Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN HASIL WAWANCARA

KEWIRAUSAHAAN

Disusun Oleh :
Kelompok 5

Muhammad Nur Hanafi 171910301061


Isnaini 171910301063
Nadila Indah Yuniasari 171910301069
Bayu Kris Triambodo 171910301071

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini banyak orang memilih membuka bisnis usaha sebagai cara untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, baik yang sudah memiliki pekerjaan
utama ataupun bagi mereka yang belum memiliki pekerjaan. Bidang bisnis yang
bisa dikerjakan dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar saat itu ataupun
dengan kemampuan dan hobi yang dimiliki. Untuk membuka usaha, sebenarnya
tak perlu langsung membuka usaha yang besar dan dengan modal yang besar pula.
Berbisnis bisa dimulai dengan usaha berskala kecil dengan investasi dana yang
relatif kecil.
Memulai bisnis sendiri dengan modal kecil sangat menguntungkan dan
bisa menjanjikan penghasilan besar apabila berusaha dengan keras. Untuk pemula
yang ingin sukses merintis wirausaha, tentunya tidak terlepas dari cara atau
strategi dalam menentukan target konsumen yang harus dibidik dengan tepat.
Sehingga bentuk peluang bisnis dan usaha yang paling sesuai bagi pemilik modal
kecil sebaiknya lebih mengedepankan kreatifitas, karena hal ini bertujuan agar
mereka tetap mampu bersaing pada era ekonomi global seperti sekarang ini
bahkan sampai masa yang akan datang.
Oleh karena itu, melalui hasil laporan wawancara ini penulis ingin
membagikan pengalaman dalam mewawancarai salah seorang pengusaha muda
yang bertujuan untuk memperoleh informasi dan tips-tips sukses dari narasumber,
yang mungkin akan berguna bagi penulis dan pembaca di kemudian hari.

1.2. Maksud dan Tujuan


1. Memperoleh informasi tentang kewirausahaan
2. Mengembangkan jiwa kewirausahaan
3. Menjadikan contoh inspiratif dalam memulai usaha baru
1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Wawancara ini dilaksankan pada :
Hari/Tanggal : Jumat/ 15 Maret 2019
Pukul : 14:00 sd selesai
Tempat : Jl. Sriwijaya XX No.11 Jember
BAB II
HASIL WAWANCARA

Daftar Pertanyaan :
1. Bagaimana latar belakang Bapak memulai usaha ini ?
“saya dulu lulusan SMA, pernah lanjut jenjang sarjana lewat jurusan
teknik informatika di universitas muhammadiyah jember, pada waktu itu juga
saya kerja dipercetakan. 1 semester saya kuliah, saya merasa ilmu yang saya
dapatkan tidak sebanding dengan ilmu yang saya dapatkan dipekerjaan, di
tempat saya bekerja, saya diajari mencetak foto, editing, merakit computer,
dan itu bisa saya dapatkan dalam waktu 2 bulan saja, sedangkan waktu
diperkuliahan, untuk mendapatkan itu semua, saya harus menempuh 2
semesster untuk mendapatkan semua mata kuliah itu. Disitulah saya merasa
ilmu yang saya dapatkan di perkuliahan tidak sebanding dengan ilmu yang
saya dapatkan ada tempat saya bekerja. Disitulah saya akhirnya
memutuskan untuk OD, out sendiri. Dan setelah keluar dari kuliah, saya
memutuskan untuk mencari pekerjaan untuk ikut seseorang dan pada
akhirnya saya diterima di salah satu tempat karaoke dijember sebagai
supervisor. Dan saya menikah diumur 20 tahun setelah 3 bukan mendapat
pekerjaan itu.
Setelah saya menikah, saya mencoba untuk meyakinkan istri saya untuk
memulai sebuah bisnis baru, disitulah ide saya baru muncul, yaitu dengan
berjuakan es dawet. Jalan beberapa bulan, saya berpikir bahwa semakin
lama dawet semakin nggak laku, kemudian saya berpikir lagi, minuman apa
yang enak di minum dalam keadaan panas maupun dingin dan tahan lama.
Dan munculah ide berjualan cokelat. Setelah jalan 2 bulan, saya baru
mendapatkan investor dan bisa kembali modal. Tetapi saya sudah berjanji
pada investor tersebut bahwa 6 bulan bekerja saya bisa mengembalikan
modalnya. Setelah 6 bulan jalan, saya merasa sombong pada apa yang sudah
saya capai, setelah itu datanglah orang untuk menanyakan usaha saya dan
menanamkan modal sebesar 12 jutra untuk usaha saya, disitulah saya
merasa usaha saya sukses. Pada saat itu, saya berhasil membuka 16 outlet
minuman cokelat dijember dan 5 outlet di malang. Dan setelah jalan
beberapa waktu, saya tidak bisa mengontrol outlet outlet itu karena jaraknya
yang berjauhan. Dan pada akhirnya hanya ada satu outlet yang bertahan
yaitu di depan GM jember yang dipegang oleh istri saya. Karena saya tidak
bisa memenuhi target saya kepada investor, akhirnya saya berhutang pada
investor tersebut sebesar 195 juta. Dan untuk menutup hutang saya, saya
merantau ke Jakarta dan bekerja sebagai ojek keliling dengan untung bersih
20 ribu sampai dengan 30 ribu rupiah. Pada akhirnya saya menemukan
sebuah toko yang berjualan macaroni dan itu sangat laris sekali. Disitulah
saya mempunyai ide untuk membuat inovasi menggunakan macaroni, yaitu
Macarina (Macaroni Nagih)”

