Anda di halaman 1dari 162

Bagian Teknologi Alat Penangkapan Ikan

BAHAN BAKU DAN IDENTIFIKASI JARING


BAHAN DASAR
Definisi (International Organization
For Standardization - ISO)

Jaring adalah susunan mata jaring dalam


bentuk dan ukuran yang bervariasi yang
dibuat dari juraian atau gabungan suatu yarn
atau sistem yarn
BAHAN BAKU JARING

Serabut alami Serabut buatan


(natural fibre) (man made fibre)

Tumbuhan Hewan Sintetis – dari


(vegetable fibres) (animal fibres) regenerasi cellulose

Katun (cotton) Sutera Rayon


Manila Bulu Cellulose wool
Hemp
Linen Kurang menguntungkan
Rami dibandingkan serat alami
Sangat mahal –
kurang sesuai Tidak digunakan dalam
pembuatan jaring
SERABUT ALAMI

Serat alami adalah serat yang diambil


dari bahan alami tanpa melalui proses
kimia atau transformasi.

Bagian‐bagian tumbuhan yang dapat


digunakan alat penangkapan ikan adal
ah dari bijian, batang, daun, dan
buah
 Sebelum PD II : cotton, sutera masih
digunakan sebagai bahan API (gillnet).
 Pada tahun 1960-1980an payang, dogol
dan bagan masih menggunakan bahan
jaring dari agel, lawe.
 Tali selambar terbuat dari pintalan ijuk,
rami.
 Pelampung dari bambu.
 Pemberat menggunakan batu
bata dan batu kali.

Pohon gebang untuk


bahan agel
SERABUT ALAMI
•Mudah busuk ---- terutama di tempat lembab atau terendam air

Pembusukan
1. merupakan akibat terserangnya bagian tanaman yang sudah
mati dalam kondisi lembab atau terendam dalam air oleh mikro
organisme pemakan selulosa dari jenis bakteri ;
2. Proses pembebasan/terurainya unsur organik (fosfor, nitrogen,
potassium) dan unsur an organik yang digunakan untuk
pertumbuhan tanaman
Kerugian :
menguntungkan bagi 1. alat cepat rusak
tanaman
2. menambah beban biaya
menjamin kelangsungan
hidup tanaman dan hewan Dikembangkan serabut
sintetis
FAKTOR UTAMA PENYEBAB PEMBUSUKAN

1. Jenis serabut •Beda serabut beda ketahanan busuk


•yg paling tahan terhadap busuk : linen, hemp, rami, cotton,
sisal, manila, coir
•Dlm penangkapan, semua serabut alami tidak tahan
terhadap pembusukan

2. Suhu air •Semakin panas semakin cepat proses pembusukan


•Di tropis lebih cepat busuk dibandingkan daerah beriklim
sedang

3. Daya •Dalam air mengalir lebih cepat rusak dari air tenang
pembusukan •Dalam perairan yang subur lebih cepat rusak
dari air
4. Lama • Serabut yg terus-menerus dalam air lebih cepat busuk
perendaman daripada yang digunakan beberapa waktu
dalam air • Serabut yg direndam di dasar perairan lebih cepat busuk

menempel pada lumpur busuk


Nelayan Lembaga penelitian perikanan
atau industri kimia dan tekstil
Cara praktis
Penggunaan senyawa metalik seperti :
•Ter aspal + bensin/minyak bensin • Potassium bichromate
•Ter kayu + bensin/minyak bensin • Copper nephtenate
•Carbolin + bensin/minyak bensin • Copper sulphate
•Penyamakan larutan “catechu” atau • Coprous oxide (misal testalin)
ekstrak kulit kayu atau kayu pohon
tertentu

Pengaruh pengawetan bergantung pada tingkat kohesi (kemampuan


melekat) antara zat pengawet dan serabut yang diawetkan

Cara pengawetan yang mempunyai efisiensi tinggi dan telah teruji :


1. Pengawetan testalin
2. Pengawetan dengan tannin + potassium bichromate
PENGAWETAN MENGGUNAKAN TESTALIN

1. Rebus jaring dalam larutan yang mengandung 2 %


bahan tannin (misal catechu atau ekstrak mangrove)
+ 1 % bahan coprous oxide (testalin) selama 30
menit
2. Keringkan jaring
3. Ulang perlakuan no. 1 dengan menambah 2 % tannin
4. Selagi jaring masih basah masukkan ke dalam
carbolineum
PENGAWETAN MENGGUNAKAN TANNIN + POTASSIUM
BICHROMATE
1. Rebus jaring dalam larutan yang mengandung 2 % tannin selama 30
menit
2. Keringkan jaring
3. Masukkan jaring ke dalam larutan yang mengandung 3 % potassium
bichromate selama 1 jam
4. Bilas dengan air dan keringkan
5. Masukkan jaring ke dalam larutan dengan menambah 2 % tannin
6. Masukkan jaring ke dalam carbolineum

Dalam proses ini telah dilakukan “tiga kali pencelupan –


three-bath-method (3, 5, 6)

Merupakan hasil pengawetan jaring yg terbaik dlm perikanan


Untuk efisiensi dalam pengawetan :
1. Pengawetan terbaik sekalipun hanya dapat memperlambat
pembusukan serabut tumbuh-tumbuhan dalam air, bukan untuk
mencegahnya ;
2. Berbagai macam serabut tumbuh-tumbuhan mempunyai reaksi yang
berbeda terhadap pengawetan. Tingkat perlindungan tertinggi terjadi
pada cotton (katun)
3. Cara pengawetan yg efisien memerlukan tenaga dan biaya tidak kecil,
orang perikanan lebih suka menggantinya dengan cara yang kurang
efisien dengan hasil yang tidak memuaskan
4. Pengawetan jaring dapat menimbulkan pengaruh sampingan terhadap
sifat fisik jaring, seperti stiffness, fleksibilitas, ekstensibilitas,
elastisitas, breaking strength, bobot jaring, warna, shrinkage dan
diameter, akhirnya dapat menimbulkan kerugian bagi penggunaan
alat penangkapan ikan
HASIL PENGAWETAN SERABUT ALAMI
50

