Anda di halaman 1dari 7

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Hasil dari pembuatan pupuk organik cair ini yaitu :

Parameter Pengamatan Hari ke-0 Fermentasi Hari ke-10 Fermentasi


Warna Cokelat bening Cokelat pekat
Bau Bau segar Bau menyengat tajam
Kepekatan Cair Sedikit pekat

3.2 Proses Pempuatan Pupuk Organik Cair (POC)

Hasil dari proses pembuatan pupuk organic cair yaitu :

No. Gambar Keterangan


1. Persiapan alat : timba dengan tutup sebagai
wadah fermentasi dalam pembuatan pupuk
organik cair

2. Persiapan bahan : EM4 dengan takaran 100


ml

3. Persiapab bahan : penakaran air cucian beras


sebanyak 5 liter
4. Persiapan bahan : 1 butir ragi

5. Proses penuangan air cucian beras sebanyak 5


liter pada pembuatan pupuk organik cair
dalam ember

6. Penambahan bahan air kelapa 1250 ml pada


ember

7. Proses pengadukan bahan air cucian beras, air


kelapa dan molase (500 ml) pada ember

8. Penambahan ragi pada campuran bahan


pupuk
9. Penakaran EM4 100 ml

10. Penambahan EM4 pada ember sekaligus


proses pengadukan

11. Pemasangan selang pada tutup ember yang


sudah dilubangi dan penutupan celah ember
dan tutup dengan lakban hitam dan
difermentasi selama 10 hari

3.3 Pembahasan

Topik pertama praktikum mata kuliah “Hortikultura” adalah pembuatan pupuk organik
cair. Pengertian pupuk menurut Alcantara (2016) adalah bahan yang ditambahkan ke dalam
tanah untuk menyediakan sebagian unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman sehingga
tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hadisuwito (2012) menyatakan bahwa
berdasarkan asalnya, pupuk dapat dikelompokan menjadi pupuk anorganik dan pupuk
organik. Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan mineral yang telah diubah
melalui proses produksi sehingga menjadi senyawa yang mudah diserap olah tanaman,
sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan organik maupun mahluk
hidup yang telah mati, dan telah mengalami proses pembusukan oleh mikroorganisme
sehingga akan terurai dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Praktikum pembuatan pupuk organik cair menggunakan bahan-bahan berupa air


cucian beras sebagai bahan utama, air kelapa, EM4, molase dan ragi, sedangkan alat yang
digunakan yaitu ember (timba) yang lengkap dengan tutup embernya, selang bening kecil,
pengaduk kayu dan lakban. Bahan-bahan yang digunakan merupakan bahan yang memiliki
kandungan nutrisi baik. Untuk membuat pupuk organik cair dari bahan baku air cucian beras
5 liter, dibutuhkan campuran bahan air kelapa sebanyak 1250 ml, EM4 100 ml, molase 500
ml dan ragi sebanyak 1 butir. Bahan-bahan yang sesudah sesuai takaran kemudian dicampur
dalam satu wadah ember dan diaduk menggunakan pengaduk kayu. Tutup ember yang
digunakan sebelumnya telah dilubangi terlebih dahulu sebesar selang bening. Lubang yang
telah terbentuk pada tutup ember kemudian dipasangi selang bening sebagai jalan keluar bagi
CO2 hasil fermentasi anaerob.

Ember yang telah berisi campuran bahan-bahan ditutup dengan tutup ember secara
rapat dan ditambah dengan lakban diantara celah ember dan tutup ember. Bahan-bahan pupuk
organik cair dibiarkan dalam ember tertutup selama 10 hari dan pupuk siap digunakan pada
hari ke-10 tersebut. Penggunaan lakban pada proses pembuatan pupuk organik cair ini untuk
menghindari oksigen masuk pada ember karena pembuatan pupuk ini menggunakan prinsip
fermentasi anaerob. Hal ini sesuai dengan Nur (2016) yang menyatakan bahwa pengomposan
atau pembuatan pupuk organik merupakan suatu metode untuk mengkonversikan bahan-
bahan organik menjadi bahan yang lebih sederhana dengan menggunakan aktivitas mikroba.
Proses pembuatannya dapat dilakukan pada kondisi aerobic dan anaerobik. Pengomposan
aerobik adalah dekomposisi bahan organik dengan kehadiran oksigen (udara), produk utama
dari metabolis biologi aerobik adalah karbodioksida, air dan panas. Pengomposan anaerobik
adalah dekomposisi bahan organik tanpa menggunakan oksigen bebas; produk akhir
metabolis anaerobik adalah metana, karbondioksida dan senyawa tertentu seperti asam
organik. Simamora et al. (2005) pupuk organik cair adalah pupuk yang berasal dari hewan
atau tumbuhan yang sudah mengalami fermentasi. Didalam proses fermentasi senyawa
organik terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti gula, gliserol, asam lemak dan
asam amino.

