Anda di halaman 1dari 1

Bentuk eksternalitas yang terjadi pada kasus tersebut adalah eksternalitas

negatif. Hal ini dikarenakan akibat alih fungsi lahan tersbut tidak hanya
berdampak kepada masyarakat hulu saja tetapi sepanjang aliran DAS akan terkena
dampaknya. Akibat alih fungsi lahan dari lahan hutan menjadi lahan pertanian
apel akan meningkatkan potensi banjir dan juga pncemaran air sungai akibat
praktek-praktek pertanian konvensional yang tidak memperhatikan keberlanjutan
pertanian.

Banjir terjadi karena perubahan dan pengelolaan penggunaan lahan yang


tidak tepat (Woube, 1999), sedangkan perubahan penggunaan lahan bersifat
dinamis terhadap besarnya debit aliran sebagai respon terhadap curah hujan
(Asdak, 2010). Curah hujan tinggi yang tidak mampu diserap oleh tanah karena
daerah resapan air yang berkurang dan saluran sungai yang tidak mampu
menampung kelebihan limpasan air menyebabkan banjir. Irianto (2000)
menyebutkan bahwa dalam kurun waktu tahun 1981-1999, hulu DAS seluas
14.860 ha telah beralih fungsi, meliputi pengurangan 2 ha hutan, 35 ha kebun
campuran, 43 ha sawah teknis, 18 ha sawah tadah hujan, dan 152 ha tegalan dan
semuanya berubah menjadi kawasan pemukiman.

Berdasarkan hal tersebut, penataan ruang kawasan DAS sangat diperlukan


agar diperoleh alokasi pemanfaatan ruang yang sesuai dengan kondisi dan
kapasitas sumber daya wilayah, memenuhi kebutuhan konservasi dan ekonomi
yang mendukung pengelolaan usahatani secara bersamaan dalam sistem
kelembagaan yang kuat.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Tri Ratna, Dkk. 2014. Penataan Ruang DAS Ciliwung Dengan Pendekatan
Kelembagaan Dalam Perspektif Pengelolaan Usahatani. STPP Bogor.

Anda mungkin juga menyukai