45
Daya tahan
40

35 Perlakuan :
Daya tahan serabut

30 0 Tanpa pengawetan
25
1 Coal tar
2 Carbolineum
20
3 Tannin - catechu (2 kali)
15 4 Tannin (2 kali) + carbolineum
10 5 Tannin + testalin (2 kali)
6 Tannin + testalin (2 kali) + carbolineum
5
7 Tannin + potassium bichromate (2 kali)
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Perlakuan Catatan : Dengan perlakuan 7, daya tahan benang
katun mencapai lebih dari 60 kali lipat
Manila Cotton
 Serat biji-bijian (Katun, kapuk)
 Serat kulit (Jute, hemp, rami)
 Serat pohonan (jerami padi, batang bambu)
 Serat buah (serabut kelapa/coir)
 Serat daun (daun nenas, sisal, agave, rumput
teki)
SERABUT ALAMI
Serabut Hasil pintalan Tipe Alat Tangkap
Nama Asal/Bagian Tanaman dalam yang diinginkan Jenis Alat Tangkap
L Ǿ Sifat
perdagangan
mm mm
Untuk alat tangkap yg Gillnet, Pukat (Seine
0,01 memerlukan bahan net), Trawl berukuran
20 - Sangat
Cotton* Dari tanaman biji-bijian 50
-
halus
Ǿ = 0,2 mm sangat kecil sampai kecil, Fyke nets,
0,04 berbagai ukuran yang Trapnets, Liftnets,
sangat besar Trammel nets
Serabut daun dari jaringan Untuk alat tangkap yang
Keras, Bottom trawls, tali
Sisal daun dan dasar daun dari
kasar
memerlukan bahan keras
(ropes)
tanaman agave (sisal) dan kuat (heavy netting)
Serabut daun dari jaringan Untuk alat tangkap yang
Keras, Bottom trawls, tali
Manila daun dan dasar daun dari
kasar
memerlukan bahan keras
(ropes)
serat tanaman pisang dan kuat (heavy netting)
Serabut kulit pohon yang
Linen diambil dari jaringan kulit Salmon gillnet
pohon
Serabut kulit pohon yang
Stow net, Trawl net (di
Hemp diambil dari jaringan kulit
sungai-sungai Eropa)
pohon
Serabut kulit pohon yang
Drift net (di kawasan
Rami diambil dari jaringan kulit
Asia)
pohon
* Cotton (Katun) merupakan bahan paling penting untuk pembuatan jaring di waktu lampau
L = panjang ; Ǿ = diameter
SISAL ( Agave sisalana)
MACAM
SERABUT
ALAMI

Tanaman Sisal Tali Sisal


Panen sisal
Hemp (Cannabis sp)
MACAM
SERABUT
ALAMI

Hemp rope

Hemp
Tali Coir - Coconut

MACAM SERABUT ALAMI


Kapas (Gossypium hirsutum)

MACAM SERABUT ALAMI


MACAM SERABUT ALAMI
Manila (Musa textilis)
Abaca (Musa textilis)

MACAM SERABUT ALAMI


Nenas (Ananas sp) MACAM
SERABUT
ALAMI
Agel, gebang (Corypha utan)

Rami
MACAM SERABUT ALAMI
Bagian Teknologi Alat Penangkapan Ikan
BAHAN BAKU DAN IDENTIFIKASI JARING
BAHAN DASAR
Definisi (International Organization
For Standardization - ISO)

Jaring adalah susunan mata jaring dalam


bentuk dan ukuran yang bervariasi yang
dibuat dari juraian atau gabungan suatu yarn
atau sistem yarn
BAHAN BAKU JARING

Serabut alami Serabut buatan


(natural fibre) (man made fibre)

Tumbuhan Hewan Sintetis – dari


(vegetable fibres) (animal fibres) regenerasi cellulose

Katun (cotton) Sutera Rayon


Manila Bulu Cellulose wool
Hemp
Linen Kurang menguntungkan
Rami dibandingkan serat alami
Sangat mahal –
kurang sesuai Tidak digunakan dalam
pembuatan jaring
SERABUT ALAMI

Serat alami adalah serat yang diambil


dari bahan alami tanpa melalui proses
kimia atau transformasi.

Bagian‐bagian tumbuhan yang dapat di


gunakan alat penangkapan ikan adalah
dari bijian, batang, daun, dan buah
 Sebelum PD II : cotton, sutera masih
digunakan sebagai bahan API (gillnet).
 Pada tahun 1960-1980an payang, dogol
dan bagan masih menggunakan bahan
jaring dari agel, lawe.
 Tali selambar terbuat dari pintalan ijuk,
rami.
 Pelampung dari bambu.
 Pemberat menggunakan batu
bata dan batu kali.

