”TITRASI KOMPLEKSIOMETRI”
Dosen Pembimbing :
Dr. Intan Lestari, S.Si., M.Si.
Oleh :
Kelompok 3
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dari mata
kuliah Kimia Analitik I. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr. Intan Lestari, S.Si., M.Si. selaku Dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingannya kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini tak akan terselesaikan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu kami ucapkan terima kasih
kepada teman-teman atas kerja sama dan konsultasinya.
Kami mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangannya, baik dari pengetahuan, tata cara penulisan, pengalaman, dan
maupun isinya. Mengingat keterbatasan penulis yang masih dalam tahap
belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
penulis nantikan demi perbaikan karya penulis berikutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
beranggapan bahwa itu adalah zat yang berbahaya, tetapi tanpa di sadarinya, di
dalam kehidupan sehari-hari kita bergelut dengan zat-zat kimia apakah itu
obatan, sabun, pasta gigi bahkan prosess dalam tubuh kita sendiri juga berupa
proses kimia, jadi dengan kata lain kita tidak bisa lari dari zat kimia.
Kenyataannya memang zat kimia itu ada yang berfaedah buat kehidupan kita
manusia tetapi juga berbahaya bagi kehidupan kita manusia pada khususnya
ion logam seperti aluminium, bismuth, kalsium, magnesium dan zink dengan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
bervalensi banyak dalam air. Di dalam dunia kimia, metode ini banyak
digunakan dalam penetapan kadar suatu senyawa obat yang mengandung ion
atau ZnO yang digunakan sebagai antiseptik. Sehingga kadar logam-logam yang
ada dalam suatu produk farmasi sehingga tepat kadar (sesuai standar) dan
1.3 TUJUAN
EDTA.
antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan
demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di
dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu
kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran
dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri
dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta
titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua
komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang
hendak diamati.
Contoh :
Ag+ → [Ag(CN)2]¯
Cu2+ → [Cu(NH₃)₄]²⁺
kompleks selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion negatif atau
molekul.
Jumlah ligan ini berbeda-beda dari dua sampai delapan. Jumlah ikatan dengan
ligan itu disebut bilangan koordinasi yang biasanya merupakan bilangan genap
koordinasi dua.
tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligan yang diikatnya. Ligan
yang mempunyai satu atom donor pasangan elektron (missal I¯ dan CN¯)
monodentat atau unidentat, sedang Ligan yang mempunyai atom donor lebih
dari stu disebut poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya dua donor,
Contoh : Etilendiamin
elektron.
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang
semakin stabil senyawa komplek tersebut dan sebaliknya makin kecil harga
mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi
atas pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan elektron) kelas
A dan kelas B.
pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku
kompleks-kompleks inert.
pH, tidak juga karena daya oksidasi titrat berubah, akan tetapi karena
logam.
5. Ikatan senyawa logam EDTA harus lebih kuat dari pada logam-logam
indikator. Artinya ikatan logam – logam Indikator logamnya harus dapat direbut
oleh EDTA.
kompleksometri.
kelat dengan logam yang tidak reversibel atau terlalu kuat. Bila hal ini terjadi
maka tidak dapat terjadi perubahan warna dan indikator kehilangan fungsinya.
Merupakan asam lemah, tidak stabil dalam air karena senyawa organik ini
merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna dalam air dan
2. Murexide
Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada pH=12.
3. Jingga Xylenol
4. Calmagite
Dapat digunakan sebagai pengganti EBT, karena calmagite lebih stabil, daerah
5. Arzenazo
Digunakan untuk Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi Pb(IV) dengan EDTA.
Cu(II) dan Fe(III) dalam jumlah kecil serta bereaksi cepat sehingga terjadinya
6. NAS
Digunakan pada daerah pH 3-9. Dalam larutan yang sangat asam NAS
berwarna merah violet pada pH 3,5 keatas berwarna merah jingga. Penggunaan
NAS cukup luas dan dianjurkan untuk titrasi Cu, Co(II), Cd, Ni, Zn, Al dengan
EDTA.
7. Calcon
Calcon merupakan garam natrium dari Eriochrome Blue Black R, yang
disebut juga Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator berwarna hijau dan
merah, kemudian biru sampai pH 13,5 dan diatasnya jingga. Kelat Calcon
dengan logam berwarna merah dan ternyata sangat cocok untuk titrasi Ca pada
pH 12,5 – 13 tanpa terganggu oleh Mg. Perubahan warna dari merah menjadi
biru. Dengan indikator ini maka dapat ditentukan kesadahan air yang
dilarutkan dalam air. Sehingga stabilitas di dalam larutan rendah sekali. Oleh
karena itu, dalam prakteknya sering dibuat pengenceran dengan NaCl atau
Hidrogen) akan mengungkapkan jika larutan bersifat asam atau alkali (atau
basa). Jika larutan tersebut memiliki jumlah molekul asam dan basa yang
kompleksiometri :
pH, dimana jika H+ yang dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat
ke kiri, karena terganggu oleh suasana system titrasi yang terlalu asam.
diinginkan.
endapan hidroksida dari logam yang bereaksi. Jika pH terlalu basa, maka reaksi
dan melihat harga pK₄ maka pembentukan kompleks akan lebih baik dan lebih
stabil dalam larutan alkalis. Pada umumnya kompleks EDTA dengan kation
valensi 2 stabil dalam larutan yang sedikit asam atau alkalis. kompleks EDTA
dengan logam valensi 3 dan 4 stabil dalam larutan dengan pH =1-3. Logam –
logam bervalensi 2 misalnya Cu, Pb, atau Ni dapat stabil pada pH = 3 sehingga
dapat dititrasi secara selektif walaupun tercampur dengan logam – logam alkali
dimana kompleks itu stabil, dan perubahan warnanya jelas. Stabilitas dari
antara lain:
1. Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion yang
cepat.
2. Titrasi kembali yaitu titrasi yang digunakan untuk ion-ion logam yang
3. Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang ini digunakan
untuk ion-ion logam yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam
yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion
logam lainnya.
2.7 Kesadahan
bikarbonat dari Ca dan Mg, sedangkan kesadahan tetap adanya garam non
karbonat seperti sulfat, klorida, dan nitrat. Kesadahan sementara dan tetap
karena CO2 akan keluar dan meninggalkan garam karbonat yang tidak larut
dipergunakan sebagai pengisi air ketel (boiler feed) maupun dalam proses
Mg2+ tiap liter sampel air. Secara sederhana penetuan tingkat kesadahan air
lebih stabil. Dengan mengamati perubahan warna, maka titik akhir titrasi
sifatnya yang tidak mendukung untuk dijadikan standar primer, antara lain :
- Kurang stabil
Kadar maksimal kesadahan total untuk air minum yang telah ditetapkan
angka ini sesuai dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh WHO,
MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai
dengan biru)
NaOH
antasida
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu
2. Ligan (dari kata latin ligare = mengikat). Jumlah ikatan dengan ligan itu
bernilai 4 atau 6.
spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika
Xylenol dll.
sementara
DAFTAR PUSTAKA
Aksara:Jakarta.
:Jakarta.
Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC. Jakarta.