Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Banyak wanita menaruh perhatian khusus dalam memilih pakaian dalam mereka. Meski
pakaian dalam yang dipakai tidak untuk dikonsumsi publik, tapi pakaian dalam memiliki
pengaruh besar terhadap rasa nyaman dan kepercayaan diri penggunanya. Saat memilih
pakaian dalam, ada banyak hal yang menjadi pertimbangan. Selain bagaimana pakaian dalam
tersebut terlihat di tubuh, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah apakah pakaian dalam
tersebut berisiko menimbulkan masalah kesehatan atau tidak, khususnya bagi wanita yang
memiliki masalah kulit sensitif. Agar konsumen wanita menjadi lebih aman dan terlindungi
dari produk pakaian dalam yang memiliki resiko kesehatan dan juga lebih dimudahkan pada
saat memilih ukuran pakaian dalam, maka disusun 3 Rancangan Standar Nasional Indonesia
(RSNI) untuk mengakomodasi kebutuhan kaum wanita.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi standarisasi


2. Untuk mengetahui
3. Untuk mengetahui
4. Untuk mengetahui
BAB II
STANDAR MUTU PAKAIAN DALAM PRIA

2.1 Definisi Standarisasi

Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam memproduksikan


sesuatu. Standarisasi juga merupakan proses pembentukan standar teknis , yang bisa menjadi
standar spesifikasi , standar cara uji , standar definisi , prosedur standar (atau praktik), dan
lain-lain.
Istilah standarisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang
dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantita, kualita, nilai, dan hasil karya yang ada.
Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi spesifikasi baik produk, bahan maupun
proses. Suatu produk tidak boleh tidak standar, namun harus atau sedapat mungkin diikuti
agar kegiatan maupun hasilnya boleh dikatakan dapat diterima umum oleh penggunaan
standee atau ukuran ini adalah hasil kerja sama pihak-pihak yang berkepentingan dalam
industri dimana perusahaan itu berada. Misalnya jika seluruh dunia memproduksi kran dan
pipa air dalam bentuk dan ukuran yang berbeda-beda, maka tidaklah mungkin  berbagai pipa
saling bersambung karena masing-masing pipa tidak serasi dengan pipa lainnya, untuk itu
diperlukan adaptor. Bilamana setiap produsen pipa dan kran air boleh memproduksi pipa
semaunya tanpa memperhatikan ukuran pipa produsen lain, maka hasilnya terjadi kekacauan.
Standardisasi diimplementasikan ketika perusahaan mengeluarkan produk baru ke
pasar. Dengan menggunakan standarisasi, kelompok dapat dengan mudah berkomunikasi
melalui pedoman yang ditetapkan dalam rangka untuk menjaga fokus. Metode ini dibuat
untuk memfasilitasi proses dan tugas, inilah mengapa interlocks dengan lean manufacturing.
Terdapat empat teknik yang berbeda untuk standardisasi, yaitu penyederhanaan atau variasi
kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa, dan statistik proses kontrol.

2.2 Celana Dalam Pria

Celana dalam pria adalah pakaian dalam yang dirancang untuk pria. Celana


dalam pria digunakan untuk menutupi penis manusia dan bokong. Celana dalam pria
umumnya dibuat dari karet,namun ada yang dibuat dari serat bambu bahkan yang
terunik dibuat dari dendeng sapi. Hanya menggunakan celana dalam dan bertelanjang
dada di depan publik umumnya normal di beberapa negara di benua Eropa dan suku
terpencil di dunia, seperti para model, atlet, renang, liburan di pantai, pesta, dan
sebagainya.

