Anda di halaman 1dari 6

1.

Adam = Tiada

Sifat mustahil yang pertama adalah Adam yang berarti tiada. Sifat ini kebalikan dari wujud yang artinya ada.

2. Huduts = Ada yang mendahului

Hudust berarti ada yang mendahului, merupakan lawan kata dari qidam. Tidak mungkin ada yang mendahului
keberadaan Allah Azza wa Jalla. Dialah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Tentunya Pencipta
sudah pasti lebih dahulu dari apa-apa yang diciptakanNya.

3. Fana = Musnah

Allah Ta’ala tidak mungkin musnah. Sebaliknya, Dia bersifat kekal selama-lamanya

4. Mumatsalatu lil hawaditsi = Ada yang menyamai

Allah Ta’ala adalah dzat yang menciptakan segala sesuatu di bumi dan alam semesta. Dialah yang Maha Agung.
Tidak mungkin ada sesuatu yang menyamai atau menandingiNya

5. Ihtiyaju lighairihi = Memerlukan yang lain

Allah Ta’ala tidak memerlukan yang lain. Dia mampu mewujudkan dan mengatur segalanya secara sempurna
tanpa bergantung pada siapapun

6. Ta’adud = Berbilang

Ta’adud adalah kebalikan dari wahdaniyah yang berarti tunggal. Allah itu Maha Esa.

7. Ajzun = Lemah

Ajzun berarti lemah, merupakan lawan kata dari dari qudrat yang artinya berkuasa

8. Karahah = Terpaksa

Allah tidak memiliki sifat terpaksa. Sebaliknya Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu

9. ahlun = Bodoh

Mustahil bagi Allah Ta’ala bersifat bodoh.

10. Mautun = Mati

Allah tidak akan mati

11. Shamamun = Tuli

Mustahil Allah bersifat Tuli

12. Ama = Buta

Allah Ta’ala juga tidak buta


13. Bakamun =Bisu

Allah Ta’ala tidaklah Bisu.

14. Kaunuhu ‘ajiyan = Zat yang lemah

Mustahil Allah bersifat lemah.

15. Kaunuhu karihan = Zat yang terpaksa

Allah Ta’ala bukanlah dzat yang terpaksa

16. Kaunuhu jahilan = Zat yang sangat bodoh

Mustahil Allah adalah dzat yang bodoh. Allah Maha Mengetahui dan Melihat apa-apa yang ditampakkan atau
disembunyikan.

17. Mayyitan = Zat yang mati

Allah tidak mati. Allah bersifat kekal, tidak musnah dan tidak binasa. Dia tidak pernah tidur. Selalu mengawasi
hamba-hambaNya setiap saat.

18. Kaunuhu ashamma = Zat yang tuli

Mustahil Allah bersifat tuli. Allah adalah Tuhan yang Maha Mendengar. Pendengaran Allah tak terbatas dan
meliputi segala sesuatu.

19. Kaunuhu ‘ama = Zat yang buta

Allah Maha Melihat, tidaklah buta. Dia Maha Sempurna dengan seluruh keagunganNya.

20. Kaunuhu abkama = Zat yang bisu

Allah bukanlah dzat yang bisu. Allh berfirman dan firmanNya tertuang dalam kitab-kitab
suci yang diturunkan lewat para nabi.
Takbir
Takbiratul Ihram —> ALLAAHU AKBAR

                              (Allah Maha Besar)

Iftitah

Allaahu akbar kabiira, walhamdulillaahi katsiira, wa subhanallaahi bukrataw,


waashiila.
(Allah Maha Besar, dan Segala Puji yang sangat banyak bagi Allah, dan Maha Suci Allah
sepanjang pagi, dan petang).

Innii wajjahtu wajhiya, lillazii fatharassamaawaati walardha, haniifam,


muslimaa, wamaa ana minal musrykiin.
(Sungguh aku hadapkan wajahku kepada wajahMu, yang telah menciptakan langit dan
bumi, dengan penuh kelurusan, dan penyerahan diri, dan aku tidak termasuk orang-
orang yang mempersekutuan Engkau/Musryik)

Innasshalaatii, wa nusukii, wa mahyaaya, wa mamaati, lillaahi rabbil ‘aalamiin.


(Sesungguhnya shalatku, dan ibadah qurbanku, dan hidupku, dan matiku, hanya untuk
Allaah Rabb Semesta Alam).

Laa syariikalahu, wabidzaalika umirtu, wa ana minal muslimiin.


(Tidak akan aku menduakan Engkau, dan memang aku diperintahkan seperti itu, dan
aku termasuk golongan hamba yang berserah diri kepadaMu)

Al Fatihah

Adapun Rasulullah SAW pada waktu membaca surah Al-Faatihah senantiasa satu napas
per satu ayatnya, tidak terburu-buru, dan benar-benar memaknainya. Surah ini memiliki
khasiat yang sangat tinggi sekali. 
Mari kita hafal terlebih dahulu arti per ayatnya sebelum kita memaknainya.

