Anda di halaman 1dari 17

FAKTOR-FAKTOR DEMOGRAFIK (JENIS KELAMIN, USIA, STATUS

PERNIKAHAN, DUKUNGAN DOMESTIK) PENENTU KONFLIK


PEKERJAAN DAN KELUARGA DAN INTENSI KELUAR KARYAWAN:
STUDI PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA
Gugup Kismono
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
e-mail: gugup_kismono@ugm.ac.id, gugupkismono@yahoo.com
Reni Rosari, John Suprihanto
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada
Abstract
Involvement in both work and family domain, by men and womesn, may create work and
family conflict that induce voluntary turnover. Unfortunately, most studies relating to both
voluntary turnover and work and family conflict has been conducted in Western context. This
research aims to examine the impact of demographic variables (gender, age, marital status and
domestic support) on work and family conflict and turnover intention, undertaken in Indonesia, a
country with high score of collectivism and patriarchal culture. The participants (N = 1.122) of
this research are employees of the Indonesian banking industry which were drawn conviniently.
Regression method was utilized to test hypotheses. Results showed that only marital status
significantly affect both work to family conflict and family to work conflict. However, marital status
did not significantly influence turnover intention. Age significantly, but in opposite direction,
influenced turnover intention. This result was unexpected. Theoretical explanation was discussed.
Keywords: turnover intention, work to family conflict, family to work conflict, demographic variables.
Abstrak
Keterlibatan laki-laki dan perempuan di dunia kerja dan rumah tangga dapat mungkin
menimbulkan masalah serius, yaitu konflik pekerjaan dan rumah tangga yang mendorong terjadinya
perputaran karyawan secara sukarela. Sayangnya, kebanyakan riset dilakukan menggunakan latar
belakang budaya individualistik. Riset ini bertujuan untuk menganalisis dampak variabel demografik
(jenis kelamin, usia, status pernikahan dan dukungan domestik) pada konflik pekerjaan dan rumah
tangga dan keinginan keluar dari organisasi/perusahaan. Riset dilakukan di Indonesia, negara dengan
budaya patriarkal dan kolektivistik. Partisipan riset ini adalah karyawan bank-bank berjumlah 1.122
orang yang penyampelannya dilakukan secara tidak acak. Analisis regresi dilakukan untuk mengetes
hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya status pernikahan yang berpengaruh signifikan
pada dua jenis konflik: konflik pekerjaan ke rumah tangga dan konflik rumah tangga ke pekerjaan.
Status pernikahan berpengaruh tidak signifikan pada intensi keluar karyawan. Umur berpengaruh
signifikan, namun berlawanan arah dari hipotesis, pada intensi keluar karyawan. Penjelasan hasil
penelitian secara teoritis didiskusikan di artikel ini.
Kata kunci: intensi keluar, konflik pekerjaan ke rumah tangga, konflik rumah tangga ke
pekerjaan, variabel demografik.
PENDAHULUAN mereka. Survei yang dilakukan oleh Watson-
Para manajer bisnis di Indonesia menghadapi Wyatt (2005) menunjukkan bahwa hampir
permasalahan serius terkait rendahnya tingkat seperempat dari 8.690 karyawan Indonesia
komitmen para karyawan terhadap organisasi yang berpartisipasi dalam survei, termasuk di
perusahaan perbankan, dilaporkan memiliki
Faktor-faktor Demografik … (Gugup Kismono et al.) 209

kesiapan untuk keluar dari organisasi jika ada golongkan Amerika Serikat sebagai salah satu
kesempatan. Pada survei lain yang dilakukan negara yang memiliki rangking tertinggi untuk
oleh Hay Group yang melibatkan 42 perusa- ‘individualisme’ di dunia, dengan nilai 91.
haan (termasuk 9 bank) menunjukkan bahwa Sebagai perbandingan, Hofstede menggambar-
secara keseluruhan indeks komitmen karyawan kan Indonesia sebagai Negara dengan nilai
Indonesia hanya sebesar 69% (Pambudi, 2007). terendah untuk ‘individualisme’ (14 dari 100).
Tingkat indeks komitmen secara keseluruhan Nilai rendah untuk Indonesia terkait dengan
yang rendah ini menunjukkan bahwa perusa- individualisme tersebut mendukung ide bahwa
haan-perusahaan Indonesia sedang menghadapi negara ini adalah masyarakat ‘collectivist’
risiko kehilangan para karyawan kompeten (Hofstede, Hofstede and Minkov, 2010;
mereka disebabkan oleh turnover sukarela Oyserman, Coon and Kemmelmeier, 2002).
(voluntary turnover). Telaah literatur untuk penelitian ini
Selain dihadapkan pada tingginya ting- juga mengungkapkan bahwa dalam masyarakat
kat keinginan keluar dari karyawan, perusa- individualis kerja dan keluarga dipandang
haan-perusahaan Indonesia juga dihadapkan sebagai independen, bidang yang berbeda
pada terbatasnya jumlah ketersediaan karyawan (Spector et al., 2007; Yang et al., 2000) yang
yang qualified atau memenuhi syarat (Ilwan bersaing untuk sumberdaya yang sama (waktu,
dan Widodo, 2008; Pambudi, 2007; Rahayu, upaya dan energi). Ketika tuntutan kerja meng-
2006; Winasis et al., 2007) untuk mendukung ganggu kebutuhan individu untuk melaksana-
pertumbuhan bisnis mereka. Permasalahan ini kan tanggungjawab keluarga, maka konflik
merata terjadi juga di industri perbankan. kerja keluarga terjadi. Sebaliknya, di masyara-
Mengelola turnover karyawan menjadi proses kat yang lebih kolektivis, kerja dan keluarga
penting bagi bank-bank di Indonesia sebab dipersepsikan menjadi domain interdependen;
dengan turnover sukarela yang terlalu tinggi yaitu kerja dilihat sebagai kontribusi untuk
tentunya akan mengakibatkan kinerja organi- keluarga, daripada bersaing dengan keluarga
sasional menjadi semakin rendah (Dess and (Lu et al., 2006; Spector et al., 2007).
Shaw, 2001; Ilwan dan Widodo, 2008; Koys, Selain itu, menjadi sesuatu yang umum
2001; Pinkovitz, Moskal and Green, 2004; di Indonesia untuk memiliki bantuan domestik
Rahayu, 2006). Oleh karena itu, manajemen (Friedman and Greenhaus, 2000) dari keluarga
turnover sukarela karyawan yang efektif men- atau pembantu rumah tangga yang melaksana-
jadi suatu keharusan dalam permasalahan ini. kan kegiatan-kegiatan rumah tangga seperti
Akan tetapi, upaya untuk membatasi mengasuh anak, memasak dan menjaga rumah.
turnover sukarela dalam banyak konteks Praktek-praktek seperti ini, memberikan
terhalang oleh pemahaman yang tidak lengkap dukungan pada para karyawan, dengan mem-
terhadap alasan-alasan yang mendasari para bebaskan waktu mereka yang akan dialokasi-
karyawan untuk meninggalkan pekerjaan kan untuk rumah dan keluarga (Friedman and
mereka secara sukarela (Maertz and Griffeth, Greenhaus, 2000).
2004; Mitchell et al., 2001). Pada literatur yang Laki-laki dan perempuan mungkin juga
ada, misalnya, terungkap bahwa perhatian berbeda dalam hal pengalaman konflik
terhadap pengaruh demografik, termasuk usia, pekerjaan dan keluarga. Masyarakat Indonesia
jenis kelamin, menikah, jumlah anak, dan masih cenderung mempersepsikan bahwa peran
dukungan domestik pada konflik pekerjaan dan ideal perempuan adalah di rumah. Sedangkan
keluarga dan intensi keluar masih terbatas peran ideal laki-laki adalah sebagai kepala
diberikan. Di Indonesia, sejauh pengetahuan keluarga yang memiliki kuajiban untuk mencari
peneliti masih sangat terbatas publikasi ilmiah nafkah dan menghidupi keluarga. Dengan
terkait dengan hal tersebut. demikian, perempuan yang bekerja di luar
Kebanyakan penelitian berkaitan rumah lebih rentan mengalami konflik
dengan konflik pekerjaan dan keluarga dan pekerjaan dan keluarga dibanding laki-laki.
intensi keluar dilakukan di Negara-negara Barat Sebaliknya, karena peran ideal laki-laki adalah
yang memiliki konteks budaya individualis di kantor, maka kegiatan rumah tangga lebih
secara dominan (Hofstede, 2001; Oyserman, mudah mengganggu peran di domain
Coon and Kemmelmeier, 2002), khususnya pekerjaan. Status pernikahan akan menambah
Amerika Serikat. Hofstede (2001) meng- kompleksitas perempuan yang bekerja.
210 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 17 No. 2, Juli 2013 208-224