2.2.1 Sejarah Pakaian Dalam Pria

Manusia zaman prasejarah mengenakan pakaian berupa kulit untuk menutupi


kemaluannya. Namun pada masa itu, kulit tersebut jadi satu-satunya busana yang
menutupi tubuh. Menurut sejarah, penggunaan celana dalam atau cawat (sebagai
pelapis sebelum berpakaian) pertama dilakukan pada era Firaun di Mesir. Khususnya
oleh kaum perempuan. Pada masa itu, perempuan Mesir menggunakan kain panjang
yang dililit sedemikian rupa untuk menutupi area selangkangan dan bokong. Ini
berguna untuk menjaga kemaluan agar tak lecet, juga menjaganya tetap bersih.
Banyak juga yang berspekulasi bahwa lilitan mumi Mesir jadi sumber inspirasi
terciptanya celana dalam.

Ribuan tahun kemudian, celana dalam masih jadi barang mewah yang belum
bisa didapat semua orang. Yang mengenakan celana dalam hanyalah kaum elit,
seperti raja, ratu, hingga bangsawan. Semua karena bahan katun atau wol yang masih
berharga mahal. Orang Romawi kuno juga mengenakan celana dalam, yang dikenal
dengan nama 'subligaculum'. Subligaculum sendiri berupa kain linen/katun yang
dililitkan untuk menutupi area bokong dan dikencangkan menggunakan sabuk besi.

Subligaculum (Foto: Dok. SlidePlayer.oom)


Hingga pada era Perang Dunia 1, Amerika menciptakan celana dalam
berbahan katun yang simpel dan berpinggang karet, khusus untuk memudahkan
tentaranya ketika berperang. Kala itu, sekutu sudah mengenakan celana dalam
berbentuk segitiga, ada pula yang mengenakan boxer. Era 90-an jadi masa keemasan
celana dalam. Pada dekade ini, celana dalam menjelma jadi item fashion yang bernilai
komersil. Merek fashion terkemuka seperti Calvin Klein dan Victoria's Secret jadi
produsen pakaian dalam terbesar dunia. Ekpslorasi bentuk dan jenis pakaian dalam
pun sudah beragam. Bahannya tak lagi menggunakan katun semata. Ada yang terbuat
dari sutra, satin, renda, bahkan tulle transparan yang super seksi. Fungsi celana dalam
pun mulai bergeser dan tak hanya mementingkan aspek kenyamanan semata.

2.2.2 Jenis – Jenis Celana Dalam Pria

1. Briefs

Celana dalam biasa (briefs) Ini adalah jenis celana dalam yang mungkin paling
kita kenal. Berbentuk segitiga, mudah dicari, memiliki berbagai jenis model dan
warna. Celana dalam ini menutupi hingga bagian pinggul, tetapi membiarkan
paha bagian atas hingga kaki tetap terbuka sehingga menjadikan jenis celana
dalam ini nyaman untuk digunakan dengan luaran apapun. Jenis celana dalam
pria ini cenderung biasa digunakan sehari-hari serta ketika melakukan olahraga
ringan hingga sedang.

2. Low-rise

Celana dalam low-rise Bentuknya tidak jauh berbeda dengan celana dalam
biasa. Yang membedakan hanyalah letaknya agak sedikit di bawah pinggul.
Beberapa merk mendesain jenis celana dalam ini dengan tujuan untuk lebih
melindungi dan menonjolkan organ genital. Jenis celana dalam low-rise cocok
digunakan dengan luaran celana pendek, celana bermodel low-rise, atau celana
pendek yang biasa digunakan ketika berolahraga di gym.

3. Boxer

Boxer Berbeda dengan celana dalam biasa atau briefs, boxer cenderung longgar
dan tidak memiliki bagian khusus untuk mendukung dan mempertahankan
posisi penis. Bentuk boxer juga menyerupai celana pendek dengan panjang
hingga bagian tengah paha. Sesuai dengan namanya, boxer terinspirasi dari
celana yang biasa digunakan petinju pada era tahun 1920-an. Karakteristik
utamanya adalah bagian karet elastis pada pinggang serta bagian celana yang
longgar. Boxer biasanya menggunakan bahan yang lebih memungkinkan
terjadinya pertukaran udara. Jenis celana dalam pria ini bisa kita gunakan
sehari-hari atau untuk melakukan olahraga ringan.

