Anda di halaman 1dari 78

Merekam

Pandemi
Covid-19 dan
Memahami
Kerja Keras
Pengawal
APBN
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Kata yang sangat tidak mudah bagi berbagai negara di dunia. Setelah diumumkan sebagai pandemi global pada
11 Maret 2020 oleh WHO, Covid-19 benar-benar menjadi ancaman nyata yang tidak hanya mempengaruhi
sektor kesehatan, tetapi juga mendisrupsi aspek lainnya seperti sosial, ekonomi, dan keuangan. Berawal
dari Tiongkok, virus Covid-19 dengan cepat menyebar ke belahan dunia lain, termasuk Indonesia.

Pengantar
Memasuki Maret 2020, pandemi Covid-19 mulai menghampiri Indonesia. Saya ingat pada waktu itu,
beberapa orang yang cukup sering berinteraksi dengan saya diumumkan positif Covid-19. Kemudian,
beberapa kerabat dan bahkan jajaran pegawai Kementerian Keuangan juga diberitakan meninggal
dengan status positif terinfeksi. Dengan pesat dan banyaknya kabar duka di awal pandemi, saya merasa
seolah-olah Tuhan sedang menurunkan malaikat pencabut nyawa ke dunia secara bersamaan dalam
jumlah yang sangat banyak. Rasa sedih dan khawatir itu terasa sangat nyata. Tetapi saya paham, sebagai
pejabat publik, kejernihan pikiran sangat diperlukan untuk merunut dampak dari fenomena ini. Kejernihan
pikiran menjadi kunci untuk menghasilkan kebijakan yang mampu menjadi bantalan di masa sulit seperti
sekarang.

Sama halnya dengan negara lain, Indonesia menerapkan langkah pencegahan Covid-19 mulai dari
pembatasan masuk ke Indonesia, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan saat ini penerapan
“Sangat-sangat berbeda.” Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan skala mikro hingga ke RT/RW. Tentu
saja kebijakan yang mengerem aktivitas masyarakat tersebut langsung berdampak pada pertumbuhan
Tanpa ragu, saya menjawab demikian ketika ekonomi. Kita melihat daya beli masyarakat yang menurun dan aktivitas sektor usaha yang terhenti.
tim Buku Putih Covid-19 Kementerian Keuangan
mewawancarai saya menyoal perbandingan antara Situasi yang bergerak dengan sangat cepat ini membuat kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
krisis Covid-19 dan periode-periode krisis lainnya memang harus terus menyesuaikan dengan dinamika yang ada. Ketika Pemerintah melihat Covid-19
yang pernah saya lalui. Krisis ekonomi karena masih terkonsentrasi di Tiongkok, maka kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah lebih menyasar sektor
pandemi Covid-19 adalah tantangan besar, belum yang langsung mendapat tekanan, seperti sektor pariwisata maupun industri terdampak.
pernah terjadi sebelumnya. Alih-alih statis, sumber
krisis saat ini begitu dinamis. Sumber krisisnya
bukan neraca keuangan yang man-made dan bisa Namun, ketika Covid-19 mulai memasuki Indonesia dan Pemerintah mulai melihat adanya potensi krisis
disesuaikan, tetapi virus yang terus bergerak, yang lebih jauh, Pemerintah pun merespons dengan serangkaian kebijakan luar biasa untuk melindungi
menyebar, dan bermutasi, tanpa bisa diatur. masyarakat, ekonomi, dan keuangan, termasuk dengan memperbolehkan pelebaran defisit APBN melebihi
Bahkan, jika dibandingkan dengan krisis akibat 3 persen dari PDB. Kebijakan Pemerintah selalu menjadikan kesehatan sebagai sektor prioritas dalam
Flu Spanyol di tahun 1918, ada faktor mobilitas penanganan pandemi Covid-19, yang berjalan beriringan dengan program dukungan di sisi ekonomi
dan pergerakan manusia yang pada waktu itu seperti jaring pengaman sosial atau bantuan sosial, dan dukungan kepada dunia usaha.
belum sehebat saat ini—menjadikan upaya untuk
membendung virus menjadi sangat menantang. Di lingkungan Kementerian Keuangan, Covid-19 juga telah mengubah cara kerja kami. Rapat koordinasi
Kita seperti sedang memijak pondasi yang terus untuk merumuskan kebijakan APBN dan keuangan negara dalam menangani penyebaran Covid-19
bergerak, sambil dituntut untuk segera merespons dilakukan secara daring untuk mengurangi potensi penularan virus. Pedoman dan aturan kerja dari rumah
situasi agar tidak menjadi semakin buruk. secara sigap dipersiapkan sehingga semua pekerjaan dan pelayanan kepada masyarakat tidak begitu
terganggu.
Covid-19 telah mengubah banyak hal. Tahun
Sri Mulyani Indrawati, 2020 yang dibuka dengan berbagai harapan akan Dari sisi personal, periode krisis ini juga mengubah cara pandang saya terhadap hal-hal kecil yang
Menteri Keuangan Republik Indonesia pemulihan ekonomi global justru menjadi tahun sederhana. Pertemuan dengan cucu saya yang tadinya sangat mudah tanpa kendala apa-apa, saat

2 3
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

pandemi berubah menjadi momen yang sangat berharga, apalagi ketika saya tidak dapat bertemu dengan
mereka dalam waktu yang cukup lama. Hal-hal kecil seperti ini, memberikan pelajaran yang dalam bagi
saya, terutama untuk menjadi pribadi yang selalu rendah hati dan memiliki empati. Rendah hati bahwa
saya tidak dapat menyelesaikan krisis ini sendirian. Dan rasa empati agar perumusan kebijakan selalu
berangkat dari niat baik untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Saya sangat senang dengan kehadiran buku “Merekam Pandemi Covid-19 dan Memahami Kerja
Keras Pengawal APBN” ini. Buku ini mencoba mendokumentasikan dinamika dan dampak Covid-19,
termasuk bagaimana respons kebijakan Pemerintah dan kerja keras APBN, khususnya di tahun 2020,
dalam perspektif Kementerian Keuangan. Saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih saya kepada
masyarakat Indonesia atas perhatian dan dukungannya kepada Kementerian Keuangan untuk dapat terus
menjalankan tugasnya bagi sebesar-besar kemakmuran, keamanan, serta kesehatan rakyat Indonesia.

Buku ini disusun ketika kasus Covid-19 di Indonesia tengah melandai. Tetapi, ketidakpastian masih
sangat tinggi. Pengalaman kita sendiri maupun negara lain menunjukkan betapa cepat dan dinamisnya
perubahan yang bisa dibawa oleh pandemi Covid-19. Untuk itu, kita tetap harus menjaga kerendahan hati
sambil melakukan ikhtiar terbaik. Kita jaga disiplin pada protokol kesehatan serta mendukung program
vaksinasi. Kementerian Keuangan juga akan terus memastikan APBN dan kebijakan fiskal selalu bekerja
keras dan hadir merespons situasi yang terjadi.

Selamat membaca.
halaman ini sengaja dikosongkan

Jakarta, 31 Mei 2021

Menteri Keuangan

4 5
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Kata kemudian hari. Namun bila tidak ada yang mencatat dan mendokumentasikan krisis dengan segala
latar belakangnya, maka segala keputusan berharga dalam sebuah krisis akan menjadi sekadar catatan
data tanpa cerita bermakna. Untuk itulah, Kementerian Keuangan mencoba untuk membukukan respons

Sambutan
kebijakan fiskal yang telah dilakukan sepanjang krisis. Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati,
meminta Tim Penulis untuk merekam setiap episode kebijakan dalam program pemulihan ekonomi
nasional dan mengabadikannya dalam sebuah buku.

Beruntung Kementerian Keuangan memiliki para analis muda di Badan Kebijakan Fiskal yang senantiasa
memantau, mengamati, dan menganalisis pergerakan dari hari ke hari perekonomian global dan juga
tentunya Indonesia. Dari merekalah berbagai pergerakan terkait krisis dan penanganannya dapat
dikumpulkan satu per satu bagai merangkai sebuah puzzle. Bantuan juga datang dari widyaiswara Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan yang berkontribusi dalam penajaman dan penyajian cerita, serta
berbagai pihak di Kementerian Keuangan yang turut menyediakan beragam data dan informasi. Tak
ketinggalan, finalisasi buku ini juga atas kontribusi besar dari tim Biro Komunikasi dan Layanan Informasi,
Sekretariat Jenderal Kemenkeu.
Tidaklah mudah untuk menghadapi krisis akibat
pandemi Covid-19. Penyebaran virus Corona Selain mengumpulkan berbagai data dan informasi dari setiap kejadian lalu meramunya menjadi suatu
yang mendera seluruh umat manusia di dunia tulisan, Tim Penulis juga melakukan berbagai wawancara kepada para pejabat kunci yang turut serta
menjadikannya sebagai krisis multidimensi baik dalam pengambilan kebijakan di Kementerian Keuangan. Kesaksian dari para pelaku sejarah di bidang
dari sisi kesehatan, ekonomi, dan juga sosial. kebijakan fiskal ini dapat mengonfirmasi beberapa data yang didapat sebelumnya. Beberapa hasil survei
Krisis yang tidak pernah terjadi sebelumnya ini, yang dilakukan juga disertakan untuk melihat berbagai dampak dari kebijakan fiskal yang diambil.
penanganannya hanya dapat mengambil sedikit
pelajaran dari kejadian yang kurang lebih sama 100
Buku ini didedikasikan terhadap perjuangan dan kegigihan segenap insan Kementerian Keuangan yang
tahun lalu saat terjadi pandemi Flu Spanyol tahun
berperan besar dalam mengawal keuangan negara untuk penanganan pandemi Covid-19. Program
1918. Namun tentu saja kondisi dan suasana yang
pemulihan ekonomi nasional yang dicanangkan oleh Pemerintah sangat tergantung pada kebijakan fiskal
terjadi pada saat itu sangatlah berbeda.
yang kredibel dan akuntabel termasuk ketika harus melakukan alokasi anggaran dan relaksasi defisit
anggaran.
Begitu juga dengan Pemerintah Indonesia dalam
menghadapi krisis akibat pandemi ini. Banyak
Buku ini juga diharapkan dapat dijadikan sebagai bukti sejarah atas berbagai kebijakan fiskal yang
keputusan yang diambil Pemerintah berdasarkan
dilakukan Pemerintah. Sejarah yang tidak bisa diubah, namun bisa dituliskan dan dijadikan pelajaran
learning by doing karena memang belum ada
untuk generasi penerus kita, untuk Indonesia.
dalam textbook maupun dokumentasi yang benar-
benar dapat dijadikan acuan. Tak heran bila ada
kebijakan yang berubah drastis seiring berjalannya
waktu. Namun hal ini harus dilihat dalam kacamata
krisis di mana Pemerintah berpacu dengan waktu.

Dalam setiap krisis pasti terdapat pelajaran


Nufransa Wira Sakti, yang dapat diambil sebagai bahan evaluasi.
Staf Ahli Bidang Pengawasan Pajak Pembelajaran yang sangat mahal dan dapat Nufransa Wira Sakti
Kementerian Keuangan Republik Indonesia digunakan untuk pengambilan keputusan di Tim Penulis

6 7
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Daftar INDONESIA MERESPONS


COVID-19: KEBIJAKAN
PENANGANAN PANDEMI 39
Isi A. Pembentukan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan
Ekonomi Nasional (KPCPEN)
B. Usaha Membendung Penyebaran Virus
41

43

13
C. Mengamankan Masyarakat dengan Vaksin 46
POTRET COVID-19 DI
LINTASAN GLOBAL

71
INDONESIA MERESPONS
A. Pandemi Covid-19: Bola Salju yang Masih Terus Bergulir 14 COVID-19: MEMULIHKAN
B. Resesi Ekonomi Karena Pandemi 18
C. Stimulus Global yang Luar Biasa 21 EKONOMI

A. Respon Cepat Kebijakan Fiskal & APBN Menghadapi 73


Pandemi
B. Refocusing dan Realokasi Anggaran 76

29
C. Paket Stimulus 76
LANSKAP SOSIAL-EKONOMI
1. Paket Stimulus I 77
INDONESIA DI MASA 2. Paket Stimulus II 77
3. Paket Stimulus III dan Perppu Nomor 1 Tahun 2020 78
PANDEMI 4. Program Pemulihan Ekonomi Nasional 86
5. Perubahan Postur APBN 2020 116
6. Burden Sharing 117
7. Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 124
A. Tantangan Kesehatan Terbesar Dalam Sejarah Indonesia 31 8. Realisasi Sementara PEN 2020 125
B. Tekanan Ekonomi Terhebat Sejak Krisis Keuangan Asia 34 9. Program PEN Memberikan Manfaat Nyata Bagi Masyarakat dan 132
Dunia Usaha

8 9
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Daftar
Box
Krisis 1998, 2008 dan 2020
26 Sinergi dan Dinamika
Kelembagaan dalam PEN 122
Bekerja pada Pondasi yang
Bergerak 68 Insentif Pajak: Bukti Kehadiran
Negara pada Dunia Usaha 132
Di Balik Sebuah Keputusan
84 Upaya Mengawal Efektivitas
Program PEN 144
Respon Cepat dan Adaptif
Pemerintah di Tengah Situasi 116
Dinamis Pandemi

10 11
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

POTRET COVID-19 DI
LINTASAN GLOBAL
12 13
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

“The pandemic is a once-in-a-


menjangkiti orang lanjut usia atau dengan riwayat penyakit tertentu, Covid-19 dapat menjadikan penyakit tersebut
lebih parah sehingga berpotensi menyebabkan kematian.

Mulanya, Covid-19 menyebar cepat dalam waktu singkat di Tiongkok hingga mendorong Pemerintahnya melakukan

century health crisis, the effects lockdown ketat, kebijakan yang pada waktu itu dinilai kontroversial dan disebut draconian measure oleh dunia. Selama
bulan Januari hingga awal Februari 2020, fokus penanganan Covid-19 memang masih terkonsentrasi di Tiongkok.
Pada titik ini, belum banyak informasi yang diketahui mengenai virus ini, penyebaran yang luas secara global dan
cepat belum terbayang secara gamblang sehingga antisipasi yang dilakukan oleh negara di luar Tiongkok relatif masih

of which will be felt for decades terbatas. Dengan mobilitas manusia yang masih tinggi, penyebaran virus ini pun semakin tidak terelakkan, terutama
bagi mereka yang baru bepergian ke atau dari Tiongkok.

to come.”
Memasuki bulan Februari 2020, beberapa negara mulai melaporkan peningkatan kasus positif yang cukup signifikan
seperti Iran, Korea Selatan, dan Italia. Hal tersebut diikuti dengan beberapa langkah yang dilakukan untuk menekan
penyebarannya yang lebih luas seperti pelarangan/pengurangan perjalanan (travel ban/restriction). Arab Saudi bahkan
mengambil langkah tegas untuk menutup seluruh penerbangan dan menangguhkan kedatangan para wisatawan yang
akan melakukan umrah dari luar negaranya. Penundaan kegiatan umrah tersebut menjadi salah satu langkah paling
monumental yang menandai ancaman besar sedang terjadi secara global. Travel ban seolah menjadi penarik tuas rem
Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, pariwisata sebagai sektor yang tumbuh sangat pesat.
Director General WHO
Bulan Maret 2020 menjadi titik waktu penyebaran Covid-19 yang lebih luas lagi, khususnya di Eropa dan Amerika. Per
31 Maret 2020, sudah terdapat 941 ribu orang yang positif dan tersebar di 202 negara/teritori. Jumlah kasus tersebut

H
kemudian meningkat lebih dari 3 kali lipat hingga mencapai 3,2 juta kasus pada akhir April 2020. Amerika Serikat (AS)
ampir setiap orang mendambakan bahwa 2020 akan menjadi tahun yang penuh dengan pengharapan. Dunia telah menjadi episenter baru virus ini dengan jumlah kasus mencapai 30 persen dari total kasus kumulatif Covid-19
seakan tampak lelah dengan hadirnya berbagai tantangan besar dalam perekonomian. Perang dagang dan di dunia. Dengan kecepatan penyebaran yang semakin eksponensial, upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan
proteksionisme telah menciptakan dinamika perekonomian tak berujung, yang membuat pertumbuhan kesehatan masyarakat semakin intensif dilakukan. Kebijakan lockdown pada periode ini semakin awam digunakan
ekonomi dunia tertekan. Di samping itu, peningkatan tensi geopolitik juga mewarnai perjalanan ekonomi oleh berbagai negara. Selain lockdown dan travel ban, negara-negara juga menerapkan penutupan perbatasan,
dunia di akhir dekade. Ketika akhirnya titik terang mulai terlihat dengan adanya kesepakatan dagang antara dua memberlakukan physical distancing melalui penutupan sekolah, perkantoran, dan pembatasan berbagai kegiatan yang
raksasa ekonomi, AS dan Tiongkok, semua pun berharap bahwa ekonomi global akan mampu bangkit kembali. melibatkan pengumpulan banyak orang. Tercatat 59 negara memberlakukan travel ban dan total border shutdown serta
sebanyak 85 negara memberlakukan partial border shutdown. Selain itu, kurang lebih 160 negara menutup sekolah-
Meski pemulihan ekonomi di tahun 2020 tersebut diprediksi tidak akan mudah, setidaknya tidak ada yang sekolah yang dimilikinya untuk mengurangi penyebaran Covid-19
membayangkan bahwa sebuah badai yang jauh lebih besar sedang menanti untuk semakin memporak-porandakan
perekonomian dunia. Siapa yang menyangka badai tersebut datang dalam wujud sebuah wabah penyakit, akar
permasalahan yang mungkin tidak terpikirkan oleh sebagian besar pengamat ekonomi. Kehadirannya yang tiba-tiba
dan sifatnya yang “unik” menciptakan situasi yang serba tidak pasti dan dampak yang dahsyat.

Dunia, termasuk Indonesia, sedang diuji dengan level krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini pun sontak
membuat para pemangku kebijakan berpacu dengan waktu demi mencegah dampak lebih parah. Segenap tenaga dan
pikiran dicurahkan karena kesehatan maupun perekonomian harus segera diselamatkan. Tidak seperti krisis-krisis
sebelumnya, pemicu krisis kali ini adalah virus Covid-19 yang terus bergerak dinamis, menempatkan para pemangku
kepentingan pada situasi sulit dan dilematis untuk memutuskan opsi kebijakan terbaik. Pada akhirnya, Covid-19
memberi kita sebuah pelajaran penting bahwa kejadian yang luar biasa tentu harus direspons dengan kebijakan yang
juga luar biasa, meski ketidakpastian sangat tinggi.

A. Pandemi Covid-19: Bola Salju yang Masih Terus Bergulir


Pada 11 Maret 2020, World Health Organization (WHO) telah resmi mengumumkan kejadian luar biasa virus korona
atau Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) sebagai pandemi global. Membuat semua orang tersentak. Sebagian
mungkin awam dengan istilah pandemi, namun dapat dirasakan bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi. Seiring
waktu, terbukti bahwa pandemi Covid-19 memang sebuah kejadian luar biasa. Hingga 31 Mei 2021, virus tersebut
Grafik I.1 Penyebaran Pandemi Covid-19 di Sumber: worldometers.info, diolah.
telah tersebar dengan pesat setidaknya di 219 negara/teritori, dengan total infeksi global lebih dari 171,5 juta kasus Dunia Per 31 Mei 2021
dan 3,7 juta kematian. Tingginya kecepatan penyebaran wabah ini memberikan dampak negatif yang luar biasa besar
bagi seluruh negara, baik dari sisi kesehatan, sosial dan kesejahteraan, maupun ekonomi.
Kebijakan pembatasan sosial berupa physical distancing hingga lockdown mulai berdampak terhadap penurunan tren
kurva pandemi di beberapa negara. Pada 8 April 2020, Tiongkok menjadi negara pertama yang mencabut lockdown
Kasus Covid-19 pertama kali ditemukan di pasar ikan Wuhan, Tiongkok. Hewan diprediksi menjadi medium penyebaran setelah berjalan selama kurang lebih 76 hari di Wuhan. Langkah ini kemudian diikuti oleh negara-negara lain di Eropa
virus ini. Berdasarkan klasifikasinya, Covid-19 dikategorikan mirip dengan wabah SARS pada 2002 dan MERS 2012, yang mulai mampu mengendalikan penyebaran Covid-19, seperti Italia, Jerman, Spanyol, dan Perancis. Pada bulan Mei,
tetapi dengan tingkat penularan yang lebih tinggi dan mampu menginfeksi manusia dengan cepat. Pada kasus yang pelonggaran pembatasan sosial semakin gencar dilakukan oleh berbagai negara di dunia. Mulai terkendalinya kasus

14 15
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

serta dilakukannya pelonggaran pada periode-periode awal ini cukup memberi harapan, namun pandemi ternyata tiga bulan, dari 10,5 juta di akhir Juni menjadi 34 juta di akhir September. Tingkat kematian juga mencapai milestone
masih jauh dari usai. Pelonggaran di sebagian besar negara kerap berujung pada kembali naiknya kasus. Hanya sedikit baru di angka 1 juta, kurang lebih sama banyak dengan jumlah korban pandemi Flu Hong Kong (1 juta, terjadi pada
negara yang benar-benar mampu menjaga terkendalinya kasus pada tingkat yang rendah secara konsisten. 1968-1970) dan Flu Asia (1,1 juta, terjadi pada 1957-1958).

Dampak sosial dan ekonomi semakin intensif sehingga mendorong banyak negara dengan kenaikan kasus yang Dari segi pengendalian pandemi, berbagai negara menunjukkan perkembangan yang bervariasi. Hal ini terkait erat
masih tinggi untuk ikut dalam tren relaksasi dan reopening, seperti Amerika Serikat, negara-negara Amerika Selatan, dengan kebijakan pembatasan sosial yang diberlakukan. Relaksasi pembatasan sosial dan reopening ekonomi masih
negara-negara Asia Selatan, serta negara berkembang lainnya. Konsekuensinya, penyebaran pandemi justru semakin terus diperluas di berbagai negara. Implementasi adaptasi kebiasaan baru juga terus diupayakan berjalan beriringan.
meluas dengan kenaikan kasus signifikan. Pusat penyebaran pandemi beralih ke negara berkembang hingga pada 1 Meskipun demikian, peningkatan aktivitas dan interaksi antarmanusia tetap memicu kenaikan risiko penularan.
Juni 2020. WHO secara resmi menyatakan Amerika Latin sebagai episenter baru pandemi. Konsekuensinya, eskalasi pandemi masih berlangsung karena tambahan kasus harian kembali meningkat.

Gelombang baru Covid-19 secara nyata terjadi di berbagai negara di benua berbeda. Kenaikan kasus kembali yang

Total kasus kumulatif memicu terbentuknya gelombang baru Covid-19 ini sudah terjadi sejak kuartal III, terutama di beberapa negara Asia
dan Eropa. Namun, pada periode Oktober-November, fenomena gelombang baru Covid-19 menjalar semakin eskalatif
di berbagai benua dengan lonjakan kasus dan kematian harian yang signifikan. Sebagian besar negara di Eropa secara
serentak menghadapi gelombang kedua dan memberikan kontribusi terbesar atas lonjakan kasus aktif. Sementara itu,

bertambah tiga kali lipat Amerika Serikat dan beberapa negara Asia (antara lain Jepang, Korea Selatan, dan Iran) tengah memasuki gelombang
ketiga Covid-19.

hanya dalam waktu tiga


AMERIKA EROPA AFRIKA
100 100 100

80 80 80

60

bulan.
60 60

40 40 40

20 20 20

0 0 0

Feb-20

Sep-20

Feb-21
Jan-20

Jul-20
Aug-20

Jan-21
Oct-20
Mar-20

Mar-21
Apr-20
May-20
Jun-20

Dec-20

Apr-21
May-21
Nov-20
Feb-20

Sep-20

Feb-21
Jan-20

Jul-20
Aug-20

Jan-21
Oct-20

Feb-20

Sep-20

Feb-21
Mar-20

Mar-21

Jan-20

Jul-20
Aug-20

Jan-21
Oct-20
Apr-20
May-20
Jun-20

Dec-20

Apr-21
May-21
Jun-21
Nov-20

Mar-20

Mar-21
Apr-20
May-20
Jun-20

Dec-20

Apr-21
May-21
Jun-21
Nov-20
Pelonggaran lockdown tidak berlangsung lama, munculnya kluster penyebaran baru dan kenaikan kasus yang
Meksiko Argentina Brazil Kanada AS Jerman Perancis Spanyol Italia Inggris Afrika Selatan Nigeria
signifikan mendorong negara-negara untuk kembali memberlakukan pembatasan sosial atau memperketat aturan
yang sudah ada. Di akhir kuartal II 2020, pandemi Covid-19 sudah menyebar ke 216 negara/wilayah dengan lebih dari ASIA PASIFIK
10,5 juta total kasus dan lebih dari 0,5 juta kematian. 100 100 100

80 80 80

Memasuki kuartal III 2020, Covid-19 masih menjadi ancaman serius bagi dunia. Pergeseran episenter Covid-19 60 60 60
yang menuju negara-negara berpenduduk besar seperti Amerika Serikat, India, Rusia, Brazil, Meksiko, dan lain-lain, 40 40 40
membuat tingkat penyebaran virus semakin cepat. Total kasus kumulatif bertambah tiga kali lipat hanya dalam waktu 20 20 20

0 0 0

Feb-20

Sep-20

Feb-21

Feb-20

Sep-20

Feb-21
Jan-20

Jul-20
Aug-20

Jan-21

Jan-20

Jul-20
Aug-20

Jan-21
Oct-20

Oct-20
Mar-20

Mar-21

Mar-20

Mar-21
Apr-20
May-20
Jun-20

Dec-20

Apr-21
May-21
Jun-21

Apr-20
May-20
Jun-20

Dec-20

Apr-21
May-21
Jun-21
Nov-20

Nov-20

Feb-20

Sep-20

Feb-21
Jan-20

Jul-20
Aug-20

Jan-21
Oct-20
Mar-20

Mar-21
Apr-20
May-20
Jun-20

Dec-20

Apr-21
May-21
Nov-20
Episenter: Episenter:
AS & EROPA INDIA 400000
900000 Filipina Indonesia Malaysia India Singapura Vietnam Jepang Thailand Taiwan Australia Selandia Baru Jepang
GLOBAL - LHS
800000 350000
AS
INGGRIS
Grafik I.3 Dinamika Tingkat Pembatasan Sosial Sumber: ourworldindata
700000 Episenter: (Stringency Index) di Berbagai Negara (100 =
ITALIA AS & EROPA 300000
level pembatasan paling ketat)
JERMAN
600000 RUSIA 250000
KOLOMBIA
500000 AFSEL
200000
Di tengah hantaman gelombang baru Covid-19, pembatasan sosial kembali diperketat. Pelaksanaan strategi TLI (test,
BRAZIL
400000 TURKI
lacak, isolasi) diperkuat dan beberapa negara kembali menerapkan lockdown. Negara-negara besar di Eropa, seperti
INDIA Episenter: 150000
Perancis, Jerman, Inggris, dan Italia, memberlakukan nationwide lockdown ke-2 pada bulan November 2020. Beberapa
Episenter:
300000 EROPA
Negara
Berkembang
negara lain, seperti AS, Jepang, dan Korea Selatan, turut memperketat restriksi. Meskipun demikian, level pembatasan
Episenter: 100000 sosial maupun lockdown yang dilakukan kali ini tidak seketat lockdown saat bulan Maret-April 2020, dengan kata lain
200000
AS sifatnya lebih terbatas dan targeted. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan efek terhadap ekonomi serta risiko
100000
50000 gejolak sosial seperti protes menolak lockdown yang terjadi di banyak negara.
0 0

Pada penghujung tahun 2020, eskalasi pandemi masih terjadi didorong oleh gelombang baru Covid-19 dan adanya
12-Aug

27-Aug
14-Apr

29-Apr

10-Nov

25-Nov

9-Jan

24-Apr
31-Dec

13-Jun

28-Jun

10-Dec

25-Dec
13-Jul

28-Jul
14-May

29-May
15-Mar

30-Mar

8-Feb

24-May
10-Mar

25-Mar
15-Jan

30-Jan

24-Jan

9-Apr
11-Oct

26-Oct
14-Feb

29-Feb

11-Sep

26-Sep

23-Feb

9-May

tantangan baru akibat mutasi virus. Pada tanggal 19 Desember 2020, Inggris mengumumkan adanya strain baru virus
Covid-19 dengan tingkat penularan 70% lebih tinggi. Tidak lama kemudian, Afrika Selatan juga mengumumkan adanya
Grafik I.2 Trajektori Pandemi Covid-19 di Sumber: worldometers.info, diolah.
Berbagai Negara virus mutasi yang diberi nama 501.V2, sama-sama lebih menular namun disinyalir berbeda dengan virus mutasi di
Inggris. Munculnya strain virus baru ini mendorong kenaikan kasus lebih tinggi dan penyebaran pandemi yang lebih

16 17
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

luas. Hingga 28 Desember 2020, setidaknya 13 negara di Amerika, Eropa, Asia, dan Afrika telah mengonfirmasi adanya pandemi. Beberapa negara tidak bisa menghindari jurang resesi dengan catatan pertumbuhan negatif dalam dua
kasus positif virus mutasi Covid-19. Di saat yang sama, puluhan negara memberlakukan travel ban perjalanan dari triwulan berturut-turut, seperti negara-negara Eropa, Singapura, Hong Kong, Filipina, dan Meksiko. Negara-negara
Inggris dan Afrika Selatan untuk mencegah penyebaran. yang melakukan lockdown lebih ketat serta dengan durasi lebih panjang cenderung mengalami tekanan kontraksi
lebih dalam. Negara-negara yang memiliki ketergantungan pada ekspor dan sektor pariwisata juga terdampak sangat
signifikan oleh pandemi. Tekanan ekonomi yang dirasakan di semua negara sangat berat dan berakibat pada krisis
Berita positif vaksin menjadi angin segar di tengah perkembangan pandemi dengan ketidakpastian yang tinggi.
yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dalam suatu estimasinya, World Bank melihat bahwa situasi krisis ini lebih
Dalam dua bulan terakhir 2020, perkembangan vaksin berjalan sangat cepat dan signifikan, mulai dari diumumkannya
buruk dibanding krisis-krisis lain dalam 150 tahun terakhir.
tingkat efikasi tinggi (kisaran 70-95%), pemberian izin penggunaan darurat, hingga akhirnya persetujuan izin edar
vaksin secara masal. Pfizer/BioNTech (perusahaan AS dan Jerman) dengan efikasi 95% menjadi pengembang vaksin

Negara berkembang kembali


terdepan dan yang pertama mendapat izin penggunaan darurat dan izin edar dari Inggris. Inggris kemudian mencatat
sejarah dengan melakukan vaksinasi Covid-19 pertama kali pada 8 Desember 2020, disusul AS pada 14 Desember
2020. Hingga akhir Desember 2020, tiga vaksin telah mendapat izin edar ke masyarakat umum, yaitu dari Pfizer/
BioNTech, Sinopharm (Tiongkok), dan Moderna (AS).

Banyak dari kita yang berharap pandemi Covid-19 akan selesai pada 2020, namun hingga 2021 ternyata kejutan
masih terus terjadi. Pembatasan sosial ketat dan vaksinasi yang dilakukan sejak akhir 2020 membuahkan hasil, kasus
harian di sebagian besar negara seperti Amerika dan Eropa turun signifikan memasuki 2021. Pelonggaran restriksi
menjadi yang paling tersudut
diberlakukan namun kali ini lebih hati-hati. Secara tiba-tiba, muncul berita kenaikan kasus dan kematian harian sangat
tajam dari salah satu negara besar di belahan bumi lainnya, yaitu India. Level kasus dan kematian harian tertinggi di
India bahkan melampaui yang sempat terjadi di AS, mendorong terjadinya gelombang Covid-19 ke-2 secara global
dengan India sebagai episenternya. Tidak hanya itu, tantangan juga datang dari virus Covid-19 yang terus bermutasi
pada situasi seperti ini.
dan menambah risiko bagi pengendalian pandemi ke depan. Daftar variant of concerns (VOCs) WHO terus bertambah, Tingkat ketidakpastian akibat krisis ini sangat tinggi. Salah satunya terlihat dari perbedaan (deviasi) antara proyeksi-
B.1.617 yang pertama kali terdeteksi di India menjadi varian ke-4 setelah B.1.1.7 (Inggris), B.1. 351 (Afsel), P.1 (Brazil). proyeksi pertumbuhan yang dilakukan berbagai pihak dengan realisasinya, khususnya di awal-awal masa pandemi.
Selain itu, proyeksi-proyeksi atas pertumbuhan ekonomi juga mengalami perubahan yang cukup sering dan cenderung
Selama pandemi terjadi, kebijakan penanganan yang dilakukan begitu dinamis. Kenormalan baru seperti kebiasaan terus direvisi ke bawah. Hal ini menunjukkan sulitnya melakukan estimasi dan prediksi karena krisis ini sangat berbeda
memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak diaplikasikan milyaran manusia di dunia. Akan tetapi dalam hal baik dari sumbernya yang dari aspek kesehatan; dampaknya yang sangat luas pada berbagai segi sosial dan ekonomi;
penerapan pembatasan mobilitas, restriksi, hingga lockdown tidak ada satu template yang digunakan secara seragam respon kebijakannya dinamis dan harus terus bergerak merespon situasi yang dapat berubah secara cepat.
oleh semua negara. Keadaan sosial, ekonomi, dan demografi menjadi beberapa pertimbangan yang disesuaikan oleh
masing-masing negara. Penyesuaian hingga saat ini terus dilakukan merespon perkembangan dari tingkat penularan, Situasi ekonomi global juga semakin menantang karena melambatnya aktivitas produksi telah membuat jutaan orang
kematian, maupun beban pada sistem kesehatan secara keseluruhan. Perkembangan dari ekonomi dan sosial juga mengalami pemutusan hubungan kerja. Di Amerika Serikat sebagai perekonomian terbesar di dunia, lebih dari 30
menjadi hal yang secara umum sangat diperhitungkan oleh semua negara. Hal ini menggambarkan kompleksitas dan juta klaim pengangguran baru terjadi hanya dalam enam minggu pertama pemberlakukan social distancing, dan
unsur ketidakpastian yang sangat tinggi, yang mungkin masih akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan. melebihi 72 juta dalam 10 bulan pandemi. Klaim pengangguran baru tercatat sempat melebihi 6 juta orang dalam satu
pekan. Angka tersebut juga merupakan rekor tertinggi, bahkan jika dibandingkan dengan periode Depresi Besar yang
mencatat total 8,7 juta klaim pengangguran. Sebagian besar penggangguran baru yang muncul di Amerika Serikat (AS)
B. Resesi Ekonomi Karena Pandemi berasal dari sektor-sektor yang terdampak parah akibat Covid-19 seperti industri hiburan, akomodasi, transportasi,
Di awal tahun 2020 sebelum pandemi terjadi, berbagai pihak masih melihat bahwa tahun 2020 merupakan tahun perdagangan, dan manufaktur. Tren serupa juga terjadi di berbagai negara lain.
pemulihan ekonomi global. IMF bahkan memperkirakan Dunia akan tumbuh 3,3%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan
ekonomi global pada 2019 yang mencapai 2,9%. Meski sebetulnya masih sangat rentan dipengaruhi berbagai dinamika Ancaman krisis kesehatan dan ekonomi juga menimbulkan gejolak besar di pasar keuangan di awal masa pandemi.
ekonomi seperti produktivitas yang turun, proteksionisme dan perang dagang, tapi tidak ada yang menduga badai Volatilitas di pasar keuangan global sudah mulai terasa meningkat di awal penyebaran Covid-19 dipicu kekhawatiran
ekonomi akan datang dan terjadi akibat isu kesehatan. Covid-19 telah mengubah wajah sosial ekonomi dunia secara terhadap dampak ekonomi Tiongkok yang merupakan negara penopang utama pertumbuhan global. Volatilitas
drastis dan mengubah arah perekonomian global yang semula optimis membaik, menuju resesi. Penularan yang semakin intensif seiring ketika eskalasi Covid-19 terjadi di banyak negara. CBOE Volatility Index (VIX), sebagai indikator
sangat cepat dan menimbulkan korban jiwa, serta upaya mitigasinya yang unprecedented menciptakan perubahan yang menggambarkan kecemasan investor, sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa pada pertengahan
besar pada interaksi di tingkat individu hingga pada tingkatan institusi/negara. Pembatasan gerak dan interaksi yang Maret 2020, yaitu ketika penyebaran Covid-19 sedang sangat eskalatif di Eropa dan Amerika Serikat. Kepanikan
masif membawa konsekuensi pada perekonomian. Kebijakan-kebijakan yang tidak dapat dihindari seperti lockdown, investor memicu terjadinya capital flight, dan peralihan permintaan pada aset yang aman seperti emas, US Treasury
physical distancing, travel ban/restriction, dan lainnya menimbulkan konsekuensi turunnya aktivitas ekonomi secara bonds, dan mata uang Dollar Amerika (US$). Negara berkembang kembali menjadi yang paling tersudut pada situasi
signifikan, yang tentunya menghasilkan implikasi yang sangat besar. seperti ini. IMF mengestimasi arus modal keluar dari pasar keuangan negara emerging markets mencapai US$100
miliar dalam waktu yang relatif singkat, atau setara dengan 0,4% dari Produk Domestik Bruto atau PDB-nya, jauh lebih
Gejolak ekonomi akibat pandemi sudah tergambar pada data realisasi pertumbuhan ekonomi negara-negara di dunia cepat dan dalam serta melebihi periode tekanan lain seperti GFC dan Taper Tantrum.
pada triwulan pertama 2020. Tiongkok, misalnya, sebagai negara yang sudah berhadapan dengan Covid-19 sejak
awal tahun, mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif 6,8% di triwulan I 2020, meskipun akhirnya dapat pulih cepat Seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial di berbagai negara, aktivitas ekonomi berangsur pulih namun masih
dan menjaga pertumbuhan positif untuk keseluruhan 2020. Untuk pertama kalinya sejak 1992 (statistik pertumbuhan sangat berisiko tinggi karena pandemi masih jauh dari usai. Berbagai indikator ekonomi global menunjukkan bahwa
ekonomi Tiongkok mulai dirilis), negara tersebut mencatatkan kontraksi ekonomi atau pertumbuhan ekonomi negatif. secara umum dunia telah meninggalkan kinerja terburuknya yang terjadi di Maret-April 2020. Aktivitas manufaktur
Kontraksi yang cukup dalam juga dialami negara-negara yang menjalankan kebijakan restriksi sangat ketat, seperti bahkan kembali ekspansif sejak Juli 2020, khususnya didukung oleh berangsur normalnya kegiatan produksi dan
negara-negara Eropa. Hanya sedikit negara yang masih mampu mencapai pertumbuhan ekonomi positif di triwulan peningkatan output. Harga-harga komoditas, seperti minyak mentah, sawit, batubara, dan logam juga dalam tren
I 2020, dan itu pun pada tingkat yang jauh lebih rendah dibanding sebelumnya. Indonesia, Vietnam, dan AS menjadi meningkat, mengindikasikan perbaikan permintaan di berbagai negara. Berbagai pemulihan aktivitas ekonomi ini turut
beberapa negara yang berada dalam kategori tersebut. mengangkat sentimen positif di pasar keuangan global.

Semakin masifnya penyebaran Covid-19 yang diiringi oleh makin ketatnya upaya menekan penyebarannya membuat Arah perekonomian di berbagai negara mulai menemui titik balik menuju pemulihan pada kuartal III tahun 2020.
perekonomian memburuk, bahkan di triwulan ke-2 tahun 2020 lebih buruk lagi dan menjadi titik terdalam sepanjang Meskipun demikian, pemulihan yang terjadi masih belum mencapai level normal sebelum pandemi. Perkembangan

18 19
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

vaksin yang cepat meningkatkan optimisme, namun eskalasi pandemi yang terus terjadi beserta risiko-risiko ke depan Di tahun 2021, badai ekonomi global akibat Covid-19 nampaknya sudah jauh mereda, tetapi bukan berarti telah betul-
masih membatasi tingkat pemulihan di sisi konsumsi rumah tangga, business confidence, ketenagakerjaan, hingga betul pergi. Momentum pemulihan ekonomi terus menguat di 2021 seiring pelonggaran restriksi dan manusia yang
perdagangan internasional. terus belajar menyesuaikan diri di tengah pandemi agar bisa terus produktif dan beraktivitas sambil melindungi
kesehatan. Manufaktur menggeliat kembali, perdagangan internasional tumbuh, harga-harga terdorong perbaikan
permintaan, lapangan pekerjaan kembali menyerap tenaga kerja. Peranan teknologi yang sangat vital telah membantu
Pemulihan ekonomi terus berlanjut di triwulan terakhir 2020, meskipun di beberapa negara tertahan oleh kembali
terciptanya adaptasi dan penyesuaian. Tetapi masih banyak pihak yang memiliki eksposur tinggi sehingga risiko pada
diperketatnya restriksi akibat gelombang baru. Untuk keseluruhan tahun 2020, data menunjukkan kontraksi pertumbuhan
pemulihan ekonomi juga masih tinggi. Selain itu, pemulihan ekonomi di dunia juga tidak berimbang antar negara.
ekonomi yang dalam dialami banyak negara baik dari kelompok negara maju maupun negara berkembang. Beberapa
Adanya ketimpangan akses terhadap vaksin membuat laju pemulihan di kelompok negara berkembang dan miskin
negara bahkan mengalami kontraksi hingga lebih dari 8%, seperti Meksiko, Perancis, Italia, Filipina, dan Inggris.
diperkirakan lebih lambat dari negara maju yang memiliki kapasitas dan kekuatan sumber daya lebih besar. Selama
Tiongkok dan Vietnam menjadi negara yang tetap mampu tumbuh positif. Sementara itu, kontraksi ekonomi Indonesia
penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi belum merata, maka risiko masih akan sangat tinggi. Selain itu,
yang sebesar -2,1% terhitung moderat baik di kelompok G-20 maupun ASEAN-6. Capaian Indonesia tersebut tidak
pemulihan juga bukannya tanpa konsekuensi. Pemulihan ekonomi umumnya akan diikuti perubahan stance kebijakan
terlepas dari peran countercyclical kebijakan fiskal termasuk program Pemulihan Ekonomi Nasional.
moneter dan fiskal yang saat ini sangat akomodatif. Perubahan tersebut akan menjadi ujian stabilitas dan volatilitas,
seperti yang telah kita alami pasca krisis-krisis terdahulu. Untuk itu, menjaga momentum pemulihan dan penanganan
Covid-19, sambil memelihara sikap waspada dan adaptif masih akan terus menjadi fokus kita semua.

C. Stimulus Global yang Luar Biasa


Pandemi Covid-19 tak pelak telah memberi dampak yang luar biasa besar baik pada sisi kesehatan maupun ekonomi
di berbagai belahan dunia. Berbagai negara bergerak cepat untuk mengeluarkan kebijakan termasuk stimulus
ekonomi guna menyediakan pembiayaan penanganan pandemi dan dampaknya. Stimulus tersebut diberikan untuk
penanganan wabah di sisi kesehatan dan sebagai bentuk antisipasi dampak ekonomi yang diperkirakan sangat parah.
Dalam krisis akibat pandemi ini, stimulus dan intervensi negara/pemerintah sangat dibutuhkan guna mendorong
perekonomian yang tidak berjalan semestinya akibat syok atau goncangan yang hebat. Pendanaan juga dibutuhkan
karena ada kebutuhan mendesak dan tidak bisa ditawar untuk penguatan sistem kesehatan seperti untuk melakukan
testing, menyediakan ventilator, peningkatan kapasitas rumah sakit, pengembangan vaksin, dan lain sebagainya.

Di berbagai belahan dunia, baik instrumen fiskal maupun moneter digunakan untuk memberikan intervensi pada
perekonomian. Stimulus fiskal umumnya ditujukan untuk memperbesar alokasi anggaran penanganan Covid-19,
membantu rumah tangga melalui jaring pengaman sosial (social safety net), serta dukungan pada perusahaan yang
terdampak. Melalui kebijakan fiskal, banyak negara juga memberikan relaksasi serta jaminan untuk keberlangsungan
Grafik I.4 Pertumbuhan Ekonomi Negara G-20 Sumber: IMF & Kementerian Keuangan dunia usaha, terutama sektor yang mengalami dampak besar. Sementara itu, stimulus moneter lebih difokuskan pada
dan ASEAN-6 (% YoY) penurunan suku bunga, peningkatan jumlah uang beredar, dan peringanan beban pinjaman perusahaan.

Indonesia juga tidak bisa menghindari terjadinya kontraksi ekonomi, namun dibanding banyak negara lain relatif tidak
terlalu dalam. Capaian pertumbuhan tersebut juga didukung oleh kebijakan fiskal yang ekspansif namun tetap pruden.
Pelebaran defisit dan kenaikan utang menjadi sebuah konsekuensi tidak terelakan bagi hampir semua negara.
Pandemi Covid-19 yang berdampak luar biasa besar harus direspon dengan kebijakan yang juga luar biasa yang
membutuhkan pendanaan keuangan negara di saat roda perekonomian lain lumpuh. Banyak negara bahkan harus
mendorong defisit fiskal hingga double digit dan beberapa harus menambah utang hingga di atas 20 percentage point.
Realisasi sementara defisit APBN Indonesia di tahun 2020 sendiri berada di tingkat 6,1% terhadap PDB, atau cukup
moderat di antara pelebaran defisit kelompok G-20 dan ASEAN-6. Sikap pruden yang tetap dijaga Indonesia juga
tercermin dari tingkat utang dan tambahan utang publik Indonesia yang tetap terendah, meskipun di tengah kebijakan
yang countercyclical.

Ilustrasi I.1 Beberapa Bentuk Stimulus untuk Sumber: IMF Policy Responses to COVID 19,
Penanganan COVID-19 dan Dampaknya berbagai berita, diolah.
Grafik I.5 Defisit dan Tambahan Utang G-20 Sumber: IMF & Kementerian Keuangan,
dan ASEAN-6 (% thd PDB) keterangan: angka dalam kurung merupakan level
utang publik

20 21
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

IMF mengestimasi lebih dari 193 negara di dunia telah meluncurkan stimulus ekonomi untuk menangani pandemi
Covid-19 dan dampaknya. Total nilai stimulus mencapai USD 11,7 triliun, atau setara dengan 12% PDB dunia. Hal
tersebut menunjukkan keseriusan dari seluruh negara di dunia dalam menghadapi dampak negatif Covid-19 termasuk
terhadap perekonomian. Bentuk, nilai, dan jangkauan stimulus yang dilakukan berbagai negara terus mengalami
penyesuaian selama pandemi berlangsung. Krisis kesehatan dan ekonomi akibat Covid-19 yang memiliki karakteristik
berbeda dari krisis-krisis terdahulu serta sifatnya yang sangat penuh ketidakpastian, menciptakan kondisi yang
membuat para pengambil kebijakan harus terus melakukan penyesuaian yang dibutuhkan.

halaman ini sengaja dikosongkan

Grafik I.6 Perbandingan Stimulus Fiskal CSIS & IMF (diakses Desember 2020) dan
Negara-Negara 2020 (persen terhadap PDB) Kemenkeu, diolah.

Selain untuk bidang kesehatan, dukungan fiskal terbesar dari negara-negara tersebut juga diarahkan untuk bantuan
bagi perusahaan serta peningkatan jaring pengaman sosial melalui bantuan tunai. Australia misalnya, memberikan
stimulus khusus USD 78 miliar guna memberi subsidi perusahaan untuk membayar upah karyawan. Sementara itu,
Singapura mengucurkan dana hingga USD 33,2 miliar dalam bentuk subsidi upah dan bantuan tunai. Sedangkan
dukungan fiskal negara-negara di Eropa, seperti Jerman, Perancis, Italia, dan Spanyol sekilas terlihat tidak terlalu
besar. Namun, patut dicatat bahwa nilai jaminan pemerintah dan stimulus moneter yang disiapkan untuk mendukung
dunia usaha sangat masif melalui jaminan yang diberikan pemerintah. Jerman, misalnya, memberikan jaminan untuk
mengucurkan pinjaman kepada perusahaan hingga USD 1 triliun. Demikian juga dengan Perancis yang memberikan
jaminan sebesar USD 326 miliar, Italia USD 435 miliar, dan Spanyol USD 230 miliar.

22 23
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

BOX 1
S
etiap krisis keuangan atau ekonomi yang terjadi di dunia
biasanya disebabkan oleh hal yang berbeda, meski
serupa. Misalnya, krisis 1998 dan 2008 yang oleh Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati dikelompokkan sebagai
sebuah krisis yang “man-made”. Hal tersebut membuat krisis
2020 yang disebabkan oleh adanya virus Covid-19 menjadi sangat
berbeda, karena bersumber dari sebuah wabah penyakit yang
akhirnya menjadi pandemi.

Pada krisis moneter tahun 1998, lemahnya tata kelola keuangan


negara saat itu menjadi salah satu penyebab krisis. Sri Mulyani
yang saat itu adalah pengamat ekonomi, dan sempat juga diangkat
sebagai anggota Dewan Ekonomi Nasional era pemerintahan Gus
Dur, berpendapat bahwa saat itu pemerintah tidak siap merespons
kondisi global sehingga mengakibatkan goncangnya kondisi
APBN dan perekonomian negara. Krisis tersebut diawali dengan
melonjaknya nilai tukar di kawasan Asia.

Saat yang bersamaan, hampir semua lembaga perbankan/keuangan


Indonesia hancur karena mereka meminjam dalam mata uang asing
berbentuk Dolar AS dan menyalurkannya di dalam negeri dalam
bentuk kredit Rupiah. Ketika kemudian nilai tukar mata uang asing
meroket tajam dan Rupiah terpuruk maka banyak pinjaman tak
terbayar karena terhantam oleh depresiasi. Akhirnya tingkat Non
Performing Loan (NPL) dan utang juga meningkat sehingga ekuitas
menjadi negatif. Karena ini adalah masalah neraca keuangan, maka
pengendalian krisis dilakukan dengan upaya bagaimana agar neraca
ini menjadi sehat kembali.

Belajar dari krisis 1998, maka fundemantal pengelolaan keuangan


negara segera direformasi yang diawali dengan lahirnya Undang-
Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
diikuti berbagai seri UU terkait keuangan negara lainnya. Mulai
saat itu pula dilakukan pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) yang sejak 2017 telah mampu
memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Para pengelola
keuangan pada satuan kerja (satker) tidak hanya harus mampu
mempertanggungjawabkan laporan tapi juga hasilnya.