Norma-norma budaya ini dan dukung- turnover intention dan pengaruh demografik di
an-dukungan terkait pekerjaan domestik mung- budaya patriarki juga dipaparkan berikut ini.
kin memiliki konsekuensi yang berpengaruh
terhadap hubungan antara turnover sukarela Konflik Pekerjaan dan Keluarga: Konflik
dan konflik pekerjaan dan keluarga di Pekerjaan-Keluarga (KPK) dan Konflik
masyarakat Indonesia. Temuan penelitian ten- Keluarga-Pekerjaan (KKP)
tang hubungan antara variabel-variabel mung- Konflik pekerjaan dan keluarga didefinisikan
kin robust di budaya ‘individualistik’ Barat, sebagai bentuk konflik antar peran (inter-role
tetapi mungkin tidak dapat serta merta diapli- conflict) di mana tekanan peran dari domain
kasikan di konteks budaya kolektivis Indonesia. kerja dan keluarga tidak cocok satu sama lain
Untuk membuktikan proposisi awal ini, peng- untuk beberapa hal (Greenhaus and Beutell,
aruh demografik (usia, jenis kelamin, menikah, 1985). Ketika harapan kerja dan keluarga
jumlah anak dan dukungan social) terhadap berada dalam konflik, kerja mungkin dipersep-
konflik pekerjaan dan keluarga dan intensi sikan mengganggu kepuasan dan kesenangan
keluar di konteks budaya kolektivis Indonesia keluarga; atau sebagai kemungkinan lain,
diuji dalam penelitian ini. tekanan keluarga mungkin mengganggu ke-
Konflik Pekerjaan dan Keluarga, Intensi puasan dan sukses yang dipersepsikan di tem-
Keluar dan Variabel Demografik pat kerja (Friedman and Greenhaus, 2000).
Telaah literatur untuk penelitian ini
Para pekerja sering dihadapkan pada berbagai mengungkapkan bahwa ketika individu terlibat
tantangan dalam mengelola pekerjaan mereka, dalam peran baik kerja maupun keluarga (peran
peran dalam keluarga mereka, dan yang lebih ganda/multiple roles), peran-peran ini mungkin
penting lagi, pada saat ini tantangan-tantangan menghabiskan sumberdaya (usaha, waktu, dan
tersebut menjadi lebih beragam dan kompleks. energi), menghasilkan konflik antar peran.
Fokus terhadap isu-isu pekerjaan-keluarga dan Jumlah waktu yang dicurahkan untuk tuntutan
praktek-praktek pekerjaan-keluarga terutama dari satu peran menghabiskan waktu yang
sekali diarahkan oleh sejumlah perubahan dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan peran
utama demografik. Termasuk diantaranya yang lain. Selanjutnya, ketika tuntutan kerja
peningkatan jumlah pekerja perempuan dan keluarga berada dalam konflik, peman-
(Miliken et al., 1998), peningkatan jumlah faatan sumberdaya pada domain satu mem-
pasangan bekerja (dual-career couples) dan butuhkan pengorbanan dari domain yang lain.
keluarga orang tua tunggal (single-parent Para peneliti (Frone, Russell and
family) (Goodstein, 1994), dan peningkatan Cooper, 1992; Gutek, Searle and Klepa, 1991;
jumlah populasi orang tua (Hendrickson, 2000). Netemeyer, Boles and McMurrian, 1996)
Di masyarakat Indonesia, laki-laki dan mengakui dualitas dari konflik pekerjaan dan
perempuan dipersepsikan untuk memenuhi keluarga dengan mempertimbangkan kedua
peran yang berbeda di tempat kerja dan di arah konflik tersebut: kerja mengganggu
rumah (Soetjipto, 2004; Wedhaswary, 2008). keluarga (KPK ) dan keluarga mengganggu
Oleh karena itu, perbedaan peran ini mungkin kerja (KKP). Kedua variasi konflik pekerjaan
menciptakan perbedaan keterikatan mereka, dan keluarga ini merupakan bidang berbeda
laki- laki mungkin sangat terikat terhadap kerja dari kehidupan seseorang (Mesmer-Magnus
sementara perempuan mungkin sangat terikat and Viswervaran, 2005).
terhadap keluarga. Perbedaan “area” terhadap
keterikatan ini mungkin menghasilkan Konflik Pekerjaan-Keluarga (KPK)

perbedaan antara laki-laki dan perempuan Konflik Pekerjaan-Keluarga (KPK) menunjuk-


terkait konflik kerja keluarga dan intensi keluar kan gangguan yang dipersepsikan karyawan
yang disebabkan oleh konflik tersebut. dari aktivitas-aktivitas yang terkait dengan
Konsep-konsep konflik pekerjaan dan kerja ke dalam pemenuhan tanggungjawab
keluarga dan intensi keluar dan pengaruh keluarga (Netemeyer, Boles and McMurrian,
demografik pada variabel-variabel tersebut secara 1996). Telaah literatur untuk penelitian ini
ringkas dijelaskan berikut ini. Telaah singkat mengungkapkan bahwa KPK mungkin di-
literatur tentang konflik pekerjaan dan keluarga, pengaruhi oleh keterikatan atau kelekatan
Faktor-faktor Demografik … (Gugup Kismono et al.) 211

karyawan pada pekerjaan mereka. Para karya- perbedaan yang tidak signifikan dibandingkan
wan yang terikat kuat dengan pekerjaan (highly dengan negara-negara individualis (Spector et
embedded employees) mungkin menghabiskan al., 2007; Spector et al., 2004).
lebih banyak waktu dan energi pada pekerjaan
mereka, menghasilkan beban kerja berlebihan Intensi Keluar
yang memunculkan stres kerja, dengan akibat Intensi keluar mencakup intensi, keinginan dan
selanjutnya gangguan kerja terhadap kehidupan rencara karyawan untuk meninggalkan organi-
keluarga para karyawan. sasi (Guimaraes and Igbaria, 1992; Williams
and Hazer, 1986). Istilah ini mungkin juga
Konflik Keluarga-Pekerjaan (KKP)

Konflik Keluarga-Pekerjaan (KKP) adalah memasukkan persepsi dan evaluasi individu


konflik antar peran (inter-role conflict) di mana tentang alternatif pekerjaan (Mobley et al.,
tuntutan waktu dicurahkan untuk, dan 1979). Intensi keluar ditemukan secara konsis-
ketegangan yang diciptakan oleh, keluarga ten menjadi anteseden terkuat dari pengunduran
yang dipersepsikan oleh para karyawan diri secara sukarela (voluntary turnover)
mengganggu tanggung jawab terkait pekerjaan (Breukelen, Vlist and Steensma, 2004; Hayes et
(Gutek, Searle and Klepa, 1991; Hammer et al., al., 2006; Michaels and Spector, 1982; Mobley
2005; Netemeyer, Boles and McMurrian, et al., 1979; Steel and Ovalle, 1984; Thatcher,
1996). Keluarga mengganggu pekerjaan Stepina and Boyle, 2002). Turnover sukarela
mungkin terjadi sebagai hasil dari keterlibatan merupakan tindakan yang diinisiasi oleh
karyawan yang tinggi pada kegiatan-kegiatan karyawan untuk meninggalkan organisasi.
keluarga atau komunitas. Oleh karena itu, KKP Dapat diasumsikan bahwa meninggalkan
mungkin dihasilkan dari keterikatan karyawan organisasi secara sukarela merupakan hasil dari
yang tinggi pada keluarga. proses pembuatan keputusan yang rasional.
Telaah literatur untuk penelitian ini Para karyawan mempertimbangkan intensi dan
juga menunjukkan bahwa keberadaan KPK keinginan mereka untuk meninggalkan peker-
mungkin mengindikasikan bahwa peran kerja jaan, dan menemukan kesempatan untuk men-
mengganggu kepuasan dan kesuksesan dalam dapatkan kondisi yang lebih baik sebelum
keluarga. Lebih lanjut, kegiatan-kegiatan turnover sukarela terjadi. Para karyawan
keluarga mungkin mengganggu kepuasan dan dengan tingkat intensi keluar yang tinggi akan
kesuksesan di tempat kerja (Friedman and lebih mungkin untuk meninggalkan organisasi
Greenhaus, 2000; Greenhaus and Powell, mereka dibanding dengan mereka dengan ting-
2006). Oleh karena itu, KPK kemungkinan kat intensi keluar yang rendah. Oleh karena itu,
menghasilkan konsekuensi-konsekuensi negatif intensi keluar merupakan proxy yang valid
seperti stres dan ketidakbahagiaan, dan sebagai untuk merepresentasikan turnover sukarela
konsekuensinya meningkatkan intensi keluar (Pasewark and Viator, 2006; Price, 2004).
(Eby et al., 2005; Kossek and Ozeki, 1999). HIPOTESIS PENELITIAN
Dalam konteks budaya kolektivis,
pekerjaan merupakan sesuatu yang berpengaruh Terdapat empat hipotesis utama yang dibukti-
penting pada keluarga (Hofstede, Hofstede & kan secara empiris menggunakan data yang
Minkov, 2010; Spector et al., 2007). Status telah terkumpul. Variabel-variabel konflik
sosial sangat mungkin terbentuk karena keber- pekerjaan dan keluarga serta intensi keluar
hasilan seseorang di pekerjaan mereka. Oleh diteliti hubungannya dengan jenis kelamin,
karena itu, keterikatan seseorang pada pekerjaan usia, status pernikahan dan dukungan domestik.
mengindikasikan kesuksesan karir yang harus Hipotesis penelitian disusun berdasarkan pada
terus diperjuangkan. Dengan demikian, KPK mekanisme psikologis (theoretical relation-
bisa dipersepsikan positif. Tingkat KPK yang ship) seperi paparan berikut.
tinggi sangat mungkin justru dianggap positif.
Sebaliknya, KKP bisa mengancam kesuksesan Jenis Kelamin (Gender), KPK, KKP dan
karir seseorang dan oleh karenanya maka harus Intensi Keluar
ditekan serendah mungkin. Namun demikian, Studi tentang gender di dalam organisasi telah
riset-riset yang dilakukan di beberapa negara menarik minat para peneliti, tetapi hasilnya
kolektivis seperti China dan Taiwan menemukan
212 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 17 No. 2, Juli 2013 208-224