Pohon gebang untuk


bahan agel
SERABUT ALAMI
•Mudah busuk ---- terutama di tempat lembab atau terendam air

Pembusukan
1. merupakan akibat terserangnya bagian tanaman yang sudah
mati dalam kondisi lembab atau terendam dalam air oleh mikro
organisme pemakan selulosa dari jenis bakteri ;
2. Proses pembebasan/terurainya unsur organik (fosfor, nitrogen,
potassium) dan unsur an organik yang digunakan untuk
pertumbuhan tanaman
Kerugian :
menguntungkan bagi 1. alat cepat rusak
tanaman
2. menambah beban biaya
menjamin kelangsungan
hidup tanaman dan hewan Dikembangkan serabut
sintetis
FAKTOR UTAMA PENYEBAB PEMBUSUKAN

1. Jenis serabut •Beda serabut beda ketahanan busuk


•yg paling tahan terhadap busuk : linen, hemp, rami, cotton,
sisal, manila, coir
•Dlm penangkapan, semua serabut alami tidak tahan
terhadap pembusukan

2. Suhu air •Semakin panas semakin cepat proses pembusukan


•Di tropis lebih cepat busuk dibandingkan daerah beriklim
sedang

3. Daya •Dalam air mengalir lebih cepat rusak dari air tenang
pembusukan •Dalam perairan yang subur lebih cepat rusak
dari air
4. Lama • Serabut yg terus-menerus dalam air lebih cepat busuk
perendaman daripada yang digunakan beberapa waktu
dalam air • Serabut yg direndam di dasar perairan lebih cepat busuk

menempel pada lumpur busuk


Nelayan Lembaga penelitian perikanan
atau industri kimia dan tekstil
Cara praktis
Penggunaan senyawa metalik seperti :
•Ter aspal + bensin/minyak bensin • Potassium bichromate
•Ter kayu + bensin/minyak bensin • Copper nephtenate
•Carbolin + bensin/minyak bensin • Copper sulphate
•Penyamakan larutan “catechu” atau • Coprous oxide (misal testalin)
ekstrak kulit kayu atau kayu pohon
tertentu

Pengaruh pengawetan bergantung pada tingkat kohesi (kemampuan


melekat) antara zat pengawet dan serabut yang diawetkan

Cara pengawetan yang mempunyai efisiensi tinggi dan telah teruji :


1. Pengawetan testalin
2. Pengawetan dengan tannin + potassium bichromate
PENGAWETAN MENGGUNAKAN TESTALIN

1. Rebus jaring dalam larutan yang mengandung 2 %


bahan tannin (misal catechu atau ekstrak mangrove)
+ 1 % bahan coprous oxide (testalin) selama 30
menit
2. Keringkan jaring
3. Ulang perlakuan no. 1 dengan menambah 2 % tannin
4. Selagi jaring masih basah masukkan ke dalam
carbolineum
PENGAWETAN MENGGUNAKAN TANNIN + POTASSIUM
BICHROMATE
1. Rebus jaring dalam larutan yang mengandung 2 % tannin selama 30
menit
2. Keringkan jaring
3. Masukkan jaring ke dalam larutan yang mengandung 3 % potassium
bichromate selama 1 jam
4. Bilas dengan air dan keringkan
5. Masukkan jaring ke dalam larutan dengan menambah 2 % tannin
6. Masukkan jaring ke dalam carbolineum

Dalam proses ini telah dilakukan “tiga kali pencelupan –


three-bath-method (3, 5, 6)

Merupakan hasil pengawetan jaring yg terbaik dlm perikanan


Untuk efisiensi dalam pengawetan :
1. Pengawetan terbaik sekalipun hanya dapat memperlambat
pembusukan serabut tumbuh-tumbuhan dalam air, bukan untuk
mencegahnya ;
2. Berbagai macam serabut tumbuh-tumbuhan mempunyai reaksi yang
berbeda terhadap pengawetan. Tingkat perlindungan tertinggi terjadi
pada cotton (katun)
3. Cara pengawetan yg efisien memerlukan tenaga dan biaya tidak kecil,
orang perikanan lebih suka menggantinya dengan cara yang kurang
efisien dengan hasil yang tidak memuaskan
4. Pengawetan jaring dapat menimbulkan pengaruh sampingan terhadap
sifat fisik jaring, seperti stiffness, fleksibilitas, ekstensibilitas,
elastisitas, breaking strength, bobot jaring, warna, shrinkage dan
diameter, akhirnya dapat menimbulkan kerugian bagi penggunaan
alat penangkapan ikan
HASIL PENGAWETAN SERABUT ALAMI
50

45
Daya tahan
40

35 Perlakuan :
Daya tahan serabut

30 0 Tanpa pengawetan
25
1 Coal tar
2 Carbolineum
20
3 Tannin - catechu (2 kali)
15 4 Tannin (2 kali) + carbolineum
10 5 Tannin + testalin (2 kali)
6 Tannin + testalin (2 kali) + carbolineum
5
7 Tannin + potassium bichromate (2 kali)
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Perlakuan Catatan : Dengan perlakuan 7, daya tahan benang
katun mencapai lebih dari 60 kali lipat
Manila Cotton
 Serat biji-bijian (Katun, kapuk)
 Serat kulit (Jute, hemp, rami)
 Serat pohonan (jerami padi, batang bambu)
 Serat buah (serabut kelapa/coir)
 Serat daun (daun nenas, sisal, agave, rumput
teki)
SERABUT ALAMI
Serabut Hasil pintalan Tipe Alat Tangkap
Nama Asal/Bagian Tanaman dalam yang diinginkan Jenis Alat Tangkap
L Ǿ Sifat
perdagangan
mm mm
Untuk alat tangkap yg Gillnet, Pukat (Seine
0,01 memerlukan bahan net), Trawl berukuran
20 - Sangat
Cotton* Dari tanaman biji-bijian
50
-
halus
Ǿ = 0,2 mm sangat kecil sampai kecil, Fyke nets,
0,04 berbagai ukuran yang Trapnets, Liftnets,
sangat besar Trammel nets
Serabut daun dari jaringan Untuk alat tangkap yang
Keras, Bottom trawls, tali
Sisal daun dan dasar daun dari
kasar
memerlukan bahan keras
(ropes)
tanaman agave (sisal) dan kuat (heavy netting)
Serabut daun dari jaringan Untuk alat tangkap yang
Keras, Bottom trawls, tali
Manila daun dan dasar daun dari
kasar
memerlukan bahan keras
(ropes)
serat tanaman pisang dan kuat (heavy netting)
Serabut kulit pohon yang
Linen diambil dari jaringan kulit Salmon gillnet
pohon
Serabut kulit pohon yang
Stow net, Trawl net (di
Hemp diambil dari jaringan kulit
sungai-sungai Eropa)
pohon
Serabut kulit pohon yang
Drift net (di kawasan
Rami diambil dari jaringan kulit
Asia)
pohon
* Cotton (Katun) merupakan bahan paling penting untuk pembuatan jaring di waktu lampau
L = panjang ; Ǿ = diameter
SISAL ( Agave sisalana)
MACAM
SERABUT
ALAMI

