Anda di halaman 1dari 10

JISE 5 (2) (2016)

Journal of Innovative Science Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN SOFT


SKILL KONSERVASI DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

Siti Istijabatun, Supartono, Masturi

Prodi Pendidikan IPA, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Kegiatan pembelajaran yang saat ini berlangsung masih cenderung mengutamakan aspek kognitif.
Diterima September 2016 Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa guru belum memanfaatkan lingkungan sebagai
Disetujui September 2016 sumber belajar secara optimal sehingga soft skill konservasi belum muncul serta keterampilan proses
Dipublikasikan sains masih rendah. Budaya masyarakat sebagai pengrajin kerupuk rambak belum menarik
November 2016 perhatian siswa untuk memikirkan dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Oleh karena
________________ itu diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran kontekstual yang disesuaikan dengan
Keywords: lingkungan di sekitar sekolah yaitu terkait pengolahan limbah kerupuk rambak. Sumber data
Contextual, Soft Skills of berasal dari data seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Pegandon Kendal, dan data dari ahli yang
Conservation, Science kompeten. Instrumen berupa lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar observasi untuk soft
Process Skills. skill konservasi, lembar observasi keterampilan proses sains, lembar angket respon siswa terhadap
____________________ pembelajaran, dan lembar soal tes kognitif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa soft skill
konservasi mengalami peningkatan dan keterampilan proses sains memperoleh kriteria tinggi.
Rata-rata hasil belajar uji coba luas1 sebesar 73,4 dan pada uji coba luas2 sebesar 71,2. Siswa juga
memberikan respon positif terhadap pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perangkat pembelajaran yang dikembangkan terbukti efektif untuk meningkatkan soft skill
konservasi, keterampilan proses sains, dan hasil belajar.

Abstract
____________________________________________________________________________________
The learning activities currently likely tend to give priority to the cognitive aspect. Evidence taken from the field
shows that teachers have not used the environment as a learning source optimally, so the soft skills of
conservation has yet to appear and science process skills are still low. Cultural society as the craftsmen rinds has
not attracted for students to think about the impact on the environment. Therefore, it requires the development
of contextual learning tools adapted to the environment around the school which is associated waste rinds
treatment. Sources of data is derived from the data of all class X SMA Negeri 1 Pegandon Kendal, and data
from competence experts. Instruments are learning device validation sheets, observation sheets for the soft skills
of conservation, science process skills of observation sheets, student questionnaire responses sheet to the learning,
and cognitive test booklet. The results of the work indicates that soft skills of conservation increased and science
process skills gained into high criteria. The average comprehensive learning results of class 1 and class 2 are
73.4 and 71.2, respectively. Students also responded positively to the learning. The results showed that the
developed learning tools are proven effectively to improve the soft skills of conservation, science process skills,
and learning outcomes.

© 2016 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6412
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
e-ISSN 2502-4523
E-mail: siti_istijabatun@yahoo.com