Satu dekade kemudian, krisis 2008 terjadi, yang kurang lebih


disebabkan oleh hal yang sama meski pusat krisisnya terjadi di
Amerika Serikat. Krisis itu diawali dengan banyaknya gagal bayar
dari subprime mortgage (kredit pinjaman perumahan), serta
diikuti dengan beberapa kejadian yang cukup monumental seperti

KRISIS 1998,
runtuhnya Lehman Brothers dan bailout perusahaan keuangan AIG.
Sebagai akibatnya, terjadi kepanikan dari masyarakat sehingga
banyak terjadi rush atau penarikan uang dari berbagai lembaga

2008 DAN
keuangan.

Saat itu, Sri Mulyani menjabat sebagai Menteri Keuangan pada era

2020 pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau beranggapan


bahwa krisis ini diperburuk karena adanya kepanikan masyarakat

24 25
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

akibat berbagai informasi yang beredar. Selayaknya Dari sisi Kementerian Keuangan tentu saja ini hal yang perekonomian Indonesia. Dengan demikian, posisi
dalam kehidupan, kepanikan yang berlebihan dapat sangat sulit. Situasinya sangat dinamis dan penuh Kementerian Keuangan saat itu sangat jelas. Pada saat
memperburuk situasi krisis yang sudah terjadi. Beliau ketidakpastian sehingga Kementerian Keuangan tidak Pertemuan Musim Semi Bank Dunia (World Bank Spring
juga melihat jatuhnya perekonomian Amerika Serikat bisa mengeluarkan kebijakan yang statis dari sisi fiskal. Meeting) bulan April 2020 yang diselenggarakan secara
menjalar secara cepat ke Eropa yang menimbulkan Karena alasan kesehatan, semua warga negara diminta virtual, sekali lagi dengan tegas Menteri Keuangan Sri
kepanikan di tingkat global. Semua negara di dunia untuk berdiam di rumah dan meminimalkan mobilitas Mulyani menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia
berupaya melindungi perekonomiannya, melalui yang tidak esensial. Belum pernah dalam sejarah seluruh akan menambah belanja untuk penanganan krisis
berbagai kebijakan yang luar biasa (extraordinary). negara perekonomiannya berhenti total karena lockdown Covid-19 dengan prioritas utama pada kesehatan,
seperti yang terjadi saat itu. Di awal pandemi, informasi perlindungan sosial, dan dukungan untuk UMKM. Tiga
terkait virus Corona itu sendiri belum sepenuhnya hal itulah yang menjadi building block awal kebijakan
Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menurunkan
diketahui dan belum betul-betul jelas seperti apa fiskal pemerintah Indonesia di tengah pandemi.
suku bunga secara drastis dari di atas 5 persen menjadi
dampaknya. Namun satu hal yang pasti, virus tersebut
mendekati nol persen, dan masih ditambah dengan
sangat menular dan setiap orang membutuhkan masker
quantitative easing—injeksi likuiditas melalui pembelian
kesehatan untuk melindungi dirinya. Adanya kebutuhan
surat berharga. Kemudian pemerintah Amerika
akan masker yang tiba-tiba tinggi berakibat pada
Serikat melakukan talangan (bailout) ke sektor riil dari
melonjaknya harga masker. Itu adalah salah satu contoh
perusahaan mobil hingga properti dengan pembelian
fenomena yang terjadi di awal pandemi.
aset macet dan surat berharga. Inggris dan Uni Eropa
melakukan hal yang sama, yaitu melakukan penalangan
bank yang gagal untuk menghentikan kepanikan publik Di lain sisi, anggaran dalam APBN 2020 saat itu tidak
dan menginjeksi sektor riil dengan ekspansi fiskal. tersedia untuk menangani krisis setingkat pandemi
seperti untuk melakukan pembelian Alat Pelindung Diri
(APD), masker, ventilator, peningkatan kapasitas rumah
Seluruh negara di dunia mengalami akibat krisis
sakit, dan bahkan untuk membeli alat tes Covid-19.
tersebut. Sri Mulyani ingat semua negara ASEAN,
Sampai tanggal 11 Maret 2020, pemerintah masih belum
Australia, dan Selandia Baru melakukan kebijakan
mempunyai alat tes Covid-19 yang memadai sehingga
“blanket guarantee” dengan menjamin penuh
akhirnya mendapatkannya dari sumbangan pemerintah
sektor perbankan untuk meredakan kepanikan dan
Amerika Serikat.
ketidakpastian. Sementara itu, Indonesia mengambil
kebijakan yang berbeda dengan meminta Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) untuk menaikkan nilai Di situasi yang serba sulit dan krisis tersebut,
jaminan dari simpanan masyarakat agar tidak terjadi Kementerian Keuangan harus dapat memberikan
kepanikan. Selain itu, beberapa bank yang terdampak landasan yang kuat agar pemerintahan dapat tetap
krisis dimasukkan ke LPS untuk dilakukan penyehatan. berjalan dan masyarakat terlindungi sebaik-baiknya.
Krisis 2008-2009 ini juga krisis keuangan yang obatnya Dalam hal ini, Kementerian Keuangan sudah harus
dilakukan dengan menyehatkan neraca keuangan. Ini memikirkan imbasnya pada neraca keuangan negara
semua berbeda dengan krisis Covid-19 di tahun 2020 dan APBN.
yang disebabkan oleh sektor kesehatan.
Melihat kondisi krisis yang semakin memburuk, maka
Pada tahun 2019, sebenarnya APBN Indonesia secara cepat Kementerian Keuangan memutuskan
kondisinya sedang membaik walaupun ada sedikit bahwa sektor kesehatan dan sosial yang pertama kali
goncangan karena melemahnya perekonomian global harus segera dibantu. Untuk itu kebutuhan belanja akan
sebagai akibat perang dagang AS-Tiongkok dan juga sektor kesehatan dan bantuan sosial perlu ditingkatkan
kondisi geopolitik yang memanas di beberapa belahan dan segera diputuskan untuk menambah anggaran
dunia. Membaiknya APBN tercermin pada pada kesehatan sebesar Rp75 triliun. Lalu anggaran untuk
defisit APBN tahun 2020 yang ditargetkan hanya 1,76 bantuan sosial ditingkatkan menjadi dua kali lipat
persen dan defisit primer yang jumlahnya Rp12 triliun dengan berdasarkan data penerima dari jumlah yang
atau mendekati nol persen. Sangat jauh jumlahnya sudah dialokasikan pada tahun 2020.
bila dibandingkan keseimbangan primer tahun-tahun
sebelumnya yang defisitnya lebih dari Rp100 triliun.
Melihat adanya dampaknya ke sektor ekonomi saat itu,
Namun Covid-19 telah mengubah segalanya. Krisis
Menteri Keuangan juga memutuskan untuk membantu
kesehatan ini unik dan sangat berbeda dengan krisis
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang banyak
sebelumnya.
terdampak padahal mereka merupakan tulang punggung

26 27
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

II

LANSKAP SOSIAL-EKONOMI
INDONESIA DI MASA
PANDEMI
28 29
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

“Pandemi virus Corona I


ndonesia terus membangun ekonominya guna meraih cita-cita menjadi negara yang semakin maju dan sejahtera.
Meski tantangan global datang silih berganti, Indonesia selalu mampu menunjukkan ketahanan yang luar biasa.
Pertumbuhan ekonomi yang relatif terjaga serta kenaikan level menjadi negara berpendapatan menengah atas
(upper-middle income country) menjadi bukti dari kerja keras dan optimisme yang terus dibangun. Hal tersebut

(Covid-19) menjadi pukulan


turut dihasilkan dari pembelajaran yang selalu diambil dari setiap tantangan dan krisis terdahulu.

Kehadiran pandemi Covid-19 tentunya memberikan sebuah tantangan baru bagi Indonesia dengan spektrum dan
magnitude belum pernah terjadi sebelumnya. Indonesia turut berada dalam pusara badai kesehatan dan perekonomian

berat bagi perekonomian


sebagaimana dialami lebih dari 200 negara lainnya. Situasi luar biasa ini menuntut Pemerintah di berbagai negara
mencurahkan tenaga dan pikiran demi menghasilkan keseimbangan kebijakan di sisi kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Seperti di negara-negara lain, pandemi memaksa Pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah luar biasa yang
membatasi aktivitas sosial serta menimbulkan biaya ekonomi dalam skala yang tidak pernah ada sebelumnya. Alhasil,

Indonesia. Inilah situasi yang


Indonesia pun tidak dapat menghindari pertumbuhan ekonomi negatif, sesuatu yang telah mampu dijaga agar tidak
terjadi sejak Krisis Keuangan Asia pada tahun 1998.

Tapi dari krisis pandemi Covid-19 Indonesia juga terus belajar. Signaling, leadership, aksi nyata, dan sinergi dibangun.

saya sampaikan apa adanya. Penanganan pandemi berjalan beriringan dengan upaya memulihkan ekonomi. APBN menjadi salah satu tumpuan
utama. Hadir bekerja keras di saat mesin ekonomi lain lumpuh. Memberi pendanaan pada upaya memerangi wabah
sambil menopang pemulihan ekonomi. Tanpa kerja keras, fleksibilitas, dan respon APBN, biaya penangan pandemi tak
akan tertutupi, dan perekonomian dapat jatuh terkontraksi lebih dalam.

Banyak orang kehilangan A. Tantangan Kesehatan Terbesar Dalam Sejarah Indonesia

pekerjaan di seluruh dunia


Di Indonesia, dua kasus pertama Covid-19 diumumkan pada 2 Maret 2020. Pengumuman itu seolah menjadi penanda
akan adanya sebuah tantangan maha besar yang harus dihadapi bersama segenap masyarakat Indonesia, yang
menuntut perubahan dan penyesuaian besar. Langkah-langkah pencegahan penularan virus yang lebih luas dan
pembatasan sosial diberlakukan, sesuatu yang tidak pernah ada sebelumnya di negeri ini. Sebagaimana halnya terjadi

dan berjuang bertahan hidup.


di seluruh dunia, penyebaran virus tidak dapat betul-betul dinihilkan. Covid-19 terus menyebar di tanah air hingga
menjangkit ke seluruh provinsi di Indonesia (34 provinsi) dan 510 kabupaten/kota per akhir Desember 2020. Menurut
sebarannya, hampir 60% dari total kasus nasional masih didominasi oleh Pulau Jawa sebagai pusat aktivitas ekonomi
dan wilayah dengan penduduk terbanyak di Indonesia. Tetapi virus yang tak pandang bulu tersebut tetap merupakan

Dalam menghadapi ujian dan


sebuah ancaman bagi siapa pun dan di mana pun.

cobaan ini kita tidak boleh


menyerah.”

Joko Widodo,
Presiden Republik Indonesia
Grafik II.1 Sebaran Covid-19 di Indonesia (per Sumber: Kementerian Kesehatan, diolah.
31 Mei 2021)

30 31
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Sebagaimana pola penyebaran Covid-19 global, episenter Covid-19 di Indonesia juga mengalami pergeseran. Di awal Di samping PSBB atau pembatasan sosial, testing merupakan salah satu strategi utama di dalam pengendalian
pandemi, sebaran Covid-19 sangat terkonsentrasi di Ibukota dengan proporsi 70% dari total kasus. Seiring berjalannya Covid-19. Kebijakan ini penting dalam rangka mengindentifikasi penularan sehingga dapat diikuti dengan langkah
waktu, virus ini juga menyebar ke wilayah-wilayah lain dengan masih adanya mobilitas dan interaksi, meskipun restriksi lain yakni lacak (tracing) hingga isolasi/perawatan (treatment). Sesuai arahan Presiden, jumlah tes per hari terus
yang ketat juga terus diberlakukan. Pada 28 Desember 2020, sebaran kasus terkonsentrasi di 6 provinsi dengan kasus ditingkatkan untuk mempercepat identifikasi penyebaran Covid-19 di Indonesia. Di awal pandemi, jumlah tes masih
kumulatif tertinggi, yaitu DKI Jakarta (25% atau 177.604 kasus), Jawa Timur (12% atau 81.532 kasus), Jawa Barat sangat rendah antara lain karena keterbatasan alat dan sistem pendukung. Memahami ini adalah salah satu kebijakan
(10% atau 79.993 kasus), Jawa Tengah (10% atau 78.770 kasus), Sulawesi Selatan (4% atau 29.462 kasus), dan ujung tombak melawan pandemi, testing terus ditingkatkan yang juga didukung oleh alokasi anggaran dan berbagai
Kalimantan Timur (4% atau 26.079 kasus). Covid-19 telah menyebar di semua provinsi, dan menjadi perhatian utama kemudahan. Rata-rata kapasitas tes per hari terus menunjukkan peningkatan setiap bulannya sejak Covid-19 terdeteksi
yang memengaruhi segala aspek kehitupan. Segenap masyarakat di penjuru nusantara terus berupaya menghadapi di bulan Maret 2020. Hingga akhir Desember 2020, total tes kumulatif yang telah dilakukan sebanyak 4,2 juta dan
pandemi, mengimplementasikan berbagai kebiasaan baru, sambil terus belajar mengenai wabah ini. kapasitas tes bulanan rata-rata lebih dari 34.000 orang per hari, meningkat empat kali lipat dibanding rata-rata bulan
Juni 2020 yang sebesar 8.500-an tes per hari.
Sama halnya dengan negara lain, Indonesia juga menerapkan langkah pencegahan Covid-19 sejak awal pandemi mulai
dari pelarangan travel dari dan ke Tiongkok, physical distancing (bekerja, belajar, dan beribadah di rumah) hingga
penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai 31 Maret 2020. Awalnya PSBB hanya berlaku di beberapa
wilayah yang mendapat persetujuan. Pada prosesnya, kebijakan pembatasan sosial ini berjalan dinamis sesuai dengan
perkembangan Covid-19 di wilayah masing-masing dan di tingkat nasional.

Perbedaan kondisi pandemi Covid-19 di tiap provinsi/kabupaten/kota menyebabkan variasi dalam langkah kebijakan
penanganannya. Pada bulan Mei-Juni 2020, beberapa daerah di Indonesia mulai melonggarkan PSBB atau memulai
masa transisi, seperti yang terjadi di Tegal, Surabaya, dan DKI Jakarta. Pada akhir Desember 2020, tercatat sebanyak 2
provinsi (DKI Jakarta dan Banten) dan 5 kabupaten (Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kab. Bekasi, dan Kota Bekasi)
yang masih menerapkan PSBB. Khusus DKI Jakarta, perpanjangan PSBB sudah dilakukan sebanyak 5 kali dengan
kebijakan PSBB transisi dan yang paling baru diterapkan sejak 12 Oktober 2020 hingga 3 Januari 2021.

Di awal pandemi, jumlah tes


masih sangat rendah antara Grafik II.3 Perkembangan Covid-19 di Sumber: Kementerian Kesehatan, diolah.

lain karena keterbatasan alat


Indonesia (Per 31 Mei 2021)

Penambahan kasus Covid-19 di Indonesia terpantau paling eskalatif terjadi di akhir tahun 2020 dan bergerak hingga
ke awal 2021. Hingga 28 Desember 2020, terdapat total 719.219 kasus kumulatif Covid-19 di Indonesia, di antaranya

dan sistem pendukung.


589.978 pasien (82% dari total kasus) telah dinyatakan sembuh dan 21.452 pasien (3,0% total kasus) meninggal
dunia. Sementara itu, kasus aktif terus meningkat ke level tertingginya, yaitu sebanyak 108.452 kasus. Meskipun
tingkat kesembuhan jauh lebih tinggi, akan tetapi Covid-19 ini sangat mengancam pada individu tertentu seperti yang
memiliki kondisi komorbiditas (riwayat penyakit atau kondisi penyerta tertentu) serta orang lanjut usia. Dari jumlah
korban meninggal tersebut, tercatat sebanyak 385 orang merupakan tenaga medis (224 dokter, 15 dokter gigi, dan 146
perawat) yang gugur dalam melaksanakan tugas akibat terinfeksi Covid-19.

Grafik II.2 Tes Per Hari (Rata-Rata 1 Bulan) Sumber: Kementerian Kesehatan, diolah. Grafik II.3 Perkembangan Covid-19 di Sumber: Kementerian Kesehatan, diolah.
Indonesia (Per 31 Mei 2021)

32 33
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Di tahun 2021, perkembangan Covid-19 sudah mulai mengalami perbaikan yang dapat dilihat dari kasus aktif dan sektor riil berpotensi berpengaruh terhadap kinerja perbankan dan perusahaan pembiayaan yang dapat berujung pada
kasus harian yang berada dalam tren menurun. Namun demikian, tetap harus diwaspadai momen-momen perayaan persoalan likuiditas dan insolvensi. Kondisi-kondisi inilah yang sedari awal terus diupayakan oleh Pemerintah dan
dan libur panjang yang cenderung memicu peningkatan kasus harian maupun kasus aktif. otoritas agar dapat dihindari atau diminimalkan agar stabilitas secara keseluruhan tetap terjaga.

Selain menimbulkan korban jiwa, tantangan besar yang dihadirkan oleh pandemi adalah adanya tambahan beban
pada sistem kesehatan. Fasilitas dan konsentrasi tenaga kesehatan harus dicurahkan pada wabah yang sangat
menular ini. Pasien datang silih berganti dalam intensitas tinggi, tak jarang hingga membuat rumah sakit kewalahan. Tabel II.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
2020 (% YoY)
Di awal penyebaran, masih minimnya sarana pendukung termasuk ventilator dan bahkan alat pelindung diri (APD)
bagi tenaga kesehatan menciptakan tekanan tambahan bagi sistem kesehatan maupun psikologis di masyarakat.
Kondisi-kondisi seperti ini yang menjadi dasar bahwa penanganan pandemi harus difokuskan pada dukungan sistem
kesehatan termasuk melalui dukungan anggaran, seperti yang juga diimplementasikan Indonesia.

Dinamika kondisi Covid-19 di Indonesia secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor. Peningkatan jumlah tes
tentunya menjadi jalan pengungkapan kasus yang terus bertambah. Di sisi lain, terdapat beberapa fenomena sosial
yang juga mendorong peningkatan kasus seperti mobilitas masyarakat saat libur panjang, pemilihan kepala daerah
(pilkada), serta perbedaan penerapan disiplin 3M oleh masyarakat. Di samping penanganan Covid-19 dengan strategi
TLI (tes, lacak, isolasi), Pemerintah Indonesia juga aktif dalam menjalin kerja sama pengadaan vaksin dengan
pengembang vaksin terdepan. Berita baik tentang vaksin turut mengangkat sentimen positif terhadap penanganan
pandemi dan pemulihan aktivitas di masa mendatang. Meskipun demikian, Pemerintah menyadari adanya kompleksitas
dari vaksinasi. Dengan masih adanya faktor ketidakpastian pandemi serta kompleksitas vaksinasi, kedisiplinan pada
protokol kesehatan serta penguatan langkah TLI harus terus dilakukan untuk memitigasi risiko yang mungkin terjadi
di masa depan.

B. Tekanan Ekonomi Terhebat Sejak Krisis Keuangan Asia


Pandemi Covid-19 tentunya juga membawa dampak sangat serius pada perekonomian Indonesia, termasuk
mengganggu kesejahteraan masyarakat. Secara intituitif, banyak yang bisa memperkirakan bahwa pandemi ini akan
menciptakan gelombang besar yang menghantam ekonomi. Di tengah ancaman penularan, ketidakpastian yang
tinggi, serta banyak hal yang belum terungkap secara utuh mengenai wabah, maka restriksi atau pembatasan sosial
yang ketat menjadi langkah yang harus diambil sejak awal. Kota-kota besar seperti Jakarta yang dalam keadaan
normal seperti tidak pernah tidur, seketika menjadi senyap karena orang bekerja dari rumah, belajar lewat daring,
dan melakukan peribadatan dari tempat kediaman. Kegiatan pariwisata yang tengah menjadi primadona bak menjadi
layu. Para pengemudi transportasi daring sepi pelanggan. Toko-toko, pasar, maupun mal tutup atau mengurangi jam
operasional.

Implikasi mendalam akibat pandemi Covid-19 dapat terlihat dari catatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kali ini
tidak bisa menghindari jurang pertumbuhan ekonomi negative sebagaimana dialami sebagian besar negara di dunia.
Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu bertahan di tingkat positif di triwulan pertama, namun kontraksi
tidak terelakan terjadi di triwulan-triwulan berikutnya di 2020 ketika PSBB diimplementasikan di berbagai wilayah.
Pertumbuhan ekonomi nasional tercatat -5,3% year on year (YoY) di periode triwulan dua. Untuk pertama kalinya sejak
krisis keuangan Asia, Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan. Seluruh komponen mengalami pertumbuhan
negatif. Kondisi ini mencerminkan adanya tekanan tajam pada sektor-sektor perekonomian, baik di sisi permintaan
seperti konsumsi masyarakat maupun di sisi penawaran.

Berbagai pelemahan perekonomian berdampak ke rumah tangga, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), korporasi,
dan sektor keuangan. Ancaman pada rumah tangga berupa gangguan kesehatan karena terinfeksi Covid-19 bahkan Sumber: BPS, diolah.
ancaman jiwa, yakni puluhan bahkan ratusan ribu jiwa berpotensi tertular. Selain itu, terdapat ancaman kehilangan
pendapatan, tidak dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup minimalnya—terutama rumah tangga miskin dan
rentan serta sektor informal dan terjadinya penurunan daya beli masyarakat dan konsumsi. Disrupsi ekonomi yang
melanda, mengancam terjadinya penambahan jutaan pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.
Sejalan dengan pola global, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami pembalikan arah pada kuartal III 2020.
Bagi sektor usaha, salah satu dampak bagi UMKM adalah tidak dapat melakukan kegiatan usahanya sehingga Pertumbuhan ekonomi tercatat -3,5% di kuartal III, masih terkontraksi namun dalam level yang lebih baik dibanding
mengganggu kemampuan dalam memenuhi kewajiban kredit. Kondisi ini dapat berpengaruh pada kesehatan kuartal sebelumnya. Konsumsi Pemerintah menjadi satu-satunya komponen dengan pertumbuhan positif pada
perbankan, dimana Non-Performing Loan (NPL) untuk UMKM dapat meningkat secara signifikan. Bagi perusahaan kuartal III, mengindikasikan kuatnya peran fiskal di tengah upaya penanganan pandemi. Konsumsi rumah tangga
atau korporasi, terhentinya aktivitas perekonomian mengakibatkan terganggunya aktivitas ekonomi dari hulu hingga (Konsumsi RT) bergerak lebih baik dibanding kuartal II, antara lain didukung bantuan sosial yang mendorong daya
hilir, dari sektor produksi hingga konsumsi. Sektor yang paling rentan dan terimbas ialah manufaktur, perdagangan beli masyarakat, khususnya kelompok menengah bawah. Investasi dan ekspor juga mulai menunjukkan pembalikan
(besar maupun ritel), serta transportasi, akomodasi, restoran dan perhotelan. Berbagai dampak lanjutan dari situasi arah. Namun impor masih tertahan akibat lemahnya kinerja perekonomian global. Pembalikan arah ini menjadi sinyal
ini juga sangat tidak mudah seperti gangguan terhadap arus kas, penurunan kinerja bisnis, pemutusan hubungan positif bagi pemulihan ekonomi ke depan sekaligus menjadi dorongan bagi Pemerintah untuk berusaha mencapai
kerja dan bahkan ancaman kebangkrutan bagi perusahaan. Bagi sektor keuangan, terganggunya aktivitas bisnis di kinerja yang lebih baik.

34 35
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Sinyal pemulihan Sinyal pemulihan ekonomi yang telah terjadi sejak kuartal ke-III 2020 terus berlanjut di tahun 2021. Di sisi global,
sinyal pemulihan ekonomi juga terus nampak seperti dari kinerja manufaktur, perdagangan global, serta harga-harga
komoditas. Vaksinasi juga terus diakselerasi pelaksanannya di berbagai negara. Di Indonesia, beberapa indikator
ekonomi seperti Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur sudah menunjukkan adanya rebound dalam beberapa

ekonomi yang telah bulan terakhir. Indonesia juga terus meningkatkan proses vaksinasi yang telah diinisasi dengan target pertama
kelompok tenaga kesehatan, dan akan terus dilanjutkan dengan kelompok-kelompok lainnya. Kontraksi pertumbuhan
ekonomi Indonesia di kuartal ke-I 2021 terus mengecil ke tingkat -0,7%, dan diperkirakan pertumbuhan akan kembali
positif di kuartal ke-2. Sikap kehati-hatian patut terus dipertahankan baik di Indonesia maupaun dunia karena ancaman

terjadi sejak kuartal ke- Covid-19 belum berakhir. Kesehatan dan keselamatan masyarakat tetap menjadi prioritas, dan jika hal tersebut dapat
dipastikan maka langkah pemulihan ekonomi juga dapat semakin baik. Bagi Indonesia, penanganan pandemi dan
vaksinasi akan terus diikuti oleh penguatan kebijakan ekonomi termasuk keberlanjutan program Pemulihan Ekonomi
Nasional serta agenda reformasi struktural seperti implementasi Undang-Undang Cipta Kerja. Dengan berbagai

III 2020 terus berlanjut kebijakan kunci tersebut, diharapkan pemulihan ekonomi ke depan dapat terus diperkuat dan Indonesia dapat menjaga
agenda pembangunan jangka menengah-panjang.

di tahun 2021.
Meskipun arah pemulihan ekonomi sudah terlihat baik di level Indonesia maupun global, namun krisis kali ini
merupakan krisis yang berbeda. Krisis yang dihasilkan dari masalah kesehatan mensyaratkan perlunya pengendalian
pandemi yang tuntas agar ekonomi dapat benar-benar pulih. Selama pandemi masih ada, maka ketidakpastian
dalam pemulihan ekonomi juga masih tinggi. Situasi yang dihadapi tidak mudah karena kondisi kesehatan terkait
pandemi Covid-19 masih sangat dinamis. Hal tersebut membuat respon kebijakan harus menyesuaikan dengan
kondisi pandemi termasuk langkah-langkah yang masih sangat mungkin menahan kembali laju perekonomian seperti
Pemulihan ekonomi Indonesia terus berlangsung di kuartal IV 2020, dimana kontraksi pertumbuhan kembali mengecil pengetatan restriksi. Untuk itu, kewaspadaan dan disiplin di sisi kesehatan harus terus dipastikan, seiring dengan terus
ke tingkat -2,2%. Dengan demikian untuk keseluruhan tahun 2020, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di diperkuatnya langkah pemulihan ekonomi. Vaksinasi harus terus ditingkatkan serta 3M dan 3T harus terus diperkuat,
tingkat -2,1%. Konsumsi Pemerintah menjadi satu-satunya motor pertumbuhan ekonomi yang bekerja di tengah agar pemulihan ekonomi dapat berlangsung secara lancar dan solid.
hantaman pandemi pada berbagai aspek ekonomi baik itu konsumsi, investasi, maupun perdagangan internasional.
Tanpa kerja keras, fleksibilitas, dan respon APBN, perekonomian dapat jatuh terkontraksi lebih dalam. Sebetulnya,
kebijakan fiskal tidak hanya memberi kontribusi pada komponen Konsumsi Pemerintah dalam PDB, tapi juga termasuk
mencegah konsumsi dan investasi tidak jatuh terlalu dalam. Melalui pelebaran defisit APBN 2020 hingga 6,1% PDB,
realisasi belanja negara Rp2.589,9 triliun, termasuk realisasi PEN Rp579,8 triliun, negara hadir mencegah kontraksi
ekonomi lebih dalam akibat pandemi di 2020.

Grafik II.4 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Triwulanan (%, yoy)

36 37
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

III

INDONESIA MERESPONS
COVID-19: KEBIJAKAN
PENANGANAN PANDEMI
38 39
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

“Saat ini harus ada upaya


A. Pembentukan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi
Nasional (KPCPEN)
Sinergi untuk menanggulangi Covid-19 dan memulihkan ekonomi nasional juga dikokohkan di tingkat nasional melalui

bersama dari seluruh adanya komite khusus yang menangani. Dalam perkembangannya, komite ini juga mengalami penyesuaian untuk
mempercepat penanganan di sektor kesehatan dan ekonomi. Pada awal Maret 2020 ketika wabah Covid-19 masuk
ke Indonesia, Pemerintah segera membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melalui Keputusan
Presiden Nomor 7 tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)

pihak, jangan lelah untuk yang ditetapkan pada 13 Maret 2020. Dalam melaksanakan tugasnya, Gugus Tugas ini dibantu oleh Sekretariat
yang berkedudukan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Pembentukan Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan;

mengingatkan seluruh orang b. Mempercepat penanganan Covid-19 melalui sinergi antar kementerian/lembaga dan pemerintah daerah;
c. Meningkatkan antisipasi perkembangan eskalasi penyebaran Covid-19;
d. Meningkatkan sinergi pengambilan kebijakan operasional; dan
e. Meningkatkan kesiapan dan kemampuan dalam mencegah, mendeteksi, dan merespons terhadap Covid-19.

agar terus disiplin. Disiplin ini Adapun susunan keanggotaan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 terdiri atas:
A. Pengarah:

harus komunal dan kolektif.”


1. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;
2. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;
3. Menteri Kesehatan; dan
4. Menteri Keuangan.
B. Pelaksana:
1. Ketua: Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
2. Wakil Ketua:
i. Asisten Operasi Panglima Tentara Nasional Indonesia; dan
ii. Asisten Operasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Anggota:
Doni Monardo, Kepala Satuan Tugas i. Unsur Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;
ii. Unsur Kementerian Kesehatan;
(Satgas) Penanganan COVID-19 iii. Unsur Kementerian Dalam Negeri;
iv. Unsur Kementerian Luar Negeri;
v. Unsur Kementerian Perhubungan;
vi. Unsur Kementerian Komunikasi dan Informatika;
vii. Unsur Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
viii. Unsur Kementerian Agama;

S
ix. Unsur Badan Nasional Penanggulangan Bencana;
emua mata dan perhatian dunia tertuju ke pandemi Covid-19. Seluruh negara secara serentak mengalihkan x. Unsur Tentara Nasional Indonesia;
fokusnya pada penguatan aspek kesehatan dan keselamatan jiwa akibat virus yang sangat mudah menular xi. Unsur Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
dan dapat menimbulkan kematian tersebut. Angka penularan yang terus bertambah secara cepat harus xii. Unsur Kantor Staf Presiden.
dibendung dengan berbagai langkah penanganan yang belum pernah dialami sebagian besar masyarakat
sebelumnya. Masker telah menjadi bagian dari pakaian sehari-hari. Mencuci tangan menjadi sebuah kebiasaan yang Gugus Tugas tersebut menjalankan tugas sejak Maret hingga Juli 2020 dengan memfokuskan diri pada penanganan
lebih rutin dilakukan untuk mengawali aktivitas apapun, bahkan untuk memasuki setiap tempat. Menjaga jarak dan kesehatan. Di pertengahan tahun 2020 ketika Covid-19 telah menunjukkan dampaknya pada perekonomian, Pemerintah
mengurangi mobilitas menjadi kebijakan tidak konvensional dan merupakan adaptasi kebiasaan baru bagi masyarakat membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) dengan pertimbangan bahwa
yang terbiasa komunal dan berjiwa sosial, demi kebaikan bersama. Testing dan tracing menjadi instrumen yang persoalan ekonomi akibat pandemi dapat diselesaikan secara beriringan dengan persoalan dampak kesehatan, melalui
dilakukan sehari-hari, diiringi dengan penguatan treatment oleh para tenaga kesehatan yang tidak pernah lelah. penanganan kelembagaan yang sama dan terkoordinasi secara maksimal. Didirikan dengan Peraturan Presiden Nomor
Vaksinasi menjadi sebuah upaya besar yang dilakukan dengan didukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 82 Tahun 2020 yang ditetapkan pada 20 Juli 2020, Pemerintah memasukkan Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19 dalam KPCPEN. Selain itu, Perpres tersebut juga membubarkan 18 lembaga dan melebur sebagian lembaga
Bagi Indonesia dan dunia, melakukan berbagai adaptasi kebiasaan baru tersebut bukanlah sebuah perjalanan yang dibubarkan tersebut ke KPCPEN. Adapun kedelapan belas lembaga yang dibubarkan/dilebur tersebut adalah:
singkat dan mudah. Dinamika dan penyesuaian terus dilakukan sejak awal kemunculan wabah ini. Ketidaktahuan, 1. Tim Transparansi Industri Ekstraktif, dialihkan fungsi dan tugasnya ke Kementerian Energi dan Sumber Daya
ketidakpastian dan keterbatasan menjadikan kita rendah hati untuk terus melakukan langkah koreksi dan penyesuaian. Mineral dan Kementerian Keuangan.
Meski demikian, kesepahaman bersama bahwa kesehatan dan keselamatan jiwa merupakan prioritas, membuat 2. Badan Koordinasi Nasional Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, dialihkan fungsi dan tugasnya ke
perjuangan melawan pandemi ini merupakan sinergi bersama yang akan terus diperkuat hingga pandemi dapat benar- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan.
benar terkendali.

40 41
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

3. Tim Koordinasi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove, dialihkan fungsi dan tugasnya ke Kementerian Terakhir, Satuan Tugas (Satgas) Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional merupakan bagian yang bertugas
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan. untuk melaksanakan dan mengendalikan implementasi kebijakan strategis; menyelesaikan permasalahan kebijakan
4. Badan Peningkatan Penyelenggaraan Sistem penyediaan Air Minum, dialihkan fungsi dan tugasnya ke Kementerian strategis, termasuk permasalahan yang dihadapi sektor-sektor usaha riil; melakukan pengawasan pelaksanaan
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. kebijakan strategis; dan menetapkan dan melaksanakan kebijakan serta langkah-langkah lain yang diperlukan dalam
5. Tim Koordinasi Percepatan Pembangunan Rumah Susun di Kawasan Perkotaan, dialihkan fungsi dan tugasnya ke rangka percepatan pemulihan dan transformasi ekonomi nasional. Satgas ini diketuai oleh Wakil Menteri I Badan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Usaha Milik Negara.
6. Tim Koordinasi Pemantauan dan Evaluasi atas Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga kepada PDAM dalam rangka
percepatan penyediaan air minum, dialihkan fungsi dan tugasnya ke Kementerian Keuangan dan Kementerian
Baik Satgas Penanganan Covid-19 dan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional ini memiliki kewenangan
Pekerjaan Umu dan Perumahan Rakyat.
untuk menetapkan keputusan yang mengikat kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan instansi pemerintah
7. Tim Pinjaman Komersial Luar Negeri, dialihkan fungsi dan tugasnya ke Kementerian Keuangan.
lainnya. Selain itu, kedua satgas tersebut juga melakukan komunikasi dan koordinasi dengan kementerian/lembaga
8. Tim Nasional untuk Perundingan Perdagangan Multilateral dalam kerangka World Trade Organization, dialihkan
dan pemerintah daerah terkait.
fungsi dan tugasnya ke Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri.
9. Komite Antar Departemen Bidang Kehutanan, dialihkan fungsi dan tugasnya ke Kementerian Lingkungan Hidup
Ilustrasi IV.6 Struktur Organisasi KPC PEN
dan Kehutanan.
j. Satuan Tugas Percepatan Pelaksanaan Berusaha, dialihkan fungsi dan tugasnya ke Satgas Pemulihan Ekonomi
Nasional.
11. Tim Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi, dialihkan fungsi dan tugasnya ke Satgas Pemulihan
Ekonomi Nasional.
12. Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN, dialihkan fungsi dan tugasnya ke Satgas
Pemulihan Ekonomi Nasional.
13. Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.
14. Badan Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda.
15. Komite Kebijakan Sektor Keuangan.
16. Tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor.
17. Komite Pengarah Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional berbasis Elektronik (Road Map e-Commerce) tahun
2019-2019.
18. Tim Restrukturisasi dan Rehabilitasi PT (Persero) PLN.

Secara umum, KPCPEN mengintegrasikan kewenangan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang
sebelumnya berperan sebagai lembaga sentral dalam kewenangan penanggulangan dampak Covid-19 beserta
kewenangan kementerian/lembaga lainnya untuk percepatan pemulihan ekonomi akibat pandemi ini. KPCPEN terdiri
atas tiga bagian utama, yakni Komite Kebijakan, Satuan Tugas Penanganan Covid-19, dan Satuan Tugas Pemulihan
dan Transformasi Ekonomi Nasional.

Komite Kebijakan bertugas menyusun rekomendasi kebijakan strategis kepada Presiden, mengintegrasikan dan
menetapkan langkah-langkah kebijakan strategis serta terobosan yang diperlukan, serta melakukan monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kebijakan strategis dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 serta pemulihan ekonomi
dan transformasi ekonomi nasional.

Susunan keanggotaan Komite Kebijakan adalah sebagai berikut.


1. Ketua: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
2. Wakil Ketua I: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi B. Usaha Membendung Penyebaran Virus
3. Wakil Ketua II: Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
4. Wakil Ketua III: Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Merespons adanya wabah Covid-19 di Tiongkok dan pemberlakuan lockdown di Wuhan pada tanggal 23 Januari
5. Wakil Ketua IV: Menteri Keuangan 2020, Pemerintah Indonesia segera mengambil respons sigap. Setelah menerima NOTAM G0108/20 dari International
6. Wakil Ketua V: Menteri Kesehatan Notam Office Beijing yang memberitahukan bahwa Bandar Udara Internasional Wuhan Tianhe tidak dapat digunakan
7. Wakil Ketua VI: Menteri Dalam Negeri sebagai bandara alternatif kecuali untuk penerbangan kondisi darurat sejak tanggal 23 Januari 2020 pukul 11.00 UTC
8. Ketua Pelaksana: Menteri Badan Usaha Milik Negara (18.00 WIB) sampai 02 Februari 2020 pukul 15.59 UTC (22.59 WIB), Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal
9. Sekretaris Eksekutif I: Sdr. Raden Pardede Perhubungan Udara telah mengambil kebijakan antisipatif berupa pelarangan terhadap maskapai yang terbang dari
10. Sekretaris Eksekutif II: Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan ke Wuhan. Wabah Covid-19 yang semakin menyebar di Tiongkok membuat Indonesia memperluas larangan
penerbangan. Sejak tanggal 5 Februari 2020, Indonesia telah melarang seluruh penerbangan dari dan ke Tiongkok.
Pembatasan terhadap kedatangan orang dari kawasan Tiongkok dan pelarangan impor hewan hidup dari Tiongkok
Sementara itu, bagian Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melanjutkan tugas pada Gugas Tugas Covid-19 sudah dilakukan sehari sebelumnya. Untuk wisatawan ataupun tenaga kerja asing Tiongkok yang berada di Indonesia,
sebelumnya, yakni melaksanakan dan mengendalikan kebijakan strategis, menyelesaikan permasalahan permasalahan Pemerintah memperpanjang visa mereka hingga satu bulan.
dan kebijakan strategis secara cepat dan tepat, melakukan pelaksanaan kebijakan strategis, serta melaksanakan
kebijakan dan langkah-langkah lain yang diperlukan dalam rangka percepatan penanganan Covid-19. Bagian Satgas
Penanganan Covid-19 ini masih diketuai oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Berkaitan Langkah extraordinary dari sisi kesehatan yang antisipatif dilakukan secara cepat sejak awal wabah. Pada Januari
dengan Satgas Covid-19, pemerintah daerah dapat menyesuaikan dengan membentuk satuan tugas di provinsi dan 2020, Pemerintah telah menyediakan 100 Rumah Sakit Rujukan Covid-19 di seluruh Indonesia dan memperketat
kabupaten/kota. pengecekan Kesehatan di bandara, khususnya pada daerah yang menerima penerbangan langsung dari Tiongkok.

42 43
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Setelah adanya dua kasus pertama Covid-19 di Indonesia, Pemerintah memperketat Protokol Standar Penanganan
Covid-19 di Indonesia pada tanggal 6 Maret 2020. Sebelumnya, yakni sejak 28 Januari 2020, Indonesia telah memiliki
protokol penanganan Covid-19 yang disusun oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit,
Kementerian Kesehatan. Kemudian pada 17 Februari 2020, Pemerintah juga melakukan revisi penguatan protokol.
Selain itu, Rumah Sakit Rujukan Covid-19 ditambah menjadi 132 Rumah Sakit.

Segera setelah WHO mengumumkan status pandemi atas wabah Covid-19, upaya penguatan penanganan di Indonesia
juga ditingkatkan. Pada tanggal 13 Maret 2020, Pemerintah mengeluarkan Perpres Nomor 7 Tahun 2020 tentang
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang kemudian diperbaharui dengan Perpres Nomor 9 Tahun 2020
tanggal 20 Maret 2020. Gugus tugas yang dipimpin Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana ini bertanggung
jawab kepada Presiden. Pembentukan gugus tugas tersebut bertujuan untuk mempercepat penanganan Covid-19
melalui sinergi antar kementerian/lembaga (K/L) dan Pemda. Pendanaan gugus tugas berasal dari APBN, APBD, dan
sumber lain yang sah.

Untuk menghambat penyebaran Covid-19 lebih lanjut, pada tanggal 16 Maret 2020, Presiden memberikan arahan
untuk melakukan pembatasan fisik (physical distancing) dengan bekerja, belajar, dan beribadah di rumah. Melalui
arahan ini, beberapa kantor dan lembaga pendidikan mulai melakukan aktivitas bekerja dan belajar di rumah. Ujian
Nasional untuk SD, SMP, dan SMA/sederajat juga dibatalkan. Tempat ibadah pun ditutup untuk sementara. Ini adalah
Salah satu ruas jalan protokol di Jakarta di
sebuah titik monumental dalam penanganan pandemi sekaligus sinyal keseriusan untuk menangani pandemi melalui
masa PSBB - iStock
kebijakan yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Kesehatan dan keselamatan jiwa masyarakat menjadi prioritas
dengan pembatasan interaksi agar penularan bisa ditekan.

Melihat tren persebaran Covid-19 di Indonesia yang masih cenderung meningkat, Pemerintah memperpanjang Status
Keadaan Tertentu Darurat Bencana Covid-19 hingga 29 Mei 2020. Kemudian, mulai tanggal 20 Maret 2020, Pemerintah
memperluas pelarangan seluruh penerbangan, kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu, selama satu bulan. Tentunya
dengan kebijakan ini industri penerbangan terkena dampak yang sangat signifikan. Namun kembali ini menjadi
Pelarangan mudik,
sebuah pilihan tidak mudah yang harus diambil demi mencegah lonjakan kasus yang tidak terkendali dan tidak dapat
tertangani oleh sistem kesehatan yang ada.
penundaan liburan,
penghentian penerbangan,
Pemerintah juga melakukan periksa cepat atau rapid test sejak pertengahan Maret 2020 sebagai langkah identifikasi
lebih lanjut jumlah penderita Covid-19. Untuk menampung lonjakan pasien, Pemerintah memperluas lokasi
laboratorium periksa menjadi 15 tempat. Selain itu, pada 23 Maret 2020, Pemerintah menggunakan Wisma Atlet
Kemayoran untuk menangani pasien sebanyak 4 tower dan terus diperluas ke 3 tower lainnya untuk memperbesar

hingga menggeser aktivitas


kapasitas penampungan. Untuk menambah kapasitas dan mengantisipasi semakin tingginya pasien dengan Covid-19,
pada 6 April 2020 Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Pulau Galang resmi dibuka dengan kapasitas yang dapat diperbesar
hingga 1.000 ruangan. Pengadaan alat kesehatan juga dilakukan secara masif. Mengingat adanya kebutuhan yang
sangat mendesak terhadap alat-alat tersebut di tengah keterbatasan pasokan serta permintaan yang sangat tinggi

di rumah mungkin tidak


secara global, Pemerintah memberikan kemudahan perizinan impor alat kesehatan, yakni cukup melalui izin BNPB.

Untuk lebih meningkatkan kewaspadaan nasional, pada tanggal 31 Maret 2020 pemerintah Indonesia menerapkan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan dan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala
Besar. Sesuai dengan undang-undang tersebut, status PSBB ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang berkoordinasi
dengan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dan para kepala daerah. Wilayah DKI Jakarta menjadi
yang pertama menetapkan PSBB pada tanggal 10 April 2020 selama 14 hari yang diatur dalam Peraturan Gubernur
pernah dibayangkan akan
nomor 33 tahun 2020 yang mengatur PSBB di Jakarta. PSBB dapat dikatakan sebagai salah satu kebijakan penanganan
Covid-19 yang paling signifikan selama pandemi.
menjadi sebuah kebijakan
yang diimplementasikan di
Langkah DKI Jakarta diikuti oleh beberapa provinsi lain, yakni Sumatera Barat dan Gorontalo yang menerapkan
PSBB secara penuh di seluruh kabupaten/kota. Selain itu, provinsi Riau, Sumatera Selatan, Banten, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan juga
memberlakukan PSBB meskipun hanya untuk kabupaten/kota tertentu yang memiliki tingkat penularan Covid-19

Indonesia.
tinggi. Provinsi Jawa Barat yang semula hanya menerapkan PSBB di wilayah Bogor, Depok, Bekasi, dan Bandung, juga
berangsur menerapkan PSBB di seluruh kabupaten/kota pada bulan Mei 2020. Puncak PSBB tahap pertama adalah di
bulan Mei 2020. Setelah Mei, berbagai provinsi menerapkan transisi PSBB atau memulai praktik Adaptasi Kebiasaan
Baru.

44 45
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Pencegahan penularan dan persebaran Covid-19 juga diakukan Pemerintah melalui revisi Cuti Bersama tahun 2020. beberapa lembaga termasuk Lembaga Biomolekuler Eijkman dan dikoordinasikan oleh Kementerian Riset dan Inovasi,
Kebijakan ini diambil sesuai dengan arahan Presiden dalam Rapat Terbatas (Ratas) Antisipasi Mudik Lebaran pada serta 2) Melakukan kerja sama dan pemesanan kepada berbagai pengembang vaksin internasional seperti Sinovac
tanggal 2 April 2020 terkait imbauan tidak mudik dan penggantian libur Lebaran 2020. Keputusan revisi tersebut Tiongkok, Pfizer, Novavax, Astrazaneca, serta melalui inisiatif multilateral yakni GAVI/COVAX.
memuat ketentuan sebagai berikut.
1. Libur Hari Raya Idul Fitri ditetapkan pada tanggal 24-25 Mei 2020.
Dibandingkan dengan banyak negara berkembang lain, langkah Indonesia terhitung sangat cepat. Sejak tahap awal
2. Tambahan Cuti Bersama Maulid Nabi Muhammad SAW pada tanggal 28 Oktober 2020
pengembangan vaksin, Indonesia sudah menjajaki kerja sama dengan perusahaan Sinovac dari Tiongkok, termasuk
3. Tambahan Cuti Bersama Idul Fitri yang semula ditetapkan pada 26-29 Mei 2020, dicabut dan digeser ke akhir
mengadakan tahap uji klinis vaksin Sinovac di Indonesia. Penjajakan yang cepat dengan Sinovac dan berbagai
tahun pada tanggal 28-31 Desember 2020. Cuti bersama di akhir tahun ini kemudian dibatalkan seiring dengan
pengembang lain membuat Indonesia sudah mengamankan pemesanan lebih dari 400 juta vaksin yang memadai
peningkatan kasus Covid-19 yang masih tinggi pada akhir tahun 2020.
untuk kebutuhan pencapaian herd immunity melalui vaksinasi bagi 181,5 juta penduduk sasaran berusia di atas 18
tahun.
Langkah pencegahan penularan dengan penerapan physical distancing, bekerja dan belajar dari rumah, pembatasan/
pelarangan kegiatan publik, sosialisasi protokol kesehatan, serta tes yang masif (rapid test, Polymerase Chain Reaction
Pada tanggal 16 Desember 2020, Pemerintah mengumumkan bahwa biaya vaksin dan vaksinasi seluruh masyarakat
(PCR) swab test, dan rapid antigen test) hingga saat ini terus dilakukan oleh pemerintah untuk menekan jumlah
akan menjadi tanggungan negara. Langkah ini menjadi bukti kehadiran negara dan APBN untuk terus mendukung
penyebaran virus Covid-19. Walaupun demikian, eskalasi penularan Covid-19 masih terjadi dengan tambahan kasus
pengendalian pandemi secara menyeluruh. Pemerintah berkomitmen untuk menanggung seluruh biaya vaksinasi
harian yang terus meningkat. Hal itu menyebabkan Jakarta dan Banten kembali memberlakukan PSBB ketat pada
masyarakat yang pentahapannya sudah ditentukan, namun juga tetap membuka opsi vaksinasi gotong royong bagi
pertengahan bulan September hingga pertengahan Oktober 2020. Daerah sekitarnya seperti Bogor, Depok, dan Bekasi
pihak swasta dengan persyaratan tertentu yang diatur secara ketat termasuk jenis vaksin yang tidak boleh sama
juga turut menyesuaikan langkah yang dilakukan Jakarta karena keterhubungan yang tinggi dengan Jakarta.
dengan vaksin program Pemerintah.

Hingga bulan Desember 2020, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 beserta kementerian terkait sudah mengeluarkan
lebih dari 100 protokol dan regulasi untuk mencegah perluasan penyebaran Covid-19. Secara kuantitatif jumlah
protokol dan regulasi ini menunjukkan bahwa perjalanan penanganan Covid-19 adalah upaya yang dinamis, tidak
mudah dan menyentuh beragam spektrum.

Memasuki tahun 2021, pemberlakuan pembatasan sosial atau yang disebut PPKM (Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat) yang awalnya diterapkan di Jawa dan Bali menjadi salah satu faktor pendorong menurunnya
jumlah kasus harian di Indonesia. PPKM Jawa-Bali mulai diberlakukan pada tanggal 11 Januari 2021 dan terus
mengalami perpanjangan hingga bulan Mei. Dalam perpanjangan tersebut, terdapat perluasan area hingga di luar
Ilustrasi III.1 Pentahapan Sasaran Penerima Sumber: Kementerian Kesehatan.
Jawa dan Bali serta penyesuaian teknis pembatasan seperti dengan melonggarkan jam buka dan kapasitas maksimal Vaksin Covid-19
ruangan.

Kebijakan ini dinilai berhasil dalam menekan kasus Covid-19 karena pelibatan unsur-unsur mikro seperti Rukun Pada tanggal 13 Januari 2021, Indonesia telah memulai vaksinasi massal, dengan Presiden Joko Widodo sebagai
Tetangga/Rukun Warga, sehingga implementasinya lebih detail dan menyeluruh. Implementasi PPKM lebih selektif, orang pertama yang mendapat vaksinasi. Vaksinasi dilakukan setelah vaksin Sinovac mendapat izin penggunaan
berimbang, dan didasarkan pada kriteria tertentu seperti jika daerah tersebut memiliki tingkat kematian yang berada darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan, serta telah dinyatakan halal dan suci oleh Majelis Ulama Indonesia.
di atas angka nasional, tingkat kesembuhan di bawah angka nasional, kasus aktif di atas angka nasional, atau tingkat Vaksinasi kemudian dilakukan serentak dengan tenaga kesehatan menjadi kelompok sasaran awal untuk melindungi
keterisian RS untuk ruang isolasi dan ICU di atas 70%. para garda terdepan dalam perang melawan pandemi tersebut. Selanjutnya vaksinasi juga menyasar pada kelompok
lansia yang sangat rentan, setelah vaksin dinyatakan aman bagi kelompok ini. Bersamaan dengan vaksinasi bagi
lansia, petugas publik seperti guru juga menjadi sasaran pada gelombang awal.
Pelarangan mudik, penundaan liburan, penghentian penerbangan, hingga menggeser aktivitas di rumah mungkin tidak
pernah dibayangkan akan menjadi sebuah kebijakan yang diimplementasikan di Indonesia. Tetapi beragam kebijakan
besar dan di luar kebiasaan terus diambil serta disesuaikan agar semakin tepat merespon situasi yang ada dan
semakin efektif menanggulangi pandemi. Grafik III.1 Jumlah Total Dosis Vaksinasi
COVID-19 yang Diberikan di Beberapa Negara
(Dalam Juta Dosis)
C. Mengamankan Masyarakat dengan Vaksin
Pengendalian persebaran dan penularan Covid-19 tidak hanya melalui penegakan disiplin 3M, penguatan 3T, dan
PSBB. Pemerintah juga mengupayakan pengadaan vaksin serta terlibat dalam pengembangannya. Vaksin dianggap
sebagai salah satu game changer yang akan dapat membantu mempercepat penyelesaian pandemi. Secara global,
terdapat harapan yang tinggi agar vaksin Covid-19 dapat segera ditemukan sehingga kehidupan dapat kembali
normal seperti sedia kala. Harapan, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi melebur menjadi motor yang mampu
membuat pengembangan vaksinasi dapat berlangsung sangat cepat relatif terhadap standar pengembangan vaksin
pada umumnya.