bertentangan satu sama lain. Misalnya, Steers akan berpengaruh positif pada kesejahteraan
dan Rhodes (1978) dan Watson (1981) mene- keluarga mereka. Sebagai konsekuensinya,
mukan bahwa para karyawan perempuan absen laki- laki mungkin mempersepsikan bahwa
dari kerja lebih banyak daripada laki-laki. komitmen yang tinggi atau keterikatan pada
Penelitian oleh van der Velde (2003) menun- kerja tidak mengganggu keluarga, hal yang
jukkan laki-laki memiliki komitmen organi- sama mungkin tidak terjadi pada perempuan.
sasional lebih tinggi. Penelitian lebih lanjut Perempuan tidak didorong untuk mengambil
oleh van der Velde, Bossink and Jansen (2005) peran aktif di kegiatan-kegiatan yang dibayar
menemukan para karyawan laki-laki lebih mau dalam domain publik, tetapi diharapkan lebih
untuk menerima penugasan luar negeri dan baik untuk menggunakan waktu mereka ter-
lebih mau untuk mengikuti istri mereka ke luar utama di rumah tangga pada kegiatan-kegiatan
negeri untuk bekerja, dibanding rekan-rekan yang tidak dibayar, yaitu di domain privat
perempuan mereka. Dalam kaitannya dengan (Siahaan, 2003). Akibatnya, perempuan-
variabel intensi keluar, Russ and McNeilly perempuan kemungkinan memiliki kelekatan
(1995) memperlihatkan bahwa gender memo- lebih besar pada domain bukan-kerja atau
derasi pengaruh komitmen organisasional pada keluarga dibanding rekan kerja laki-laki
intensi keluar. Sebaliknya, Rosin and Korabik mereka. Lebih komit pada rumah tangga
(1995) menyatakan tidak ada perbedaan dalam mungkin tidak menghasilkan KKP yang lebih
kontribusi gender terhadap intensi untuk keluar. tinggi bagi perempuan. Tetapi, sebaliknya,
Griffeth, Hom and Gaertner (2000) mendukung menginvestasikan waktu lebih banyak pada
penemuan bahwa perempuan dan laki-laki rumah tangga akan menghasilkan KKP yang
memiliki tingkat turnover yang sama. lebih tinggi pada laki-laki.
Peningkatan partisipasi perempuan di Dengan demikian, di budaya patriarki
dunia kerja dan keluarga-keluarga pencari Indonesia yang kental (Wedhaswary, 2008),
nafkah tunggal (single earner families) telah gender mungkin berpengaruh pada konflik
mengubah peran gender di banyak aspek kerja pekerjaan dan keluarga, baik berupa KPK mau-
seperti tingkat okupasi (level of occupation), pun keluarga-pekerjaan, dan intensi keluar.
jam kerja per minggu, skedul pekerjaan, Meskipun perempuan–perempuan memiliki
demikian juga dengan situasi keluarga (Byron, kesempatan yang semakin meningkat untuk
2005; Kinnunen, Geurts and Mauno, 2004). mengembangkan karir mereka di domain
Partisipasi perempuan di pekerjaan-pekerjaan publik, gaji dari pekerjaan (profesional) mereka
yang dibayar semakin meningkat secara dianggap hanya sebagai penghasilan tambahan
signifikan. Tuntutan peran baru juga dialami bagi keluarga; peran utama mereka dipersepsi-
oleh laki-laki di mana mereka menjadi lebih kan tetap berada di rumah. Sebagai konsekuen-
terlibat dengan keluarga mereka. Oleh karena sinya, perempuan-perempuan dipandang lebih
itu, laki-laki dan perempuan berbagi pengalaman cocok terlibat secara intens pada keluarga
yang sama di banyak aspek kerja dan situasi mereka dan laki-laki terlibat secara intens di
keluarga. Perubahan norma-norma dan sikap karir mereka.
terhadap karyawan perempuan di sebagian besar Permasalahan-permasalahan KPK serta
negara-negara Barat telah mengubah hubungan intensi keluar oleh karena itu diperkirakan
antara kerja dan keluarga (Kinnunen, Geurts and menjadi semakin besar terjadi pada para
Mauno, 2004). Laki-laki dan perempuan juga karyawan (perempuan) yang terlibat kuat pada
ditemukan memiliki perasaan yang sama terhadap keluarga mereka dibanding bagi mereka yang
KPK (Cinamon and Rich, 2002). secara relatif kurang terlibat. Dengan alasan
Di Indonesia, budaya patriarki meng- tersebut, pada penelitian ini, KPK dan intensi
asumsikan laki-laki menjadi pemimpin dan keluar diperkirakan menjadi lebih tinggi pada
pembuat keputusan utama, di arena baik publik perempuan dibanding pada laki- laki. J ika laki-
maupun domestik (Siahaan, 2003). Mereka laki lebih terlibat dalam karir mereka, tang-
dianggap bertanggungjawab terhadap kesejah- gungjawab keluarga mungkin dipersepsikan
teraan keluarga. Menginvestasikan lebih sebagai bukan pokok bagi peran utama mereka.
banyak waktu di tempat kerja dianggap pantas Oleh karena itu, KKP dan intensi keluar
bagi laki-laki karena mereka berusaha bertang- diperkirakan menjadi lebih tinggi pada laki-laki
gungjawab yang selanjutnya investasi tersebut dibandingkan perempuan.
Faktor-faktor Demografik … (Gugup Kismono et al.) 213