Bismillaah, arrahmaan, arrahiim (Bismillaahirrahmaanirrahiim)


(Dengan nama Allaah, Maha Pengasih, Maha Penyayang)

Alhamdulillaah, Rabbil 'aalamiin


(Segala puji hanya milik Allaah, Rabb semesta 'alam)

Arrahmaan, Arrahiim
(Maha Pengasih, Maha Penyayang)

Maaliki, yaumiddiin
(Penguasa, Hari Pembalasan/Hari Tempat Kembali)

Iyyaaka, na'budu, wa iyyaaka, nasta'iin


(Hanya KepadaMulah, kami menyembah, dan hanya kepadaMulah, kami mohon
pertolongan)

Ihdina, asshiraathal, mustaqiim 


(Tunjuki kami, jalan, golongan orang-orang yang lurus)

Shiraath, alladziina, an'am, ta 'alayhim


(Jalan, yang, telah Engkau beri ni'mat, kepada mereka)

Ghayril maghduubi 'alaihim, wa laddhaaaalliiin.


(Bukan/Selain, (jalan) orang-orang yang telah Engkau murkai, dan bukan (jalan) orang-
orang yang sesat)
Melanjutkan tulisan yang ketiga, maka setelah membaca Surah Al-Faatihah, maka
hendaknya kita membaca ayat-ayat Al-Qur'an.

Rasulullah bersabda “Apabila engkau berdiri utk shalat bertakbirlah lalu bacalah yg
mudah dari al-Qur’an “.

Ruku’

Lalu ruku’, dimana ketika ruku’ ini beliau mengucapkan :

 Subhaana, rabbiyal, 'adzhiimi, Wabihamdihi


(Maha Suci, Tuhanku, Yang Maha Agung)

—> dzikir ini diucapkan beliau sebanyak tiga kali.


(Hadits Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, Ad-Daaruquthni, Al-Bazaar, dan Ath-Thabarani)

Rasulullah sering sekali memperpanjang Ruku’, Diriwayatkan bahwa :

"Rasulullaah SAW, menjadikan ruku'nya, dan bangkitnya dari ruku’, sujudnya, dan
duduknya di antara dua sujud hampir sama lamanya.”
(Hadits  Riwayat Imam Bukhari dan Muslim)

I'tidal

Pada saat ketika kita i'tidal atau bangkit dari ruku, dengan mengangkat kedua tangan
sejajar bahu ataupun sejajar telinga, seiring Rasululullah SAW menegakkan punggungnya
dari ruku’ beliau mengucapkan:

Sami'allaahu, li, man, hamida, hu


“Mudah-mudahan Allah mendengarkan (memperhatikan) orang yang memujiNya”.
(Hadits diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim)

“Apabila imam mengucapkan “sami'allaahu liman hamidah”, maka ucapkanlah


“rabbanaa lakal hamdu”, niscaya Allah memperhatikan kamu. Karena Allah yang
bertambah-tambahlah berkahNya, dan bertambah-tambahlah keluhuranNya telah
berfirman melalui lisan NabiNya SAW (Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, Imam
Ahmad, dan Abu Daud)

Hal ini diperkuat pula dengan : Disaat Rasulullah sedang Sholat berjamaah, lalu ketika
I’tidal beliau mengucapkan “Sami'allaahu, li, man, hamidah” lalu ada diantara
makmun mengucapkan “Rabbanaa lakal hamdu”, Lalu pada selesai Sholat, Rasul
bertanya “Siapakah gerangan yang mengucap “Rabbanaa lakal hamdu”, ketika aku
ber I’tidal? Aku melihat para malaikat berlomba lomba untuk menulis kebaikan akan
dirimu dari jawaban itu”.

Maka sudah cukup jelas bahwa mari kita mulai melafalkan :


Rabbanaa, lakal, hamdu
(Ya Tuhan kami, bagiMulah, segala puji)

Kesmpurnaan lafadzh diatas :

mil ussamaawaati, wa mil ul ardhi, wa mil u maa shyi’ta, min shai in, ba'du
(Sepenuh langit, dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki, dari
sesuatu, sesudahnya)
(Kalimat diatas didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu
'Uwanah)

Sujud

Ketika kita sujud, maka dengan tenang hendaknya kita mengucapkan do'a  sujud seperti
yang telah dicontohkan Rasulullaah SAW.
Dzikir ini beliau ucapkan sebanyak tiga kali, dan kadangkala beliau mengulang-ulanginya
lebih daripada itu.

