html
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Hakikat masalah dalam pbm adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi
yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.
Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan atau
kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi
pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwaperistiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa
diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lainya yang dapat, misalnya dari peristiwa
yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa
kemasyarakatan.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran inivatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahapab metode ilmiah sehingga
dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.
Ciri khas
Sejumlah pengembang pembelajaran berdasarkan masalah telah mendeskripsikan model
PBM dengan ciri-ciri atau fitur-fitur seperti berikut ini :
Mengajukan pertanyaan atau mas
Pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran yang memberdayakan
siswa untuk melakukan penelitian, mengintegrasikan teori dan praktik, mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan sebuah solusi praktis atas suatu
problem tertentu (Savrey, 2006: 9).
Ibrahim dan Nur yang dikutip oleh Rusman (2010) mengemukakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk
merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia
nyata, termasuk di dalamnya bagaimana belajar.
Moffit (Depdiknas, 2002) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pembelajaran.
didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah
yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan
masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang
digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui
pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal
yang
berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.
Kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa dan masa depannya.Para ahli
pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas
tertentu,dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan termasuk ilmu
sejarah.Persoalan mengenai bagaimana mengajarkan pemecahan masalah tidak akan pernah
terselesaikan tanpa melihat jenis masalah yang ingin dipecahkan,saran,serta variable-variabel
pembawaan siswa.
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki,
dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru
untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah
konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang
dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata)
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi pembelajaran dalam konteks
kehidupan nyata yang berorientasi pada pemecahan masalah serta mengembangkan berpikir
kritis, sintetik, dan praktikal dengan memanfatkan multiple intellegencies untuk
membiasakan belajar bagaimana belajar.
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut
Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus
dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf
otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk
dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah
konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang
dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). (Susento)
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang
aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan
dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar
a.
a.
d. Memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang
bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks
a.
1.
Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi
pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka
5.
9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus
dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini
adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai
fenomena yang ada.
b. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki
beberapa kelemahan diantaranya:
1.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
3.
untuk persiapan.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
2.5 Kriteria Pemilihan Bahan Pelajaran Dalam SPBM
a. Bahan Pelajaran mengandung isu-isu konflik (conflict issue) bersumber dari
berita,rekaman, video.
b. Bahan yang dipilih bersifat familiar dengan siswa.
c. Bahan yang dipilih yang berhubungan dengan orang banyak (universal)
d. Bahan yang dipilih yang mendukung tujuan atau kompetensi yang dimiliki oleh siswa sesuai
dengan kurikulum yang berlaku.
e. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk
mempelajarinya.
2.6 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap
Tahap-1
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar
Tahap-3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
dipilih.
Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasi
tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Guru membantu siswa dalam
Tahap-4
hasil karya
Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah