Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Memulai usaha sendiri bukan soal siapa yang paling pintar atau paling kaya. Memulai
usaha sendiri berarti memiliki nyali yang cukup berani untuk menjalani tantangan hidup yang lebih
menggigit dan juga memaksimalkan potensi. Selain itu, tentu saja ada banyak manfaatnya jika
memulai usaha sendiri, seperti memperbaiki kondisi financial, membuka peluang untuk orang lain
dan juga memaksimalkan potensi diri.

Meskipun orang yang punya usaha sendiri selalu dipandang memiliki nilai lebih, namun
nyatanya tidak sedikit orang yang enggan untuk memulai usaha sendiri. Alasannya macam-
macam, mulai dari sudah nyaman dengan pekerjaan yang gajinya mencukupi kebutuhan keluarga,
modal tipis atau bahkan takut untuk memulai bisnis sendiri. Usaha memang pasti resikonya lebih
besar dari sekedar menjadi karyawan. Tapi jika tekun akan ada jalan keluarnya. Dan di saat
mencapai level itu, kita tidak akan pernah menyesal pernah memilih jalan itu.

II. Maksud dan Tujuan


• Memahami dan menguasai kegiatan wawancara.
• Memperoleh informasi tentang kewirausahaan.
• Sebagai contoh inspiratif dalam memulai suatu usaha baru
• Mengembangkan jiwa berwirausaha

III. Waktu dan Tempat Kegiatan


Wawancara ini dilaksanakan pada:
• Hari / Tanggal : 01 Oktober 2019
• Tempat : tempat produksi Konveksi Hj Yuyun
IV. Tim Kerja dan Narasumber Kegiatan Wawancara
Narasumber : Hj Yuyun Yuningsih
Pewawancara : Qonita Afifah Sulaiman
Penyusun naskah dan presentasi : Qonita Afifah Sulaiman

BAB II
LAPORAN HASIL OBSERVASI

I. Sejarah Pemilik dan Berdirinya Usaha


Nama pemilik usaha : Hj Yuyun
Alamat : Jl Neglasari No 09, Kec. Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat

Konveksi yang didirikan oleh Bu yuyun ini berdiri sejak beliau berumur 27 tahun, beliau adalah
seorang single parent yang memiliki 3 orang anak. Dengan motivasi ingin berhasil menyekolahkan
3 anaknya, tanpa seorang sosok suami beliau berusaha menjadi seorang Ibu yang bisa juga
mencari nafkah. Dengan modal ilmu menjahit yang pernah ia dapatkan ketika beliau kursus dan
mesin jahit pemberian tetangganya ia memulai membuka usaha konveksi. Ia menerima segala
jenis pesanan, mulai dari mengecilkan baju sampai membuat kebaya ia terima semua.
Setelah bertahun-tahun menggeluti bidang konveksi, usaha beliau semakin berkembang. Pesanan-
pesanan terus berdatangan, beliau pun mulai memperkerjakan orang untuk menjadi karyawannya
agar pesanan terus berlanjut dengan lancar. Seiring berjalannya waktu, beliau memberanikan diri
untuk menyewa ruko di pasar Cipanas.
Tetapi dalam sebuah usaha pasti tidak akan lancar selamanya, seorang pembisnis pasti
mempunyai luka liku di dalam sebuah perjalanan bisnisnya. Begitu pula dengan Bu Yuyun, pada
tahun 2007 pasar Cipanas mengalami musibah yaitu kebakaran. Ruko yang dimiliki Bu yuyun pun
ikut terbakar habis, tak ada yang tersisa. Semua mesin jahit dan baju-baju yang disimpan di ruko
habis terlahap si jago merah. Tanpa putus asa, dengan sisa mesin jahit yang disimpan dirumahnya
ia memulai kembali usahanya.
Saya memilih Ibu Yuyun menjadi tokoh pengusaha dalam tugas ini adalah karena melihat latar
belakangnya yang sangat luar biasa dalam menjalankan bisnis. Pendidikan beliau tidak tinggi
namun ia karena ketekunannya mendirikan usaha, saat ini beliau berhasil mempunyai usaha yang
menjamin kehidupannya dan keluarganya.

II. Modal
Modal awal yang ia gunakan untuk membuat usaha konveksi ini adalah mesin jahit
pemberian tetangganya dan ilmu menjahit yang pernah ia miliki pada saat kursus menjahit semasa
SMA. Setelah ia membeli peralatan-peralatan tambahan seperti benang, gunting, dan sebagainya
ia memulai berbisnis konveksi di rumahnya. Dimulai dengan kerabat dan tetanggga yang
memesan, dari mulut ke mulut konveksi ini pun mulai dikenal banyak orang di kotanya.