2. Bagaimana sejarah perkembangan usaha Bapak ini hingga sekarang?


“sejak awal berdirinya macarina, saya hanya mempunyai 1 gerobak, dan
itu saya hanya berjualan di depan dobel way unej. dulu saya produksi hanya
menggunakan alat alat saya sendiri yang sederhana. Goreng macaroni 5 kg
aja sampai 4 jam. Semakin lama, semakin banyak juga pembeli saya sampai
memenuhi jalan di sekitar dobel way, pada akhirnya saya mempunyai fikiran
bahwa mempunyai outlet bisa lebih efektif dari pada berjualan di gerobak.
Pada saat itu saya sudah mempunyai 4 karyawan dengan omset perbulan 1.8
juta. 1 juta untuk biaya karyawan dan yang 800 untuk biaya produksi
macarina sendiri. Tetapi, uang sejuta yang untuk jatah karyawan tidak saya
bayarkan karena dengan persetujuan untuk kemajuan macarina maka uang
untuk gaji karyawan saya asetkan kembali. Hingga sekarang, saya
mempunyai puluhan karwayan dan belasan outlet di jember dan dibeberapa
marketplace online”

3. Apa resiko yang dialami Bapak selama menjalani usaha ini


“untuk resiko yang pernah saya alami sendiri itu saya pernah nama brand
saya di plagiasi oleh seseorang, nama brand saya kan macarina pakai C, itu
ada yang memakai nama brand saya. Dia memakai nama makarina, bedanya
pakai C sama pakai K. langsung saya suruh ganti. Saya suruh milih, ganti
atau saya majukan ke ranah hukum dan anda kena denda 2 miliar, akhirnya
dia mau maneggantinya. Seperti itu sih mungkin resiko yang pernah saya
alami, terlebih mungkin saya juga kurang mengerti dulu waktu membuat
nama, kan nama macarina itu ambigu ya, orang mikirnya macarina itu pakai
C atau pakai K gitu”

4. Berapa omset yang Bapak hasilkan tiap bulannya?


“kalau ngomong soal omset, dulu waktu macarina baru dibentuk dengan
modal 3 jt, penghasilan perbulan macarina masih 1.8 juta. Itupun saya masih
mempunyai 4 karyawan. Selama 3 bulan keuntungan tidak dibagikan pada
karyawan karena masih fokus untuk membesarkan aset bahan baku. Omset
pertama sekitar 50 jutaan, trus naik dan alhamdulillah macarina pernah
tembus omset 250 juta perbulan. Usaha ini masih berjalan sekitar 2 tahun,
dengan rata-rata omset tiap bulannya sekitar 150 juta. Alhamdulillah
sekarang banyak karyawan saya sudah menerima hasil pekerjaanya, ada yang
membeli motor dan InsyaAllah tahun 2020 akan diadakan umrah bareng. Ini
semua juga berkat semua doa dan dukungan dari temen temen, orang terdekat,
dan pastinya ada campur tangan tuhan disitu.”

5. Menurut Bapak, apa tips dan trick untuk memulai usaha ?


“kalo buat tips dan trik ini ada beberapa. Yang pertama itu kita harus tau
pasar potensial nya itu dimana. Bidik pasar potensial dulu. Jadi pasar
potensial itu barang apa yang bisa berpotensi untuk membuahkan bisnis yang
bagus. Contoh nya macaroni ini, kenapa saya memilih macaroni sebagai
pasar potensial saya, karena menurut saya, dari dulu. Dari saya kecil dulu,
macaroni masih jadi camilan yang favorit dan bisa dinikmati dari berbagai
kalangan. Mungkin ada contoh lagi yaitu bakpao. Bakpao itu makanan udah
berusia lama. Dari dulu sampai sekarang bakpao masih tetap bisa dinikmati
dari berbagai kalangan. Yang kedua, brand harus ngetop. Untuk membuat
sebuah nama brand, kita nggak boleh asal buat. Nama brand yang bagus, itu
terdiri dari dua sampai tiga suku kata. Kalau macarina sendiri masih empat
suku kata karena emang saya dulu belum tau kalau nama yang bagus dan
mudah di ingat itu yang terdiri dari dua sampai tuga suku kata. Terus kalau
buat nama brand, buatlah kata yang mudah di ingat dan tidak ambigu.
Ambigu dalam huruf maupun ucapan. Misalnya macarina, macarina in masih
ambigu. Karena orang bingung antara pakai C sama pakai K. Yang ketiga,
produk harus mempunyai nilai tambah, misalnya macarina yang memiliki
rasa gurih dan terus diingat oleh pembelinya. Yang keempat, perlunya
penyebar virus. Artinya harus ada pengiklannya yang baik untuk
menyebarkan produk. Terakhir, strategi branding yang mampu menguasai
pasar dan mengahsilkan banyak keuntungan.”
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam memulai usaha harus mempunyai tekad yang kuat dan mau
menghadapi berbagai resikonya. Meskipun diawali hanya dengan modal kecil,
apabila bekerja keras maka usaha tersebut mampu berkembang seperti Macarina.
Macarina hanya bermodal 3 juta namun mampu tembus omset hingga 250 juta.
Hal ini bisa dijadikan contoh untuk pemula bisnis dalam memulai usahanya.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai