Adam = Tiada
Sifat mustahil yang pertama adalah Adam yang berarti tiada. Sifat ini kebalikan dari wujud yang artinya ada.
Hudust berarti ada yang mendahului, merupakan lawan kata dari qidam. Tidak mungkin ada yang mendahului
keberadaan Allah Azza wa Jalla. Dialah yang menciptakan alam semesta beserta isinya. Tentunya Pencipta
sudah pasti lebih dahulu dari apa-apa yang diciptakanNya.
3. Fana = Musnah
Allah Ta’ala tidak mungkin musnah. Sebaliknya, Dia bersifat kekal selama-lamanya
Allah Ta’ala adalah dzat yang menciptakan segala sesuatu di bumi dan alam semesta. Dialah yang Maha Agung.
Tidak mungkin ada sesuatu yang menyamai atau menandingiNya
Allah Ta’ala tidak memerlukan yang lain. Dia mampu mewujudkan dan mengatur segalanya secara sempurna
tanpa bergantung pada siapapun
6. Ta’adud = Berbilang
Ta’adud adalah kebalikan dari wahdaniyah yang berarti tunggal. Allah itu Maha Esa.
7. Ajzun = Lemah
Ajzun berarti lemah, merupakan lawan kata dari dari qudrat yang artinya berkuasa
8. Karahah = Terpaksa
Allah tidak memiliki sifat terpaksa. Sebaliknya Allah Maha Berkehendak atas segala sesuatu
9. ahlun = Bodoh
Mustahil Allah adalah dzat yang bodoh. Allah Maha Mengetahui dan Melihat apa-apa yang ditampakkan atau
disembunyikan.
Allah tidak mati. Allah bersifat kekal, tidak musnah dan tidak binasa. Dia tidak pernah tidur. Selalu mengawasi
hamba-hambaNya setiap saat.
Mustahil Allah bersifat tuli. Allah adalah Tuhan yang Maha Mendengar. Pendengaran Allah tak terbatas dan
meliputi segala sesuatu.
Allah Maha Melihat, tidaklah buta. Dia Maha Sempurna dengan seluruh keagunganNya.
Allah bukanlah dzat yang bisu. Allh berfirman dan firmanNya tertuang dalam kitab-kitab
suci yang diturunkan lewat para nabi.
Takbir
Takbiratul Ihram —> ALLAAHU AKBAR
Iftitah
Al Fatihah
Adapun Rasulullah SAW pada waktu membaca surah Al-Faatihah senantiasa satu napas
per satu ayatnya, tidak terburu-buru, dan benar-benar memaknainya. Surah ini memiliki
khasiat yang sangat tinggi sekali.
Mari kita hafal terlebih dahulu arti per ayatnya sebelum kita memaknainya.
Arrahmaan, Arrahiim
(Maha Pengasih, Maha Penyayang)
Maaliki, yaumiddiin
(Penguasa, Hari Pembalasan/Hari Tempat Kembali)
Rasulullah bersabda “Apabila engkau berdiri utk shalat bertakbirlah lalu bacalah yg
mudah dari al-Qur’an “.
Ruku’
"Rasulullaah SAW, menjadikan ruku'nya, dan bangkitnya dari ruku’, sujudnya, dan
duduknya di antara dua sujud hampir sama lamanya.”
(Hadits Riwayat Imam Bukhari dan Muslim)
I'tidal
Pada saat ketika kita i'tidal atau bangkit dari ruku, dengan mengangkat kedua tangan
sejajar bahu ataupun sejajar telinga, seiring Rasululullah SAW menegakkan punggungnya
dari ruku’ beliau mengucapkan:
Hal ini diperkuat pula dengan : Disaat Rasulullah sedang Sholat berjamaah, lalu ketika
I’tidal beliau mengucapkan “Sami'allaahu, li, man, hamidah” lalu ada diantara
makmun mengucapkan “Rabbanaa lakal hamdu”, Lalu pada selesai Sholat, Rasul
bertanya “Siapakah gerangan yang mengucap “Rabbanaa lakal hamdu”, ketika aku
ber I’tidal? Aku melihat para malaikat berlomba lomba untuk menulis kebaikan akan
dirimu dari jawaban itu”.
mil ussamaawaati, wa mil ul ardhi, wa mil u maa shyi’ta, min shai in, ba'du
(Sepenuh langit, dan sepenuh bumi, dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki, dari
sesuatu, sesudahnya)
(Kalimat diatas didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu
'Uwanah)
Sujud
Ketika kita sujud, maka dengan tenang hendaknya kita mengucapkan do'a sujud seperti
yang telah dicontohkan Rasulullaah SAW.
Dzikir ini beliau ucapkan sebanyak tiga kali, dan kadangkala beliau mengulang-ulanginya
lebih daripada itu.
Ketika kita bangun dari sujud, maka hendaklah kita melafadzkan seperti yang dilakukan
Rasulullaah, dan bacalah do'a tersebuh dengan sungguh-sungguh, perlahan-lahan, dan
penuh pengharapan kepada Allah SWT. Di dalam duduk ini, Rasulullah
SAW mengucapkan :
(Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah kekuranganku, sehatkanlah aku, dan
berilah rizqi kepadaku)
Dari Hadits yang diriwayatkan Muslim, bahwa Rasulullaah saw, kadangkala duduk tegak
di atas kedua tumit dan dada kedua kakinya. Beliau juga memanjangkan posisi ini
sehingga hampir mendekati lama sujudnya (Al-Bukhari dan Muslim).
1. Sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Abu 'Uwanah, Asy-Syafi'i, dan An-
Nasa'i.
Dari Ibnu 'Abbas berkata, Rasulullaah telah mengajarkan At-Tasyahhud kepada kami
sebagaimana mengajarkan surat dari Al-Qur'an kepada kami. Beliau mengucapkan :
Attahiyyaatul mubaarakaatusshalawaatutthayyibaatulillaah.
Assalaamu 'alayka ayyuhannabiyyu warahmatullaahi wa barakaatuh.
Assalaamu 'alayna wa 'alaa 'ibaadillaahisshaalihiin.
Asyhadu allaa ilaaha illallaah.
Wa asyhadu annaa muhammadarrasuulullaah.
(dalam riwayat lain : Wa asyhadu annaa, muhammadan, 'abduhu, warasuuluh)
2. Menurut hadist yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari, Muslim, dan Ibnu Abi Syaibah.
Dari Ibn Mas'ud berkata, Rasulullaah saw telah mengajarkan at-tasyaahud kepadaku,
dan kedua telapak tanganku (berada) di antara kedua telapak tangan beliau -
sebagaimana beliau mengajarkan surat dari Al-Qur'an kepadaku : —> (Mari diresapi
setiap katanya sehingga shalat kita lebih mudah untuk khusyuk)
Notes : * Hal ini ketika beliah masih hidup, kemudian tatkala beliau wafat, maka para
shahabat mengucapkan :
Assalaamu 'alannabiy
(Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada Nabi).
Rasulullah SAW. mengucapkan shalawat atas dirinya sendiri di dalam tasyahhud pertama
dan lainnya. Yang demikian itu beliau syari'atkan kepada umatnya, yakni beliau
memerintahkan kepada mereka untuk mengucapkan shalawat atasnya setelah
mengucapkan salam kepadanya dan beliau mengajar mereka macam-macam bacaan
salawat kepadanya.
Berikut kita ambil sebuah hadits yang sudah umum/biasa kita lafadzkan, diriwayatkan
oleh Imam Bukhari, Muslim, dan Al-Humaidi, dan Ibnu Mandah.
Salam