111
Siti Istijabatun, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

PENDAHULUAN mendorong pembelajaran mandiri, materi


belajar dan mengajar dalam konteks kehidupan
Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari siswa yang beragam, menggunakan penilaian
kegiatan belajar. Kegiatan belajar otentik dan menggunakan kelompok belajar
mengembangkan potensi-potensi yang ada yang saling bergantung (Curry et al., 2012).
dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir. Sementara Smith dalam Hasruddin et al. (2015)
Pembelajaran merupakan proses yang dilakukan mengatakan bahwa Contextual Teaching and
oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam Learning dalam konsepsi belajar mengajar
belajar memperoleh dan memproses membantu guru menghubungkan isi materi
pengetahuan, keterampilan dan sikap (Zaini, pelajaran dengan situasi dunia nyata. Di sisi
2008). Komponen-komponen dalam kegiatan lain, CTL didefinisikan sebagai konsep proses
pembelajaran antara lain meliputi guru, siswa, pembelajaran inovatif yang membantu siswa
masyarakat, serta budaya yang ada di menghubungkan konten yang telah mereka
masyarakat tersebut. Secara konsepsional, pelajari dengan konteks kehidupan nyata.
pembelajaran harus dekat dengan lingkungan, Rosana et al. (2014) menyatakan bahwa
sehingga guru dituntut untuk memiliki soft skill konservasi dapat dikembangkan melalui
pengetahuan, keterampilan, dan sikap pembelajaran berbasis konteks. Kegiatan belajar
profesional dalam melaksanakan pembelajaran. yang dilakukan dengan berbasis konteks
Guru harus mampu memanfaatkan lingkungan menyebabkan peserta didik aktif merumuskan
secara optimal, agar pembelajaran lebih pertanyaan, mencari sumber informasi dan
bermakna. mengumpulkan informasi, mengolah informasi
Proses kegiatan pembelajaran yang saat yang sudah dimiliki, merekonstruksi
ini berlangsung masih cenderung data/fakta/nilai, menyajikan hasil
mengutamakan aspek kognitif, yaitu dengan rekonstruksi/proses pengembangan nilai,
memanfaatkan buku teks sebagai sumber belajar sehingga dapat meningkatkan soft skill
utama. Kenyataan di lapangan menunjukkan mahasiswa yang selanjutnya berpengaruh secara
bahwa guru belum memanfaatkan lingkungan signifikan terhadap peningkatan hasil belajar
sebagai sumber belajar secara optimal. baik dalam proses maupun produk yang diambil
Kenyataan ini didasarkan pada field study yang datanya melalui tes.
dilakukan di SMA Negeri 1 Pegandon Pembelajaran kontekstual pada
kabupaten Kendal. Selain itu rata-rata hasil pengolahan limbah diajukan sebagai alternatif
belajar kimia juga belum mencapai standar untuk meningkatkan keterampilan proses sains
ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu siswa. Keterampilan proses sains harus
sebesar 70 untuk kelas X. Dari data nilai ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai
ulangan akhir semester 1 tahun 2015/2016 dengan taraf perkembangan pemikirannya.
diketahui perolehan rata-rata nilai kognitif Pelajaran-pelajaran di sekolah dikembangkan
secara klasikal sebesar 67,93. Wawancara berdasar tuntutan keterampilan proses, termasuk
dengan siswa terkait dengan produksi kerupuk mata pelajaran kimia. Ilmu kimia dibangun
rambak, hanya beberapa siswa yang menyatakan melalui kegiatan inkuiri dan pengembangan
mengetahui dampak produksi kerupuk rambak, keterampilan proses sains misalnya
dan lebih banyak siswa yang menyatakan tidak mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi,
mengetahui. Hasil wawancara tersebut menjadi mengukur, menyimpulkan, dan
pertimbangan pentingnya pembelajaran mengkomunikasikan (Dimyati & Mudjiono,
kontekstual. 2002; Wiyanto, 2008). Dengan keterampilan
Pembelajaran kontekstual mempunyai proses sains maka siswa dapat mengkonstruksi
karakteristik mendasar tertentu yaitu sendiri (inkuiri) pengetahuan yang diperolehnya
berdasarkan masalah, terjadi dibeberapa konteks dari budaya asli yang berkembang di
(sekolah, rumah, tempat kerja, masyarakat), masyarakat. Selain itu melalui suatu proses sains

112
Siti Istijabatun, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

siswa diharapkan mampu menguasai dan METODE PENELITIAN


memahami konsep-konsep kimia agar mampu
memecahkan masalah-masalah yang ada di Penelitian ini merupakan jenis penelitian
lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam pengembangan (Research and Development) atau
penelitian ini dikembangkan beberapa jenis disebut penelitian R&D. Research and development
keterampilan proses sains yaitu mengamati, merupakan suatu proses atau langkah-langkah
menafsirkan hasil pengamatan, merancang untuk mengembangkan suatu produk baru atau
eksperimen, melakukan eksperimen, dan menyempurnakan produk yang telah ada yang
mengkomunikasikan hasil eksperimen. dapat dipertanggungjawabkan. Pengembangan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produk yang dimaksudkan adalah
kevalidan dan kelayakan perangkat mengembangkan perangkat pembelajaran
pembelajaran kimia hasil pengembangan, kontekstual pada pengolahan limbah kerupuk
mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran rambak. Modifikasi langkah penelitian yang
kimia hasil pengembangan untuk meningkatkan dikembangkan dalam penelitian ini berdasarkan
soft skill konservasi, keterampilan proses sains pendekatan research and development yang
dan hasil belajar siswa, serta mengetahui respon dikemukakan oleh Thiagarajan dalam Trianto
siswa terhadap pembelajaran kontekstual pada (2010) dengan tahapan yang dapat dilihat pada
pengolahan limbah kerupuk rambak yang telah Gambar 1..
dilakukan.