4. Boxer Briefs

Boxer briefs Sesuai dengan namanya, jenis celana dalam pria ini merupakan
perpaduan antara boxer dan celana dalam biasa atau briefs. Boxer briefs
menawarkan jenis celana dalam yang panjangnya kira-kira sampai pertengahan
paha seperti boxer, tetapi juga bersifat pas dan ketat untuk menyokong penis.
Jenis ini populer karena dianggap tidak terlalu longgar seperti boxer, namun
sekaligus bisa mendukung penis jika kita melakukan aktivitas fisik atau
olahraga yang intensitasnya cenderung sedang hingga berat.

5. Jokcstrap

Jockstrap Ini merupakan jenis celana dalam yang digunakan ketika Anda melakukan
olahraga dengan intensitas berat seperti misalnya bela diri atau bersepeda. Tujuan
utamanya adalah melindungi organ vital dengan cara menyokong dan melindungi
penis dari pergerakan selama berolahraga. Jockstrap dapat menjaga area penis tetap
sejuk dan kering jika dibandingkan dengan celana dalam biasa atau briefs. Jockstrap
biasanya terdiri dari cup pelindung penis serta tiga karet elastis, satu digunakan pada
pinggul dan sisanya digunakan di bokong.

2.2.3 Jenis-Jenis Bahan Pakaian Dalam Pria

1. Katun

Merupakan jenis kain yang paling umum digunakan pada celana dalam pria.
Kain ini memiliki banyak pori-pori, bertekstur lembut, mampu menyerap
keringat, dan harganya cukup terjangkau. Celana dalam dari kain katun sangat
ideal untuk digunakan di dalam rumah. Namun, ketika berolahraga sebaiknya
Anda tidak menggunakan celana dalam katun, karena tekstur kainnya mudah
menyerap keringat sehingga celana dalam jadi mudah basah.

2. Modal

Kain modal memiliki tekstur kain yang sangat lembut. Bahkan, belum ada
bahan celana dalam lain yang bisa menandingi kelembutan kain modal. Jika
celana dalam berbahan nilon tidak nyaman bagi Anda, maka Anda bisa
menggunakan celana dalam berbahan modal. Celana dalam dari kain modal
bersifat universal sehingga dapat digunakan kapan dan dimana saja. Selain itu,
celana dalam pria dari kain modal juga nyaman dikenakan bersama dengan
celana jeans.

3. Nilon

Kontruksi microfiber digunakan untuk membuat kain nilon menjadi lebih


lembut dan membuat penggunanya tetap merasa ‘kering’. Disamping itu, kain
nilon memiliki retensi warna yang bagus sehingga Anda tak perlu khawatir
celana dalam nilon akan cepat pudar. Celana dalam pria berbahan nilon adalah
pilihan yang tepat untuk digunakan saat berolahraga.

4. Polyester

Tipis dan nyaman merupakan ciri dari kain polyester. Kain ini cenderung lebih
tipis dibanding katun atau jenis kain lainnya. Karena teksturnya yang ringan dan
tipis, maka celanan dalam polyester sangat ideal untuk digunakan bersama
celana jeans ketat. Akan tetapi, celana dalam pria berbahan polyester tidak
memiliki daya serap yang kuat, sehingga celana dalam ini tidak dianjurkan
untuk digunakan saat cuaca panas. Keunggulan lain yang dimiliki dari celana
dalam polyester adalah bahannya mudah dicuci dan cepat kering.

5. Rayon

Tekstur dari kain rayon sangat lembut menyerupai kasmir. Celana dalam rayon
mudah meregang sehingga tidak disarankan untuk penggunaan sehari-hari.
Celana dalam pria dari kain rayon sangat lembut dan nyaman dikenakan. Anda
bisa menggunakan celanan dalam yang satu ini ketika berpegian sebentar di
malam hari.