Beberapa pengembang vaksin terdepan antara lain Sinovac, Sinopharm, dan Cansino dari Tiongkok. Pfizer-BioNtech,
Moderna, Astrazaneca, dan Gamaleya dari Amerika Utara serta Eropa. Inggris menjadi negara pertama yang melakukan
vaksinasi masal pada Desember 2020, disusul oleh negara-negara lainnya seperti Amerika Serikat, Kanada, Arab Saudi,
Israel, Uni Emirate Arab, Qatar, dan lainnya.

Indonesia turut berupaya berada di garis terdepan agar dapat memperoleh vaksin dengan segera, setidaknya melalui Sumber: Bloomberg Vaccine Tracker, data per 30
Mei 2021
dua pendekatan yakni: 1) mengembangkan vaksin Merah Putih buatan dalam negeri yang dikembangkan oleh

46 47
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Dalam pelaksanaan vaksinasi, Pemerintah terus berupaya melakukan berbagai percepatan serta melakukan beragam Ilustrasi III.2 Kebijakan Pemerintah Dalam
inovasi dan sinergi. Hingga Mei 2021, Indonesia sudah melakukan vaksinasi sebanyak lebih dari 27 juta dosis, di mana Penanggulangan Covid-19
16,4 juta merupakan dosis pertama, dan 10,6 juta merupakan dosis ke dua. Hingga titik ini, vaksinasi memang belum
mencapai titik optimal yang diharapkan yakni vaksinasi sekitar 1 juta dosis per hari, namun upaya akselerasi terus
dilakukan sehingga target penyelesaian vaksinasi di Maret 2022 dapat tercapai. Di dunia sendiri, sampai dengan Mei
2021 lebih dari 1,86 miliar vaksin telah disuntikan di 176 negara. Meski masih terdapat beberapa tantangan terkait
vaksinasi, utamanya agar akses dan kecepatan vaksinasi di setiap negara dapat lebih berimbang, namun statistik 23 Januari 2020 Menunjuk 100 Rumah Sakit Rujukan Covid-19
vaksinasi yang ada tetap memberi nuansa adanya sebuah upaya besar dan menuju arah yang sama di dunia untuk
segera mengendalikan pandemi secara tuntas. Bagi Indonesia, komitmen yang kuat juga sedang dipegang agar
vaksinasi dapat berhasil, dan bersama dengan langkah penanganan pandemi lain dapat menjadi jalan keluar dari 24 Januari 2020 Melarang maskapai Indonesia untuk terbang dari dan ke Wuhan
badai yang luar biasa besar ini.

4 Februari 2020 Menerapkan pembatasan terhadap kedatangan orang dari kawasan Tiongkok.
Memperpanjang visa hingga sebulan untuk turis/tenaga kerja Tiongkok yang sedang
berada di Indonesia.
Melarang impor hewan hidup dari Tiongkok.
5 Februari 2020 Melarang seluruh penerbangan dari dan ke Tiongkok

6 Maret 2020 Penguatan Protokol Standar Penanganan Covid-19

10 Maret 2020 Menambah Rumah Sakit Rujukan Covid-19 menjadi 132 unit

13 Maret 2020 Membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang dipimpin oleh BNPB

16 Maret 2020 Arahan untuk physical distancing: bekerja, belajar, dan beribadah di rumah
Grafik III.2 Jumlah Vaksinasi Harian di Sumber: Bloomberg Vaccine Tracker, data per 31
Indonesia (dalam dosis) Mei 2021

18 Maret 2020 Perpanjangan Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Covid-19 hingga 29 Mei 2020
Segala upaya untuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi di Indonesia terus dilakukan oleh Pemerintah melalui
Kemenkes. Dengan situasi saat ini yang unprecedented, Pemerintah terus berupaya keras melaksanakan kebijakan
yang inovatif dan mungkin tidak terpikirkan sebelumnya untuk mempercepat vaksinasi. Terkini, Kemenkes baru saja 20 Maret 2020 Memberlakukan partial travel ban selama satu bulan.
menerbitkan edaran percepatan vaksinasi Covid-19 untuk kelompok pra-lansia, dimana penduduk berusia 50 tahun Memperluas lokasi laboratorium periksa di 15 tempat.
ke atas sudah diperbolehkan mendapat vaksinasi. Implementasinya juga diikuti dengan langkah terobosan berupa
mekanisme 2:1, dimana seseorang berusia 18-49 tahun boleh menerima vaksin dengan membawa dua orang berusia 23 Maret 2020 Wisma Atlet mulai beroperasi
50 tahun ke atas untuk ikut vaksinasi. Sementara itu, pada awal Maret lalu, kita juga melihat bahwa Pemerintah
menggandeng Gojek dan Halodoc untuk menghadirkan vaksinasi drive thru di Kemayoran, Jakarta. Langkah serupa
juga dilakukan di Bali, dimana Grab Indonesia dan Good Doctor Technology Indonesia menjadi mitra Pemerintah dalam 24 Maret 2020 Pembatalan Ujian Nasional 2020 untuk SD, SMP, dan SMA/sederajat.
mendirikan pusat vaksinasi di Nusa Dua. Melalui beragam inovasi yang telah diterapkan, Pemerintah berharap mampu Mempermudah impor alat kesehatan cukup dengan hanya izin BNPB.
mengakselerasi vaksinasi guna mencapai target herd immunity pada waktu yang sudah ditetapkan.
31 Maret 2020 Penetapan Status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.

Inovasi dalam pelaksanaan vaksinasi merupakan sebuah keharusan untuk dilakukan dengan segera karena terbukti Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
dapat mempercepat normalisasi pada aktivitas masyarakat. Hal tersebut dapat kita pelajari dari AS maupun Inggris 6 April 2020 Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Pulau Galang resmi beroperasi.
terkait inovasi yang mereka lakukan untuk mempercepat vaksinasi. Negara-negara maju, seperti AS dan Inggris, sejak
awal sudah membangun pusat vaksinasi dalam rangka “jemput bola” kepada masyarakat. Di AS, misalnya, pusat Imbauan Menteri Agama untuk merayakan ibadah Ramadan dan perayaan Idulfitri di
vaksinasi ini dibuka selama 24 jam penuh dan memiliki kapasitas vaksinasi 1 orang setiap 10 detik dengan sistem rumah.
drive thru yang merupakan hasil kerjasama dengan pihak militer. Selain itu, AS juga mempercepat pendirian klinik 9 April 2020 Mengundur Cuti Bersama Idul Fitri 2020 ke akhir tahun 2020.
vaksinasi, lokasi vaksinasi, serta pelatihan vaksinator. Alhasil, AS mampu melakukan vaksinasi dengan rata-rata 1,3
juta dosis per hari sejak Januari, dan di bulan April tercatat sudah berada di tingkat hampir 3 juta dosis per harinya.
Inovasi mereka ini memberikan dampak positif dimana aktivitas masyarakat sudah mendekati kondisi normal. Sebagai 13 April 2020 Penetapan Bencana non-alam Penyebaran Covid-19 sebagai Bencana Nasional melalui
contoh, di AS masyarakat sudah diperbolehkan untuk menonton pertandingan basket (NBA) secara langsung. Begitu Keppres Nomor 12 tahun 2020
pun di Inggris, juga negara Eropa lainnya, yang akan menyelenggarakan turnamen sepak bola antar negara Euro 2020
dengan penonton yang hadir langsung di stadion. Hal tersebut menunjukkan bahwa melalui inovasi pada vaksinasi, 21 April 2020 Melarang mudik Idul Fitri 2020, efektif 24 April 2020
kebijakan relaksasi dalam skala lebih besar pun dapat dilakukan sehingga proses pemulihan ekonomi pun dapat lebih
dipercepat.

48 49
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

24 April 2020 Menghentikan layanan penerbangan komersil, baik domestik maupun internasional (24 28 September 2020 Badan Standardisasi Nasional (BSN) menetapkan SNI untuk masker kain. Penetapan ini
April-1 Juni 2020), kecuali pejabat/tamu negara/urusan darurat/angkutan barang esensial berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 407/KEP/BSN/9/2020.

23 Mei 2020 Penetapan Wisma Atlet Kemayoran sebagai Zona Kekarantinaan Hasil Survei BPS: 92 % warga patuh memakai masker selama pandemi Covid-19 (survei
tanggal 7-14 September 2020 dengan 90.967 responden)
Panduan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan
29 September 2020 Tower 8 Flat Isolasi Mandiri berkapasitas 1.500 tempat tidur, yang letaknya tidak jauh dari
Industri (HK.01.07/MENKES/328/2020)
RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran, dibuka.
Protokol Pencegahan Penularan Covid-19 bagi Aparat yang Melaksanakan Tugas
Satgas Penanganan Covid-19 menilai Indonesia dimungkinkan menggunakan rapid test
Pengamanan dan Penertiban Penanganan Covid-19 (HK.02.01/MENKES/334/2020)
antigen sesuai rekomendasi WHO.
4 Juni 2020 Membatalkan pemberangkatan Haji tahun 2020 bagi 221 ribu calon jemaah haji WNI
3 Oktober 2020 Presiden Jokowi mengeluarkan video “Keseimbangan dan Optimisme, Strategi
Penanganan Covid-19”
9 Juni 2020 Kemenhub menerbitkan Permenhub 41 Tahun 2020 yang menghapuskan ketentuan
5 Oktober 2020 Pemerintah menetapkan Perpres Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan
batas penumpang 50% pada operasional angkutan umum dan pribadi. Hal ini mengubah
Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.
Permenhub 18 Tahun 2020 yang diundangkan pada 9 April 2020.
12 Juni 2020 PT KAI mulai mengoperasikan kereta api (KA) reguler, baik KA lokal maupun KA jarak jauh 6 Oktober 2020 Surat Edaran Nomor HK.02.02/I/3713/2020 Tentang Batasan Tarif Tertinggi Pemeriksaan
per 12 Juni 2020. Kereta beroperasi sesuai prosedur adaptasi kebiasaan baru dan aturan Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) atau pengambilan swab yakni sebesar
yang ditetapkan pemerintah. Rp900.000,00 resmi berlaku.
16 Juni 2020 Memperbolehkan pembelajaran tatap muka di sekolah-sekolah yang berada di wilayah 10 Oktober 2020 Pemerintah dan PHRI siapkan 120 hotel isolasi mandiri di sembilan provinsi (Jakarta,
zona hijau Covid-19. Jawa Timur, Bali, Papua, Jawa Barat, Sulsel, Kalsel, Sumut, dan Jateng).

8 Juli 2020 Kemenkes RI menerbitkan surat edaran yang berisi tentang batas tarif maksimal rapid test, 16 Oktober 2020 Menteri BUMN dan Menteri Luar Negeri melakukan survei ke Inggris dan menghasilkan
yaitu sebesar Rp150.000. kesepakatan 100 juta vaksin Covid-19 dari AstraZeneca di tahun 2021 dan beberapa
kesepakatan lain dengan Imperial College London dan CEPI.
14 Juli 2020 Pemerintah menghapus istilah PDP dan ODP serta memperkenalkan istilah baru: Kasus
18 Oktober 2020 Sebanyak 1.620 relawan telah mendapat suntikan pertama vaksin Covid-19 Sinovac.
Suspek, Kontak Erat, Kasus Konfirmasi Tanpa Gejala, dan Kasus Probable.
Direktur Registrasi Obat Badan POM menyebut tidak ada laporan efek samping yang berat
Indonesia akhirnya mengikuti rekomendasi WHO terkait ketentuan isolasi pasien. atau serius di antara para relawan hingga Minggu (18/10).

Penggunaan Surat Izin Keluar Masuk (SIKM) untuk keluar masuk DKI Jakarta dihapuskan. 19 Oktober 2020 Pemberlakukan jam operasional KRL Commuterline kembali normal yaitu mulai pukul
04.00-24.00. Namun, untuk kapasitas pengguna tetap diberlakukan pembatasan yaitu 74
20 Juli 2020 Pembentukan Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional dan Penanganan Covid-19 orang per kereta atau 40% kapasitas.
(Perpres Nomor 82 Tahun 2020)
21 Oktober 2020 Sebagian bioskop di Jakarta telah kembali beroperasi.
21 Juli 2020 Sebanyak 2.400 vaksin Covid-19 dari Cina tiba di Indonesia untuk uji klinis tahap 3
(kerjasama PT Bio Farma dan Sinovac)
24 Oktober 2020 Menteri Koordinator Maritim dan Investasi mengungkapkan kemungkinan vaksinasi
11 Agustus 2020 PT Bio Farma (BUMN) mulai melakukan uji klinis terhadap 1.620 sukarelawan kandidat mundur dari rencana awal minggu kedua bulan November 2020 karena BPOM belum
vaksin di Bandung mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA).
30 Oktober 2020 Dalam rangka penyediaan vaksin, rata-rata kesiapan cold chain yang berfungsi di
8 September 2020 Presiden Jokowi menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 18 tahun 2020 Indonesia telah mencapai 97 persen, sementara dari sisi SDM-nya telah dipersiapkan
tentang Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Corona Virus Disease 2019 yang sebanyak 739.722 orang dengan vaksinator di Puskesmas dan rumah sakit sebanyak
ditandatangani tanggal 3 September 2020. 23.145 orang (rasio sebesar 1 : 20 di seluruh Indonesia).
14 September 2020 Bapak Luhut BP dan Bapak Doni Monardo, dan Kementerian Kesehatan diperintah 3 November 2020 Kementerian Kesehatan mengeluarkan arahan strategi rekayasa perawatan pasien
Presiden untuk menangani kasus Covid-19 di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Covid-19 apabila terjadi lonjakan di rumah sakit pascalibur panjang. Pertama, apabila
Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Utara, dan Papua, dalam dua pasien meningkat 20% - 50%, maka rumah sakit rujukan siap menampung kenaikan pasien
pekan. tersebut. Kedua, apabila pasien meningkat 50% - 100%, maka pemerintah akan menambah
21 September 2020 Pengumuman bahwa Pilkada tetap akan diselenggarakan sesuai jadwal pada 9 Desember kapasitas ruang perawatan umum menjadi ruang perawatan Covid-19. Ketiga, apabila
2020. pasien meningkat lebih dari 100%, maka tenda darurat akan didirikan di area perawatan
pasien Covid-19 di rumah sakit. Selain itu pemerintah akan mendirikan rumah sakit
23 September 2020 KPU RI melarang konser musik dan kegiatan lain yang melibatkan massa berkumpul lapangan atau darurat bekerja sama dengan BNPB dan TNI. Untuk penempatan lokasinya
pada Pilkada Serentak 2020 yang dituangkan dalam PKPU No. 13 Tahun 2020 yang berada di luar rumah sakit yang dimaksud.
diundangkan pada 23 September 2020. 6 November 2020 Penetapan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 719 Tahun 2020 tentang
26 September 2020 Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) mengatakan bahwa 30 hotel Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah Pada Masa Pandemi Corona Virus
di Jakarta sudah siap jadi lokasi karantina mandiri untuk pasien OTG Covid-19 tanpa Disease 2019.
dipungut biaya.

50 51
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

17 November 2020 Survei Kementerian Kesehatan, ITAGI, UNICEF, dan WHO yang berlangsung pada 19-30 18 Desember 2020 Kemenkes dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menetapkan
September 2020, dengan sampel 115.000 orang dari 34 provinsi (508 kabupaten/kota atau batas tarif tertinggi untuk rapid test antigen dengan metode swab yaitu sebesar Rp250
99 persen dari seluruh kabupaten/kota) menunjukkan bahwa tiga perempat responden ribu untuk Pulau Jawa dan Rp275 ribu untuk di luar Pulau Jawa.
menyatakan telah mendengar tentang vaksin Covid-19, dan dua pertiga responden
menyatakan bersedia menerima vaksin Covid-19. Jam operasional transportasi umum di DKI Jakarta seperti Transjakarta dan Moda Raya
Terpadu (MRT) Jakarta dibatasi hingga pukul 20.00 WIB. Kebijakan ini akan berlaku hingga
18 November 2020 Kepala BPOM, Bapak Penny Lukito, menyatakan vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang 8 Januari 2021.
ditargetkan Desember 2020 bakalan mundur hingga pekan ketiga Januari 2021. Hal ini
dikarenakan izin yang dikeluarkan untuk kepentingan mendesak (EUA) tidak mungkin 22 Desember 2020 Budi Gunadi Sadikin menggantikan Terawan sebagai Menteri Kesehatan.
diberikan pada akhir tahun 2020. Penumpang kereta api jarak jauh diwajibkan untuk membawa hasil tes rapid test antigen
19 November 2020 Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan tanggal dilaksanakannya Pilkada Serentak atau RT-PCR sebagai syarat perjalanan mulai 22 Desember 2020 sampai 8 Januari 2021
2020 pada 9 Desember 2020 menjadi libur nasional. mendatang. Hasil rapid test antigen harus negatif selambat-lambatnya H-3 sebelum
keberangkatan.
20 November 2020 Beberapa produsen vaksin akan melakukan uji klinis di Indonesia. Beberapa pihak 27 Desember 2020 Alat pendeteksi Covid-19 buatan para ahli di Universitas Gadjah Mada (UGM) yaitu
seperti Pfizer, AstraZeneca, dan Sputnik telah berkomunikasi dengan pihak BPOM untuk GeNose, akhirnya mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan dan siap dipasarkan.
menjalankan tahap ini di Tanah Air.
Sebanyak 100 alat tersebut mampu melakukan tes kepada 12 ribu orang sehari, hasil
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan membuka sekolah di seluruh zona keluar dalam 2 menit, tingkat akurasi 97%, dan harga tes sekitar Rp15-25 ribu.
risiko mulai Januari 2021.
28 Desember 2020 Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengumumkan pemerintah menutup sementara
23 November 2020 Presiden Joko Widodo meminta jumlah libur pada akhir tahun nanti untuk dipangkas. pintu masuk warga negara asing (WNA) dari semua negara ke Indonesia mulai 1-14
Permintaan ini disampaikan dalam rapat terbatas kabinet. Hal ini termasuk libur pengganti Januari 2021. Penutupan sementara dikecualikan bagi kunjungan resmi pejabat setingkat
cuti bersama hari raya Idulfitri yang semula akan diundur di akhir tahun. menteri ke atas dengan penerapan protokol kesehatan ketat. Kebijakan ini diambil terkait
1 Desember 2020 Pemerintah akhirnya memutuskan untuk mengurangi jumlah hari libur dan cuti bersama di munculnya varian baru virus Corona.
akhir tahun sebanyak tiga hari. Tepatnya, libur pada tanggal 28, 29, dan 30 Desember 2020 Sementara itu, warga negara Indonesia (WNI) yang tiba di Indonesia pada rentang waktu
akan ditiadakan. tersebut tetap diizinkan masuk dengan syarat menunjukkan hasil negatif tes RT-PCR di
Satgas Covid-19 Selaraskan Data Pusat hingga Daerah menyusul perbedaan data suspek negara asal yang berlaku maksimal 2x24 jam sebelum keberangkatan.
Covid-19 dalam pemberitaan media massa. 29 Desember 2020 Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan dari 269 juta populasi penduduk
6 Desember 2020 Sebanyak 1,2 juta vaksin Covid-19 buatan Sinovac tiba di Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia, untuk dapat mencapai kekebalan komunitas, vaksinasi akan dilakukan kepada
penggunaan vaksin Sinovac masih harus menunggu data uji klinis tahap III di Bandung sedikitnya 181 juta orang. Angka ini didapat dari warga yang berusia di atas 18 tahun
dan juga Brazil. Hasil tersebut nantinya akan dikirim ke BPOM pada awal Januari 2021 (sejumlah 188 juta orang), dikurangi jumlah orang dengan penyakit penyerta (comorbid),
dan menurut BPOM izin edar darurat penggunaan vaksin akan diterbitkan maksimal pekan jumlah orang yang pernah terinfeksi Covid-19 dan ibu hamil.
ketiga Januari 2021. Jika setiap orang membutuhkan dua dosis vaksin, maka dibutuhkan 362 juta dosis vaksin.
Sebanyak 568 botol atau vial dari 1.200.568 vial vaksin Covid-19 buatan Sinovac akan Atas rekomendasi dari World Health Organization (WHO) maka pemerintah juga dimunta
dialokasikan untuk pengujian mutu yang dilakukan oleh Bio Farma dan BPOM. Berikutnya, untuk menyediakan cadangan 15 persen dari kebutuhan.
Indonesia akan kembali kedatangan 1,8 juta dosis vaksin jadi dan 15 juta dosis vaksin Dengan demikian, secara keseluruhan pemerintah akan menyediakan 329 juta dosis
dalam bentuk bahan baku. vaksin Covid 19.
10 Desember 2020 Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut 4 Januari 2021 Vaksin COVID-19 Sinovac telah mulai didistribusikan oleh PT Bio Farma ke 34 provinsi di
1,2 juta vaksin buatan Sinovac yang telah sampai di Indonesia pada Minggu (6/12) akan Indonesia.
diprioritaskan untuk tenaga kesehatan di Jawa dan Bali.
11 Desember 2020 Pemprov DKI Jakarta melarang tempat wisata hingga hotel dan restoran untuk membuat 8 Januari 2021 Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan vaksin Covid-19 buatan Sinovac suci dan
kegiatan perayaan malam tahun baru yang berpotensi menciptakan kerumunan. halal.

12 Desember 2020 Anggota Bawaslu RI Muhammad Afifudin menyatakan terdapat 2.584 kegiatan yang 11 Januari 2021 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan izin penggunaan darurat
melanggar protokol kesehatan sepanjang masa kampanye Pilkada 2020. Dari total (EUA) untuk vaksin Covid-19 buatan Sinovac dengan efikasi sebesar 65,3% berdasarkan uji
pelanggaran ini, Bawaslu telah memberikan surat peringatan kepada 1.986 pelanggar dan klinis di Bandung.
membubarkan 239 kegiatan kampanye. 12 Januari 2021 Pemberlakuan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa-Bali
16 Desember 2020 Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa vaksin Covid-19 untuk masyarakat adalah
gratis dan tidak dikenakan biaya sama sekali.
13 Januari 2021 Presiden Joko Widodo telah resmi disuntik vaksin COVID-19 menggunakan vaksin Sinovac
Selain itu, dalam keterangan yang sama, Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa ia di Istana Merdeka. Jokowi sekaligus menjadi orang pertama di Indonesia yang menerima
akan menjadi orang yang pertama divaksin. suntikan vaksin COVID-19.
Gubernur DKI Jakarta menerbitkan Sergub Nomor 17/2020 dan Ingub Nomor 64/2020 5 Februari 2021 Penggunaan alat deteksi Covid-19 “GeNose” akan mulai diterapkan pada moda
tentang Pengendalian Kegiatan Masyarakat dalam Pencegahan Covid-19 pada Masa Libur transportasi bus dan kereta api secara acak (random) mulai 5 Februari 2021.
Hari Raya Natal 2020 dan Tahun Baru 2021. Peraturan ini berlaku mulai 18 Desember
2020.

52 53
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Ilustrasi III.3 Protokol Penanganan Covid-19


yang Diterbitkan oleh Gugus Tugas
Penanganan Covid-19
9 Februari 2021 Penerapan PPKM berbasis mikro.

No. Tanggal Protokol


5 Maret 2021 Pemerintah memasukkan rapid test antigen ke dalam perhitungan tes Covid-19 Indonesia.
1. 31 Maret 2020 Protokol Penanganan Covid-19 di Area dan Transportasi Publik
2. 31 Maret 2020 Protokol Komunikasi Publik Penanganan Covid-19
9 April 2021 Pelarangan mudik lebaran pada periode 6-17 Mei 2021
3. 31 Maret 2020 Protokol Penanganan Covid-19 di Area Institusi Pendidikan
4. 31 Maret 2020 Protokol Kesehatan Penanganan Covid-19
22 April 2021 Peniadaan mudik digeser dari 6-17 Mei menjadi 22 April-24 Mei
5. 31 Maret 2020 Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat Covid-19 di
Indonesia
3 Juni 2021 Kemenag memutuskan untuk tidak mengirimkan jemaah ibadah haji 2021. Penundaan
6. 01 April 2020 Protokol Penanganan Covid-19 di Wilayah Perbatasan Indonesia
ini menjadi yang kedua setelah tahun lalu pemerintah juga tak mengirim jemaah karena
pandemi Covid-19. Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Menag RI Nomor 660 7. 03 April 2020 Rekomendasi Standar Penggunaan APD untuk Penanganan Covid-19 di Indonesia
Tahun 2021.
8. 03 April 2020 Protokol Isolasi Diri Sendiri dalam Penanganan Coronavirus Diseases (Covid-19)
9. 04 April 2020 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 14 Tahun 2020 tentang Penyelenggaran
Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah Covid-19
10. 04 April 2020 Bahan Kesiapan Industri Dalam Negeri pada Penanganan Covid-19 BNPB
11. 04 April 2020 Protokol Relawan Desa Lawan Covid-19
12. 08 April 2020 Petunjuk Teknis Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) dalam Menghadapi
Wabah Covid-19
13. 08 April 2020 Mekanisme Pengajuan PSBB Lintas Wilayah
14. 10 April 2020 WHO-Penanganan Pasien Covid-19 di Rumah dengan Gejala Ringan
15. 10 April 2020 Kemendagri–Pedoman Umum Menghadapi Pandemi Covid-19 bagi Pemerintah
Daerah
16. 10 April 2020 Pemprov DKI–Pedoman Covid-19 -19 RT/RW
17. 10 April 2020 Pelaksanaan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Terkait Covid-19.
18. 10 April 2020 Protokol Kewaspadaan Pencegahan Virus Korona dalam Melakukan Pelatnas
19. 10 April 2020 Kementerian PUPR–Protokol Pencegahan Covid-19 di Proyek Konstruksi
20. 10 April 2020 Protokol Layanan Layanan Tuberkulosis (TBC) dalam Masa Pandemi Covid-19
21. 10 April 2020 Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19)
22. 10 April 2020 Percepatan Pelayanan Impor Barang untuk Penanggulangan Covid-19
23. 10 April 2020 Panduan Ibadah Ramadan di Tengah Pandemi Covid-19
24. 10 April 2020 Panduan Pencegahan Penularan Covid-19 di Tempat dan Fasilitas Umum
25. 10 April 2020 Panduan Klinis Tata Laksana Covid-19 pada Anak
26. 10 April 2020 Kemenag–Protokol Pengurusan Jenazah Pasien Covid-19
27. 10 April 2020 Panduan Kegiatan Menjaga Kebersihan Lingkungan dan Langkah-Langkah
Disinfeksi dalam Rangka Pencegahan Penularan Covid-19
28. 10 April 2020 Nahdlatul Ulama–Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease
(Covid-19) pada Pondok Pesantren
29. 10 April 2020 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 tentang Pedoman Kaifiat
Shalat Bagi Nakes yang Memakai APD
30. 10 April 2020 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pengurusan Jenazah Muslim yang Terinfeksi Covid-19

54 55
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

31. 11 April 2020 Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pembatasan 58. 14 Mei 2020 Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/313/2020 tentang
Penggunaan Moda Transportasi untuk Pergerakan Orang dan Barang Penanganan Kepulangan WNI dan Kedatangan WNA dari Luar Negeri
32. 11 April 2020 BSSN–Panduan Keamanan Pemanfaatan Aplikasi Video Conference 59. 15 Mei 2020 Daftar Rekomendasi Reagen/Kit RT-PCR COVID-19 Update 28 April 2020
33. 12 April 2020 Panduan Penggunaan inaRISK 60. 17 Mei 2020 Panduan Penggunaan Izin Keluar Masuk Jakarta - Pemohon
34. 17 April 2020 Protokol Kedatangan di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Pandemi Covid-19 61. 17 Mei 2020 Sanksi Pelanggaran PSBB di Jakarta Sesuai Pergub No 41 Tahun 2020
35. 22 April 2020 Pedoman Umum Perlindungan Anak Penanganan Covid-19 62. 18 Mei 2020 Protokol Penanganan Anak Korban Tindak Kekerasan Dalam Situasi
Pandemi Covid-19
36. 23 April 2020 Rekomendasi Standar Penggunaan APD untuk Penanganan Covid-19 di Indonesia
Revisi 1 63. 18 Mei 2020 Infografis - Fatwa MUI No 28 Tahun 2020 tentang Panduan Kaifiat Shalat
37. 24 April 2020 Pedoman Pelaksanaan Ramadan yang Aman Selama Berlangsungnya Wabah Idul Fitri Saat Pandemi Covid-19
Covid-19 di Indonesia 64. 18 Mei 2020 Panduan Penyiapan Fasilitas Shelter untuk Karantina dan Isolasi terkait
38. 24 April 2020 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Covid-19 Berbasis Komunitas
Transportasi di Masa Mudik
65. 19 Mei 2020 Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi Pada Masa Pandemi Covid-19
39. 29 April 2020 Pedoman Dukungan Kesehatan Jiwa Dan Psikososial Pada pademi Covid-19
66. 20 Mei 2020 Paket Panduan Lintas Sektor Tanggap Covid-19 Menuju Situasi ‘Normal
40. 29 April 2020 Panduan Pelayanan Kesehatan Balita Pada Masa Pandemi Covid-19 Yang Baru’
41. 2 Mei 2020 Protokol Tata Kelola Data Anak 67. 21 Mei 2020 Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/332/2020
42. 2 Mei 2020 Protokol Pengeluaran dan Pembebasan Anak Melalui Asimilasi dan Integrasi, tentang Protokol Kesehatan Penanganan Kepulangan WNI dan
Pembebasan Tahanan, Penangguhan Penahanan dan Bebas Murni Kedatangan WNA Dari Luar Negeri
43. 2 Mei 2020 Protokol Pengasuhan Bagi Anak dan Orang tua OTG, PDP, Terkonfirmasi dan 68. 26 Mei 2020 Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/335/2020 tentang Tentang
Meninggal karena Covid-19 Protokol Pencegahan Penularan Corona Virus Disease (Covid-19)
44. 3 Mei 2020 Panduan Langkah Evakuasi Darurat Peringatan Dini Tsunami Dalam Situasi Di Tempat Kerja Sektor Jasa Dan Perdagangan (Area Publik) Dalam
Covid-19 Mendukung Keberlangsungan Usaha.
45. 5 Mei 2020 Pedoman Produksi dan Distribusi Pangan Olahan Pada Masa Status Darurat 69. 26 Mei 2020 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/
Kesehatan Covid-19 di Indonesia MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian
46. 6 Mei 2020 Protokol B-4 Petunjuk Praktis Layanan Kesehatan Ibu dan BBL pada Masa Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Tempat Kerja Perkantoran
Pandemi Covid-19 Dan Industri Dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha Pada Situasi
Pandemi.
47. 7 Mei 2020 Protokol Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan di Masa Pandemi
Covid-19 70. 26 Mei 2020 Pedoman Tatalaksana Covid-19
48. 7 Mei 2020 Panduan Perlindungan Khusus Dan Lebih Bagi Perempuan Penyandang 71. 29 Mei 2020 Pedoman Pelaksanaan Belajar Dari Rumah Selama Darurat Bencana
Disabilitas Dalam Situasi Pandemi Covid-19 Covid-19
49. 7 Mei 2020 Panduan Perlindungan Lanjut Usia Berperspektif Gender Pada Masa Covid-19 72. 29 Mei 2020 Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 440-830 Tahun 2020 Tentang
50. 8 Mei 2020 Imbauan dan Pelaksanaan Protokol Penanganan Covid-19 Pada Area Publik di Pedoman Tatanan Normal Baru Produktif dan Aman Covid-19 Bagi ASN
Lingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan dan Masyarakat Islam di Lingkungan Kemdagri dan Pemerintah Daerah
51. 8 Mei 2020 Perubahan Atas Surat Edaran Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam 73. 1 Juni 2020 Protokol Perlindungan Terhadap Anak Penyandang Disabilitas Dalam
Nomor P-002/DJ.III/Hk.00.7/03/2020 Tentang Pelaksanaan Protokol Penanganan Situasi Pandemi Covid-19
Covid-19 Pada Area Publik di Lingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam 74. 3 Juni 2020 Protokol Penyiapan Fasilitas Shelter Untuk Karantina dan Isolasi Mandiri
Berbasis Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19
52. 8 Mei 2020 Pengendalian Pelaksanaan Pelayanan Nikah di Masa Darurat Bencana Wabah
Penyakit Akibat Covid-19 75. 3 Juni 2020 Protokol Penyiapan Fasilitas Shelter Untuk Karantina dan Isolasi Kolektif
53. 8 Mei 2020 Percepatan Pembayaran dan Pendistribusian Zakat Serta Optimalisasi Wakaf di Fasilitas Umum Berbasis Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19
Sebagai Jaring Pengamanan Sosial Dalam Kondisi Darurat Kesehatan Covid-19 76. 5 Juni 2020 Panduan Menghadapi Pandemi Covid-19 di Laut
54. 11 Mei 2020 Bepergian Lintas Wilayah Saat PSBB? Dokumen Ini Syarat Mutlak! 77. 6 Juni 2020 Kepgub Nomor 563 Tahun 2020 Perihal Pemberlakuan Tahapan dan
55. 12 Mei 2020 Protokol Pencegahan Penularan Covid-19 dan Perlindungan Masyarakat Pelaksanaan Kegiatan Aktivitas PSBB Pada Masa Transisi
Penanganan Jenasah 78. 6 Juni 2020 Pergub 51 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan PSBB Transisi
56. 12 Mei 2020 Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 41 Tahun 2020 79. 8 Juni 2020 Protokol Penanganan Kasus Kekerasan Berbasis Gender & Perdagangan
tentang Pengenaan Sanksi Terhadap Pelanggaran Pelaksanaan PSBB
Orang Perempuan Pekerja Migran Indonesia di Masa Pandemi Covid-19
57. 13 Mei 2020 Protokol Percepatan Penanganan Pandemi Covid-19 (Corona Virus Disease 2019)

56 57
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Ilustrasi III.4 Regulasi Terkait Penanganan


Covid-19

80. 8 Juni 2020 Panduan Pelindungan Bagi Perempuan Pekerja Migran Indonesia Dalam No. Tanggal Regulasi
Situasi Pandemi Covid-19 1. 1 April 2020 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus
81. 9 Juni 2020 Risiko Kesehatan dan Aktivitas Sosial Ekonomi Tugas Percepatan Penanganan Covid-19

82. 9 Juni 2020 Belajar dari Rumah Melalui TVRI (8-14 Juni 2020) 2. 2 April 2020 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 tentang
Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020
83. 15 Juni 2020 Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran Dan Tahun
3. 2 April 2020 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Akademik Baru Di Masa Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19)
PSBB
84. 24 Juni 2020 Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tahun Ajaran Baru di Masa 4. 3 April 2020 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2020 dan
Pandemi Covid-19 Lampirannya tentang Perubahan Postur dan RAPBN TA 2020
85. 3 Juli 2020 Keputusan Menteri Desa PDTT Nomor 63 Tahun 2020 Tentang Protokol 5. 3 April 2020 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020
Normal Baru Desa tentang Special Access Scheme untuk Alkes
86. 8 Juli 2020 Protokol Lintas Sektor Untuk Anak yang Membutuhkan Perlindungan 6. 3 April 2020 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/
Khusus Dalam Situasi Pandemi Covid-19 MENKES/ 218/2020 tentang Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang
Dikecualikan dari Perizinan Tata Niaga Impor
87. 28 Juli 2020 Pemberitahuan Penarikan Daftar Rekomendasi RDT Antibodi
7. 7 April 2020 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/
88. 28 Juli 2020 Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease Menkes/239/2020 tentang PSBB di Wilayah Provinsi DKI Jakarta
(COVID-19) Revisi ke-5
8. 8 April 2020 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020
89. 28 Juli 2020 Pedoman Penerapan Kesejahteraan Hewan pada Pemotongan Hewan tentang Pedoman PSBB
Kurban 9. 8 April 2020 Surat Edaran Menteri PANRB Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2020
90. 8 Agustus 2020 Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19 tentang Perubahan SE Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pembatasan Ke Luar
Daerah bagi ASN
91. 11 Agustus 2020 Standar APD untuk Penanganan Covid-19 di Indonesia [Revisi 3] per
tanggal 11 Agustus 2020 10. 8 April 2020 Mekanisme Pengajuan PSBB Lintas Wilayah

92. 18 Oktober 2020 Pedoman Perubahan Perilaku Penanganan Covid-19 11. 9 April 2020 Surat Edaran Menteri BUMN Republik Indonesia Nomor SE-4/MBU/04/2020
tentang Larangan Mudik untuk pegawai BUMN dan Keluarga
93. 9 November 2020 Panduan Teknis Pelayanan Rumah Sakit Pada Masa Adaptasi Kebiasaan
12. 9 April 2020 SK Perubahan Kedua tentang Pembentukan Gugus Tugas Percepatan
Baru Penanganan Covid-19 di Kabupaten Bogor
94. 23 November 2020 Pedoman Pembelajaran Pada Semester Genap TA 2020/2021 13. 9 April 2020 SK Perpanjangan Status Tanggap Darurat Bencana Non-Alam Akibat Virus
95. 7 Desember 2020 Pedoman Perubahan Perilaku Penanganan Covid-19 Dalam 77 Bahasa Corona di Kabupaten Bogor Tahun 2020
Daerah 14. 9 April 2020 Surat Edaran Menteri PANRB Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2020
96. 20 Januari 2021 Protokol Layanan Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Anak dan tentang Pembatasan Kegiatan Mudik
Remaja Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Pandemi COVID-19 15. 9 April 2020 Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
PSBB
97. 20 Januari 2021 Protokol Pelayanan Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial Bagi
Petugas Kesehatan Pada Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) di 16. 9 April 2020 Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 380 Tahun 2020 tentang PSBB
Fasilitas Pelayanan Kesehatan 17. 10 April 2020 Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan/atau
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
98. 8 Februari 2021 Protokol Tatalaksana COVID-19 di Indonesia
18. 10 April 2020 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/
238/2020 tentang Juknis Klaim Penggantian Biaya Perawatan Pasien
Covid-19
19. 10 April 2020 Surat Edaran Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor SE-07/
BC/2020 tentang Tarif Preferensi Akibat Dampak Covid-19
20. 10 April 2020 SKB Perubahan Kedua Libur Nasional dan Cuti Bersama 2020
21. 11 April 2020 Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 33 Tahun 2020 tentang Pembatasan
Penggunaan Moda Transportasi untuk Pergerakan Orang dan Barang
22. 11 April 2020 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM 18 Tahun 2020
tentang Pengendalian Transportasi

58 59
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

23. 11 April 2020 Surat Edaran Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2020 45. 30 Mei 2020 Surat Edaran Menteri Agama Nomor 15 Tahun 2020 tentang Panduan Ibadah
tentang Perizinan Pelaksanaan Kegiatan Industri di Rumah
24. 12 April 2020 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/249/2020 tentang 46. 4 Juni 2020 Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/7/AS.02.02/V/2020 tentang
PSBB di Wilayah Tangerang Rencana Keberlangsungan Usaha dan Protokol Covid-19 di Perusahaan
25. 12 April 2020 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/ 47. 8 Juni 2020 Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 7 Tahun 2020 tentang Kriteria Perjalanan
Menkes/248/2020 tentang Penetapan PSBB di Beberapa Wilayah Provinsi Orang dalam Masa AKB
Jabar
48. 9 Juni 2020 Surat Edaran Kemenhub Nomor 13 Tahun 2020 tentang Operasional
26. 13 April 2020 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Transportasi Udara
Penetapan sebagai Bencana Nasional
49. 9 Juni 2020 Surat Edaran Kemenhub Nomor 12 Tahun 2020 tentang Pembatasan
27. 14 April 2020 Surat Edaran Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor Perjalanan Orang dengan Transportasi Laut
HK.02.02/I/385/2020 tentang Penggunaan Masker dan Penyediaan Sarana
50. 9 Juni 2020 Surat Edaran Kemenhub Nomor 11 Tahun 2020 tentang Juknis Transportasi
CTPS
Darat
28. 20 April 2020 Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 30 Tahun 2020
51. 9 Juni 2020 Surat Edaran Kemenhub Nomor 14 Tahun 2020 tentang Pengendalian
29. 20 April 2020 Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 443 Tahun 2020 tentang PSBB Transportasi Perkeretaapian
30. 24 April 2020 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 25 Tahun 52. 9 Juni 2020 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 41 Tahun 2020 tentang
2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Mudik Pengendalian Transportasi
31. 26 April 2020 Instruksi Gubernur Jawa Tengah Selaku Ketua Gugus Tugas Percepatan 53. 14 Juni 2020 Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pengaturan Jam
Penanganan Covid-19 di Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2020 Kerja di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek)
32. 27 April 2020 Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/MENKES/295/2020 54. 15 Juni 2020 Surat Edaran Menteri Perdagangan Nomor 12 Tahun 2020 tentang Pemulihan
tentang Klaim Penggantian Biaya Perawatan Pasien Aktivitas Perdagangan
33. 6 Mei 2020 Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pembatasan 55. 15 Juni 2020 Keputusan Menteri Agama Nomor 515 Tahun 2020 tentang Keringanan Biaya
Perjalanan Orang Kuliah pada PTN Agama Negeri
34. 8 Mei 2020 Penyampaian Surat Edaran No 4 Tahun 2020 Gubernur dan Bupati tentang 56. 19 Juni 2020 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01. 07/MENKES/382/2020 tentang
Pembatasan Perjalanan Orang Protokol Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum
35. 11 Mei 2020 Surat Edaran Dirjen Perhubungan Laut Nomor 21 Tahun 2020 tentang 57. 19 Juni 2020 Ketentuan Penyesuaian UKT, Dana Bantuan UKT Mahasiswa, Bos Afirmasi
Pembatasan Perjalanan Orang dan BOS Kinerja
36. 11 Mei 2020 SE Dirjen Perhubungan Darat Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pembatasan 58. 21 Juni 2020 Surat Edaran Menteri Pemuda dan Olahraga No. 6.11.1/Menpora/VI/2020
Perjalanan Orang tentang Protokol Pencegahan Covid-19 pada Kegiatan Kepemudaan dan
Keolahragaan
37. 11 Mei 2020 SE Dirjen Perhubungan Udara Nomor 32 Tahun 2020 tentang Petunjuk
Operasional Transportasi Udara 59. 23 Juni 2020 Surat Edaran Kementerian Pertanian Direktorat Jendral Perternakan Dan
Kesehatan Hewan Nomor: 0008/SE/PK.320/ F/06/2020 tentang Pelaksanaan
38. 11 Mei 2020 SE Dirjen Perkeretaapian Nomor: UM.006/A.218/DJKA/20 tentang Petunjuk
Kurban
Operasional Perkeretaapian
60. 24 Juni 2020 Surat Keputusan Bersama (SKB) Pembelajaran Tahun Ajaran Baru di Masa
39. 12 Mei 2020 Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 41 Tahun 2020
Pandemi Covid-19
tentang Pengenaan Sanksi Pelanggar PSBB
61. 26 Juni 2020 Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 9 Tahun 2020 tentang Kriteria Pembatasan
40. 12 Mei 2020 Surat Edaran Menteri PANRB Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2020
Perjalanan Orang (Perubahan)
tentang Pembatasan Kegiatan Mudik
62. 1 Juli 2020 Surat Edaran Menag Nomor 18 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Shalat
41. 12 Mei 2020 Infografis Peraturan Gubernur No 47 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Keluar
Idul Adha dan Penyembelihan Hewan Kurban
Masuk DKI Jakarta
63. 2 Juli 2020 Surat Edaran Nomor: 305/GUGASCOVID19/VI/2020 tentang Pengendalian
42. 17 Mei 2020 Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 5 Tahun 2020 tentang Kriteria Pembatasan
Perjalanan Orang Pada Pintu Masuk Wilayah Bali
Perjalanan Orang
64. 6 Juli 2020 Surat Edaran Menkes Nomor HK.02.01/Menkes/382/2020 tentang Protokol
43. 26 Mei 2020 Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 5 Tahun 2020 tentang Kriteria Pembatasan
Pengawasan Perilaku Perjalanan Dalam Negeri di Bandara dan Pelabuhan
Perjalanan Orang (Perubahan)
65. 7 Juli 2020 Surat Edaran Menkes Nomor HK.02.02/I/2875/2020 tentang Batas Tarif
44. 27 Mei 2020 Surat Edaran Gugus Tugas Nomor 6 Tahun 2020 tentang Status Darurat
Tertinggi Pemeriksaan Rapid Test Antibodi
Kebencanaan

60 61
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

66. 9 Juli 2020 Surat Keputusan Bersama Nomor 02/KB/2020 dan Nomor KB/1/UM.04.00/ 88. 5 Januari 2021 Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
M-K/2020 tentang Panduan Teknis Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 Nomor 253 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri
di Bidang Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif Komunikasi dan Informatika Nomor 171 Tahun 2020 Tentang Penetapan
Aplikasi Pedulilindungi Dalam Rangka Pelaksanaan Surveilans Kesehatan
67. 14 Juli 2020 Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Birokrasi Nomor 64 tahun 2020 tentang Kegiatan Perjalanan Dinas ASN
89. 7 Januari 2021 Keputusan Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nomor 6 Tahun 2021
68. 28 Juli 2020 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/
Tentang Kriteria Hotel dan Kewajiban RT-PCR Bagi Warga Negara Indonesia
MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Pelaku Perjalanan Luar Negeri
Covid-19
90. 9 Januari 2021 Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2021 Tentang Ketentuan Perjalanan Orang
69. 5 Agustus 2020 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Dalam Negeri Dalam Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
Peningkatan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan
91. 13 Januari 2021 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: 02 Tahun 2021 Tentang Produk
70. 8 Agustus 2020 Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia NOMOR
Vaksin COVID-19 dari Sinovac Life Sciences Co. Ltd. China dan PT. Bio Farma
719/P/2O2O tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum
(Persero).
71. 13 September 2020 Daftar Regulasi Pembatasan Sosial Berskala Besar Provinsi DKI Jakarta
92. 13 Januari 2021 Persetujuan Penggunaan Obat dalam Kondisi Darurat oleh BPOM RI
72. 14 September 2020 Kebijakan PSBB di Wilayah DKI Jakarta Mulai 14 September 2020
93. 14 Januari 2021 Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2021 Tentang Protokol Kesehatan Perjalanan
73. 14 September 2020 Kisi-Kisi Pelaksanaan PSBB DKI Jakarta 14 September 2020 Internasional Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
74. 7 Oktober 2020 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2020 tentang 94. 27 Januari 2021 Surat Edaran Nomor 5 Tahun 2021 Tentang Perpanjangan Ketentuan
Pengadaan Vaksin Dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Perjalanan Orang Dalam Negeri Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease
Penanggulangan Pandemi Covid-19 2019 (COVID-19).
75. 27 Oktober 2020 Surat Edaran Nomor HK.02.02/I/3713/2020 tentang Batasan Tarif Tertinggi 95. 27 Januari 2021 Surat Edaran Nomor 6 Tahun 2021 Tentang Protokol Kesehatan Perjalanan
Pemeriksaan Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Internasional Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
76. 6 November 2020 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 719 Tahun 2020 96. 8 Februari 2021 Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 03 Tahun 2021 Tentang Pemberlakuan
tentang Pedoman Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah Pada Masa Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Pembentukan Posko
Pandemi Covid-19. Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Tingkat Desa dan Kelurahan Untuk
77. 23 November 2020 SKB Pembelajaran Tatap Muka Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019.

78. 5 Desember 2020 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 9860 Tahun 2020 97. 9 Februari 2021 Surat Edaran Nomor 7 Tahun 2021 Surat Edaran Satuan Tugas Nomor 7
tentang Penetapan Jenis Vaksin Untuk Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 Tahun 2021 tentang Perjalanan Dalam Negeri

79. 20 Desember 2020 Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan 98. 9 Februari 2021 Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2021 Tentang Protokol Kesehatan Perjalanan
Orang Selama Libur Hari Raya Natal dan Menyambut Tahun Baru 2021 dalam Internasional Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
Masa Pandemi Covid-19 99. 9 Februari 2021 Keputusan Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nomor 9 Tahun 2021
80. 21 Desember 2020 Surat Edaran Dirjen Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/1/4611/2020 Tentang Tempat karantina, Isolasi, Dan Kewajiban RT-PCR bagi Warga Negara
Indonesia Pelaku Perjalanan Internasional Dalam Masa Pandemi Corona
81. 21 Desember 2020 Petunjuk Pelaksana Perjalanan Orang Dengan Transportasi Udara Selama Virus Disease 2019 (COVID-19).
Masa Natal 2020 Dan Tahun Baru 2021 Dalam Masa Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19) 100. 9 Februari 2021 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/
MENKES/446/2021 Tentang Penggunaan RAPID DIAGNOSTIC TEST
82. 23 Desember 2020 Surat Edaran 23 Tahun 2020 ttg Panduan Ibadah dan Perayaan Natal ANTIGEN Dalam Pemeriksaan CORONA VIRUS DISEASE 201 (COVID-19)
83. 23 Desember 2020 Addendum Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Protokol Kesehatan 101. 10 Februari 2021 Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Perjalanan Orang Selama Libur Hari Raya Natal Dan Menyambut Tahun Baru Birokrasi Nomor: 04 Tahun 2021 Tentang Pembatasan kegiatan bepergian
2021 ke luar daerah bagi pegawai aparatur sipil negara selama libur tahun baru
84. 24 Desember 2020 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2020 IMLEK 2572 KONGZILI dalam masa pandemi CORONA VIRUS DISEASE 2019
(COVID-19).
85. 30 Desember 2020 Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Protokol Kesehatan Perjalanan
Orang Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) 102. 14 Februari 2021 Surat Edaran Nomor 9 Tahun 2021 Tentang Ketentuan Pembentukan Pos
Komando Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
86. 1 Januari 2021 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/
Menkes/12757/2020 Tentang Penetapan Sasaran Pelaksanaan Vaksinasi 103. 20 Februari 2021 Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2021 Tentang Perpanjangan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan
Mengoptimalkan Posko Penanganan Covid-2019 di Tingkat Desa dan
87. 3 Januari 2021 Keputusan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran Covid-19.
HK.02.02/4/1/2021 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi Dalam
Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). 104. 26 Februari 2021 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021
Tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Penanggulangan Pandemi
COVID-19.