Argumentasi di atas mengarahkan memberikan prioritas kehidupan personal


penelitian ini untuk menguji hipotesis berikut: mereka lebih tinggi dibandingkan pada kehi-
H1 : Jenis kelamin berhubungan positif dupan kerja mereka (Blau et al., 1998). Hal
dengan KPK , KKPdan intensi keluar. yang sama mungkin juga terjadi terkait dengan
H1a : Jenis kelamin berhubungan positif peran sebagai orang tua, bahwa menjadi orang
dengan KPK. tua meningkatkan pentingnya para individu
H1b : Jenis kelamin berhubungan positif terhadap peran keluarga mereka (Blau et al.,
dengan KKP. 1998). Disebabkan oleh semakin besar prioritas
H1c : Jenis kelamin berhubungan positif yang para individu berikan kepada peran
dengan intensi keluar. keluarga mereka ketika mereka menikah
dan/atau memiliki anak, mereka mungkin lebih
Usia, Konflik Pekerjaan–Keluarga, KKP sensitif pada aktivitas-aktivitas pekerjaan yang
dan Intensi Keluar membutuhkan waktu dan energi yang menye-
Menurut banyak model karir, individu mungkin babkan peran kerja mereka mengganggu (spill
melihat karir mereka secara berbeda tergantung over) peran keluarga. Oleh karena itu, individu
pada di mana mereka berada pada tahapan yang menikah diperkirakan memiliki tingkat
karir-terkait usia (Viega, 1983). Para peneliti konflik pekerjaan dan keluarga yang lebih
telah mengamati bahwa, pada tahap awal karir, tinggi dibandingkan mereka yang belum
para individu sering menginginkan atau mau menikah. Tingkat konflik pekerjaan dan
untuk mengorbankan kehidupan personal keluarga yang dialami individu potensial
mereka demi kepentingan kemajuan karir menumbuhkan stres dan ketidaknyamanan
mereka (Gordon & Whelan-Berry, 2007). kerja. Intensi keluar mungkin juga meningkat.
Tetapi, selama para individu berkembang Individu yang menikah, dengan demikian,
dalam usia pada tahapan kematangan karir memiliki intensi keluar lebih tinggi.
mereka, mereka menemukan untuk lebih besar Proposisi yang dibangun secara teoritis
menekankan pada keseimbangan antara kerja di atas akan diuji menggunakan data empiris.
dan kehidupan keluarga mereka ketika menilai Hipotesis yang dikembangkan adalah:
karir mereka. Oleh karena itu, karena semakin H3 : Status pernikahan berhubungan positif
besar prioritas yang individu berikan untuk dengan KPK , KKPdan intensi keluar.
peran keluarga mereka dengan semakin ber- H3a : Status pernikahan berhubungan positif
tambahnya usia, kepuasan karir dari individu dengan KPK.
yang lebih tua kemungkinan menjadi semakin H3b : Status pernikahan berhubungan positif
negatif dipengaruhi oleh KPK dibandingkan dengan KKP.
dengan para individu yang lebih muda. Ber- H3c : Status pernikahan berhubungan positif
dasarkan tahapan karir, semakin tua usia dengan intensi keluar.
seorang karyawan maka akan semakin sensitif Dukungan Domestik, KPK, KKP dan Intensi
terhadap konflik antara pekerjaan dan keluarga, Keluar
dalam bentuk KPK maupun KKP, yang diala-
minya. Demikian juga dengan intensi keluar. Dukungan domestik dalam hal ini merupakan
Penjelasan teoritis di atas menjadi keberadaan bantuan yang dapat meningkatkan
dasar hipotesis yang akan diuji menggunakan ketahanan individu dalam menghadapi masalah
data penelitian ini. atau tekanan kerja. Dukungan domestik dapat
H2 : Usia berhubungan positif dengan KPK , bersumber utamanya dari keluarga, teman,
KKPdan intensi keluar. asisten keluarga (pembantu). Menurut
H2a : Usia berhubungan positif dengan KPK. Parasuraman et al. (1992), dukungan domestik
H2b : Usia berhubungan positif dengan KKP. ini dapat mengurangi pengaruh stres yang ber-
H2c : Usia berhubungan positif dengan intensi kaitan dengan pekerjaan dan burnout dari
keluar. pekerja. Cohen and Syme (1985) dan Lambert
(2000) menambahkan bahwa dukungan
Status Pernikahan, KPK, KKP dan Intensi domestik berperan mengatasi, meredakan dan
Keluar menghindari peristiwa-peristiwa yang dialami
Penelitian terdahulu menemukan bahwa per - individu yang berpotensi menimbulkan stress.
nikahan mengarahkan para individu untuk Penelitian yang dilakukan oleh Lingard and
Francis (2006) menemukan bahwa hubungan
214 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 17 No. 2, Juli 2013 208-224

sosial dapat mengurangi stres yang diakibatkan domestik. Variabel KPK dan KKP diukur
KPK . Cohen and Syme (1985) menjelaskan menggunakan skala yang dikembangkan oleh
bahwa dukungan domestik yang diterima oleh Netemeyer, Boles and McMurrian (1996). Item
seseorang merupakan cara coping dalam untuk mengukur KPK dan KKP masing-masing
menghadapi stres yang dialami. Individu yang terdiri atas lima pertanyaan. Sedangkan alat
mendapatkan dukungan domestik akan merasa ukur intensi keluar (tiga item pertanyaan)
memiliki kekuatan untuk mendapatkan solusi dikembangkan dari skala Mobley, Horner and
dari segala permasalahan yang dihadapi. Cohen Hollingsworth (1978), dan dukungan domestik
and Syme (1985) lebih lanjut menjelaskan mengadopsi konsep Friedman dan Greenhaus
bahwa sebagai sumber coping dukungan (2000). Validitas alat ukur dianalisis meng-
domestik juga berpotensi membantu individu gunakan convergent validity. Sedangkan reli-
mengurangi pengaruh negatif yang muncul abilitas diukur menggunakan internal konsis-
akibat kondisi stres yang dialami. Pengaruh tensi yang ditunjukkan oleh Cronbach Alpha
negatif akibat stres dapat berupa permasalahan dan Corrected Item-Total Correlation. Hasil
psikologikal/sikap, keperilakuan, kognitif, dan convergent validity menunjukkan nilai factor
kesehatan fisik. Penelitian yang luas men- loadings berkisar antara 0,704 (KPK item
dukung pengaruh negatif dari stres yang diper- nomor 5) dan 0,947 (KPK item nomor 4).
sepsikan pada banyak aspek dalam kehidupan Cronbach alpha paling rendah 0,885 (intensi
kita (Kreitner and Kinichi, 2011). Stres di keluar) dan corrected item-total correlation
tempat kerja berhubungan secara negatif paling kecil 0,696 (KPK item nomor 5).
terhadap kepuasan kerja, komitmen organi-
sasional, perilaku kewargaan organisasional, Skala Pengukuran
emosi positif dan kinerja, dan secara positif Jenis skala dalam penelitian ini tidak seragam.
dengan kelelahan emosional, absensi, dan Variabel KPK, KKP, Intensi Keluar dan Usia
turnover. menggunakan skala ordinal, yaitu satu (sangat
Dalam konteks dukungan domestik tidak setuju) sampai dengan enam (sangat
terkait dengan konflik pekerjaan dan keluarga, setuju). Sedangkan jenis kelamin, status per-
keberadaan keluarga, pembantu, dan teman nikahan dan dukungan domestik menggunakan
dapat menjadi buffer pengaruh negatif konflik skala nominal (satu dan dua). Perbedaan skala
pekerjaan dan keluarga pada berbagai aspek ini diakomodasi pada teknik analisis regresi
perilaku karyawan. Karyawan yang tidak yang dilakukan.
memiliki dukungan domestik akan lebih sensi-
tif terhadap konflik pekerjaan dan keluarga Prosedur Pengumpulan Data
sehingga tingkat KPK,KKP serta intensi keluar
lebih tinggi dibanding mereka yang memiliki Partisipan penelitian ini adalah karyawan bank
dukungan domestik. di Indonesia dengan status hubungan kerja
Argumentasi teoritik di atas dibuktikan “kontrak permanen”, yaitu mereka yang selama
secara empiris dalam penelitian ini dengan ber- ini dikenal dengan sebutan karyawan tetap.
pedoman pada proposisi berikut: Mereka yang tidak rmasuk kriteria ini digugur-
H4 : Dukungan domestik berhubungan positif kan dari proses pengolahan data lebih lanjut.
dengan KPK, KKPdan intensi keluar. Lebih dari 1.700 paket kuesioner
H4a : Dukungan domestik berhubungan positif disebarkan melalui surat atau diantar langsung.
dengan KPK. Cakupan area geografisnya adalah Indonesia.
H4b : Dukungan domestik berhubungan positif Proses penyebaran sampai di tangan para
dengan KKP. partisipan mengikuti birokrasi organisasi bank
H4c : Dukungan domestik berhubungan positif yang bersangkutan. Sebelum proses penyebaran
dengan intensi keluar. kuesioner dilakukan, tim peneliti menghubungi
para pejabat bank untuk meminta ijin penelitian
METODE PENELITIAN dan bantuan penyebaran serta pengumpulan
Alat Ukur kuesioner yang telah diisi. Kuesioner pada
umumnya dikirim ke Bagian Umum atau
Penelitian ini menganalisis hubungan berbagai kepada orang yang ditunjuk untuk membantu
variabel, yaitu KPK, KKP, Intensi Keluar, jenis penelitian ini. Amplop kosong disediakan
kelamin, usia, status pernikahan, dan dukungan untuk setiap paket kuesioner sehingga
Faktor-faktor Demografik … (Gugup Kismono et al.) 215

