Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KIMIA ANALITIK I

”TITRASI KOMPLEKSIOMETRI”

Dosen Pembimbing :
Dr. Intan Lestari, S.Si., M.Si.

Oleh :
Kelompok 3

1. Armitha Dea Pradina (F1C118003)


2. Wulansari (F1C118016)
3. Kiranti Aulia (F1C118018)
4. Ellyn Dasrinal (F1C118020)
5. Nuralang (F1C118028)
6. Wulan Safitri (F1C118029)
7. Herman Azis (F1C118032)

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas dari mata
kuliah Kimia Analitik I. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr. Intan Lestari, S.Si., M.Si. selaku Dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingannya kepada kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini tak akan terselesaikan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu kami ucapkan terima kasih
kepada teman-teman atas kerja sama dan konsultasinya.
Kami mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangannya, baik dari pengetahuan, tata cara penulisan, pengalaman, dan
maupun isinya. Mengingat keterbatasan penulis yang masih dalam tahap
belajar. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah
penulis nantikan demi perbaikan karya penulis berikutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.

Jambi 19 November 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Bagi orang awam, mendengar zat kimia saja, mereka sudah

beranggapan bahwa itu adalah zat yang berbahaya, tetapi tanpa di sadarinya, di

dalam kehidupan sehari-hari kita bergelut dengan zat-zat kimia apakah itu

kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, pernafasan, pakaian, obat-

obatan, sabun, pasta gigi bahkan prosess dalam tubuh kita sendiri juga berupa

proses kimia, jadi dengan kata lain kita tidak bisa lari dari zat kimia.

Kenyataannya memang zat kimia itu ada yang berfaedah buat kehidupan kita

manusia tetapi juga berbahaya bagi kehidupan kita manusia pada khususnya

dan makhluk hidup pada umumnya.

Analisa kimia kuantitatif untuk zat-zat anorganik yang mengandung

ion logam seperti aluminium, bismuth, kalsium, magnesium dan zink dengan

cara gravimetrik memakan waktu yang lama, karena prosedurnya meliputi

pengendapan, penyaringan, pencucian dan pengeringan atau pemijaran sampai

bobot tetap. Untuk menganalisa senyawa-senyawa tersebut dapat dilakukan

dengan analisa kompleksiometri.

Titrasi kompleksometri atau kelatometri yaitu titrasi berdasarkan

pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar

mengion). Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat

saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi

pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan

penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu

pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama

akan diterapkan pada titrasi.

Titrasi kompleksometri ini digunakan untuk penetapan kation

bervalensi banyak dalam air. Di dalam dunia kimia, metode ini banyak

digunakan dalam penetapan kadar suatu senyawa obat yang mengandung ion

logam, misalnya penentuan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum

atau ZnO yang digunakan sebagai antiseptik. Sehingga kadar logam-logam yang
ada dalam suatu produk farmasi sehingga tepat kadar (sesuai standar) dan

tidak menjadi toksik serta membahayakan konsumen.

Mengingat bermanfaatnya analisa kompleksiometri, maka disusun

makalah “Titrasi kompleksiometri” agar mahasiswa S1 Kimia lebih memahami

tentang analisa kompleksiometri.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu titrasi kompleksiometri ?

2. Apa yang dimaksud dengan ligan dalam titrasi kompleksiometri ?

3. Bagaimana stabilitas titrasi kompleksiometri ?

4. Apa saja indikator yang digunakan pada titrasi kompleksiometri ?

5. Bagaimana pengaruh ph dalam titrasi kompleksiometri ?

6. Apa sajakah jenis titrasi dalam titrasi kompleksiometri ?

7. Apa itu kesadahan dalam titrasi kompleksiometri?

8. Bagaimana aplikasi penggunaan titrasi kompleksiometri ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui titrasi kompleksiometri

2. Untuk mengetahui ligan dalam titrasi kompleksiometri

3. Untuk mengetahui stabilitas titrasi kompleksiometri

4. Untuk mengetahui indikator yang digunakan pada titrasi kompleksiometri

5. Untuk mengetahui pengaruh ph dalam titrasi kompleksiometri

6. Untuk mengetahui jenis titrasi dalam titrasi kompleksiometri

7. Untuk mengetahui kesadahan dalam titrasi kompleksiometri

8. Untuk mengetahui aplikasi penggunaan titrasi kompleksiometri


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Titrasi Kompleksiometri

Kompleksometri adalah suatu cara untuk penetapan kadar zat – zat

(kation) yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan suatu komplekson.