Air cucian beras dipilih karena air cucian beras merupakan bahan ramah lingkungan
dengan kandungan nutrisi tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurhasanah (2011) yang
menyatakan bahwa limbah cucian beras merupakan hasil buangan yang berasal dari suatu
proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga) yang tidak lagi memiliki nilai
ekonomis, air cucian beras mengandung banyak nutrisi yang terlarut didalamnya diantaranya
adalah 80% vitamin B1, 70% vitamin B3 , 90% vitamin B6, 50% mangan, 50% fosfor, 60%
zat besi. Wardiah (2014) juga menyatakan bahwa kandungannya air cucian beras antara lain
karbohidrat, nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, sulfur, besi dan vitamin B1.

Penggunaan air kelapa pada pembuatan pupuk organik cair disebabkan karena
menurut Nurman (2017) air kelapa merupakan cairan endosperm yang mengandung senyawa
organik. Senyawa organik tersebut diantaranya adalah auksin dan sitokinin. Auksin berfungsi
dalam menginduksi pemanjangan sel, mempengaruhi dominansi apikal, penghambatan pucuk
aksilar dan adventif serta inisiasi perakaran, sedangkan sitokinin berfungsi untuk meransang
pembelahan sel dalam jaringan dan meransang pertumbuhan tunas. Warisno (2004)
menyatakan juga bahwa air kelapa dapat menjadi media tumbuh dan berkembang biaknya
mikroba. Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein, lemak, gula, sejumlah
vitamin, asam amino dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula yang terdapat dalam air
kelapa dapat menjadi sumber makanan bagi mikroba. Kadar gula dalam air kelapa yaitu 3
gram per 100 ml air kelapa dan menurun seiring dengan bertambahnya umur buah kelapa.

Proses pembuatan pupuk organik cair ini menerapkan proses fermentasi anaerob.
Fermentasi yang terjadi memerlukan starter untuk mulai fermentasi. Starter yang digunakan
pada praktikum ini adalah EM4. EM4 Hadisuwito (2012) merupakan campuran dari
mikroorganisme yang menguntungkan. Efek EM4 bagi tanaman tidak terjadi secara langsung.
Penggunaan EM4 akan lebih efisien bila terlebih dahulu ditambahkan bahan organik yang
berupa pupuk organik ke dalam tanah. EM4 akan mempercepat fermentasi bahan organik
sehingga unsur hara yang terkandung akan terserap dan tersedia bagi tanaman.

EM4 merupakan bahan yang membantu mempercepat proses pembuatan pupuk


organik dan meningkatkan kualitasnya. EM4 juga bermanfaat memperbaiki struktur dan
tekstur tanah menjadi lebih baik serta menyuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Proses
mempercepat proses pengomposan dengan bantuan effective microorganisms (EM4)
berlangsung secara anaerob. Bau hasil pupuk yang dihasilkan dapat hilang bila proses
berlangsung dengan baik. Jumlah mikroorganisme fermentasi di dalam EM4 sangat banyak
sekitar 80 genus. Dalam proses fermentasi bahan organik, mikroorganisme akan bekerja
dengan baik bila kondisinya sesuai. Proses fermentasi akan berlangsung dalam kondisi
anaerob, pH rendah (3-4), kadar garam dan kadar gula tinggi, kandungan air sedang 30-40%,
adanya mikroorganisme fermentasi, dan suhu sekitar 40-50oC (Indriani, 2002).