62 63
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

105. 9 Maret 2021 Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Nomor 06 Tahun 2021 Tentang Pembatasan Kegiatan Bepergian Ke
Luar Daerah Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara Selama Hari Isra Mikraj Nabi
Muhammad SAW Dan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1943 Dalam Masa
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
106. 23 Maret 2021 Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 06 Tahun 2021 Tentang Perpanjangan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan
Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Tingkat
Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease
2019.
107. 28 Maret 2021 Surat Edaran Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perjalanan Orang Dalam Negeri
Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
108. 1 April 2021 Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 07 Tahun 2021 Tentang Pembatasan Kegiatan Bepergian
Ke Luar Daerah Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara Selama Hari Peringatan
Wafat ISA AL MASIH Tahun 2021 Dalam Masa Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19)
109. 6 April 2021 Surat Edaran Nomor: SE. 03 Tahun 2021 Tentang Panduan Ibadah Ramadan
dan Idul Fitri Tahun 1442 Hijriyah / 2021
110. 8 April 2021 Surat Edaran Kepala Satuan Tugas Nomor 13 Tahun 2021 Larangan Mudik
Hari Raya Idul Fitri dan Pengendalian COVID-19 selama Bulan Suci Ramadhan
1442H
111. 8 April 2021 Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor: 08 Tahun 2021 Tentang Pembatasan kegiatan bepergian
ke Luar Daerah dan/atau Mudik dan/atau Cuti Bagi Pegawai Aparatur Sipil
Negara Dalam Masa Pandemi CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19).
112. 20 April 2021 Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 09 Tahun 2021 Tentang perpanjangan
pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan halaman ini sengaja dikosongkan
Mengoptimalkan Posko Penanganan CORONA VIRUS DISEASE 2019 di
Tingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran CORONA VIRUS
DISEASE 2019
113. 22 April 2021 Addendum Surat Edaran Kepala Satuan Tugas Nomor 13 Tahun 2021
Larangan Mudik Hari Raya Idul Fitri dan Pengendalian COVID-19 selama
Bulan Suci Ramadhan 1442H
114. 22 April 2021 Surat Edaran Nomor: SE 34 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas Surat
Edaran Menteri Perhubungan Nomor SE 26 Tahun 2021 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Perjalanan Orang Dalam Negeri Dengan Transportasi Udara
Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease (COVID-19).
115. 9 Mei 2021 Surat Edaran Nomor: SE. 07 Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan
Shalat Idul Fitri Tahun 1442 Hijriyah/2021 di Saat Pandemi COVID-19.
116. 14 Mei 2021 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/
Menkes/4643/2021 Tentang Penetapan Besaran Harga Pembelian Vaksin
Produksi Sinopharm Melalui Penunjukan PT Bio Farma (Persero) Dalam
Pelaksanaan Pengadaan Vaksin Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan
Tarif Maksimal Pelayanan Untuk Pelaksanaan Vaksinasi Gotong Royong.
117. 20 Mei 2021 Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.01.07-MENKES-4641-2021 Tentang
Panduan Pelaksanaan Pemeriksaan, Pelacakan, Karantina, Isolasi Dalam
Pencegahan COVID-19
118. 22 Mei 2021 Surat Edaran Nomor: SE 11 Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan
Puja BHAKTI/SEMBAHYANG dan DHARMASANTI Hari Raya TRI SUCI WAISAK
2565 Tahun BUDDHIS/2021 di saat Pandemi COVID
119. 25 Mei 2021 Perpanjangan Masa Berlaku Addendum Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021
Tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah dan Upaya
Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Selama
Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah.

64 65
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

BOX 2
K
ondisi yang berubah sangat cepat di awal masa pandemi
membuat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
senantiasa memantau perkembangan dan respons
dari negara-negara lain dalam menghadapi penyebaran
Covid-19. Pada bulan Februari 2020, terbaca dari berita bahwa
Bandara Changi di Singapura sudah ditutup untuk umum dan tidak
ada kegiatan penerbangan. Padahal, Changi sebelumnya dikenal
sebagai bandara tersibuk di dunia yang seolah tidak pernah tidur.
Penutupan Changi menjadi satu di antara berbagai pemberitaan
terkait kejadian yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Bacaan-bacaan tersebut membuat Menteri Keuangan secara
naluriah langsung memperkirakan dampak seperti apa yang
mungkin terjadi apabila Covid-19 memasuki Indonesia, serta
bagaimana respons yang harus dilakukan ke depan.

Dengan berhentinya usaha penerbangan, pariwisata, industri dan


kegiatan ekonomi lain sebagai akibat adanya kebijakan lockdown
di beberapa negara saat itu, maka secara otomatis tidak ada
perputaran uang dan akan berdampak pada ekonomi secara
keseluruhan. Belum lagi keadaan yang terkait Covid-19 itu sendiri
yang sangat mengancam kesehatan. Sampai bulan Maret 2020,
ketidakpastian mengenai Covid-19 masih sangat tinggi sehingga
juga menyulitkan bagi pemerintah Indonesia dalam menyiapkan
rencana kebijakan yang pasti untuk menghadapi pandemi. Pada
saat itu, berbagai pihak belum mengetahui secara pasti tentang
seperti apa penyakit yang disebabkan oleh Covid-19 beserta
dampaknya. Di sisi lain, Kementerian Keuangan sudah harus
memikirkan dampaknya pada neraca keuangan negara pada APBN.

Ketika kasus Covid-19 telah terdeteksi di Indonesia, suasana


perekonomian masyarakat sudah tampak resah sebagai akibat
adanya pembatasan pergerakan. Menteri Keuangan mengingat
suasana saat itu dengan banyaknya warteg (Warung Tegal) kios
penjual makanan yang tutup, tukang sate yang tidak berjualan, serta
adanya vlog dari pengendara ojek online yang tidak mendapatkan
penghasilan sama sekali. Selain itu juga terbayang olehnya bila
tiba-tiba anak-anak tidak pergi ke sekolah, maka semua warung
makanan dan toko di sekitar sekolah itu pasti akan berhenti
beroperasi. Hal yang sama juga bila semua pegawai tidak ke

BEKERJA kantor maka warung-warung sekitar kantor juga akan kehilangan


penghasilan. Sementara, tabungan yang dimiliki masyarakat kelas
bawah mungkin tidak akan cukup untuk bertahan dari pandemi

PADA yang tidak memiliki timeline pasti. Bercermin pada kondisi tersebut,
pemerintah memiliki tanggung jawab untuk mengamankan
masyarak at dari penyebaran virus, namun di sisi lain juga

PONDASI berhadapan dengan banyak masyarakat yang terdampak hebat dari


berhentinya aktivitas ekonomi secara tiba-tiba.

YANG Tidak cukup sampai di situ, karena hampir seluruh dunia sudah
mulai terjangkit Covid-19 maka mulai terjadi kepanikan di sisi
ekonomi yang mengakibatkan penarikan arus modal, nilai

BERGERAK tukar Rupiah yang merosot, serta imbal hasil obligasi negara

66 67
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

yang tertekan. Padahal saat itu Pemerintah harus intensitasnya turun maupun meningkat. Tak hanya
mendapatkan dana untuk membiayai penanganan intensitas kasus, tetapi virus itu pun bermutasi dan
Covid-19 yang antara lain bersumber dari pasar setiap variannya memiliki ancaman yang berbeda.
keuangan. Menteri Keuangan menyebutkan bahwa hal itu yang
menyebabkan kita seperti sedang bekerja, dengan
kaki yang berada di dalam sebuah pondasi yang
Sri Mulyani menggambarkan keadaan saat itu begitu
terus bergerak. Ketika kita sedang memikirkan cara
mencekam dan membutuhkan kerendahan hati sebagai
merespons sebuah situasi, pijakan untuk mengambil
manusia biasa untuk mengambil kebijakan. Sebagai
respons itu tidak diam. Sehingga kita juga harus
menteri yang telah dianggap berpengalaman dan juga
memikirkan antisipasi dari perubahan gerakan pondasi
memimpin lembaga internasional berkelas dunia, beliau
itu, sambil terus memikirkan cara melindungi manusia
dihadapkan pada tekanan dan beban yang sangat
dan ekonomi Indonesia.
berat untuk dapat mengatasi permasalahan krisis ini.
Di saat-saat berat seperti itu, Sri Mulyani sadar bahwa
kerendahan hati sebagai manusia di hadapan Tuhan
juga sangat diperlukan selain terus melakukan ikhtiar
terbaik.

Untaian pengalaman, intuisi, doa, dan kerendahan


hati tersebut pada akhirnya memberi kekuatan untuk
mengambil keputusan. Akhirnya keputusan diambil
dengan mengubah pola belanja berbentuk refocusing
dan reprioritizing anggaran atau melakukan realokasi
kebutuhan yang tidak prioritas untuk penanganan
Covid-19. Perhitungan ulang ini dilakukan dengan ketat
dalam waktu yang singkat.

halaman ini sengaja dikosongkan


Menghadapi krisis pandemi Covid-19 yang sangat
rumit dan tak terkendali, sebagai pengambil keputusan
dari sebuah negara yang besar, Menteri Keuangan
harus memikirkan hampir semua dimensi di balik
keputusan yang diambil. Berbagai dimensi tersebut
antara lain dimensi kesehatan (sebagai sumber dari
krisis), teknokratik, politik, akuntabilitas, hingga sosial
yang dikombinasikan dengan posisinya sebagai
bendahara negara. Ini semua dilakukan karena dalam
krisis ini yang dihadapi adalah virus yang tidak bisa
diajak ke meja perundingan. Dan krisis ini juga bukan
semudah mengubah angka neraca keuangan karena
perubahannya yang sangat cepat. Beliau menyatakan
walalupun mempunyai pengalaman yang panjang
sebagai Menteri Keuangan dan teknokrat namun tetap
mengambil kebijakan dengan porsi kerendahan hati
yang sangat banyak. Namun hal itu tidak berarti pasrah
dan tidak melakukan apa-apa. Ikhtiar tetap dilakukan
secara luar biasa dan di dalam diri dan pikiran yang
paling dalam, menyadari bahwa kita semua sedang diuji
pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Covid-19 adalah krisis kesehatan yang disebabkan


oleh virus yang dinamis. Sementara itu, krisis-krisis
sebelumnya lebih disebabkan karena neraca keuangan
yang statis. Saat ini, bagaimana pola interaksi manusia
akan mempengaruhi dinamika Covid-19, apakah

68 69
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

IV

INDONESIA MERESPONS
COVID-19: MEMULIHKAN
EKONOMI
70 71
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

“Krisis Covid-19 T
idak ada negara yang memiliki referensi pasti sebagai pedoman kebijakan menghadapi krisis “unik” ini.
Keadaan paling mirip mungkin hanya Flu Spanyol, yang sudah terjadi 100 tahun lalu. Saat ini situasi jauh
lebih kompleks. Kombinasi pandemi yang menyebar cepat dan dinamis di dunia yang semakin tanpa batas,
kebutuhan penyelamatan nyawa manusia, sekaligus upaya mempertahankan keberlangsungan ekonomi

menyebabkan kita seperti


masyarakat dan menjaga stabilitas sosial terbungkus menjadi satu masalah besar yang menuntut pengambilan
kebijakan secepatnya.

Pandemi Covid-19 telah menciptakan efek bola salju dari krisis kesehatan menjadi krisis ekonomi yang sangat

sedang bekerja dengan kaki


besar. Karantina dan pembatasan sosial sebagai upaya menyelamatkan kesehatan maupun jiwa mau tidak mau
telah menekan berbagai mesin ekonomi, seperti konsumsi yang menurun drastis, investasi yang tertunda, hingga
kegiatan perdagangan luar negeri yang terhambat. Berbekal pengalaman dan kepekaan di tengah krisis, Pemerintah
memutuskan prioritas kebijakan dalam waktu sangat cepat, dengan fokus pada sendi-sendi utama bangsa. Dalam

yang berada di dalam sebuah


kondisi tersebut, kebijakan fiskal dan APBN menjadi satu-satunya tumpuan untuk mengompensasi biaya ekonomi yang
timbul akibat pandemi maupun untuk membiayai penanganan kesehatan sebagai prioritas yang tidak bisa ditawar.

Selama pandemi, APBN telah membuktikan kerja kerasnya serta sifatnya yang adaptif dalam merespons dinamika

pondasi yang terus bergerak. yang tidak mudah dan dapat berubah secara cepat. Ketika disusun, APBN 2020 tentu tidak mengalokasikan anggaran
untuk pandemi dan dampaknya karena tidak ada yang menduga akan ada kejadian tersebut. Tapi APBN telah sangat
fleksibel, adaptif, dan responsif di tengah tekanan pandemi. Berbagai kebijakan yang responsif dilaksanakan dan
didukung dengan monitoring yang terus menerus atas kondisi Covid-19 dan ekonomi di berbagai daerah di Indonesia,

Hal itu membuat kita harus sehingga penyesuaian kebijakan dibuat dengan mempertimbangkan kondisi yang paling terkini. Kebijakan seperti
refocusing anggaran, penyediaan beberapa jilid stimulus, penerbitan Perppu, peluncuran program PEN, hingga
implementasi skema burden sharing menunjukkan adanya sebuah proses yang diambil secara cepat, responsif,
namun tetap akuntabel dan berorientasi pada perlindungan kesejahteraan masyarakat.

memikirkan antisipasi dari Kebijakan ekonomi dan fiskal yang dilakukan selama pandemi juga merupakan sebuah perjalanan dan pembelajaran
yang tentunya belum menemukan titik akhir karena pandemi masih mengancam hingga saat ini. Dalam perjalanannya,

perubahan gerakan pondasi


berbagai penyesuaian dan fleksibilitas dilakukan guna merespons situasi yang sangat dinamis dan kerap tak terduga.
Perbaikan terus diupayakan berdasarkan hasil evaluasi kebijakan, demi memastikan tidak hanya tercapainya output
tetapi juga manfaat seluas-luasnya bagi keberlangsungan bangsa dan warga negara. Hal tersebut didukung sinergi
oleh segenap elemen bangsa, baik institusi dalam Pemerintah Pusat maupun Daerah, lembaga legislatif, lembaga

itu, sambil terus memikirkan


pengawas dan audit, serta masyarakat. Ketidakpastian yang sangat tinggi tidak pernah menyurutkan langkah kebijakan
fiskal untuk memberi dukungan pada aspek kesehatan dan pengendalian pandemi, melindungi daya beli masyarakat,
serta memastikan dunia usaha pulih dan bangkit.

cara melindungi manusia dan A. Respon Cepat Kebijakan Fiskal & APBN Menghadapi Pandemi
Pandemi Covid-19 merupakan sebuah kejadian luar biasa serta berdampak sangat mendalam, termasuk bagi
Indonesia. Dibandingkan dengan berbagai krisis yang telah dialami sebelumnya, seperti Krisis Keuangan Asia 1998 dan

ekonomi kita.” Krisis Keuangan Global 2009, pandemi Covid-19 jelas memberikan dimensi yang berbeda. Krisis keuangan terdahulul
umumnya merupakan sebuah man-made, atau dengan kata lain ditimbulkan akibat kesalahan pengelolaan manusia
dalam sektor keuangan. Tak pelak beberapa lembaga keuangan maupun perbankan dalam sekejap mengalami kolaps
saat itu yang berujung pada meningkatnya ketidakpastian global. Namun, saat ini yang kita hadapi adalah sebuah
virus, sebuah benda yang terus bergerak dinamis setiap harinya. Di satu hari kita dapat melihat terjadinya penurunan
angka penyebaran, tetapi di hari lainnya kita melihat munculnya varian baru yang menebar ancaman berbeda.

Mengingat sedikit ke masa-masa awal Covid-19 muncul, tentu kita semua merasa resah. Ketika Januari kita melihat
Tiongkok layaknya seperti kota mati layaknya di film zombie apocalypse, sudah mulai muncul kecemasan dan
Sri Mulyani Indrawati, Pemerintah langsung menutup penerbangan dari Tiongkok. Beralih ke Februari, bahkan Bandar Udara Changi di
Menteri Keuangan Republik Indonesia Singapura yang selalu diisi dengan lalu lalang manusia seketika itu juga kosong, begitupun dengan bandara-bandara
tersibuk di dunia lainnya. Pemerintah pun mulai berpikir bahwa ada yang tidak beres dengan pandemi ini, meski
optimisme terus dijaga. Namun, ketika di bulan Maret 2020 satu per satu masyarakat mulai terjangkit Covid-19, babak
baru pun dimulai.

72 73
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Pengemudi ojek online


terdampak akibat tidak adanya pelanggan, padahal mungkin daya belinya sangat bergantung pada penghasilan
harian. Begitu pun dengan profesi-profesi lain yang juga rentan. Pemerintah bergegas dengan mengucurkan stimulus
bantuan sosial hingga dua kali lipat agar keuangan mereka setidaknya terjamin dalam kondisi pandemi ini. Membantu
masyarakat mengamankan konsumsi dasarnya di tengah situas krisis juga amat penting agar ketertiban sosial bisa

(ojol), penjual warteg, dan


terjaga, sehingga aspek ini pun menjadi poin penting ketika respon kebijakan awal dibangun.

Meski berbagai langkah telah dilakukan oleh Pemerintah, permasalahan kesehatan ini telah merambat menjadi krisis
di berbagai aspek, yakni sosial, ekonomi dan keuangan. Dengan adanya pandemi tersebut, resesi ekonomi dunia dan

pedagang kaki lima seketika perlambatan tajam ekonomi domestik menjadi tidak terhindarkan sehingga perlu adanya berbagai kebijakan ekonomi
yang komprehensif untuk memastikan agar penanganan Covid-19 dapat diakselerasi dan mampu mencegah dampak
pada perekonomian yang lebih dalam. Kebijakan ekonomi yang diambil sejak awal fokus pada tiga hal, yakni mengatasi
isu kesehatan yang ditimbulkan pandemi, menjaga daya beli masyarakat khususnya kelompok miskin dan rentan,

terdampak akibat tidak serta mencegah kebangkrutan dunia usaha. Hal ini menjadi arsitektur awal kebijakan Indonesia dalam penanganan
pandemi, yang kemudian dikembangkan sesuai dengan situasi, kebutuhan, dan hasil evaluasi.

adanya pelanggan, padahal


Dalam hal ini, APBN hadir sebagai instrumen utama yang digunakan Pemerintah c.q. Kementerian Keuangan untuk
intervensi di bidang kebijakan fiskal. Selain itu, Pemerintah juga menjalankan kerja sama dan koordinasi yang baik
dengan berbagai instansi terkait, antara lain Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang juga beranggotakan
Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), untuk bersama-sama

mungkin daya belinya sangat


menangkal pandemi Covid-19 dan mengoptimalkan berbagai instrumen kebijakan untuk mempercepat berakhirnya
krisis kesehatan maupun ekonomi yang terjadi. Sinergi dari seluruh elemen bangsa seperti DPR RI, lembaga pengawas
dan audit, serta masyarakat sendiri menjadi sebuah modal penting bagi Indonesia dalam menghadapi pandemi.

bergantung pada penghasilan Dalam perjalanannya, kebijakan yang diambil menghadapi berbagai dinamika karena pandemi itu sendiri adalah
kejadian luar biasa dan memberi banyak ketidakpastian. Antisipasi kebijakan pun menjadi lebih sulit dilakukan karena
kita seakan terus berjalan di atas “pondasi yang terus bergerak”. Dengan isu yang begitu dinamis, maka respons
yang dilakukan pun tidak bisa dilakukan dengan statis. Maka, hingga saat ini Pemerintah terus bertindak responsif

harian. guna memastikan kebijakan yang diformulasi dan diimplementasikan dapat berjalan dan efektif. Kebijakan fiskal yang
dikeluarkan Pemerintah disesuaikan dengan asesmen perkembangan Covid-19 yang dilakukan secara terus-menerus.
Sejak penyebaran Covid-19 masih terkonsentrasi di Tiongkok, yang dikhawatirkan akan memberikan ancaman pada
perekonomian dunia, Pemerintah dan otoritas di Indonesia sudah mengambil langkah responsif, antara lain melalui
pemberian stimulus yang fokus pada area dan sektor yang langsung mendapat tekanan, seperti sektor pariwisata.
Harus diakui bahwa di titik awal pandemi, banyak kesiapan yang belum dalam menghadapi Covid-19 karena tidak ada Paket Stimulus I diluncurkan pada bulan Februari 2020. Respon kebijakan tersebut dilakukan untuk memperkuat
yang pernah menduga akan terjadi hal tersebut. Rumah sakit saat itu belum memiliki alat ventilator sebagai pertolongan perekonomian domestik yang terancam dari transmisi pelemahan ekonomi Tiongkok dan dunia. Di dalam stimulus
pertama pada pasien Covid-19. Begitu pun dengan alat testing PCR yang masih asing di telinga kita. Beruntung saat tersebut tercakup percepatan belanja dan kebijakan mendorong padat karya.
itu AS melalui CDC menyumbangkan sejumlah test kit kepada Indonesia untuk membantu proses tracing Covid-19.
Namun, tentu itu semua belum cukup karena kita tidak tahu sudah berapa banyak jumlah masyarakat yang terkena
Covid-19. Langkah penanganan pun belum tahu seperti apa. Memang, tidak dapat dipungkiri bahwa mungkin periode
Maret 2020 menjadi masa terkelam Covid-19 di Indonesia. Panik dan takut pun berkumpul menjadi satu.

Pemerintah Indonesia pun segera merespons dengan mewajibkan semua orang untuk melakukan semua aktivitas
di rumah, sehingga ekonomi pun otomatis tidak berjalan. Namun, dapat bayangkan betapa kebingungannya seluruh
manusia karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, termasuk Pemerintah sendiri. Dalam waktu sekejap, seluruh
keputusan pun harus diambil. Ketidakpastian akan penyebaran virus pun akhirnya secara serentak membuat para
pengambil kebijakan harus memutar otaknya dalam menyiapkan respon kebijakan yang luar biasa. Hal ini disebabkan
Pemerintah tidak hanya harus menyelamatkan perekonomiannya, melainkan masyarakatnya pun perlu dibantu.

Hal pertama yang dilakukan Pemerintah yakni bagaimana mengatasi Covid-19 itu sendiri. Pemerintah sadar bahwa
tidak ada alokasi dalam APBN untuk penanganan Covid-19 karena tidak ada yang mengetahui virus ini akan menjadi
pandemi di 2020. Oleh karena itu, Pemerintah melalui Kementerian Keuangan pun dengan segera menaikkan belanja
kesehatan hingga Rp75 triliun untuk penyediaan APD serta alat kesehatan. Dalam waktu singkat, setidaknya kita dapat
meningkatkan perlindungan pada garda terdepan, yakni dokter dan tenaga kesehatan, dari terpaparnya Covid-19.
Lebih lanjut, secara perlahan suplai alat testing pun dinaikkan, sehingga kita dapat mendeteksi seberapa parah tingkat
Covid-19 di Indonesia. Langkah-langkah tersebut tanpa kita sadari sudah membantu kita dalam penanganan Covid-19
hingga saat ini.

Selain kesehatan, beberapa kelompok masyarakat dengan pendapatan terbatas yang mungkin juga tidak mempunyai Ilustrasi IV.1 Bauran Kebijakan Fiskal dan Sumber: Kementerian Keuangan, 2020.
Moneter Dalam Menangani Covid-19
tabungan yang banyak harus dibantu. Pengemudi ojek online (ojol), penjual warteg, dan pedagang kaki lima seketika

74 75
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

B. Refocusing dan Realokasi Anggaran 1. Paket Stimulus I


Penularan wabah yang tinggi memerlukan kesiapan dari sistem kesehatan pendukung baik peralatan, obat-obatan, Paket Stimulus I diluncurkan pada bulan Februari 2020 ketika pandemi masih terkonsentrasi di Tiongkok dan
rumah sakit, hingga tenaga medis itu sendiri. Di sisi lain, dapat dipastikan di dalam APBN 2020 awalnya tidak ada beberapa negara, serta di tengah ketidakpastian yang sangat tinggi akan dampak rambatannya. Meski demikian,
alokasi untuk penanganan pandemi karena wabah Covid-19 sendiri datang secara tiba-tiba. Tetapi, APBN dapat Pemerintah menyadari harus segera diambil langkah untuk melindungi perekonomian masyarakat serta sektor-
menunjukkan fleksibilitas dan respon yang cepat ketika kebutuhan anggaran kesehatan meningkat tajam, melalui sektor yang akan langsung terkena dampak dari tekanan yang terjadi. Sebagai salah satu mitra dagang utama untuk
refocusing dan realokasi. Dari sisi keuangan negara, kebijakan refocusing dan realokasi anggaran merupakan langkah Indonesia, goncangan yang terjadi di Tiongkok dikhawatirkan akan memberi dampak ekonomi ke Indonesia. Dengan
awal penanganan Covid-19. Kebijakan ini menjadi bukti sejak awal sudah ada perhatian dan antisipasi dari sisi alatar belakang tersebut, dalam Paket Stimulus I Pemerintah mengeluarkan respon kebijakan untuk memperkuat
keuangan negara terhadap kejadian wabah Covid-19. perekonomian domestik melalui belanja negara, yang terdiri dari percepatan belanja dan kebijakan mendorong padat
karya serta stimulus belanja.
Kebijakan refocusing dan realokasi dituangkan dalam Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2020 tanggal 20 Maret 2020
yang menyatakan bahwa Menteri/Pimpinan Lembaga diminta untuk mengutamakan penggunaan anggaran yang ada A. Percepatan belanja dan kebijakan mendorong padat karya yang ditujukan agar kebijakan fiskal memberikan daya
untuk kegiatan yang mendukung percepatan penanganan Covid-19 (refocusing kegiatan dan realokasi anggaran). dorong yang optimal untuk perekonomian dan daya beli masyarakat. Kebijakan ini dilaksanakan melalui program-
Adapun Inpres tersebut berisi lima instruksi sebagai berikut: program berikut:
1. Mengutamakan penggunaan alokasi anggaran yang telah ada untuk kegiatan-kegiatan yang mempercepat 1. Percepatan pencairan Belanja Modal, berupa percepatan penetapan pejabat perbendaharaan negara (KPA,
penanganan Covid-19 (Refocusing kegiatan dan realokasi anggaran). PPK, dan Bendahara), percepatan pelaksanaan tender, percepatan revisi dan pencairan anggaran strategis,
2. Mempercepat  refocusing  kegiatan dan realokasi anggaran melalui mekanisme revisi anggaran dan segera antisipasi kesediaan kas (cash management and fiscal buffer), dan antisipasi keterbatasan kapasitas pihak
mengajukan usulan revisi anggaran kepada Menteri Keuangan sesuai dengan kewenangannnya. ketiga.
3. Mempercepat pelaksanaan pengadaan barang dan jasa untuk mendukung percepatan penanganan Covid-19 2. Percepatan pencairan belanja bantuan sosial berupa percepatan pencairan Penerima Bantuan Iuran Jaminan
dengan mempermudah dan memperluas akses. Kesehatan Nasional (PBI JKN) di mana belanja untuk bulan Februari, Maret, dan April dicairkan pada bulan
4. Melakukan pengadaan barang dan jasa dalam rangka percepatan penanganan  Covid-19  dengan melibatkan Februari.
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 3. Transfer ke Daerah dan Dana Desa, di mana Pemerintah Pusat mendorong dan mempercepat pelaksanaan
5. Melakukan pengadaan barang dan jasa alat kesehatan dan alat kedokteran untuk penanganan Covid-19 dengan kegiatan dana desa, untuk kegiatan produktif yang menyerap banyak tenaga kerja di desa.
memperhatikan barang dan jasa sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. B. Stimulus belanja yang diprioritaskan untuk melindungi kelompok masyarakat rentan dan sektor terdampak Covid-19.
Stimulus belanja dilaksanakan melalui program-program berikut:
1. Perlindungan terhadap daya beli 40% masyarakat berpenghasilan terbawah, sebagai kelompok paling rentan
Melalui Inpres tersebut, untuk mendukung pendanaan penanganan Covid-19, Menteri/Pimpinan Lembaga diminta
terkena dampak syok ekonomi akibat Covid-19, melalui dua program:
untuk menindaklanjuti dengan melakukan pemotongan atau penghematan anggaran, utamanya pada belanja yang
a. Perluasan kartu sembako, dengan menambah manfaat kartu sembako.
tidak prioritas (perjalanan dinas, biaya rapat, honorarium, dan belanja non operasional) dan belanja modal untuk
b. Perluasan subsidi bunga perumahan dengan memperluas sasaran subsidi bunga perumahan dengan
proyek-proyek/kegiatan yang tidak prioritas. Langkah-langkah penyesuaian yang dapat dilakukan antara lain dengan
tambahan volume rumah sekitar 175 ribu unit rumah.
mengidentifikasi dan melakukan review ulang proyek-proyek yang dapat ditunda dan juga proyek single year yang
2. Insentif sektor pariwisata, sebagai dukungan terhadap sektor yang terdampak secara langsung akibat
dapat diubah menjadi multi years, dan proyek multi-years dapat diperpanjang.
penyebaran Covid-19. Insentif diberikan untuk agen perjalanan yang membawa wisatawan mancanegara dan
insentif untuk tenaga pemasaran pariwisata.
Refocusing dan realokasi anggaran juga diarahkan di tingkat daerah agar beban penanganan Covid-19 dapat 3. Kartu Pra-Kerja, sebagai upaya perlindungan bagi tenaga kerja, dalam bentuk digitalisasi pelatihan berdasarkan
ditanggung bersama-sama. Bagi Pemerintah Daerah (Pemda), telah dikeluarkan juga berbagai kebijakan yang memiliki permintaan, melengkapi, dan memperkaya program pelatihan yang ada.
fokus dan prioritas pada kesehatan dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Untuk itu, Kementerian Keuangan telah
menetapkan peraturan untuk mendorong pemda melakukan refocusing anggaran untuk penanganan Covid-19. Pemda
akan mendapatkan Dana Transfer untuk penanganan Covid-19 setelah menyerahkan Laporan Kinerja di Bidang 2. Paket Stimulus II
Kesehatan. Penghematan belanja negara dari Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) pada APBN 2020 sekitar Paket stimulus II diluncurkan pada 13 Maret 2020. Pada tahap ini, Covid-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dan
Rp94,2 triliun, yang juga sudah termasuk penghematan alamiah. Selain melalui realokasi, Pemerintah juga melakukan penyebarannya telah masuk ke Indonesia dengan 69 kasus positif dan 1 kematian. Paket stimulus II dikeluarkan
percepatan belanja termasuk di tingkat daerah antara lain untuk kegiatan produktif seperti dana desa. sebagai respon Pemerintah untuk semakin memperkuat upaya menjaga daya beli masyarakat dan dukungan dunia
usaha serta industri terdampak melalui kemudahan ekspor dan impor. Paket stimulus II terdiri stimulus fiskal, stimulus
non fiskal, dan kebijakan di sektor keuangan berupa:
C. Paket Stimulus
Di samping melakukan refocusing dan realokasi, Pemerintah juga menyediakan stimulus untuk menangani dampak
dari pandemi. Wabah Covid-19 telah membawa dampak yang luar biasa besar sehingga dibutuhkan biaya penanganan
a) Stimulus Fiskal
yang sangat besar. Wabah juga telah memberikan ketidakpastian dan tekanan ke berbagai aspek kehidupan dan Terdiri dari relaksasi/pengurangan pajak berbagai jenis yang mulai berlaku untuk periode April sampai dengan
ekonomi sehingga fokus utama dari pemberian stimulus adalah menjaga baik itu kesehatan masyarakat, kesejahteraan September 2020.
masyarakat, serta menolong dunia usaha. Stimulus disediakan karena di saat pandemi, semua aspek ekonomi 1. Rp8,6 triliun berupa Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21) pekerja sektor industri pengolahan dengan
menghadapi tekanan yang sangat berat dan intervensi ekonomi Pemerintah serta otoritas menjadi harapan agar penghasilan tidak lebih dari Rp200 juta setahun ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah;
perekonomian tetap bergulir. Oleh karena itu, bersamaan dengan melakukan pencegahan dan penanganan di bidang 2. Rp8,15 triliun untuk pembebasan PPh Pasal 22 Impor pada 19 (sembilan belas) sektor usaha tertentu, Wajib Pajak
kesehatan, Pemerintah juga mengeluarkan berbagai stimulus yang diprioritaskan untuk melindungi perekonomian Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE), dan Wajib Pajak Kemudahan Impor Tujuan Ekspor Industri Kecil dan
baik rumah tangga maupun perusahaan, serta memastikan terjaganya stabilitas keuangan. Menengah (KITE IKM);
3. Rp4,2 triliun untuk pengurangan PPh Pasal 25 hingga 30% kepada 19 (sembilan belas) sektor usaha tertentu, Wajib
Pemerintah telah bergerak cepat menyediakan stimulus untuk melindungi kesehatan dan perekonomian. Namun, Pajak KITE, dan Wajib Pajak KITE IKM; dan
situasi Covid-19 yang bergerak sangat dinamis membuat disain kebijakan stimulus juga terus mengalami penyesuaian 4. Rp1,97 triliun berupa pencairan restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipercepat bagi 19 (sembilan belas)
dan penguatan agar dapat merespon dinamika yang terjadi. Beberapa seri stimulus telah diluncurkan sejak Februari sektor usaha tertentu, Wajib Pajak KITE, dan Wajib Pajak KITE IKM untuk menjaga likuiditas pelaku usaha.
2020, bahkan sebelum status Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi, dan terus bergerak hingga kini.

76 77
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

b) Stimulus Non Fiskal Berdasarkan perkembangan tersebut, Pemerintah melihat adanya situasi kegentingan yang memaksa untuk
dikeluarkannya Stimulus III dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang agar dapat dilakukan langkah yang
Kebijakan non fiskal berupa: 1) penyederhanaan dan pengurangan jumlah Larangan dan Pembatasan ekspor pada cepat dan antisipatif untuk menangani Covid-19 serta dampaknya pada stabilitas ekonomi dan sektor keuangan
749 kode Harmonized System (HS), 2) penyederhanaan dan pengurangan jumlah Larangan dan Pembatasan impor yang semakin eskalatif. Pada tanggal 31 Maret 2020 Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti
pada komoditas tertentu termasuk penopang manufaktur, pangan, dan kesehatan/medis dengan tujuan untuk Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
memperlancar penangana pandemi, 3) percepatan proses ekspor-impor untuk Reputable Traders, dan 4) peningkatan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan/atau dalam rangka Menghadapi Ancaman
dan percepatan layanan ekspor-impor melalui National Logistic Ecosystem (NLE). yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Perppu tersebut berisi bauran
kebijakan di bidang keuangan negara (kebijakan fiskal) dan kebijakan stabilitas sistem keuangan.
c. Kebijakan di Sektor Keuangan
Tujuan diterbitkannya Perppu Nomor 1 Tahun 2020 adalah untuk memberikan landasan hukum bagi Pemerintah
Stimulus di sektor keuangan diberikan melalui dua kebijakan, yaitu: dan otoritas keuangan dalam melakukan kebijakan dan langkah-langkah luar biasa (extraordinary) dalam rangka
1. Dukungan perbankan terhadap debitur yang terkena dampak penyebaran Covid-19, terutama debitur UMKM, penyelamatan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan. Langkah luar biasa tersebut untuk
melalui relaksasi persyaratan pengajuan kredit/pembiayaan dan restrukturisasi kredit/pembiayaan UMKM. mengamankan masyarakat, ekonomi dan keuangan, termasuk mengakomodasi pelebaran defisit melebihi 3% dari
2. Relaksasi program jaminan BPJAMSOSTEK terhadap dunia usaha yang terdampak perlambatan ekonomi akibat PDB serta langkah-langkah lain dalam menjaga stabilitas ekonomi.
wabah Covid-19.

a) Kebijakan Keuangan Negara (APBN)


3. Paket Stimulus III dan Perppu Nomor 1 Tahun 2020
Dalam rangka menekan tingkat keparahan dampak Covid-19, bersamaan dengan penerbitan Perppu no.1/2020,
Pemerintah mengamati bahwa eskalasi pandemi Covid-19 yang berjalan sangat cepat membuat langkah penanganan Pemerintah meluncurkan Paket Stimulus III sebagai kebijakan lanjutan antara lain berisi tambahan belanja dan
yang telah dijalankan sebelumnya dinilai belum memadai dan harus segera diperkuat. Asesmen terhadap data faktual pembiayaan APBN 2020 dengan jumlah yang cukup besar, yaitu Rp405,1 triliun. Kebijakan ini diperuntukkan untuk
menunjukkan bahwa eskalasi pandemi Covid-19 membawa perubahan sangat cepat yang mengancam tidak hanya menjalankan tiga fokus utama penanganan Covid-19 di Indonesia, yaitu: pertama, penyelamatan jiwa dan peningkatan
pada kesehatan dan keselamatan masyarakat, tetapi juga pada aktivitas perekonomian di berbagai sektor dan lapisan kualitas kesehatan masyarakat; kedua, penyediaan jaring pengaman sosial; dan ketiga, penyelamatan ekonomi dan
masyarakat serta stabilitas sektor keuangan. Situasi genting yang terjadi akibat Covid-19 dapat menyebabkan dampak dunia usaha khususnya bagi rakyat miskin dan UMKM.
ekonomi besar, antara lain karena penurunan daya beli masyarakat dan konsumsi, gangguan kinerja dunia usaha
yang tidak hanya dapat menurunkan profit hingga menyebabkan kebangkrutan dan meningkatkan pengangguran,
serta ancaman pada stabilitas sektor keuangan. Berbagai argumen di atas menguatkan pertimbangan Pemerintah (1) Kesehatan sebesar Rp75 triliun
untuk mengeluarkan langkah-langkah luar biasa (extraordinary actions) untuk menangani dan mencegah kemungkinan Pemerintah Indonesia menjadikan langkah penanganan dan penyelamatan kesehatan sebagai prioritas utama karena
terburuk berupa krisis ekonomi yang bisa mengancam stabilitas sektor keuangan (SSK). pandemi pada dasarnya merupakan sebuah krisis kesehatan. Untuk menangani krisis yang tentunya membutuhkan
tambahan belanja dan pembiayaan bidang kesehatan, Pemerintah melakukan fleksibilitas APBN 2020 termasuk
melalui realokasi.

Pemerintah menyediakan dana Rp75 triliun untuk tambahan belanja kesehatan termasuk pemberian alat kesehatan
dan Alat Pelindung Diri (APD) bagi seluruh 132 rumah sakit rujukan. Rincian penggunaan alokasi dana sebesar Rp75
triliun untuk kesehatan tersebut antara lain:
1. Subsidi Iuran BPJS untuk penyesuaian tarif Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja sesuai Perpres
75 Tahun 2019 (Subsidi untuk Pekerja Bukan Penerima Upah kelas 3 sebanyak 14 juta jiwa dan pergeseran
ke Pekerja Bukan Penerima Upah kelas 3 sebanyak 16 juta jiwa sehingga total Pekerja Bukan Penerima Upah
kelas 3 sebanyak 30 juta jiwa)
2. Insentif tenaga medis pusat dan daerah selama 6 bulan: Dokter spesialis (Rp15jt/bulan), dokter (Rp10 jt/
bulan), perawat (Rp7,5 jt/bulan), tenaga kesehatan lainnya (Rp5 jt/bulan).
3. Santunan kematian untuk tenaga kesehatan (Rp300 juta/orang)
4. Belanja penanganan Covid-19 berupa: Alat kesehatan (APD, Rapid Test, Reagen), sarana dan prasarana
kesehatan serta dukungan SDM.

(2) Perluasan Jaring Pengaman Sosial (Social Safety Net) menjadi sebesar Rp110 triliun
Prioritas kedua adalah melindungi masyarakat miskin, tidak mampu, dan rentan terdampak untuk menjaga konsumsi
masyarakat melalui perluasan dan peningkatan manfaat berbagai program jaring pengaman sosial (sosial safety net)
seperti: Kartu Sembako (BPNT), PKH, PBI JKN, Subsidi, dan Kartu Pra-Kerja.

Dana sejumlah Rp110 triliun dialokasikan untuk memperkuat jaring pengaman sosial. Penambahan penyaluran PKH
untuk 10 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM), dimana untuk periode April sampai dengan Juni 2020 setiap KPM
akan menerima 2 kali. Program kartu sembako diperluas dari 15,2 juta menjadi 20 juta Penerima Kartu Sembako
dengan manfaat naik 30%. Kartu Prakerja naik 2 kali lipat menjadi Rp20 triliun untuk masyarakat yang terkena PHK dan
Ilustrasi IV.2 PERPPU No.1 Tahun 2020 Sumber: Kementerian Keuangan
pekerja informal yang terkena dampak Covid-19.

78 79
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Pembiayaan defisit akan


Selain itu diberlakukan juga pembebasan tarif listrik selama tiga bulan kepada 24 juta pelanggan rumah tangga 450 VA,
dengan rata-rata tagihan Rp40.000/bulan/pelanggan dan juga bantuan pengurangan tagihan listrik Rp30.000 (diskon
50%) kepada 7 juta pelanggan rumah tangga 900 VA. Dukungan logistik sembako dan kebutuhan pokok sebesar Rp25
triliun yang diprioritaskan bagi daerah yang mengalami pembatasan sosial luas atau karantina.

(3) Penyelamatan Ekonomi dan Dunia Usaha sebesar Rp70,1 triliun


Prioritas ketiga adalah menjaga daya tahan dunia usaha dan industri utamanya UMKM melalui berbagai program
berfokus pada sumber-
sumber yang aman.
stimulus dan pemberian fasilitas, seperti insentif aktivitas pariwisata, perluasan subsidi bunga perumahan, PPh 21
ditanggung Pemerintah, pembebasan PPh 22 Impor, pengurangan PPh 25 dan relaksasi restitusi PPN dipercepat, serta
simplifikasi proses impor komoditas tertentu termasuk penopang manufaktur, pangan dan kesehatan/medis.

Untuk itu, dikeluarkan Rp70,1 triliun sebagai dukungan insentif dan relaksasi perpajakan bagi sektor yang terdampak
dan termasuk penundaan pembayaran cicilan Kredit usaha rakyat (KUR) dan Ultra Mikro dan Penundaan pembayaran 2. Keuangan Daerah
pinjaman terutama untuk UKM dan pelaku ekonomi kecil lainnya. Pemerintah juga melakukan penurunan tarif PPh Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk melakukan pengutamaan penggunaan alokasi anggaran untuk
badan dari 25% menjadi 22%. kegiatan tertentu (refocusing), perubahan alokasi, dan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Bagi peserta kredit ultra mikro (UMi), Pemerintah memberikan penundaan angsuran pokok dan bunga selama 6 bulan 3. Penganggaran dan Pembiayaan
melalui restrukturisasi kredit bagi debitur program Pembiayaan Ultra Mikro (UMi) yang terdampak Covid-19, relaksasi Dalam hal defisit APBN, relaksasi batas defisit APBN diatas 3% akan dilaksanakan selama 3 tahun yaitu sejak tahun
syarat administratif dan kecepatan pemberian kredit UMi serta memberikan kemudahan dan perluasan penyaluran 2020 hingga 2022. Peningkatan defisit akan tetap dikelola dengan hati-hati (prudent dan akuntabel) untuk menjaga
kredit UMi. stabilitas makro dan sustainabilitas APBN dalam jangka panjang. Pada tahun 2023, disiplin APBN dengan batas atas
defisit 3% akan kembali dilakukan.
Sejalan dengan kebijakan dari sisi fiskal, pada saat stimulus ini diluncurkan Bank Indonesia bersama Otoritas Jasa
Keuangan juga telah mengeluarkan kebijakan bagi dukungan UMKM berupa: Pembiayaan defisit akan berfokus pada sumber-sumber yang aman termasuk penggunaan SAL, Dana Abadi, Dana di
1. Penundaan pembayaran pokok dan bunga untuk semua skema KUR yang terdampak Covid-19 selama 6 bulan. BLU dan sumber pembiayaan lainnya seperti penerbitan SBN/SBSN di pasar yang aman dengan tingkat beban bunga
2. Pemberian keringanan dan/atau penundaan pembayaran kredit atau leasing sampai dengan Rp10 miliar, yang rasional dan wajar. Pembiayaan yang bersumber dari Bank Sentral hanya akan dipergunakan dalam kondisi
termasuk untuk UMKM dan pekerja informal, maksimal 1 tahun. darurat dimana pasar tidak mampu berfungsi secara normal.
3. Restrukturisasi kredit melalui peningkatan kualitas kredit/pembiayaan menjadi lancar, dapat diterapkan Bank
tanpa batasan plafon kredit.
b) Kebijakan di Sektor Keuangan
(4) Dukungan Pembiayaan Anggaran untuk Program Pemulihan Ekonomi Nasional sebesar Rp150 triliun Di masa awal pandemi, sektor keuangan global menhadapi turbulensi luar biasa besar yang mendorong terjadinya
penarikan modal besar-besaran termasuk di Indonesia. Kondisi ini mengancam stabilitas sektor keuangan dan
Komponen berikutnya dalam dimensi keuangan negara dalam paket stimulus ini adalah dukungan pembiayaan krisis-krisis terdahulu menunjukkan bahwa langkah yang cepat dan tepat perlu dilakukan di tengah situasi seperti ini.
anggaran Program Pemulihan Ekonomi Nasional sebesar Rp150 triliun. Program ini memiliki tujuan untuk melindungi, Dengan demikian, di dalam Perppu ini juga diakomodir tindakan antisipatif untuk menjaga stabilitas sistem keuangan
mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha dari sektor riil dan sektor keuangan di tengah pandemi Covid-19 dan/atau menghadapi ancaman krisis ekonomi serta stabilitas keuangan. Secara garis
dalam menjalankan usaha. Dalam paket kebijakan stimulus ini, program Pemulihan Ekonomi Nasional dilakukan besar langkah antisipastif yang telah disusun oleh Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) terdiri
melalui beberapa skema seperti Penyertaan Modal Pemerintah, Penempatan Dana Pemerintah, Investasi Pemerintah, dari:
serta Penjaminan. 1. Perluasan kewenangan KSSK dan ruang lingkup rapat KSSK. Dalam rangka pelaksanaan kebijakan stabilitas
sistem keuangan, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) diberikan kewenangan untuk menetapkan skema
Dalam menjalankan program ini, ada beberapa prinsip yang diimplementasikan untuk menjamin tata kelola yang baik, pemberian dukungan oleh Pemerintah untuk penanganan permasalahan lembaga jasa keuangan dan stabilitas
yakni sistem keuangan yang membahayakan perekonomian nasional.
a. Untuk membantu pelaku usaha dengan track record yang baik, bukan pelaku usaha yang bermasalah. 2. Pemberian kewenangan bagi Bank Indonesia (BI) untuk dapat membeli SBN berjangka panjang di pasar perdana
b. Mempertimbangkan sektor terdampak, area terdampak, sektor strategis, dan sektor penggerak pemulihan dan pembelian/repo SBN milik Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
ekonomi 3. Early Involvement LPS dalam penanganan bank bermasalah serta perluasan sumber pendanaan dan program
c. Mencegah moral hazard penjaminan LPS
d. Rule based dan risk sharing 4. Perluasan kewenangan Pemerintah dalam memberikan pinjaman kepada LPS

Dalam mendukung 3 tujuan utama Paket Stimulus III, di dalam perubahan APBN dalam Perppu terdapat beberapa
kewenangan yang diberikan kepada Pemerintah dalam menetapkan kebijakan keuangan negara diantaranya dalam
bidang:

1. Perpajakan
Kebijakan di bidang perpajakan meliputi: 1) penyesuaian tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Dalam Negeri
dan Bentuk Usaha Tetap; 2) perlakuan perpajakan dalam kegiatan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE); 3)
perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan; dan 4) pemberian kewenangan kepada
Menteri Keuangan untuk memberikan fasilitas kepabeanan berupa pembebasan atau keringanan bea masuk dalam
rangka penanganan kondisi darurat serta pemulihan dan penguatan ekonomi nasional.

80 81
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

BOX 3
T
idak mudah mengambil keputusan di saat krisis, terlebih
krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Banyak sekali
ketidakpastian yang terjadi dan menyangkut aspek yang
multidimensi. Itulah yang terjadi pada saat awal krisis
Covid-19 di tahun 2020. Banyak orang yang panik karena virus ini
begitu cepat tersebar, dan di sisi lain ketidakpastian yang tinggi
turut mempengaruhi respons kebijakan yang diambil. Selain PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang dilakukan dari akhir Maret
2020 sampai dengan awal Juni 2020, Pemerintah juga berusaha
untuk menahan laju peningkatan penyakit melalui TLI (tes, lacak,
isolasi) dan kampanye 3M (Mencuci tangan, Menjaga jarak, dan
Memakai masker).

Kementerian Keuangan mulai memikirkan untuk mencari alokasi


dana bagi penanganan Covid-19. Karena belanja diperkirakan akan
meningkat besar sedangkan penerimaan negara dipastikan merosot
tajam, maka cara yang dianggap sangat diperlukan saat itu adalah
dengan melebarkan defisit anggaran. Melalui Perppu Nomor 1
Tahun 2020 yang kemudian diubah menjadi UU Nomor 2 Tahun
2020, pemerintah mendapatkan kewenangan untuk melakukan
kebijakan luar biasa, termasuk melebarkan defisit lebih dari 3 persen
sampai dengan tahun 2022.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa tidak mudah


dalam menjalani proses pengambilan keputusan tersebut, karena
hal tersebut adalah sebuah keputusan besar di tengah situasi
krisis kesehatan yang juga sulit diprediksi. Saat awal pembahasan,
berbagai dinamika tentunya ada di antara para pengambil
keputusan. Namun, dengan kesadaran adanya sebuah kegentingan
untuk segera menangani pandemi dan perlu diambilnya langkah
krusial di saat krisis, akhirnya disepakati pelebaran defisit serta
penerbitan Perppu. Saat itu dengan tegas Menteri Keuangan
mengatakan tiga prioritas utama yang harus ditangani yakni di
kesehatan, penyediaan social safety net (perlindungan sosial) dan
bantuan UMKM.

Dalam proses pembahasan Perppu dan pelebaran defisit, terdapat


ketidakpastian dan ketidaktahuan berapa lama pandemi akan
berlangsung serta berapa kebutuhan anggaran penanganan
Covid-19 yang akan diperlukan ketika itu. Pada akhirnya ditentukan
agar defisit anggaran dibuka tanpa batasan jumlah persentase
namun dibatasi selama 3 tahun saja. Referensi yang dapat dijadikan
acuan dalam merespons tekanan sosial ekonomi yang dihasilkan
oleh pandemi sangat minim. Kejadian pandemi luar biasa besar
yang muncul sebelum Covid-19 adalah Flu Spanyol 1918, yang

DI BALIK terjadi 100 tahun lalu.

Setelah mendapatkan persetujuan Presiden dalam sidang kabinet,

SEBUAH Menteri Keuangan bersama jajaran pimpinan Kementerian


Keuangan melakukan komunikasi kepada DPR baik melalui
pimpinan DPR, Badan Anggaran DPR dan Komisi XI untuk

KEPUTUSAN menjelaskan situasi yang terjadi. Selain itu, karena disadari bahwa
keputusan yang baik ini tetap bisa menimbulkan adanya moral

82 83
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

hazard, dalam pembahasan Perppu untuk penanganan


Covid-19, pemerintah telah pula melibatkan semua
aparat penegak hukum untuk melakukan diskusi. Hal
ini bertujuan bahwa kebijakan ini diambil tidak untuk
menguntungkan diri sendiri atau sekelompok golongan
dan disepakati agar dalam pelaksanaannya nanti dapat
juga diawasi oleh BPK, BPKP dan LKPP.

