,000 50 210
2,828 50 260
3,873 50 310
5,477 50 360
7,746 60 420
10,954 70 490
15,492 130 620
21,909 220 840
37,947 420 1260

Garis 1
x y
0 30
1,414 160
13,707 1260
m = 91,924
Garis 2
x y
0 30
15,763 1260

Garis akar t90


x y
0 265
3 265
3 1260

Kurva 0.5 Kg
0 5 10 15 20 25 30 35 4
0

200

400

600

800

1000

1200

Kurva 0.5 Kg garis 1 garis 2 akar t90

Grafik 3. 16 Kurva Konsolidasi Beban 0,5 kg


Tabel 3. 32 Data Konsolidasi Sampel Beban 1 kg

Tinggi Awal
Beban 1 kg Tinggi Akhir
Sampel
21,1 1,1 20
21,1 1,2 19,9
21,1 1,33 19,77
21,1 1,4 19,7
21,1 1,55 19,55
21,1 1,65 19,45
21,1 1,75 19,35
21,1 1,82 19,28
21,1 1,92 19,18
21,1 2,02 19,08
21,1 2,43 18,67
21,1 2,43 18,67
21,1 2,44 18,66
21,1 2,45 18,65

X mikro Y
0 0 0
0,316 1100 1100
0,5 1200` 2300
0,707 1330 3630
1 1400 5030
1,414 1550 6580
2 1650 8230
2,828 1750 9980
3,873 1820 11800
5,477 1920 13720
7,746 2020 15740
10,954 2430 18170
15,492 2430 20600
21,909 2440 23040
37,947 2450 25490
Garis 1
x y
0 0
0,707 3630
4,965 25490
m = 5133,595
Garis 2
x y
0 0
5,710 25490
Garis akar t90
x y
0 7450
1,7 7450
1,7 25490

Kurva 1 Kg
0 5 10 15 20 25 30 35 40
0

5000

10000

15000

20000

25000

Kurva 1 Kg garis 1 garis 2 garis akar

Grafik 3. 17 Kurva Konsolidasi Beban 1 Kg


Tabel 3. 33 Data Konsolidasi Sampel Beban 2 kg

Tinggi Awal
Beban 2 kg Tinggi Akhir
Sampel
21,1 3 18,1
21,1 3,1 18
21,1 3,11 17,99
21,1 3,11 17,99
21,1 3,11 17,99
21,1 3,11 17,99
21,1 3,12 17,98
21,1 3,13 17,97
21,1 3,13 17,97
21,1 3,14 17,96
21,1 3,14 17,96
21,1 3,14 17,96
21,1 3,14 17,96
21,1 3,14 17,96

X mikro Y
0 0 0
0,316 3000 3000
0,5 3100 6100
0,707 3110 9210
1 3110 12320
1,414 3110 15430
2 3110 18540
2,828 3120 21660
3,873 3130 24790
5,477 3130 27920
7,746 3140 31060
10,954 3140 34200
15,492 3140 37340
21,909 3140 40480
37,947 3140 43620
Garis 1
x y
0 0
0,5 6100
3,575 43620
12200
m=
Garis 2
x y
0 0
4,112 43620
Garis Akar t90
x y
0 15500
1,5 15500
1,5 43620

0 5 10 15 20 25 30 35 40
0
Kurva 2 Kg

10000

20000

30000

40000

Kurva 2 Kg Garis 1 Garis 2 akar t90

Grafik 3. 18 Data Konsolidasi Beban 2 Kg


Tabel 3. 34 Hasil Untuk Penaikan Beban
2
Applied Dial Solid Ratio e 0,848 x H
Presure
Final Dial
Change
Hs
H−Hs t90
cv =
(mm) (mm) ¿ t 90
(kg/cm2) (mm) Hs