Tanaman Sisal Tali Sisal


Panen sisal
Hemp (Cannabis sp)
MACAM
SERABUT
ALAMI

Hemp rope

Hemp
Tali Coir - Coconut

MACAM SERABUT ALAMI


Kapas (Gossypium hirsutum)

MACAM SERABUT ALAMI


MACAM SERABUT ALAMI
Manila (Musa textilis)
Abaca (Musa textilis)

MACAM SERABUT ALAMI


Nenas (Ananas sp) MACAM
SERABUT
ALAMI
Agel, gebang (Corypha utan)

Rami
MACAM SERABUT ALAMI
SEDIKIT MENYERAP AIR

TAHAN PEMBUSUKAN

TIDAK TERPENGARUH SUHU, SINAR


MATAHARI & ZAT-ZAT KIMIA

BENTUK DAN UKURAN STABIL


SETELAH DIBENTUK BENANG JARING
TAHAN TERHADAP TARIKAN, GESEKAN &
GAYA YANG BEKERJA YANG BERULANG-
ULANG

HALUS & FLEKSIBEL

ELASTIS

DIAMETER HOMOGEN
MUDAH DIPEROLEH

DAPAT DIPRODUKSI DALAM JUMLAH BESAR

SIFAT-SIFAT LAIN SESUAI DGN API :


TRANSPARANSI (GILL NET)
KUAT (TRAWL NET)
CEPAT TENGGELAM (PURSE SEINE)
MUDAH DITUMBUHI ALGA (TRAP)
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Kondisi ruang uji standar
Ukuran di dalam kamar laboratorium selama pengujian berlangsung,
Suhu = 20 ± 2 ºC
Kelembaban = 65 ± 2 %

2. Kondisi contoh uji standar


Contoh uji dalam keadaan “moisture equilibrium” (jika contoh uji
dikeringkan pada suhu 40-50 ºC, lalu dibiarkan dalam kondisi ruang uji
standar hingga mempunyai berat dan keadaan higroskopis yang
konstan)

3. Ketegangan uji standar


Ketegangan standar sebelum pengujian dilakukan, yaitu ketegangan
yang tidak mengakibatkan perpanjangan bahan uji
UJI UNTUK BENANG JARING
1. Berat bahan (berat kering, berat basah, berat dalam air)
2. Diameter
3. Ply number
4. Arah pilinan
5. Konstruksi benang
6. Twisting shrinkage (penyusutan pemilinan)
7. Breaking strength dan extensibility (perpanjangan)
8. Shrinkage dan lengthening (penyusutan & perpanjangan)
9. Kekakuan (stiffness)
10. Abrasion resistance (abrasion against hard objects dan abrasion
against itself)
11. Knot strength (kekuatan simpul)
12. Sinking speed (kecepatan tenggelam)
BERAT (WEIGHT)

Kondisi (standar atm) :


- dry weight
- wet weight
- berat jaring dalam air
UJI UNTUK JARING
1. Dimensi jaring
2. Kekuatan jaring (kekuatan mata jaring, kekuatan badan
jaring, kekuatan koyak jaring dan kekuatan gesek jaring
bermata kecil)
3. Stabilitas simpul (ketahanan untuk tetap pada bentuknya,
ketahanan tidak slip, ketahanan terbuka)
4. Berat jaring (berat dalam air)
5. Polusi jaring
6. Visibility (daya tampak)
7. Ketahanan hidrodinamika dari jaring
8. Penggantungan badan jaring
9. Lain-lain (ketahanan terhadap cuaca-penyinaran matahari,
reaksi terhadap suhu, uji biologis-kebusukan)
DRY WEIGHT
• pasang contoh uji pada clamp
• atur jarak antara 2 clamp → 1 m
• tegangkan → ujung atas diikatkan pada pengait
di bawah piring timbangan hingga contoh
menggantung
• beri beban → pretension 500 m-weight
• tarik ujung bagian bawah, hingga titik “O”
(seimbang) pada skala timbangan
• penjepit dipererat
• potong contoh pada kedua clamp
• ulangi 10 x 1 m (timbang)
• hitung Rtex/runnage → g/km - m/kg
WET WEIGHT

Prosedur sama, hanya bahan direndam

• hitung berat bahan kering


• bahan direndam dalam air
• hitung beratnya (gram)
BERAT DALAM AIR (WEIGHT IN WATER)
→ bergantung : UJI UNTUK JARING
1. berat jenis
2. Vair meresap ke dalam bahan
3. adanya gelembung udara dalam bahan

Prosedur :
• rendam contoh dalam air dengan berat telah
diketahui (misalnya: 15 g)
• ikat pada timbangan
• gantungkan dalam air (suling, tawar, laut) dengan
t0 = 20 0C (680F)
• catat beratnya
BERAT KERING DAN DALAM AIR (DRY & WEIGHT IN
WATER)
weight in water (g)
Weight in water (%) = X 100
air -dry water (g)
suling