BAB III
LAPORAN HASIL WAWANCARA

I. Daftar Pertanyaan :
1. Apa latar belakang Bapak memilih usaha ini?
“Karena saya hanya memiliki modal ilmu menjahit dan alhamdulillah ada pemberian mesin jahit
dari tetangga saya, dan motivasi tetangga saya supaya masih bisa melanjutkan hidup tanpa
seorang suami. Saya termotivasi untuk membuka konveksi di rumah, yang saya pikir juga tidak
harus keluar dari rumah, saya hanya bekerja di rumah dan masih bisa mengurus pekerjaan rumah
dan menjaga anak-anak saya”

2. Bagaimana sejarah perkembangan usaha ini hingga sekarang?


”Mulanya, hanya para tetangga dan saudara-saudara saya saja yang memesan. Tetapi ternyata
berkat mereka usaha saya dikenal banyak orang karena mereka yang memberitahu kepada
teman-temannya lagi sehingga usaha yang dikenal dari mulut ke mulut. Sehingga lama kelamaan
konveksi saya dikenal di kampung, lalu dikenal di kota. Setelah saya pikir usaha saya sangat
banyak orderan saya meminta bantuan kepada teman saya yang juga bisa menjahit untuk bekerja
dengan saya, setelah bertahun-tahun saya pun memberanikan diri untuk menyewa ruko di pasar,
dan pada saat itu mungking usaha saya sedang laku-lakunya, beberapa tahun mempunyai ruko di
pasar qodarullah ada musibah kebakaran yang menyebabkan toko saya pun ikut terbakar, tidak
ada yang tersisa, alhamdulillahnya tidak ada korban. Setelah mengumpulkan semangat dan tidak
mau terus menerus menangisi yang sudah terjadi, saya bangkit kembali membuka konveksi di
rumah dengan sisa mesin jahit yang ada di rumah dan alhamdulillah sampai sekarang masih
banyak orderan yang masuk, mungkin karena nama saya yang sudah terkenal di pasar dahulu”

3. Apan saja kendala yang dialami selama menjalani usaha ini?


“Kalo kendala mungkin hampir sama dengan konveksi-konveksi lain, apabila ada salah satu
karyawan saya yang tidak masuk, maka produksi gaakan berjalan dengan lancar hari itu dan waktu
tenggat yang dikasih pemesan semakin ngaret. Juga ada aja pemesan yang suka tidak konsisten
dengan apa yang diminta, misal pada hari dia datang desainnya minta begini, lalu di kemudian hari
dia ingin mengganti desainnya yang padahal bajunya sudah hampir selesai dikerjakan sehingga ia
harus membongkarnya kembali. Ada kendala juga kalo zaman sekarang kan semua orang bisa
pesan lewat gadget, karena saya sudah sangat tua apabila disuruh main gadget, jadi mungkin
pemasaran saya sekarang sangat kurang meluas. Yang pesan disaya hampir semua orang tua yang
juga tidak pandai main hp”

4. Bagaimana cara untuk mengatasi masalah tersebut?


“Ya kalo masalah karyawan yang misal dia ga masuk satu hari, maka ia harus mengganti hari
supaya apa yang harus ia kerjakan terselesaikan, kalo masalah pemesan yang tidak konsisten, dari
awal pesan dikasih tau kalo sudah pesan 1 desain di awal, tidak boleh diganti sampai akhir. Kalo
sudah terlanjur sih biasanya saya suka minta tambahan biaya. Terus kalo masalah saya yang ga
pandai memainkan gadget, ya gimana lagi. Paling nanti kalo mau minta bantuan anak atau cucu
saya supaya bisa menjalankan bisnis lewat online juga”

5. Apa strategi yang diterapkan dalam berusaha?


“Strateginya sih menurut saya jangan mudah menyerah, kalo mau buka bisnis pasti ada yang
namanya naik turun, itu udah biasa. Jalanin aja dengan hati yang ikhlas, jangan lupa juga berdoa
terus sama Allah supaya apa yang kita dapat itu berkah bagi kita. Ga mesti kok perempuan cuman
jadi ibu rumah tangga yang ngerjain pekerjaan rumah terus menerus tanpa hasilin uang. Kita juga
bisa hasilin uang tanpa harus keluar rumah”
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Menjadi seorang pembisnis pastinya tak jauh dari kata “gagal” tapi kegagalan itulah yang
membuat pembisnis semakin terlatih. Tidak ada kriteria tertentu untuk membuka bisnis, siapapun
bisa asalkan mempunyai niat dan usaha yang kuat.
Lampiran
Laporan Hasil Wawancara

Bisnis Pakaian Jadi


SIMULASI BISNIS

Disusun oleh :

Qonita Afifah Sulaiman (17040028)

3g6 Fashion Design

No 14

POLITEKNIK STTT BANDUNG

Program studi Produksi Garmen Kons. Fashion Design

2019

Anda mungkin juga menyukai