Prinsipnya adalah pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan

EDTA.

Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi

pembentukan kompleks, misalnya penetapan kadar Ca (ion logam) dengan

EDTA (garam natrium dari asam etilendiaminatetra-asetat). Titrasi

kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks

antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk

kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garam

dinatrium etilendiamina tetraasetat (dinatrium EDTA).

Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling

mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi

pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan

penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu

pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama

akan diterapkan pada titrasi.

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan

titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang

larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah

kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan

sebuah anion atau molekul netral.

Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi

pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang

terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks

demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di

atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri,

seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.


Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi

dimana reaksi antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu

kompleks senyawa. Kompleks senyawa ini dsebut kelat dan terjadi akibat titran

dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri

dari dua komonen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta

titrat yang hendak diamati. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua

komponen yang membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang

hendak diamati.

Dalam larutan dengan pH tertentu sebagaian besar kation atau logam

dapat bereaksi dengan komplekson yang kemudian membentuk ion kompleks.

Contoh :

Ag+ → [Ag(CN)2]¯

Cu2+ → [Cu(NH₃)₄]²⁺

Jika diperhatikan contoh – contoh kompleks, terlihat bahwa suatu

kompleks selalu terjadi dari sebuah ion logam yang dinamakan ion negatif atau

molekul.

2.2 Ligan Titrasi Kompleksiometri

Sedangkan yang dinamakan Ligan (dari kata latin ligare = mengikat) .

Jumlah ligan ini berbeda-beda dari dua sampai delapan. Jumlah ikatan dengan

ligan itu disebut bilangan koordinasi yang biasanya merupakan bilangan genap

terutama bernilai 4 atau 6. Ion logam univalen biasanya mempunyai bilangan

koordinasi dua.

Muatan sebuah kompleks dapat positif, negatif atau nol. Muatan

tersebut merupakan jumlah muatan inti dan semua ligan yang diikatnya. Ligan

yang mempunyai satu atom donor pasangan elektron (missal I¯ dan CN¯)

monodentat atau unidentat, sedang Ligan yang mempunyai atom donor lebih

dari stu disebut poli- atau muktidentat, bidentat kalau punya dua donor,

terdentat bila 3, kuadridentat, pentedentat, heksadentat dan seterusnya.

Bila mislanya ion Zn²⁺ berkompleks dengan ligan etilendiamin (dua

molekul ligan perion Zn karena bilangan koordinasi Zn mencapai 4), maka

terbentuk ikatan – ikatan yang mempunyai bentuk cincin atau lingkaran


(ring). Lingkaran demikian lingkaran kelat (chelat ring) dari kata yunani chele

yang berarti cakar. Jenis Ligan :

1. Unidentat, yaitu ligan yang mempunyai 1 gugus donor pasangan elektron.

Contoh : NH3, CN.

2. Bidentat, yaitu ligan yang mempunyai 2 gugus donor pasangan elektron.

Contoh : Etilendiamin

3. Polidentat, yaitu ligan yang mempunyai banyak gugus donor pasangan

elektron.

Contoh : asam etilendiamintetraasetat (EDTA).

2.3 Stabilitas Titrasi Kompleksiometri

Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan

memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya, yang

umum di indonesia EDTA (Disodium ethylene diamin tetra asetat/ tritiplex/

komplekson, dll). Besarnya harga konstanta pembentukan komplek

menyatakan tingkat kestabilan suatu senyawa komplek :

“Semakin besar harga konstanta pembentukan senyawa komplek, maka

semakin stabil senyawa komplek tersebut dan sebaliknya makin kecil harga

konstanta kestabilan senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin

tidak (kurang) stabil”.

Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh

mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi

tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai keseimbangan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kestabilan kompleks, yaitu :

1. Kemampuan mengkompleks logam-logam.

Kemampuan mengkompleks relatif (dari) logam-logam digambarkan dengan

baik menurut klarifikasi Schwarzenbach, yang dalam garis besarnya didasarkan

atas pembagian logam menjadi asam Lewis (penerima pasangan elektron) kelas

A dan kelas B.

2. Ciri-ciri khas ligan


Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi

kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :

1. Kekuatan basa dari ligan itu

2. Sifat-sifat penyepitan (jika ada)

3. Efek-efek sterik (ruang)

Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi

pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan perilaku

kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu diantaranya :

1. Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks labil.

