Disusun Oleh :
Nanda Styawan Lasenta
151 33 1033
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Ekskursi ini.
Adapun tujuan pembuatan laporan Studi Ekskursi ini adalah sebagai
bentuk evaluasi dan dokumentasi daripada kegiatan Studi Ekskursi yang telah
penulis lakukan selama dua hari. Penulis menyampaikan banyak terimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Amir Hamzah, M.T. selaku Rektor Institut Sains dan Teknologi
AKPRIND Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan juga perizinan
untuk melaksanakan kegiatan Studi Ekskursi.
2. Bapak Aji Pranoto,.Spd,.Mpd dosen Institut Sains dan Teknologi AKPRIND
Yogyakarta yang telah membimbing dan mengawasi kami selama pelaksanaan
kegiatan Studi Ekskursi.
3. Orang tua tercinta yang telah menjadi pendukung utama kegiatan Studi
Ekskursi.
4. Pihak panitia Studi Ekskursi yang telah membantu dan menyukseskan kegiatan
Studi Ekskursi ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Namun
penulis berharap laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis juga mengahrapkan adanya masukan berupa kritik dan saran dari pembaca
demi kemajuan penulisan.
Penulis
BAB I
PERUSAHAN 1
Pada tanggal 8 Juli 1991 saham perseroan tercatat di bursa efek dan bursa
efek surabaya (kini menjadi bursa efek indonesia) serta merupakan BUMN
pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat.
Komposisi pemegang saham pada saat itu Negara RI 73% dan Masyarakat 27%.
Pada tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex Asia
Holdings PTE Ltd. 24,9%, dan masyarakat 24,0%. Pada akhir maret 2010, Blue
Valley Holdings PTE Ltd, menjual seluruh sahamnya melalui private placement,
sehimgga komposisi pemegang saham Perseroan berubah menjadi pemerintah
51,0% dan Publik 48,9%.
3. Penggilingan Awal
Bahan baku lainnya yang digunakan untuk membuat semen adalah bahan
baku penolong yaitu pasir besi dan pasir silika. Pasir besi berkontribusi pada
mineral Fe2O3 dan pasir silka berkontribusi pada mineral SiO2. Kedua bahan
baku penolong tersebut akan dicampur dengan pile batukapur & tanah liat masuk
ke proses penggilingan awal, dimana jumlahnya ditentukan oleh raw mix
design.Alat utama yang digunakan dalam proses penggilingan dan pengeringan
bahan baku adalah Vertical Roller Mill (VRM). Media pengeringnya adalah
udara panas yang berasal dari suspention-preheater dengan suhu sebesar 300
400 oC.
Vertical roller mills merupakan peralatan yang tepat untuk penggilingan
dan pengeringan material yang relatif basah. Penggilingan & pengeringan dapat
dilakukan secara effisien didalam satu unit peralatan.
Vertical roller mill menjalankan 4 fungsi utama didalam satu unit peralatan, yaitu:
a. Penggilingan ( Roller & grinding table )
b. Pengeringan (gas buang kiln, cooler, AH1)
c. Pemisahan (Separator)
d. Transportasi (Gas pengering ID Fan)
Bahan baku masuk ke dalam Vertical Roller Mill (Raw Mill) pada bagian
tengah (tempat penggilingan), sementara itu udara panas masuk ke dalam bagian
bawahnya. Material yang sudah tergiling halus akan terbawa udara panas keluar
raw mill melalui bagian atas alat tersebut. Material akan digiling dari ukuran
masuk sekitar 7,5 cm menjadi max 90m. Penggilingan menggunakan gaya
centrifugal di mana material yang diumpankan dari atas akan terlempar ke
samping karena putaran table dan akan tergerus oleh roller yang berputar karena
putaran table itu sendiri.
Kemudian material akan mengalami proses pencampuran (Blending) dan
homogenisasi di dalam Blending Silo. Alat utama yang digunakan untuk
mencamnpur dan menghomogenkan bahan baku adalah blending silo, dengan
media pengaduk adalah udara.
4. Proses Pembakaran
Dalam proses pembakaran dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu :
b. Pembakaran (Firing)
Alat utama yang digunakan adalah tanur putar atau rotary kiln. Di dalam
kiln terjadi proses kalsinasi (hingga 100%), sintering, dan clinkering. Temperatur
material yang masuk ke dalam tanur putar adalah 800900 oC, sedangkan
temperatur clinker yang keluar dari tanur putar adalah 1100-1400 oC.
Kiln berputar (rotary kiln) merupakan peralatan utama di seluruh unit
pabrik semen, karena di dalam kiln akan terjadi semua proses kimia pembentukan
klinker dari bahan bakunya (raw mix). Secara garis besar, di dalam kiln terbagi
menjadi 3 zone yaitu zone kalsinasi, zone transisi, dan zone sintering
(klinkerisasi). Perkembangan teknologi mengakibatkan sebagian zone kalsinasi
dipindahkan ke suspension preheater dan kalsiner, sehingga proses yang terjadi di
dalam kiln lebih efektif ditinjau dari segi konsumsi panasnya. Proses perpindahan
panas di dalam kiln sebagian besar ditentukan oleh proses radiasi sehingga
diperlukan isolator yang baik untuk mencegah panas terbuang keluar. Isolator
tersebut adalah batu tahan api dan coating yang terbentuk selama proses. Karena
fungsi batu tahan api di tiap bagian proses berbeda maka jenis batu tahan api
disesuaikan dengan fungsinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan coating antara lain :
1. komposisi kimia raw mix
2. konduktivitas termal dari batu tahan api dan coating
3. temperatur umpan ketika kontak dengan coating
4. temperatur permukaan coating ketika kontak dengan umpan
5. bentuk dan temperatur flame
Pada zone sintering fase cair sangat diperlukan, karena reaksi klinkerisasi
lebih mudah berlangsung pada fase cair. Tetapi jumlah fase cair dibatasi 20-30 %
untuk memudahkan terbentuknya coating yang berfungsi sebagai isolator kiln.
Pada kiln tanpa udara tertier hampir seluruh gas hasil pembakaran maupun
untuk pembakaran sebagian bahan bakar di calciner melalui kiln. Karena di dalam
kiln diperlukan temperatur tinggi untuk melaksanakan proses klinkerisasi, maka
kelebihan udara pembakaran bahan bakar di kiln dibatasi maksimum sekitar 20
30%, tergantung dari bagaimana sifat rawmeal mudah tidaknya dibakar
(burnability of the rawmix). Dengan demikian maksimum bahan bakar yang
dibakar di in-line calciner adalah sekitar 20 25%. Pada umumnya calciner jenis
ini bekerja dengan pembakaran bahan bakar berkisar antara 10% hingga 20% dari
seluruh kebutuhan bahan bakar, karena pembakaran di calciner juga akan
menghasilkan temperatur gas keluar dari top cyclone yang lebih tinggi yang
berarti pemborosan energi pula. Sisa bahan bakar yang berkisar antara 80%
hingga 90% dibakar di kiln. Untuk menaksir seberapa kelebihan udara
pembakaran di kiln dalam rangka memperoleh operasi kiln yang baik akan
dilakukan perhitungan tersendiri. Kiln tanpa udara tertier dapat beroperasi dengan
cooler jenis planetary sehingga instalasi menjadi lebih sederhana dan konsumsi
daya listrik lebih kecil dibanding dengan sistem kiln yang memakai cooler jenis
grate.
Pada kiln dengan udara tertier, bahan bakar yang dibakar di kiln dapat
dikurangi hingga sekitar 40% saja (bahkan dapat sampai sekitar 35%), sedangkan
sisanya yang 60% dibakar di calciner. Dengan demikian beban panas yang
diderita di kiln berkurang hingga tinggal sekitar 300 kkal/kg klinker. Karena
dimensi kiln sangat bergantung pada jumlah bahan bakar yang dibakar, maka
secara teoritis kapasitas produksi kiln dengan ukuran tertentu menjadi sekitar 2,5
kali untuk sistem kiln dengan udara tertier dibanding dengan kiln tanpa udara
tertier. Sebagai contoh untuk kapasitas 4000 ton per hari (TPD), kiln tanpa udara
tertier membutuhkan diameter sekitar 5,5 m. Sedangkan untuk kiln dengan ukuran
yang sama pada sistem dengan udara tertier misalnya sistem SLC dapat beroperasi
maksimum pada kapasites sekitar 10.000 TPD. Namun kiln dengan udara tertier
harus bekerja dengan cooler jenis grate cooler sehingga diperlukan daya listrik
tambahan sekitar 5 kWh/ton klinker dibanding kiln dengan planetary cooler.