kerahasiaan data bisa relatif terjamin. Setelah domestik seperti mengasuh anak, memasak,
melalui proses seleksi, sebanyak 1.122 mencuci pakaian dan membersihkan rumah.
kuesioner bisa digunakan untuk penelitian ini. Data partisipan dipresentasikan pada Tabel 1.
Tingkat KPK yang dialami oleh
Analisis partisipan secara umum lebih tinggi di-
Untuk menguji hipotesis penelitian, alat bandingkan dengan tingkat KKP. Rata-rata
statistik yang digunakan adalah regresi ber- tingkat KPK adalah 2,70 sedangkan tingkat
ganda. Variabel-variabel dengan skala nominal KKP adalah 2,32. Perbedaan tingkat KPK dan
diperlakukan sebagai variabel kontrol. Dengan KKP secara statistik signifikan.
demikian, regresi dilakukan dengan memasuk- Tabel 2 di bawah menjelaskan rata-rata
kan variabel KPK, KKP, intensi keluar, dan tingkat KPK, KKP dan intensi keluar. Perem-
usia. Jenis kelamin, status pernikahan dan puan memiliki rata-rata tingkat KPK lebih ren-
dukungan domestik dimasukkan pada setiap dah dan KKP yang sedikit lebih tinggi diban-
tahap analisis sebagai variabel kontrol. dingkan dengan laki-laki. Laki-laki memiliki
Perangkat lunak SPSS 17 digunakan rata-rata tingkat intensi keluar yang lebih tinggi
untuk melakukan analisis hubungan antar dibandingkan dengan perempuan. Dibanding-
variabel. Deskripsi statistik juga dipaparkan kan dengan variabel lain, selisih angka rata-rata
untuk memberi gambaran demografis res- intensi keluar laki-laki dan perempuan cukup
ponden maupun sebaran respon atas besar, yaitu 0,055.
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Tabel 3 menunjukkan hubungan antar
variabel dalam penelitian ini. Regresi pertama
HASIL PENELITIAN menunjukkan hubungan pengaruh jenis
kelamin dan usia pada KPK. Dengan berdasar
Partisipan penelitian ini mayoritas laki-laki pada nilai signifikansi sebesar p = 0,05,
(54%). Namun jumlah perempuan juga cukup pengaruh jenis kelamin, usia dan dukungan
banyak (46%). Walaupun jumlah partisipan domestik (domestik) pada KPK secara statistik
laki- laki lebih banyak dibanding perempuan, tidak signifikan. Status pernikahan berpengaruh
selisih 8% diharapkan tidak mengganggu hasil positif (dengan nilai standardized beta 0,092)
analisis. Dari sisi usia, lebih dari 75% dan signifikan (0,007) pada KPK. Artinya,
partisipan berusia relatif muda, yaitu di bawah mereka yang menikah memiliki tingkat KPK
45 tahun. Mayoritas partisipan menikah (77%). lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang
Dari total 1.122 partisipan, sebanyak 763 belum menikah. Dengan demikian, hipotesis
(68%) memiliki dukungan domestik, yaitu H1a, H2a, dan H4a tidak terdukung. Hanya
memiliki keluarga, teman atau pembantu rumah hipotesis H3a yang didukung secara statistik.
tangga yang siap melakukan aktivitas-aktivitas
Tabel 1: Statistik deskriptif untuk variabel-variabel demograpik
(jenis kelamin, usia, status pernikahan, jumlah anak)
Karakteristik Demografik Frekuensi %
Jumlah Responden N = 1122 100%
Jenis kelamin Laki-laki = 606 54%
Perempuan = 516 46%
Usia(tahun) di bawah 25 = 64 5,7%
25 – 34 = 479 42,69%
35 – 44 = 439 39,13%
45 – 55 = 136 12,12%
di atas 55= 4 0,36%
Status pernikahan Tidak menikah = 260 23%
Menikah = 862 77%
Dukungan domestik Ada =763 68%
Tidak Ada = 359 32%
216 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 17 No. 2, Juli 2013 208-224

Tabel 2: Rata-rata Tingkat KPK


, KKP dan Intensi Keluar
Perempuan Laki-laki Selisih
KPK 2,688 2.711 -0,023
KKP 2,320 2.312 0,008
Intensi Keluar 2,670 2.725 -0,055

Tabel 3: Ringkasan Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor Demografik Terhadap KKP
Variabel Jenis Usia Status Dukungan
Kelamin Pernikahan Domestik
KPK Jenis Kelamin, Usia
Nilai F = 0,072
Signifikansi = 0,933
Koefisien beta (standardized) -0,008 0,006
Signifikansi 0,797 0,838
KPK Usia
Nilai F 0,072
Signifikansi 0,788
Koefisien beta (standardized) 0,008
Signifikansi 0,788
KPK Status Pernikahan, Usia
Nilai F = 3,741
Signifikansi = 0,024*
Koefisien beta (standardized) -0,036 0,092*
Signifikansi 0.293 0,007
KPK Dukungan Domestik, Usia
Nilai F = 0,183
Signifikansi = 0,833
Koefisien beta (standardized) 0,009 0,016
Signifikansi 0,773 0,558
Tabel 4: Ringkasan Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor Demografik Terhadap KKP
Variabel Jenis Usia Status Dukungan
Kelamin Pernikahan domestik
KKP Jenis Kelamin, Usia
Nilai F = 0,033
Signifikansi = 0,968
Koefisien beta (standardized) 0,006 0,007
Signifikansi 0,857 0,828
KKP Usia
Nilai F 0,033
Signifikansi 0,856
Koefisien beta (standardized) 0,005
Signifikansi 0,856
KKP Status Pernikahan, Usia
Nilai F = 3,257
Signifikansi = 0,039*
Koefisien beta (standardized) -0,035 0,086*
Signifikansi 0,296 0,011
KKP Dukungan Domestik, Usia
Nilai F = 1,293
Signifikansi = 0,275
Koefisien beta (standardized) 0,007 0,048
Signifikansi 0,812 0,110
Faktor-faktor Demografik … (Gugup Kismono et al.) 217

Tabel 5: Ringkasan Hasil Analisis Regresi Pengaruh Faktor Demografik TerhadapIntensi Keluar
Variabel Jenis Usia Status Dukungan
Kelamin Pernikahan domestik
Intensi Keluar Jenis Kelamin, Usia
Nilai F = 3,213*
Signifikansi = 0,041
Koefisien beta (standardized)
Signifikansi -0,038 -0,074*
0,212 0,015
Intensi Keluar Usia
Nilai F 4,864*
Signifikansi 0,028
Koefisien beta (standardized) -0,066*
Signifikansi 0,028
Intensi Keluar Status Pernikahan,
Usia
Nilai F = 2,459
Signifikansi = 0,086
Koefisien beta (standardized) -0,062 -0,008
Signifikansi 0,068 0,811
Intensi Keluar Dukungan
Domestik, Usia
Nilai F = 2,703
Signifikansi = 0,067
Koefisien beta (standardized) -0,067* -0,022
Signifikansi 0,026 0,461
Variabel KKP dihipotesiskan dipenga- intensi keluar memiliki arah yang terbalik.
ruhi secara positif oleh berbagai variabel Dengan demikian, seluruh hipotesis (H1c, H2c,
demografik. Hasil pengetesan secara statistik H3c dan H4c) tidak terdukung.
terhadap hipotesis-hipotesis tersebut dipapar-
kan pada Tabel 4. Analisis tersebut menunjuk- DISKUSI TEMUAN PENELITIAN
kan hasil yang mirip dengan analisis sebelum- Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis
nya. Hanya status pernikahan yang secara sta- kelamin tidak berpengaruh positif (justru
tistik signifikan (0,011) berpengaruh positif berpengaruh negatif) pada KPK namun
(dengan nilai standardized beta 0,086) pada pengaruh tersebut tidak signifikan (beta = -
KKP. Artinya, mereka yang menikah meng- 0,008, p = 0,797 > 0,05). Pengaruh jenis
alami KKP lebih tinggi dibandingkan dengan kelamin pada KKP positif namun juga tidak
mereka yang belum menikah. Dengan demikian signifikan (beta = 0,006, p = 0,857 > 0,05).
H3b yang secara statistik terdukung dan H1b, Sedangkan pengaruh jenis kelamin pada intensi
H2b, H4b tidak terdukung. keluar adalah negatif dan tidak signifikan
Pengaruh variabel demografik pada secara statistik (beta = -0,038, p = 0,212 >
intensi keluar dipaparkan di Tabel 5. 0,05). Hipotesis penelitian utama H1 dan
Berdasarkan pada tabel tersebut terlihat bahwa hipotesis turunannya (H1a, H1b dan H1c)
usia berpengaruh secara signifikan terhadap secara statistik tidak terdukung oleh data.
intensi keluar. Artinya, semakin muda usia, Secara deskriptif, laki-laki mengalami
tingkat intensi keluar makin tinggi. Temuan ini KPK lebih tinggi (2,71) dibanding perempuan
berbeda dari ekspektasi hipotesis. Walaupun (2,69). Namun perbedaan tersebut tidak
berpengaruh secara signifikan (baik pada saat signifikan secara statistik. Sebaliknya,
diregresikan menggunakan bersama-sama perempuan mengalami tingkat KKP yang
dengan variabel jenis kelamin maupun sedikit lebih tinggi dibanding laki-laki (2,32
diregresikan secara parsial), pengaruh usia pada dibanding 2,31). Secara statistik perbedaan
218 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 17 No. 2, Juli 2013 208-224

tersebut juga tidak signifikan. Dalam hal intensi Berbeda dengan tingkat konflik peker-
keluar, laki-laki lebih kuat (2,73) dibandingkan jaan dan keluarga, usia berhubungan secara
perempuan (2,67). Walaupun demikian, negatif dan signifikan terhadap intensi keluar
perbedaan tersebut tidak signifikan secara (beta = -0,066, p = 0,028 < 0,05). Artinya,
statistik. semakin bertambah usia keinginan untuk keluar
Tidak terdukungnya hipotesis oleh data semakin rendah. Kondisi ini, sekali lagi, mung-
penelitian menarik untuk dikaji. Tidak seperti kin disebabkan oleh proses adaptasi yang sudah
dugaan semula, laki-laki dan perempuan meng- mapan. Proses adaptasi mungkin juga men-
alami tingkat konflik pekerjaan dan keluarga cakup ekspektasi pada pekerjaan. Proses adap-
yang relatif seimbang. Kondisi ini mungkin tasi yang sukses menghasilkan ekspektasi yang
disebabkan oleh adanya niat yang kuat, baik terpenuhi sehingga menumbuhkan keterikatan
laki- laki maupun perempuan, untuk bekerja pada pekerjaan, baik keterikatan pada teman
sehingga mengesampingkan persepsi sosial kerja, pekerjaan itu sendiri maupun organisasi
tradisonal atas peran laki-laki dan perempuan. dan dampak selanjutnya adalah menurunnya
Kemungkinan lain adalah adanya pengetahuan keinginan untuk keluar. Selain proses adaptasi,
yang relatif sama atas kondisi kerja, baik yang benefits yang didapat oleh karyawan mungkin
didapat melalui realistic job preview maupun bertambah seiring dengan semakin seniornya
proses lain. Tingkat pengetahuan atas pekerjaan orang tersebut. Dengan demikian, semakin
yang relatif baik menghasilkan kesiapan diri bertambah usia seseorang mungkin menjadi
menghadapi berbagai kondisi kerja dan lebih nyaman di pekerjaannya atau di organi-
keluarga yang baik pula. Hal-hal tersebut sasi tempat dia bekerja. Semakin bertambah
mungkin juga mengakibatkan adanya intensi usia menjadikan karyawan semakin tersosiali-
keluar yang juga relatif sama. Temuan ini sasi dengan berbagai aspek organisasional
relatif sama dengan beberapa penelitian yang sehingga juga makin cocok dengan organisasi
dilakukan menggunakan konteks negara Barat (Cable and Parsons, 2001), semakin lekat pada
bahwa jenis kelamin tidak signifikan ber- pekerjaannya (Allen, 2006) dan dampak se-
pengaruh pada konflik pekerjaan dan keluarga lanjutnya adalah menurunnya tingkat intensi
serta intensi keluar (Cinamon and Rich, 2000; keluar. Hal ini juga didukung oleh data
Duxbury and Higgins, 1991; Gutek, Searle and deskriptif yang secara umum menggambarkan
Klepa, 1991; Greenhaus, Parasuraman and semakin bertambah usia, intensi keluarnya
Collins, 2001). semakin rendah. Temuan ini sejalan dengan
Usia berpengaruh positif pada KPK hasil riset Griffeth, Hom and Gaertner (2000).
namun pengaruh tersebut tidak signifikan Status pernikahan secara positif dan
secara statistik (beta = 0,008, p =0,788 > 0,05) signifikan berpengaruh pada KPK( beta =
dan KKP(b eta = 0,005, p = 0,856 > 0,05). 0,092, p = 0,007 < 0,05) dan KKP ( beta =
Temuan ini juga tidak sesuai dengan 0,086, p = 0,011 < 0,05). Data deskriptif
ekspektasi. Berkaitan dengan perjalanan karir menunjukkan bahwa karyawan yang belum
seseorang, semakin tua ada kebutuhan yang menikah merasakan rata-rata tingkat KPK yang
lebih tinggi untuk menyeimbangkan antara lebih rendah (2,54) dibandingkan dengan
tuntutan pekerjaan dan keluarga sehingga mereka yang sudah menikah (2,75). Rata-rata
semakin bertambah usia maka pengalaman tingkat KKP yang dialami oleh karyawan yang
konflik pekerjaan dan keluarga makin belum menikah juga lebih rendah (2,19)
meningkat. Namun, data penelitian ini tidak dibandingkan dengan karyawan yang sudah
mendukung ekspektasi tersebut. menikah (2,35). Temuan ini sesuai dengan
Temuan ini menunjukkan bahwa ekspektasi. Pernikahan menyebabkan seseorang
walaupun semakin bertambah usia tingkat harus membagi waktu, sumberdaya dan
konflik pekerjaan dan keluarga juga makin energinya untuk dua peran yang berbeda.
meningkat namun pengaruh usia pada konflik Penggunaan waktu, sumberdaya dan energi
pekerjaan dan keluarga (baik KPK maupun pada satu domain menyebabkan gangguan pada
KKP) tidak signifikan secara statistik. Kondisi domain yang lain karena sifat waktu,
ini mungkin disebabkan oleh proses adaptasi sumberdaya dan energi tersebut terbatas
yang sudah mapan sehingga konflik yang (Greenhaus and Beutell, 1985). Walaupun
terjadi dapat dikelola dengan baik. pernikahan telah menyebabkan terjadinya
Faktor-faktor Demografik … (Gugup Kismono et al.) 219

konflik pekerjaan dan keluarga yang secara tahun). Dari data usia ini dapat diperkirakan
statistik signifikan, tetapi pernikahan ternyata bahwa usia karyawan yang memiliki dukungan
tidak berpengaruh secara positif dan signifikan domestik bervariasi. Demikian juga dengan
pada intensi keluar (beta = -0,008, p = 0,811 > mereka yang tidak memiliki dukungan
0,05). Konflik yang dialami mungkin masih domestik. Sebaran usia mereka yang memiliki
dalam batas toleransi. Mungkin juga konflik dukungan domestik dan yang tidak memiliki
pekerjaan dan keluarga yang dialami justru dukungan domestik relatif sama sehingga
dipersepsikan sebagai indikasi adanya menyebabkan pengalaman di tempat kerja dan
kemajuan karir yang menguntungkan keluarga di rumah tangga relatif sama pula. Pengalaman
sehingga tidak perlu menimbulkan niat untuk tersebut tidak terpengaruh oleh dukungan
mencari pekerjaan/kegiatan alternatif domestik. Hal ini berbeda dengan penjelasan
(Hofstede, Hofstede & Minkov, 2010). Lebih terdahulu dimana semakin senior usia
lanjut, data deskriptif menunjukkan tingkat seseorang intensi keluarnya menurun.
intensi keluar karyawan yang belum menikah
sedikit lebih tinggi (2,79) dibandingkan dengan SIMPULAN
mereka yang sudah menikah (2,67). Perbedaan Tujuan utama penelitian ini adalah untuk
ini secara statistik tidak signifikan. meneliti peran variabel demografik penting
Dukungan domestik berpengaruh yang dipilih, yaitu jenis kelamin, usia, status
positif pada KPK namun pengaruh tersebut pernikahan, dan dukungan domestik dalam
secara statistik tidak signifikan (beta = 0,016, p konflik pekerjaan-keluarga, konflik keluarga-
= 0,558 > 0,05). Temuan yang sama juga pekerjaan, dan intensi keluar. Hasil penelitian
terjadi pada pengaruh dukungan domestik pada membuktikan bahwa variabel yang memiliki
KKP( beta = 0,048, p = 0,110 > 0,05). Temuan pengaruh secara signifikan terhadap munculnya
ini tidak sesuai dengan ekspektasi. Karyawan konflik pekerjaan-keluarga dan konflik
yang memiliki dukungan domestik, baik yang keluarga-pekerjaan adalah status pernikahan,
berasal dari keluarga, teman maupun pembantu sementara variabel-variabel lain, yaitu jenis
rumah tangga, mengalami KPK sedikit lebih kelamin, usia, dan dukungan domestik secara
rendah (2,69) dibandingkan dengan mereka statistik tidak terbukti menjadi penyebab
yang tidak memiliki dukungan domestik (2,72). munculnya konflik pekerjaan-keluarga dan
Demikian juga dengan KKP. Mereka yang konflik keluarga-pekerjaan. Untuk intensi
memiliki dukungan domestik mengalami KKP keluar, variabel yang terbukti secara statistik
yang lebih rendah. Namun, perbedaan tersebut signifikan berpengaruh adalah usia. Variabel-
secara statistik tidak signifikan. Kondisi ini, variabel lain, yaitu jenis kelamin, status
sekali lagi, mungkin dikarenakan adanya pernikahan, dan dukungan domestik tidak
antisipasi yang baik atas situasi pekerjaan dan terbukti berpengaruh pada intensi keluar.
keluarga sebagai akibat dari pengetahuan yang Variabel status pernikahan berpengaruh
baik atas pekerjaannya, niat yang kuat untuk positif pada konflik pekerjaan-keluarga, artinya
bekerja atau sebab lain yang membuat mereka yang menikah mengalami tingkat
seseorang berusaha mengelola dirinya dengan konflik pekerjaan-keluarga yang lebih tinggi
efektif, baik ada dukungan domestik maupun dibandingkan dengan mereka yang tidak
tidak. menikah. Sedangkan usia berpengaruh negatif
Dukungan domestik juga tidak pada intensi keluar, dengan semakin
berpengaruh positif dan signifikan pada intensi bertambahnya usia keinginan keluar dari
keluar (beta = -0,022, p = 0,461 > 0,05). Sesuai perusahaan justru semakin rendah.
dengan data penelitian, tingkat KPK dan KKP Hasil penelitian ini diharapkan dapat
karyawan yang tidak memiliki dukungan memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan
domestik hanya sedang, tidak cukup kuat melalui dua cara. Pertama, dapat memberikan
menumbuhkan intensi keluar karyawan. informasi praktikal untuk membantu para
Mereka yang memiliki dukungan domestik, manajer membangun kebijakan-kebijakan
usianya relatif lebih tua dibandingkan dengan dalam bidang sumberdaya manusia yang mere-
mereka yang tidak memiliki dukungan fleksikan isu-isu demografik, sepertia usia,
domestik. Tetapi rata-rata usia tersebut hanya jenis kelamin, status pernikahan dan dukungan
berselisih sedikit (35,16 tahun dibanding 34,53
220 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 17 No. 2, Juli 2013 208-224