(BJ bahan )
Berat dalam air laut (%) = x 100
(1 - BJ air laut)

0,998
BJ bahan =
berat dalam air suling
1-
berat contoh di udara
DIAMETER
• penampang melintang bundar,
oval, persegi panjang
• belum standar
• menggunakan mikrometer (dapat
dikalibrasi)

!!! kemuluran
PLY NUMBER

Twine (S-Twist)
ARAH PILINAN

S-Twist Z-Twist
Arah pilinan
serabut
S Z Mono filamen
S
Single yarns

Z Folded yarns Netting yarns

S
Cabled yarns of the first order

Z Cabled yarns of the second order

S Cabled yarns of the third order / Netting yarns


KONSTRUKSI BENANG BERJALIN
18 single yarns Strand (8) Braided netting twine

x x

panjang setik
Core dengan 2
single yarns
Tiap strand dengan 2 single yarns

tidak termasuk
bahan anyaman
Mesin uji Tarik benang
Cara melakukan uji kekuatan tarik benang
TERIMA KASIH
PERAWATAN DAN PENGAWETAN Divisi Kapal, Alat, dan
KOMPONEN API DARI BAHAN Teknologi Penangkapan
Ikan
ALAMI
BEBERAPA JUDUL RISET PENGAWETAN

The case of tetoron yarns breaking strength which have experienced the
preservation of papaya leaves
The effect of drying for the breaking strength of polyamide yarns which hava
experienced the preservation of jengkol bark extract

Study on strength broke and elongation yarn polyamide with the addition of
skin stem extract salam and jengkol …

Kekuatan putus dan kemuluran benang rami yang diawetkan dalam campuran
bahan pengawet alami nyirih, jarak, dan uba
Pengaruh perendaman dalam air sungai dan air laut terhadap daya tahan
tulangan bambu petung asal tomohon
Kekuatan putus benang jaring PA multifilamen 210d/6 pada penyimpanan
di ruang terbuka dan tertutup

Sinking speed yarn PE is preserved with guava leaf extract, papaya and
betel leaves
Study on strength broke and elongation yarn PA with addition of skin stem
extract salam …
Pengaruh perendaman air tawar dan air laut terhadap kekuatan putus dan
kemuluran benang polyamide monofilamen
Pengaruh perendaman bambu petung, bambu hitam dan bambu apus di
air rawa
Pengawetan dengan lateks & rui: Pengaruhnya terhadap kekuatan putus
dan sifat-sifat fisik benang polymide dan polyethylene
TUJUAN
PENGAWETAN
❑ Meningkatkan daya
tahan API
❑ Efisiensi →
Menghemat biaya
❑ Efektivitas →
Memperlancar
operasional
PENYEBAB KERUSAKAN
❑ Pengaruh mekanis
disebabkan cara
pengoperasian dan gesekan
dengan badan kapal
❑ Pengaruh sifat-sifat bahan
karena reaksi kimia
disebabkan terkena minyak
❑ Pengerusakan oleh jasad-
jasad renik disebabkan
bakteri pembusuk
❑ Pengaruh alam disebabkan
gelombang, arus atau dasar
perairan
FAKTOR UTAMA PENYEBAB PEMBUSUKKAN
1. Jenis •Beda serabut beda ketahanan busuk
serabut •Tahan terhadap busuk : linen, hemp, rami,
cotton, sisal, manila, coir
•Dlm penangkapan, semua serabut alami tidak
tahan terhadap pembusukan
•Semakin panas semakin cepat proses
pembusukan
2. Suhu air •Di tropis lebih cepat busuk dibandingkan daerah
beriklim sedang
•Dalam air mengalir lebih cepat rusak dari air
tenang
•Dalam perairan yang subur lebih cepat rusak
3. Daya busuk •Serabut yg terus-menerus dalam air lebih cepat
air busuk daripada yang digunakan beberapa waktu
4. Lama •Serabut yg direndam di dasar perairan lebih cepat
busuk
perendama menempel pada lumpur busuk
ORGANISME
PEMBUSUK SELULOSA
▪ E.Actinomycetes merupakan salah satu
mikroorganisme yang mampu
mendegradasi selulosa di samping
bakteri, kapang, dan khamir (Abe et
al., 1979; Nakase et al., 1994; Xu et
al., 1996).
▪ Jumlah Actinomycetes meningkat
dengan adanya bahan organik yang
mengalami dekomposisi (Nonomura
and Ohara, 1971)
▪ Actinomycetes adalah mikroorganisme
peralihan antara bakteri dan jamur
karena mikroorganisme ini mempunyai
sifat-sifat seperti bakteri dan jamur
(Paul and Clark, 1989)
Tidak
Pemeliharaan
langsung
Penyamakan nabati:
Tinggi, turi
Mencegah Penyamakan hewani:
kontaminasi Putih telur, darah
Pengawetan
API Penyamakan kimia:
Ter, copper, napthenase, testalin,
tannin, potassium bichromate
Menjemur pada matahari langsung
1. Bahan alami baik untuk membunuh
Sterilisasi mikroba. 2. Sintetis tidak baik jika
Langsung
dijemur

