Oleh Kelompok 5 :
A. Maksud Pengujian
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar air tanah,
diimana kadar air adalah perbandingan antara berat air yang terkandung
dalam tanah dengan berat tanah tersebut dalam persen.
C. Prosedur Percobaan
1. Sempel tanah di tempatkan pada cawan yang bersih yang telah
diketahui beratnya, kemudian dikukur berapa penambahan berat
setelah ditambahkan partikel semppel tanah.
2. Sempel tanah kemudian diimasukkan kdalam oven selama ± 6 jam
sampai keadaan sempel mencapai berat konstan.
3. Setelah ± 6 jam dikeluarkan dalam oven, kemudian timbang sempel
tersebut.
D. Dasar Teori
Iistilah yang umum dipakai untuk hubungan berat adalah kadar air
(water content). Dimana kadar air adalah perbandingan antara berat air dan
butiran padat dari volume tanah yang diselidiki.
E. Perawatan
- Setelah melakukan pengujian, alat dibersihkan lalu dikembalikan ke
laboratorium tanah.
- Setelah melakukan pengujian, tanah yang telah digunakan dimasukan
kedalam wadah yang berbeda, agar tidak tercampur dengan tanah
yang belum diuji.
F. Hasil Pengujian
G. Kesimpulan
Berat awal cawan (W1) adalah 9,46 gr (pengujian 1), 13,93 gr
(pengujian 2) dan 12,98 gr (pengujian 3). Setelah ditambahkan dengan
tanah basah (W2) berat cawan menjadi 59,46 gr (pengujian 1), 63,93 gr
(pengujian 2), 62,98 gr (pengujian 3). Sedangkan bila ditambahkan dengan
tanah kering (W3) berat cawan menjadi 44,02 gr (pengujian 1), 48,70 gr
(pengujian 2), dan 47,61gr (pengujian 3). Lalu didapatkan berat air (Wa)
sebesar 15,44 gr (pengujian 1), 15,23 gr (pengujian 2), dan 15,37 gr
(pengujian 3). Dan didapatkan berat tanah kering (Wt) sebesar 34,56 gr
(pengujian 1), 34,77 gr (pengujian 2), dan 34, 63 gr (pengujian 3). Maka,
kadar air (W) yang diperoleh sebesar 0,45% (pengujian 1), 0,44%
(pengujian 2), dan 0,44% (pengujian 3). Sehingga, rata-rata kadar air
adalah 0,443%
H. Dokumentasi Pengujian
I. Catatan
1. Sebaiknya mengoven bahan uji sesuai dengan durasi yang telah
ditentukan agar memperoleh data yang sesuai.
2. Menggunakan cawan yang benar-benar bersih dari kotoran sehingga
memperoleh hasil massa yang diinginkan
PERCOBAAN SPECIFIC GRAVITY (GS)
A. Maksud Pengujian
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis yang
mempunyai butiran lewat saringan no. 04 dengan menggunakan
picnometer.
Specific gravity adalah perbandingan antara berat butir tanah dan
berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
C. Prosedur Percobaan
Benda uji yang disiapkan:
1. Tanah yang tertahan saringan No. 80,100 dan 200
2. Benda uji dalam keadaan kering oven dan diambil 20 gram untuk
botol ukuran 50 gram untuk picnometer
Klibrasi labu ukur
1. Menimbang labu ukur dengan ketelitian 0,01 gram
2. Labu di isi dengan air sampai 2/3 bagian kemudian di didihkan
3. Ketika air dalam labu mendidih, tambahkan air dingin sampai labu
terisi penuh kemudian di angkat
4. Timbang labu dengan ketelitian 0,01 gramUkur suhu dengan
thermometer suhu
5. Ulang langkah di atas sampai suhu mencapai 30 º C
6. Kemudian dari data yang ada di buat grafik kalibrasi labu ukur
D. Dasar Teorri
Haga berat specific butiran tanah (bagian padat) sering dibutuhkan
dalam bermacam – macam keperluan perhitungan dalam mekanika tanah.
Harga – harga tersebut dapat ditentukan dengan akurat di laboratorium.
Sebagian besar mineral yang menjadi penyusun tanah berkisan antara 2,6
sampai 2,9. Berat spesifik dari bagian padat tanah pasir yang berwarna
terang, umumnya sebagian besar terdiri dari quartz, dapat diperkiraan
2,65. Untuk tanah berlempung dan berlanau, harga tersebut berkisar antara
2,6 – 2,9.
γt
Gs =
γw
Keterangan :
γt = berat isi atau berat satuan (unit weight) tanah
γw = berat isi atua berat satuan (unit weight) air
E. Perawatan
- Setelah melakukan pengujian, alat dibersihkan lalu dikembalikan ke
laboratorium tanah.
- Setelah melakukan pengujian, tanah yang telah digunakan dimasukan
kedalam wadah yang berbeda, agar tidak tercampur dengan tanah
yang belum diuji.
F. Hasil Pengujian
Ws
GS =
(W ¿ ¿ 2+W 3)W 1 ¿
Keterangan :
GS = Specific Gravity
WS = Berat tanah kering (gram)
W1 = Berat labu + air + tanah (gram)
W2 = Berat labu + air (gram)
20 20
= =
367,24+20−301,73 163,89+ 20−153,82
= 0,2339 gr = 0,6651 gr
Gs1+Gs 2
Rata-rata =
2
0,2339+0,6651
=
2
= 0,4495 gr
Labu Ukur Satuan 1 2
Berat Tanah Kering (Ws) (gram) 20 20
G. Berat Labu Ukur + Air + (gram) 301,73 153,82
Tanah (W1)
Suhu (ºC) (celcius) 30 30
Berat Labu Ukur + Air (W2) (gram) 367,24 163,89
Spesific Gravity (Gs) (gram) 0,2339 0,6651
Rata-rata Gs (gram) 0,4495
Kesimpulan
- Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh data berat tanah kering
pertama dan kedua seberat 20 gr. Berat labu ukur, air dan tanah untuk
pengujian pertama seberat 301,73 gr sedangkan yang kedua seberat
153,82 gr. Dengan rata-rata suhu keduanya adalah 30C, diperoleh
berat labu ukur dan air (W2) untuk pengujian pertama adalah 367,24
gr dan pengujian kedua adalah 163,89 gr. Maka Spesific Gravity (Gs)
untuk pengujian pertama adalah 0,2339 gr dan kedua 0,6651 gr.
Diperoleh rata-rata Gs seberat 0,4495 gr
H. Dokumentasi Pengujian
I. Catatan
1. Sebaiknya saat memasukkan tanah ke dalam labu dilakukan dengan
hati-hati agar massa dari tanah tidak berkurang karena tumpah.
2. Ketika memanaskan labu, suhu jangan sampai melewati 30º C agar
alat tidak rusak.
3. Sebaiknya menggunakan thermometer yang berfungsi secara normal
PERCOBAAN ANALISA AYAKAN
(Mechanical Grain Size)
C. Prosedur Percobaan
1. Menggambil benda uji yaitu tanah
2. Menumbuk tanah hingga halus
3. Menimbang tanah seberat 1000 gr
4. Menimbang satu set saringan
5. Memasukkan tanah yg telah di timbang kedalam saringan yang telah
disusun dan menggoyangkan saringan selama 10 menit dengan
menggunakan mesin vibrator.
6. Mendiamkan selama 5 menit agar debu-debu didalam saringan
mengendap
7. Menimbang dan mencatat berat butiran tertahan pada masing-masing
saringan dengan memindahkanya ke cawan satu persatu.
D. Dasar Teori
Analisa mekanis tanah adalah penentuan variasi ukuran partikel-
partikel yang ada pada tanah. Variasi tersebut dinyatakan dalam presentase
dari berat kering total. Analisa ayakan adalah mengayak dan
menggetarkan contoh tanah melalui satu set ayakan dimana lubang-lubang
ayakan tersebut makin kecil secara berurutan. Untuk standar ayakan
amerika serikat, nomor ayakan dan lubang diberikan pada tabel dibawah
ini
F. Hasil Pengujian
Tabel analisa saringan
Dia. Berat Sar. Brt. Sar + Berat Tnh. Kum Tnh. % Kumulatif Tnh % Kumlatif
No. Saringan Kosong Tanah Tertahan Tertahan Tertahan Tnh Lolos
a B c d e f g h
100.00
% Komulatif lolos
Diameter saringan (mm)
G. Kesimpulan
Dari pengujian` yang telah dilakukan, diperoleh data berat tanah
tertahan pada saringan berdiameter 9.525 adalah 0.00, 4.750 adalah 5.50,
2.00 adalah 79.30, 0.850 adalah 206.70, 0.6 adalah 131.10, 0.425 adalah
59, 0.3 adalah 55.80, 0.150 adalah 194.7, 0.075 adalah 118.70, dan pan
adalah 149.20. Sehingga diperoleh pula presentase komulatif tanah lolos
sebesar 100% pada saringan berdiameter 9.525, 99.45% pada saringan
berdiameter 4.750, 91.52% pada 2.00, 70.85% pada 0.850, 57.74% pada
0.6, 51.84% pada 0.425, 46.26% pada 0.3, 26.79% pada 0.150, 14.92%
pada 0.075, dan 0% pada pan.
H. Dokumentasi Pengujian
I. Catatan
1. Lakukan prosedur dengan berurutan
2. Sebaiknya saat memasukkan tanah kedalam saringan dilakukkan
dengan hati-hati agar berat tanah tidak hilang.
3. Saat menimbang gunakan timbangan dengan ketelitian 0.1 gram
A. Maksud Pengujian
Pengujian ini untuk menentukan kadar air tanah pada batas cair dengan
cara Cassagrande yang akan digunakan menentukan sifat dan klasifikasi
tanah.
C. Prosedu Percobaan
1. Menyiapkan mangkok batas cair, membersihkan dari lemak atau
kotoran yang menempel dengan menggunakan air.
2. mengantur ketinggian jatuh mangkok,
3. Mengambil sample tanah sekitar 100 gram yang lolos saringan No. 4
lalau meletakkan di atas plat kaca pengaduk.
4. Menambah air sulinh sedikit demi sedikit, mengaduk sample tanah
tersebut menggunakan spatula sampai homogen.
D. Dasar Teori
Bila tanah berbutir halus ( lempung dan lanau ) dicampur dengan
air, maka tanah ini akan melalui beberapa keadaan tertentu dari keadaan
cair sampai keadaan padat.
Seorang ahli tanah berkebangsaan Swedia, A. Atterberg yang
bekerja di bidang pertanian ( 1911 ) mengembangkan metoda untuk
menjelaskan sifat konsistensi tanah berbutir halus pada kadar air
bervariasi. Bila kadar air terlalu tinggi, campuran tanah dan air akan
menjadi sangat lembek seperti cucian. Karena itu ada dasar teori yang
dikandungnya.
Batas Cair (Liquid Limit)
Kadar air dimana untuk nilai-nilai diatasnya tanah akan
berperilaku sebagai cairan kental (campuran tanah – air tanpa kuat
geser yang dapat diukur). Dalam teknik tanah, batas cair ini
didefenisikan secara kasar sebagai kadar air diamana 25 kali
pukulan oleh alat batas cair akan menutup celah (groove) standart
yang dibuat pada lempengan tanah dengan panjang 12,7 cm.
Casagrande (1958) dan yang lain telah memodifikasi percobaan
yang awalnya dibuat oleh Atterberg ini sehingga tidak terlalu
tergantung pada penilaian operatornya, dan dapat diulang kembali.
Dengan peralatan standart berbagai operator akan mampu
menghasilkan kembali nilai-nilai batas cair dengan perbedaan
sekitar 2 sampai 3 persen (yaitu misalnya wL = 39 9 persen, dan
bukan 39 x 0,02). Percobaan ini akan ditinjau secara lebih terinci
dalam pasal 4 - 2.
E. Perawatan
Untuk perawatan alat-alat praktikum dapat dilakukan dengan cara
manual, seperti :
- Timbangan neraca saat digunakan maupun tidak digunakan harus
dalam keadaan bersih
- Mangkok yang digunakkan batas cair bersih dari lemak atau kotoran
yang menempel dengan menggunakan air.
- Plat kaca yang sudah digunakan dicuci, kemudian di lap dengan kain
kering dan dikembalikan di laboratorium.
F. Hasil Pengujian
1. Batas Cair
No Uraian Uji Sampel 01
1 Jumlah ketukan hingga berimpit 0,5 inch. 24 45 0
2 Berat cawan kosong (W1) gram 16,21 20,80 0,00
3 Berat cawan + tanah basah (W2) gram 81,37 95,08 0,00
4 Berat cawan + tanah kering (W3) gram 63,44 76,43 0,00
Kadar air (%) = {(W2-W3)/(W3-W1)}
5 0,38 0,34 0,00
100%
Batas Cair 0.36
2. Batas Plastis
Uraian Uji Sampel Sampe Sampel
No
1 l2 3
1 Berat cawan kosong (W1) gram 14,49 14,18 12,57
Berat cawan + tanah basah (W2)
2 15,5 15,04 15,2
gram
Berat cawan + tanah kering (W3)
3 15,27 14,65 14,86
gram
Kadar air Plastis (%) =
4 0,29 0,83 0,15
{(W2-W3)/(W3-W1)}100%
5 rata rata 0,42
6 Indeks Plastisitas -0,07
0.39
0.38
% Kadar air
0.37
0.36
0.35
0.34
0.33
0.32
0.31
20 25 30 35 40 45 50
G. Kesimpulan N (jumlah pukulan)
H. Dokumentasi Pengujian
I. Catatan
Gambar 4.5 Proses
1.pengadukan
Proses bersinggungannya kedua sisi tanah harus4.6
Gambar terjadi karena aliran
Perataan
bahan
dan bukan karena geseran antara tanah dan uji di Atteberg
mangkok.
C. Prosedur Pengujian
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Setelah itu timbang gelas ukur ukuran 100 ml. Gunakan neraca
timbngan dengan ketelitian tinggi.
3. Masukkan tanah ke dalam gelas ukur setinggi 55 ml. Dimana tanah
yang ugunakan adalah tanah kering.
4. Ketuk gelas ukur selama 15 menit kemudian ukur turunan yang terjadi
pada tanah tersebut.
5. Siapkan gelas ukur berisi air setinggi 75 ml dan masukkan tanah
tersebut sedikit demi sedikit lalu kemudian aduk menggunakan
pengaduk kayu selama 5 menit
6. Diamkan benda uji selama 30 menit dan catat penurunan batas
cairnya.
Tanah kering 0 0
Tanah agak lembab > 0 - 0,25 > 0 – 25
Tanah lembab 0,25 – 0,5 26 – 50
Tanah sangat lembab 0,51 – 0,75 51 – 75
Tanah basah 0,76 – 0,99 76 – 99
Tanah jenuh 1 100
Sumber : Wayan, 2016
Rumus untuk perhitungan pengujian berat isi, angka pori dan derajad
kejenuhan:
Berat Tanah
1. Bulk Density ( % )=
Volume Tanah
2. Volume tuang pori = (volume tanah + volume air) - volume air tanah
basah
Berat cawan+ tanah
3. basah kering
Berat isi tanah =
kering Volume tanah
Berat tanahkering−cawan
4. Volume butir=
Berat jenis
5. Volume rongga = volume tanah – volume butir
Volume rongga
6. Prosentase= x 100
Volume Tanah
7. Angka pori = volume rongga – volume butir
Berat tanah basah−berat tanah kering
8. Derajat kejenuhan=
Volume rongga
E. Perawatan
Untuk perawatan alat-alat praktikum dapat dilakukan dengan cara
manual, seperti:
1. Timbangan neraca saat digunakan maupun tidak digunakan harus
dalam keadaan bersih.
2. Gelas ukur yang akan di gunakan sebaiknya dalam keadaan kering dan
setelah praktikum selesai gelas ukur di cuci hingga barsih.
3. Pengaduk kayu dalam keadaan bersih sebelum dan sesudah di
gunakan.
F. Hasil Pengujian
Tabel 3. Hasil pengujian
A UJI BERAT ISI SAMPEL A
1 Volume Tanah (Cm3) 53 cm³
2 Berat cawan (gram) 20.86
3 Brt cawan + tnh bsh (gram) 82.99
4 Brt tanah Basah (gram) 62.12
5 Brt tanah kering (Gram) 61.51
6 Berat Isi Tanah Basah 1.57
7 Berat Isi Tanah Kering 1.16
UJI ANGKA PORI - DERAJAT
B SAMPEL A
KEJENUHAN
1 Volume Butir 40.86
2 Volume Rongga 53
3 Porositas (15/6) % 100
4 Angka pori / e 12.14
5 Derajat Kejenuhan 0.01
G. Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh data Berat isi tanah
basah sebesar 1.57 gr, berat isi tanah kering sebesar 1.16 gr, Angka pori
sebesar 12.14 dan derajat kejenuhannya adalah 0.01
H. Dokumentasi Pengujian
Gambar 5.7
Masukkan tanah,
aduk dan diamkan
I. Catatan
1. Lakukan pengujian secara berurutan.
2. Penguji sebaiknya membaca hasil pengujian dengan teliti agar tidak
ada kesalahan dalam perhitungan.
3. Jangan lupa saat melakukan perhitungan memperhatikan satuan agar
ketika melakukan klarifikasi tidak ada kesulitan.
4. Perhatikan alat yang di gunakan dalam pengujian tidak mengalami
kerusakan dan dalam keadaan bersih.
C. Prosedur Pengujian