Setelah diperbolehkan lebih dari 3 persen melalui


UU Nomor 2 Tahun 2020, dalam pelaksanaannya
Pemerintah menetapkan defisit 5,07 persen dalam
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2020. Kebijakan
ini kemudian diubah kembali pada Juni 2020 melalui
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2020 dengan
menaikkan outlook defisit menjadi 6,34 persen dari PDB.
Menteri Keuangan juga berkomitmen terus menjaga
akuntabilitasnya sebagai penjaga keuangan negara
dengan memastikan alokasi anggaran benar-benar
dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan penanganan
Covid-19.

halaman ini sengaja dikosongkan

84 85
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

4. Program Pemulihan Ekonomi Nasional Melalui program PEN, Pemerintah berupaya untuk mengintegrasikan berbagai langkah untuk meminimalisir dampak
dari Covid-19 terhadap ekonomi, baik di tingkat individu/rumah tangga hingga korporasi. Dampak ekonomi yang
Sejak Covid-19 mewabah, Pemerintah Indonesia selalu melakukan respon yang adaptif dan terus memperkuat langkah- sangat disruptif dari Covid-19 juga harus direspon dengan langkah kebijakan yang juga luar biasa, bahkan belum
langkah yang telah diambil, hingga tercipta kebijakan yang paling tepat dalam menghadapi situasi yang dinamis. pernah dilakukan sebelumnya (unprecedented). Secara umum kedua dimensi dalam PEN dituangkan dalam enam
Merespon situasi Covid-19 yang semakin intensif dan membawa dampak semakin dalam pada perekonomian, klaster yang mencerminkan aspek-aspek utama pengendalian wabah serta mitigasi dampaknya. Klaster tersebut yakni
Pemerintah melakukan beberapa penyesuaian terhadap kebijakan stimulus dan pendanaan penanganan Covid-19 Kesehatan sebagai akar masalah utama pandemi, Perlindungan Sosial untuk melindungi daya beli dan kesejahteraan
yang telah diluncurkan sebelumnya. Ketiga Paket Stimulus yang telah diluncurkan dalam periode Februari – April 2020 jutaan masyarakat yang terdampak pandemi, Dukungan UMKM karena sektor ini merupakan tulang punggung ekonomi
terus diperkuat untuk memastikan agar berbagai program serta alokasi anggarannya menjadi instrumen yang optimal sekaligus memiliki kerentan akibat pandemi, Pembiayaan Korporasi untuk mencegah kebangkrutan dan pemutusan
untuk melindungi masyarakat dan dunia usaha di tengah pandemi. hubungan kerja lebih luas, Insentif Usaha sebagai wujud kehadiran negara untuk memberi stimulasi ekonomi, serta
Dukungan Sektoral Kementerian/Lembaga dan Pemda.

Program PEN diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020. Pemerintah sangat fleksibel, adaptif, dan
responsif di dalam penangana wabah Covid-19 dan mitigasi dampaknya. Namun. peranan program PEN yang sangat
krusial di dalam situasi pandemi ini membuat Pemerintah tetap behati-hati dan memegang prinsip-prinsip tata kelola
yang baik, termasuk menjaga azas keadilan sosial dan penggunaan PEN untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pemerintah terus memastikan transparansi dan akuntabilitas dari program ini, dan menjaga agar tidak terjadi moral
hazard. Tingginya ongkos yang diperlukan untuk pendanaan PEN juga mendorong untuk terjadinya pembagian biaya
dan risiko antar pemangku kepentingan, sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing.

a) PEN – Kesehatan
Kesehatan dan keselamatan masyarakat menjadi prioritas utama yang ditangani ketika Covid-19 melanda Indonesia.
Ilustrasi IV.3 Perkembangan Langkah Berdasarkan Perppu 1 Tahun 2020 yang sudah ditetapkan menjadi Undang-Undang 2 Tahun 2020, kesehatan menjadi
Kebijakan Ekonomi Indonesia yang
Extraordinary dalam Menghadapi Pandemi Sumber: Kementerian Keuangan.
sektor prioritas dalam penanganan pandemi Covid-19 yang berjalan beriringan dengan program dukungan di sisi
Covid-19 ekonomi seperti jaring pengaman sosial atau bantuan sosial, dan dukungan kepada dunia usaha.

Setelah PEN diluncurkan, kesehatan menjadi salah satu prioritas bersama lima sektor lain dalam PEN. Program PEN
Dengan berbagai tujuan penguatan, biaya untuk penanganan Covid-19 yang sebelumnya dialokasikan Rp405
sektor Kesehatan bertujuan untuk mendukung upaya pencegahan, pengendalian, dan penanganan Covid-19. Alokasi
triliun dalam Stimulus III meningkat menjadi Rp695,2 triliun. Secara garis besar, terdapat dua dimensi utama di
program PEN untuk sektor kesehatan mencapai Rp99,5 triliun, yang meliputi beberapa belanja yang sangat esensial.
dalam perluasan stimulus penanganan Covid-19 tersebut, yang pertama adalah untuk penanganan kesehatan dan
pengendalian wabah sebagai sumber utama penyebab krisis. Dimensi kedua adalah penanganan krisis ekonomi
sebagai efek domino dari krisis kesehatan, melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Pertama, belanja penanganan Covid-19 sebesar Rp43,41 triliun. Belanja penanganan Covid-19 tersebut digunakan
untuk pelaksanaan pengujian Covid-19, pelayanan laboratorium, penggantian klaim perawatan pasien, penyediaan
obat untuk pasien, penyediaan sarana prasarana kesehatan (seperti melakukan peningkatan kapasitas rumah sakit
rujukan), serta pengadaan alat kesehatan (APD, test kit, reagen, ventilator, hand sanitizer, dan sebagainya). Dengan
berbagai alokasi tersebut, Pemerintah mengharapkan segala kebutuhan anggaran mulai dari proses pencegahan dan
pengendalian sampai dengan penanganan pasien Covid-19 dapat terpenuhi.

Kedua, insentif bagi tenaga kesehatan sebesar Rp7,65 triliun, yang terdiri atas insentif tenaga kesehatan di pusat dan
daerah. Pemberian insentif ini diperuntukkan bagi tenaga kesehatan yang menangani Covid-19 dengan tujuan untuk
memastikan ketersediaan dukungan sumber daya manusia, sekaligus memastikan kesejahteraan mereka sebagai
garda terdepan dalam penanganan Covid-19. Sampai dengan 23 Desember 2020, realisasi insentif tenaga kesehatan
telah diberikan bagi lebih dari 1 juta orang tenaga kesehatan.

Ketiga, santunan kematian bagi tenaga kesehatan yang gugur saat menangani Covid-19, dengan total alokasi
sebesar Rp0,06 triliun. Penyaluran santunan kematian tersebut sebagai wujud kepedulian serta penghargaan bagi
tenaga kesehatan yang telah berjuang menangani Covid-19. Sampai dengan 23 Desember 2020, realisasi penyaluran
santunan kematian tenaga kesehatan telah diberikan pada 193 tenaga kesehatan.

Keempat, bantuan iuran BPJS bagi kelompok Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP) kelas III
dengan alokasi sebesar Rp4,11 triliun. Alokasi tersebut akan digunakan untuk memberikan bantuan iuran bagi sekitar
30,3 juta peserta segmen PBPU dan BP kelas III selama periode Juli sampai dengan Desember 2020. Tujuannya, yaitu
untuk memberikan keringanan pembayaran iuran bagi kelompok BPU dan BP kelas III di tengah pandemi Covid-19,
sehingga mereka tetap bisa mengakses layanan kesehatan.

Ilustrasi IV.4 Program Kebijakan Yang Sumber: Kementerian Keuangan Kelima, penanganan kesehatan melalui Gugus Tugas Covid-19 sebesar Rp3,22 triliun. Alokasi penanganan kesehatan
Komprehensif & Terkoordinasi Untuk
Menyelamatkan Jiwa Dan Perekonomian melalui Gugus Tugas Covid-19 tersebut digunakan antara lain untuk penggantian klaim biaya perawatan pasien

86 87
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Pemberian fasilitas
nya, meliputi obat-obatan dan vaksin untuk Covid-19, peralatan laboratorium dan pendeteksi, peralatan pelindung diri,
peralatan untuk perawatan pasien, dan/atau peralatan pendukung lainnya. Sedangkan, jenis Jasa Kena Pajak (JKP)
yang mendapat fasilitas PPN, meliputi jasa konstruksi, konsultasi, teknik, manajemen, persewaan, dan/atau jasa
pendukung lainnya untuk keperluan penanganan pandemi Covid-19. Tidak hanya fasilitas PPN, fasilitas pembebasan

perpajakan diharapkan
PPh juga diberikan kepada orang pribadi dan badan dalam negeri, serta BUT yang menerima imbalan atas jasa yang
diberikan kepada pihak tertentu terkait penanganan virus Covid-19.

Insentif PPN diberikan atas impor BKP oleh pihak tertentu, penyerahan BKP dan JKP oleh PKP kepada pihak tertentu,

dapat menekan biaya dan dan pemanfaatan JKP dari luar negeri di Indonesia. Untuk mendapatkan fasilitas PPN ini, Pengusaha Kena Pajak (PKP)
hanya perlu membuat Faktur Pajak yang memuat keterangan khusus. Selanjutnya, pihak tertentu atau PKP membuat
SSP/cetakan kode billing yang dibubuhi cap khusus dan membuat Laporan Realisasi PPN Ditanggung Pemerintah.

mempercepat pengadaan Fasilitas PPh terdiri dari insentif pembebasan PPh Pasal 21, 22, dan 23. Insentif pembebasan PPh 21 diberikan atas
penghasilan orang pribadi dalam negeri yang diperoleh dari pihak tertentu yang diberikan tanpa melalui SKB. Sedangkan
pembebasan PPh Pasal 22 diberikan atas impor dan pembelian barang oleh pihak tertentu, serta penjualan barang

obat-obatan, peralatan dan


oleh pihak ketiga. Terkait impor, mekanisme pembebasan PPh Pasal 22 impor dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai (DJBC) dan tidak memerlukan Surat Keterangan Bebas (SKB).

Untuk pembebasan PPh Pasal 22 atas pembelian barang/penjualan barang diberikan melalui penerbitan SKB. Pihak

fasilitas kesehatan, sehingga tertentu tersebut kemudian menyampaikan Laporan Realisasi Pembebasan PPh Pasal 22. Terakhir, insentif PPh Pasal
23 diberikan atas penghasilan badan dalam negeri dan BUT yang diperoleh dari pihak tertentu. Fasilitas ini diberikan
melalui penerbitan SKB. Pelaku usaha yang memperoleh pembebasan diharuskan menyampaikan Laporan Realisasi
Pembebasan PPh Pasal 23.

menjamin ketersediaan Pemberian fasilitas perpajakan diharapkan dapat menekan biaya dan mempercepat pengadaan obat-obatan,
peralatan dan fasilitas kesehatan, sehingga menjamin ketersediaan sarana pendukung dalam penanganan Covid-19.

sarana pendukung dalam


Insentif khusus pembebasan pajak bagi tenaga kesehatan juga diberikan sebagai bentuk apresiasi negara kepada
para pejuang di garda terdepan dalam memerangi dampak kesehatan akibat Covid-19.

Pemerintah selalu berupaya untuk menurunkan tren kasus Covid-19 dengan terus mengawal secara konsisten

penanganan Covid-19.
pelaksanaan program PEN sektor kesehatan, karena percepatan penanganan Covid-19 menjadi prasyarat pulihnya
aktivitas sosial ekonomi. Apabila jumlah orang yang terkena Covid-19 naik, hal ini akan menghambat aktivitas ekonomi
juga pada jangka menengah dan panjang. Dalam memastikan hal tersebut, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya
relaksasi persyaratan pencairan anggaran, percepatan proses verifikasi dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas,
memperluas insentif bukan hanya untuk tenaga kesehatan namun juga pegawai rumah sakit selain tenaga kesehatan,
dan proaktif dalam menjemput kebutuhan satker pelaksana penanganan Covid-19 bidang kesehatan. Sebagai upaya
Covid-19, pengadaan sarana prasarana dan alat kesehatan, serta pemulangan WNI dari wilayah yang terpapar
untuk mendukung percepatan penyelesaian pandemi, Pemerintah juga mengalokasikan anggaran cadangan program
Covid-19. Sampai dengan 23 Desember 2020, realisasi melalui Gugus Tugas Covid-19 mencapai Rp2,7 triliun, antara
vaksinasi dan perlindungan sosial sebesar Rp36,44 triliun.
lain untuk penggantian klaim biaya perawatan pasien sebesar di 1.200 rumah sakit dan pengadaan sarana prasarana
dan alat kesehatan.
b) PEN – Perlindungan Sosial
Keenam, insentif perpajakan di sektor kesehatan sebesar Rp4,61 triliun, meliputi insentif PPN dan bea masuk. Fasilitas Adanya ancaman yang nyata terhadap kesejahteraan masyarakat yang pada gilirannya mengganggu konsumsi serta
perpajakan tersebut diperuntukkan terhadap barang dan jasa yang diperlukan dalam penanganan pandemi Covid-19, tingkat permintaan, membuat program perlindungan sosial menjadi salah satu prioritas utama di dalam PEN. Dalam
seperti relaksasi dan/atau pembebasan pajak untuk impor, pembelian, penjualan, dan pemanfaatan barang dan jasa kerangka stimulus PEN, Pemerintah memperluas, memperkuat dan mendorong program perlindungan sosial yang
untuk penanganan Covid-19. Melalui fasilitas ini, Pemerintah berharap pemenuhan kebutuhan barang dan jasa, seperti tepat sasaran untuk membantu daya beli dan konsumsi masyarakat dari kelompok miskin dan rentan. Berbagai
produksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, untuk penanganan Covid-19 tidak terhambat. program PEN bantuan sosial diarahkan pada jutaan masyarakat yang bekerja di berbagai sektor berpenghasilan
rendah seperti petani, pedagang, buruh bangunan, pekerja pabrik, supir, nelayan, dan lainnya. Dukungan baik yang
Pemerintah memberikan insentif perpajakan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 28/PMK.03/2020 tentang sifatnya intervensi langsung seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa,
Pemberian Fasilitas Pajak terhadap Barang dan Jasa yang Diperlukan Dalam Rangka Penanganan Pandemi Corona Bansos Tunai, dan Sembako, hingga bantuan tidak langsung seperti diskon tarif listrik disiapkan dengan total anggaran
Virus Disease 2019. Insentif perpajakan yang diberikan di antaranya Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah mencapai Rp230,21 triliun.
(PPN DTP) dan Pembebasan Pajak Penghasilan (PPh).
Sebagian besar dari program perlindungan sosial dalam PEN merupakan penguatan atas program-program existing.
Fasilitas PPN DTP ini diberikan kepada pihak tertentu yang terdiri dari instansi Pemerintah, rumah sakit, dan pihak Selama ini, perhatian yang tinggi selalu diberikan terhadap kesejahteraan jutaan masyarakat di lapisan bawah melalui
lain yang terlibat dengan penanggulangan Covid-19. Adapun jenis Barang Kena Pajak (BKP) yang dibebaskan PPN- berbagai program jaring pengaman sosial. Di tengah pandemi, upaya tersebut semakin diperkuat.

88 89
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Program Keluarga Harapan dan Bantuan Beras dan 900 VA. Sebelumnya, Pemerintah telah menjalankan subsidi listrik bagi pelanggan 450 VA dan 900 VA terutama
untuk kelompok Rumah Tangga Miskin (RTM) dengan total anggaran sebesar Rp54,79 triliun. Dengan adanya pandemi,
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga miskin yang subsidi listrik existing ini dinilai belum maksimal. Pemutusan hubungan kerja yang marak terjadi dan penutupan
ditetapkan sebagai Keluarga Penerima Manfaat (KPM). PKH atau yang juga disebut sebagai conditional cash transfer berbagai tempat usaha berdampak terhadap penurunan penghasilan masyarakat. Dengan demikian, pemenuhan
telah dilaksanakan sejak 2007 dan merupakan bansos yang dianggap paling efektif dalam upaya penanggulangan kebutuhan sehari-hari bisa jadi merupakan tantangan yang berat bagi masyarakat miskin dan rentan. Dalam situasi
kemiskinan (berdasarkan benefit incidence). PKH selama ini menyasar kelompok masyarakat termiskin, sekitar ini, Pemerintah berusaha mengurangi beban masyarakat dengan memberikan diskon atau menggratiskan biaya listrik
30% rumah tangga dengan tingkat pendapatan terendah. Bantuan PKH dapat diberikan kepada ibu hamil, anak usia bagi kelompok tertentu.
dini, anak sekolah, disabilitas berat, dan lansia yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).
Melalui PKH, KPM diharapkan dapat memiliki akses lebih dan memanfaatkan pelayanan dasar yang tersedia, seperti
kesehatan, pendidikan, serta pangan dan gizi. Pemerintah mengalokasikan tambahan alokasi anggaran sebesar Rp11,54 triliun untuk penguatan program subsidi
listrik. Khusus bagi rumah tangga pelanggan 450 VA, Pemerintah menggratiskan biaya pemakaian listrik bulanan.
Jika pelanggan memakai sistem prabayar, setiap bulannya pelanggan diberikan token gratis sebesar pemakaian
Dengan adanya pandemi, Pemerintah menyadari bahwa akan semakin banyak masyarakat yang membutuhkan bulanan tertinggi dari pemakaian tiga bulan terakhir. Sementara bagi rumah tangga pelanggan 900 VA, Pemerintah
bantuan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya akibat banyaknya pemutusan hubungan kerja serta memberikan diskon sebesar 50% atas tagihan listrik. Untuk pelanggan 900 VA prabayar, setiap bulannya diberikan
pengurangan penghasilan. Untuk itu, Pemerintah meningkatkan alokasi anggaran PKH dari yang sebelumnya Rp29,1 token gratis sebesar 50% x pemakaian bulanan tertinggi dari pemakaian tiga bulan terakhir. Berdasarkan kelompok
triliun menjadi Rp41,97 triliun (termasuk di dalamnya program Bantuan Beras bagi penerima PKH). Melalui tambahan pendapatan masyarakat, penerima manfaat dari subsidi listrik ini mencakup kelompok penghasilan desil 1-5 atau
alokasi tersebut, PKH diperkuat dengan menambah jumlah penerima sebanyak 800.000 KPM sehingga totalnya saat sekitar 50% masyarakat Indonesia.
ini adalah 10 juta KPM. Selain itu, penyaluran bantuan yang tadinya dilakukan triwulanan juga dipercepat menjadi
bulanan agar masyarakat dapat segera memanfaatkan bantuan secara tepat guna untuk memenuhi kebutuhannya di
tengah ruang gerak yang terbatas. Perluasan subsidi listrik mulai dilaksanakan sejak bulan April. Jumlah pelanggan yang dapat menikmati biaya listrik
gratis terdiri dari 24 juta KPM pelanggan 450 VA. Sementara jumlah KPM yang dapat memanfaatkan diskon 50%
atas tagihan listrik adalah sebanyak 7,2 juta pelanggan 900 VA. Tentu saja, jumlah KPM penerima subsidi listrik dari
Nilai manfaat juga turut meningkat dengan indeks bantuan per komponen yang naik 25%, baik untuk komponen pelanggan 450 VA jauh lebih banyak karena kemampuan ekonomi mereka yang hampir pasti lebih rendah dibanding
kesehatan (ibu hamil/menyusui dan anak usia 0-6 tahun), komponen pendidikan (anak sekolah dasar/SMP/SMA mereka yang berlangganan 900 VA. Dengan subsidi ini, masyarakat diharapkan dapat mengalihkan uang yang dimiliki
dan sederajat), serta komponen kesejahteraan sosial (lansia di atas 70 tahun dan penyandang disabilitas). Dengan untuk memenuhi kebutuhan penting lainnya. Di saat yang sama, Pemerintah juga berharap agar masyarakat dapat
demikian, nilai manfaat minimal yang akan diperoleh KPM adalah Rp1.125.000/KPM/tahun dari sebelumnya memanfaatkan subsidi listrik dengan bijak dan sesuai kebutuhan.
Rp900.000/KPM/tahun. Khususnya di masa pandemi ini, Pemerintah perlu memastikan agar masyarakat yang paling
rentan tetap dapat mengakses layanan dasar kesehatan, pendidikan, dan perawatan serta pembinaan agar dapat
menjalani aktivitas dengan lancar. Kartu Pra Kerja
Kartu Pra Kerja merupakan program pengembangan kompetensi kerja yang ditujukan untuk pencari kerja, pekerja/
Kartu Sembako dan Bantuan Tunai Sembako buruh yang terkena pemutusan hubungan kerja, dan/atau pekerja/buruh yang membutuhkan peningkatan kompetensi
kerja. Program ini sebenarnya merupakan salah satu program baru Pemerintah yang diluncurkan sejak 2020 yang
Program Sembako dan Bantuan Tunai Sembako merupakan kelanjutan reform subsidi Rastra yang diubah menjadi ditujukan bagi para pencari kerja untuk dapat meningkatkan kompetensi dan mengurangi mismatch antara kebutuhan
Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Kartu Sembako ditujukan bagi masyarakat berpenghasilkan rendah untuk industri dengan tenaga kerja yang tersedia. Namun demikian, pandemi muncul dan memberikan tekanan yang sangat
meningkatkan keterjangkauan terhadap sembako dengan harga murah agar dapat memenuhi kebutuhan gizi. besar terhadap dunia usaha, termasuk UMKM, hingga membatasi ruang gerak dan memaksa dilakukannya pemutusan
Beberapa kebutuhan pokok yang dapat dibeli dengan program ini bukan hanya beras dan telur, tetapi juga bahan hubungan kerja, Untuk itu, Pemerintah melakukan perluasan dan fleksibilitas program Kartu Pra Kerja agar sesuai
makanan yang bergizi lainnya seperti daging, sayur, dan buah. Penerima bansos ini dapat membelanjakan bantuannya dengan permasalahan yang dihadapi. Total anggaran program Kartu Pra Kerja dalam PEN mencapai Rp20 triliun.
di e-warong dan bantuan tersebut tidak dapat diuangkan. Program Kartu Sembako dinilai lebih tepat sasaran karena
tersedianya data by name by address sehingga turut mendukung upaya penurunan kemiskinan secara efektif.
Tujuan Kartu Prakerja saat ini selain meningkatkan kompetensi SDM Indonesia dan mengurangi mismatch juga dalam
rangka membantu daya beli masyarakat yang terdampak penghidupannya akibat Covid-19. Caranya adalah dengan
Pembatasan aktivitas sosial akibat pandemi memiliki andil dalam penurunan penghasilan dan daya beli masyarakat. memberikan insentif bagi penerima manfaat dengan syarat pelatihan telah selesai dilaksanakan. Pelatihan dilakukan
Terutama bagi masyarakat miskin, rentan, dan pekerja informal, sedikit goncangan terhadap tingkat penghasilan secara digital melalui berbagai market place yang bisa dipilih sendiri oleh penerima manfaat Kartu Pra Kerja sesuai
dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup, bahkan untuk kebutuhan dasar minat dan kebutuhan. Penerima manfaat Kartu Pra Kerja ditingkatkan menjadi 5,6 juta dan sementara ini diprioritaskan
pangan. Dalam hal ini, Pemerintah turut campur dengan menyalurkan bantuan sosial melalui penguatan program bagi pekerja/buruh maupun pelaku usaha mikro dan kecil yang terdampak usahanya untuk membantu daya beli.
Kartu Sembako untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan gizi setidaknya melalui bahan pangan dasar di Cakupan penerima manfaat program ini tidak hanya kelompok masyarakat miskin dan rentan tetapi juga menjangkau
masa pandemi. kelompok masyarakat menengah yang dirumahkan/PHK (hingga desil 6 kelompok penghasilan).

Program Kartu Sembako yang sebelumnya telah berjalan dua bulan (Januari-Februari) mengalami perubahan agar Pemerintah menyediakan wadah bagi masyarakat untuk mengakses informasi terkait Kartu Pra Kerja secara lebih
dapat memberikan manfaat lebih luas, yaitu melalui penyesuaian besaran dan perluasan target. Pemerintah menambah mudah melalui website prakerja.go.id. Pendaftaran Kartu Pra Kerja mulai dilakukan pada tanggal 11 April 2020 dan
jumlah penerima manfaat Kartu Sembako sebanyak 4,8 juta KPM. Secara total, penerima manfaat Kartu Sembako dibuka per minggu dengan kuota maksimal. Periode pendaftaran akan berlangsung hingga November 2020 (atau
adalah 19,4 juta KPM yang berada dalam rentang kelompok 30% berpendapatan terendah. Setiap KPM berhak kurang lebih sebanyak 30 batch). Setiap orang hanya dapat menjadi penerima manfaat Kartu Pra Kerja sebanyak satu
mendapatkan bansos sebesar Rp200.000/bulan (naik 33% atau Rp50.000 dibanding besaran manfaat sebelumnya) kali dengan besaran manfaat yang mencakup biaya pelatihan, insentif, dan insentif survei.
mulai bulan Maret hingga Desember. Bantuan ini diharapkan dapat menjaga konsumsi kebutuhan pangan yang bergizi
sehingga membantu masyarakat untuk tetap sehat di masa pandemi. Di saat yang sama, konsumsi produk lokal
seperti sayur dan buah-buahan, beras, telur, dan daging juga diharapkan dapat didorong. Untuk terus memperkuat Bantuan Langsung Tunai Desa
ketahanan pangan di tengah pandemi, Pemerintah juga melengkapi dengan pemberian bantuan tunai sembako Rp500
Bantuan Langsung Tunai Desa merupakan program pemberian uang tunai kepada keluarga miskin atau tidak mampu
ribu untuk 9 juta KPM (penerima kartu sembako non PKH) dengan total anggaran Rp 4,6 triliun.
di desa, dengan total alokasi anggaran Rp31,8 triliun. Dana yang disalukan bersumber dari alokasi Dana Desa. Program
ini berdasarkan Peraturan Kementerian Keuangan (PMK) tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan
Subsidi Listrik (Diskon Listrik) Nomor 205/PMK.07/2019 tentang Pengelolaan Dana Desa. Bantuan ini merupakan salah satu skema bantuan jaring
pengaman sosial pada Program Desa Tanggap Covid-19. Tujuannya adalah untuk mengurangi dampak ekonomi
Sebagai bentuk dukungan daya beli masyarakat lapis bawah dan mempertahankan konsumsi, Pemerintah juga turut bagi warga di pedesaan yang terimbas dengan adanya pandemi ini. Program ini diharapkan dapat menjaga daya beli
memberikan stimulus dalam bentuk perluasan subsidi listrik yang diberikan kepada pelanggan 450 volt ampere (VA) masyarakat miskin di desa yang terdampak situasi Covid-19.

90 91
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Paket diantar ke rumah warga menyukseskan program ini, pemerintah menganggarkan Rp33,61 Triliun. Besaran tunai yang didapatkan setiap KPM
di daerah adalah sama dengan besaran paket sembako di Jabodetabek, yaitu Rp600.000,00 untuk tiga bulan pertama
dan Rp 300.000,00 untuk enam bulan berikutnya.

agar mereka dapat menetap Malalui program bansos tunai, pemerintah berupaya mendukung daya beli masyarakat selama pandemi. Pemanfaatan
uang tunai juga dinilai lebih fleksibel bagi masyarakat. Uang ini dapat digunakan untuk berbelanja kebutuhan pokok
ataupun digunakan untuk memulai usaha kecil. Pada akhirnya bantuan ini juga diharapkan dapat menggerakkan

di rumah saja tanpa perlu


perekonomian di daerah. Baik dibelanjakan di UMKM setempat ataupun digunakan sebagai modal memulai usaha,
bansos tunai pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah.

Bantuan Subsidi Gaji

keluar untuk berbelanja. Akibat pandemi, masyarakat yang terkena PHK mengalami peningkatan. Sedangkan para pekerja yang tetap
mendapatkan pekerjaan juga mengalami beban biaya hidup yang semakin berat. Guna meringankan beban tersebut
maka pemerintah memberikan subsidi gaji dengan sasaran pekerja yang memiliki gaji di bahwa Rp5.000.000,00/
bulan dengan syarat-syarat tertentu. Program atau subklaster ini merupakan optimalisasi dari klaster-klaster lain
yang belum/tidak maksimal penyerapan anggarannya. Pagu anggaran yang disediakan untuk subkluster ini adalah
sebesar Rp33,87 triliun yang terdiri dari bantuan subsidi gaji Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) 12,4 juta orang,
guru honorer Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) 1,95 juta guru dan guru honorer Kementerian
Program BLT Desa menyasar 8,04 juta keluarga miskin atau tidak mampu sebagai keluarga penerima manfaat (KPM). Agama (Kemenag) 618.700 guru.
Adapun kriteria yang membedakan KPM ini dengan program lainnya, yaitu KPM BLT Desa tidak termasuk kategori
penerima bantuan pemerintah yang sudah ada sebelumnya, seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Sembako,
dan Kartu Pra Kerja. Sehingga, data keluarga baru penerima bantuan belum pernah menerima bantuan pemerintah Subsidi Kuota Internet Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sebelumnya. Program ini dilaksanakan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Seperti halnya bantuan subsidi gaji, sub-klaster ini semula tidak dialokasikan. Namun, seiring dengan tetap
Sementara pendataan keluarga penerima manfaat program ini mempertimbangkan Data Terpadu Kesejahteraan berlangsungnya pandemi sampai dengan saat ini, bahkan trend masyarakat yang terpapar Covid-19 mengalami
Sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial. peningkatan, maka pemerintah memberikan subsidi kuota internet. Hal ini utamanya ditujukan kepada siswa
dan mahasiswa guna mendukung belajar mereka secara daring. Demikian juga kepada para pekerja agar dapat
Setiap keluarga penerima manfaat akan menerima bantuan senilai Rp 2.700.000,00 selama program berlangsung. melaksanakan pekerjaannya dari rumah. Alokasi anggaran yang disediakan untuk sub-klaster ini adalah sebesar
Pembayaran dilaksanakan dalam waktu enam bulan dan dimulai pada April 2020. Untuk tiga bulan pertama, setiap Rp3,82 triliun, yang menyasar 51 juta siswa, 5,3 juta mahasiswa, dan 3,8 juta tenaga pendidik.
KPM akan menerima bantuan sebesar Rp600.000,00 (enam ratus ribu rupiah) per bulan. Sementara untuk tiga bulan
berikutnya, nominal disesuaikan menjadi Rp300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) untuk bulan keempat sampai dengan Bantuan Internet Siswa, Mahasiswa dan Guru Kementerian Agama
bulan kesembilan.
Bantuan internet tidak hanya diperlukan untuk siswa, mahasiswa, dan pekerja. Para santri di madrasah ataupun
pesantren juga memerlukannya. Layanan pendidikan kepada masyarakat tidak membedakan pendidikan yang
Bansos Paket Sembako Jabodetabek
diselenggarakan pemerintah ataupun nonpemerintah. Untuk itu, bantuan internet juga diperluas kepada para guru
Bansos Paket Sembako merupakan program bantuan sosial baru yang digulirkan pemerintah untuk membantu 1,9 yang mengajar di lingkungan Kementerian Agama. Bahkan untuk guru-guru yang memenuhi syarat tertentu juga
juta keluarga terdampak Covid-19 di wilayah Jabodetabek. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp7,0 mendapatkan bantuan tunai guna mendukung layanan pendidikan yang diberikannya kepada masyarakat. Anggaran
triliun untuk program ini. Secara proporsi, sebanyak 68% dari keluarga penerima manfaat program ini berasal dari DKI yang dialokasikan untuk sub-klaster ini adalah sebesar Rp0,39 triliun, yang menyasar antara lain pada 9,96 juta siswa
Jakarta sementara 32% lainnya tersebar di daerah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. dan 1,12 juta mahasiswa.

Bantuan sembako ini mulai disalurkan bulan April hingga Desember 2020. Selama tiga bulan pertama, setiap keluarga c) PEN – Insentif Usaha
penerima manfaat akan mendapatkan paket sembako senilai Rp600.000,00 per bulan yang disalurkan dalam dua
kali pengiriman perbulannya. Setelah itu, pada bulan-bulan berikutnya KPM akan menerima paket sembako senilai Seperti halnya di negara-negara lain, pandemi Covid-19 telah memberikan dampak signifikan bagi perekonomian
Rp300.000,00 per bulan hingga akhir tahun 2020. Indonesia di tahun 2020. Dalam dua triwulan awal, Indonesia harus menerima kenyataan pahit bahwa terjadi
perlambatan pada pertumbuhan ekonominya, dimana pada triwulan I tercatat mencapai 2,97% dan kemudian
terkontraksi -5,32% pada triwulan II. Banyaknya usaha bisnis maupun industri yang mengalami kesulitan sejak triwulan
Pemerintah memilih penyaluran bansos dalam bentuk paket sembako untuk mendukung pembatasan sosial berskala I ini membuat pemerintah bergerak cepat guna mendorong sisi supply agar para pelaku usaha tetap dapat menjalankan
besar (PSBB) di wilayah Ibukota. Paket diantar ke rumah warga agar mereka dapat menetap di rumah saja tanpa perlu kegiatan bisnisnya serta membantu sisi demand untuk menjaga tingkat konsumsi para pekerja.
keluar untuk berbelanja. Di masa awal pandemi, wilayah Jabodetabek merupakan wilayah pusat penyebaran virus
corona dengan jumlah kasus positif terbanyak di Indonesia.
Bantuan pemerintah untuk dunia usaha dimulai sejak periode Stimulus II dengan dikeluarkannya PMK-23/PMK.03/2020
pada tanggal 21 Maret 2020. Dalam PMK ini terdapat empat jenis insentif perpajakan yaitu: Insentif PPh Pasal 21
Bansos Tunai Non Jabodetabek DTP, Pembebasan PPh Pasal 22 Impor, Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25, dan Pengembalian Pendahuluan PPN.
Bila di Jabodetabek pemerintah menyalurkan bansos dalam bentuk sembako, lain halnya di daerah luar Jabodetabek. Insentif-insentif tersebut berlaku untuk masa pajak April s.d. September 2020. Untuk menentukan sektor-sektor
Di daerah, pemerintah cenderung memilih untuk menyalurkan bansos dalam bentuk tunai kepada keluarga penerima yang paling membutuhkan dorongan dari pemerintah dan eligible untuk menerima insentif-insentif dalam PMK ini,
manfaat. Sebanyak 9,2 juta keluarga di kabupaten/kota menjadi sasaran penerima manfaat bansos tunai ini. Untuk Kementerian Keuangan telah berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

92 93
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Seiring dengan meluasnya dampak Covid-19, termasuk dampak bagi dunia usaha, pemerintah terus mengevaluasi Tabel IV.1 Regulasi dan Fasilitas Perpajakan Sumber: Kementerian Keuangan
pemberian insentif bagi dunia usaha untuk memastikan agar semua pelaku usaha yang membutuhkan bantuan untuk Covid-19
pemerintah dapat menikmati insentif perpajakan. Dalam pelaksanaan evaluasi berkelanjutan ini, pemerintah terus
menambah cakupan insentif, yaitu dengan: (1) menambah jenis pajak yang mendapat insentif, (2) menambah sektor
yang berhak mendapatkan insentif, (3) menambah jangka waktu pemberian insentif, (4) mempermudah prosedur
Peraturan Masa fasilitas Bentuk Fasilitas
pemberian insentif, dan (5) menambah besaran tarif insentif. Sikap responsif pemerintah ini terbukti dengan diubahnya
PMK-23/PMK.03/2020 sebanyak tiga kali sepanjang tahun 2020 yaitu dengan PMK-44/PMK.03/2020, PMK-86/ PMK 86/2020 stdtd s.d. Desember PPh pasal 21 DTP
PMK.03/2020, dan terakhir dengan PMK-110/PMK.03/2020. PMK 110/2020 2020
(Insentif bagi WP PPh Final UMKM DTP
Terdampak Pandemi)
Di awal masa pandemi, industri yang dinilai sangat terdampak oleh Covid-19 hanya industri manufaktur sehingga PPh Final jasa konstruksi DTP P3-TGAI
Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) yang mendapatkan insentif di PMK-23/PMK.03/2020 hanya KLU industri manufaktur.
Sekitar satu bulan kemudian, yaitu pada tanggal 27 April 2020, pemerintah mengeluarkan PMK-44/PMK.03/2020 PPh pasal 22 dibebaskan
dengan memperluas cakupan insentif dalam PMK-23/PMK.03/2020 berupa penambahan sektor atau KLU yang Pengurangan PPh pasal 25 50%
berhak mendapatkan insentif dan penambahan jenis pajak pajak yang mendapatkan insentif (pajak final UMKM DTP).
Hal ini dikarenakan pemerintah mempertimbangkan banyaknya sektor-sektor lain yang mengusulkan untuk turut Restitusi PPN dipercepat
mendapatkan insentif karena merasa ikut terdampak Covid-19. Selain itu, pemerintah merasa perlu membantu usaha
mikro, kecil, dan menengah agar usaha mereka tetap berjalan.
PMK 31/2020 s.d. dicabut Penangguhan BM
(Insentif tambahan untuk Pembebasan BM (KITE IKM)
Setelah PMK-44/PMK.03/2020 berlaku, masih banyak sektor yang mengajukan usulan untuk mendapatkan insentif KB dan KITE)
PDRI tidak dipungut
usaha. Pemerintah juga melihat bahwa tren penambahan kasus Covid-19 masih meningkat sampai dengan bulan Juli
2020. Oleh karena itu pemerintah merespon kondisi-kondisi tersebut dengan mengeluarkan PMK-86/PMK.03/2020 PPN / PPN&PPnBM tidak dipungut
sebagai perubahan atas PMK-44/PMK.03/2020. Melalui PMK ini, pemerintah kembali menambah KLU yang berhak
mendapat fasilitas, serta memperpanjang periode insentif menjadi sampai dengan masa pajak Desember 2020 dan PMK 134/2020 s.d. Desember BMDTP
mempermudah WP UMKM dengan menghapus syarat pengajuan Surat Keterangan untuk memanfaatkan insentif. 2020
(BMDTP Industri
terdampak Covid)
Cakupan insentif usaha kembali ditambah dengan berlakunya PMK-110/PMK.03/2020 pada tanggal 14 Agustus 2020.
Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 yang semula hanya 30% dinaikkan menjadi 50%. Cakupan lain yang ditambahkan PMK 143/2020 s.d. Desember PPN impor tidak dipungut
yaitu insentif untuk padat karya tertentu yang berupa insentif PPh final jasa konstruksi DTP dalam Program Percepatan (mengganti PMK 2020
Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI). 28/2020 dan PPN DTP
memperpanjang PP
PPh 22 dibebaskan
29/2020)
Selain insentif dalam PMK-23/PMK.03/2020 dan perubahannya, ada beberapa insentif perpajakan lainnya yang
dilaksanakan untuk membantu dunia usaha. Insentif-insentif tersebut yaitu penurunan tarif PPh badan sebesar (Fasilitas pajak terhadap PPh 21 dibebaskan
3% sesuai Perppu No.1/UU No. 2 tahun 2020, insentif perpajakan dan kepabeanan di bidang kesehatan (PMK-28/ barang/jasa untuk PPh 23 dibebaskan
PMK.03/2020 dan penggantinya, PMK-31/PMK.04/2020, PMK-34/PMK.04 dan perubahannya), fasilitas PPh untuk penanganan pandemi,
penanganan Covid-19 (PP 29 Tahun 2020), PPN DTP untuk kertas koran/majalah (PMK-125/PMK.010/2020), Bea produsen vaksin/obat) Perpanjangan PP 29/2020 s.d. Desember
Masuk DTP (PMK-134/PMK.010/2020), dan fasilitas perpajakan untuk impor vaksin (PMK-188/PMK.04/2020).
Regulasi dan jenis-jenis insentif untuk dunia usaha terangkum dalam Tabel IV.1. PMK 34/2020 stdtd PMK s.d. berakhir PPN atau PPN & PPnBM tidak dipungut
149/2020 pandemi
Pelaksanaan pemberian insentif untuk dunia usaha diadministrasikan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat (Fasilitas perpajakan PPh pasal 22 dibebaskan
Jenderal Bea dan Cukai. Akan tetapi, pengawasan berkelanjutan dilakukan oleh Pokja Penerimaan dalam Program PEN untuk impor barang
Bea masuk dibebaskan
yang di-lead oleh Staf Ahli Bidang Kepatuhan Pajak dan anggotanya terdiri dari Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat penanganan Covid)
Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Anggaran, Badan Kebijakan Fiskal, Inspektorat Jenderal Kemenkeu, dan Cukai dibebaskan
Biro Hukum Sekretariat Jenderal Kemenkeu. Pokja ini melaksanakan rapat rutin untuk membahas perkembangan
PMK 188/2020 s.d. dicabut BM dibebaskan
realisasi, evaluasi dan analisis pemberian insentif, dan isu-isu lainnya terkait pemberian insentif. Disamping itu, untuk
menjaga governance dan memastikan efektivitas pemberian insentif, Direktorat Jenderal Pajak membentuk Tim (Fasilitas perpajakan Cukai dibebaskan
Penilaian Kepatuhan Wajib Pajak Penerima Insentif dan/atau Fasilitas Pajak Terkait Dampak Pandemi Corona Virus untuk impor vaksin)
Disease 2019 (Covid-19). PPN / PPN&PPnBM tidak dipungut
PPh 22 impor dibebaskan

Impor yang dilakukan oleh


a. Pemerintah Pusat;
b. Pemerintah Daerah; dan/ atau
c. badan hukum atau badan non badan hukum yang
mendapatkan penugasan atau penunjukan dari
Kementerian Kesehatan;

94 95
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Pembebasan PPh Pasal 22 Impor


Peraturan Masa fasilitas Bentuk Fasilitas
Kementerian Keuangan Republik Indonesia selaku operator kebijakan fiskal telah merespon krisis yang terjadi
PP 29/2020 s.d. September Tambahan pengurangan penghasilan neto (30% dari dengan berbagai insentif perpajakan, di antaranya pembebasan pemungutan PPh Pasal 22 Impor melalui penerbitan
2020 PMK-23/PMK.03/2020 yang kemudian diperluas dengan PMK-44/PMK.03/2020 dan diperluas lagi dengan PMK-86/
(Fasilitas PPh untuk biaya utk produsen alkes)
PMK.03/2020 sebagaimana telah diubah dengan PMK-110/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak
penanganan Covid) (perpanjangan s.d. PPh 21 Final 0% untuk Tambahan penghasilan dari Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019.
Desember melalui
Pemerintah yag diterima tenaga kesehatan
PMK 143/2020)
Tujuan dari pemberian insentif ini adalah untuk menciptakan ruang arus kas bagi pelaku usaha terdampak agar
Sumbangan menjadi pengurang penghasilan bruto dapat mempertahankan laju impornya demi keberlangsungan usaha sekaligus menjaga stabilitas pasar. Pemberian
PPh sebesar 0% dan bersifat final atas penghasilan insentif ini diprioritaskan pada sektor usaha yang terdampak signifikan yang telah ditetapkan Pemerintah sejumlah
berupa kompensasi atau penggantian atas penggunaan 721 klasifikasi lapangan usaha (KLU) berdasarkan PMK-86/PMK.03/2020 sebagaimana telah diubah dengan PMK-
110/PMK.03/2020 – dimana sebelumnya hanya diperuntukkan 102 KLU berdasarkan PMK-23/PMK.03/2020 dan
harta dalam rangka penanganan Covid
kemudian 431 KLU berdasarkan PMK-44/PMK.03/2020.
emiten yang melakukan pembelian kembali saham
yang diperjualbelikan di bursa (stock buyback) yang Selain atas kriteria KLU tertentu, insentif ini juga turut menyasar Wajib Pajak dalam ruang lingkup Kemudahan Impor
memenuhi syarat bisa mendapat tarif PPh Badan 3% Tujuan Ekspor (KITE), dan Wajib Pajak yang memiliki izin Penyelenggara Kawasan Berikat, izin Pengusaha Kawasan
lebih rendah Berikat, atau izin Pengusaha di Kawasan Berikat merangkap Penyelenggara di Kawasan Berikat (PDKB). Insentif ini
diberlakukan sejak April sampai dengan Desember 2020.
PMK 125/2020 s.d. Desember PPN DTP
(PPN DTP untuk impor / 2020
penyerahan kertas koran Syarat untuk mendapatkan fasilitas ini cukup mudah. Sebagaimana diatur dalam PMK-86/PMK.03/2020 sebagaimana
/ majalah) telah diubah dengan PMK-110/PMK.03/2020, untuk dapat memanfaatkan insentif pembebasan pemungutan PPh
Pasal 22 Impor, Wajib Pajak yang memenuhi kriteria perlu mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)
melalui laman www.pajak.go.id. Kemudian, Kantor Pelayanan Pajak terdaftar akan menerbitkan SKB Pemungutan
Insentif PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah PPh Pasal 22 Impor dalam hal permohonan disetujui, atau surat penolakan dalam hal permohonan tidak memenuhi
syarat. Dalam hal SKB diterbitkan, pemohon wajib menyampaikan laporan realisasi pembebasan PPh Pasal 22 Impor
Insentif ini diberikan untuk meningkatkan daya beli para pekerja agar tidak terjadi penurunan konsumsi di tengah setiap bulannya paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya melalui laman www.pajak.go.id.
pandemi ini (cushioning impacts). Tingkat konsumsi yang terjaga akan dapat mempertahankan permintaan barang
dan jasa di pasar sehingga pada akhirnya akan menjaga ekonomi terus bergerak. Insentif PPh Pasal 21 DTP diberikan
Hasil yang diharapkan dari pemberian insentif yang bersifat timely, targeted and temporary ini adalah untuk membantu
kepada karyawan dengan penghasilan tidak lebih dari Rp 200 Juta dalam setahun yang bekerja di sektor-sektor yang
dunia usaha mempertahankan kapasitas dan aktivitas usahanya dengan cara meningkatkan likuiditas pelaku usaha
telah ditentukan atau di perusahaan KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor) dan memiliki NPWP.
khususnya dalam kegiatan impor (preserving capacity). Dampak langsung yang diharapkan dari insentif ini adalah
terjaganya arus kas dari pelaku usaha sehingga kapasitas produksinya tetap terjaga. Secara agregat hal ini diharapkan
Agar pegawai dapat menikmati fasilitas ini, perusahaan perlu menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Kepala dapat membantu mencegah, atau setidaknya meminimalkan, perlambatan perekonomian dalam negeri di tengah
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat perusahaan tersebut terdaftar dan menyampaikan laporan realisasi melalui pandemi yang hingga saat ini belum dapat diprediksi ujungnya.
laman www.pajak.go.id. Dengan insentif ini, penghasilan karyawan yang semula dipotong pajak akan diberikan secara
utuh karena pajak tersebut menjadi ditanggung oleh Pemerintah. Dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang berlaku
Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25
saat ini, maka karyawan yang berpenghasilan sekitar Rp 4,5 Juta s.d. Rp 16,6 Juta per bulan akan mendapat tambahan
penghasilan sampai dengan Rp 1,4 Juta per bulan. Dalam situasi normal, sesuai ketentuan Pasal 25 UU tentang Pajak Penghasilan, pelaku usaha umumnya memiliki
kewajiban membayar angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan. Besaran nilainya berdasarkan kinerja
Melindungi daya beli pekerja adalah salah satu hal krusial dalam penanganan dampak ekonomi dari pandemi keuangan tahun pajak sebelumnya. Namun demikian, pandemi Covid-19 berdampak secara langsung terhadap aktivitas
Covid-19. Awalnya, hanya pekerja di sektor industri manufaktur yang dianggap paling terdampak. Oleh karenanya, ekonomi para pelaku usaha antara lain berupa penurunan penjualan, peningkatan risiko default, dan penurunan tingkat
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 23/PMK.03/2020 yang berlaku sejak 1 April 2020, hanya terdapat 440 produksi.
Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) atau sektor usaha yang berhak mendapatkan fasilitas ini selama periode April s.d.
September 2020. Namun, seiring dengan makin bertambahnya kasus Covid-19, sektor usaha yang terdampak makin Bagi pelaku usaha, dampak tersebut akan mengakibatkan penurunan signifikan pajak penghasilan yang akan
meluas dan banyak usulan dari asosiasi untuk turut mendapatkan fasilitas ini. Oleh karena itu Pemerintah menambah terutang. Di sisi lain, likuiditas usaha merupakan salah satu elemen kunci bagi pelaku usaha untuk menjaga dan
sektor yang eligible menjadi 1.062 KLU melalui PMK-44/PMK.03/2020 yang berlaku sejak 27 April 2020. Sektor yang mempertahankan usaha. Sebagai respon, Pemerintah memandang perlu mengambil kebijakan untuk membantu
mendapat fasilitas ini diperluas tidak hanya mencakup sektor manufaktur tetapi juga termasuk sektor jasa, pertanian, pelaku usaha mempertahankan arus kas usaha. Agar tujuan ini tercapai, Pemerintah melalui Menteri Keuangan
perikanan, konstruksi, pertambangan, perdangangan, transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, dan beberapa mengeluarkan kebijakan dan peraturan yang diharapkan dapat menjaga keberlangsungan likuiditas dan kapasitas
sektor lainnya. usaha sektor usaha yang terdampak.

Melihat dampak yang semakin meluas, Pemerintah kembali menambah sektor yang dapat menggunakan fasilitas PPh Insentif pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 diberikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
Pasal 21 DTP menjadi 1.189 KLU berdasarkan PMK-86/PMK.03/2020 sebagaimana telah diubah dengan PMK-110/ 86/PMK.03/2020 sebagaimana telah diubah dengan PMK-110/PMK.03/2020. Insentif ini diberikan kepada 1.013
PMK.03/2020, serta memperpanjang periode insentif hingga Desember 2020. Diharapkan dengan adanya insentif ini, KLU, Perusahaan KITE; dan Perusahaan di kawasan berikat. Cara untuk mendapat faslisitas ini cukup mudah, pelaku
penurunan daya beli yang tajam dari pekerja yang sektor usahanya terdampak oleh pandemi dapat ditekan dan tingkat usaha hanya perlu menyampaikan surat pemberitahuan secara daring melalui melalui laman www.pajak.go.id. Insentif
konsumsinya dapat dijaga. ini berlaku sejak masa pajak saat Wajib Pajak menyampaikan surat pemberitahuan sampai dengan masa pajak

96 97
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Desember 2020. Saat ini, pengurangan angsuran PPh Pasal 25 diberikan sebesar 50% (tiga puluh persen) dari yang melakukan ekspor BKP/JKP, penyerahan kepada pemungut PPN, atau penyerahan yang tidak dipungut PPN. SPT
seharusnya terutang. Untuk itu, wajib pajak melaporkan realisasi pemanfaatan insentif pengurangan angsuran PPh Masa PPN dan pembetulan SPT Masa PPN yang diberikan pengembalian pendahuluan meliputi masa pajak April 2020
Pasal 25 secara daring melalui laman www.pajak.go.id. Penyampaian realisasi dilakukan oleh wajib pajak sebelum hingga Desember 2020. Tata cara pengembalian pendahuluan mengikuti ketentuan umum tata cara pengembalian
tanggal 20 masa pajak berikutnya. pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.

Bagi pelaku usaha di sektor-sektor yang mengalami kontraksi cukup dalam akibat pandemi Covid-19, insentif pajak Insentif berupa pengembalian pendahuluan PPN ini diharapkan dapat meringankan beban pelaku usaha akibat
berupa penurunan angsuran PPh Pasal 25 diharapkan dapat membantu arus kas pelaku usaha sehingga aktivitas dan Covid-19 sehingga dapat terjaga kapasitas dan aktivitas bisnisnya. Melalui fasilitas pengembalian pendahuluan PPN,
kapasitas bisnis tetap dapat terjaga. Selain itu bagi wajib pajak yang mengalami penurunan usaha tidak signifikan, WP dapat memiliki arus kas yang lebih baik karena tidak memerlukan waktu tunggu yang lama sebagaimana proses
insentif ini dapat mengurangi kemungkinan lebih bayar pembayaran pajak. restitusi normal. Arus kas yang terjaga diharapkan dapat membantu pelaku usaha dalam mempertahankan atau
memulihkan kembali bisnisnya, hingga turut menggerakkan roda perekonomian.