domestik dalam hubungannya dengan konflik Blau, F., M. Ferber and A. Winker. 1998. The
pekerjaan dan keluarga dan intensi keluar. economics of women, men and work,
Kedua, penelitian dengan konteks Indonesia ini 3rd ed. Upper Saddle River. New
diharapkan dapat menambah pengetahuan yang Jersey. Prentice Hall.
ada saat ini yang cenderung lebih banyak Byron, K. 2005. A meta-analytic review of
mengambil konteks Barat. work-family conflict and its antece-
Penelitian ini memiliki beberapa dents. Journal of Vocational Behavior.
keterbatasan yang perlu diperhatikan. Beberapa 67. 169-98.
hipotesis tidak terdukung. Walaupun secara
teoritik dapat dijelaskan, namun eksplorasi Cable, DM. and CK. Parsons. 2001. Socializa-
lebih dalam perlu dilakukan untuk menemukan tion tactics and person-organization fit.
alasan kontekstual yang lebih spesifik. Personnel Psychology. 54 (1). 1-23.
Generalisasi hasil penelitian ini perlu Cinamon, RG. and Y. Rich. 2002. Gender
juga dilakukan secara hati-hati. Karakteristik differences in the importance of work
industri perbankan mungkin berbeda dari and family roles: implications for
industri lain. Mengingat jumlah karyawan work–family conflict. Sex Role. 47 (11-
perempuan relatif banyak, industri perbankan 12). 531-41.
mungkin lebih ramah terhadap perempuan
(maupun laki-laki) sehingga jenis kelamin Cohen, S. and SL. Syme. 1985. Social support
bukan merupakan isu penting yang harus and health. Academic Press, Inc.
mendapat perhatian khusus dalam kebijakan Cooke, RA. and D.M. Rousseau. 1984. Stress
organisasional. and strain from family roles and work-
Status pernikahan tidak dilengkapi roles. Journal of applied psychology.
dengan jumlah anak maupun umur anak (jika 69 (2). 252-60.
partisipan sudah memiliki anak). Jumlah dan
umur anak di berbagai penelitian (misalnya Dess, GG. and JD. Shaw. 2001. Voluntary
Greenhaus and Beutell, 1985) ditemukan turnover, social capital, and organiza-
berpengaruh pada konflik pekerjaan dan tional performance. The Academy of
keluarga. Oleh karena itu, penelitian lebih Management Review. 26 (3). 446-56.
lanjut perlu melengkapi variabel demografik Duxbury, L. and C. Higgins. 1991. Gender
dengan jumlah dan umur anak yang differences in work-family conflict.
dimilikinya. Journal of Applied Psychology. 76 (1).
60-74.
DAFTAR PUSTAKA
Eby, LT., WJ. Casper., A. Lockwood., C. Bor-
Allen, DG. 2006. Do organizational socializa- deaux and A. Brinley. 2005. Work and
tion tactics influence newcomer family research in IO/OB: content
embeddedness and turnover?. Journal analysis and review of the literature
of Management. 32 (2). 237-56. (1980-2002). Journal of Vocational
Bergiel, EB., VQ. Nguyen., BF. Clenney and Behavior. 66. 124-97.
GS. Taylor. 2009. Human resources Friedman, SD. and JH. Greenhaus. 2000. Work
practices, job embeddedness and inten- and family--Allies or enemies?. New
tion to quit. Managerial Research York. Oxford University Press.
News. 32 (3). 205-19.
Frone, MR., M. Russell and CL. Cooper. 1997.
Breukelen, WV., RVD. Vlist and H. Steensma. Relation of work-family conflict to
2004. Voluntary employee turnover: health outcomes: a four year longitudi-
combining variables from the 'tradi- nal study of employed parents. Journal
tional' turnover literature with the the- of Occupational and Organizational
ory of planned behavior. Journal of Psychology. 70 (4). 325-35.
Organizational Behavior. 25 (7). 893-
914. Goodstein, JD. 1994. Institutional pressures
and strategic responsiveness: employer
Faktor-faktor Demografik … (Gugup Kismono et al.) 221

involvement in work-family issues. Hayes, LJ., L. O'Brien-Pallas, C. Duffield, J.


Academy of Management Journal. 37 Shamian, J. Buchan, F. Hughes, HKS.
(2). 350-382. Laschinger, N. North and PW. Stone.
Gordon, JR. and KS. Whelan-Berry. 2007. The 2006. Nurse turnover: a literature
relationship among work-family review. International Journal of
conflict and enhancement, organiza- Nursing Studies. 43.
tional culture and work outcomes for Hendrickson, R. 2000. What does the future
older working women. Journal of hold for health care, elder care, and
occupational health psychology. 12. long-term care coverage for workers
350-364. and their families?. Perspectives on
Greenhaus, JH. And NJ. Beutell. 1985. Source Work. 4. 2. 16-17.
of conflict between work and family Hofstede, G. 2001. Geert Hofstede cultural
roles. Academy of Management dimension. itim International. June 15,
Review. 10 (1). 76-88. 2010.
Greenhaus, JH., S. Parasuraman and KM. Hofstede, G., GJ. Hofstede and M. Minkov.
Collins. 2001. Career involvement and 2010. Cultures and organizations:
family involvement as moderators of software of the mind: intercultural
relationships between work-family cooperation and its importance for
conflict and withdrawal from a profes- survival. 3rd ed. New York. McGraw-
sion. Journal of Occupational Health Hill.
Psychology. 6 (2). 91-100. ILO. 2006. Isu-isu perempuan dan jender di
Greenhaus, JH. and GN. Powell. 2006. When organisasi serikat pekerja/buruh di
work and family are allies: a theory of Indonesia, Organisasi Perburuhan
workfamily enrichment. Academy of Internasional, Jakarta.
Management Review. 31 (1). 72-92. http://www.ilo.org/public/indonesia/reg
Griffeth, RW. PW. Hom and S. Gaertner. 2000. ion/asro/jakarta/download/jendersb.pdf
A meta-analysis of antecedents and .. Retrieved November 15, 2010.
correlates of employee turnover: Ilwan, H. and MS. Widodo. 2008. Musim
update, moderator tests, and research berebut bankir pintar. Gatra. 45.
implications for the next millennium. September, 18.
Journal of Management. 26 (3). 463- Kinnunen, U., S. Geurts and S. Mauno. 2004.
88. Work-to-family conflict and its rela-
Guimaraes, T. And M. Igbaria. 1992. Determi- tionship with satisfaction and well-
nants of turnover intentions: comparing being: a one-year longitudinal study on
IC and IS personnel. Information gender differences. Work & Stress. 18
Systems Research. 3 (3). 273-303. (1). 1-22.
Gutek, BA., S. Searle and L. Klepa. 1991. Kossek, EE. And C. Ozeki. 1999. Bridging the
Rational versus gender role explana- work-family and productivity gap: a
tions for work-family conflict. Journal literature review. Community, Work &
of Applied Psychology. 76 (4). 560-8. Family. 2 (1). 7-32.
Hammer, LB., JC. Cullen, MB. Neal, RR. Koys, DJ. 2001. The effects of employee satis-
Sinclair and MV. Shafiro. 2005. The faction, organizational citizenship
Longitudinal effects of work-family behavior, and turnover on organiza-
conflict and positive spillover on tional effectiveness: a unit-level,
depressive symptoms among dual- longitudinal study. Personnel
earner couples', Journal of Occupa- Psychology. 54. 101-14.
tional Health Psychology. 10(2). 138-
54.
222 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 17 No. 2, Juli 2013 208-224