Perebusan

Kombinasi
(Sterilisasi &
kontaminasi)
PEMELIHARAAN API
▪ Menyimpan pada tempat yang aman
▪ Menghindari sinar matahari langsung
▪ Pemakaian alat dengan hati-hati
▪ Memperbaiki kerusakan kecil dan sedini
mungkin
SYARAT BAHAN PENGAWET API
▪ Bersifat racun terhadap makhluk perusak
▪ Mudah meresap dan mengisi pori-pori benang
atau tali
▪ Bersifat tidak mudah luntur atau menguap
▪ Bersifat toleran terhadap bahan-bahan lain,
misalnya: logam, perekat, dan lain-lain
▪ Tidak merusak sifat-sifat benang/tali: sifat fisik,
mekanik, dan kimia. Bahkan diharapkan dapat
membuatnya lebih baik
▪ Tidak berbahaya bagi kesehatan dan
lingkungan
▪ Bahan baku mudah diperoleh dan murah
PENYAMAK NABATI DENGAN TINGGI
▪ Tinggi adalah kulit bakau (Ceriop Condolena Ain dan Ceriop
Rox Burqhiana Ain) yang di tumbuk halus kemudian direbus.
▪ Biasanya nelayan melakukannya 25 hari sampai 30 hari
sekali
Cara kerja:
▪ Rebus Tingi dengan air tawar (1:5 atau 1:10)
▪ Setelah mendidih masukkan jaring sampai terendam
▪ Rendam jaring dalam tiggi selama semalam
▪ Angkat jaring dan dijemur
▪ Jaring berwarna coklat kehitaman
PENYAMAK NABATI DENGAN TURI
Bahan utama adalah kulit pohon turi untuk penyamakan
tali pancing dan bahan dari serat alam
Cara kerja:
▪ Mengosok langsung tali dengan kulit pohon turi yang
masih basah. biasanya dibentangkan dan dibiarkan
kering anggin
PENYAMAK HEWANI PUTIH TELUR
▪ Khusus untuk penyamakan bahan pembuat alat tangkap jaring.
▪ Seperti benang lawe atau agel sebelum dijurai terlebih dahulu disamak
▪ Tujuan penyamakan ini agar benang tidak banyak melilit (melitir)
diwaktu dijurai
▪ Biasanya disertai dengan penyamakan lain setelah menjadi webbing
Cara kerja
▪ 10 butir telur dilarutkan dalam 2 liter air
▪ Rendam atau sikat benang dengan putih telur
▪ Benang dikukus 10-15 menit
▪ Jemur benang atau dikering anginkan
PENYAMAK HEWANI DARAH
▪ Darah yang digunakan biasa darah kerbau
▪ Di lakukan setelah benang menjadi jaring
▪ Penyamakan ini merupakan lanjutan dari penyamakan putih telur
Cara kerja
▪ Campur 4 kg darah kerbau dengan 4,5 liter air
▪ Jaring direndam atau disikat dengan darah
▪ Benang dikukus 10-15 menit
▪ Jemur benang atau dikeringkan dengan angin
PENYAMAK DARI BAHAN KIMIA-TER
Ter merupakan hasil tambang batu bara yang didestilasi
destruktif pada suhu 119 C – 141 C
Keuntungan
▪ Tahan terhadap bakteri pembusuk
▪ Tahan terhadap pengikisan/gesekan
▪ Mencegah meresapnya air terlalu banyak
Cara kerja
▪ Larutkan TER dengan Gasolin (minyak)
▪ Panaskan sampai mencair
▪ Celupkan alat tangkap kedalam larutan yang panas
▪ Jangan terlalu tebal lalu angkat tiriskan
▪ Rendam dalam air tawar 12 jam
▪ Keringkan
PENYAMAK DARI BAHAN KIMIA-COPPER DAN
NAPTHENESE
Cara kerja
▪ Larutkan 18 liter Cu dengan 54 liter parafin
▪ Celupkan alat tangkap kedalam larutan tersebut selama 2 jam
▪ Angkat dan angin-anginkan sampai kering
PENYAMAK DARI BAHAN KIMIA TANNIN-TESTALIN
Cara kerja
▪ Larutkan 2% tannin dengan 1% testalin
▪ Angkat jaring dan keringkan
▪ Ulangi lagi dengan menambahkan 2% tannin, selagi basah jaring
dimasukan kedalam larutan Carbolineum (minyak) dan keringkan
PENYAMAK DARI BAHAN KIMIA-TANNIN DAN
POTASSIUM
Cara kerja
▪ Rebus jaring dalam 2% larutan tannin selama 30 menit
▪ Angkat keringkan
▪ Rendam jaring 1 jam dalam larutan 3% potassiun
▪ Bilas dengan air tawar lalu keringkan
▪ Ulangi rendam dalam 2% larutan tannin
▪ Dalam keadaan basah masukan ke dalam larutan Carbolineum
❑ Pengawetan dengan bahan Tannin-Testalin, dan Tannin-Pottasium paling
efektif dibanding jenis pengawet lainnya
❑ Bakteri tidak dapat menembus kulit luar serat
❑ Zat pengawet yang digunakan oleh kedua metode tersebut tidak mudah
dibersihkan dengan air
❑ Benang kapas yang diawetkan dengan kedua metode ini akan memiliki
daya tahan yang tinggi terhadap pembusukan
❑ Benang yang diawetkan menggunakan ter, akan memiliki ketahanan
gesekan yang lebiih baik
HASIL PENGAWETAN SERABUT ALAMI-KATUN
50

45

40

35 Perlakuan :
Daya tahan serabut
30 0 Tanpa pengawetan
25 1 Coal tar
20 2 Carbolineum
15 3 Tannin - catechu (2 kali)
10 4 Tannin (2 kali) + carbolineum
5 5 Tannin + testalin (2 kali)
0 Tannin + testalin (2 kali) +
0 1 2 3 4 5 6 7
6 carbolineum
Perlakuan
Tannin + potassium
Manila Cotton
7 bichromate (2 kali)

Dengan perlakuan 7, daya tahan benang katun mencapai lebih dari 60 kali lipat
PENGARUH PENGAWETAN TERHADAP SIFAT FISIK
DAN MEKANIK TALI