6. Sutra

Kain mewah yang satu ini memiliki tekstur yang sangat lembut dan nyaman di
kulit. Celana dalam yang dibuat dari kain sutra umumnya sangat tahan lama
karena terbuat dari serat alami. Meskipun celana dalam dari sutra bisa menyerap
keringat, tetapi Anda tidak dianjurkan untuk menggunakannya saat cuaca panas
atau berolahraga. Celana dalam sutra sangat cocok dikenakan pada waktu
malam.

7. Spandeks

Celana dalam pria berbahan spandeks cukup sesuai untuk segala jenis kulit. Tak
jarang celana dalam spandeks ini dipadukan dengan kain modal untuk
memberikan efek ketat. Nah, celana dalam dari kain spandeks ini sangat ideal
untuk penggunaan sehari-hari. Bahkan, sebagian besar orang menggunakan
celana dalam spandeks saat berenang atau bersepeda karena teksturnya ringan
dan elastis.

2.3. Acuan Normatif

2.3.1. SNI Pakaian Dalam Pria (terlampir)


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kain Rajut

Kain rajut dibuat dengan cara memanipulasi sehelai benang. Proses pembuatan kain
ini biasanya melibatkan dua jarum dan sehelai benang. Merajut dapat dilakukan dengan
tangan atau dengan menggunakan alat/mesin. Teknologi rajut menghasilkan kain dengan jerat
loop yang saling terkait. Loop ini bergerak relatif satu sama lain, menyebabkan perubahan
dimensi dan peregangan.

Struktur kain rajut sebenarnya terbuat dari barisan benang yang berbentuk loop
(lingkaran/lengkungan jeratan), yang dimana loop ini digunakan sebagai kaitan antar benang.
Ketika tiap barisan benang masuk, loop baru akan terbentuk melalui loop yang telah ada
sebelumnya. Barisan loop atau jeratan yang sudah selesai terbentuk akan ditahan oleh jarum
rajut sebelum memulai barisan loop yang baru.

Perbedaan tenun dan rajut

Dibandingkan dengan kain tenun, elastisitas dari kain rajut lebih tinggi. Kain rajut dapat
mudah meregang dikarenakan oleh jeratan-jeratan (loop) pada struktur kain tersebut. Tidak
hanya itu, elastisitasnya yang tinggi juga memungkinkan si pemakai bergerak lebih bebas dan
leluasa. Keunggulan lain dari kain rajut yaitu kain ini tidak mudah kusut saat dipakai dan saat
disimpan. Namun, kain rajut memiliki kemungkinan lebih tinggi terjadi penyusutan jika
dibandingkan dengan kain tenun.

3.2 SNI (Standar Nasional Indonesia)

Sertifikasi dalam SNI dibagi menjadi dua jenis, yang pertama sertifikasi yang
bersifat wajib. Dikatakan wajib karena SNI yang bersifat wajib ini berhubungan dengan
keamanan konsumen. Salah satu contoh SNI yang bersifat wajib adalah SNI untuk
pakaian bayi dan mainan. Karena seperti yang telah diketahui untuk pakaian bayi
memiliki banyakpersyaratan khusus yang wajib ditepati, salah satunya adalah kadar
formaldehid pada pakaian bayi harus 0 atau free formaldehid. Karena kulit bayi
cenderung sensitif, jangan sampai karena tidak terdapat acuan untuk produk tersebut
menyebabkan terjadinya iritasi, exim, atau bahkan terjadi mutasi gen.
SNI kedua bersifat sukarela, disebut sukarela karena untuk SNI ini tidak
diwajibkan oleh negara. Tujuan dari SNI ini adalah untuk menaiki level (branded) dari
produk tersebut sehingga konsumen akan lebih mempercayai produsen karena produk
yang terjual sudah terjmamin baik mutunya ataupun keamananya. Salah satu yang
menggunakan SNI ini adalah jurnis ( juru teknis), selain itu juga perusahaan-perusahaan
yang ingin memperdagangkan produk miliknya biasanya menggunakan SNI yang
bersifat sukarela. Cara untuk mendapatkan sertifikasi yang bersifat sukarela adalah
sebagai berikut :
1. Permohonan
2. Daftar isi
 Audit data (dokumen) , dan juga audit sistem manajemen mulai dari proses hingga
produk. Dimana terjadi pemeriksaan berdasarkan data yang sudah diberikan
kepada pihak audit. Contohnya untuk bagian packing, bagaimana cara
packingnya, apakah sudah sesuai dengan dokumen yang tertera atau belum. Pada
tahap ini auditor akan melihat apakah terjadi kesesuaian antara data yang
diberikan dengan keadaan dilapangan. Setelah diaudit, terkadang dari auditro akan
menemukan beberapa temuan, baik saran, major ataupun minor yang nantinya
akan dilaporkan kepada perusahaan.
 Prosedur, yang terdiri dari nama perusahaan beserta biodata dari perusahaan
tersebut
3. Sampling produk ( parameter) yang dilakukan sesuai aturan yang berlaku
Pada tahap ini pihak yang ingin diberikan SNI akan memberikan sampel
produk dimana produk tsb akan dimasukan kedalam lab selama beberapa hari, dimana
apabila sudah memenuhi syarat yang dtetapkan maka SNI akan ditempel pada produk
yang sudah di sampling tsb.
4. pembayaran

Tata cara atau prosedur untuk mengurus atau mendapatkan label SNI :

1. Isi Formulir Permohonan SPPT SNI

SPPT merupakan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI. Langkah pertama, ada harus
mengisi formulir SPPT ini. Pada prosesnya, saat mengisi, Anda akan membutuhkan
beberapa dokumen sebagai lampiran, yaitu:

 Fotokopi sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 yang dilegalisasi.


Sertifikat ini bisa didapatkan di Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) yang
diakreditasi Komite Akreditasi Nasional (KAN).
 Sertifikat dari LSSM negeri asal produk yang sudah punya perjanjian saling
pengakuan dengan KAN, ini jika produk tersebut adalah produk impor yang berasal
dari luar negeri. 

2. Verifikasi Permohonan
Langkah selanjutnya adalah akan verfikasi permohonan yang dilakukan oleh LSPro-
Pustan. Dalam prosesnya, akan dilakukan verifikasi terhadap beberapa hal, yakni
jangkauan lokasi audit dan kemampuan memahami bahasa setempat.
Proses ini biasanya akan memakan waktu satu hari dan setelah verifikasi selesai Anda
akan diberi invoice soal rincian biaya yang harus dibayarkan.

3. Audit Sistem Manajemen Mutu Produsen


Tahap berikutnya adalah pengecekan kesesuaian penerapan sistem manajemen mutu.
Akan dilakukan pemeriksaan soal kelengkapan dan kecukupan dokumen sistem
manajemen mutu produsen terhadap persyaratan SPPT SNI.
Dalam audit kecukupan, tim akan melakukan peninjauan terhadap dokumen Sistem
Manajemen Mutu yang kita miliki. Jika ditemukan ketidaksesuaian dalam hal ini,
koreksi harus dilakukan dalam waktu maksimal dua bulan.

4. Pengujian Sampel Produk


Dalam prosesnya, Tim LSPro-Pustan akan datang ke tempat produksi dan mengambil
sampel produk untuk diuji. LSPro-Pustan Deperin menjamin para petugasnya ahli di
bidang tersebut.
Proses pengujian ini dilakukan di laboratorium penguji atau lembaga inspeksi yang
sudah diakreditasi. Jika dilakukan di laboratorium milik produsen, diperlukan saksi
saat pengujian.
Sampel produk diberi label contoh uji (LCU) dan disegel. Proses ini butuh waktu
minimal 20 hari kerja.
Bila ternyata hasilnya belum sesuai, Anda akan diminta untuk menguji sendiri produk
tersebut sampai sesuai, lalu dicek kembali oleh tim LSPro-Pustan.