Subhaana, rabbiyal, a'laa, wa, bihamdi, hi


(Maha Suci, Tuhanku, Yang Maha Luhur, dan, aku memuji, Nya)

Duduk antara dua Sujud

Ketika kita bangun dari sujud, maka hendaklah kita melafadzkan seperti yang dilakukan
Rasulullaah, dan bacalah do'a tersebuh dengan sungguh-sungguh, perlahan-lahan, dan
penuh pengharapan kepada Allah SWT. Di dalam duduk ini, Rasulullah
SAW  mengucapkan :

Robbighfirlii, warhamnii, wajburnii, warfa'nii, warzuqnii


wahdinii, wa 'aafinii, Wa’Fuanni

(Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah kekuranganku, sehatkanlah aku, dan
berilah rizqi kepadaku)

Dari Hadits yang diriwayatkan Muslim, bahwa Rasulullaah saw, kadangkala duduk tegak
di atas kedua tumit dan dada kedua kakinya. Beliau juga memanjangkan posisi ini
sehingga hampir mendekati lama sujudnya (Al-Bukhari dan Muslim).

Duduk At-Tasyaahud Awal

1. Sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Abu 'Uwanah, Asy-Syafi'i, dan An-
Nasa'i.
Dari Ibnu 'Abbas berkata, Rasulullaah telah mengajarkan At-Tasyahhud kepada kami
sebagaimana mengajarkan surat dari Al-Qur'an kepada kami. Beliau mengucapkan :

Attahiyyaatul mubaarakaatusshalawaatutthayyibaatulillaah.
Assalaamu 'alayka ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wa barakaatuh.
Assalaamu 'alayna wa 'alaa 'ibaadillaahisshaalihiin.
Asyhadu allaa ilaaha illallaah.
      Wa asyhadu annaa muhammadarrasuulullaah.
      (dalam riwayat lain : Wa asyhadu annaa, muhammadan, 'abduhu, warasuuluh)

2. Menurut hadist yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari, Muslim, dan Ibnu Abi Syaibah.
Dari Ibn Mas'ud berkata, Rasulullaah saw telah mengajarkan at-tasyaahud kepadaku,
dan  kedua telapak tanganku (berada) di antara kedua telapak tangan beliau -
sebagaimana beliau mengajarkan surat dari Al-Qur'an kepadaku : —> (Mari diresapi
setiap katanya sehingga shalat kita lebih mudah untuk khusyuk)

Attahiyyaatulillaah, wasshalawatu, watthayyibaat.


(Segala ucapan selamat adalah bagi Allaah, dan kebahagiaan, dan kebaikan).
Assalaamu 'alayka *, ayyuhannabiyyu, warahmatullaah, wa barakaatuh.
(Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu , wahai Nabi, dan beserta rahmat Allah,
dan berkatNya).

Assalaamu 'alaynaa, wa 'alaa, 'ibaadillaahisshaalihiiin.


(Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kami pula, dan kepada sekalian hamba-
hambanya yang shaleh).

Asyhadu, allaa, ilaaha, illallaah.


(Aku bersaksi, bahwa tiada, Tuhan, kecuali Allah).

Wa asyhadu, anna muhammadan, 'abduhu, wa rasuluhu.


(Dan aku bersaksi, bahwa muhammad, hambaNya, dan RasulNya).

Notes : * Hal ini ketika beliah masih hidup, kemudian tatkala beliau wafat, maka para
shahabat mengucapkan :
Assalaamu 'alannabiy
(Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada Nabi).

Bacaan shalawat Nabi SAW di akhir sholat

Rasulullah SAW. mengucapkan shalawat atas dirinya sendiri di dalam tasyahhud pertama
dan lainnya. Yang demikian itu beliau syari'atkan kepada umatnya, yakni beliau
memerintahkan kepada mereka untuk mengucapkan shalawat atasnya setelah
mengucapkan salam kepadanya dan beliau mengajar mereka macam-macam bacaan
salawat kepadanya.

Berikut kita ambil sebuah hadits yang sudah umum/biasa kita lafadzkan, diriwayatkan
oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Al-Humaidi, dan Ibnu Mandah.

Allaahumma, shalli 'alaa  muhammad, wa 'alaa, aali  muhammad.


(Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad dan kepada, keluarga
Muhammad)

Kamaa, shallayta, 'alaa  ibrahiim, wa 'alaa, aali  ibraahiim.


(Sebagaimana, Engkau telah memberikan kebahagiaan, kepada Ibrahim, dan kepada,
keluarga Ibrahim).

Wa 'barikh alaa  muhammad, wa 'alaa aali  muhammad.


(Ya Allah, berikanlah berkah, kepada Muhammad, dan kepada, keluarga Muhammad)

Kamaa, baarakta, 'ala  ibraahiim, wa 'alaa, aali  ibraahiiim.


(Sebagaimana, Engkau telah memberikan berkah, kepada ibrahim, dan kepada, keluarga
Ibrahim).

Fil Allamina Innaka, hamiidummajiid.


(Sesungguhnya Engkau, Maha Terpuji lagi Maha Mulia).

Salam

Anda mungkin juga menyukai