Kreitner, R., and A. Kinicki. 2010. Organiza- policy. Academy of Management


tional Behavior, 9th ed. Boston. Irwin Executive. 15 (4). 96-108.
McGraw - Hill. Mitchell, TR., BC. Holtom. TW. Lee. CJ.
Lambert, E.G., S. Pasupuleti. TC. Tolar. M. Sablynski and M. Erez. 2001. Why
Jennings and D. Backer. 2006. The People Stay: Using Job Embeddedness
impact of work-family conflict on to Predict Voluntary Turnover.
social work and human service worker Academy of Management Journal. 44
job satisfaction and organizational (6). 1102-21.
commitment: An exploratory study. Mobley, WH., RW. Griffeth. HH. Hand and
Administration in Social Work. 30. BM. Meglino. 1979. Review and con-
145-159. ceptual analysis of the employee turn-
Lingard, H. and V. Francis. 2006. Does a over process. Psychological Bulletin.
supportive work environment moderate 86 (3). 493-522.
the relationship between work-family Mobley, WH., SO. Horner and AT.
conflict and burnout among construc- Hollingsworth. 1978. An evaluation of
tion professionals. Construction Man- precursors of hospital employee turn-
agement and Economics. 24. 185-196. over. Journal of Applied Psychology.
Lu, L., R. Gilmour. S-F. Kao and M-T. Huang. 63 (4). 408-14.
2006. A cross-cultural study of Netemeyer, RG., JS. Boles and R. McMurrian.
work/family demands, work/family 1996. Development and validation of
conflict and well-being: the Taiwanese workfamily conflict and family-work
vs British. Career Development Inter- conflict scales. Journal of Applied
national. 11 (1). 9-27. Psychology. 81 (4). 400-10.
Maertz, CP. and RW. Griffeth. 2004. Eight Oyserman, D., HM. Coon and M. Kemmel-
motivational forces and voluntary turn- meier. 2002. Rethinking individualism
over: a theoretical synthesis with and collectivism: evaluation of theo-
implications for research. Academy of retical assumptions and meta-analysis.
Management Journal. 30 (5). 667-83. Psychological Bulletin. 128 (1). 3-72.
Mesmer-Magnus, JR., and C. Viswervaran. Pambudi, TS. 2007. Sebuah laporan dari
2005. Convergence between measures karyawan. SWA Sembada. Swa. March
of work to-family and family-to-work 29.
conflict: a meta-analytic examination.
Journal of Vocational Behavior. 67. Parasuraman, S., JH. Greenhaus and CS. Gran-
215-32. rose. 1992. Role stressors, social sup-
Michaels, CE., and PE. Spector. 1982. Causes port, and well-being among two career
of employee turnover: a test of the couples. Journal of Organizational
Behavior. 13. 339-356.
Mobley, Griffeth, Hand, and Meglino
model. Journal of Applied Psychology. Pasewark, WR. and RE. Viator. 2006. Sources
67 (1). 53-9. of work-family conflict in the
Milliken, FJ., LL. Martins and H. Morgan. accounting profession. Behavioral
1998. Explaining organizational Research in Accounting. 18. 147-65.
responsiveness to work-family issues: Pinkovitz, WH., J. Moskal and G. Green. 2004.
The role of human resource executives How much does your employee
as issue interpreters. Academy of turnover cost?
Management Journal. 41 (5). 580-592. http://www.uwex.edu/CES/cced/public
Mitchell, TR., BC. Holtom and TW. Lee. 2001. at/turn.html Retrieved September 11,
How to keep your best employees: 2006.
developing an effective retention Price, JL. 2004. The development of a causal
model of voluntary turnover. Innova-
Faktor-faktor Demografik … (Gugup Kismono et al.) 223

tive theory and empirical research on Staines, GL. and P. O’Connor. 1980. Conflicts
employee turnover. Greenwich. Infor- among work, leisure, and family roles.
mation Age. 3-32. Monthly labour review. 103 (8). 35-39.
Rahayu, EM. 2006. Perbankan: aduhai karena Steel, RP. and NK. Ovalle. 1984. A review and
langka SDM andal. SWA Sembada. meta-analysis of research on the rela-
February 09. tionship between behavioral intentions
Russ, FA. and KM. McNeilly. 1995. Links and employee turnover. Journal of
among satisfaction, commitment, and Applied Psychology. 69 (4). 673-86.
turnover intentions: the moderating Steers, RM. and SR. Rhodes. 1978. Major
effect of experience, gender, and per- influences on employee attendance: a
formance. Journal of Business process model. Journal of Applied Psy-
Research. 34. 57-65. chology. 63. 391-407.
Siahaan, AY. 2003. The politics of gender and Sugiarto, A. 2003. Bagaimana nasib perbankan
decentralization in Indonesia, Center kita setelah ditinggal IMF. Bank of
for Policies Studies, Central European Indonesia, Jakarta. November 14,
Universities and the Open Society 2010.
Institute. Thatcher, JB., LP. Stepina and RJ. Boyle. 2002.
http://www.policy.hu/siahaan/research Turnover of information technology
paper3.htm. Retrieved February 16, workers: examining empirically the
2007. influence of attitudes, job character-
Soetjipto, AW. 2004. Big party politics--still a istics, and external markets. Journal of
man's world. FPOatSEAW Watch Management Information Systems. 19
(ed.), Southeast Asian Women in (3). 231-61.
Politics and Decision Making, Ten Van der Velde, MEG., CJH. Bossink and
Years After Beijing: Gaining Ground?. PGW. Jansen. 2005. Gender differ-
Quezon City. FES Philippine Office ences in the determinants of the
and SEAWWatch. 38-82. willingness to accept an international
Spector, PE., CL. Cooper. SAY. Poelmans. TD. assignment. Journal of Vocational
Allen. M. O'Driscoll. JI. Sanchez. OL. Behavior. 66. 81-103.
Siu. P. Dewe. P. Hart and L. Lu. 2004. Van der Velde, MEG., CJH. Bossink and
A cross-national comparative study of PGW. Jansen. 2003. Gender differ-
work-family stressors, working hours, ences in the influence of professional
and well-being: China and Latin tenure on work attitudes. Sex Roles. 49
America versus the Anglo world. Per- (3/4). 153-62.
sonnel Psychology. 57. 119-42.
Spector, PE., TD. Allen. SAY. Poelmans. LM. Viega, JF. 1983. Toward understanding
Lapiere. CL. Cooper. M. O'Driscoll. JI. employee reluctance to participate in
Sanchez. N. Abarca. M. Alexandrova. family friendly programs. Human
management review. 14. 337-351.
B. Beham. P. Brough. P. Ferreiro. G.
Fraile. C-Q. Lu. L. Lu. I. Moreno- Watson, CJ. 1981. An evaluation of some
Velazquez. M. Pagon. H. Pitariu. V. aspects of the Steers and Rhodes model
Salamatov. S. Shima. AS. Simoni. OL. of employee attendance. Journal of
Siu and M. Widerszal-Bazyl. 2007. Applied Psychology. 66 (3). 385-9.
Cross-national differences in relation- Watson-Wyatt. 2005a. WorkAsia 2004/2005: a
ships of work demands, job satisfac- study of employee attitudes in Asia, the
tion, and turnover intentions with keys to what Asian employees tick.
work-family conflict. Personnel Psy- Watson Wyatt Worldwide.
chology. 60. 805-35.
Watson-Wyatt. 2005b. WorkIndonesia
2004/2005: a study of employee atti-
224 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 17 No. 2, Juli 2013 208-224

tudes in Indonesia, the keys to what Winasis, KW., P. Sanyoto. H. Gunawan and
makes Indonesian employees tick. Windarto. 2007. Bajak-membajak
Watson Wyatt Worldwide. makin marak. Majalah Trust. Decem-
Wedhaswary, ID. 2008. Soal posisi laki perem- ber, 31 – January, 6.
puan, masyarakat kita sakit. Kompas. Yang, N., CC. Chen. J. Choi and Y. Zou. 2000.
http://www.kompas.com/read/xml/200 Sources of work-family conflict: a
8/11/08/11351231/soal.posisi.laki.pere sino-U.S. comparison of the effects of
mpuan.masyarakat.kita.sakit. Retrieved work and family demands. Academy of
December 22, 2009. Management Journal. 43 (1). 113-23.
Williams, LJ. and JT. Hazer. 1986. Antecedents Yurnaldi. 2010. AS apresiasi demokratisasi di
and consequences of satisfaction and Indonesia.
commitment in turnover models: a http://internasional.kompas.com/read/2
reanalysis using latent variable struc- 010/10/19/22203838/AS.Apresiasi.De
tural equation methods. Journal of mokratisasi.di.Indonesia. Retrieved
Applied Psychology. 71 (2). 219-31. October 29, 2010.

Anda mungkin juga menyukai