5. Penilaian Sampel Produk


Laboratorium penguji menerbitkan Sertifikasi Hasil Uji. Bila hasil pengujian tidak
memenuhi persyaratan SNI, pemohon diminta segera melakukan pengujian ulang.
Jika hasil uji ulang tak sesuai persyaratan SNI, permohonan SPPT SNI ditolak.

6. Keputusan Sertifikasi
Setelah semua proses di atas selesai dilaksanakan, tim akan merapatkan hasil audit
dan hasil uji. Semua dokumen audit dan hasil uji menjadi bahan rapat panel Tinjauan
SPPT SNI LSPro-Pustan Deperin.
Proses penyiapan bahan biasanya perlu waktu tujuh hari kerja, sedangkan rapat panel
berlangsung selama satu hari.

7. Pemberian SPPT-SNI
LSPro-Pustan akan melakukan klarifikasi terhadap perusahaan atau produsen yang
bersangkutan setelah rapat panel usai.
Keputusan pemberian sertifikat oleh Panel Tinjauan SPPT SNI didasarkan pada hasil
evaluasi produk yang memenuhi: kelengkapan administrasi (aspek legalitas),
ketentuan SNI, dan proses produksi serta sistem manajeman mutu yang diterapkan
dapat menjamin konsistensi mutu produk.
Jika semua ketentuan itu terpenuhi, LSPro-Pustan Deperin akan menerbitkan SPPT
SNI untuk produk pemohon.
Biaya pengurusan SNI telah diatur dalam Peraturan Pemerintah RI No 63 tahun 2007
dengan perkiraan biaya sekitar Rp 10-40 juta.

8. Biaya Pengurusan SNI


Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun 2007, yang berlaku pada
Kementerian Perindustrian,biaya SNI sebagai berikut:

Celana dalam pria untuk mendapatkan label SNI harus melalui berbagai tahap yang
merupakan proses menilai apakah produk memenuhi persyaratan yang diatur dalam
standar.Oleh karena itu hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

 Memastikan jenis produk yang ingin disertifikasi,objek utama sertifikasi produk


adalah produknya bukan perusahaannya,berbeda dengan sertifikasi sistem
manajemen yang menjadikan perusahaan objek sertifikasinya.
 Mengecek apakah Produk yang anda ingin sertifikasi sudah ada Standar nya,
dalam hal ini apakah SNI nya sudah ditetapkan. jika SNI nya belum ada, maka
produk anda tidak dapat disertifikasi.
 Setelah memastikan SNI nya, cek apakah ada Lembaga Sertifikasi Produk yang
sudah terakreditasi oleh KAN untuk SNI tersebut. jika tidak ada LSPro yang
terakreditasi berarti produk anda belum dapat disertifikasi, namun anda bisa
meminta LSPro untuk menambah ruang lingkup akreditasinya kepada KAN
sehingga produk anda bisa disertifikasi. Khusus untuk SNI yang sudah diwajibkan,
beberapa kementerian mengatur tentang penunjukan sementara LSPro yang belum
diakreditasi untuk melakukan sertifikasi, namun dipersyaratkan dalam jangka
waktu tertentu harus sudah terakreditasi.
 Anda dapat menghubungi Langsung LSPro terkait untuk detail persyaratannya.
Persyaratan Pendaftaran SPPT SNI Ke LSPro :

a. Dokumen Administrasi :
1. Fotocopy Akte Notaris Perusahaan
2. Fotocopy SIUP, TDP
3. Fotocopy NPWP
4. Surat Pendaftaran Merek dari Dirjen HAKI / Sertifikat merek
5. Surat Pelimpahan Merek atau kerjasama antara pemilik merek dengan pengguna
merek (Hanya bila merek bukan milik sendiri)
6. Bagan Organisasi yang disahkan Pimpinan
7. Surat Penunjukkan Wakil Manajemen dan Biodatanya
8. Surat Permohonan SPPT SNI
9. Angka Penegenal Importir (API) (bila bukan produsen)
10. Fotocopy Sertifikat Sistem Manajemen Mutu atau manajemen lainnya (bila ada)

b.  Dokumen Teknis
1. Pedoman Mutu yang telah disahkan
2. Diagram Alir Proses Produksi
3. Daftar Peralatan Utama Produksi
4. Daftar Bahan Baku Utama dan Pendukung Produksi
5. Daftar Peralatan Inspeksi dan Pengujian
6. Salinan Dokumen Panduan Mutu dan Prosedur Mutu