Arus kas yang terjaga Penurunan Tarif PPh Badan


Penurunan tarif pajak dilakukan tidak hanya untuk menjamin terjaganya modal domestik dan mendorong masuknya
modal asing untuk menggerakkan sektor riil di dalam negeri, namun juga untuk menurunkan beban berlebih di

diharapkan dapat masyarakat dalam interaksi ekonomi secara umum. Dikaitkan dengan tren global, arah reformasi perpajakan berbagai
negara secara umum mengarah kepada penurunan tarif dan perluasan basis pajak. Namun demikian, penurunan tarif
lebih disebabkan oleh tujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dan bukan dalam konteks perang tarif pajak
secara internasional.

membantu pelaku usaha Dalam jangka pendek, penurunan tarif PPh Badan berdampak pada turunnya penerimaan pajak yang dengan transmisi
tertentu juga akan berdampak pada turunnya Produk Domestik Bruto. Namun demikian dalam jangka panjang,

dalam mempertahankan
perekonomian domestik diperkirakan akan tumbuh karena didorong peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja,
dan konsumsi rumah tangga yang secara kumulatif dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Saat perekonomian
mulai tumbuh, penerimaan pajak lain juga akan tumbuh, seperti PPh orang pribadi, PPN, cukai, dan pajak lainnya.

atau memulihkan kembali Di sisi lain, penurunan tarif PPh Badan juga berpotensi dapat meningkatkan perilaku positif (positive behavior) Wajib
Pajak dalam hal kepatuhan. Dengan tarif yang lebih rendah, Wajib Pajak akan melaporkan penghasilan kena pajak yang
lebih tinggi, pertumbuhan perusahaan yang lebih aktual dan berkurangnya perilaku penghindaran pajak. Selain itu,
beberapa literatur menunjukkan adanya hubungan kausalitas antara tarif PPh Badan dengan praktik pengalihan laba.

bisnisnya, hingga turut Penurunan tarif PPh Wajib Pajak Badan diharapkan mengurangi resiko terjadinya praktik pengalihan laba terutama
melalui skema transfer pricing.

menggerakkan roda
Penurunan tarif PPh Wajib Pajak Badan dilakukan secara bertahap untuk mengurangi resiko turunnya penerimaan
negara secara drastis dan gejolak perekonomian dalam jangka pendek. Penurunan ini berlaku bagi seluruh Wajib Pajak
Badan. Pada dua tahun pertama tarif PPh Wajib Pajak Badan diturunkan menjadi 22% kemudian menjadi 20% untuk
tahun-tahun berikutnya. Penurunan secara bertahap tersebut dinilai hanya mempunyai resiko yang kecil terhadap

perekonomian.
perekonomian dan penerimaan negara masih dapat dikendalikan.

Kebijakan penurunan tarif PPh badan diharapkan akan meningkatkan kapasitas produksi dan mereduksi beban pajak
yang pada akhirnya memberikan dampak lanjutan yang lebih besar pada ekspansi usaha, meningkatkan investasi
dengan menurunnnya cost of fund Wajib Pajak, menjamin terjaganya modal domestik dan mendorong masuknya modal
Relaksasi Batasan Restitusi PPN dari luar negeri, menggerakkan sektor riil di dalam negeri, serta mendorong stabilitas fiskal secara berkesinambungan.

Pemberian insentif pengembalian pendahuluan PPN bertujuan untuk meringankan beban WP sektor tertentu yang
terdampak Covid-19. Insentif ini diberikan kepada Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memenuhi kriteria KLU yang Dengan tarif PPh badan yang kompetitif, diharapkan perekonomian domestik akan tumbuh dalam jangka panjang
diatur dalam PMK-86/2020 sebagaimana telah diubah dengan PMK-110/PMK.03/2020, atau Perusahaan KITE; karena didorong oleh peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan konsumsi rumah tangga. Saat
atau perusahaan yang mendapatkan izin terkait Kawasan Berikat (Penyelenggara, Pengusaha, atau PDKB), dengan perekonomian mulai tumbuh, basis pemajakan akan semakin meningkat. Selain itu, penurunan tarif pajak diharapkan
permintaan jumlah restitusi tidak melebihi Rp 5 miliar. Kode KLU yang dimakud adalah kode KLU yang tercantum juga dapat mendorong timbulnya kepatuhan sukarela (voluntary compliance) yang mempunyai pengaruh yang
pada SPT Tahunan PPh tahun pajak 2018 atau pembetulannya, yang telah dilaporkan WP. Dalam hal WP belum/tidak signifikan terhadap penerimaan pajak.
memiliki kewajiban menyampaikan SPT Tahunan 2018, KLU yang digunakan berdasarkan data pada master file WP.
Sedangkan pelaku usaha dalam kategori Perusahaan KITE, Penyelenggara, Pengusaha, atau PDKB adalah Wajib Insentif Tambahan untuk Kesehatan & Dunia Usaha - Fasilitas PPh Dalam Rangka Penanganan Covid-19
Pajak yang ditetapkan sebagai perusahaan KITE, pemegang izin penyelenggaraan Kawasan Berikat, pemegang izin
pengusaha Kawasan Berikat, atau pemegang izin PDKB berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Tujuan pemberian insentif adalah untuk mendukung produksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga,
donasi/sumbangan dari masyarakat, ketersediaan sumber daya manusia di bidang kesehatan, penyediaan harta
milik masyarakat, dan stabilitas pasar saham. Insentif pajak penghasilan diberikan kepada beberapa jenis kegiatan
Wajib Pajak yang memenuhi kriteria dan menyampaikan SPT Masa PPN LB dapat diberikan pengembalian antara lain produksi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, sumbangan dalam rangka penanganan
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak sebagai PKP berisiko rendah. Status penetapan PKP beresiko rendah Covid-19, penugasan di bidang kesehatan untuk penanganan Covid-19, penyediaan harta untuk digunakan dalam
ini dilakukan tanpa adanya permohonan penetapan PKP beresiko rendah. Fasilitas ini juga lebih sederhana bila penanganan Covid-19, dan pembelian kembali saham di bursa efek.
dibandingkan dengan mekanisme normal. Tidak diperlukan syarat bagi WP untuk melakukan kegiatan tertentu, seperti

98 99
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Masalah kesehatan global


Wajib pajak dalam negeri yang memproduksi alat kesehatan, antiseptic hand sanitizer, dan disinfektan dapat menerima
tambahan pengurangan penghasilan neto sebesar 30 persen dari biaya produksi yang dikeluarkan. Sementara
itu, Wajib pajak yang memberikan donasi atau sumbangan dalam rangka penanggulangan wabah Covid-19 dapat
memperhitungkan donasi atau sumbangan sebagai pengurang penghasilan bruto.

Lebih lanjut, Tenaga kesehatan serta tenaga pendukung kesehatan yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan
untuk penanganan Covid-19 dikenai pajak penghasilan dengan tarif 0 persen. Tarif ini juga diterapkan pada penghasilan
dari penyediaan harta untuk digunakan dalam penanganan Covid-19. Terakhir, fasilitas berupa tarif PPh Badan lebih
sebagai akibat pandemi
rendah bagi wajib pajak yang melakukan pembelian kembali saham sampai dengan 30 September 2020.

Wajib pajak yang memanfaatkan fasilitas tertentu dalam Peraturan Pemerintah ini harus menyampaikan laporan
Covid-19 berpengaruh besar
terhadap industri pengolahan
secara daring kepada Direktorat Jenderal Pajak melalui situs www.pajak.go.id. Seluruh fasilitas tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan yang dilaksanakan mulai dari 1 Maret 2020 sampai dengan 30 September 2020. Kecuali
pembelian kembali saham, jangka waktu fasilitas diperpanjang mengikuti status darurat Covid-19.

Pemberian fasilitas melalui PP 29 tahun 2020 diharapkan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
memproduksi alat-alat kesehatan dan/atau memberikan donasi baik dalam bentuk uang, barang, dan jasa untuk
membantu tenaga kesehatan, pasien, dan seluruh lapisan masyarakat dalam memerangi wabah Covid-19. dalam negeri.
Fasilitas Kepabeanan dan/atau Cukai serta Perpajakan Atas Impor Barang untuk Keperluan Penanganan Pandemi Insentif Tambahan untuk Perusahaan Penerima Fasilitas Kawasan Berikat (KB) dan/atau Kemudahan Impor Tujuan
Covid-19 Ekspor (KITE)
PMK 34/PMK.04/2020 diterbitkan sebagai upaya rensposif pemerintah atas kurang memadainya suplai alat kesehatan Masalah kesehatan global sebagai akibat pandemi Covid-19 berpengaruh besar terhadap industri pengolahan dalam
baik medis maupun non medis dalam yang sangat dibutuhkan saat pandemi Covid-19 mulai merambah ke wilayah negeri. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dan Asosiasi Pengusaha
Indonesia di pertengahan Maret 2020. Kawasan Berikat (APKB) pada awal Maret 2020, menunjukkan data bahwa:
a. Terjadi penurunan nilai impor dan ekspor perusahaan KB dan KITE yang disebabkan oleh keterbatasan akses
Kebijakan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mendorong percepatan ketersediaan alat kesehatan yang digunakan untuk memperoleh bahan baku serta adanya pembatalan pembelian dari negara-negara tujuan.
dalam penanganan pandemi Covid-19, sekaligus mengendalikan harga pasar yang lebih terjangkau bagi masyarakat b. Terdapat hambatan proses produksi yang disebabkan terhambatnya pasokan bahan baku dan protokol kedehatan
dan tenaga medis. Covid-19 bagi karyawan pabrik yang harus dipatuhi sementara suplai alat kesehatan terbatas dan harga masih
tinggi di pasaran.
c. Adanya peluang permintaan dalam negeri terhadap kebutuhan barang/alat kesehatan guna penanganan Covid-19
Melalui PMK-34, pemerintah memberikan insentif fiskal berupa pembebasan bea masuk dan/atau cukai, tidak dipungut yang mampu diproduksi oleh industri serta KB dan KITE.
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), serta pembebasan
pungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 kepada perseorangan, pemerintah pusat/daerah, serta badan hukum dan non
badan hukum. Pembebasan diberikan terhadap 73 jenis barang untuk keperluan penanganan COVID-19 baik untuk Tujuan Insentif dengan Skema PMK-31 bagi Perusahaan KB dan KITE agar mampu mempertahankan tingkat produksi,
tujuan komersial maupun nonkomersial. Fasilitas tersebut juga diberikan terhadap impor yang dilakukan melalui Pusat mengalihkan sumber bahan baku dari dalam negeri, melindungi karyawan dari penyebaran virus corona serta memberi
Logistik Berikat, Kawasan Berikat, Gudang Berikat, Free Trade Zone, Kawasan Ekonomi Khusus, Kemudahan Impor kemudahan untuk menjual hasil produksi ke pasar domestik.
Tujuan Ekspor, serta barang kiriman atau barang bawaan penumpang dalam nilai tertentu.
Sasaran pemberian Insentif PMK-31 adalah tersedianya insentif fiskal dan prosedural di bidang kepabeanan dan
Mekanisme pelaksanaan fasilitas diberikan dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan oleh Kepala Kanwil DJBC atau perpajakan yang diperlukan oleh perusahaan KB dan KITE untuk dapat bertahan di tengah dampak global pandemi
Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai dengan rekomendasi dari BNPB secara elektronik (online) via Portal Covid-19.
INSW.
Prosedur dalam rangka untuk mendapatkan seluruh Insentif Tambahan terhadap perusahaan KB dan KITE sesuai
Pemerintah melakukan penyempurnaan PMK-34 dengan menerbitkan PMK nomor 83/PMK.04/2020 tentang Perubahan PMK-31 diberikan secara mudah, cepat, tanpa biaya dan tanpa memerlukan ijin. Kemudahan tersebut meliputi:
atas PMK nomor 34/PMK.04/2020 tentang Pemberian Fasilitas Kepabeanan dan/atau Cukai serta Perpajakan Atas − Untuk perusahaan KB mendapatkan insentif penangguhan Bea Masuk dan tidak dipungut PDRI atas pemasukan
Impor Barang untuk Keperluan Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Perubahan tersebut alat kesehatan untuk karyawan; Relaksasi pemeriksaan pabean sesuai protokol kesehatan yang berlaku; dan
didasarkan oleh ketersediaan beberapa jenis barang untuk penanganan pandemi Covid-19 telah mencukupi kebutuhan relaksasi penjualan hasil produksi ke dalam negeri.
di dalam negeri, sehingga tidak lagi diberikan insentif pembebasan. Sementara untuk barang-barang yang tingkat − Untuk Perusahaan KITE mendapatkan insentif fiskal atas PPN tidak dipungut atas penyerahan bahan baku ke KITE
kebutuhannya masih sangat tinggi dan belum dapat diproduksi di dalam negeri seperti alat rapid test, PCR test, dan untuk tujuan ekspor; penjualan ke KB dan penjualan lokal tanpa denda.
ventilator tetap diberikan pembebasan. Kebijakan baru dalam PMK-83 meliputi juga pemberian pembebasan dengan
pembatasan tertentu untuk impor bahan baku tujuan IKM. Agar industri dalam negeri dapat bertahan dari laju penurunan produksi, ekspor dan pengurangan tenaga kerja serta
untuk menahan laju penurunan pertumbuhan ekonomi nasional sebagai akibat Pandemi Global Covid-19. PMK
Kebijakan insentif dengan Skema PMK-34 jo 83 /2020 adalah untuk percepatan penanganan pandemi Covid-19 di 34/PMK.04/2020 diterbitkan sebagai upaya rensposif pemerintah atas kurang memadainya suplai alat kesehatan
tanah air sekaligus untuk melindungi industri di dalam negeri, mendorong ekspor dan pada akhirnya dapat menahan baik medis maupun non medis dalam yang sangat dibutuhkan saat pandemi Covid-19 mulai merambah ke wilayah
laju penurunan pertumbuhan ekonomi nasional. Indonesia di pertengahan Maret 2020.

100 101
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Di samping insentif pajak,


d) PEN – Dukungan UMKM
Salah satu bagian utama dari program PEN adalah untuk menopang UMKM. UMKM merupakan salah satu fokus
utama upaya penyelamatan ekonomi nasional di tengah pandemi. Peranan UMKM dalam perekonomian nasional
sangat signifikan dan telah menyediakan lapangan pekerjaan bagi jutaan masyarakat. Data dari Kementerian Koperasi
dan UKM serta BPS menunjukkan bahwa dari sekitar 64 juta jumlah usaha di Indonesia, 99,9% di antaranya berbentuk
UMKM, dan 98,7% berbentuk mikro. UMKM menyumbang PDB nasional sebesar 60,34%, serta menyerap 97% total
tenaga kerja. Namun, para pelaku UMKM memiliki kerentanan yang sangat tinggi di tengah pandemi ini. Kegiatan
subsidi bunga, serta
usaha UMKM sangat terpukul akibat penurunan permintaan serta berkurangnya aktivitas di tengah pandemi ini.
Sebanyak 52,5% UMKM di Indonesia masih bersifat informal sehingga membuat posisinya terhadap syok lebih rentan
dengan proteksi yang minim. Padahal banyak sekali tenaga kerja yang sangat bergantung pada sektor ini. Dalam
beberapa survei, seperti yang dilakukan oleh International Labour Organization (ILO) Indonesia, diperoleh informasi
penempatan dana untuk
bahwa tidak kurang dari 2/3 UMKM yang disurvei berhenti beroperasi dan 52% usaha kehilangan penghasilan hingga
lebih dari separuh. Sebagai konsekuensinya, sebanyak 63% UMKM telah mengurangi jumlah pekerja.

Dengan latar belakang hal-hal tersebut, berbagai bentuk dukungan stimulus disediakan untuk UMKM. Total dukungan
restrukturisasi kredit, masih
terdapat beberapa bentuk
pada UMKM di dalam program PEN mencapai Rp116,31 triliun, dilakukan lewat berbagai pilar seperti insentif pajak
ditanggung Pemerintah atas PPh final UMKM dan tambahan stimulus Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain itu, UMKM
juga diberi kelonggaran dalam pembayaran angsuran dan bunga kredit melalui program Subsidi Bunga Ultra Mikro dan
UMKM.

Program Stimulus UMKM NIlai Anggaran (Rp Triliun)


stimulus bagi UMKM.
Subsidi Bunga 12,93

Penempatan Dana untuk Restrukturisasi 66,75 Beberapa persyaratan utama untuk penempatan dana yakni Bank telah melakukan restrukturisasi kredit UMKM dan/
atau telah menyalurkan kredit modal kerja tambahan/baru. Selain itu, Bank juga harus dalam kondisi sehat dengan
Belanja IJP 1,50 tingkat cadangan likuiditas minimum atau Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) tidak lebih dari 6%. Detail
skema fasilitas penempatan dana untuk restrukturisasi UMKM ini diatur dalam PMK nomor 64/PMK.05/2020. Di
Penjaminan Untuk Modal Kerja (Stop Loss) 1,00 samping insentif pajak, subsidi bunga, serta penempatan dana untuk restrukturisasi kredit, masih terdapat beberapa
bentuk stimulus bagi UMKM yakni Belanja IJP, penjaminan untuk Modal Kerja (Stop Loss), pembiayaan investasi
PPh Final UMKM DTP 1,08
kepada Koperasi melalui LPDB KUMKM, dan Banpres Produktif.
Pembiayaan Investasi kepada Koperasi melalui LPDP 1,29
Subsidi Bunga
Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) 28,80
Sebagai bagian dari komitmen Pemerintah dalam memberikan dukungan kepada UMKM yang membentuk lebih dari
Cadangan UMKM 2021 3,67 99% struktur usaha di indonesia dan menyumbang 60,34% PDB nasional, Pemerintah meluncurkan program Subsidi
Total 116,31 Bunga yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Program PEN. Program Subsidi Bunga ini mendapatkan alokasi
pendanaan sebesar Rp12,93 triliun yang menyasar 22,18 juta debitur perbankan, perusahaan pembiayaan, BUMN
Tabel IV.2 Alokasi Anggaran Program Stimulus Sumber: Kementerian Keuangan
Penyalur Program Kredit Pemerintah yang didalamnya adalah PT PNM dan PT Pegadaian, serta Koperasi yang bekerja
UMKM sama dengan Badan Layanan Umum (BLU).

Untuk mengimplementasikan program ini, telah ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 138/PMK.05/2020
Melalui stimulus Subsidi Bunga Ultra Mikro, UMKM mendapat fasilitas penundaan sementara pembayaran angsuran/ tentang Tata Cara Pemberian Subsidi Bunga/Subsidi Margin untuk Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
cicilan pokok serta subsidi pembayaran bunga dalam jangka waktu tertentu atas kredit yang diambil melalui berbagai Usaha Menengah dalam rangka Mendukung Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional, yang merupakan
program seperti BPR, Kredit Usaha Rakyat, UMi, Mekaar, Pegadaian, Koperasi, dan lainnya. Program ini menjangkau revisi dari PMK 85 dan PMK 65. Revisi ini terutama untuk menyederhanakan proses bisnis namun dengan tetap
sekitar 22,18 juta rekening dengan total subsidi bunga Rp12,93 triliun. Di dalam program Subsidi Bunga UMKM, menjaga good governance.
Pemerintah menjaga agar skema penyaluran betul-betul tepat sasaran dan dalam tata kelola yang baik. Debitur yang
mendapatkan fasilitas harus memenuhi kriteria tertentu, seperti memiliki plafon pinjaman tertentu dan tidak masuk
dalam daftar hitam serta memiliki reputasi kualitas kredit yang baik sebelum Covid-19. Detail skema penyaluran dari Subsidi bunga ini diberikan kepada debitur UMKM yang memiliki plafon pinjaman secara berdiri sendiri maupun
fasilitas ini diatur di dalam PMK Nomor 138/PMK.05/2020. akumulatif maksimal Rp10 miliar dan memiliki outstanding aktif per tanggal 29 Februari 2020 dengan status lancar
kolektibilitas 1 atau 2. Adapun persyaratan lainnya adalah memiliki NIK, NPWP dan tidak termasuk Daftar Hitam
Nasional. Debitur lainnya yang berhak memperoleh subsidi bunga adalah debitur KPR sampai dengan tipe 70 dan
Restrukturisasi kredit UMKM adalah bagian penting dalam melindungi keberlangsungan usaha bagi kelompok ini di debitur Kredit Kendaraan Bermotor untuk usaha produktif, termasuk yang digunakan untuk ojek dan/atau usaha
tengah pandemi yang menghentikan berbagai aktivitas usaha secara signifikan. Selain itu, untuk menghidupkan kembali informal.
bisnis dan mempercepat pemulihan ekonomi, diperlukan tambahan kredit modal kerja baru. Untuk mendukung hal-hal
tersebut, Pemerintah melakukan penempatan dana di bank, yang merupakan instrumen berbeda dengan pinjaman
likuiditas BI. Total kebutuhan dana untuk restrukturisasi UMKM ini adalah Rp66,75 triliun. Untuk besaran subsidi bunga, disesuaikan dengan nilai plafon akumulatif serta jenis debitur apakah termasuk debitur
lembapa penyalur program kredit pemerintah atau debitur perbankan/perusahaan pembiayaan.

102 103
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Data yang digunakan Pemerintah untuk menentukan penerima Subsidi Bunga ini berasal dari Otoritas Jasa Keuangan Penempatan dana kepada Bank Umum Mitra pada dasarnya dilakukan dalam bentuk deposito, namun dalam
(OJK) selaku pengawas lembaga jasa keuangan serta dari Kementerian Koperasi dan UKM selaku pengawas koperasi. hal pemerintah akan menerapkan penugasan skema khusus kepada Bank Umum Mutra maka penempatan dapat
Data debitur tersebut kemudian disampaikan kepada Kementerian Keuangan untuk dikelola berbasis teknologi dilakukan pada rekening giro. Jangka waktu penempatan maksimal selama 6 bulan dengan tingkat bunga sebesar
informasi dengan menggunakan Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) yang dikelola oleh Direktorat Jenderal tingkat bunga lelang Reverse Repo BI tenor 3 bulan dikurangi 1%.
Perbendaharaan.
Agar penempatan dana ini mencapai sasaran yang diinginkan pemerintah yaitu untuk pemulihan ekonomi nasional,
maka Bank Umum Mitra yang diberikan penempatan dana harus memenuhi target kinerja dari Penempatan Dana
Debitur Lembaga Debitur Perbankan/ sesuai dengan yang disepakati dalam perjanjian kemitraan, yaitu:
Plafon Akumulatif Penyalur Program Perusahaan Keterangan a. Target ekspansi kredit (leverage) yang akan dicapai;
Kredit Pemerintah Pembiayaan b. Kemampuan menurunkan margin suku bunga pemberian kredit;
c. Pengelolaan risiko penyaluran kredit dengan baik; dan,
d. Segmen kredit dan sektor ekonomi yang menjadi sasaran penyaluran.

Paling tinggi 25% Untuk melihat efektivitas dan ketepatan sasaran, Pemerintah akan melakukan evaluasi berkala terhadap target kinerja
s.d. 10 juta
selama 6 bulan dimaksud dan Bank Umum MItra wajib menyampaikan laporan minimal 1 kali dalam 3 bulan. Pemerintah bersama
Paling banyak 2 akad kredit/pembiayaan yang
dengan institusi terkait akan memastikan pelaksanaan program ini berjalan baik.
memiliki Baki Debet paling besar
6% selama 3 bulan
pertama, dan 3% Tidak mensyaratkan restrukturisasi
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) akan memberikan penjaminan terhadap seluruh Penempatan Dana Pemerintah,
selama 3 bulan
Besaran subsidi bunga/subsidi margin efektif sementara BI dan OJK juga akan berkoordinasi dengan Pemerintah termasuk dalam hal pertukaran data dan informasi.
6% selama 3 bulan berikutnya
per tahun atau disesuaikan dengan suku bunga/ Tata kelola Penempatan Dana Pemerintah ini dijaga dengan baik, antara lain dengan dilakukan pengawasan intern
Di atas 10 juta s.d. pertama, dan 3% terhadap program ini, termasuk oleh BPKP.
margin flat/anuitas yang setara
500 juta selama 3 bulan
berikutnya
Penjaminan Kredit Modal Kerja Pelaku Usaha UMKM dalam Rangka Program PEN
Salah satu upaya untuk mendukung sektor usaha dalam pemulihan ekonomi yaitu pemberian jaminan kredit modal kerja
kepada pelaku usaha UMKM. Tujuan pertama pemberian penjaminan kredit modal usaha kepada pelaku UMKM adalah
Paling banyak 1 akad kredit/pembiayaan yang menurunkan risiko kredit bagi pelaku UMKM sebagai dampak pandemi Covid-19. Selain itu pemberian penjaminan
memiliki Baki Debet paling besar ini juga dapat mendorong penyaluran kredit modal kerja dari dunia perbankan kepada UMKM. Selanjutnya, dampak
3% selama 3 bulan 3% selama 3 bulan adanya kebijakan ini adalah perlindungan, pertahanan, dan peningkatan kemampuan ekonomi para pelaku usaha dari
Di atas 500 juta pertama, dn 2% pertama, dan 2% Wajib restrukturisasi sektor riil maupun sektor keuangan dalam menjalankan usahanya. Adanya kebijakan penjaminan diharapkan dapat
s.d.10 miliar selama 3 bulan selama 3 bulan mendorong sektor usaha untuk mulai bergerak kembali. Demikian juga sektor perbankan diharapkan mulai percaya diri
berikutnya berikutnya Besaran subsidi bunga/subsidi margin efektif
untuk menyulurkan kembali kredit atau pembiayaan kepada sektor usaha.
per tahun atau disesuaikan dengan suku bunga/
margin flat/anuitas yang setara
Kebijakan penjaminan kredit modal usaha ini menempatkan pemerintah sebagai pengurang risiko kredit dari para
pelaku usaha (credit enhancher) khususnya UMKM. Dalam kondisi pandemi saat ini peran Pemerintah dalam
mengurangi risiko kredit dari sektor usaha akan sangat berarti dan diharapkan memberi dampak positif bagi pemulihan
Tabel IV.3 Skema Subsidi Bunga Sumber: Kementerian Keuangan
dunia usaha.

Penjaminan Program PEN diberikan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:


Penempatan Dana Pemerintah
a. kemampuan keuangan negara. Penjaminan yang diberikan oleh Pemerintah tetap mempertimbangkan kemampuan
Salah satu instrumen yang digunakan Pemerintah sebagai amanat Perppu 1 Tahun 2020 dalam pelaksanaan keuangan negara.
pemulihan ekonomi nasional dalam menanggulangi dampak pandemi Covid-19 adalah Penempatan Dana pemerintah b. mendukung pelaku usaha. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang diberikan pada saat terjadi kondisi khusus dan
pada perbankan umum. Penempatan Dana Pemerintah pada Perbankan Umum itu diatur dalam PP Nomor 43 Tahun menyebabkan pelaku usaha mengalami penurunan kinerja. Harapannya dengan memanfaatkan kebijakan ini, para
2020 yang merupakan revisi dari PP Nomor 23 Tahun 2020 dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 104/ pelaku usaha dapat bertahan dan memulihkan kinerja mereka.
PMK.05/2020 yang merupakan penyempurnaan dari PMK Nomor 64/PMK.05/2020 dan PMK Nomor 70/PMK.05/2020. c. menerapkan kaidah-kaidah kebijakan yang penuh kehati-hatian, serta tata kelola yang baik, transparan.
Implementasi kebijakan, meskipun dalam kondisi ekstraordinari, tetap menerapkan kaidah prudensial, standar
pengelolaan yang baik (good governance) serta ketebukaan informasi (transparansi).
Dalam PMK 104 Tahun 2020 diatur bahwa bank umum yang dapat bermitra dalam penempatan dana pemerintah ini d. tidak menimbulkan moral hazard. Kehati-hatian penerapan kebijakan ini diharapkan tidak menimbulkan kerugian di
disebut Bank Umum Mitra dengan persyaratan sebagai berikut: satu pihak dan keuntungan di pihak lain, dan
a. Memiliki izin usaha yang masih berlaku sebagai bank umum e. pembagian biaya dan risiko antar pemangku kepentingan sesuai tugas dan kewenangan masing-masing.
b. Mempunyai kegiatan usaha di wilayah RI dan mayoritas pemilik saham/modal adalah Negara, Pemda, Badan Meskipun Pemerintah memberikan kebijakan penjaminan, namun bukan berarti risiko ditanggung sepenuhnya
Hukum Indonesia, dan/atau Warga Negara Indonesia oleh Pemerintah.
c. Memiliki tingkat kesehatan minimal komposit 3 yang telah diverifikasi OJK Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.08/2020 bahwa dalam pemberian jaminan
d. Melaksanakan kegiatan bisnis perbankan yang mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional berupa modal kerja kepada para pelaku usaha khususnya UMKM, Pemerintah menugaskan PT Jamkrido dan PT Askrindo
ekspansi kredit dan pemberian dukungan pembiayaan kepada lembaga keuangan untuk mendorong ekspansi untuk melakukan penjaminan. Dalam hal pihak Terjamin memerlukan fasilitas penjaminan dengan skema syariah,
kredit.

104 105
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Penjaminan Pemerintah Berdasarkan gambar berikut ini, penjaminan pinjaman pelaku usaha diberikan setelah bank tempat pelaku usaha
memperoleh pinjaman melakukan permohonan jaminan kepada PT Jamkrindo atau PT Askrindo. Pelaku usaha yang
memperoleh penjaminan kredit adalah pelaku usaha yang dikategorikan UMKM sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM.

diberikan terhadap kewajiban Perbankan penerima penjaminan adalah bank yang menenuhi kriteria:
a. merupakan bank umum,

finansial atas pinjaman modal


b. memiliki reputasi yang baik, dan
c. merupakan bank kategori sehat dengan peringkat komposit 1 atau peringkat komposit 2 berdasarkan penilaian
tingkat kesehatan bank oleh OJK.

kerja yang diterima oleh Kriteria UMKM yang dapat menerima penjaminan sesuai dengan Pasal 20 ayat 2 Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun
2020 adalah:
a. Termasuk dalam kategori Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah atau Koperasi dengan Plafon Pinjaman
dibatasi paling banyak sebesar Rp10 miliar dan hanya diberikan oleh satu Penerima Jaminan;

Pelaku Usaha. b. Tidak termasuk dalam daftar hitam nasional;


c. Memiliki kolektibilitas 1 atau 2 (performimg loan lancar) per tanggal 29 Februari 2020;
d. Memiliki NPWP atau mendaftar untuk memperoleh NPWP.

PT Jamkrindo dan/ atau PT Askrindo dapat bekerja sama dengan PT Penjaminan Jamkrindo Syariah dan/atau PT Sedangkan fitur penjaminan yang diberikan adalah sebagaimana tersebut di bawah ini.
Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah. Sesuai dengan Pasal 18 Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun, pihak yang 1. Perbankan melakukan perjanjian kredit dengan pelaku usaha sesuai kriteria yang ditentukan;
dapat ditugaskan untuk melakukan penjaminan adalah PT Jaminan Kredit Indonesia, PT Asuransi Kredit Indonesia, 2. Penjamin (Jamkrindo/Askrindo) melakukan penjaminan dengan metode:
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia, dan/atau PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero). a. otomatis bersyarat (Conditional Automatic Cover) untuk pinjaman s.d. Rp1 miliar dan
b. penjaminan case by case untuk pinjaman di atas Rp1 miliar;
3. Coverage penjaminan 80% dari risiko kredit dan sisanya ditanggung oleh perbankan;
Penjaminan Pemerintah diberikan terhadap kewajiban finansial atas pinjaman modal kerja yang diterima oleh Pelaku
4. Plafon kredit maksimum Rp10 miliar per debitur termasuk tambahan fasilitas yang sudah diterima;
Usaha. Kewajiban finansial meliputi tunggakan pokok pinjaman dan/atau bunga/imbalan sehubungan dengan
5. Jangka waktu penjaminan maksimum tiga tahun disesuaikan dengan tenor pinjaman;
pinjaman modal kerja sebagaimana disepakati dalam perjanjian pinjaman.
6. Tarif IJP 7,65% per tahun dibayar sampai dengan akhir pinjaman (besaran tarif IJP memperhitungkan proyeksi
NPL 20%);
Menteri Keuangan memberikan penjelasan pada saat peluncuran kebijakan ini pada tanggal 7 Juli 2020 bahwa PT 7. Tarif IJP akan dievaluasi setiap enam bulan dan berlaku untuk kredit yang diberikan sesudahnya;
Jamkrindo dan PT Askrindo sendiri mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp6 triliun. Dengan PMN 8. Penerbitan sertifikat penjaminan paling lambat 30 November 2021.
tersebut diharapkan keduanya memiliki kemampuan modal untuk meng-cover risiko penjaminannya terhadap UMKM
(debitur). Artinya, UMKM diharapkan bisa bangkit kembali, diberikan restructuring, untuk pinjamannya selama enam
Adapun dukungan Pemerintah kepada BUMN selaku perusahaan penjamin adalah berupa:
bulan tidak membayar pokok pinjaman dan bunganya disubsidi oleh Pemerintah. Semakin kecil pinjamannya maka
1. Pembayaran Imbal Jasa Penjaminan (IJP),
subsidi bunganya semakin penuh. Semakin tinggi pionjaman hingga mendekati 10 Miliar maka subsidi bunganya lebih
2. Penyertaan Modal Negara untuk memperkuat kapasitas usaha perusahaan penjamin,
kecil yaitu 2-3%. Dengan strategi pemulihan ini, Menteri Keuangan berharap seluruh UMKM yang berjumlah 60 juta
3. Pemberian IJP Loss Limit, dan
dapat segera melakukan langkah-langkah tindakan produktif.
4. Dukungan risk sharing lainnya.

Pembiayaan Investasi Koperasi dan Pemulihan Ekonomi Nasional (LPDB-KUMKM)


Koperasi merupakan salah satu sendi perekonomian bangsa. Kontribusi koperasi bagi perekonomian nasional saat
ini mencapai sekitar 5,1% dari PDB. Sedangkan penyerapan tenaga kerja mencapai sekitar 600 ribu orang atau sekitar
0,45% dari total tenaga kerja nasional. Jumlah koperasi di Indonesia saat ini mencapai sekitar 126.000 unit. Meskipun
perbedaannya sangat besar jika dibandingkan dengan UMKM, namun peran koperasi dalam menopang perekonomian
nasional juga sangat penting.

Imbas pandemi Covid-19 selain dirasakan oleh UMKM juga memukul sektor usaha koperasi. Berlatar belakang
keadaan ini, Pemerintah melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional juga memberikan kebijakan khusus bagi sektor
koperasi. Pemerintah menetapkan kebijakan pembiayaan investasi kepada koperasi melalui Lembaga Penyalur Dana
Bergulir Koperasi dan UMKM (LPDB-KUMKM) dengan anggaran sebesar Rp1,29 triliun. Melalui program ini diharapkan
koperasi dapat melewati masa pandemi dan usahanya mengalami perbaikan sehingga kembali dapat memberikan
kontribusi bagi perekonomian nasional.

Ilustrasi IV.5 Skema Penjaminan UMKM Sumber: Kementerian Keuangan Koperasi yang dikelola dengan asas demokrasi dan kekeluargaan merupakan wadah usaha yang memberi manfaat
ekonomi bagi anggota dan masyarakat. Pada saat pandemi melanda, koperasi mengalami pukulan cukup berat

106 107
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

sehingga banyak yang mengalami permasalahan permodalan, penurunan penjualan, terhambatnya produksi dan e) PEN – Pembiayaan Korporasi
distribusi, serta terhambatnya suplai bahan baku.
Dunia usaha tidak hanya dilakukan oleh UMKM, tetapi juga ada korporasi yang menjalankan dunia usaha. Guna
memberikan pemulihan ekonomi yang menyeluruh, Pemerintah juga berupaya untuk memberikan bantuan kepada
LPDB-KUMKM merupakan satuan kerja Kementerian Koperasi dan UKM untuk turut mendukung Pemerintah dalam korporasi yang terdampak pandemi, khususnya yang merupakan padat karya. Total dukungan untuk pembiayaan
upaya pemulihan ekonomi nasional melalui tiga tahap strategi Ketiga tahapan tersebut adalah: (1) Induksi berupa korporasi di tengah pandemi dan pemulihan ekonomi mencapai Rp60,73 triliun. Perusahaan yang bersifat padat karya
restrukturisasi pinjaman, (2) Pemulihan berupa penyaluran bunga murah, dan (3) Penumbuhan berupa relaksasi dapat menerima fasilitas restrukturisasi dengan skema penempatan dana yang dilakukan Pemerintah.
peraturan yakni murah, mudah, dan ramah.

Dalam perekonomian Indonesia, BUMN memiliki peranan penting sebagai salah satu agen pembangunan ekonomi.
Restrukturisasi Pinjaman berupa penundaan pembayaran pokok dan jasa hingga dua belas bulan, penurunan atau Di tengah pandemi Covid-19 ini, kinerja BUMN terdampak sangat dalam padahal keberlangsungannya sangat penting
pengurangan angsuran jasa, perpanjangan jangka waktu pinjaman, serta penambahan fasilitas pinjaman. untuk penyediaan barang dan jasa yang esensial bagi masyarakat. Beberapa BUMN, dikarenakan jenis bisnisnya,
mendapat eksposur langsung dari situasi pandemi, seperti PT Perusahaan Listrik Negara, PT Garuda Indonesia,
Pada tahapan Induksi, dilakukan penyaluran pinjaman/pembiayaan sebagai modal kerja khusus diperuntukkan PT Kereta Api Indonesia, Pertamina, Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), dan lainnya, sehingga
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) atau Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS). memerlukan penanganan segera. Total dana program PEN yang disalurkan ke BUMN adalah Rp24,07 triliun dalam
bentuk Penanaman Modal Negara (PMN) dan talangan investasi untuk modal kerja mencapai Rp19,65 triliun.

Tahapan selanjutnya berupa Reformasi Proses Layanan LPDB-KUMKM. Melalui Peraturan Menteri Koperasi dan
UKM Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penyaluran Pinjaman Atau Pembiayaan Dana Bergulir oleh Lembaga Pengelola Terdapat empat modalitas utama dukungan bagi pembiayaan korporasi dalam rangka program pemulihan ekonomi
Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah diatur mekanisme perbaikan layanan LPDB-KUMKM. Di nasional, yaitu Penyertaan Modal Negara (PMN), investasi Pemerintah dalam bentuk pemberian pinjaman kepada
antaranya adalah pengelolaan dana bergulir yang menyalurkan pinjaman ke koperasi dan UKM strategis, penyaluran BUMN, penjaminan kredit korporasi khususnya padat karya, dan pembiayaan sovereign wealth fund (SWF).
melalui lembaga perantara seperti BLUD dan koperasi sekunder, relaksasi persyaratan, relaksasi pengelolaan
manajemen risiko, pembagian tanggung jawab, serta simplifikasi pengajuan. Penyertaan Modal Negara (PMN)
Pandemi Covid-19 berdampak signifikan pada perekonomian Indonesia. Semua sektor ekonomi dan usaha terkena
Selain itu, LPDB-KUMKM juga berperan dalam upaya pendampingan terhadap calon mitra bersama Deputi Teknis dampak negatifnya, tidak terkecuali BUMN yang memegang peranan besar dalam perekonomian nasional dan
di Kementerian Koperasi dan UKM, menjadi inkubator wirausaha kepada wirausaha pemula (startup), kerja sama mendukung hajat hidup masyarakat. Dalam rangka memitigasi dampak negatif dari pandemi Covid-19 terhadap
penyelenggaraan inkubasi dan kerja sama pendanaan dengan BUMN/CSR/Badan Ziswaf. keberlangsungan usaha BUMN, salah satu skema dukungan yang dilakukan oleh Pemerintah adalah Penyertaan
Modal Negara (PMN).
Sesuai dengan info Kementerian Koperasi dan UKM (kumparan.com 23 Juli 2020) hingga Juli 2020, LPDB-KUMKM
telah merestrukturisasi pinjaman/pembiayaan kepada 31 mitra penerima dana bergulir, dengan total plafon Rp 193,8 Bagi Pemerintah, pemberian PMN kepada BUMN ini dilakukan tidak semata untuk menyelamatkan keberlangsungan
Miliar dan outstanding sebesar Rp 135,7 miliar. Selain restrukturisasi, LPDB-KUMKM diberi tanggung jawab oleh usaha BUMN di masa pandemi Covid-19, tetapi juga dengan memperhatikan aspek pengelolaan yang baik. Oleh
Kementerian Koperasi dan UKM untuk menyalurkan dana program PEN kepada koperasi, dengan plafon pinjaman karena itu, BUMN yang akan menerima PMN diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan memperbaiki kualitas tata
maksimal Rp1 triliun sebagai modal kerja dan usaha. kelolanya sehingga dapat lebih berperan dalam mendukung pembangunan nasional.  

Realisasi program PEN melalui LPDB-KUMKM per Juli 2020 telah tersalurkan sebesar Rp 383,400 miliar dengan PMN dalam rangka program pemulihan ekonomi ini dialokasikan untuk beberapa BUMN sebagai berikut:
rincian: 1) pola konvensional sebesar Rp 273,800 miliar kepada 14 mitra dan 2) pola syariah sebesar Rp 109,600 miliar a. PT. Hutama Karya (HK) yang akan dimanfaatkan untuk melanjutkan proyek infrastruktur yang masuk dalam Proyek
kepada 21 mitra. Strategis Nasional (PSN). Salah satu contohnya adalah pembangunan jalan tol lintas Sumatera;
b. PT. Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI). BPUI akan memanfaatkan PMN tersebut untuk
Bantuan Bagi Pelaku Usaha Mikro (BPUM) mendukung  pemberian jaminan kredit bagi UMKM melalui PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) dan PT
Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo);
Pemerintah menyediakan bantuan bagi pelaku usaha mikro yang terdampak pandemi Covid-19 sejak bernama c. PT. Pemodalan Nasional Madani (PNM), yang akan dimanfaatkan untuk mendukung akselerasi kegiatan ekonomi
Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) sejak 17 Agustus 2020. Bantuan tersebut bertujuan agar pelaku usaha mikro dan usaha melalui pembiayaan UMKM seperti program Meekar;
dapat bangkit dan terus menjalankan usahanya di tengah pandemi Covid-19. Bantuan tersebut berbentuk hibah modal d. PT. Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), yang akan dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek
kerja bagi pelaku usaha mikro yang belum mendapat pembiayaan perbankan, baik KUR ataupun pinjaman modal kerja konstruksi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Nusa Tenggara Barat (NTB);
serta investasi lain dari perbankan. e. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII), yang akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas penjaminan
PT PII dalam rangka mendukung pelaksanaan penjaminan korporasi
Program BPUM menargetkan sekitar 12 juta pelaku usaha mikro dengan total anggaran Rp28,8T (target usulan f. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), yang akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas penjaminan
perluasan hingga 15 juta pelaku usaha), yang akan disalurkan pada periode 17 Agustus – Desember 2020. Apabila dalam rangka mendukung pelaksanaan penjaminan korporasi.
penyaluran sudah memenuhi kuota, maka akan ditutup. Besaran bantuan yang diberikan adalah sebesar Rp2,4 juta per g. PT Biofarma, yang antara lain akan digunakan untuk mendukung pengadaan obata-obatan, vaksin, serta sarana
pelaku usaha. Syarat-syarat dari program ini adalah: prasarana penanganan Covid-19.
a. WNI,
b. Memiliki Nomor Induk Kependudukan, Investasi Pemerintah Melalui Pemberian Pinjaman Kepada BUMN
c. Mempunyai usaha mikro,
d. Bukan ASN, TNI/Polri, serta pegawai BUMN/BUMD, Investasi Pemerintah dapat diberikan dalam bentuk pemberian pinjaman secara langsung oleh Pemerintah kepada
e. Tidak sedang menerima kredit atau pembiayaan dari perbankan dan KUR, BUMN maupun pinjaman yang diberikan melalui special mission vehicle (SMV) Kementerian Keuangan kepada BUMN
f. Bagi pelaku usaha mikro yang memiliki KTP dan domisili usaha yang berbeda, dapat melampirkan Surat Keterangan yang membutuhkan. Penggunaan SMV ini ditujukan untuk memastikan efektivitas penggunaan dana pinjaman, melalui
Usaha. proses monitoring secara profesional selama masa investasi.

108 109
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Dukungan Pemerintah diberikan kepada BUMN yang terdampak Covid-19 dengan mempertimbangkan beberapa
kriteria sebagai berikut, (1) pengaruh terhadap hajat hidup masyarakat, (2) peran sovereign yang dijalankan BUMN,
(3) eksposur terhadap sistem keuangan, (4) kepemilikan Pemerintah, dan (5) total aset yang dimiliki. Dari kriteria
Insentif perumahan
merupakan salah satu
tersebut terpilih 6 BUMN yang di antaranya adalah PT Garuda Indonesia (Rp8,5 triliun), PT Kereta Api Indonesia (Rp3,5
triliun), PT Perkebunan Nusantara (Rp4 triliun), PT Krakatau Steel (Rp3 triliun), dan Perumnas (Rp0,65 triliun) dengan
total anggaran sebesar Rp19,65 triliun. Dengan jumlah dana hampir Rp20 triliun tersebut, Pemerintah ingin membantu
BUMN yang mengalami persoalan modal kerja selama pandemi sehingga tetap memiliki kemampuan operasional dan

program untuk membantu


jauh dari kebangkrutan.

Selanjutnya, BUMN terdampak Covid-19 dapat bertahan dan/atau beroperasi di masa pandemi dan melakukan
konsolidasi perusahaan. Dengan demikian, pada saat pandemi berakhir, operasional BUMN akan cepat pulih dan

Masyarakat Berpenghasilan
mampu segera mendukung perekonomian nasional untuk bangkit.

Penjaminan Kredit Korporasi Padat Karya Non-UMKM Non-BUMN

Rendah (MBR) agar dapat


Selain memberikan dukungan kepada BUMN, Pemerintah juga memberikan dukungan kepada korporasi swasta non-
UMKM non-BUMN. Dukungan kepada korporasi swasta tersebut dipandang penting karena dampak Covid-19 tidak
hanya melanda BUMN dan sektor UMKM namun juga dialami oleh korporasi dengan skala usaha besar. Namun
demikian, dukungan yang diberikan Pemerintah kepada sektor korporasi swasta dibatasi hanya kepada korporasi

memenuhi salah satu


yang sifatnya padat karya, bukan padat modal. Kebijakan Pemerintah yang hanya mendukung korporasi padat karya
didasari oleh pertimbangan bahwa perusahaan sangat terbebani dengan biaya tetap untuk membayar gaji karyawan
selama pandemi meskipun kegiatan produksi tidak berjalan optimal.

Dukungan Pemerintah kepada korporasi padat karya dilakukan dengan memberikan penjaminan untuk kredit modal
kerja yang diberikan oleh perbankan dengan nilai pinjaman minimal Rp10 miliar sampai dengan Rp1 triliun. Beberapa
fitur yang terdapat dalam skema penjaminan ini diantaranya:
kebutuhan pokok kehidupan,
yaitu tempat tinggal.
a. Coverage penjaminan 60% (untuk sektor prioritas, coverage penjaminan bisa sampai dengan 80%).
b. Sektor prioritas yang mendapat coverage penjaminan 80% yaitu: Pariwisata (Hotel dan Restoran); Industri Tekstil
dan Pakaian Jadi; Industri Kulit dan Alas Kaki; Industri Produk Kayu, Furnitur, dan Produk Kertas; Industri Komputer
dan Barang Elektronik; dan Industri Alat Angkut (Otomotif).
c. Iuran Jasa Penjamin (IJP) ditanggung oleh Pemerintah. Iuran IJP ini akan dibayarkan kepada LPEI dan PT PII
sebagai Penjamin.
Secara keseluruhan, subklaster yang ada di dalam program PEN ini mengalami peningkatan yang semula sebanyak
7 menjadi 16. Kebijakan tersebut diambil seiring dengan meluasnya sasaran yang hendak dijangkau dalam klister
Untuk melaksanakan penjaminan pada korporasi padat karya, Pemerintah menugaskan LPEI sebagai penjamin dan PT Sektoral KL dan Pemda ini. Delapan belas subklaster tersebut dan alokasi anggarannya adalah: 1) program padat
PII sebagai ring fence untuk first loss. Pemerintah akan memberikan backstop apabila klaim melebihi threshold klaim karya Kementerian/Lembaga 20,96 triliun, 2) insentif perumahan sebesar Rp0,54 triliun, 3) pariwisata sebesar Rp2,85
yang ditanggung oleh PT PII. Dalam melaksanakan penugasan penjaminan, Pemerintah akan memberikan dukungan triliun, 4) DID pemulihan ekonomi sebesar Rp5 triliun, 5) cadangan DAK Fisik sebesar Rp8,7 triliun, 6) fasilitas pinjaman
berupa tambahan PMN kepada LPEI sebesar Rp5 triliun dan kepada PT PII sebesar Rp1,64 triliun. Tambahan PMN daerah sebesar Rp20 triliun, 7) bantuan pesantren sebesar Rp2,6 triliun, 8) perluasan PEN Kementerian PUPR sebesar
tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas bagi LPEI dan PT PII dalam memberikan penjaminan kredit Rp1,59 triliun, 9) dampak Covid-19 bidang tenaga kerja sebesar Rp0,53 triliun, 10) Peta Peluang investasi (BKPM)
dengan menjaga gearing ratio dan kecukupan permodalan. sebesar Rp0,08 triliun, 11) sertifikasi dai dan bantuan ormas keagamaan sebesar Rp0,04 triliun, 12) perluasan PEN
Kementerian Pertanian sebesar Rp1,54 triliun, 13) food estate dan lingkungan hidup sebesar Rp4,43 triliun, dan 18)
komunikasi publik PEN Kementerian Informasi dan Komunikasi sebesar Rp0,32 triliun, 15) PEN kementerian ATR/
f) PEN – Pemerintah Daerah & Sektoral Kementerian Lembaga BPN Rp0,05 triliun, dan 16) Sertifikasi TKDN Rp0,01 triliun. Dengan semakin detailnya sub-klaster yang ada tersebut,
Untuk menjangkau secara luas dan komprehensif, program PEN juga melibatkan peranan Pemerintah Daerah, seperti diharapkan lebih mudah dalam melaksanakan realisasinya. Selain itu, penyaluran dana diharapkan dapat lebih efektif
melalui tambahan Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp5 triliun. Di samping itu, dukungan kepada Pemda juga dan tepat sasaran
berupa DAK Fisik dengan total Rp7,29 triliun untuk mendorong pembangunan fisik yang dapat menyerap tenaga kerja,
memberdayakan masyarakat lokal, serta dilakukan secara swakelola. Selanjutnya, Pemerintah juga memperluas Insentif Perumahan
alternatif pendanaan bagi Pemda dalam bentuk pinjaman daerah sebesar Rp20 triliun, yang disalurkan melalui PT SMI.
Insentif perumahan merupakan salah satu program untuk membantu Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) agar
dapat memenuhi salah satu kebutuhan pokok kehidupan, yaitu tempat tinggal. Insentif perumahan tersebut selain
Covid-19 memukul beberapa sektor secara lebih dalam sehingga harus ada peran dari Pemerintah untuk menjaga agar
dapat menggerakkan sektor ekonomi nasional juga sekaligus dapat mengurangi backlog perumahan. Pembangunan
usaha di sektor tersebut dapat tetap hidup dan pemutusan hubungan kerja dapat diminimalisir. Sektor pariwisata dan
sektor perumahan terkait dengan 174 sektor lainnya, sehingga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
perumahan merupakan dua di antara sektor yang langsung terpukul oleh pandemi, dan oleh karena itu, Pemerintah
Indonesia. Selain itu, berdasarkan data Susenas Tahun 2015 bahwa sekitar 11,4 juta kepala keluarga belum memiliki
menyiapkan stimulus untuk keduanya, masing-masing sebesar Rp2,85 triliun dan Rp0,54 triliun. Stimulus untuk sektor
rumah, dan sebagian besar merupakan masyarakat yang berpenghasilan rendah (desil 1 sampai dengan desil 4).
pariwisata diberikan melalui mekanisme hibah, kompensasi pajak hotel/restoran, serta insentif tiket untuk 10 destinasi
Oleh karena itu diharapkan melalui insentif ini, dapat mempermudah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam
pariwisata. Sementara insentif sektor perumahan disalurkan melalui Subsidi Selisih Bunga (SSB) bagi masyarakat
memiliki hunian yang layak sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
berpenghasilan rendah.