0 21,1 0 4,419 3,775

0,005 20,68 0,42 4,419 3,680 540 0,672

0,01 18,65 2,45 4,419 3,221 173,4 1,701

0,02 17,96 3,14 4,419 3,065 135 2,026

Grafik Hubungan Tekanan dan Angka Pori


600

500

400
Angka Pori (e)

300

200

100

0
0.004 0.006 0.008 0.01 0.012 0.014 0.016 0.018 0.02 0.022

Log p

3.10.2 Kesimpulan
Pengujian konsolidasi adalah proses yang bergantung
pada waktu hanya dapat terjadi pada lapisan lempung
dikarenakan nilai permeabilitasnya yang rendah. Dari
pengujian konsolidasi didapatkan nilai Cv = 2,026 mm2/menit.
3.11 Pemeriksaan Direct Shear Test

3.11.1 Dasar Teori


Kekuatan geser dapat diukur langsung dengan
pemberian beban konstan vertikal (normal) pada sampel dan
pemberian gaya geser tertentu dengan kecepatan konstan
danperlahan-lahan untuk menjaga tegangan air pori tetap nol
hingga tercapai kekuatangeser maksimum.
Tegangan normal didapat dengan pembagian besarnya
gaya normal dengan luaspermukaan bidang geser atau S = P/A.
Tegangan geser didapat dengan menghitung gaya geser (G)
yang didapat daripembacaan maksimum load ring dial setelah
dikalikan dengan nilai kalibrasi proovingring (LRC).

3.11.2 Tujuan Pengujian


Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kohesi dan
sudut geser tanah.

3.11.3 Peralatan
1. Alat geser langsung terdiri dari :
 Setang penekan dan pemberi beban
 Alat penggeser lengkap dengan cincin penguji (proving ring) dan 2
(dua) buah arloji geser (extensionmeter)
 Cincin pemeriksaan yang terbagi dua dengan penguncinya terletak
dalam kotak
 Beban – beban
 Dua buah batu pori.
2. Alat pengeluar contoh dan pisau pemotong
3. Cincin cetak benda uji
4. Neraca dengan ketelitian 0,1 gram
5. Stopwatch
6. Timba

3.11.4 Prosedur Kerja Pada benda uji


a) Benda uji tanah asli dari dalam tabung
Contoh tanah asli dari dalam tabung ujungnya diratakan
dengan pisau dan cincin cetak benda uji ditekan pada
ujung tanah tersebut. Tanah dikeluarkan secukupnya
untuk tiga benda uji. Pakailah bagian yang rata sebagai
alas dan ratakan bagian atasnya.
b) Benda uji asli lainnya
Contoh yang dibuat harus cukup besar untuk membuat 3 buah
beban benda uji. Persiapkan benda uji sehingga tidak
terjadi kehilangan kadar air. Bentuk benda uji dengan
cincin cetak. Dalam mempersiapkan benda uji terutama
untuk tanah yang peka harus hati – hati guna
menghindarkan terganggunya struktur asli dari tanah
tersebut.
c) Benda uji buatan (dipadatkan)
Contoh tanah harus dipadatkan pada kadar air yang berat dan
isi yang dikehendaki. Pemadatan dapat langsung
dilakukan pada cincin pemeriksaan atau pada tabung
pemadatan.
d) Tebal minimum benda uji kira – kira 1,3 cm tapi tidak
kurang dari 6 kali diameter butir maksimum.
e) Perbandingan diameter terhadap tebal benda uji harus
minimal 2:1. Untuk benda uji yang berbentuk empat
persegi panjang atau bujur sangkar perbandingan lebar
dan tebal minimal 2:1.
f) Untuk tanah lembek pembebanan harus diusahakan agar
tidak merusak benda uji.
3.11.5 Prosedur pengujian
a) Dengan pencetak sampel dibuat beberapa sampel.
b) Masukkan sebuah sampel ke dalam frame bawah dan ditutupi dengan
frame atas lalu diisi dengan air, hal ini agar kita mendapatkan kondisi
terburuk yang mungkin terjadi.
c) Letakkan frame pada tempatnya.
d) Letakkan dial pada tempatnya diatur agar dapat tempat menyinggung
frame kemudian jarum menunjukkan angka nol.
e) Contoh tanah yang telah dipasang alat direct shear diberi beban yang
telah ditentukan. Mesin dijalankan untuk mendapatkan tegangan geser
dengan kecepatan deformasi sebesar 1 mm/ detik.
f) Pembacaan dial dilakukan tiap 0,5 menit. Setelah tanah runtuh yaitu
pada saat dial menunjukkan harga konstan percobaan dihentikan.
g) Pengujian diulang lagi untuk sampel yang kedua, ketiga dan seterusnya
berturut – turut diberi beban masing – masing sekitar 0 kg, 1 kg, dan 2
kg.