 Catatan : Persyaratan diatas umumnya untuk produk dengan Skema Sertifikasi Tipe 5

 Skema Sertifikasi Produk

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa kegiatan sertifikasi dilakukan oleh


Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro).  Perusahaan yang ingin produknya disertifikasi
mengajukan aplikasi ke LSPro dan mengikuti proses sertifikasi yang ada di LSPro.

Dalam melakukan proses sertifikasi tersebut, Lembaga Sertifikasi Produk


(LSPro) haruslah mengoperasikan skema sertifikasi tertentu , dalam SNI ISO/IEC
17067:2013 dikatakan bahwa skema sertifikasi ialah ‘Aturan, prosedur dan manajemen
untuk melakukan sertifikasi terhadap produk – produk tertentu’.
Skema berisi tata cara/persyaratan-persyaratan dan mekanisme apa saja yang
diperlukan dan dilakukan dalam pelaksanaan sertifikasi produk tertentu.   Dari mulai
proses seleksi, determinasi, review, keputusan dan atestesi.

Jadi dalam melakukan sertifikasi, LSPro haruslah memastikan bahwa kegiatan


sertifikasi yang dilakukannya sesuai dengan skema yang dioperasikannya.

Pada prinsipnya skema sertifikasi produk sangatlah bergantung dari jenis ,


karakteristik serta proses produksi produk tersebut.  Dalam SNI ISO/IEC 17067:2013 –
Penilaian kesesuaian – Fundamental sertifikasi produk dan panduan skema sertifikasi
produk.  Disebutkan contoh-contoh skema sertifikasi dari mulai tipe 1a,1b,2,3,4,5,6
dan tipe n. dari sekian banyak contoh tipe sertifikasi tersebut, yang banyak digunakan
oleh regulator maupun lembaga sertifikasi adalah skema sertifikasi tipe 5 dan tipe 1b.

Skema sertifikasi tipe 5

Skema sertifikasi tipe 5 ini merupakan skema untuk sertifikasi produk yang
menggabungkan (jika diperlukan) antara assessmen proses produksi, audit sistem
manajemen yang relevan, pengujian serta survailen berupa pengujian di pabrik ataupun
di pasar, audit sistem manajemen dan assessmen proses produksi.  Sertifikat untuk tipe
5 ini biasanya berlaku untuk 2-4 tahun, dengan survailen dilakukan setiap tahun.
 Skema sertifikasi tipe 1b

Skema sertifikasi tipe 1b merupakan skema untuk sertifikasi produk yang hanya
menilai kesesuaian produk per batch produksi/atau per-shipment pengiriman, sehingga
tidak diperlukan adanya audit sistem manajemen, dan assessmen proses produksi,

namun dengan pengujian atau inspeksi setiap batch pengiriman dengan sampling yang
sesuai mewakili produk yang akan disertifikasi. Sertifikat hanya berlaku untuk produk
dalam batch yang sama, sedangkan untuk produk lain yang berbeda batch harus
dilakukan sertifikasi kembali.  Tidak ada mekanisme survailen dalam skema sertifikasi
tipe ini.

Sertifikasi berdasarkan SNI

Standar Nasional Indonesia (SNI), merupakan  Standar yang ditetapkan oleh


BSN dan berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Standar ini
dirumuskan komite–komite teknis yang terdiri dari multi stake holder baik itu
pemerintah, akademisi, kalangan industri serta para ahli yang kompeten di bidangnya
masing–masing. Setiap komite teknis didukung oleh sekretariat komite teknis yang
tersebar di hampir seluruh Kementerian dan Lembaga Pemerintah.