110 111
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk insentif perumahan sebesar Rp0,54 Triliun untuk rumah tangga MBR
melalui proses Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Insentif Perumahan tersebut terdiri dari pemberian Subsidi Selisih
Bunga (SSB) & Subsidi Selisih Marjin (SSM) serta Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM). Kriteria MBR yang memperoleh
insentif perumahan tersebut antara lain: (1) Masyarakat Berpenghasilan Rendah dengan maksimal penghasilan Rp8
juta/bulan; (2) tidak memiliki rumah; (3) belum pernah mendapatkan subsidi KPR; (4) diiberikan selama 10 tahun dengan
suku bunga 5 persen; dan (5) Subsidi Bantuan Uang Muka diberikan hanya 1(satu) kali. Pemerintah mengharapkan
MBR mendapatkan kesempatan seluas-luasnya memanfaatkan jaringan bank di daerah untuk mengakses subsidi
perumahan ini.

Insentif Pariwisata
Salah satu sektor yang paling terdampak akibat pandemi Covid-19 adalah sektor pariwisata karena adanya
pembatasan mobilitas manusia dan pembatasan wilayah untuk menghindari penyebaran virus. Oleh karena itu, untuk
mendorong sektor pariwisata agar bisa segera bangkit, pemerintah memberikan insentif pariwisata yang antara lain
dalam bentuk diskon tiket dan pengurangan/pembebasan pajak hotel dan pajak restoran di 10 lokasi destinasi wisata
prioritas. Tujuan dari pemberian insentif tersebut antara lain adalah: (i) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
melakukan perjalanan wisata terutama ke destinasi wisata prioritas; (ii) menjaga kontribusi sektor pariwisata dalam
perekonomian nasional.

Alokasi insentif untuk pariwisata dalam tahun 2020 mencapai Rp2,85 triliun, yaitu melalui belanja K/L dan melalui
hibah ke daerah. Alokasi melalui belanja K/L diantaranya akan digunakan untuk penambahan rute subsidi pelayanan
angkutan umum di KSPN Borobudur dan Bromo, serta dukungan subsidi angkutan di kawasan wisata Bali, KSPN
kawasan wisata Bukit Tinggi, KSPN Kawasan wisata Banyuwangi. Pada belanja hibah ke daerah, alokasi anggaran
akan digunakan untuk kompensasi penurunan tarif pajak hotel dan restoran. Pemerintah daerah di 10 destinasi
pariwisata yang menurunkan tarif pajak hotel dan restoran akan diberikan kompensasi oleh pemerintah pusat dengan
mekanisme hibah ke daerah. Untuk pelaksanaan hibah ke daerah tersebut telah ditetapkan PMK Nomor 46 tahun 2020
sebagai dasar pelaksanaan hibah untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.

Cadangan DAK Fisik halaman ini sengaja dikosongkan


Cadangan DAK Fisik merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah terhadap pemda dalam rangka pemulihan
ekonomi akibat pandemi Covid-19. Sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 35/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2020 dalam rangka Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) dan/atau Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional, Cadangan DAK Fisik
ditujukan untuk pencegahan, penanganan, dan/atau mengatasi dampak Covid-19, termasuk dalam rangka pemulihan
ekonomi. Cadangan DAK Fisik tahun 2020 dikhususkan untuk kegiatan dakam rangka mendukung pencapaian target
pembangunan nasional dalam RPJM dan RKP, memiliki daya dukung tinggi terhadap pemulihan perekonomian
Daerah; mendukung ketahanan pangan; dan/atau mendukung pengembangan kawasan strategis pariwisata
nasional. Disamping itu kegiatan yang akan didanai dari Cadangan DAK Fisik bukan merupakan usulan kegiatan baru;
pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan secara padat karya, menggunakan material dan tenaga kerja lokal; dan dapat
diselesaikan pada sisa Tahun Anggaran 2020.

Alokasi cadangan DAK Fisik tersebut mencapai Rp7,29 triliun,yang dialokasikan untuk berbagai bidang, yaitu bidang
Perumahan dan Pemukiman, Bidang Industri Kecil dan Menengah, Bidang Pertanian, Bidang Kelautan dan Perikanan,
Bidang Pariwisata, Bidang Jalan, Bidang Air Minum, Bidang Sanitasi, Bidang Irigasi, dan Bidang Transportasi Perdesaan.
Penggunaan Cadangan DAK Fisik terbatas pada bidang-bidang dan menu kegiatan tertentu yang merupakan urusan
daerah dan mendukung pemulihan perekonomian nasional akibat dampak Covid-19.

Sementara itu, Penyaluran Cadangan DAK Fisik sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 101/PMK.07/2020 tentang
Penyaluran dan Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran 2020 untuk Mendukung Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional dilakukan sebesar nilai pada
daftar kontrak yang disampaikan oleh Pemerintah Daerah dengan harapan agar pengalokasian Cadangan DAK
Fisik diharapkan dapat memberikan manfaat dalam waktu cepat terhadap perekonomian daerah terlebih karena
penggunaan Cadangan DAK Fisik ini menyerap sekitar 379.403 tenaga kerja.

112 113
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

BOX 4
P
rogram PEN bukan merupakan produk sekali jadi. Program
PEN adalah kebijakan dari rangkaian perjalanan yang
kerap menemui benturan dan menuntut dilakukannya
berbagai proses penyesuaian sehingga pada akhirnya
operasionalisasinya dapat dilakukan. Perjalanan PEN penuh dengan
dinamika, di tengah tuntutan diambil langkah cepat, namun dalam
situasi pandemi yang tidak normal dan serba tidak pasti.

Operasionalisasi PEN tidak dapat dilepaskan dari dinamika


penyusunan PERPPU No. 1 Tahun 2020. PERPPU No. 1 Tahun 2020
disusun dalam situasi kegentingan memaksa di tengah masih
banyaknya ketidaktahuan terhadap pandemi beserta dampaknya itu
sendiri. Dalam PERPPU terdapat dua dimensi besar yakni Keuangan
Negara dan Pemulihan Ekonomi Nasional. Dalam aspek Pemulihan
Ekonomi Nasional, terdapat empat modalitas yang dapat dilakukan
untuk melakukan penyelamatan ekonomi yakni Penyertaan Modal
Negara, penempatan dana, investasi Pemerintah, serta penjaminan.
Dalam perjalanannya, Pemerintah menyadari pentingnya
operasionalisasi atau pelaksanaan teknis dari kebijakan-kebijakan
tersebut agar dapat dieksekusi dan efektif. Tantangan yang
dihadapi ialah hampir seluruh kebijakan tersebut belum pernah ada
pengalaman terdahulu, khususnya dalam sebuah situasi pandemi.

Memahami adanya situasi tersebut, Pemerintah terus membangun


diskusi dan bersinergi dengan berbagai pihak, baik itu lembaga
lain seperti Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia, maupun
dengan industri terkait seperti Himpunan Bank Milik Negara
(HIMBARA) untuk memastikan operasionalisasi PEN dapat disusun
dengan tepat. Dalam maraton diskusi dan koordinasi yang kerap
menemukan berbagai dinamika, akhirnya ditemukan berbagai jalan
sehingga PEN dapat dioperasionalisasikan seperti saat ini yang

RESPON terdiri dari 6 klaster yakni Kesehatan, Perlindungan Sosial, Dukungan


UMKM, Dukungan Korporasi, Insentif Usaha, Dukungan Sektoral K/L
atau Pemerintah Daerah.

CEPAT DAN Salah satu masukan yang disampaikan pihak industri ialah salah

ADAPTIF
satu kebijakan yang diperkirakan penting bagi pelaku usaha yaitu
subsidi bunga, yang notabene berada dalam kategori belanja
negara. Untuk itu, di dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun

PEMERINTAH
2020, Pemerintah mengakomodasi langkah operasional tersebut di
mana belanja negara dapat digunakan sebagai langkah pemulihan
ekonomi nasional. Dalam perkembangannya, Pemerintah terus

DI TENGAH
memperkuat langkah pemulihan ekonomi nasional yang juga
mencakup aspek kesehatan, perlindungan sosial, dan lainnya di
dalam belanja negara, yang sangat esensial untuk menjadi bantalan

SITUASI
bagi masyarakat di tengah situasi pandemi dan krisis.

Di dalam modalitas-modalitas PEN seperti penempatan dana, PMN,

DINAMIS investasi Pemerintah, dan penjaminan, Pemerintah juga mengambil


langkah-langkah penyesuaian guna memastikan kebijakan itu dapat
dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh dunia usaha serta masyarakat.

PANDEMI Berbagai evolusi dan penyesuaian menunjukkan adanya respon


yang cepat dan adaptif di tengah dinamika yang tidak sederhana
dan belum pernah ditemui sebelumnya.

114 115
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

5. Perubahan Postur APBN 2020 Formulasi PEN dan perubahan postur APBN ini tetap mengedepankan tata kelola yang baik dan menjaga pengelolaan
fiskal yang pruden. Pemerintah melakukan langkah-langkah terukur dan akuntabel dalam proses tersebut, seperti
Dinamika yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 terjadi secara cepat dan mendalam. Kondisi tersebut membuat melalui penetapan dasar hukum dan penerbitan regulasi. Proses komunikasi, konsultasi, dan koordinasi dengan
kebijakan yang diambil harus juga fleksibel dan mampu merespon dinamika tersebut. Penyesuaian biaya penanganan pemangku kepentingan, termasuk DPR RI dilakukan secara baik dan terbuka. Kerjasama dengan aparat penegak hukum
Covid-19 dan penyediaan stimulus yang luar biasa tentunya pada akhirnya memberi dampak perubahan pada postur juga dilakukan sejak proses awal, termasuk dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Badan Pemeriksa
APBN, baik di pos pendapatan, belanja, maupun pembiayaan. Saat Perppu nomor 1 tahun 2020 diluncurkan pada April Keuangan (BPK) untuk memastikan implementasi PEN berjalan baik dan taat azas. Pemerintah juga membentuk
2020, dan Pemerintah meluncurkan stimulus senilai Rp405 T, yang membuat defisit fiskal melebar ke tingkat 5,07% Kelompok Kerja (Pokja) Monitoring agar realisasi PEN dapat dilakukan secara cepat dan terdapat langkah-langkah
terhadap PDB. Untuk mengakomodasi stimulus tersebut, postur APBN 2020 disesuikan melalui Peraturan Presiden perbaikan dari hambatan realisasi yang terjadi.
(Perpres) nomor 54/2020.
Realiasi sementara APBN 2020 menunjukkan bahwa pelaksanaan kebijakan anggaran negara efektif terutama memberi
Seiring adanya penyesuaian pada biaya penanganan Covid-19 termasuk program PEN menjadi sekitar Rp692,5 triliun, dampak countercyclical. Realisasi defisit sementara APBN 2020 sebesar 6,1% atau sedikit di bawah perencanaan pada
postur APBN kembali mengalami penyesuaian sebagaimana tertuang dalam Perpres nomor 72/2020. Peningkatan Perpres 72 tahun 2020 yakni 6,34% terhadap PDB. APBN 2020 telah bekerja keras memberi dukungan pengendalian
biaya penanganan Covid-19 mendorong defisit APBN kembali melebar menjadi 6,34% terhadap PDB. Selain untuk wabah, memberi bantalan bagi perekonomian, serta mendorong terjadinya pemulihan ekonomi.
menampung biaya penanganan pandemi, perubahan pada postur APBN juga dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan
aktivitas ekonomi yang semakin dalam sehingga makin menekan pendapatan negara.
Secara garis besar, realisasi Pendapatan Negara tahun 2020 sebesar Rp1.633,6 triliun lebih rendah Rp327 triliun dari
tahun 2019 atau lebih rendah Rp599,6 triliun dari target APBN 2020. Realisasi Penerimaan perpajakan lebih rendah
Perubahan postur APBN 2020 sesuai Perpres 72/2020 dapat diamati dari penurunan estimasi pendapatan negara sebagai dampak perlambatan ekonomi dan pemanfaatan stimulus perpajakan oleh dunia usaha. Kepabeanan & Cukai
menjadi 1.699,9 triliun. Penurunan kinerja ekonomi dan harga beberapa parameter, seperti harga minyak (Indonesian relatif lebih baik didukung kebijakan tarif cukai dan pengendalian rokok ilegal. Realisasi PNBP melebihi target ditopang
Crude Oil Price) memberi tekanan pada pendapatan negara, baik lewat perpajakan maupun PNBP. Selanjutnya, oleh harga komoditas yang membaik di akhir tahun 2020.
penggunaan insentif perpajakan sebagai salah satu instrumen stimulus untuk membangkitkan perekonomian juga
turut memberi sumbangan pada penurunan pendapatan di tahun 2020. Estimasi tersebut membuat pendapatan
negara tahun ini terkontraksi 13,2% dibanding pendapatan di tahun 2019. Belanja Negara naik 12,2% dari realisasi 2019 yang didukung oleh kebijakan refocusing/realokasi belanja K/L dan
TKDD yang diarahkan untuk mendukung penanganan Covid-19 dan dampaknya terhadap masyarakat dan dunia
usaha sebesar Rp579,8 T (Program PEN). Realisasi program PEN sangat nyata membantu penanganan Covid-19
Penguatan stimulus membuat beberapa pos belanja mengalami peningkatan secara signifikan, khususnya yang terkait dan dampaknya terhadap masyarakat dan dunia usaha. Dengan gambaran pendapatan dan belanja seperti yang
dengan bidang kesehatan, bantuan sosial bagi masyarakat, serta pemulihan dunia usaha. Di sisi lain, ada beberapa pos digambarkan di atas, defisit dapat dikendalikan lebih rendah Rp82,9 triliun dari Rp1.039,2 triliun menjadi Rp956,3
anggaran yang diefisienkan dan dialihkan pada kegiatan percepatan penanganan Covid-19. Dalam perubahan APBN triliun. Terdapat Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (Silpa) Rp234,7 triliun yang didalamnya termasuk Rp66,75 triliun
2020 untuk kedua kalinya tersebut, belanja negara dianggarkan sebesar Rp2.739,2 triliun, meningkat dari Rp2.540,4 untuk dukungan dunia usaha melalui perbankan, serta Rp50,9 triliun yang akan dimanfaatkan untuk penanganan
triliun di APBN original, dan Rp2.613,8 triliun di perubahan pertama. Adapun pada sisi pembiayaan anggaran, terdapat kesehatan dan PEN lainnya di tahun 2021.
peningkatan kebutuhan untuk mendukung pemulihan ekonomi seperti untuk pembiayaan investasi, penjaminan, PMN,
dan penempatan dana.
6. Burden Sharing
Anggaran penanganan Covid-19 dan penyediaan stimulus mendorong adanya kebutuhan pembiayaan yang tinggi.
Kondisi extraordinary tersebut mendorong untuk dilakukannya penguatan sinergi yang sehat, termasuk antara
Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk mendukung pembiayaan penanganan Covid-19 dan program PEN. Sinergi
antara Pemerintah dan BI tersebut terjalin melalui mekanisme burden sharing. Sebelum disepakati skema burden
sharing yang dituangkan dalam Surat Keputusan Bersama II (SKB II), Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia
menyepakati SKB I yang memungkinkan Bank Indonesia untuk melakukan pembelian Surat Berharga Negara di pasar
perdana sebagai last resort.

Skema yang dilakukan dalam burden sharing Pemerintah dan BI adalah:


a. Untuk mendanai kebutuhan pembiayaan public goods yang menyangkut hajat hidup orang banyak sebesar
Rp397,56 triliun (terdiri dari kebutuhan klaster kesehatan Rp87,55 triliun, perlindungan sosial Rp203,9 triliun, serta
sektoral kementerian/lembaga dan Pemda Rp106,11 triliun), BI akan menanggung sepenuhnya melalui pembelian
SBN dengan mekanisme private placement, dengan kupon berdasarkan BI reverse repo rate.
b. Untuk mendanai kebutuhan pembiayaan non-public goods sebesar Rp177,03 triliun (dukungan UMKM Rp123,46
triliun dan dukungan korporasi non-UMKM Rp53,57 triliun), Pemerintah menanggung melalui penjualan SBN
kepada pasar. BI berkontribusi sebesar selisih antara market rate dengan BI reverse repo rate 3 bulan dikurangi 1%.
c. Kebutuhan belanja untuk non-public goods lainnya sebesar Rp328,87 triliun, akan ditanggung seluruhnya oleh
Pemerintah melalui penjualan SBN dengan kupon berdasarkan market rate.
d. Untuk keseluruhan pemenuhan pembiayaan non-public goods (sebesar Rp505,90 triliun) yang lebih terkait dengan
upaya pemulihan ekonomi dan dunia usaha, dilakukan melalui mekanisme pasar, dimana BI akan tetap bertindak
sebagai last resort, sesuai SKB I tanggal 16 April 2020.

Tabel IV.4 Perubahan Postur APBN (Perpres 72 Sumber: Kementerian Keuangan Burden sharing diterapkan dengan menjaga integritas pasar, dimana jenis dan karakteristik SBN yang diterbitkan
Tahun 2020)
adalah jangka panjang, tradable, dan marketable, dengan memperhatikan profil jatuh tempo utang. Skema ini juga

116 117
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

berpegang pada prinsip utama yakni menjaga fiscal space dan sustainability dalam jangka menengah, menjaga
kualitas defisit APBN yang ditujukan untuk belanja yang produktif dan mendukung penurunan defisit APBN secara
bertahap menjadi di bawah 3% mulai tahun 2023. Selain itu, implementasi burden sharing juga dilakukan dengan
menjaga stabilitas nilai tukar, suku bunga, dan inflasi agar tetap terkendali serta memperhatikan kredibilitas dan
integritas pengelolaan ekonomi, fiskal, dan moneter sehingga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Pembelian SBN oleh BI akan dilakukan secara bertahap berdasarkan kebutuhan pembiayaan
APBN dan kebutuhan program PEN.

Penerapan skema burden sharing bukan merupakan hal baru dan tidak hanya dilakukan oleh Indonesia. Skema ini juga
dilakukan oleh beberapa negara lain, seperti Inggris, Jepang, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Thailand. Negara-negara
tersebut terbukti dapat tetap menjaga tingkat inflasi dan nilai tukar meskipun menggunakan skema burden sharing
ini. Selain itu berdasarkan laporan Bank of International Settlement (BIS) yang dipublikasikan tanggal 2 Juni 2020
disebutkan bahwa bank sentral di beberapa negara berkembang juga berperan sebagai last resort, seperti Mexico,
Hungaria, Filipina dan Turki.

halaman ini sengaja dikosongkan

118 119
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

BOX 5
D
alam situasi pandemi yang unprecedented dan
extraordinary, pelaksanaan program PEN menghadapi
berbagai dinamika. Dinamika tersebut tercipta dari adanya
urgensi untuk mengeksekusi program yang sangat penting
tersebut secara cepat dan tepat. Kecepatan dibutuhkan karena
Covid-19 menimbulkan dampak yang juga sangat cepat dan sangat
dalam di berbagai aspek. Ketiadaan langkah yang cepat akan
menjadi ongkos yang lebih besar lagi, baik dalam hal penanganan
Covid-19 maupun pada perekonomian. Namun keterukuran juga
harus dijaga khususnya memastikan tata kelola yang baik tetap
menjadi pegangan. Sinergi antar lembaga menjadi salah satu
aspek kunci untuk memastikan agar ketepatan dan kecepatan
pelaksanaan program PEN dapat tercapai. Sinergi dan koordinasi
kuat dilakukan oleh berbagai lembaga, baik antar unit Kementerian
Keuangan, antar Kementerian, serta dengan lembaga lainnya.

Di dalam proses pelaksanaan PEN, tidak jarang Pemerintah


mengambil langkah koreksi dan terobosan untuk memastikan
eksekusi berjalan lancar. Penyesuaian, koreksi dan penajaman
program-program dalam kebijakan PEN menjadi hal yang tidak
dapat dihindarkan karena Pemerintah berhadapan dengan situasi
pandemi yang penuh ketidakpastian dan belum pernah terjadi
sebelumnya. Kembali, melalui kerjasama dan komunikasi yang baik
dengan berbagai pihak, proses perbaikan dan terobosan menjadi
mungkin. Tidak hanya di dalam tahap pelaksanaan, kolaborasi
dan sinergi sudah menjadi salah satu pilar penting sejak tahap
penyusunan program PEN.

Sinergi Internal Kementerian Keuangan dan antar Instansi

Di dalam Kementerian Keuangan, monitoring PEN menjadi salah


satu agenda yang dilakukan secara real time, berkala dan intensif.
Analisis dilakukan untuk melihat manfaat sekaligus mendalami
kendala yang terjadi di lapangan. Proses koreksi dan penajaman
dilakukan dari hasil monitoring dan analisis tersebut. Tidak jarang
langkah inisiatif dan proaktif diambil Kementerian Keuangan seperti
memberi masukan dan koreksi kepada unit pelaksana terkait,
termasuk dengan Pemerintah Daerah.

Untuk melakukan monitoring dan evaluasi dari program PEN,


di dalam Kementerian Keuangan dibentuk tim untuk melihat
efektivitas, output dan outcome dari kebijakan tersebut. Tim

SINERGI DAN Monitoring dan Evaluasi PEN Kementerian Keuangan melakukan


pemantauan dari sisi realisasi anggaran hingga melihat dampak
yang dihasilkan pada masyarakat dan perekonomian. Eksekusi

DINAMIKA anggaran PEN yang sempat menemui berbagai hambatan di


awal periode implementasi dievaluasi dan dikaji secara cepat
berbagai hambatannya, untuk kemudian diambil tindakan-tindakan

KELEMBAGAAN percepatan baik dari sisi unit pelaksana maupun dari Kementerian
Keuangan. Berbagai upaya perbaikan dilakukan dalam bentuk yang
beragam, baik melalui revisi aturan teknis, realokasi/refokusing

DALAM PEN program, dan eliminasi hambatan-hambatan birokrasi yang mungkin


terjadi. Upaya koreksi berbuah hasil yang baik, akselerasi realisasi

120 121
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

anggaran PEN terjadi seiring waktu, hingga akhir tahun unit dalam Pemerintah serta lembaga legislatif seperti Lembaga APIP dan APH, bahkan hingga mengeluarkan
terserap dalam tingkat yang baik. DPR dan DPD. Pemerintah juga selalu terbuka pada memorandum of understanding. Pandangan yang sama
masukan dan melakukan diskusi dengan kelompok antar lembaga ini menjadi semangat utama bahwa
masyarakat. Proses-proses ini guna menjaga PEN sebagai sebuah kebijakan yang sentral harus
Evaluasi terhadap program PEN, tidak hanya berhenti
transparansi dan memastikan terakomodasinya aspirasi menjadi instrumen yang sesuai dengan tujuannya
pada penyerapan anggarannya. Terlebih jauh, dampak
serta kepentingan masyarakat luas. Sehubungan dengan yakni mengendalikan pandemi, membantu masyarakat
dan manfaat dari program ini justru menjadi tujuan yang
pelaksanaan program PEN untuk menjangkau seluruh miskin dan rentan, serta mendukung dunia usaha
juga sangat diutamakan oleh Pemerintah. Covid-19
negeri, sinergi dan koordinasi terus diperkuat dengan terdampak. Tata kelola yang tidak sesuai hingga bentuk
sebagai sebuah kejadian unprecedented, extraordinary
Pemerintah Daerah, memastikan ketepatan sasaran dan penyalahgunaan harus ditindak bahkan dicegah, agar
dan berimplikasi cepat memberikan tantangan pada
efektivitas pelaksanaan dari berbagai program penting tujuan dapat tercapai dengan efektif.
Pemerintah untuk dapat menilai peran dari program
PEN.
PEN dalam memitigasi berbagai permasalahan yang
ditimbulkan pandemi Covid-19. Adanya situasi tersebut Asistensi dan pengawasan spesifik pada beberapa
membuat Tim Monitoring PEN Kementerian Keuangan Sinergi dengan Aparat Pengawas Internal Pemerintah program tertentu yang strategis dan pengawasan
melakukan berbagai pendekatan seperti melakukan in- (APIP) dan Aparat Penegak Hukum (APH) langsung ke lapangan menjadi beberapa contoh
depth interview, focus group discussion, dan melakukan/ pelaksanaan pengawasan. Pertukaran informasi dan
memanfaatkan survei untuk menganalisis secara cepat identifikasi potensi risiko ditindaklanjuti agar tidak
Salah satu proses kolaborasi terpenting dari program
namun tetap mendalam untuk mengetahui dampak dan menjadi risiko sungguhan. Memang tidak dapat
PEN ialah dengan melibatkan APIP dan APH. Langkah
manfaat dari PEN. dipungkiri bahwa masih terdapat beberapa kekurangan
ini diambil untuk memastikan terjaganya tata kelola
dan penyalahgunaan, namun penguatan, pembelajaran,
yang baik serta dipatuhinya rambu-rambu hukum
dan koreksi terus diambil agar di masa mendatang risiko
Berbagai analisis dilakukan secara berkala di berbagai meski terdapat kepentingan pelaksanaan yang cepat
terus dapat diminimalisir.
klaster PEN. Di klaster perlindungan sosial, Tim dan extraordinary. Kementerian Keuangan bermaksud
Monitoring dan Evaluasi mencoba melihat apakah memastikan terjadinya langkah yang paralel antara
berbagai program-program yang ada telah menjangkau perencanaan dan pelaksanaan program PEN sambil Dari pelaksanaan PEN 2020, terdapat setidaknya dua
masyarakat miskin, rentan dan terdampak Covid-19, memitigasi risiko yang mungkin terjadi agar sikap kunci pengawasan tata kelola yang baik. Pertama,
membantu daya belinya serta mendukung terpenuhinya pruden terjaga. Dalam situasi pelaksanaan PEN yang menjalin sinergi dengan berbagai institusi termasuk
berbagai kebutuhan dasar seperti pangan, bantuan harus cepat, kondisi paralel ini sangat sentral, oleh APIP dan APH sedini mungkin. Kedua, adanya
tunai, pulsa untuk sekolah daring, dan lain sebagainya. karena itu sinergi dengan APIP dan APH menjadi sebuah pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat yang
Analisis juga mencoba melihat ketepatan sasaran dari keharusan. dapat membantu meminimalisir risiko. Sinergi dan
program-program tersebut. Pemanfaatan berbagai teknologi informasi sangat instrumental dalam
hasil survei dari lembaga-lembaga dioptimalisasi untuk memastikan adanya transparansi, menutup loopholes,
Berbagai lembaga penting seperti Inspektorat Jenderal
mendapat gambaran yang komprehensif. terjadinya pengawasan serta pencegahan. Jika hal-hal
Kementerian/Lembaga, Badan Pengawas Keuangan
tersebut dapat dijaga, maka sebuah kebijakan akan
dan Pembangunan (BPKP), Komisi Pemberantasan
semakin efektif dan tercapai tujuan yang ingin dicapai.
Di sisi kesehatan, analisis yang dibangun mencakup Korupsi (KPK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
kapasitas fasilitas kesehatan, pelaksanaan pengadaan Kejaksaan RI, hingga Polisi Republik Indonesia (POLRI)
fasilitas kesehatan hingga insentif yang diterima oleh dilibatkan sejak awal untuk memberi berbagai asistensi,
tenaga kesehatan. Tidak hanya memanfaatkan hasil pertimbangan dan masukan terhadap berbagai langkah
survei dari institusi lain, Tim Monitoring juga melakukan kebijakan dalam PEN serta melalukan pengawasan.
survei sendiri dalam beberapa kasus. Di dalam klaster- Peranan dari berbagai lembaga ini termasuk dalam
klaster lain berbagai analisis juga dibangun untuk memberi pandangan dan review atas berbagai
melihat manfaat dan hambatan yang mungkin ada. aspirasi dan permintaan untuk program stimulus dari
Dalam hal terdapat hambatan (debottlenecking), tim institusi-institusi, mengingat pelaksanaan kebijakan
akan juga memfomulasikan langkah perbaikan dan PEN diwarnai dengan beberapa penyesuaian untuk
kemudian memberikan atensi pada pimpinan untuk lebih memastikan efektivitas. Peranan PEN yang sangat
lanjut dilakukan langkah perbaikan. Melalui analisis ini, sentral membuat Pemerintah perlu mengambil
berbagai perbaikan dan penguatan PEN telah diambil keputusan dan penilaian cepat atas berbagai aspirasi
oleh Pemerintah seperti percepatan penyaluran insentif namun tetap memerhatikan beberapa aspek seperti
tenaga kesehatan, ekspansi dan penguatan berbagai kapasitas, data, serta tata kelola. Adanya masukan dari
program perlindungan sosial sehingga benar-benar APH dan lembaga audit memberikan kepastian langkah
dirasakan manfaatnya melindungi masyarakat miskin kebijakan yang diambil tetap dalam koridor hukum dan
dan rentan. tata kelola yang baik.

Di dalam proses formulasi dan pelaksanaan PEN, Di dalam praktiknya, Pemerintah membangun koordinasi
diskusi dan konsultasi juga dilakukan dengan berbagai dan komunikasi yang rutin dan intensif dengan berbagai

122 123
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

7. Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021 8. Realisasi Sementara PEN 2020
Dampak dari pandemi yang diperkirakan masih akan terasa di 2021 membuat Pemerintah juga memformulasikan Hingga akhir tahun 2020 silam, program PEN telah mencatatkan realisasi sementara sebesar Rp579,78 triliun atau
program PEN untuk tahun 2021. Hal tersebut tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sekitar 83,4 persen dari total yang dianggarkan oleh Pemerintah. Pada tabel IV.5, terlihat bahwa realisasi terbesar,
yang mengambil tema “Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi”. APBN 2021 akan terus bekerja secara nominal, berada pada kluster perlindungan sosial yang realisasinya sudah mencapai Rp220,39 triliun, diikuti
keras untuk mendorong pengendalian pandemi serta memperkuat pemulihan ekonomi. Kebijakan dalam APBN oleh kluster dukungan untuk UMKM sebesar Rp112,44 triliun. Sementara itu, belanja untuk aspek kesehatan tetap
2021 akan diarahkan untuk mendorong ekonomi agar mampu tumbuh kembali pada tahun mendatang, sehingga menjadi prioritas bagi Pemerintah, di mana telah tersalurkan sejumlah Rp63,51 triliun, baik untuk insentif nakes maupun
keberlanjutan pembangunan pun dapat tetap terjaga. sarana dan prasarana kesehatan. Di luar realisasi tersebut, Pemerintah juga telah menganggarkan Rp47,07 triliun
yang akan digunakan untuk program vaksinasi di tahun 2021. Selain tiga kluster yang telah disebutkan sebelumnya,
penyaluran dana pada kluster lainnya, seperti sektoral K/L Pemda, insentif usaha, dan pembiayaan korporasi juga
sudah berlangsung, di mana masing-masing mencatatkan realisasi dengan nominal sebesar Rp66,59 triliun, Rp56,12
Realisasi Sementara Alokasi 2021 triliun, dan Rp60,73 triliun.
Growth (%)
2020 (per 22 Feb 2021)

Belanja APBN Rp2.589,9 T Rp2.750,0 T 6.2 Tabel IV.6 Rangkuman Realisasi Program PEN
pada Enam Kluster (Hingga 31 Des 2020) Sumber: Kementerian Keuangan

Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Rp579,8 T Rp699,43 T 20.6


Beberapa Output yang Dicapai dan
No. Kluster Anggaran Realisasi
Kesehatan Rp63,5 T Rp176,3 T 177.6 Realisasinya
Insentif nakes Pusat dan Daerah untuk 1,074
juta nakes (Rp9,55 triliun)
Perlindungan Sosial Rp220,4 T Rp157,4 T -28.6
Rp63,51 triliun Santunan kepada 194 nakes (Rp60 miliar)
1. Kesehatan Rp87,55 triliun
(72,5%)
Dukungan UMKM & Pembiayan Korporasi Rp173,2 T Rp186,8 T 7.9 Belanja penanganan Covid-19, a.l. 1,56 juta
APD, 5,76 juta rapid test, 1 juta masker KN95,
dan 2.612 ventilator (Rp42,52 triliun)
Insentif Usaha & Pajak Rp56,1 T Rp53,9 T -3.9
PKH untuk 10 juta KPM (Rp36,71 triliun)
Program Prioritas Rp66,6T Rp125,1 T 87.8 Kartu pra-kerja untuk 5,6 juta penerima
Perlindungan Rp220,39 triliun
2. Rp203,90 triliun (Rp19,98 triliun)
Defisit (% PDB) 6,09% 5,70% Sosial (108,09%)
Subsidi kuota internet PJJ untuk 51 juta
penerima (Rp4,06 triliun)
Tabel IV.5 Program PEN 2021 Sumber: Kementerian Keuangan DID Pemulihan untuk 423 daerah (Rp5 triliun)
DAK Fisik untuk 898,1 ribu naker (Rp7,29
Sektoral K/L & Rp66,59 triliun
3. Rp106,11 triliun triliun)
Di dalam APBN 2021 Pemerintah juga melanjutkan program PEN di tengah situasi pandemi yang belum selesai dan Pemda (62,76%)
masih membutuhkan dukungan pembiayaan untuk penguatan langkah seperti untuk TLI dan vaksinasi. Di samping itu, Stimulus pariwisata dalam bentuk hibah
guna memperkuat pemulihan ekonomi, Pemerintah terus memperkuat berbagai program seperti Perlindungan Sosial, kepada 97 daerah (Rp2,82 triliun)
Dukungan UMKM, Insentif Usaha, serta Program Prioritas. Anggaran yang dialokasikan untuk PEN 2021 mencapai Subsidi bunga kepada 25,4 juta debitur
Rp699,43 triliun atau naik 21% dari realisasi sementara PEN 2020 yang sebesar Rp579,78 triliun. (Rp12,83 triliun)
Rp112,44 triliun Penjaminan kredit kepada 890,2 ribu debitur
4. UMKM Rp123,46 triliun
Klaster kesehatan dalam PEN 20201 dianggarkan Rp176,3 triliun atau naik 178% dari 2020. Alokasi anggaran akan (91,07%) (Rp2,09 triliun)
difokuskan untuk Testing, Tracing, serta Treatment. Selain itu, dukungan bagi program vaksinasi juga dianggarakan
Pembiayaan investasi LPDB untuk 63 mitra
hingga mencapai Rp81,18 triliun. Dalam klaster ini, program daya beli dan penciptaan lapangan kerja yang mencakup
koperasi dan 101.011 UMKM (Rp1,29 triliun)
klaster Perlindungan Sosial serta Program Prioritas dialokasikan masing-masing Rp157,41 triliun dan Rp125,06
triliun. Pemerintah akan terus memperkuat program-program perlindungan sosial yang sangat esensial membantu PMN kepada 7 BUMN dan Lembaga (Rp39,07
masyarakat di masa sulit pandemi seperti PKH, Kartu Sembako, Bansos Tunai, Kartu Pra Kerja, BLT Dana Desa, dan triliun)
lainnya. Sementara untuk Program Prioritas beberapa sektor penting seperti yang menciptakan lapangan kerja (padat Pembiayaan Rp60,73 triliun
5. Rp53,57 triliun Pinjaman kepada 5 BUMN (Rp19,65 triliun)
karya), ketahann pangan, kawasan industri, infokom, serta pariwisata akan terus diberikan dukungan anggaran. Korporasi (113,36%)
Penjaminan korporasi kepada 5 debitur
(Rp2,01 triliun)
Di sisi dukungan dunia usaha, anggaran PEN 2021 naik 5% dari realisasi sementara 2020. Dalam kelompok ini terdapat
Klaster Dukungan UMKM dan Korporasi sebesar Rp186,81 triliun yang akan difokuskan pada pemberian Subsidi
Bunga UMKM, Subsidi IJP, PMN BUMN (termasuk LPEI dan LPI), Penempatan Dana, dan lainnya. Sementara untuk
Insentif Usaha dianggarkan Rp53,86 triliun yang terdiri dari Pembebasan PPh 21 DTP, Pembebasan PPh 22 impor,
Pengurangan Angsuran PPh 25, PPNBM DTP Kendaraan Bermotor, dan lainnya.

124 125
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Beralih ke sisi ekonomi, tentunya hampir seluruh sektor mengalami dampak masif dari keberadaan Covid-19, salah satu
PPh 21 DTP -> 131,8 ribu WP (Rp2,51 triliun)
yang terparah yakni sektor pariwisata. Guna mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah memberikan stimulus pariwisata
Pengurangan angsuran PPh 25 -> 66,6 ribu WP melalui program PEN kluster sektoral K/L Pemda. Bantuan ini ditujukan untuk memberikan subsidi angkutan serta
(Rp20,56 triliun) hibah kepada Pemda untuk membantu kelangsungan hidup hotel maupun restoran. Hingga akhir 2020, tercatat hibah
Pembebasan PPh 22 impor -> 14,9 ribu WP ini sudah diberikan kepada 97 daerah, di mana sebesar 70 persen bantuan diteruskan kepada pihak hotel dan restoran.
Rp56,12 triliun Bukan hanya sektor pariwisata, program pada kluster ini juga berusaha membantu daerah itu sendiri guna mendukung
6. Insentif Usaha Rp120,61 triliun (Rp13,56 triliun)
(46,53%) kesejahteraan masyarakatnya. Hal ini terimplementasi melalui pemberian Dana Insentif Daerah (DID) Pemulihan
Pengembalian pendahuluan PPN -> 2,4 ribu kepada 423 daerah serta bantuan untuk kegiatan tertentu yang mendukung program PEN secara padat karya untuk
WP (Rp5,05 triliun) 898,1 ribu tenaga kerja.
Bea Masuk DTP -> total nilai impor Rp1,11
triliun (Rp70 miliar)

Meskipun realisasi PEN di akhir 2020 cukup tinggi, tetapi penyerapan PEN sempat tersendat di kisaran Bulan Juni
hingga Juli, yakni periode awal implementasi program PEN. Dalam periode tersebut, penyerapan program PEN per
minggu menunjukkan pergerakan yang sangat lambat, terutama pada kluster kesehatan. Hal ini antara lain disebabkan
oleh beberapa hambatan, terutama yang berkenaan dengan proses administrasi. Salah satu contohnya adalah
pada pencairan insentif tenaga kesehatan yang cukup memakan waktu lama karena tenaga medis memiliki sistem
pencatatan kerja berdasarkan jam. Menggunakan pencatatan kerja per jam tersebut sebagai dasar untuk pembayaran
insentif bulanan ternyata menjadi pekerjaan yang cukup menyita waktu sehingga menghambat pencairan. Contoh
lainnya adalah santunan kematian yang akan cair jika dapat dibuktikan dengan dokumen bahwa dokter tersebut
meninggal karena Covid-19. Padahal, beban tenaga kesehatan sudah cukup tinggi dengan melonjaknya pasien
Covid-19. Maka dari itu, proses administratif tersebut cukup menghambat pencairan dana.

Beragam isu dalam penyerapan PEN membuat Pemerintah memutuskan untuk membentuk KPC-PEN dengan
tujuan memperbaiki skema penyaluran bantuan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Harapannya yakni agar
bantuan yang telah disediakan oleh Pemerintah dapat tersalurkan dengan lebih cepat ke masyarakat dan pihak yang
membutuhkan. Beberapa terobosan pun telah dilakukan agar proses pencairan lebih baik. Untuk kluster kesehatan,
Pemerintah telah menyerahkan dana kepada RS daerah melalui Dinas Kesehatan. Selain itu, Pemerintah Pusat juga Grafik IV.1 Perubahan Jumlah Buruh/ Sumber: BPS, diolah.
memberikan uang muka sebesar 50 persen untuk bantuan kesehatan, di mana 50 persen sisanya akan dibayarkan Karyawan menjadi Buruh Informal atau
setelah dokumen dilengkapi. Ini merupakan salah satu inisiatif yang dilakukan Pemerintah dalam rangka “jemput Menjalankan Usaha (Dalam juta orang)

bola” guna mempercepat proses penyaluran bantuan. Ditambah lagi, Pemerintah memberlakukan kebijakan untuk
memberhentikan program dan berfokus pada penyerapan DIPA agar realisasinya mencapai 100 persen sejak tanggal
15 Oktober lalu. Alhasil, anggaran pun mengalami refocusing ke kluster kesehatan, perlindungan sosial, serta dunia Dunia usaha, terutama UMKM, turut menjadi perhatian Pemerintah dalam program PEN mengingat UMKM menjadi
usaha. Dampaknya pun terlihat pada perbaikan realisasi yang terus menunjukkan pergerakan positif di periode salah satu sektor yang mengalami dampak besar dari keberadaan pandemi Covid-19. Selain membantu UMKM agar
November hingga Desember 2020. dapat bertahan, program PEN juga turut mendukung sektor informal sebagai bantalan penurunan pekerja formal yang
terdampak pandemi. Grafik IV.4 memberikan ilustrasi bahwa terjadi penurunan signifikan pada karyawan atau buruh
tetap dan beralih menjadi pekerja informal yang tercatat mengalami kenaikan 4,55 juta orang di tahun 2020. Kondisi
Program PEN sendiri telah memberikan banyak manfaat dalam menjaga kelangsungan hidup rakyat Indonesia
demikian membuat Pemerintah harus memberi perhatian lebih kepada sektor informal guna menjaga kelangsungan
di tengah kesulitan akibat kondisi pandemi. Di sisi kesehatan, belanja yang telah dikeluarkan Pemerintah mampu
perekonomian. Selama 2020, tercatat Pemerintah sudah memberikan subsidi dan dukungan kepada UMKM antara lain
meningkatkan alat material kesehatan pada sejumlah RS, antara lain dalam bentuk 1,56 juta APD, 5,76 juta rapid test,
melalui subsidi bunga kepada 25,4 juta debitur, penjaminan kredit untuk 890,2 ribu debitur, serta pembiayaan investasi
1 juta masker KN95, serta 2.612 ventilator guna membantu para nakes dalam menangani pasien Covid-19. Selain itu,
LPDB untuk 63 mitra koperasi dan 101.011 UMKM.
Pemerintah juga telah melakukan penambahan gedung maupun ruang baru puskesmas sebanyak 260 paket serta
pembangunan dan rehabilitasi 269 RS yang antara lain digunakan sebagai tempat isolasi mandiri. Pemerintah juga
memperhatikan nakes yang telah bekerja keras dalam menangani pandemi Covid-19, dimana insentif sudah disalurkan Tidak hanya UMKM, Pemerintah juga memberikan bantuan kepada korporasi melalui beragam pembiayaan. Terdapat
kepada 1,074 juta nakes. Tidak lupa, Pemerintah memberikan penghargaan tertinggi kepada nakes yang gugur selama tiga jenis bantuan yang sudah dikucurkan oleh Pemerintah kepada korporasi, yakni Penyertaan Modal Negara (PMN)
masa pandemi ini melalui pemberian santunan kepada 194 nakes. BUMN dan lembaga, pinjaman kepada BUMN, serta penjaminan korporasi. Hingga akhir 2020, PMN BUMN dan
lembaga telah terealisasi sebesar Rp39,07 triliun dengan fokus pada proyek konstruksi (PT Hutama Karya), ekspor-
impor (LPEI) serta pengadaan vaksin (PT Bio Farma). Sedangkan pinjaman kepada BUMN umumnya diarahkan untuk
Manfaat lainnya dari program PEN juga dirasakan oleh penduduk miskin dan rentan melalui program perlindungan
sektor transportasi, dimana Pemerintah memberikan dana Rp12 triliun bagi PT Garuda Indonesia dan PT KAI. Di luar
sosial. Cakupan dari program ini telah menjangkau penduduk yang terdampak, antara lain melalui bantuan upah
BUMN, Pemerintah juga memberikan penjaminan kepada korporasi melalui pembayaran IJP Rp0,01 triliun serta dana
kepada 12,4 juta karyawan, kartu pra-kerja untuk 5,6 juta penerima, serta subsidi kuota internet pembelajaran jarak
cadangan klaim loss limit Rp2 triliun.
jauh (PJJ) kepada 51 juta orang penerima. Di samping itu, program bantuan sosial yang bersifat eksisting, seperti
PKH dan Kartu Sembako, terus diperkuat. Hingga akhir 2020 tercatat 10 juta keluarga telah menerima PKH sementara
Kartu Sembako telah disalurkan kepada 19,4 juta penerima, dimana pembayaran akan dilakukan per bulan selama dua Di samping stimulus berupa subsidi, pinjaman, dan penjaminan pada dunia usaha maupun korporasi, Pemerintah
belas bulan. Melalui program tersebut, Pemerintah berharap dampak negatif pandemi dapat dimitigasi serta tingkat juga memberikan bantuan dalam bentuk insentif perpajakan. Insentif ini diberikan dengan tujuan, antara lain untuk
konsumsi dasar kelompok masyarakat miskin dan rentan mampu tetap terjaga. mempertahankan tingkat permintaan masyarakat, bantuan cash flow kepada perusahaan, serta bantuan untuk sektor

126 127
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

kesehatan. Sementara itu, dalam menentukan sektor prioritas yang perlu dibantu, Pemerintah secara berkala terus
mendengarkan opini maupun pendapat dari dunia usaha. Harapannya, bantuan yang tersalurkan pun lebih akurat
untuk membantu dunia usaha tetap survive dalam periode pandemi ini. Adapun hingga akhir 2020, tercatat 66,6
ribu WP memanfaatkan pengurangan angsuran PPh 25 serta 2,4 ribu WP pada pengembalian pendahuluan PPN.
Insentif perpajakan ini juga diberikan untuk sektor perdagangan, yakni melalui pembebasan PPh 22 Impor yang telah
dimanfaatkan 14,9 ribu WP dan Bea Masuk DTP dengan total nilai impor Rp1,11 triliun.

Meski demikian, dibandingkan dengan kluster lainnya, realisasi untuk insentif usaha tergolong kecil, yakni 46,53
persen. Faktor utama penyebab rendahnya penyerapan insentif usaha yakni tingginya ketergantungan terhadap
tingkat permintaan insentif. Sebagai perbandingan, stimulus lain, seperti perlindungan sosial, tidak bergantung
pada permintaannya, melainkan akan diberikan langsung kepada masyarakat yang tercatat masuk dalam kelompok
penerima. Selain itu, stimulus perlindungan sosial termasuk ke dalam pengeluaran negara, sehingga memang sudah
dianggarkan sejak awal oleh Pemerintah untuk dibelanjakan. Berbeda dengan insentif pajak yang sebagian besar
berbentuk diskon atau penundaan pembayarannya.

Pemanfaatan dari insentif ini juga dapat dikatakan belum optimal karena tidak begitu banyak perusahaan yang
memanfaatkan. Misalnya terkait impor, dimana Pemerintah mengestimasikan pertumbuhan nol persen (zero growth),
padahal sampai September tercatat minus 20 persen. Ini membuat permintaan dari perusahaan impor minim karena
aktivitas perdagangan masih lesu dan ini membuat mereka cenderung untuk tidak menambah kapasitas operasi.
Contoh lain yakni terkait PPh pasal 21 yang juga diestimasikan oleh pemerintah zero growth. Namun, realita di
lapangan menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang tercatat hilang dalam SPT hampir 3 juta akibat PHK dan ini
belum termasuk pegawai yang mengalami penurunan gaji. Dengan asumsi satu pegawai dapat memanfaatkan gajinya
sekitar 7 juta melalui insentif PPh 21, maka dengan jumlah 3 juta pekerja yang sudah di-PHK membuat anggaran Rp21
triliun pun tidak terserap.

Meskipun serapan tersebut tidak optimal, realisasi yang telah dicapai Pemerintah untuk kluster insentif pajak ini
masih sesuai dengan perkiraan. Penyerapannya yang relatif rendah juga disebabkan karena insentif ini tidak selalu
berjalan baik ketika ekonomi sedang mengalami penurunan. Terlepas dari hal tersebut, negara tetap harus hadir untuk
memberikan bantuan kepada dunia usaha. Hasilnya pun cukup memuaskan dimana terdapat sejumlah usaha bisnis
yang memanfaatkan insentif ini, antara lain 200 ribu UKM dan 131 ribu korporasi yang mendaftarkan karyawannya halaman ini sengaja dikosongkan
untuk mendapatkan insentif PPh 21. Dengan asumsi jika satu perusahaan memiliki sepuluh orang karyawan artinya
terdapat kurang lebih 1,3 juta karyawan yang sudah dibantu, dan tentunya ini bukanlah jumlah yang sedikit. Di tahun
2021, Pemerintah akan terus memperkuat insentif pajak, terutama pada periode pemulihan dimana perusahaan akan
membutuhkan lebih banyak cash flow, sehingga permintaan akan insentif ini diprediksi akan meningkat. Harapannya,
insentif ini dapat membantu perusahaan untuk kembali dalam tren ekspansi, sehingga proses pemulihan ekonomi
Indonesia di masa mendatang pun berjalan optimal.

128 129
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

BOX 6

D
i masa krisis, stimulus umumnya diberikan sebagai upaya
untuk mendorong kembali peningkatan permintaan
masyarakat, salah satunya dalam bentuk bantuan sosial.
Tidak berhenti sampai di situ, negara juga mencoba
memberikan bentuk bantuan lain, yakni melalui insentif usaha.
Insentif ini bertujuan untuk mempertahankan daya beli masyarakat,
memberikan bantuan cash flow kepada dunia usaha, serta
memperkuat fasilitas kesehatan. Memang tidak sedikit yang
beranggapan bahwa insentif pajak tidak efektif ketika ekonomi
sedang turun, tetapi jika negara tidak hadir justru menimbulkan
kondisi yang lebih sulit.

Dalam implementasinya, Pemerintah secara konsisten berkoordinasi


dengan banyak pihak, terutama dalam penentuan jenis insentif serta
cakupan sektornya. Beberapa langkah pun dilakukan, antara lain
dengan mendengarkan dunia usaha melalui surat yang diberikan
kepada Menteri Keuangan, DJP, ataupun BKF. Langkah lainnya yakni
melalui kerjasama dengan Kemenko Perekonomian yang notabene
melakukan diskusi intens bersama sektor terkait. Rekomendasi
yang diberikan Kemenko Perekonomian menjadi tolok ukur
Pemerintah dalam memberikan insentif ini.

Salah satu insentif usaha yang menjadi fokus Pemerintah yakni


dengan mempercepat restitusi PPN. Hal ini dilakukan guna
memberikan bantuan cash flow kepada dunia usaha. Sesungguhnya,
jenis restitusi bukan hanya PPN saja, melainkan terdapat juga
restitusi PPh. Namun, restitusi PPN diperlukan karena status

INSENTIF pembayarannya yang bersifat bulanan, berbeda dengan PPh yang


sifatnya tahunan. Alhasil, jika Pemerintah tidak memprioritaskan
PPN, maka kebutuhan cash flow bulanan usaha pun akan terganggu

PAJAK: BUKTI jika restitusinya tahun depan.

KEHADIRAN
Menariknya, dalam beberapa kesempatan, masih terdapat beberapa
pengusaha UKM yang memutuskan untuk tidak menggunakan
insentif yang ada dan tetap membayar pajak. Mereka berpendapat

NEGARA PADA
bahwa negara lebih membutuhkan dana pada periode pandemi ini,
meskipun di saat yang sama bisnis mereka sedang berjalan tertatih-
tatih akibat pandemi. Nuansa positif ini tentu menjadi sebuah kabar

DUNIA USAHA
baik bagi negara dimana para pengusaha UKM ternyata mampu
bertahan di tengah ketidakpastian ekonomi yang terjadi. Di samping
itu, ini menjadi modal yang baik bagi Pemerintah untuk terus
berusaha memperkuat kebijakannya agar pemulihan ekonomi ke
depan berjalan lebih baik.