Sumber: Puspito 2009


PENGARUH PENGAWETAN TERHADAP SIFAT FISIK
DAN MEKANIK TALI

Sumber: Puspito 2009


BEBERAPA JUDUL RISET

Ketajaman penglihatan juhi terhadap purse seine


Ketajaman penglihatan gulamah kaitannya dengan
respon penglihatan terhadap objek jaring arad
Kekuatan lentur dan belah bambu betung
(dendrocalamus asper) untuk materi pelataran bagan
apung
Perbandingan hasil tangkapan bubu bambu dan
bubu lipat di perairan Palabuhanratu, kabupaten
Sukabumi, Jawa Barat
Respon rajungan (Portunus pelagicus, Linnaeus
1758) terhadap warna cahaya yang berbeda
Kinerja baterai air laut sebagai sumber energi lampu
light emitting diode (LED) pemikat ikan
Respon mimi terhadap cahaya LED merah intensitas
berbeda untuk mitigasi bycatch jaring insang dasar
Asosiasi ikan karang pada atraktor cumi-cumi
berbahan pipa PVC
Studi laut dalam dengan bubu di Teluk
Palabuhanratu
Degradable material sebagai bahan pembentuk
perangkap lipat ramah lingkungan
IKAN

DPI
MATERIAL MPI
API & ABPI
WAKTU

JENIS
API/ABPI
SERABUT
ALAMI

UMUR SINGKAT

BIAYA TINGGI
SERABUT
SINTETIS

TIDAK
MEMBUSUK

UMUR TEKNIS
LAMA

MEMBERI
MEMUDAHKAN
KEUNTUNGAN USAHA
KEHIDUPAN NELAYAN
PERIKANAN
SERABUT ALAMI
(selulose dan protein)
hanya dapat diubah menjadi bentuk serabut
(cellulose rayon, cellulose wool, protein rayon)

SERABUT SINTETIS
serabut buatan dari bahan sintetis yang
dihasilkan dari phenol, benzena, acetylene,
prussic acid dan chlorine.
SERAT SINTETIS
istilah ilmiah dan teknis untuk proses
kimia dengan unsur kimia yang sederhana
digabung menjadi susunan baru secara
lengkap dan kompleks sehingga memiliki
sifat-sifat baru yang semakin rumit dan
berbeda/berubah dari sifat semula.
TIDAK MEMBUSUK
Non selulosa sebagai
media tumbuh bakteri pembusuk

KELEBIHAN
SERABUT KEKUATAN PUTUS TINGGI
SINTETIS diameter benang < serat alami

TIDAK MENYERAP AIR


hanya berupa rongga
diantara serat
DENSITAS < AIR LAUT

KELEBIHAN
SERABUT Ø <<, R <<
SINTETIS

PERMUKAAN HALUS
(TAHAN GESEKAN)
Hemp Rami Manila
Tali ris
atas

Pelampung Pelampung

Selvage
Tali Pelampung

Tali ris Badan Jaring


bawah

Jangkar
Pemberat
KOMPONEN ABPI
BEBERAPA JUDUL RISET

Alat otomatisasi atraktor ikan tuna (thunnus sp.) melalui kolaborasi


sistem lacuba
Penggunaan stick light terhadap hasil tangkapan pancing ulur
Behavioral response and retinal adaptation of Blue swimming crab
(Portunus pelagicus) exposed to LED lights–Led light as a potential
artificial attractant in trap
Tingkah laku ikan nila terhadap warna cahaya lampu yang berbeda
Pengaruh penggunaan lampu minyak tanah di bawah air pada bubu
sero terhadap hasil tangkapan di pertambakan kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang
Lampu LED bawah air sebagai alat bantu pemikat ikan pada bagan
apung
Analisis hasil tangkapan mini purse seine menggunakan jumlah lampu
yang berbeda
Pengaruh pemikat cahaya berkedip pada bubu terhadap hasil
tangkapan ikan karang
Pengaruh warna cahaya lampu dan intensitas cahaya yang berbeda
terhadap respons benih ikan bandeng (chanos–chanos forskal)
Respon ikan kerapu bebek terhadap perbedaan warna atraktor cahaya
buatan
Penggunaan warna lampu bawah air yang berbeda pada bubu lipat
modifikasi satu pintu terhadap hasil tangkapan rajungan
PERIODE AKTIVITAS
MAKAN IKAN

DIURNAL

Matahari
Matahari terbit
tenggelam
Krepuskular Krepuskular
Remang-remang Remang-remang

Senja Fajar
NOKTURNAL
RANTAI MAKANAN

Ikan besar

Pengurai

Ikan kecil

Fitoplankton

Zooplankton
SASARAN TANGKAP

UDANG REBON
LAYUR
IKAN TERI

JENIS-JENIS IKAN
NOKTURNAL

CUMI-CUMI IKAN SELAR

IKAN KEMBUNG
IKAN DI SEKITAR SUMBER CAHAYA
SUMBER CAHAYA
HASIL UJI WARNA CAHAYA

MERAH

HIJAU > 90% PUTIH

KUNING PUTIH

BIRU PUTIH

PUTIH
ADAPTASI WARNA CAHAYA
LAMPU GANTUNG ATAU CELUP
LAMPU GANTUNG
ARAH CAHAYA
LAMPU PETROMAKS PETROMAKS
PRINSIP PENGOPERASIAN LAMPU PETROMAKS
PRINSIP PENGOPERASIAN BAGAN RAMBO
ANEKA LAMPU CELUP
ANEKA LAMPU GANTUNG
PRINSIP PENCAHAYAAN NELAYAN