c. Pendinginan (Cooling)
Alat utama yang digunakan untuk proses pendinginan clinker adalah
cooler. Selanjutnya clinker dikirim menuju tempat penampungan clinker (clinker
silo) dengan menggunakan alat transportasi yaitu pan conveyor.
Laju kecepatan pendinginan klinker menentukan komposisi akhir klinker.
Jika klinker yang terbentuk selama pembakaran didinginkan perlahan maka
beberapa reaksi yang telah terjadi di kiln akan berbalik (reverse), sehingga C3S
yang telah terbentuk di kiln akan berkurang dan terlarut pada klinker cair yang
belum sempat memadat selama proses pendinginan. Dengan pendinginan cepat
fasa cair akan memadat dengan cepat sehingga mencegah berkurangnya C3S.
Fasa cair yang kandungan SiO2-nya tinggi dan cair alumino-ferric yang
kaya lime akan terkristalisasi sempurna pada pendinginan cepat. Laju pendinginan
juga mempengaruhi keadaan kristal, reaktivitas fasa klinker dan tekstur klinker.
Pendinginan klinker yang cepat berpengaruh pada perilaku dari oksida
magnesium dan juga terhadap soundness dari semen yang dihasilkan. Makin cepat
proses pendinginannya maka kristal periclase yang terbentuk semakin kecil yang
timbul pada saat kristalisasi fasa cair. Klinker dengan pendinginan cepat
menunjukkan daya spesifik yang lebih rendah. Hal ini disebabkan proporsi fasa
cair yang lebih besar dan sekaligus ukuran kristalnya lebih kecil.
5. Penggilingan akhir
Bahan baku proses pembuatan semen terdiri dari :
1. Bahan baku utama, yaitu terak/clinker.
2. Bahan baku korektif/penolong yaitu gypsum
3. Bahan baku aditif yaitu trass, fly ash, slag, dan lain-lain.
Finish Mill/penggilingan akhir adalah sebuah proses menggiling bersama
antara terak dengan 3% - 5% gypsum natural atau sintetis (untuk pengendalian
setting dinamakan retarder) dan beberapa jenis aditif (pozzolan, slag, dan batu
kapur) yang ditambahkan dalam jumlah tertentu, selama memenuhi kualitas dan
spesifikasi semen yang dipersyaratkan.
Proses penggilingan terak secara garis besar dibagi menjadi sistim
penggilingan open circuit dan sistim penggilingan closed circuit. Gambar dibawah
menunjukkan pada gambar a closed circuit dan gambar b open circuit. Dalam
open circuit panjang shell sekitar 4 5 kali dari diameter untuk mendapatkan
kehalusan yang diinginkan. Sedangkan dalam closed circuit panjang shell sekitar
3 kali diameter atau kurang untuk mempercepat produk yang lewat. Separator
bekerja sebagai pemisah sekaligus pendingin produk semen.
Horizontal Tube Mill/Ball Mill adalah peralatan giling yang sering
dijumpai di berbagai industri semen, meskipun sekarang sudah mulai dijumpai
vertical mill untuk menggiling terak menjadi semen.
Material yang telah mengalami penggilingan kemudian diangkut oleh
bucket elevator menuju separator. Separator berfungsi untuk memisahkan semen
yang ukurannya telah cukup halus dengan ukuran yang kurang halus. Semen yang
cukup halus akan dibawa udara melalui cyclone, kemudian ditangkap oleh bag
filter yang kemudian akan ditransfer ke dalam cement silo.