Gambar 1. Desain Penelitian dan Pengembangan

113
Siti Istijabatun, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

Dalam penelitian ini uji uji coba kecil Sebelum digunakan pada tahap uji coba, terlebih
diambil 1 kelas dari kelas X dan uji coba uji coba dahulu perangkat pembelajaran yang
luasdiambil 2 kelas dari kelas X yang ada di dikembangkan divalidasi oleh para ahli dan
SMA Negeri 1 Pegandon Kendal. Jenis data, praktisi pendidikan. Setelah melalui tahap
instrumen, dan teknik pengumpulan data dalam validasi ahli, instrumen soal diujicobakan untuk
penelitian ini dirangkum dalam Tabel 1. menentukan validitas butir soal.

Tabel 1. Jenis Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data


Jenis Instrumen Teknik pengumpulan data
Validitas perangkat Lembar validasi Angket validasi
Respon siswa terhadap Lembar angket Angket respon pembelajaran
pembelajaran untuk siswa
Soft skill konservasi Lembar observasi Observasi
Keterampilan proses sains Lembar observasi Observasi
Hasil belajar kognitif Butir soal tes Tes

Hasil observasi soft skill konservasi Untuk menghitung rata-rata keterampilan


selama proses pembelajaran dianalisis secara proses sains dalam satu kelas digunakan rumus:
deskriptif dengan melihat hasil masing-masing Rata-rata KPS = x 100 %
indikator soft skill konservasi. Sedangkan
Adapun indikator dari jenis keterampilan
keterampilan proses sains diamati menggunakan
proses yang dikembangkan dapat dilihat pada
lembar observasi dan dianalisis dengan
Tabel 2.
menggunakan rumus:
Nilai KPS = x 100

Tabel 2. Keterampilan Proses Sains yang Dikembangkan


Keterampilan Proses
Indikator
Sains
Mengamati 1. Melibatkan seluruh indera untuk mencari informasi
2. Mengumpulkan fakta-fakta yang ada dari hasil pengamatan
Menafsirkan Hasil 3. Mencatat setiap pengamatan
Pengamatan 4. Mengemukakan pendapat / dugaan sementara dari hasil
pengamatan
Merancang 5. Menentukan alat, bahan, dan sumber yang akan digunakan
Eksperimen 6. Menyusun prosedur kerja

Melakukan 7. Melakukan percobaan sesuai dengan prosedur yang telah


Eksperimen disusun
8. Mengumpulkan data
Mengkomunikasikan 9. Menampilkan data dalam bentuk diagram / tabel / grafik
Hasil Eksperimen 10. Membuat laporan tertulis
11. Menyampaikan hasil secara lisan

Data yang diperoleh dari tes hasil belajar yang kecil digunakan untuk menentukan apakah
diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran perangkat pembelajaran layak digunakan untuk
dianalisis menggunakan analisis peningkatan pembelajaran pada uji coba luasatau tidak.
skor yang dihitung dengan menggunakan rumus Perangkat pembelajaran dinyatakan layak
gain rata-rata ternormalisasi. apabila tidak ditemukan permasalahan terkait
Uji kelayakan dilakukan pada saat uji dengan penggunaan perangkat pembelajaran
coba uji coba kecil. Hasil observasi pada uji coba hasil pengembangan. Uji efektivitas dilakukan

114
Siti Istijabatun, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

pada saat uji coba kelas luas. Perangkat meningkatkan soft skill konservasi dan
pembelajaran hasil pengembangan dikatakan keterampilan proses sains.
efektif jika dapat memberikan dampak positif
terhadap pembelajaran. Adapun kriteria efektif HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan
soft skill konservasi siswa, rata-rata keterampilan Pengembangan Perangkat Pembelajaran
proses sains siswa memenuhi kriteria tinggi, Kontekstual
rata-rata hasil belajar siswa mencapai kriteria Kegiatan pembelajaran dalam RPP
ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu dikembangkan dengan tahapan kegiatan yang
sekurang-kurangnya 70 secara klasikal dan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan
minimal 75% siswa memberikan respon positif kegiatan akhir. Pengembangan kegiatan
terhadap perangkat pembelajaran kontekstual pembelajaran kontekstual pada pengolahan
pada pengolahan limbah kerupuk rambak untuk limbah kerupuk rambak dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2 Kegiatan Pengembangan Pembelajaran Kontekstual pada Pengolahan Limbah Kerupuk