Pada prinsipnya penerapan/sertifikasi SNI adalah sukarela, para pihak yang


ingin menerapkan SNI dipersilahkan menjadikan SNI sebagai rujukan dalam kegiatan
atau proses yang dilakukannya. Namun untuk membuktikan dan mendapatkan
pengakuan formal bahwa benar suatu perusahaan/organisasi telah menerapkan SNI
atau standar tertentu, perlu proses penilaian kesesuaian yang dilakukan pihak ketiga.
Proses penilaian oleh pihak ketiga inilah yang disebut sebagai Sertifikasi, dan  lembaga
yang melakukan kegiatan penilaian disebut sebagai lembaga sertifikasi.

Secara umum ada tiga (3) klasifikasi kegiatan sertifikasi berdasarkan SNI yang dapat
dilakukan:

1. Sertifikasi Sistem Manajemen, yaitu sertifikasi terhadap sistem manajemen


perusahaan misalnya berdasarkan SNI ISO (9001, 14001, 22000, HACCP,dll)
2. Sertifikasi Produk, yaitu sertifikasi terhadap produk yang dihasilkan perusahaan
berdasarkan SNI produk tertentu misalnya SNI 1811:2007 untuk Helm, SNI
3554:2015 untuk Air minum dalam kemasan, SNI 2054:2014 untuk baja tulangan
beton, dan produk – produk lainnya
3. Sertifikasi Personnel, yaitu sertifikasi terhadap kompetensi personel misalnya
Auditor, PPC, Tenaga Migas, Tenaga Kelistrikan, dll

3.3 Pengujian
 PENGUJIAN TAHAN JEBOL KAIN : CARA UJI KEKUATAN DAN
PENGEMBUNGAN METIDA HIDROLIK
 PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA TERHADAP GOSOKAN
(Terlampir)
 CARA UJI TAHAN LUNTUR WARNA – BAGIAN C06 : TAHAN LUNTUR
WARNA TERHADAP PENCUCIAN RUMAH TANGGA DAN KOMERSIL
(Terlampir)
 CARA UJI DAYA SERAP
(Terlampir)
DAFTAR PUSTAKA

Plunket Robert L. 1992. Male Genitial Garment (Mens Underwear Rule). US.

Gagelys Chris, Daniel Sivilich. 2005. Men's reuseable underwear with built-in absorbant
panels (Rayon). US. Humanicare International Inc.

E.J.Power, 2018. Advanced knitting technologies for high-performance apparel.


Sciencedirect

Aini, Ratu (2001, 15 Januari). Cara Menulis Inspiratif.  Dikutip 1 Januari 2019 dari Cara
Menulis Buku: http://caramenulisbuku.com/menulis-inspiratif.html.

Wikipedia, 2017. Celana Dalam Pria. Dikutip 1 Oktober 2019 dari Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Celana_dalam_pria

Kumparan, 2018. Dipakai Sejak 7000 Tahun Lalu, Begini Asal-Usul Celana Dalam. Dikutip
2 Oktober 2019 dari Kumparan: https://kumparan.com/@kumparanstyle/dipakai-sejak-7000-
tahun-lalu-begini-asal-usul-celana-dalam

Kompas, 2018. Jenis Celana Dalam Pria Seperti Apa yang Paling Sehat. Dikutip 2 Oktober
2019 dari kompas: https://lifestyle.kompas.com/read/2018/03/25/202821320/jenis-celana-
dalam-pria-seperti-apa-yang-paling-sehat?page=all

Kursus Menjahit, 2016. Pengertian Kain Rajut. Dikutip 3 Oktober 2019 dari Kurus Menjahit:
http://kursusjahityogya.blogspot.com/2016/01/jenisrajutanpakan.html

L. Evans Donald. 2002. Men's and Boys' Cut and Sew Underwear and Nightwear. US.
Uncecusbureau
Scheafer Brain . 2008. Underwear . US.

Anda mungkin juga menyukai