6. Pengemasan
Pengemasan semen dibagi menjadi 2, yaitu pengemasan dengan
menggunakan zak (kraft dan woven) dan pengemasan dalam bentuk curah. Semen
dalam bentuk zak akan didistribusikan ke toko-toko bangunan dan end user.
Sedangkan semen dalam bentuk curah akan didistribusikan ke proyek-proyek.
Tahapan proses pengemasan dengan menggunakan zak adalah sebagai berikut:
Silo semen tempat penyimpanan produk dilengkapi dengan sistem aerasi
untuk menghindari penggumpalan/koagulasi semen yang dapat disebabkan oleh
air dari luar, dan pelindung dari udara ambient yang memiliki humiditas tinggi.
Setelah itu Semen dari silo dikeluarkan dengan menggunakan udara bertekanan
(discharge) dari semen silo lalu dibawa ke bin penampungan sementara sebelum
masuk ke mesin packer atau loading ke truck.
1.3 Hasil Kunjungan
Pimpinan Staf bagiam Keluarga dari PT.SEMEN INDONESIA beserta
pengatur acara dan karyawan-karyawannya sangat antusias dengan kedatangan
kami. Mereka melayani dan menyampaikan penjelasan dengan baik dan ramah.
Hasil dari Studi Ekskursi tersebut kami banyak memiliki pengalaman baru
mengenai dunia industri secara langsung. Di PT.SEMEN INDONESIA ini kami
diperkenalkan produk-produk yang berkualitas tinggi yang diproduksinya.Studi
Ekskursi ini dilaksankan sangat sesuai dengan masing-masing kompetensi
keahlian, Kami semua khususnya saya sangat senang telah melaksanakan Studi
Ekskursi ke PT.SEMEN INDONESIA ini.
BAB II
PERUSAHAN 2
Misi Perusahan:
1. Menyediakan jasa pemeliharaan dan perbaikan kapal serta alat apung lainnya
yang memberikan profitabilitas optimal secara berkesinambungan ;
2. Tumbuh dan berkembang untuk mampu membangun kapal dan alat apung
lainnya yang memberikan nilai tambah ;
3. Menerapkan budaya kerja tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu untuk
kepuasan pelanggan ;
4. Memiliki SDM yang kompeten dan handal dalam memberikan solusi terbaik
sesuai prinsip tata kelola yang baik (GCG) ;
5. Menyelenggarakan kegiatan usaha secara profesional yang mengutamakan
kesehatan dan keselamatan kerja serta ramah lingkungan.
Sebagai persiapan untuk menjadi perusahaan kelas dunia, kami terus
meningkatkan tenaga kerja kami melalui berbagai program pendidikan dan
pelatihan teknis serta pengetahuan manajemen. Selain itu, penelitian kami &
pengembangan diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan teknik
manajemen operasional.
Memiliki lebih dari 500 karyawan yang berpengalaman, sejarah yang
panjang dalam hal pelayanan terhadap pelanggan dan standart ISO 9001:2008
serta OHSAS 18001:2007.
Perlu diketahui bahwa ada beberapa macam jenis pengedokan, antara lain:
Dari ketiga jenis dok tersebut PT. Dok & Perkapalan lebih memilih
menggunakan dok jenis Graving dok(Dok kolam) sejumlah dua dok, dengan
beberapa aspek pilihan seperti halnya biaya (cost) keamanan (safety) dan
kemudahan dalam pengerjaan mekanis.Adapun spesifikasi dari dok tersebut
adalah sebagai berikut :
Dok I
Graving Dock I
Dok II
Graving Dock II
Selain Sarana Dok tersebut terdapat pula alat-alat pendukung kerja lainnya antara
lain sebagai berikut :
Mesin Bor :
Sistematika Pengedokan
Proses Pengedokan:
5. Kapal yang naik dock diusahakan dalam keadaan free gas demi keselamatan
karyawan dalam proses perbaikan.
6. Menyediakan tali temali, fender dan peralatan yang lain yang dapat digunakan
sewaktu-waktu.
a. General arrangement
b. Midshipman section
c. Lines plan
d. Shell expantion
e. Lainnya yang dibutuhkan.