Rambak

Tahap Implementasi tanggal 18 April – 26 Mei 2016. Perangkat


Kegiatan implementasi dilaksanakan pada pembelajaran yang dikembangkan telah
siswa kelas X SMA Negeri 1 Pegandon Kendal divalidasi oleh tim ahli (judgement expert) yaitu
semester genap tahun ajaran 2015/2016 dari dosen dan teman sejawat dan telah dilakukan
revisi. Perangkat pembelajaran kemudian

115
Siti Istijabatun, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

diujicobakan secara terbatas pada 34 siswa kelas pembelajaran yang menggunakan lingkungan
X.2 SMA Negeri 1 Pegandon Kendal. Setelah sebagai sumber belajar memberikan kesan dan
dianalisis dan dilakukan revisi sehingga pengalaman nyata dalam diri siswa yang
dinyatakan layak, maka digunakan untuk selanjutnya menimbulkan dorongan dari dalam
ujicoba secara luas pada siswa kelas X.1 dan X.3 diri siswa untuk melakukan indikator-indikator
SMA Negeri 1 Pegandon Kendal. Implementasi soft skill konservasi tersebut dalam kehidupan
kegiatan pembelajaran dilaksanakan sebanyak 7 sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun
kali pertemuan. Dalam tahap implementasi, di luar sekolah. Guru juga akan melakukan
semua kegiatan yang dilaksanakan, indikator-indikator soft skill tersebut karena
keterampilan proses sains, karakter yang bagaimanapun guru harus bisa memberikan
menunjukkan soft skill konservasi, hasil belajar teladan yang baik untuk siswanya. Hal ini
maupun respon siswa terhadap pembelajaran sesuai dengan kesimpulan penelitian yang
diamati dan diukur menggunakan instrumen dilakukan oleh Yoke & Ngang (2015) yang
yang telah divalidasi. menyatakan bahwa kontribusi dari soft skill tidak
hanya berhubungan dengan siswa, tetapi
Soft Skill Konservasi mencakup pengembangan profesional para
Soft skill konservasi diamati pada pendidik, kualitas pendidikan yang lebih baik
penelitian ini karena menurut penelitian dan reputasi tinggi untuk sebuah lembaga
Prahastuti et al. (2013) ada hal yang lebih pendidikan.
penting dibandingkan nilai yang baik dan Kebiasaan bersikap dan bertindak
kemampuan menaklukan soal. Sisi kognitif yang sebagaimana tercantum dalam indikator-
didewakan dalam pendidikan saat ini adalah indikator soft skill konservasi diharapkan pada
bagian dari hard skill yang hanya akhirnya akan membentuk karakter positif pada
menyumbangkan 20% keberhasilan hidup diri siswa dan berpengaruh positif terhadap hasil
seorang individu, dengan demikian 80% belajar siswa, sebagaimana dikemukakan oleh
penyumbang keberhasilan hidup seorang Musfiroh dalam Sumiyadi et al. (2015) bahwa
individu adalah soft skill. Observasi soft skill karakter mengacu kepada serangkaian sikap
konservasi yang terdiri dari aspek kejujuran, (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
tanggung jawab, peduli lingkungan, kerja sama, (motivations), dan keterampilan (skills). Artinya
dan santun dilakukan pada pertemuan kedua apabila sikap siswa semakin baik akan
sampai keenam, hasilnya menunjukkan terjadi menunjukkan perilaku yang baik. Hal ini
peningkatan, meskipun masih ada siswa yang ditunjukan dengan motivasi dan semangat kerja
memperoleh skor 1 (kurang baik) dan 0 (tidak yang baik sehingga akan berpengaruh terhadap
baik) sampai pada pertemuan kelima. Hal ini kemampuan kognitifnya atau hasil belajarnya.
disebabkan karena untuk meningkatkan
perolehan indikator-indikator pada aspek soft Keterampilan Proses Sains siswa
skill konservasi memerlukan proses dan bukan Perolehan rata-rata keterampilan proses
suatu kepraktisan belaka sebagaimana yang sains dalam satu kelas dihitung berdasarkan data
dikemukakan Dailey dalam Sa’adah & pengamatan dari dua observer dan
Supartono (2013) bahwa Pendidikan life skill dikelompokkan berdasarkan kriteria yang telah
perlu dikembangkan dalam diri siswa, karena ditetapkan. Perolehan tersebut dapat dilihat
pendidikan tidak hanya terkait dengan pada Tabel 3.
kepraktisan, aplikasi dan belajar dari buku mata
pelajaran, tetapi belajar juga harus bermanfaat Tabel 3. Rata-Rata KPS Tiap Kelas
bagi siswa dalam kehidupan bermasyarakat. Kelas Rata-rata KPS (%) Kriteria
Peningkatan pada aspek-aspek soft skill Uji coba luas1 73,05 Tinggi
konservasi secara umum diduga disebabkan Uji coba luas2 66,74 Tinggi
karena kegiatan yang dilakukan selama