2. Dengan pengecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi baris

pertama, membentuk kompleks-kompleks labil.

3. Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk

kompleks-kompleks inert.

2.4 Indikator Titrasi Kompleksiometri

Indikator dalam titrasi kompleksometri tidak berubah karena perubahan

pH, tidak juga karena daya oksidasi titrat berubah, akan tetapi karena

perubahan pM (M adalah khelat logam). Syarat-syarat indikator logam, yaitu:

1. Reaksi warnanya harus sensitif, dengan kepekaan yang besar terhadap

logam.

2. Perubahan warna pada titik ekivalen tajam

3. Perbedaan warna dari indikator bebas dengan indikator kompleks harus

mempunyai kestabilan yang efektif dimana pH titrasi tidak boleh tidak

teroksidasi dan tereduksi.

4. Kestabilan kompleks logam indikator harus cukup.

5. Ikatan senyawa logam EDTA harus lebih kuat dari pada logam-logam

indikator. Artinya ikatan logam – logam Indikator logamnya harus dapat direbut

oleh EDTA.

Beberapa indikator yang paling banyak digunakan dalam titrasi

kompleksometri.

1. Eriochrom Black-T (EBT)


Digunakan pada daerah pH 7 – 11. Suatu kelemahan dari EBT bahwa

larutannya tidak stabil, bila disimpan akan terjadi peruraian secara

lambat,sehingga setelah janka waktu tertentu indikator tidak berfungsi lagi.

Suatu kesulitan yang dialami indikator metalokromik adalah pembentukan

kelat dengan logam yang tidak reversibel atau terlalu kuat. Bila hal ini terjadi

maka tidak dapat terjadi perubahan warna dan indikator kehilangan fungsinya.

Kejadian ini disebut blocking indikator. Mengalami blocking dengan Fe³⁺.

Merupakan asam lemah, tidak stabil dalam air karena senyawa organik ini

merupakan gugus sulfonat yang mudah terdisosiasi sempurna dalam air dan

mempunyai 2 gugus fenol yang terdisosiasi lambat dalam air.

Penggunaan : Penentuan kadar Ca, Mg, Cd, Zn, Mn, Hg.

2. Murexide

Merupakan indikator yang sering digunakan untuk titrasi Ca2+, pada pH=12.

3. Jingga Xylenol

Kompleks dengan logam memberikan warna merah.

4. Calmagite

Dapat digunakan sebagai pengganti EBT, karena calmagite lebih stabil, daerah

terjadinya pada pH 8,1-12,4 dan warna indikator bebasnya biru. Mengalami

blocking dengan Cu, Ni, Fe³⁺, dan Al.

5. Arzenazo

Digunakan untuk Ca maupun Mg, juga baik untuk titrasi Pb(IV) dengan EDTA.

Keuntungan menggunakan indikator ini adalah : Tidak mengalami blocking oleh

Cu(II) dan Fe(III) dalam jumlah kecil serta bereaksi cepat sehingga terjadinya

perubahan warna juga lebih cepat.

6. NAS

Digunakan pada daerah pH 3-9. Dalam larutan yang sangat asam NAS

berwarna merah violet pada pH 3,5 keatas berwarna merah jingga. Penggunaan

NAS cukup luas dan dianjurkan untuk titrasi Cu, Co(II), Cd, Ni, Zn, Al dengan

EDTA.

7. Calcon
Calcon merupakan garam natrium dari Eriochrome Blue Black R, yang

disebut juga Pontachrome Blue Black R. Molekul indikator berwarna hijau dan

hanya terdapat dalam larutan asam kuat. Pada pH 7 sampai 10 berwarna

merah, kemudian biru sampai pH 13,5 dan diatasnya jingga. Kelat Calcon

dengan logam berwarna merah dan ternyata sangat cocok untuk titrasi Ca pada

pH 12,5 – 13 tanpa terganggu oleh Mg. Perubahan warna dari merah menjadi

biru. Dengan indikator ini maka dapat ditentukan kesadahan air yang

disebabkan oleh Ca saja tidak termasuk kesadahan oleh Mg.

Beberapa indikator logam sering menglami penguraian apabila

dilarutkan dalam air. Sehingga stabilitas di dalam larutan rendah sekali. Oleh

karena itu, dalam prakteknya sering dibuat pengenceran dengan NaCl atau

KNO3 dengan perbandingan 1:500.

2.5 Pengaruh pH Pada Titrasi Kompleksiometri

pH sangatlah berpengaruh pada analisa kompleksiometri. pH adalah

ukuran konsentrasi ion hidrogen dari larutan. Pengukuran pH (potensial

Hidrogen) akan mengungkapkan jika larutan bersifat asam atau alkali (atau

basa). Jika larutan tersebut memiliki jumlah molekul asam dan basa yang

sama, pH dianggap netral. Berikut keterangan tentang suasana pH dalam titrasi

kompleksiometri :

1. Suasan terlalu asam

Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat mempengaruhi

pH, dimana jika H+ yang dilepaskan terlalu tinggi, maka hal tersebut dapat

terdisosiasi sehingga kesetimbangan pembentukkan kompleks dapat bergeser

ke kiri, karena terganggu oleh suasana system titrasi yang terlalu asam.

Pencegahan : sistem titrasi perlu didapar untuk mempertahankan pH yang

diinginkan.

2. Suasana terlalu basa

Bila pH system titrasi terlalu basa, maka kemungkinan akan terbentuk

endapan hidroksida dari logam yang bereaksi. Jika pH terlalu basa, maka reaksi

kesetimbangan akan bergeser ke kanan, sehingga pada suasana basa yang

banyak akan terbentuk endapan.


Berdasarkan selalu terbentuknya H+ pada pembentukan ion kompleks

dan melihat harga pK₄ maka pembentukan kompleks akan lebih baik dan lebih

stabil dalam larutan alkalis. Pada umumnya kompleks EDTA dengan kation

valensi 2 stabil dalam larutan yang sedikit asam atau alkalis. kompleks EDTA

dengan logam valensi 3 dan 4 stabil dalam larutan dengan pH =1-3. Logam –

logam bervalensi 2 misalnya Cu, Pb, atau Ni dapat stabil pada pH = 3 sehingga

dapat dititrasi secara selektif walaupun tercampur dengan logam – logam alkali

tanah. Co⁺⁺ stabil dalam larutan HCl pekat.

Pada titrasi kompleksometri diperlukan penambahan bufer pada pH

dimana kompleks itu stabil, dan perubahan warnanya jelas. Stabilitas dari

kompleks di tentukan oleh harga Ks = konstante stability.

Yang menyebabkan perubahan harga Ks :

- Kenaikan suhu, karena menyebabkan kenaikan ionisasi kompleks.

- Ion yang tidak memberi ion sejenis dengan kompleks.

2.6 Jenis Titrasi

Macam-macam titrasi yang sering digunakan dalam kompleksometri,

antara lain:

1. Titrasi langsung yaitu titrasi yang biasa digunakan untuk ion-ion yang

tidak mengendappada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleksnya berjalan

cepat.

Contoh : penentuannya ialahuntuk ion-ion Mg, Ca, dan Fe.

2. Titrasi kembali yaitu titrasi yang digunakan untuk ion-ion logam yang

mengendap pada pH titrasi,reaksi pembentukan kompleksnya berjalan

lambat. Contoh : penentuannya ialah untukpenentuan ion Ni.

3. Titrasi penggantian atau titrasi substitusi adalah titrasi yang ini digunakan

untuk ion-ion logam yang tidak bereaksi sempurna dengan indikator logam

yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion

logam lainnya.

Contoh : penentuannya ialah untuk ion-ion Ca dan Mg.

4. Titrasi tidak langsung


Titrasi ini dilakukan dengan cara, yaitu Titrasi kelebihan kation pengendap

(misalnya penetapan ion sulfat, dan fosfat). Titrasi kelebihan kation

pembentuk senyawa kompleks (misalnya penetapan ion sianida)

2.7 Kesadahan

Metode titrasi kompleksometri dapat diaplikasikan dalam penentuan

kesadahan air.Kesadahan terutama disebabkan oleh keberadaan ion-ion

kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) di dalam air. Keberadaannya di dalam

air mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam kalsium dan

magnesium, sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara efektif. Kation-

kation polivalen lainnya juga dapat mengendapkan sabun (Harjadi, 1985).