130 131
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Perbaikan dari sisi


9. Program PEN Memberikan Manfaat Nyata Bagi Masyarakat dan Dunia Usaha
Mengingat peran program PEN yang begitu krusial bagi penyelamatan negara di tengah pandemi, Pemerintah
terus berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap tahapan prosesnya, mulai dari perencanaan, penyusunan,

penyaluran insentif ini


pelaksanaan, pengawasan, hingga pemantauan realisasi capaian output. Seluruh proses tersebut dilakukan melalui
kolaborasi dengan berbagai lembaga terkait untuk memastikan program PEN dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil implementasi hingga akhir 2020, berbagai output yang nyata juga telah dicapai atas kerjasama
dan sinergi dari seluruh pihak, Pemerintah Pusat – Pemerintah Daerah – Lembaga/Instansi Pemerintah Lainnya –

antara lain didukung oleh


Lembaga Pengawas – Swasta – Masyarakat. Capaian output program PEN ini juga menjadi bukti atas hasil kerja keras
APBN di tahun 2020. Lebih dari itu, Pemerintah menyadari bahwa keberhasilan program PEN tidak berhenti hanya
di capaian output. Untuk itu, Pemerintah juga melakukan evaluasi atas berbagai program PEN untuk mengetahui
efektivitas dan manfaatnya bagi masyarakat dan dunia usaha secara luas.

Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kebijakan PEN merupakan salah satu tugas dari KPC PEN. Menindaklanjuti
hal tersebut, Kementerian Keuangan sebagai bagian dari KPC PEN membentuk tim untuk melakukan analisis lebih
dalam atas efektivitas program PEN, terutama yang terkait dengan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan. Tim
upaya Pemerintah dalam
menyederhanakan alur
Analis ini terdiri dari para pegawai yang berasal dari berbagai eselon I terkait, antara lain Badan Kebijakan Fiskal,
Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Anggaran, dan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, dan lain-lain. Berdasarkan kerangka kerja monitoring dan evaluasi, Tim Analis melakukan
pengumpulan data, diskusi, dan analisis progress serta efektivitas pelaksanaan program dalam kluster-kluster PEN.

verifikasi.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala, biasanya melalui rapat KPC PEN satu kali dalam seminggu.

Untuk memperkaya asesmen atas efektivitas program PEN, KPC PEN juga memanfaatkan hasil analisis dari berbagai
survei, baik dari eksternal maupun internal. Beberapa survei yang digunakan oleh KPC PEN berasal dari berbagai
lembaga eksternal yang kredibel, seperti World Bank, TNP2K, SMERU, UNDP, UNICEF, Prospera, dan LPEM FEB
UI. Di samping itu, Pemerintah juga bekerja sama dengan pihak lain untuk melakukan survei secara internal agar
untuk memperdalam analisis yang dibutuhkan dalam mengevaluasi program PEN, antara lain survei insentif tenaga
kesehatan, simulasi efektivitas program perlindungan sosial, dan survei efektivitas insentif usaha. Hasil dari monitoring 32.869 nakes dari total target 178.400 nakes (18,5 persen). Dengan demikian, sebagian besar responden (88 persen)
dan evaluasi dilaporkan dan dibahas dalam forum KPC PEN untuk mencari solusi atas penyebab bottleneck yang tidak bisa menilai apakah penyaluran insentif tepat waktu atau tidak. Sementara 56 persen responden menilai bahwa
menghambat efektivitas program. Penyesuaian atas program PEN diupayakan untuk terlaksana sesegera mungkin insentif telah tepat nilai. Dari keterangan berbagai responden, dapat disimpulkan bahwa bottleneck dari pencairan dan
agar dapat memastikan efektivitas yang lebih baik dalam pelaksanaan program PEN ke depan, misalnya dengan penyaluran insentif bagi tenaga medis terletak pada proses administrasi dan verifikasi yang rumit.
penyesuaian peraturan, penambahan jenis insentif, perpanjangan periode pemberian insentif, dan sebagainya.
Sebagai tindak lanjut atas temuan hasil survey, Pemerintah mengganti Petunjuk Teknis dari Keputusan Menteri
Kesehatan Kesehatan Republik Indonesia (Kepmenkes) Nomor HK.01.07/MENKES/278/2020 (berlaku Maret-Juni) menjadi
Kepmenkes Nomor HK.01.07/MENKES/392/2020 (berlaku Juli s.d. akhir 2020). Aturan yang diubah antara lain
Penanganan Covid-19 di bidang Kesehatan selalu menjadi salah satu prioritas tertinggi mengingat akar masalah di terkait 1) verifikasi yang dapat dilakukan di daerah (provinsi dan kabupaten/kota), tidak lagi hanya oleh Kementerian
tengah pandemi ini adalah krisis kesehatan. Terkait hal ini, Pemerintah mengalokasikan dana sebesar Rp87,55 triliun Kesehatan, dan 2) insentif dan santunan kematian juga diberikan untuk nakes RS swasta yang menangani Covid-19.
dari program PEN untuk pemenuhan kebutuhan penanganan Covid-19 di bidang kesehatan, salah satunya insentif
tenaga kesehatan. Insentif tenaga kesehatan diberikan sebagai apresiasi dan penghargaan kepada tenaga kesehatan
Survei Tahap II: 19 s.d. 31 Oktober 2020
(ASN, Non-ASN, Relawan) dari Pemerintah yang bersifat finansial berupa insentif dengan nominal tertentu yang
didasarkan pada risiko keterpaparan dan beban kerja. Kontribusi tenaga kesehatan berperan penting sebagai garda Survei Tahap II ditujukan untuk menilai apakah perubahan peraturan Kepmenkes sudah mendorong perbaikan
yang bertugas untuk berusaha menyelamatkan banyak nyawa di tengah penularan risiko Covid-19 yang tinggi. Untuk penyaluran insentif dibanding hasil survey sebelumnya. Dari hasil Survei Tahap II, sebanyak 82 persen responden
itu, kelancaran penyaluran insentif tenaga kesehatan juga perlu dipastikan agar dapat memberi manfaat maksimal yang terdiri dari tenaga kesehatan (dokter spesialis, dokter umum, perawat, bidan, dan tenaga kesehatan pendukung
bagi target sasaran. Menindaklanjuti hal tersebut, Tim Monev Kluster Kesehatan BKF bekerja sama dengan Kanwil- lainnya) menyatakan telah menerima insentif. Angka ini meningkat sangat signifikan dibanding survei sebelumnya,
Kanwil DJPb menyelenggarakan Survei Efektivitas Insentif Tenaga Kesehatan dalam Penanganan Covid-19. yang menunjukkan bahwa hanya 12 persen nakes yang telah menerima insentif. Perbaikan dari sisi penyaluran
insentif ini antara lain didukung oleh upaya Pemerintah dalam menyederhanakan alur verifikasi, yang mana merupakan
Survei Efektivitas Insentif Tenaga Kesehatan ini ditujukan untuk mengukur ketepatan sasaran program, mengukur hambatan utama dalam proses pencairan insentif sebelumnya.
manfaat program, serta mengetahui permasalahan dan kendala penyaluran insentif. Survei dilakukan kepada tenaga
kesehatan pusat dan daerah di 34 provinsi secara online. Tim Monev Kluster Kesehatan melakukan survei sebanyak Selain perbaikan dalam besaran jumlah nakes yang menerima insentif, sebagian besar responden juga menyatakan
dua kali, yaitu pada bulan Juni dan Oktober, dengan hasil sebagai berikut. bahwa insentif nakes sudah tepat nilai (56 persen responden vs 54 persen responden Tahap I) dan dilakukan dengan
mekanisme penyaluran yang tepat (51 persen responden). Meskipun demikian, implementasi insentif nakes masih
Survei Tahap I: 29 Juni s.d. 4 Juli 2020 menyisakan beberapa tantangan, yaitu terkait ketepatan waktu penyaluran (72 persen responden) dan perbaikan
penyaluran insentif yang belum memuaskan (57 persen responden menilai penyaluran tidak lebih baik). Artinya,
Berdasarkan hasil Survei Tahap I, diketahui bahwa jam kerja nakes selama pandemi bertambah 1-3 jam per hari. Selain sebagian besar responden masih menilai bahwa perubahan peraturan Kemenkes yang menyederhanakan proses
itu, pengeluaran nakes juga meningkat selama pandemi, terutama untuk membeli APD dan suplemen. Di sisi lain, verifikasi belum menjadikan proses penyaluran insentif menjadi lancar. Dengan demikian, hal ini masih perlu menjadi
tingkat penyaluran insentif ke tenaga kesehatan masih rendah (hanya 12 persen dari responden yang mengaku pernah perhatian Pemerintah dan perlu terus digali formulasi kebijakan yang lebih baik untuk kelancaran penyaluran insentif
menerima insentif). Secara nasional, realisasi nakes yang sudah menerima insentif pada 29 Juni 2020 sebanyak nakes yang lebih baik ke depan.

132 133
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Program Perlindungan Sosial c. Ketenagakerjaan


Survei pada bulan Juli-Agustus (Round III) menunjukkan bahwa pemulihan tenaga kerja masih terus menunjukkan
Program Perlindungan Sosial (Perlinsos) merupakan kluster PEN dengan alokasi anggaran terbesar, yaitu Rp203,9 peningkatan di berbagai jenis pekerjaan dan sektor. Lebih dari 75 persen tulang punggung yang berhenti bekerja telah
triliun. Realisasi pencairan program ini juga terbaik dibanding kluster lain. Tidak hanya memperluas dan menambah kembali ke pekerjaannya di bulan Agustus. Pemulihan juga terlihat pada seluruh kelompok tenaga kerja, baik yang
manfaat program existing, selama 2020 Pemerintah juga terus mengeluarkan program-program baru dalam payung bergerak di sektor pertanian, non pertanian, maupun penerima upah, meskipun masih di bawah level sebelum pandemi.
Perlinsos agar dapat memitigasi dampak Covid-19 terhadap masyarakat terdampak secara maksimal dan menjaga Lebih lanjut, tingkat penambahan tenaga kerja terus menunjukkan perbaikan di seluruh kelompok sektor (Pertanian,
konsumsi rumah tangga. Bahkan tidak hanya mencakup kelompok miskin dan rentan, beberapa program juga Industri, dan Jasa) dan jumlah berhenti bekerja yang berkurang. Porsi tenaga kerja di sektor jasa bahkan meningkat
manfaatnya dirasakan oleh sejumlah masyarakat kelompok menengah yang juga terdampak. Hingga akhir tahun ke level tertinggi (49 persen) dibanding sektor lain, lebih besar dibanding Round II yang sebesar 40 persen. Kondisi ini
2020, tercatat dua belas bentuk bantuan sosial yang masuk ke dalam kelompok Perlinsos, yaitu PKH dan Bantuan tentu saja dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas ekonomi sejalan dengan penyesuaian kebijakan pembatasan sosial
Beras PKH, Sembako dan Bantuan Tunai Sembako, Bansos Jabodetabek, Bansos Non-Jabodetabek, Kartu Pra Kerja, Pemerintah. Selain itu, berbagai program PEN juga turut mendukung peningkatan di sisi konsumsi dan produksi.
Diskon Listrik, BLT Dana Desa, Bantuan Subsidi Gaji Kemenaker, BSU Guru Honorer Kemendikbud, BSU Guru Honorer
Kemenag, Subsidi Kuota Internet Kemendikbud, dan Subsidi Kuota Internet Kemenag.
Berdasarkan perkembangan terakhir, pemulihan ekonomi dan peran program PEN terbukti memberikan dampak
positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang sebelumnya naik ke 7,07%
Selain berbagai output Perlinsos yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, manfaat Perlinsos juga secara (9,77 juta orang) di bulan Agustus 2020 akibat dampak pandemi, turun ke level 6,26% (8,75 juta orang) berdasarkan
telah dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh sintesa hasil survei dan laporan rilis data Februari 2021. Penurunan tingkat pengangguran yang sebesar 0,81 pp ini setara dengan 1,02 juta tenaga
berbagai lembaga riset kredibel yang disusun oleh Tim Analis PEN - Perlindungan Sosial. Secara umum, hasil survei kerja. Pemulihan ekonomi dan PEN telah menciptakan kesempatan kerja terutama di sektor-sektor strategis, seperti
dari berbagai lembaga tersebut menunjukkan bahwa program Perlinsos telah berjalan baik meskipun menghadapi manufaktur, pertanian, perdagangan, serta jasa penyediaan akomodasi dan makanan minuman. Sejalan dengan tren
berbagai kendala dalam targeting dan penyaluran, terutama karena keterbatasan data. Sumber data yang belum pemulihan ekonomi yang terus menguat, diharapkan laju penyerapan tenaga kerja juga akan terus meningkat hingga
lengkap dan belum akurat menghambat penyaluran bantuan sosial yang tepat sasaran sekaligus juga menyulitkan mampu mendorong perbaikan kesejahteraan masyarakat lebih cepat.
upaya evaluasi atas pelaksanaan program. Di luar hal tersebut, hasil survei yang ada menunjukkan bahwa secara
umum Perlinsos membantu meringankan beban pengeluaran masyarakat, membantu meningkatkan konsumsi RT,
dan berperan dalam menahan laju kenaikan kemiskinan. Secara lebih detail, beberapa hasil survei efektivitas dan d. Pendidikan
manfaat Perlinsos dapat dijelaskan sebagai berikut. Aspek Pendidikan dibahas pada survei World Bank Round II dan IV. Sektor pendidikan merupakan salah satu yang
terdampak COVID-19, pembelajaran jarak jauh (PJJ) digunakan untuk menggantikan metode tatap muka. Mayoritas
pembelajaran pada November menggunakan metode daring untuk menghindari penyebaran COVID 19.
Survei World Bank yang berjudul Indonesia High-Frequency Monitoring of Covid-19 Impacts − Sekitar 90 persen siswa menggunakan metode pembelajaran jarak jauh di November 2020, meskipun masih
Tim World Bank Indonesia mengeluarkan Survei High Frequency Monitoring of Covid-19 Impact untuk mengetahui terdapat 6 persen siswa yang masih mengikuti kelas tatap muka dan sekitar 25 persen menggunakan sistem
perkembangan kondisi sosial ekonomi rumah tangga Indonesia di tengah pandemi Covid-19. Hingga akhir 2020, World kombinasi.
Bank melaksanakan survei sebanyak 4 kali (Rounds), yaitu Round I pada 1 – 17 Mei 2020, Round II pada 26 Mei – 5 − Akses internet yang belum memadai dan merata, menyebabkan hambatan PJJ bagi 71 persen siswa terutama
Juni 2020, Round III pada 20 Juli – 2 Agustus 2020, dan Round IV pada 3 – 15 November 2020. Pada survei terakhir di yang berlokasi di perdesaan dan luar Pulau Jawa.
Round IV, World Bank melakukan evaluasi atas berbagai aspek yang bisa jadi berbeda di setiap survei, antara lain: Pola − Sekitar 2 persen siswa mengalami putus sekolah, terutama terjadi di sekolah swasta yang diantaranya
Perilaku, Ketenagakerjaan, Ketahanan Pangan, Perlindungan Sosial, Akses Kesehatan, Pendidikan, Transaksi Digital, disebabkan oleh ketidakmampuan membayar SPP.
Coping Mechanism, dan Concerns. Secara keseluruhan, hasil survei di setiap round menunjukkan perbaikan dibanding
survei sebelumnya dengan gambaran umum sebagai berikut. Dalam rangka menjaga proses pembelajaran tetap berjalan baik, Pemerintah telah menyalurkan subsidi kuota internet
bagi siswa, mahasiswa, guru, dan dosen. Dari hasil survei, sekitar 51 persen siswa telah menerima manfaat subsidi
a. Perlindungan Sosial tersebut.
Berdasarkan Survei Hify Round III, penyaluran perlindungan sosial menunjukkan hasil yang menggembirakan dengan
cakupan yang semakin luas dan targeting yang semakin baik. Sebagian besar program Perlinsos telah mencapai target Simulasi BKF berjudul Perlindungan Sosial dalam Mengatasi Kemiskinan di Tengah Pandemi Covid-19
cakupannya, terutama yang menyasar kelompok bottom 40 persen, penduduk dengan tingkat pendidikan rendah, dan
penduduk di pedesaan. Hampir 90 persen dari masyarakat Indonesia di kelompok 40 persen penghasilan terendah Dalam simulasi ini, BKF melakukan perhitungan perubahan konsumsi RT nominal 2020 dengan memanfaatkan data
telah menerima setidaknya satu bantuan yang tercakup dalam Perlinsos dan Padat karya, lebih besar dibanding 80 Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan penyaluran Perlinsos selama tahun 2020. Berbagai program Perlinsos
persen di Round I. World Bank mencatat masih terdapat isu exclusion error namun di saat yang sama perbaikan data yang dijalankan Pemerintah ditujukan untuk membantu masyarakat terdampak dan mengatasi peningkatan kemiskinan
secara bottom up terus dilaksanakan. lebih jauh. Penyaluran Perlinsos bahkan diperluas, tidak hanya diberikan kepada kelompok miskin dan rentan tetapi
juga sebagian kelompok menengah. Meskipun demikian, aspek keadilan terlihat dari kelompok masyarakat di desil
terbawah (40 persen penghasilan paling rendah) yang secara progresif tercatat menerima bantuan lebih banyak.
b. Ketahanan Pangan Hal ini tercermin dari persentase realisasi Perlinsos, yang tercermin dari persentase perubahan pengeluaran karena
Meskipun belum kembali ke level sebelum pandemi, tingkat ketahanan pangan secara konsisten terus menunjukkan Perlinsos sebagaimana grafik di bawah ini. Lebih lanjut, manfaat Perlinsos dalam membantu masyarakat dalam
perbaikan di setiap tahap survei (dari Round I, II, III, IV). Meskipun membaik di November 2020, Pemerintah menyadari kelompok 10 persen termiskin juga lebih besar untuk mempertahankan daya belinya, bahkan menciptakan net
bahwa akses kebutuhan pangan RT terdampak COVID-19 harus terus diperhatikan. Prevalensi pemenuhan akses perubahan pengeluaran sebesar 4,0 persen.
pangan pada November membaik dibandingkan Mei 2020 (Round I). Hasil survei menunjukkan 23 persen RT mengalami
kekurangan pangan pada November 2020, membaik 9 persen poin dari Mei 2020 (32 persen). Selain itu, ada 29 persen
RT yang mengkonsumsi pangan lebih sedikit dibandingkan sebelum pandemi, sedikit lebih rendah dibanding 31 persen
di Round III. World Bank mengidentifikasi bahwa masalah kekurangan pangan lebih rentan dialami oleh masyarakat
kelas menengah ke bawah dan berada di perkotaan. Dalam hal ini, Pemerintah telah menyalurkan berbagai program
perlinsos untuk menjaga tingkat konsumsi, antara lain PKH, Kartu Sembako, Bantuan Sembako (Tunai dan Non-Tunai),
dan BLT Dana Desa.

134 135
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Penempatan dana PEN tidak


hanya membantu UMKM
dalam hal mempertahankan
usaha tetapi juga untuk
bertahan hidup.
Grafik IV.2 Simulasi Perubahan Pengeluaran Sumber: Simulasi Staf BKF Kementerian
Rumah Tangga Akibat Covid-19 dan Perlinsos Keuangan
Tahun 2020 Survei Evaluasi Penempatan Dana PEN oleh LPEM FEB UI dan Lembaga Demografi
Survei dilakukan terhadap 3.000 responden UMKM di 20 Provinsi dengan penyaluran penempatan dana PEN terbesar.
Sektor usaha responden beragam, dengan persentase terbesar yaitu 48 persen berasal dari sektor Perdagangan
Catatan: a) simulasi dilakukan terhadap pertumbuhan konsumsi RT nominal 2020 menggunakan Susenas 2019. Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor serta 28 persen di sektor Pertanian, Perikanan,
b) distribusi Program Perlinsos dilakukan berdasarkan penerima manfaat di Susenas Perkebunan. Sebagian besar responden merupakan UMKM dengan omzet yang cukup kecil dan tenaga kerja sedikit.
Sebanyak 42 persen responden memiliki omzet antara Rp10 – 50juta. Selain itu, 83 persen responden hanya memiliki
tenaga kerja di bawah 5 orang.
Berdasarkan perkembangan terakhir, Indonesia berhasil mengendalikan penurunan laju kemiskinan ke level 10,19%
pada September 2020. Kinerja ini tentunya didukung oleh kontribusi berbagai program Perlinsos PEN, terutama dalam
hal menjaga tingkat konsumsi kelompok masyarakat termiskin sebagaimana dibuktikan dalam simulasi di atas. Tanpa Hasil evaluasi menunjukkan bahwa intervensi PEN mampu membuat mayoritas responden untuk bertahan di tengah
program PEN, tentunya level kenaikan tingkat kemiskinan akan lebih tinggi, bahkan bisa mencapai 11,8% (prediksi pandemi. Lebih dari itu, hampir sepertiga dari UMKM yang disurvei bahkan mengalami peningkatan omzet dan
World Bank). Artinya, PEN 2020 (termasuk Perlinsos) diperkirakan mampu menyelamatkan lebih dari 5 juta orang dari 26 persen mengalami peningkatan keuntungan. Penempatan dana PEN tidak hanya membantu UMKM dalam hal
kemiskinan. mempertahankan usaha tetapi juga untuk bertahan hidup. Dalam hal penggunaan dana, UMKM memanfaatkan program
tersebut untuk pembelian bahan baku (30 persen responden), menambah barang modal (28 persen responden), dan
kebutuhan pribadi dan keluarga (13 persen responden). Sebagai catatan, masih terdapat 36 persen responden yang
Survei Dana Reksa Institute (DRI) Pulse Check yang berjudul Meredam Dampak Pandemi mengalami penurunan omzet dan 35 persen yang keuntungannya menurun. Mayoritas responden (58 persen) juga
Sejalan dengan hasil simulasi BKF, survei DRI’s Pulse Check bulan September 2020 menunjukkan bahwa program menyatakan masih membutuhkan tambahan modal kerja. Artinya, dampak pandemi masih cukup dirasakan oleh
Perlinsos meringankan beban pengeluaran dan meningkatkan daya beli, khususnya bagi masyarakat miskin. Lebih sebagian UMKM. Ke depan, hambatan penempatan dana PEN seperti literasi yang sangat rendah terhadap program
lanjut, manfaat Perlinsos tercatat mampu menurunkan beban pengeluaran 61 persen RT yang disurvei hingga 25 perlu diperbaiki agar pelaksanaan program berjalan lebih lancar dengan manfaat yang lebih besar bagi UMKM.
persen. Sementara itu, 28 persen RT lainnya merasakan manfaat yang lebih besar dengan penurunan beban pengeluaran
antara 25 s.d. 50 persen. Sejalan dengan pelonggaran PSBB dan penyaluran Perlinsos, jumlah pengeluaran RT lebih Survei Evaluasi Pelaksanaan BPUM oleh Kemenkop UMKM dan TNP2K
dari Rp1 juta juga terus mengalami peningkatan.
Sesuai dengan sasaran BPUM, survei evaluasi pelaksanaan BPUM dilakukan terhadap 1.261 usaha mikro penerima
BPUM dengan profil sebagai berikut.
Dukungan UMKM a. Mayoritas (91,8 persen) memiliki omzet kurang dari Rp15 juta per bulan dengan metode penjualan offline.
b. Berdasarkan lapangan usaha: 37,7 persen merupakan pedagang eceran; 16,5 persen merupakan penyedia
Peran penting UMKM bagi perekonomian Indonesia (kontribusi ~60 persen terhadap PDB dan ~97 persen dari total
makanan dan minuman; dan 14,3 persen bergerak di industri makanan dan minuman.
tenaga kerja nasional) mendorong Pemerintah untuk memberikan perhatian yang besar bagi keberlangsungan UMKM
c. Mayoritas (65 persen) peneriman bantuan adalah pelaku usaha mikro di perkotaan.
di masa pandemi. Dukungan ini antara lain ditunjukkan dengan alokasi anggaran Dukungan UMKM dalam program
d. Mayoritas (64,4 persen) penerima program merupakan perempuan.
PEN yang sebesar Rp123,46 triliun, yaitu untuk Subsidi Bunga, Penempatan Dana, Penjaminan Kredit UMKM, PPh Final
UMKM DTP, Pembiayaan Investasi LPDB, dan Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM). Hingga akhir 2020, tercatat 91
persen dari total pagu telah dimanfaatkan oleh UMKM. Selain capaian dalam bentuk realisasi, berbagai lembaga juga Meskipun BPUM menjadi salah satu program yang relatif baru dalam kluster Dukungan UMKM (diluncurkan 17 Agustus
telah melakukan evaluasi untuk mengetahui outcome dari beberapa bentuk dukungan UMKM yang telah disalurkan, 2020), namun outcome dari BPUM ternyata tergolong baik. Upaya penyebaran informasi program BPUM berjalan baik,
antara lain LPEM FEB UI dan Lembaga Demografi UI yang mengevaluasi Penempatan Dana PEN (kepada UMKM) serta dibuktikan dengan 69 persen responden yang menyatakan telah mengetahui adanya program ini. Sebelumnya, para
Kemenkop UMKM yang bekerja sama dengan TNP2K untuk melakukan evaluasi pelaksanaan BPUM. pelaku usaha mikro menyatakan bahwa pandemi dan penurunan aktivitas ekonomi telah menyebabkan penurunan

136 137
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Insentif usaha yang


Survei Tahap I
Berdasarkan hasil survei, terbukti bahwa pandemi Covid-19 memberikan dampak signifikan bagi dunia usaha, seperti
penurunan penjualan hingga >50 persen, penurunan laba usaha hingga >50 persen, pengurangan aktivitas usaha,
permasalahan likuiditas, pengurangan tenaga kerja, dan penurunan permintaan barang dan jasa. Saat itu, sebagian

ditawarkan Pemerintah besar pelaku usaha (57 persen responden) memperkirakan dapat bertahan lebih dari 6 bulan, sementara sisanya
kemungkinan hanya dapat bertahan kurang dari 6 bulan. Dalam kondisi tersebut, insentif usaha yang ditawarkan
Pemerintah menjadi alat bantu untuk meringankan dampak negatif yang dirasakan di tengah pandemi.

menjadi alat bantu untuk Mayoritas pelaku usaha (73 persen atau 9.414 dari total 12.822 responden) telah mengetahui adanya program stimulus
pajak yang diberikan Pemerintah. Insentif usaha cenderung dimanfaatkan oleh perusahaan dengan beberapa kriteria,
antara lain omzet >25 M, berlokasi di pulau Jawa, serta pelaku usaha dengan penurunan penjualan <25 persen hingga

meringankan dampak negatif


>50 persen. Dari berbagai pilihan stimulus, terdapat tiga jenis stimulus yang dimanfaatkan sebagian besar wajib pajak,
yaitu PPh Pasal 21 DTP (74 persen responden), pengurangan angsuran PPh Pasal 25 (59 persen), dan pembebasan
PPh Pasal 22 Impor (18 persen). Sesuai PMK 110/2020, setiap pelaku usaha dapat mendaftar lebih dari satu stimulus
pajak secara bersamaan. Dengan demikian, Pemerintah dapat memberikan bantuan lebih maksimal kepada dunia

yang dirasakan di tengah


usaha, tidak hanya dari sisi keberlangsungan operasi tetapi juga daya tahan tenaga kerjanya.

Kebutuhan dan pemanfaatan insentif fiskal oleh pelaku usaha bergantung pada kondisi ekonomi. Berdasarkan hasil
survei, mayoritas pelaku usaha (72 persen) menyatakan bahwa dibutuhkan stimulus lain di luar yang sudah ada untuk

pandemi. membantu menggerakan dunia usaha, antara lain dalam bentuk pembebasan kewajiban perpajakan lain, subsidi gaji
karyawan, dan bantuan modal usaha. Di sisi lain, para pelaku usaha juga mengharapkan periode pemberian stimulus
dapat dilakukan setidaknya hingga Desember 2020 (40 persen responden) atau setidaknya hingga Juni 2021 (58
persen responden). Untuk merespon hal tersebut, Pemerintah memutuskan perpanjangan masa pemberian stimulus
dari 6 bulan menjadi 9 bulan, yang awalnya dijadwalkan hingga September menjadi Desember 2020.

permintaan (disertai kesulitan kas untuk operasional) dan kenaikan harga bahan baku. Cadangan kas yang mereka Survei Tahap II
miliki juga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 10 hari. Dalam hal ini, penyaluran BPUM dianggap tepat
karena dapat dimanfaatkan sebagai cash buffer. Selain itu, para pelaku usaha mikro juga telah memanfaatkan bantuan Jumlah responden Survei PEN Tahap II adalah 3.527 pelaku usaha dari 34 provinsi, dengan 77 persen diantaranya
dengan baik, yang mana sebagian besar dari bantuan digunakan untuk penyediaan bahan baku (menurut 88,5 persen juga mengikuti Survei PEN Tahap I (oleh DJP) dan 37 persen dari total responden mengikuti Survei Ketahanan Industri
responden), alat produksi (23,4 persen responden), dan konsumsi (22,8 persen responden). dalam Menghadapi Covid-19 (oleh DJBC). Konsisten dengan hasil Survei Tahap I, mayoritas pelaku usaha (90 persen
responden) menyatakan Covid-19 berdampak negatif terhadap aktivitas usaha/produksinya, dengan persentase 69
persen pelaku usaha mengalami penurunan aktivitas di atas 10 persen. Secara lebih detail, hasil survei menunjukkan
Insentif Usaha beberapa informasi penting sebagai berikut.
Pemerintah berupaya meringankan dampak pandemi Covid-19 yang dirasakan oleh dunia usaha melalui pemberian
insentif sesuai kebutuhan pelaku usaha. Berbagai macam stimulus disediakan dengan tujuan untuk dapat setidaknya • Stimulus Pajak
mempertahankan tingkat permintaan para pekerja, memperlancar arus kas untuk keberlangsungan operasi, Sebanyak 6 dari 10 pelaku usaha telah atau sedang memanfaatkan stimulus pajak. Para pelaku usaha menyatakan
termasuk mempermudah pengadaan fasilitas alat kesehatan dalam rangka penanganan Covid-19. Dalam prosesnya, bahwa stimulus tersebut memberikan berbagai manfaat, terutama manfaat keuangan (contoh: likuiditas)
implementasi pemberian insentif usaha ini berjalan dinamis. Pemerintah berusaha merespon kebutuhan para pelaku menurut 66 persen responden, manfaat operasional (contoh: membantu ketersediaan bahan baku) menurut 9
usaha di tengah perkembangan situasi Covid-19 yang terjadi. Berbagai stimulus mengalami beberapa penyesuaian persen responden, dan manfaat lainnya (contoh: membantu meningkatkan daya beli pekerja) menurut 25 persen
yang segera dilakukan secara terukur berdasarkan hasil evaluasi agar dapat lebih memenuhi kebutuhan pelaku responden. Jenis stimulus yang paling banyak dimanfaatkan adalah stimulus PPh 21 DTP (74 persen) dan
usaha. Salah satu bentuk penyesuaian yang dilakukan adalah penambahan jenis dan jumlah KLU yang eligible sebagai pengurangan angsuran PPh 25 (57 persen), dilanjutkan oleh PPh Final UMKM dan PPh 22 Impor yang dimanfaatkan
penerima insentif, yaitu dari yang awalnya hanya 440 di masa awal pandemi, bertambah menjadi 1062 hanya dalam oleh sekitar 25 persen pelaku usaha.
satu bulan, kemudian berkembang lagi menjadi 1189 KLU atau hampir mencakup seluruh KLU yang ada. Jangka waktu
pemberian insentif pun diperpanjang dari 6 bulan menjadi 9 bulan.
• Stimulus Bea Cukai
Sebanyak 194 responden (5 persen) menyatakan telah atau sedang memanfaatkan stimulus bea cukai yang dinilai
Sebagaimana monitoring dan evaluasi pada kluster lain, penilaian atas efektivitas insentif usaha juga dilakukan antara bermanfaat/sangat bermanfaat. Sebagian besar responden tidak memanfaatkan stimulus bea cukai karena tidak
lain melalui analisis hasil survei. Pelaksanaan survei atas efektivitas insentif usaha dilaksanakan dalam dua tahap. termasuk dalam kelompok pelaku usaha yang berhak memanfaatkan stimulus. Sementara itu, jenis stimulus
Tahap I dilakukan oleh Tim PEN – DJP pada 22 Juli s.d. 7 Agustus 2020 dengan tujuan untuk memotret kondisi terbanyak yang dimanfaatkan adalah Stimulus Kemudahan Penggunaan SKA; Stimulus Pembebasan Bea Impor
ekonomi pelaku usaha di masa pandemi dan evaluasi efektivitas insentif pajak sekaligus menjaring aspirasi wajib Alkes dalam rangka Covid-9, Stimulus BMDTP, Stimulus Relaksasi Penjualan Lokal pada Kawasan Berikat; dan
pajak terkait kebutuhan insentif. Tahap II merupakan kerja sama Tim PEN – DJP, DJBC, dan DJA yang dilakukan pada Stimulus Relaksasi Pelunasan Cukai.
8 s.d. 28 Desember 2020 yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan manfaat atas insentif perpajakan dan PNBP
yang diberikan serta untuk memperoleh informasi ekspektasi masyarakat terhadap insentif usaha 2021. Mayoritas
• Stimulus PNBP
pelaku usaha yang mengisi survei merupakan pengambil keputusan/manajerial, seperti pemilik usaha, direktur,
Sebanyak 70 responden (2 persen) menyatakan telah atau sedang memanfaatkan stimulus/insentif PNBP yang
komisaris, dan manajer. Selain itu, responden pada dua survei tersebut merupakan representasi yang baik dari wajib
dinilai bermanfaat oleh penggunanya. Lebih lanjut, hasil survei menunjukkan bahwa jenis stimulus PNBP yang
pajak strategis secara keseluruhan (mencerminkan mayoritas penerimaan pajak nasional) berdasarkan parameter
paling banyak dimanfaatkan adalah Stimulus/Insentif Pembebasan Biaya Surat Keterangan Asal (SKA), yang
komposisi besaran kelompok omzet, lokasi geografis, dan sektor usaha.
digunakan oleh 5 dari 10 pelaku usaha yang memanfaatkan stimulus PNBP.

138 139
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Secara keseluruhan, stimulus fiskal cenderung lebih banyak digunakan oleh pelaku usaha yang berlokasi di Pulau
Jawa, memiliki umur usaha semakin lama, bergerak di industri pengolahan, jumlah pekerja cenderung besar, bertipe
produsen, bahan baku utama bersumber dari impor, eksportir, dan memiliki omzet yang cenderung besar. Seluruh
sektor ekonomi merasakan dampak akibat Covid-19, dengan dampak terbesar dialami oleh Sektor Jasa Perhotelan.
Meskipun demikian, berdasarkan analisis inferensial atas hasil survei, dampak pandemi yang lebih kecil cenderung
dirasakan oleh pelaku usaha di berbagai sektor yang memanfaatkan lebih banyak insentif usaha, sebagaimana
yang tergambar pada grafik IV.7. Dalam perkembangan terakhir (4 Februari 2020), Pemerintah memutuskan untuk
melanjutkan insentif perpajakan hingga 30 Juni 2021. Kebijakan ini diambil untuk membantu karyawan dan pelaku
usaha, termasuk UMKM, yang masih tertekan akibat dampak pandemi agar dapat mendorong proses pemulihan
ekonomi.

halaman ini sengaja dikosongkan

Grafik IV.4 Dampak Covid-19 Terhadap Sumber: Hasil Survei Insentif Usaha Tahap II
Aktivitas Usaha/Produksi

Hasil capaian output dan evaluasi menunjukkan bahwa program PEN yang dilaksanakan pada tahun 2020 telah
mampu memberikan daya dorong terhadap perekonomian Indonesia yang terdampak akibat penurunan aktivitas
di tengah pandemi. Output dan manfaat PEN telah membantu penanganan COvid-19 dan masyarakat terdampak
sehingga mampu menahan perekonomian Indonesia tidak jatuh lebih dalam. Secara umum, implementasi berbagai
program dalam klaster-klaster PEN sudah memberikan hasil yang positif. Meskipun tidak dapat dipungkiri, masih
banyak ruang perbaikan demi pelaksanaan yang lebih baik ke depan, salah satunya terkait pembenahan data. Tahun
2020 memberikan pondasi yang baik dalam hal penanganan Covid-19 dan dampaknya. Hal ini memberikan optimisme
dalam menghadapi 2021, meskipun di saat yang sama harus menjaga kewaspadaan karena pandemi Covid-19 masih
berlangsung. Dalam hal ini, Pemerintah terus berkomitmen mengoptimalkan pemanfaatan instrumen APBN dan PEN
demi keberlanjutan pemulihan ekonomi yang lebih cepat dan kuat.

140 141
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

BOX 7
B
erbagai dinamika menarik mewarnai upaya Tim Monitoring
dan Evaluasi (Tim Monev) Kementerian Keuangan dalam
mengawal efektivitas dan memastikan manfaat program
PEN sampai ke masyarakat, salah satunya melalui
survey. Tidak hanya bergantung pada survey lembaga eksternal,
Kementerian Keuangan juga berinisiatif melakukan survey internal
untuk mendapatkan informasi yang lebih detail terkait isu spesifik
berdasarkan data primer. Dalam prosesnya, Tim Monev menghadapi
berbagai isu dan tantangan yang mempengaruhi kelancaran
pelaksanaan survey namun sekaligus memberikan lesson-learned
yang penting.

Lika-liku survey efektivitas Perlinsos. Banyak lembaga yang


telah melakukan survey atas efektivitas Perlinsos, namun pada
saat itu sifatnya masih terpencar dengan responden terbatas
dan fokus ke beberapa program tertentu. Tim Monev Perlinsos
kemudian menggagas ide untuk melakukan survey yang dapat
menggambarkan efektivitas Perlinsos secara keseluruhan dengan
menggandeng ribuan mahasiswa PKN STAN di daerah. Proses
dilanjutkan dengan menyusun kuesioner dan mengajak pihak
eksternal, seperti World Bank dan TNP2K, untuk memberi masukan
desain survey.

Dalam perkembangannya, survey yang telah disiapkan tidak dapat


dilanjutkan karena beberapa keterbatasan, terutama terkait isu
keamanan/risiko penularan Covid-19 jika survey dilaksanakan
secara tatap muka. Seiring waktu, beberapa lembaga telah
mengeluarkan beberapa hasil survey dengan data yang lebih
lengkap, seperti yang dikeluarkan oleh UNICEF, UNDP, dan Prospera.
Dengan demikian, Tim Monev Kemenkeu memutuskan untuk
memanfaatkan berbagai survey yang telah ada agar lebih efisien.
Fokus dialihkan kepada upaya sintesis hasil survey dan analisis
dengan yang lebih sederhana namun tetap menghasilkan berbagai
rekomendasi perbaikan, antara lain usulan penambahan bantuan
beras ke penerima PKH untuk memastikan keadilan bagi RT desil
terbawah.

Inisiatif Survey Insentif Tenaga Kesehatan. Berbeda dengan


Perlinsos, survey di kluster kesehatan belum banyak dilakukan.

UPAYA Bahkan, survey Insentif Tenaga Kesehatan yang dilakukan oleh Tim
Monev Kementerian Keuangan pada bulan Juni menjadi survey
pertama terhadap tenaga kesehatan dan pihak terkait nakes lainnya.

MENGAWAL Sama halnya dengan survey-survey lain, ketersediaan data juga


menjadi kendala utama dalam pelaksanaan survey insentif tenaga
kesehatan. Beruntungnya, Kementerian Keuangan memiliki jaringan

EFEKTIVITAS yang sangat baik berupa satker-satker yang tersebar di berbagai


daerah di Indonesia. Tim Monev Kluster Kesehatan kemudian
menjalin kerjasama dengan Kanwil-Kanwil DJPb, termasuk DJA,

PROGRAM untuk bergerilya mengumpulkan data dan menyebarkan survey ke


berbagai tenaga kesehatan yang ada di daerah.

PEN Keberhasilan Survey Insentif Tenaga Kesehatan dalam


mengumpulkan data dan mengidentifikasi masalah didukung

142 143
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

oleh beberapa faktor, seperti jaringan Kementerian


Keuangan yang luas dan kelancaran nakes dalam
mengisi kuesioner karena tingkat pendidikan yang
cukup tinggi (minimal D3). Meskipun belum sempurna,
hasil survey dapat memberikan informasi terkait
hambatan penyaluran insentif tenaga kesehatan, yang
utamanya berupa kerumitan administrasi dan proses
validasi. Berdasarkan hasil survey ini juga, follow up
terkait permasalahan dilaksanakan dengan penerbitan
peraturan untuk simplifikasi proses validasi yang
mendorong perbaikan penyaluran insentif tenaga
kesehatan (hasil survey Insentif Tenaga Kesehatan
Tahap II).

Program PEN disusun dan dilaksanakan dalam


kondisi luar biasa, di tengah berbagai keterbatasan,
namun membutuhkan keputusan serba cepat. Di sisi
lain, Kementerian Keuangan juga menyadari bahwa
keberhasilan program PEN bukan hanya dinilai sebatas
capaian keluaran dan realisasi anggaran, tetapi juga
sejauh mana ketepatan sasaran dan manfaatnya
dirasakan oleh masyarakat dan dunia usaha. Dalam
hal ini, kita bersyukur bahwa penyaluran program PEN
selama 2020 telah memberikan manfaat bagi banyak
pihak. Berdasarkan hasil survey, 82 persen nakes (dari
total responden) telah menerima insentif, konsumsi
dasar masyarakat juga berhasil dijaga (terutama bottom
halaman ini sengaja dikosongkan
40) dan laju kenaikan tingkat kemiskinan berhasil
ditekan (10,19 persen, lebih rendah 1,61 pp dibanding
tanpa Perlinsos menurut kajian World Bank) berkat
penyaluran PEN 2020 termasuk Perlinsos, sekitar 12 juta
UMKM penerima BPUM terbantu usahanya dan memiliki
cadangan kas di tengah penurunan permintaan, dan
ratusan ribu pelaku usaha menerima bantuan cashflow
melalui insentif usaha.

Pelaksanaan survei berikut analisis yang dilakukan


terhadap berbagai program PEN menjadi salah satu
upaya Kementerian Keuangan dalam mengawal
efektivitas program penting ini. Seiring proses yang
berjalan, tentu ada hal-hal yang perlu diperbaiki. Namun,
berbagai pengalaman dalam menghadapi hambatan
dan kekurangan yang mewarnai penyusunan dan
pelaksanaan program PEN juga sekaligus memberikan
pelajaran yang berharga bagi perbaikan program PEN ke
depan.

144 145
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Catatan
Penutup

H
ingga saat ini, Covid-19 masih menjadi tantangan terbesar untuk dunia. Wabah ini masih sangat bisa masyarakat dengan pendapatan terbawah. Program Kartu Sembako juga diperkuat dengan menambah penyaluran
mengubah dinamika secara seketika. Saat buku ini selesai disusun sekitar bulan Mei, kasus Covid-19 di sebanyak 2 bulan di mana pada bulan Juli-Agustus diberikan dua kali, bagi 18,8 juta keluarga. Di samping itu Pemerintah
Indonesia masih dalam tren pelandaian. Pada saat itu, kita sudah menyaksikan bagaimana varian Delta yang juga menyiapkan program Kartu Sembako PPKM untuk 5,9 juta keluarga serta menyalurkan Bantuan Beras Bulog
sangat menular tengah membuat kasus Covid-19 di India melonjak tajam. Indonesia berupaya agar kejadian 28,8 Juta keluarga penerima BST dan Kartu Sembako. Selanjutnya, program Prakerja, Bantuan Subsidi Upah Tenaga
serupa tidak terjadi antara lain dengan memberlakukan larangan mudik pada libur Hari Raya Idul Fitri 2021. Meski Kerja, Bantuan Kuota Internet juga diperkuat untuk terus memberi dukungan serta perlindungan pada para pekerja,
demikian, varian Delta tampaknya tidak terbendung. pelajar, mahasiswa/i, tenaga pendidik, dan lain sebagainya di tengah situasi yang mengharuskan kita semua untuk
meminimalisasi aktivitas sosial secara langsung. Secara total alokasi untuk program perlindungan sosial naik dari
Rp157,41 triliun menjadi Rp187,84 triliun untuk merespon gelombang baru kasus Covid-19 dan pengetatan restriksi.
Tak berselang lama sejak buku ini selesai dituliskan, varian Delta telah masuk ke Indonesia dan mendorong kenaikan
kasus yang cukup signifikan. Kasus harian sempat menyentuh di atas 50 ribu, dengan tingkat kematian di atas 1000
orang per hari. Sistem kesehatan di dalam negeri menghadapi beban yang sangat berat. Tidak hanya di Indonesia, Anggaran kesehatan juga menjadi salah satu prioritas yang mendapat dukungan APBN secara luar biasa agar
berbagai negara juga menghadapi tantangan yang sangat besar akibat varian Delta. WHO menyatakan bahwa varian Indonesia dapat memaksimalkan upaya penanganan pandemi, khususnya di tengah lonjakan kasus yang sedang
ini telah menjangkiti 124 negara per 20 Juli 2021. Di banyak negara, gelombang baru kembali terjadi dan mendorong terjadi. Anggaran kesehatan yang naik dari Rp176,30 triliun menjadi Rp214,95 triliun terus difokuskan pada penguatan
dilakukannya peningkatan restriksi atau penundaan pelonggaran. Sebagai contoh dampak, akses pelaksanaan ibadah sistem kesehatan, fasilitas kesehatan termasuk pembangunan rumah sakit darurat dan penyediaan suplai oksigen,
Haji kembali tertutup bagi jemaah internasional, Olimpiade Tokyo diputuskan tanpa penonton, dan perhelatan SEA pembayaran klaim pasien Covid-19, insentif untuk tenaga kesehatan, testing, tracing, hingga percepatan vaksinasi.
Games Hanoi ditunda. Vaksinasi adalah salah satu prioritas yang terus didorong oleh Pemerintah dalam upaya pengendalian pandemi.
Berbagai kemudahan administrasi terus dilakukan dan kerja sama berbagai pihak terus dibangun agar proses
akselerasi mampu berjalan lancar. Hingga 22 Juli 2021, dosis vaksinasi yang sudah diberikan mencapai 60 juta.
Di tengah kehadiran gelombang baru akibat varian Delta yang sangat mengancam, Pemerintah mengambil respons
Kecepatan vaksinasi akan terus ditingkatkan dan memerlukan kerja sama erat semua pihak.
dengan mengimplementasikan PPKM Darurat untuk Jawa dan Bali selama 3-20 Juli 2021, yang kemudian juga diperluas
ke beberapa wilayah lain. Langkah pengetatan restriksi tersebut antara lain dengan menginstruksikan kegiatan non-
esensial untuk melaksanakan 100 persen work from home, sektor esensial maksimal beroperasi 50 persen, dan Pandemi Covid-19 telah mengajarkan kita semua betapa situasi bisa berubah dengan sangat cepat dan kita tidak boleh
sektor kritikal tetap beroperasi secara penuh. Pemerintah juga telah memutuskan untuk memperpanjang PPKM Level lengah serta jangan sampai lelah memberi kontribusi terbaik. Perang melawan pandemi masih harus kita lakukan
IV hingga 25 Juli dan akan secara bertahap melakukan reopening apabila terjadi penurunan kasus Covid-19 serta bersama, dan APBN akan terus hadir memberi respons terbaik dalam situasi apapun. Kita juga perlu memahami
berkurangnya beban pada sistem kesehatan. bahwa pandemi hanya bisa diselesaikan apabila terjadi sinergi yang erat antar semua elemen bangsa. Pemerintah
akan terus berupaya menjalankan perannya agar pandemi terkendali termasuk memastikan efektivitas PPKM yang
dilakukan. Pemerintah juga akan senantiasa memperkuat sistem kesehatan serta meningkatkan testing, tracing, dan
Di tengah dinamika dan tantangan besar dari gelombang Covid-19, APBN kembali hadir menunjukkan respons yang
treatment. Bagi semua pihak, tentunya disiplin pada protokol kesehatan 5M tidak boleh kendur dan vaksinasi harus
cepat untuk memberi dukungan pengendalian pandemi dan memitigasi dampaknya. Dukungan APBN di tengah
didukung karena itu semua adalah strategi paling dasar dan terbaik untuk melindungi diri kita sendiri serta orang-orang
situasi kenaikan kasus Covid-19 dan dilakukannya pengetatan restriksi adalah dengan menambah alokasi PEN dari
yang kita cintai.
Rp699,43 triliun menjadi Rp744,75 triliun khususnya untuk memperkuat anggaran kesehatan dan perlindungan sosial
bagi masyarakat serta pekerja dan usaha kecil yang terdampak. Sebagai contoh, program PKH yang menyasar 10
juta keluarga (estimasi untuk 40 juta orang) diberikan untuk 12 bulan agar melindungi daya beli dan kebutuhan dasar

146 147
MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN MEREKAM PANDEMI COVID-19 DAN MEMAHAMI KERJA KERAS PENGAWAL APBN

Tim
Penyusun
Dwi Anggi Novianti adalah Analis Kebijakan Muda di Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan
Kebijakan Fiskal. Tugas utamanya adalah melakukan analisis terhadap perkembangan
perekonomian global. Selama pandemi, ia juga menjadi koordinator Tim Pemantau Covid-19 di
Badan Kebijakan Fiskal.

Ika Kartika Sari adalah Staf Senior di Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal. Ika
bertugas melakukan analisis terhadap perkembangan perekonomian global. Ika juga merupakan halaman ini sengaja dikosongkan
salah satu Tim Pemantau Covid-19 di Badan Kebijakan Fiskal.

Rizki Saputri adalah Staf Senior di Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal. Rizki
bertugas melakukan analisis terhadap perkembangan sektor manufaktur di Indonesia. Selama
pandemi, Rizki juga menjadi bagian dari Tim Pemantau Covid-19 di Badan Kebijakan Fiskal.

Wignyo Parasian adalah Staf di Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal.
Wignyo bertugas melakukan analisis terhadap perkembangan perekonomian global. Wignyo juga
merupakan salah satu Tim Pemantau Covid-19 di Badan Kebijakan Fiskal.

Achmat Subekan adalah Widyaiswara Ahli Utama di Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan,
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. Tugas utama yang diembannya adalah memberikan
pembelajaran di bidang keuangan negara.

Eri Hariyanto adalah Widyaiswara Ahli Madya pada Pusdiklat Keuangan Umum, Badan Pendidikan
dan Pelatihan Keuangan. Selain mengajar pelatihan, aktivitas lainnya sebagai Dosen PKN STAN,
penulis, dan redaksi di beberapa majalah kedinasan.

Agung Darono adalah Widyaiswara di Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK),
Kemenkeu. Spesialisasinya di bidang teknologi informasi perpajakan.

Bekerja sama dengan Tim Monitoring dan Evaluasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)
Kementerian Keuangan.

Didukung oleh Rahmat Widiana, Aditya Wirananda, Firman Akhmadi Handoyo, Resha Aditya, Utin
Nurul Wahdania, Yani Kurnia A., Zubin Mehta Noerfuad.

148 149

Anda mungkin juga menyukai