116
Siti Istijabatun, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

Analisis perolehan nilai rata-rata KPS tiap Rizkianawati, et al. (2015) menyatakan bahwa
indikator juga dilakukan. Hasil menunjukkan pembelajaran dengan tujuan peningkatan
bahwa masing-masing indikator juga keterampilan proses sains penting untuk
memperoleh kriteria tinggi. Hal ini diterapkan pada proses pembelajaran karena
menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran dapat melibatkan peran aktif siswa. Meskipun
hasil pengembangan memenuhi kriteria efektif demikian untuk indikator kesembilan
karena memberikan dampak positif terhadap (menampilkan data dalam bentuk
pembelajaran, yaitu perolehan keterampilan tabel/diagram/grafik) perolehannya lebih
proses sains tinggi. rendah dari indikator lainnya yaitu memperoleh
Perolehan ini disebabkan karena nilai dalam kategori sedang baik pada uji coba
pembelajaran kontekstual memberikan kecil maupun pada uji coba luas. Hal ini
keleluasaan kepada siswa untuk melakukan disebabkan karena siswa belum terbiasa
berbagai aktivitas dimulai dari pengamatan, menampilkan data dalam bentuk visual
diskusi, presentasi serta melakukan percobaan. melainkan lebih terbiasa menampilkan data
Hal ini sesuai yang dikemukakan Sukarno, et al. dalam bentuk uraian deskripsi, sehingga pada
(2013) bahwa keterampilan proses sains pembelajaran selanjutnya diharapkan guru lebih
merupakan keterampilan yang sangat penting sering melatihkan keterampilan tersebut kepada
bagi siswa, tidak hanya dalam proses belajar siswa. Profil yang menunjukkan perolehan
ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki dampak tersebut dapat dilihat pada Gambar3.
positif pada kehidupan siswa di masa depan.

90
80
70
60
50
Nilai KPS

40 uji coba luas 1


30 uji coba luas 2
20
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Indikator KPS ke-
Gambar 3. Profil Perolehan Nilai KPS Tiap Indikator

Dalam penelitian ini dikembangkan LKS praktek yang umum bagi siswa untuk
yang digunakan dalam pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan dalam jenis
melatih keterampilan proses yang dimiliki siswa, perkembangan kognitif, sosial dan emosional
sehingga siswa lebih mudah untuk melalui pengalaman aktual. Selain itu,
mengkomunikasikan hasil diskusi maupun hasil keterampilan proses sains juga dapat
pengamatan dalam bentuk tulisan, hal ini sesuai meningkatkan kreativitas siswa melalui
dengan hasil penelitian Susilo et al. (2012) yang keterampilan motorik dan aktivitas motorik
menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan seluruh proyek (Omar et al., 2014).
penerapan LKS berbasis masalah merupakan
suatu wahana bagi siswa yang memiliki Hasil Belajar KPS
kecerdasan majemuk dan kemampuan kognitif Hasil belajar diukur dengan menggunakan
beragam untuk melibatkan kemampuannya tes berupa soal uraian untuk materi hidrokarbon
secara optimal dalam menguasai keterampilan dan minyak bumi dengan indikator yang
proses. Keterampilan proses sains adalah disesuaikan dengan indikator-indikator pada