• CAHAYA DIPANCARKAN
1 KE SEGALA ARAH

• CAHAYA KE SEKITAR
2 BAGAN DIMATIKAN

• CAHAYA DI ARAHKAN KE
3 BAWAH
SUMBER CAHAYA PILIHAN

DIMMER
LAMPU PIJAR

LAMPU LED
SYARAT LAMPU BAGAN

• MURAH & TERSEDIA


1
• LAMPU
2 BERFILAMEN

• CAHAYA TERANG
3
• MEMILIKI
4 REFLEKTOR
METODE OPERASI LAMPU
BAGAN

ILUMINASI CAHAYA
TINGGI
(+ REFLEKTOR)

SEBARAN CAHAYA
(LUAS --- SEMPIT)

PEREDUPAN
METODE OPERASI LAMPU
BAGAN
METODE OPERASI LAMPU
BAGAN
SEBARAN CAHAYA LAMPU
LED DAN TL 45 WATT

LAMPU HPL LAMPU TL = 45 W


KOMPONEN ALAT BANTU
PENANGKAPAN IKAN

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


IPB UNIVERSITY
BEBERAPA JUDUL RISET
PERBANDINGAN KARAKTERISTIK IKAN PADA RUMPON
DENGAN ATRAKTOR IJUK DAN DAUN KELAPA
KAJIAN TERHADAP PERIFITON DAN HUBUNGANNYA
DENGAN KEBERADAAN IKAN PELAGIS PADA RUMPON
PENGARUH PERBEDAAN BAHAN ATRAKTOR (DAUN
KELAPA, NIPAH DAN PINANG) TERHADAP HASIL
TANGKAPAN IKAN PELAGIS
PENGARUH PENGGUNAAN RUMPON PADA BAGAN
APUNG TERHADAP HASIL TANGKAPAN
PENGGUNAAN ATTRACTOR DALAM PENGOPERASIAN
BUBU RAJUNGAN
PENGARUH PERBEDAAN PELAMPUNG RUMPON
RAKIT BAMBU DAN PLASTIK TERHADAP HASIL
TANGKAPAN IKAN PELAGIS
PENGOPERASIAN PURSE SEINER MENGGUNAKAN
CAHAYA DAN RUMPON SEBAGAI PEMIKAT IKAN
SERTA SONAR SEBAGAI ALAT PENDETEKSI IKAN
INOVASI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
KARANG DENGAN BUBU DASAR BERUMPON
RUMPON HIDUP DAN HUBUNGANNYA DENGAN
STRUKTUR KOMUNITAS IKAN SECARA SPASIAL
TEMPORAL
RUMPON LAUT DALAM DENGAN ATRAKTOR LIMBAH
JARING PAYANG
PENGARUH RUMPON SAWIT TERHADAP HASIL
TANGKAPAN CUMI-CUMI PADA BAGAN TANCAP
RUMPON HIDUP & HUBUNGANNYA DGN STRUKTUR
KOMUNITAS IKAN SECARA SPASIAL TEMPORAL
PENGGUNAAN ATRAKTOR UMPAN IKAN RUCAH
TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG DI
TELUK PALABUHANRATU
PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN
HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP
PENGGUNAAN ATRAKTOR UMPAN CACING TANAH
TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG DI
TELUK PALABUHANRATU

PENGARUH PERBEDAAN ATRAKTOR PADA RUMPON


PERMUKAAN TERHADAP HASIL TENANGKAPAN DI
PERAIRAN KARANG TELUK BELEBUH
PENGGUNAAN ATRACTOR DALAM PENGOPERASIAN
ALAT TANGKAP BUBU RAJUNGAN DI KABUPATEN
JEPARA, JAWA TENGAH
INOVASI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN KARANG
DENGAN BUBU DASAR BERUMPON
TUJUAN

MENCIPTAKAN DAERAH PENANGKAPAN


IKAN UNTUK MEMUDAHKAN OPERASI
PENANGKAPAN
ALASAN IKAN MENDEKATI RUMPON

BERLINDUNG & MENCARI MAKANAN BERUPA


PLANKTON, UDANG-UDANGAN, IKAN-IKAN
KECIL, & TELUR IKAN,
JENIS-JENIS IKAN
IKAN LAYANG (DECAPTERUS SP.), KEMBUNG
LELAKI (RASTRELLIGER KANAGURTA),
KEMBUNG PEREMPUAN (RASTRELLIGER
MACROSOMA), SELAR (SELAROIDES SP.),
LEMURU (SARDINELLA LEMURU), TEMBANG
(SARDINELLA FIMBRIATA), TONGKOL (AUXIS
THAZARD), CAKALANG (KATSUWONUS
PELAMIS), TENGGIRI (SCOMBEROMORUS SP),
MADIDIHANG (THUNNUS ALBACARES), &
LAYARAN (ISTIOPHORUS GLADIUS) GLADIUS
RANTAI MAKANAN

Ikan besar

Pengurai

Ikan kecil

Fitoplankton
Zooplankton
SYARAT-SYARAT

1. SEGAR;
2. BERSELUSOSA;
3. CEPAT BUSUK (15 HARI);
4. SERAT PANJANG & LIAT;
5. MENEDUHKAN;
6. MUDAH DIPERBAHARUI
JENIS DAUN IDEAL
RUMPON IDEAL
KOMPONEN RUMPON
DESKRIPSI RUMPON

No Bagian Keterangan
1. Pelampung Drum plastik, rakit
2. Tali tambat Tali, wire, rantai, swivel
3. Pemikat ikat Daun kelapa, lontar
4. Pemberat Batu, beton
PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE

UJI COBA PENANGKAPAN IKAN PADA RUMPON PORTABLE

Frekuensi
IKAN DATANGLAH !!!!!!!!
suara

Tali rami
JALUR MIGRASI TUNA DI SAMUDERA PASIFIK
PENAMBAHAN RUMPON UNTUK MENINGKATKAN
HASIL TANGKAPAN KELONG TANCAP
TERUMBU BUATAN

Anda mungkin juga menyukai