3.11.6 Analisa Data


Normal stress : P
𝐴
dimana, P = Beban (kg)

A = Luas (cm²)
Kalibrasi alat = 0,575 kg/div
Sampel 1
Tabel 3. 35 Pemeriksaan Direct Shear Test Sampel 1

Gaya Normal P1 = 0,5 kg


Tegangan Normal σ= 0,016 kg/cm²
Waktu Reg Beban Tegangan Geser
Pembacaan Dial (Div)
(detik) (mm) (Kg) (kg/cm2)
0 0 0 0 0
15 0,02 4 0 0
30 0,44 9 0 0
60 1,11 14 5,172 0,165
75 1,7 28 18,391 0,586
90 2,39 53 33,908 1,081
105 3,05 63 50,575 1,612
120 3,69 63 64,369 2,052
135 4,34 63 83,334 2,656
rata-rata 1,019
Sampel 2

Tabel 3. 36 Pemeriksaan Direct Shear Test Sampel II


Gaya Normal P2 = 1 kg
Tegangan Normal σ= 0,032 kg/cm²
Waktu Reg Beban Tegangan Geser
Pembacaan Dial (Div)
(detik) (mm) (Kg) (kg/cm2)
0 0 0 0 0
15 0,6 13 18,966 0,605
30 1,26 14 40,805 1,301
60 1,88 18 60,920 1,942
75 2,5 20 82,185 2,620
90 3,14 20 98,852 3,151
rata-rata 1,924
Sampel 3
Tabel 3. 37 Pemeriksaan Direct Shear Test Sampel III
Gaya Normal P3 = 2 kg
Tegangan Normal σ= 0,064 kg/cm²
Waktu Reg Beban Tegangan Geser
Pembacaan Dial (Div)
(detik) (mm) (Kg) (kg/cm2)
0 0 0 0 0
15 0,06 3 1,149 0,037
30 0,48 12 12,069 0,385
45 1,2 50 28,161 0,898
60 1,75 57 40,230 1,282
rata-rata 0,650

Kuat Geser
3.5

2.5

1.5

0.5

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5
Sampel 1 Sampel 2
Grafik 3. 20 Hubungan Tegangan Geser Dengan Regangan
1 2 3
x 0,016 0,032 0,064
y 1,019 1,924 `0,650

Kohesi dan Sudut Geser


2.5

1.924
2.0

1.5

1.019
1.0
0.650

0.5

0.0
0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07

Grafik 3. 21 Hubungan Tegangan Normal Dan Tegangan Geser


3.11.7 Kesimpulan
Praktikum Direct Shear Test ini bertujuan untuk
mengetahui nilai kohesi (C
= 3,067) dan sudut geser (ɸ = 87,496°) pada suatu tanah. Kohesi (C) dan sudut
geser (ɸ) ini adalah dua faktor yang mempengaruhi kuat geser tanah (τ). Dari
grafik di atas disimpulkan bahwa semakin besar nilai kohesi, maka semakin besar
nilai sudut gesernya.

Anda mungkin juga menyukai