117
Siti Istijabatun, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

keterampilan proses sains. Hasil belajar coba luas1 sebesar 73,4 sedangkan pada uji coba
menunjukkan bahwa jumlah siswa yang luas2 sebesar 71,2. Perolehan hasil belajar pada
memperoleh nilai memenuhi KKM lebih banyak uji coba luas1 dan uji coba luas2 dapat dilihat
dibanding siswa yang memperoleh nilai dibawah pada Gambar 4.
KKM dengan rata-rata secara klasikal pada uji
25

20
Jumlah siswa

15 Interval nilai:
0 ≤ x < 70
10 70 ≤ x ≤ 100

0
Uji Coba Luas 1 Uji Coba Luas 2
Gambar 4. Profil Perolehan Hasil Belajar

Berdasarkan kriteria keefektifan perangkat Data hasil belajar menunjukkan adanya


pembelajaran kontekstual pada pengolahan peningkatan hasil belajar siswa setelah
limbah kerupuk rambak, perangkat mengalami pembelajaran kimia berpendekatan
pembelajaran dinyatakan efektif jika rata-rata kontekstual pada pengolahan limbah kerupuk
hasil belajar secara klasikal sekurang-kurangnya rambak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
70, sehingga perangkat pembelajaran yang yang dilakukan Elvinawati (2008) yang
dikembangkan memenuhi kriteria efektif. menyatakan bahwa penerapan pendekatan
Meskipun demikian, keberhasilan siswa belum kontekstual dapat meningkatkan aktivitas dan
menunjukkan perolehan maksimal. Hal ini hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA1 SMAN
disebabkan karena proses pembelajaran yang 1 Ketahun Bengkulu Utara. Berdasarkan data
dilakukan lebih menekankan pada pre test dan post test dapat dihitung peningkatan
pengembangan keterampilan proses sains dan hasil belajar pada uji coba luas ke-1 dan uji coba
soft skill konservasi siswa, sehingga pemahaman luas ke-2 menggunakan skor N-gain atau rumus
konsep siswa tentang materi hidrokarbon dan gain ternormalisasi yang dapat dilihat pada
minyak bumi kurang menjadi fokus perhatian. Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Perhitungan Peningkatan Hasil Belajar


Kelas Pre Test Post Test Gain N-gain Kriteria
Uji coba luas 1 37,9 73,4 62,1 0,57 Sedang
Uji coba luas 2 33,8 71,2 66,2 0,56 Sedang

Respon Siswa terhadap Pembelajaran maupun uji coba luas ke-2, jumlah siswa yang
Untuk mengetahui tanggapan siswa menyatakan sangat setuju dan setuju lebih
terhadap pembelajaran berpendekatan banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang
kontekstual yang telah dilakukan, disebarkan menyatakan kurang setuju maupun tidak setuju.
angket respon kepada siswa. Dari perolehan Hal ini menunjukkan bahwa perangkat
data angket diketahui bahwa 100% siswa pembelajaran kontekstual pada pengolahan
memberikan respon positif terhadap limbah kerupuk rambak hasil pengembangan
pembelajaran, baik pada uji coba luas ke-1 memenuhi kriteria efektif karena perangkat