10. Memperhatikan posisi waktu gelombang air (pasang/ surut) untuk proses
pemasukan kapal maupun pengeluaran kapal dari dock dengan dibantu kapal
bantu dantug boat.
1. Pengosongan kolam dok dengan menutup pintu air (ponton) dimana pintu air
ini sendiri merupakan pintu berbentuk balok yang bagian tengahnya terdapat
ruangan untuk air, dan menyedot air yang ada dalam kolam dengan menggunakan
pompa.
4. Pengosongan air dalam ponton agar massa dalam ponton tersebut menjadi
ringan sehingga mengapung dan dapat dengan mudah dipindahkan. Dengan
bantuan tali dan ditarik ke bagian samping dok kolam.
5. Kapal dimasukkan dengan bantuan tali temali dan di tempatkan pas terhadap
bantalan yang telah di sediakan sebelumnya sesuai center line yang ada.
6. Penutupan ponton kembali dengan bantuan tali temali di paskan pada gerbang
dan kembali diisi air pada bagian dalamnya, dan kemudian dilakukan
pengosongan kolam dengan bantuan pompa.
2. Kapal diatur supaya trim yang terjadi adalah trim minimum, dimana jarak
antara trim haluan dan buritan adalah 2 meter.
1. Pengaturan keel block dan side block, pada side block mengacu pada docking
line plan
2. Pada keel block 1 m terdiri dari beton cor setinggi 70cm dan bantalan kayu
keras setinggi 30 cm.
3. Peninggian side block diatur sesuai bentuk gading-gading kapal.
4. Kapal-kapal dengan lebar sama atau lebih dari 16m dibuat side block antara,
dimana jarak antar block maksimal 2 m atau diatur tumpuan maksimal pada
landasan graving tidak lebih.
5. Posisi bottom plug, peralatan elektronik dibawah kulit lambung, sea chest, dan
sepatu kemudi tidak boleh bertumpu pada stop block.
a. 4 buah keel block terdepan dan 5 buah paling belakang jarak antar stop
blockmasing-masing adalah 50 cm dan diikat masing-masing menjadi 1
unit agar saat kapal duduk susunan keel block tidak bergeser pada pondasi.
b. Jarak antara keel block masing-masing 2 m
c. Jarak antara side block masing-masing 3 m, 3,5 m, 4 m tergantung
masing-masing jarak frame dan besar kapal.
d. Penempatan side block diletakkan dalam daerah setengah lebar R bilga
e. Penempatan side block antara, tergantung posisi side keel pada konstruksi
kapal tersebut.
7. Penempatan keel block, side block dan side block antara diusahakan bertumpu
pada wrang-wrang double bottom, sekat melintang dan memanjang sekat
melintang dan memanjang untuk menghindari deformasi pada plat bottom.
9. Persiapan tug boat, dock master dan crew dock,batang stut ukuran, tali-temali,
tangga dan lain-lain.
Apabila proses perbaikan selesai, maka kapal telah siap dikeluarkan dan dapat
melakukan prises finising di dermaga. Adapun proses pengeluaran kapal dari dock
adalah sebagai berikut:
2. Kran pintu induk dock dibuka sehingga air masuk ke dalam graving dock,
setelah air yang masuk setinggi permukaan air laut maka pintu ponton akan
terangkat dengan sendirinya.
3. Pada waktu kapal mulai terapung side block yang terikat dengan tali ditarik dari
posisinya kemudian diletakkan disamping.
4. Stoot-stoot samping diambil dan kapal ditarik keluar dengan bantuan tug boat.
Kritik :
a. Setiap cara pembuatan produk-produk yang dibuat, agar setiap orang yang ingin
melihat cara pembuatan tidak saling berdesak-desakan.
b. Setiap tempat proses pembuatan diurutkan sesuai dengan proses pembuatan yang
sesungguhnya agar pengunjung dapat melihat cara pembuatan dari awal
pembuatan Kapal hingga akhir pembuatan.