Bahan penting lain yang digunakan pada pembuatan pupuk organik cair adalah tetes
tebu (tetes tebu). Wijaya (2008) menyatakan untuk mempercepat proses pembuatan
diperlukan penambahan starter mikroorganisme dan aditif tetes tebu (molasses). Tetes tebu
berperan dalam pertumbuhan mikroba, karena mengandung sumber karbon dan nitrogen bagi
ragi dalam proses fermentasi. Prinsip fermentasi yaitu pemecahan senyawa organik menjadi
senyawa sederhana yang melibatkan organisme. Mikroorganisme inilah yang digunakan
untuk menjaga keseimbangan karbon (C) dan nitrogen (N) yang menjadi faktor penentu
dalam proses fermentasi.
Molasses merupakan hasil samping dari industri gula yang didapat setelah sukrosanya
dikristalkan dan sentrifuge dari sari gula tebu (Jamilah, 2017). Molasses mengandung
karbohidrat yang cukup tinggi untuk kebutuhan mikroorganisme, sehingga dapat dijadikan
bahan alternatif untuk sumber energi dalam media fermentasi. Sumber energy yang dihasilkan
bermanfaat untuk pertumbuhan sel mikroorganisme dan dapat meningkatkan kandungan
unsur hara terutama pada C-Organik untuk mengoptimalkan kualitas fermentasi pupuk
organik cair menjadi lebih tinggi (Herawati, 2017). Kelebihan molasses selain mudah didapat
dan harganya murah yaitu kandungan gula yang terdapat pada molasses membuat cairan ini
menjadi sumber energi yang tersedia bagi mikroorganisme.

Ragi dalam proses pembuatan pupuk organik cair juga berperan penting dalam
penyedia organisme yang berperan untuk menjalankan fermentasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Elfarisna (2014) ragi mengandung kapang, khamir, dan bakteri. Mikroorganisme
dari kelompok kapang akan menghasilkan enzim-enzim amilolitik yang akan memecahkan
amilum pada bahan dasar menjadi gula yang lebih sederhana (disakarida dan monosakarida).

Pupuk organik cair yang telah di fermentasi selama 10 hari dapat dibuka dari ember.
Pupuk hasil fermentasi dapat dilihat keberhasilanya dari indikator warna, bau dan kepekatan.
Hasil yang diperoleh adalah pupuk berbau menyengat, tekstur dari hasil pupuk lebih kental
dari sebelum fermentasi dan warna cokelat pekat (Tabel 1.1). Pupuk organik cair yang
dihasilkan pada praktikum ini menunjukkan hasil bahwa pembuatan pupuk organik cair
kurang berhasil karena dapat dilihat dari bau hasil fermentasi. Kegagalan dari pembuatan
pupuk ini dikarenakan beberapa hal seperti komponen bahan pupuk, waktu pembuatan, lama
fermentasi, pH dan kadar air. Kegagalan juga dapat disebabkan oleh air cucian beras yang
tidak segar lagi atau jumlah ragi yang dipakai. Pupuk organik cair dipelajari proses
pembuatannya karena pupuk ini merupakan pupuk yang cepat terurai, cepat diserap, ramah
lingkungan, dibuat dari bahan-bahan organik dan dapat langsung dipakai setelah proses
fermentasi selesai.

Penggunaan pupuk organik cair memiliki keunggulan yakni tidak merusak tanah dan
tanaman, pemanfaatan limbah organik sebagai pupuk dapat membantu memperbaiki struktur
dan kualitas tanah, karena memiliki kandungan unsur hara (NPK) dan bahan organik lainnya.
Pupuk organik mengandung unsur karbon dan nitrogen dalam jumlah yang sangat bervariasi
dan imbangan unsur tersebut sangat penting dalam mempertahankan atau memperbaiki
kesuburan tanah. Nisbah karbon nitrogen tanah harus selalu dipertahankan setiap waktu
karena nisbah kedua unsur tersebut merupakan salah satu kunci penilaian kesuburan tanah
(Hadisuwito, 2012).
Menurut Susetya (2012) bahwa pupuk organik yang cair adalah pupuk yang dapat
memberikan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman pada tanah, karena bentuknya yang
cair, jika terjadi kelebihan kapasitas pupuk pada tanah maka dengan sendirinya tanaman akan
mudah mengatur penyerapan komposisi pupuk yang dibutuhkan. Pupuk organik yang
berbentuk cair dalam pemupukan lebih merata, tidak akan terjadi penumpukan konsentrasi
pupuk di satu tempat, pupuk organik cair mempunyai kelebihan dapat secara cepat mengatasi
defesiensi hara dan mampu menyediakan hara secara cepat. Pupuk organik cair mempunyai
banyak kelebihan diantaranya, pupuk tersebut mengandung zat tertentu seperti
mikroorganisme jarang terdapat dalam pupuk organik padat dalam bentuk kering.

Tabel 1.1 Pupuk organik cair (POC) sebelum fermentasi dan sesudah fermentasi 10 hari

Gambar Hari Ke-0 Fermentasi Gambar Hari Ke-10 Fermentasi

Anda mungkin juga menyukai