118
Siti Istijabatun, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

pembelajaran dinyatakan efektif jika minimal Hasruddin, Nasution, M. Y., & Rezeqi, S. 2015.
75% siswa memberikan respon positif. “Application of Contextual Learning to
improve Critical Thinking Ability of Students
in Biology Teaching and Learning Strategies
SIMPULAN
Class”. International Journal of Learning,
Teaching and Educational Research, 11(3), 109-
Berdasarkan hasil penelitian dan 116.
pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) Omar, R., Puteh, S. N., & Ikhsan, Z. 2014.
perangkat pembelajaran hasil pengembangan “Implementation of Science Skills process in
memenuhi kriteria valid berdasarkan hasil Project Based Learning Through Collaborative
validasi dari para ahli dengan hasil sangat baik, Action Research”. Proceedings of the 7th
serta dinyatakan layak digunakan untuk uji International Conference on Educational Reform
efektivitas pada uji coba luasberdasarkan hasil (ICER 2014), Innovations and Good Practices in
Education: Global Perspectives. Faculty of
uji coba uji coba kecil; (2) perangkat
Education, The National University of
pembelajaran hasil pengembangan dinyatakan
Malaysia.
efektif karena dapat meningkatkan soft skill Prahastuti, W., Supartono, & Widodo, A.T. 2013.
konservasi. Rata-rata keterampilan proses sains “Pengembangan Perangkat Pembelajaran
siswa memperoleh kriteria tinggi yaitu 73,05 dan Chemo-enterpreneurship Materi Reaksi Redoks
66,74 secara berturut-turut untuk uji coba luas1 untuk Siswa Kelas X SMA”. Innovative Journal
dan uji coba luas2. Rata-rata hasil belajar siswa of Curriculum and Educational Technology, 2(1),
secara klasikal sebesar 73,4 pada uji coba luas 143-149.
ke-1 dan 71,2 pada uji coba luas ke-2; (3) siswa Rizkianawati, A., Wiyanto, & Masturi. 2015.
“Implementasi Model Pembelajaran
memberikan respon positif terhadap
Multidimensional pada Pembelajaran Fisika
pembelajaran. persentase siswa yang memberi
untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
respon positif sebesar 100%. Sains Siswa”. Unnes Physics Education journal,
4(2), 62-68.
UCAPAN TERIMA KASIH Rosana, D., Jumadi, & Pujianto. 2014.
“Pengembangan Soft Skills Mahasiswa
Penulis menyampaikan terima kasih Program Kelas Internasional Melalui
kepada Eustasia Christine Martati, S.Pd., Pembelajaran Berbasis Konteks Untuk
Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil
M.Pd., Kepala SMA Negeri 1 Pegandon
Belajar Mekanika”. Jurnal Pendidikan IPA
Kendal, Sri Haryati, S.Pd., dan Dwi Yanti
Indonesia, 3(1), 12-21.
Wahyuni, S.Sos. atas dukungan dan bantuan Sa’adah, N., & Supartono. 2013. “Penggunaan
selama proses penelitian dan pengambilan data. Pendekatan Chemoenterpreneurship pada
Materi Larutan penyangga untuk
DAFTAR PUSTAKA Meningkatkan Life Skill Siswa”. Chemistry in
Education, 2(2), 111-117.
Curry, K. W., Wilson, E., Flowers, J. L., & Farin, C. Sukarno, Permanasari, A., Hamidah, I., & Widodo,
E. 2012. “Scientific Basic vs. Contextualized A. 2013. “The Analysis of Science Teacher
Teaching and Learning: The Effect on the Barriers in Implementing of Science Process
Achievement of Postsecondary Students”. Skills (SPS) Teaching Approach at Junior
Journal of Agricultural Education, 53(1): 57-66. High School and It’s Solutions”. Journal of
Dimyati, & Mudjiono. 2002. Belajar dan Education and Practice, 4(27), 185-190.
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Sumiyadi, Supardi, K. I., & Masturi. 2015.
Elvinawati. 2008. “Penerapan Pendekatan “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA
Kontekstual dalam Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri dan Berwawasan
sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Konservasi”. Journal of Innovative Science
Hasil Belajar Siswa Kelas XI.IPA1 Ketahun Education, 4(1), 1-8.
Bengkulu Utara”. Jurnal Exacta, 4(2): 17-22. Susilo, A. B., Wiyanto, & Supartono. 2012. “Model
Pembelajaran IPA Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar dan Berpikir

119
Siti Istijabatun, dkk. / Journal of Innovative Science Education 5 (2) (2016)

Kritis Siswa SMP”. Unnes Science Education Yoke, T. C., Ngang, T. K. 2015. “A Study on Soft
Journal, 1(1), 12-20. Skill Development Among Final Year
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Diploma in Bussiness Studies Students”.
Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP). Malaysian Online Journal of Educational
Jakarta: Bumi Aksara. Management, 3(2), 32-50.
Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Zaini, H. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif.
Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Semarang: Unnes Press.

120

Anda mungkin juga menyukai