Anda di halaman 1dari 10

http://oetarilistiani.blogspot.com/2013/04/makalah-strategi-pembelajaran-berbasis.

html
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Hakikat masalah dalam pbm adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi
yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.
Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan atau
kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi
pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwaperistiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa
diambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lainya yang dapat, misalnya dari peristiwa
yang terjadi di lingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa
kemasyarakatan.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran inivatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajran yang
melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahapab metode ilmiah sehingga
dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus
memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Ciri khas
Sejumlah pengembang pembelajaran berdasarkan masalah telah mendeskripsikan model
PBM dengan ciri-ciri atau fitur-fitur seperti berikut ini :
Mengajukan pertanyaan atau mas
Pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran yang memberdayakan
siswa untuk melakukan penelitian, mengintegrasikan teori dan praktik, mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan sebuah solusi praktis atas suatu
problem tertentu (Savrey, 2006: 9).
Ibrahim dan Nur yang dikutip oleh Rusman (2010) mengemukakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk
merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia
nyata, termasuk di dalamnya bagaimana belajar.
Moffit (Depdiknas, 2002) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pembelajaran.

Persamaannya terletak pada pendayagunaan kemampuan berpikir dalam sebuah proses


kognitif yang melibatkan proses mental yang dihadapkan pada komplektisitas suatu
permasalahan yang ada di dunia nyata. Dengan demikian, siswa diharapkan memiliki
pemahaman yang utuh dari suatu materi yang diformalisasikan dalam masalah, penguasaan
sikap positif, dan keterampilan secara bertahap dan berkesinambungan. Pembelajaran
berbasis masalah menuntut aktivitas mental siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip,
dan keterampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal pembelajaran. Situasi
atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami prisnsip, dan
mengembangkan keterampilan yang berbeda.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan penggunaan kecerdasan dari dalam individu
untuk membangun konsep atau prinsip yang memungkinkan mereka memecahkan masalah
yang bermakna, relevan, dan kontekstual.
http://www.kajianteori.com/2014/02/pengertian-pembelajaran-berbasis-masalah.html
http://www.idsejarah.net/2014/11/strategi-pembelajaran-berbasis-masalah.html
PEMBAHASAN
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses
pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri
yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam
lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah
dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta
didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan
masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru). Pembelajaran Berbasis Masalah
menyarankan kepada peserta didik untuk mencari atau menentukan sumber-sumber
pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada
peserta didik untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk
membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada
pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan
yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL,
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada peserta didik. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, melibatkanpeserta
didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta

didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah
yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan
masalah dari peserta didik, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang
digunakan. Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui
pengalaman mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal
yang

berkelanjutan.

Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu peserta didik untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.
Kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa dan masa depannya.Para ahli
pembelajaran sependapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam batas-batas
tertentu,dapat dibentuk melalui bidang studi dan disiplin ilmu yang diajarkan termasuk ilmu
sejarah.Persoalan mengenai bagaimana mengajarkan pemecahan masalah tidak akan pernah
terselesaikan tanpa melihat jenis masalah yang ingin dipecahkan,saran,serta variable-variabel
pembawaan siswa.

Komponen-Komponen Pembelajaran Berbasis Masalah


Komponen-komponen pembelajaran berbasisi masalah dikemkakan oleh Arends, diantaranya
adalah :
a.
Permasalahan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan
masalah nyata yang penting secara sosial dan bermanfaat bagi peserta didik. Permasalahan
yang dihadapi peserta didik dalam dunia nyata tidak dapat dijawab dengan jawaban yang
sederhana.
b.
Fokus interdisipliner. Dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir struktural dan
belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan.
c.
Pengamatan autentik. Hal ini dinaksudkan untuk menemukan solusi yang nyata. Peserta
didik diwajibkan untuk menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan

hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan


eksperimen, membuat inferensi, dan menarik kesimpulan.
d.
Produk. Peserta didik dituntut untuk membuat produk hasil pengamatan.produk bisa
berupa kertas yang dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain.
e.
Kolaborasi. Dapat mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan padaproses
penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu
memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model
pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika:
a.
Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran
saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b.
Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan
intelektual siswa bertambah.
c.
Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
d.
Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang
dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
e.
Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis
situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan
kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.
2.1 Pengertian Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pada hakikatnya,program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami dan
menguasai apa dan bagaimana sesuatu terjadi,tetapi membarikan pemahaman tentang
mengapa hal itu terjadi.Berpijak pada permasalahan tersebut,maka pembelajaran berbasis
masalah sangat penting untuk diterapkan.Pada dasarnya tujuan akhir pembelajaran adalah
menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan
masalah yang dihadapi didalam hidupnya,baik masalah dalam diri sendiri maupun masalah
dalam kehidupan bermasyarakat.Untuk menghasilkan siswa yang memiliki kompetensi yang
handal dalam pemecahan masalah maka diperlukan serangkaian strategi pembelajaran
pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran[1]
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut
Dewey belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada
peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi

menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki,
dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru
untuk dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah
konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang
dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi peserta didik, dan
memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata)
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu strategi pembelajaran dalam konteks
kehidupan nyata yang berorientasi pada pemecahan masalah serta mengembangkan berpikir
kritis, sintetik, dan praktikal dengan memanfatkan multiple intellegencies untuk
membiasakan belajar bagaimana belajar.
Pengajaran berdasarkan masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey. Menurut
Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus
dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan
memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf
otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.
Pembelajaran Berbasis Masalah yang berasal dari bahasa Inggris Problem-based
Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu siswa memerlukan pengetahuan baru untuk
dapat menyelesaikannya.
Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning / PBL) adalah
konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang
dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi siswa, dan
memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih realistik (nyata). (Susento)
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang
aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan
masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan
dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar

siswa. Siswa menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan


masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada siswa untuk mencari atau
menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan. Pembelajaran berbasis masalah
memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar sendiri. Dalam hal ini, siswa lebih diajak
untuk membentuk suatu pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara
pada pembelajaran tradisional, siswa lebih diperlakukan sebagai penerima pengetahuan yang
diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based learning), selanjutnya disingkat PBL,
merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar
aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran vang, nielibatknn siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Untuk mencapai hasil pembelajaran secara optimal, pembelajaran dengan pendekatan
Pembelajaran Berbasis Masalah perlu dirancang dengan baik mulai dari penyiapan masalah
yang yang sesuai dengan kurikulum yang akan dikembangkan di kelas, memunculkan
masalah dari siswa, peralatan yang mungkin diperlukan, dan penilaian yang digunakan.
Pengajar yang menerapkan pendekatan ini harus mengembangkan diri melalui pengalaman
mengelola di kelasnya, melalui pendidikan pelatihan atau pendidikan formal yang
berkelanjutan.
Oleh karena itu, pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif
untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan
pengetahuan dasar maupun kompleks.

a.

2.2 Ciri-ciri Utama Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah


Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya
dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis
masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkannya.

b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran


berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.
c.

Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.


Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.
Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian
masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

a.

2.3 Tujuan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah


Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan
masalah.

b. Belajar peranan orang dewasa yang autentik.


c.

Menjadikan siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan kemampuan


analisisnya serta menjadi pembelajar yang mandiri.

d. Memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang
bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks

a.

2.4 Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah


Keunggulan
Sebagai suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya:

1.

Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi

pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka
5.

untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.


Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya

dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.


6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
7. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

9. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus
dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh
manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini
adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai
fenomena yang ada.
b. Kelemahan
Di samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga memiliki
beberapa kelemahan diantaranya:
1.

Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah

yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu
3.

untuk persiapan.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
2.5 Kriteria Pemilihan Bahan Pelajaran Dalam SPBM
a. Bahan Pelajaran mengandung isu-isu konflik (conflict issue) bersumber dari
berita,rekaman, video.
b. Bahan yang dipilih bersifat familiar dengan siswa.
c. Bahan yang dipilih yang berhubungan dengan orang banyak (universal)

d. Bahan yang dipilih yang mendukung tujuan atau kompetensi yang dimiliki oleh siswa sesuai
dengan kurikulum yang berlaku.
e. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk
mempelajarinya.
2.6 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap
Tahap-1

Tingkah Laku guru


Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

Orientasi siswa pada masalah

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,


mengajukan fenomena atau demonstrasi
atau cerita untuk memunculkan

masalah, memotivasi siswa untuk


terlibat dalam pemecahan masalah yang

Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk
belajar

Tahap-3
Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok

dipilih.
Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasi
tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Guru membantu siswa dalam

Tahap-4

merencanakan dan menyiapkan karya

Mengembangkan dan menyajikan

yang sesuai seperti laporan, video, dan

hasil karya

Tahap-5
Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah

model serta membantu mereka untuk


berbagi tugas dengan temannya.
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses yang mereka gunakan.

2.7 Evaluasi Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah


Seperti yang telah disebutkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah tidak
dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Dalam pembelajaran berbasis masalah, perhatian pembelajaran tidak hanya pada perolehan
pengetahuan deklaratif, tetapi juga perolehan pengetahuan prosedural. Oleh karena itu
penilaian tidak cukup hanya dengan tes. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model
pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh siswa sebagai
hasil penyelidikan mereka. Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan siswa
tersebut, penilaian itu antara lain asesmen kenerja, asesmen autentik dan portofolio. Penilaian
proses bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana siswa merencanakan pemecahan
masalah melihat bagaimana siswa menunjukkan pengetahuan dan keterampilan. Karena
anyakan problema dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai perkembangan jaman dan

konteks/lingkungannya, maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang memungkinkan


siswa secara aktif mengembangkan kemampuannya untuk belajar (Learning how to learn).
Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan siswa akan mudah beradaptasi.

Anda mungkin juga menyukai