Ada dua macam kesadahan, yaitu :

a) Kesadahan sementara (temporer hardness)

Kesadahan sementara adalah kesadahan karena adanya garam

bikarbonat dari Ca dan Mg, sedangkan kesadahan tetap adanya garam non

karbonat seperti sulfat, klorida, dan nitrat. Kesadahan sementara dan tetap

disebut kesadahan jumlah (total hardness).

b) Kesadahan tetap (permanent hardness)

Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan memanaskannya,

karena CO2 akan keluar dan meninggalkan garam karbonat yang tidak larut

(mengendap). Air yang mempunyai kesadahan tinggi tidak baik apabila

dipergunakan sebagai pengisi air ketel (boiler feed) maupun dalam proses

pencucian dengan sabun.

Penetapan kesadahan hanya diarahkan pada penentuan kadar Ca 2+ dan

Mg2+ pada titrasi kompleksometri. Prinsip yang digunakan yaitu reaksi

pembentukan kompleks, kestabilan kompleks, dan pengaruh pH. Kesadahan

total didefinisikan sebagai kesadahan jumlah milli ekivalen ion Ca 2+ dan

Mg2+ tiap liter sampel air. Secara sederhana penetuan tingkat kesadahan air

untuk masing-masing ion dapat dilakukan dengan larutan baku ligan

pengkompleks Na2EDTA (Natrium Diamin Tetra Asetat) pada pH tertentu.

Dalam melakukan titrasi, kedalam larutan yang mengandung ion-ion

Ca2+ dan Mg2+ ditambahkan indikator (warna 1) membentuk warna kompleks


dalam larutan buffer pada pH tertentu. Penembahan EDTA akan memecah

kompleks kation-indikator tersebut membentuk kation-EDTA (warna 2) yang

lebih stabil. Dengan mengamati perubahan warna, maka titik akhir titrasi

kompleksometri dapat diamati dan ditentukan.

Larutan Dinantrium EDTA dijadikan standar baku sekunder karena

sifatnya yang tidak mendukung untuk dijadikan standar primer, antara lain :

- Kurang stabil

- Mudah/dapat terurai oleh bakteri dimana EDTA adalah suatu senyawa

organik yang dapat diurai oleh bakteri.

- Dapat terurai oleh cahaya.

Kadar maksimal kesadahan total untuk air minum yang telah ditetapkan

oleh Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 adalah 500 mg/L,

angka ini sesuai dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh WHO,

maupun standar internasional.

2.8 Aplikasi Penggunaan Titrasi Kompleksiometri

Di dalam farmasi,metode ini banyak digunakan dalam penetapan kadar

MgSO4 yang digunakan sebagai laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai

antiseptik. Beberapa contoh sistem titrasi kompleksometri pada obat :

Sampel Pelarut Peniter Indikator Sediaan obat

Kalsium Air Dinatrium Kalkon (merah Injeksi kalsium

glukonat dibasakan edetat jambu menjadi glukonat

dengan biru)

NaOH

Kalsium Air Dinatrium Biru hidroksi Kalsium laktat

laktat edetat naftol (biru)

Kalsium Air Dinatrium Biru hidroksi Tablet kalsium

pantotenat edetat naftol (biru) pantotenat

Alukol Air Pb(NO3)2 Jingga xilenol Suspensi

antasida
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut

1. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling

mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi

pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan

penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu

pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama

akan diterapkan pada titrasi

2. Ligan (dari kata latin ligare = mengikat). Jumlah ikatan dengan ligan itu

disebut bilangan koordinasi yang biasanya merupakan bilangan genap terutama

bernilai 4 atau 6.

3. Kestabilan termodinamik dari suatu spesi merupakan ukuran sejauh mana

spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-kondisi tertentu, jika

sistem itu dibiarkan mencapai keseimbangan.

4. Indikator Logam antara lain Eriochrom Black-T (EBT) , Murexide, Jingga

Xylenol dll.

5. Pengaruh pH jika terlalu asam maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan

dan menyebabkan terbentuknya senyawa kompleks, jika suasana terlalu basa

maka kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri dan membentuk endapan.

6. Jenis titrasi kompleksometri antara lain titrasi langsung, titrasi tidak

langsung, titrasi kembali dan titrasi penggantian.

7. Kesadahan di bedakan menjadi dua yaitu kesadahan tetap dan kesadahan

sementara
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J.E.1999. Kimia Universitas : Asas Dan Struktur. Binapura

Aksara:Jakarta.

Day, R.A,Underwood A.L.1996. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Erlangga

:Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta.

Khopkar, S. M. 1999. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

Vogel, A.I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik Edisi 4. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai